UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KOMPARATIF : KABUPATEN TAPANULI SELATAN DAN KABUPATEN LANGKAT)
Skripsi
Disusun Oleh:
JUNAWI HARTASI SARAGIH 070523010 EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Medan 2009 Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
ABSTRACT
Eonomic growth is one of main factors of economic development. It is true that development process affected not only by economic factors such as natural resources, capital accumulation, organization, technological progress, labour specialization, and production scale but also by non economic factors such as social factor, human factor, political factor, and administrative factor. The research is aimed at analyzing the effect factors of government expenditures, educational level, total value added of industry in term of economic growth in South Tapanuli Regency and Langkat Regency, in periods of 1975-2007 using Ordinary Least Square (OLS). Estimation result with series data using Ordinary Least Square (OLS) show that government expenditures, educational level, total value added of industry are significantly affecting economic growth in South Tapanuli Regency and Langkat Regency.
Keywords : economic growth, government expenditures, educational level, total value added of industry
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
ABSTRAK
Pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu unsure utama dalam
mencapai pembangunan ekonomi, walaupun disadari bahwa peoses pembanguan bukan hanya ditentukan oleh faktor ekonomi seperti : Sumber daya alam, akumulasi modal, organisasi, kemajuan teknologi, pembagian kerja dan skala produksi tetapi juga faktor nonekonomi seperti : faktor sosial, faktor manusia, faktor politik dan adminsitratif. Tujujan dari penelitian ini adalah untuk menganalis pengaruh pengeluaran pemerintah daerah, tingkat pendidikan, dan total nilai tambah industri di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat dengan menggunakan data dalam kurun waktu 1975-2007 dengan metode OLS. Hasil estimasi data time series dengan model Ordinary Least Square (OLS) menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah daerah, tingkat pendidikan, dan total nilai tambah industri mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat
Kata kunci : pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah daerah, tingkat pendidikan, total nilai tambah industri.
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan atas kasih karuniaNya yang tak berkesudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KOMPARATIF : KABUPATEN TAPANULI SELATAN DAN KABUPATEN LANGKAT )”. Sudah banyak pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini. Tanpa jasa-jasa mereka, sulit rasanya skripsi ini bisa diselesaikan. Sehingga dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan rasa terimakasih yang mendalam kepada : 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara 2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, Selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara 3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD, Selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara 4. Bapak Paidi HIdayat, SE, M.Si Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, saran, pemikiran dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si Selaku dosen penguji I dan Ibu Inggrita Gusti Sari M.Si selaku dosen penguji II. Saran dan kritikannya sangat berarti sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
6. Seluruh dosen pengajar di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Seluruh staf adninistrasi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan. 8. Untuk kedua orang tuaku tercinta : St. Jantianus Saragih dan Nurcahaya Sitopu, Amd yang senantiasa selalu memberikan motivasi, semangat dan dana sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman Pemuda Pelayanan di GKPS Padang Bulan,teman-teman se kost (Irvando, Emry, Roy, Andi, Tono). 10. Teman-teman seperjuangan di Departemen Ekonomi (Meita, Kak Larisma Supriadi, Deka, Wina, Kak Popi, Intan), terimakasih buat diskusi dan kebersamaan yang pernah ada selama mengikuti perkuliahan. Terkhusus buat Lenora Gustiana Aruan, dukungan dan doamu sangat berarti. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulisan skripsi ini bisa diselesaikan. Akhir kata, penulis menyadari masih banyaj terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Medan, Desember 2009
Junawi Hartasi Saragih
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
DAFTAR ISI
ABSTRACT ......................................................................................
i
ABSTRAK .........................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ........................................................................
iii
DAFTAR ISI ......................................................................................
v
DAFTAR TABEL ..............................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...........................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................
5
1.3 Hipotesis .....................................................................
6
1.4 Tujuan ........................................................................
7
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................
9
2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi .......................................
9
2.1.1 Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi 11 2.2 Teori Pembangunan Ekonomi ......................................
14
2.3 Pengeluaran Pemerintah Daerah ...................................
15
2.3.1 Pengeluaran Aparatur .........................................
16
2.3.2 Pengeluaran Publik.............................................
16
2.3.3 Teori Pengeluaran Pemerintah ............................
17
2.3.4 Peranan Pengeluaran Pemerintah ........................
20
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
2.4 Tingkat Pendidikan ......................................................
21
2.4.1 Peranan Pendidikan .....................................
23
2.5 Nilai Tambah Industri ..................................................
25
2.5.1 Konsep Nilai Tambah ..................................
26
2.5.2 Peranan Nilai Tambah .................................
27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ............................................
29
3.2 Jenis dan Sumber Data .................................................
29
3.3 Pengolahan Data ..........................................................
29
3.4 Model dan Metode Analisis Data .................................
29
3.4.1 Uji Kesesuaian ...............................................
30
3.4.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ..................
34
3.5 Definisi Operasional ....................................................
37
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Selatan ............
38
4.1.1 Kondisi Geografis ..........................................
38
4.1.2 Kependudukan ...............................................
38
4.1.3 Kondisi Sosial ...............................................
40
4.1.4 Perekonomian Kab. Tapanuli Selatan.............
41
4.2 Gambaran Umum Kabupaten Langkat .........................
42
4.2.1 Kondisi Geografis ..........................................
42
4.2.2 Kependudukan ...............................................
44
4.2.3 Kondisi Sosial ...............................................
44
4.2.4 Perekonomian Kab. Langkat ..........................
45
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
4.3 Perkembangan PDRB ..................................................
47
4.3.1 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah .........
48
4.3.2 Perkembangan Tingkat Pendidikan ................
50
4.3.3 Perkembangan Nilai Tambah Indsutri ............
52
4.4 Analisis Hasil Penelitian ..............................................
54
4.4.1 Analisis Data Tapanuli Selatan ......................
54
4.4.1.1 Uji Kesesuaian .....................................
55
4.4.1.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ........
60
4.4.2 Analisis Data Kabupaten Langkat ..................
64
4.4.2.1 Uji Kesesuaian .....................................
66
4.4.2.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ........
69
4.5 Analisis Komparasi Hasil Penelitian ............................
72
4.5.1 Uji Kesesuaian ...............................................
74
4.5.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik .................
75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ..................................................................
76
5.2 Saran............................................................................
77
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul
Halaman
4.1
Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan
39
4.2
Luas Wilayah Kabupaten Langkat
43
4.3
Perkembangan PDRB (Harga Berlaku) Kabupaten
48
Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat 4.4
Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Kabupaten
49
Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat 4.5
Perkembangan Tingkat Pendidikan Kabupaten
51
Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat 4.6
4.7
4.8
Perkembangan Nilai Tambah Industri Kabupaten
49
Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat
53
Hasil analisis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan dengan metode OLS
54
Hasil Estimasi Perbaikan Autokorelasi
63
Kabupaten Tapanuli Selatan 4.9
Hasil analisis pertumbuhan ekonomi Kabupaten
64
Langakt dengan metode OLS 4.10
Hasil Estimasi Perbaikan Autokorelasi Kabupaten Langkat
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
71
(Studi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul 2.1
Halaman
Teori Human Capital (Pengambilan Keputusan
24
untuk melanjutkan Sekolah) 3.1
Kurva Uji F-Statistik
33
3.2
Kurva Uji t-statistik
34
3.3
Kurva Uji D-W
36
4.1
Kurva uji t-statistik variabel pengeluaran pemerintah
58
4.2
Kurva uji t-statistik variabel tingkat pendidikan
59
4.3
Kurva uji t-statistik variabel nilai tambah industri
60
4.4
Uji Durbin-Watson
64
4.5
Kurva uji t-statistik variabel pengeluaran pemerintah
67
4.6
Kurva uji t-statistik variabel tingkat pendidikan
68
4.7
Kurva uji t-statistik variabel nilai tambah industri
69
4.8
Kurva Uji D-W
72
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Pertumbuhan
ekonomi
berarti
perkembangan
kegiatan
dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan menjadi berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah ketrampilan mereka. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi kerap kali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. Pertumbuhan ekonomi mencerminkan kegiatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika pada suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan positif, berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut mengalami peningkatan. Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Sedangkan jika pada suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro. Hal ini didasari oleh tiga alasan. Pertama, penduduk selalu bertambah. Bertambahnya jumlah penduduk ini berarti angkatan kerja juga selalu bertambah. Pertumbuhan ekonomi akan mampu menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja. Jika pertumbuhan ekonomi yang mampu diciptakan lebih kecil daripada pertumbuhan angkatan kerja, hal ini mendorong terjadinya pengangguran. Kedua, selama keinginan dan kebutuhan selalu tidak terbatas, perekonomian harus selalu mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Ketiga, usaha menciptakan kemerataan ekonomi (economic stability) melalui retribusi pendapatan (income redistribution) akan lebih mudah dicapai dalam periode pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kebijakan pembangunan dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada. Namun hasil pembangunan kadang belum dirasakan merata oleh rakyat dan masih terdapat kesenjangan antara daerah yang satu dengan yang lain. Menurut Meier, 1994 (Economic Development : 164), pembangunan ekonomi masyarakat pada hakekatnya merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk meningkatkan pendapatan masyarakatnya. Pada hakekatnya pembangunan daerah yang baik hanya dapat dilakukan apabila terjadi keseimbangan peran dari tiga pilar, yaitu pemerintahan, sektor swasta, dan masyarakat. Ketiganya mempunyai fungsi dan peran masing-masing dalam mengisi pembangunan. Pembangunan ekonomi adalah proses yang Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
menciptakan pendapatan riil perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat bahwa sejumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan mutlak tidak naik, dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu menjadi solusi atas terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga belum tentu terjadi pembangunan di suatu daerah. Dalam hal ini terdapat perbedaan pengertian antara pertumbuhan ekonomi (economic growth) dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan produksi barang-barang dan jasa masyarakat (output), sebaliknya pembangunan bukan saja memerlukan peningkatan produksi barang dan jasa tetapi juga harus terjadi perubahan dan menjamin pembagiannya (distribusi) secara lebih merata kepada segenap lapisan masyarakat. Sejak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun 1997 telah berlalu, perekonomian Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat mengalami pertumbuhan.
Namun
demikian,
tingkat
pertumbuhan
tersebut
belum
menggembirakan mengingat pertumbuhan kedua Kabupaten ini masih lebih rendah dibanding dengan pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Sumatera Utara dan Indonesia. Dilihat dari segi ekonomi, total nilai PDRB menurut harga konstan yang dicapai Kabupaten Tapanuli Selatan
pada tahun 2007 sebesar 4.598.180,00
(dalam juta rupiah) dengan konstribusi terbesar berasal dari sektor pertanian sebesar 42,02 %, sektor industri pengolahan sebesar 24,37% dan dari sektor perdagangan, hotel, restoran sebesar 13,79%. Persentase pendapatan lainnya berasal dari sektor telekomunikasi dan transportasi, jasa, perbankan, listrik gas Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
dan air minum, dan konstruksi. Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki potensi sumber daya alam yang memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB daerahnya. Di Kabupaten Tapanuli Selatan ini terdapat beberapa industri rumah tangga berupa kerajinan tangan yang banyak menyerap tenaga kerja, industri pengolahan karet, industri pengolahan kelapa sawit hasil dari perkebunan rakyat dan pemerintah. Namun, meski memiliki proporsi yang besar dalam perekonomian, sektor pertanian dan industri cenderung mengalami penurunan peran dari tahun ke tahun. Kecenderungan ini akan berakibat semakin rendahnya kesempatan kerja dan pengangguran terbuka. Kesempatan kerja di sektor-sektor seperti industri besar, konstruksi, perdagangan dan keuangan memang memberikan nilai tambah yang tinggi, namun ketersediaannya lebih banyak di perkotaan/maju dibanding dengan pedesaan yang didominasi oleh sektor primer. Sementara di Kabupaten Langkat, komoditi dan kegiatan ekonomi yang menonjol saat ini mempunyai prospek untuk dikembangkan lebih lanjut yaitu sektor pertanian dan perkebunan. Pengusahaan tanaman perkebunan di Kabupaten Langkat terdiri dari tanaman rakyat dan perkebunan besar swasta atau PTPN. Pengolahan minyak goreng dipilih
sebagai bidang usaha yang
layak
dikembangkan karena karena di wilayah Kabupaten Langkat terdapat banyak kebun dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Hasil CPO (Crude Palm Oil) dari pabrik pengolahan yang tentu saja tidak semuanya diekspor, oleh sebab itu pengolahan lanjutan merupakan alternatif yang dianggap tepat karena akan memberikan nilai tambah bagi produk tersebut.
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Kabupaten Langkat dan Tapanuli Selatan yang merupakan daerah yang sedang berkembang dengan pola pengembangan yang hampir
sama, dimana
sektor pertanian dan perkebunan merupakan sektor unggulan masing-masing kabupaten, terkhusus kelapa sawit sebagai komoditi unggulan. Selain itu, secara umum pertumbuhan ekonomi yang terjadi di kedua kabupaten ini dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas seperti seberapa besar pengaruh pengeluaran pemerintah daerah kabupaten, tingkat pendidikan dalam hal ini adalah jumlah siswa SMA/Sederajat, serta nilai tambah industri besar dan sedang
terhadap
pertumbuhan ekonomi yang terjadi di kedua kabupaten ini. Berdasarkan uraian-uraian di atas, membandingkan
maka
penulis tertarik
untuk
pertumbuhan ekonomi kedua Kabupaten ini dan melakukan
penelitian guna penyelesaian skripsi dengan judul
“Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi (Studi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat )”.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka ada rumusan masalah yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian yang akan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam penelitian skripsi ini. Selain itu perumusan masalah ini diperlukan sebagai suatu cara untuk mengambil keputusan dari akhir dari penulisan skripsi ini, antara lain : 1. Bagaimana pengaruh jumlah pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat? Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
2. Bagaimana
pengaruh
pertumbuhan ekonomi
jumlah
tingkat
pendidikan
terhadap
Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten
Langkat? 3. Bagaimana pengaruh jumlah nilai tambah industri pertumbuhan ekonomi
terhadap
Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten
Langkat?
1.3 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada dimana kebenarannya masih perlu dikaji dan diteliti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan permasalahan yang ada maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut : 1. Jumlah pengeluaran pemerintah berpengaruh positif
terhadap
terjadinya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat 2. Tingkat
pendidikan
berpengaruh
positif
terhadap
terjadinya
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat 3. Nilai tambah industri berpengaruh positif terhadap terjadinya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat 1.4 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah :
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan dan
Kabupaten Langkat. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nilai tambah industri terhadap pertumbuhan ekonomi
daearah Kabupaten Tapanuli Selatan dan
Kabupaten Langkat.
1.5
Manfaaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama menjadi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan studi, perbandingan dan tambahan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademis dan peneliti dalam melakukan penelitian dengan topik sama. 3. Sebagai masukan bagi pemerintah maupun pengambil kebijakan daerah Kabupaten, dalam usaha untuk memaksimalkan faktor-faktor andalan pertumbuhan ekonomi daerahnya
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat didefenisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah (Sukirno, 2004). Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang dari satu periode ke periode lainnya.
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Keyakinan tentang adanya efek menetas ke bawah (trickle-down effect) dalam proses pembangunan telah menjadi pijakan bagi sejumlah pengambil kebijakan dalam pembangunannya. Dengan keyakinan tersebut maka strategi pembangunan akan terfokus pada bagaimana mencapai suatu laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam periode yang singkat. Dalam analisis makro, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu Negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara (Sukirno, 2002). Berikut ini ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi wilayah (regional) yang populer, yaitu: 1. Export Base Models, yang dipelopori oleh North pada tahun 1955 dan kemudian dikembangkan oleh Tiebout (1956). Kelompok ini mendasarkan pandangannya dari sudut teori lokasi, yang berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan lebih banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi dan dapat digunakan daerah tersebut sebagai kekuatan kegiatan ekonomi. Menurut pandangan mereka,
pertumbuhan
suatu
daerah
ditentukan
oleh
eksploitasi
kemanfaatan alamiah dan pertumbuhan basis ekspor daerah yang bersangkutan yang juga dipengaruhi oleh tingkat permintaan eksternal dan daerah-daerah lain. Ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi suatu wilayah harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak harus sama dengan strategi pembangunan pada skala nasional. 2. Model Neo klasik, model ini dipelopori oleh Stein pada tahun 1964. Kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman dan Siebert. Menurut model ini pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan sangat ditentukan oleh Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
kemampuan daerah tersebut untuk meningkatkan produksinya, sedangkan kegiatan produksi suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah yang bersangkutan, tetapi juga oleh mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antardaerah. Dalam hal ini penganut model Neo Klasik beranggapan bahwa mobilitas faktor produksi, baik modal mapun tenaga kerja , pada permulaan proses pembangunan kurang lancar. Akibatnya, pada saat itu modal dan tenaga kerja ahli cenderung terkonsentrasi di daerah yang lebih maju sehingga kesenjangan pertumbuhan ekonomi cenderung melebar. 3. Cumulative Causation Models. Teori ini dipelopori oleh Myrdal pada tahun1975 dan kemudian diformulasikan lebih lanjut oleh Kaldor. Teori ini berpendapat bahwa peningkatan pemerataan pembangunan antardaerah tidak hanya dapat diserahkan pada kekuatan pasar, tetapi perlu adanya campur tangan pemerintah dalam bentuk program-program pembangunan regional terutama untuk daerah yang relatif masih tertinggal. 4. Core Poriphery Models, Teori ini menekankan anasisa pada hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara pembangunan kota (core) dan desa (periphery). Menurut teori ini, gerak langkah pembangunan daerah perkotaan akan lebih banyak ditentukan oleh keadaan desa sekitarnya. Sebaliknya corak pemangunan daerah pedesaan tersebut juga sangat ditentukan oleh arah pembangunan perkotaan. Dengan demikian aspek interaksi antardaerah (spatial interaction) sangat ditonjolkan. Walaupun terdapat beberapa alternatif model pertumbuhan regional yang menghasilkan kesimpulan yang berbeda, akan tetapi dalam Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
prakteknya tidak ada keharusan untuk menerapkan hanya salah satu saja dari model tersebut. Ada kalanya dapat pula dilakukan penggabungan dari model-model tersebut agar cakupan pembahasan dan faktor penentu faktor pertumbuhan menjadi lebih lengkap sesuai dengan potensi dan permasalahan yang terdapat pada daerah yang bersangkutan.
2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi seperti yang dijelaskan di samping ini : A. Faktor-faktor Ekonomi 1. Tanah dan kekayaan alam lainnya Sumber daya alam merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Di negara berkembang, sumber daya alam yang tersedia seringkali terbengkalai karena kurang atau salah pemanfaatan. Jika sumber daya alam tidak dipergunakan secara tepat, maka suatu negara tidak mungkin mengalami apa yang disebut dengan kemajuan. 2. Akumulasi modal Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat diproduksi . apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu maka disebut akumulasi modal atau pembentukan modal. Proses pembentukan modal akan menaikkan output nasional. Investasi di bidang barang modal tidak hanya menaikkan produksi tetapi juga dapat menaikkan produksi tetapi juga menaikkan kesempatan kerja. Pembentukan modal juga dapat
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
pula membawa kea rah penggalian sumber alam, industrialisasi dan ekspansi pasar untuk kemajuan ekonomi. 3. Organisasi Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam kegiatan ekonomi yang
bersifat
komplemen bagi modal dan menaikkan
produktivitas. Dalam pertumbuhan ekonomi modern, peranan swasta sangat penting. Sedangkan di negara berkembang peranan pemerintah sangat besar dalam penyediaan sarana sosial. 4. Teknologi Proses pertumbuhan ekonomi sangat penting didukung oleh kemajuan teknologi. Proses yang dimaksud berkaitan dengan perubahan yang mencakup metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil penelitian baru. Pertumbuhan teknologi dapat meningkatkan produktivitas kerja, modal dan faktor produksi lain yang pada akhirnya mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 5. Pembagian kerja dan skala produksi Spesialisasi dan pembagian kerja akan meningkatkan produktivitas. Kedua hal tersebut akan dapat menggiring perekonomian ke arah ekonomi produksi dengan skala besar yang selanjutnya dapat membantu perkembangan industri. Luas pasar akan meningkat akibat dari perekonomian yang meningkat. Hal tersebut dipengaruhi oleh besar kecilnya tingkat permintaan, banyak tidaknya tingkat produksi, tersedianya sarana transportasi dan sebagainya. Jika skala produksi besar maka pembagian kerja dan spesialisasi juga akan semakin luas. Dengan Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
demikian output akan dapat ditingkatkan dengan sendirinya pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. B. Faktor Non Ekonomi Yang dimaksud dengan faktor non ekonomi tersebut adalah faktor sosial, faktor manusia dan faktor politik. Kondisi politik suatu negara sangat mempengaruhi perekonomian negara tersebut, jika suatu negara mengalami krisis politik otomatis pertumbuhan ekonomi akan terganggu dan pertumbuhan ekonomi tidak akan meningkat dan bahkan bisa mengalami penurunan. Struktur politik dan administrasi yang lemah merupakan penghambat bagi perkembangan ekonomi. Faktor sosial budaya juga dapat mempengaruhi perekonomian. Budaya yang sudah mengalami kemajuan akan termotivasi untuk mencari tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat sehingga akan mendorong manusia untuk mencari tambahan pendapatan. Seperti yang dikemukakan oleh Nurkse bahwa pembangunan ekonomi berkaitan dengan peran manusia, pandangan masyarakat, kondisi politik dan latar belakang historis suatu negara.
2.2 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan Ekonomi meliputi pengertian yang sangat luas dan tidak hanya sekedar menaikkan pendapatan per kapita saja. Bahkan indikator GNP (Gross National Product) sebagai indikator
utama, tidak selalu dapat
menggambarkan suksesnya suatu pembangunan. Indikator-indikator lain seperti pendidikan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk miskin, juga menunjukkan kondisi berhasil tidaknya suatu pembangunan.
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Pembangunan ekonomi daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasionalpada
hakekatnya
adalah
upaya
untuk
meningkatkan
kapasitas
pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal dan profesional dalam menjalankan pemerintahan serta memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Pembangunan daerah juga berarti memampukan daerah untuk mengelola sumber daya ekonominya secara berdaya guna dan berhasil guna untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan per kapita, dan laju pembangunan Ekonomi ditunjuk dengan menggunakan indikator PDB (Produk Domestik Bruto) untuk tingkat Nasional, dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) untuk tingkat wilayah atau regional. Tingkat PDB ini juga ditentukan oleh lajunya pertumbuhan penduduk. Dimana laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali sangat berpengaruh terhadap nilai dari PDRB tersebut.
Menurut Gant, 1971(Economic Development : 254), ada dua tahap
dalam tujuan pembangunan yaitu tahap
pertama pembangunan bertujuan
menghapuskan kemiskinan. Jika tahap ini sudah tercapai maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk memenuhi segala kebutuhannya melalui lapangan pekerjaan dan usaha.
2.3 Pengeluaran Pemerintah Daerah Dalam teori ekonomi, jika pendapatan per kapita meningkat secara relatif pengeluaran pemerintah juga meningkat, terutama pengeluaran pemerintah untuk mengatur hubungan dalam masyarakat seperti: hukum, pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya. Kebijakan ini dikaitkan dengan peranan pemerintah sebagai Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
penyedia dari barang publik. Semakin banyak pengeluaran pemerintah daerah yang tidak produktif, maka semakin kecil tingkat pertumbuhan perekonomian daerah. Pengeluaran konsumsi pemerintah yang terlalu kecil akan merugikan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah yang proporsional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang boros akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Tetapi pada umumnya pengeluaran pemerintah membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.
2.3.1 Pengeluaran Aparatur Pengeluaran aparatur adalah pengeluaran untuk pemeliharaan atau penyelenggaran roda pemerintahan sehari-hari, meliputi: belanja pegawai, belanja barang, berbagai macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga), angsuran dan bunga utang pemerintah serta jumlah pengeluaran lain. Angsuran belanja rutin memegang peranan penting untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintah serta upaya peningkatan efisiensi dan produktifitas, yang pada gilirannya akan menunjang tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan.
2.3.2 Pengeluaran Publik Pengeluaran publik yaitu pengeluaran yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk pembangunan, baik sarana fisik maupun nonfisik. Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
membiayai program-program pembangunan sehinga anggarannya selalu dapat disesuaikan dengan dana yang dimobilisasi. Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama yang dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa 2. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai 3. Pengeluaran pemerintah untuk transfer payments (meliputi pembayaran subsidi atau bantuan langsung kepada berbagai golongan masyarakat) 2.3.3 Teori Pengeluaran Pemerintah 1.
Teori Keynes Keynes berpendapat tingkat kegiatan dalam perekonomian ditentukan oleh
perbelanjaan agregat. Pada umumnya perbelanjaan agregat dalam suatu periode tertentu adalah kurang dari perbelanjaan agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat full employment. Keadaan ini disebabkan karena investasi yang dilakukan para pengusaha biasanya lebih rendah dari tabungan yang akan dilakukan dalam perekonomian full employment. Keynes berpendapat sistem pasar bebas tidak akan dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang akan menciptakan full employment. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan kebijakan pemerintah. Tiga bentuk kebijakan pemerintah yaitu kebijakan fiskal, moneter dan pengawasan langsung. Kebijakan fiskal melalui pengaturan anggaran pengeluaran dan penerimaan pemerintah. Dalam masa inflasi biasanya kebijakan fiskal akan berbentuk mengurangi pengeluaran pemerintah dan meningkatkan pajak. Sebaliknya apabila pengangguran serius maka pemerintah berusaha menambah pengeluaran dan berusaha mengurangi pajak. Kebijakan moneter dilakukan Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
dengan mempengaruhi jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga. Pengawasan langsung dilakukan dengan membuat peraturan-peraturan. 2.
Model Pengeluaran Pemerintah Rostow dan Musgrave (2003) Model ini adalah model yang menghubungkan perkembangan pengeluaran
pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yaitu tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, prosentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin besar. Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta semakin besar akan menimbulkan banyak kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak. Selain itu pada tahap ini perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antarsektor yang makin komplek. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh perkembangan sektor industri akan menimbulkan semakin tingginya pencemaran atau polusi. Pemerintah harus turun tangan mengatur dan mengurangi dampak negatif dari polusi. Pemerintah juga harus melindungi buruh dalam meningkatkan kesejahteraannya. Musgrave(1980) berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan, investasi swasta dalam prosentase terhadap PDB semakin besar dan persentase investasi pemerintah terhadap PDB akan semakin kecil. Pada tingkat ekonomi lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa aktivitas pemerintah dalam pembangunan Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
ekonomi beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti program kesejahteraan hari tua dan pelayanan kesehatan masyarakat. 3. Teori Peacock dan Wiseman Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. Teori Peacock dan Wiseman (1961) adalah sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi (PDB) menyebabkan pemungutan pajak semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, meningkatnya PDB menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar. Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena adanya perang, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang. Karena itu penerimaan pemerintah dari pajak
juga meningkat dan pemerintah meningkatkan penerimaannya tersebut
dengan cara menaikkan tarif pajak sehingga dana swasta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang. Kondisi di atas disebut efek pengalihan (displacement effect) yaitu adanya gangguan sosial menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Perang tidak hanya dibiayai dengan pajak, akan tetapi pemerintah juga melakukan pinjaman ke negara lain. Akibatnya setelah perang sebetulnya pemerintah dapat kembali menurunkan tarif pajak, namun tidak dilakukan karena Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
pemerintah masih mempunyai kewajiban untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Sehingga pengeluaran pemerintah meningkat karena PDB yang mulai meningkat , pengembalian pinjaman dan aktivitas baru setelah perang. Ini yang disebut efek inspeksi (inspection effect). Adanya gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya konsentrasi kegiatan ke tangan pemerintah dimana kegiatan ekonomi tersebut semula dilaksanakan untuk swasta. Ini disebut efek konsentrasi (concentration effect). Adanya ketiga efek tersebut menyebabkan aktivitas pemerintah bertambah. Setelah perang selesai dan keadaan kembali normal maka tingkat pajak akan turun kembali
2.3.4. Peranan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ari Perdana (2005), menyimpulkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dengan total pengeluaran pemerintah. Hasil estimasi dengan metode Granger causality menunjukkan bahwa secara signifikan pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto) berpengaruh positif terhadap pengeluaran pemerintah dan total pengeluaran pemerintah tidak signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Bila produk domestik bruto meningkat maka akan berdampak kepada peningkatan kegiatan ekonomi utamanya sektor riil dan dunia usaha pada umumnya. Peningkatan kegiatan ekonomi akan membawa pengaruh peningkatan penerimaan pemerintah melalui perpajakan, karena bergairahnya perekonomian sehingga aktivitas dunia usaha meningkat dan pada akhirnya keuntungan perusahaan meningkat pula. Hasil penelitian juga menunjukkan Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
bahwa apabila terjadi shock terhadap produk domestik bruto maka pengeluaran pemerintah akan merespon setelah tahun pertama dan setelah tahun ketujuh akan mengarah menuju konvergen kembali.
2.4 Tingkat Pendidikan Sejak diterapkannya desentralisasi pada tahun 2001, tanggung jawab pemerintah daerah dalam menyediakan layanan pendidikan kepada penduduknya semakin meningkat. Kewenangan pengelolaan pendidikan dasar dan menengah telah sepenuhnya dialihkan dari pemerintah pusat kepada pemerintah provinsi dan kabupaten. Hal ini sangat penting mengingat pendidikan merupakan komponen penting terhadap terjadinya suatu pembangunan terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pendidikan juga berfungsi meningkatkan produktivitas kerja, selain dari itu
kemampuan untuk menyerap teknologi membutuhkan
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dapat diperoleh melalui proses pendidikan. Pendidikan memiliki daya dukung yang representatif atas pertumbuhan ekonomi. Tyler mengungkapkan bahwa pendidikan dapat meningkatkan produktivitas kerja seseorang, yang kemudia akanmeningkatakan pendapatannya. Peningkatan pendapatan ini berpengaruh pula kepada pendapatan nasional negara yang bersangkutan, untuk kemudian akan meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat berpendapatan rendah. Sementara itu Jones melihat pendidikan sebagai alat untuk menyiapkan tenaga kerja terdidik dan terlatih yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
ekonomi suatu negara. Jones melihat, bahwa pendidikan memiliki suatu kemampuan untuk menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja potensial, dan menjadi lebih siap latih dalam pekerjaannya yang akan memacu tingkat produktivitas tenaga kerja, yang secara langsung akan meningkatakan pendapatan nasional. Menurutnya, korelasi antara pendidikan dengan pendapatan tampak lebih signifikan di negara yang sedang membangun. Sedangkan Vaizey melihat pendidikan menjadi sumber utama bakat-bakat terampil dan terlatih. Pendidikan memegang peran penting dalam penyediaan tenaga kerja. Ini harus menjadi dasar untuk perencanaan pendidikan, karena pranata ekonomi membutuhkan tenaga- tenaga terdidik dan terlatih. Permasalahan yang dihadapai adalah jarang ada keseimbangan yang kuat antara pekerjaan dan pendidikan yang dibutuhkan yang mengakibatkan munculnya pengangguran terdidik dan terlatih. Oleh karena itu, pendidikan perlu mengantisipasi kebutuhan. Ia harus mampu memprediksi dan mengantisipasi kualifikasi pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja. Prediksi ketenagakerjaan sebagai dasar dalam perencanaan pendidikan harus mengikuti pertumbuhan ekonomi yang ada kaitannya dengan kebijaksanaan sosial ekonomi dari pemerintah. Intervensi pendidikan terhadap ekonomi merupakan upaya penyiapan pelaku-pelaku ekonomi dalam melaksanakan fungsifungsi produksi, distribusi, dan konsumsi. Intervensi terhadap fungsi produksi berupa penyediaan tenaga kerja untuk berbagai tingkatan yaitu top, midle, dan low management. Di samping tenaga kerja, juga pendidikan mengintervensi produksi untuk penyediaan entrepreneur tangguh yang mampu mengambil resiko dalam
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
inovasi teknologi produksi. Bentuk intervensi lain yaitu menciptakan teknologi baru dan menyiapkan orangorang yang menggunakannya. Intervensi terhadap fungsi distribusi adalah melalui pengembangan research and development product yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat atau konsumen. Intervensi terhadap fungsi konsumsi dilakukan melalui peningkatan produktivitas kerja yang akan mendorong peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan ini akan mendorong pada peningkatan fungsi konsusmsi, yang ditunjukan dengan meningkatnya jumlah tabungan yang berasal dari pendapatan yang disisihkan. Tabungan ini akan menjadi investasi kapital yang tentunya akan lebih mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu negara.
2.4.1
Peranan Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Elizabeth Tiur
Manurung
(2000),
dalam
penelitiannya
“Peranan
Pendidikan dalam Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia 1969- 1993” mengatakan bahwa peran pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia melalui : 1)
peningkatan kualitas dan produktivitas
2)
dalam proses adopsi dan pengembangan teknologi.
Berdasarkan hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa di Indonesia alokasi untuk sektor pendidikan relatif masih kecil sehingga pertumbuhan ekonomi tidak begitu berpengaruh terhadap pengeluaran pembangunan di sektor pendidikan. Hal ini mengingat pemerintah masih mempunyai masalah utang dan hal lain yang lebih mendesak seperti subsidi BBM yang lebih diprioritaskan. Sektor
pendidikan
akan
mempengaruhi
pertumbuhan
ekonomi
melalui
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana teori pertumbuhan Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
endogen bahwa pertumbuhan yang berkesinambungan dapat terjadi dengan teknologi melalui investasi pemerintah dan swasta. Dengan teknologi maka akan terjadi perbaikan proses produksi yang lebih efektif dan efisien. Teori yang mengemukakan pentingnya tingkat pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah Teori Human Capital. Teori ini menjelaskan bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi pula. Selain penundaan penerimaan penghasilan, orang yang melanjutkan pendidikan harus membayar biaya secara langsung seperti : uang kuliah, pembelian buku, transportasi, serta biaya lain. Akan tetapi nantinya setelah tamat dari pendidikan yang ditempuhnya, sangat diharapkan seseorang itu bisa mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi dan berujung pada pertumbuhan ekonomi di daerahnya
Pendapatan
C
H H 2
18
22
Umur
1 C
Sumber : Todaro (2004)
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Gambar 2.1 Teori Human Capital (Pengambilan Keputusan untuk melanjutkan Sekolah) Keterangan : a. Garis HH : pendapatan jika bekerja usia 18 tahun (diasumsikan tamat SMA/Sederajat) b. Garis CC : pendapatan jika bekerja pada usia 22 tahun (diasumsikan tamat sarjana). c. Daerah 1 : biaya-biaya langsung pendidikan (direct cost). Adapun biaya yang dimaksud adalah segenap biaya moneter (uang) yang harus ditanggung siswa dan keluarganya untuk membiayai pendidikan. Biayabiaya ini meliputi ini meliputi : iuran sekolah, buku-buku, pakain seragam, biaya transportasi, dan lainnya. d. Daerah 2 : biaya-biaya tidak langsung pendidikan (indirect cost). Investasi dalam pendidikan seorang anak bukan hanya meliputi biaya langsung ataupun biaya moneter (uang) yang harus dikeluarkan secara nyata., akan tetapi juga biaya-biaya yang berupa pendapatan potensial yang harus dikorbankan, apalagi si anak sudah mencapai umur dimana ia sudah mulai dapat memberikan kontribusi produktifnya kepada keluarga. Pada tahap ini, untuk setiap tahun sia anak berada di sekolah akan berarti hilangnya sejumlah penghasilan yang sedianya dapat dihasilkan oleh individu tersebut bila ia menggunakan waktunya bekerja untuk keluarga. e. Daerah CH : merupakan selisih penghasilan seseorang yang tamat sarjana dengan yang hanya lulusan SMA.
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
2.5 Nilai Tambah Industri (Sedang / Besar) Nilai tambah merupakan peniambahan nilai suatu produk sebelum diolah, dengan setelah diolah per satuannya. Nilai tambah diketahui dengan melihat selisih antar nilai output dengan nilai input suatu industri. Nilai output atau biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan suatu industri secara rutin setiap periode tertentu dan jumlah yang tetap. Sedangkan biaya variabel meliputi biaya bahan baku utama, bahan penolong, upah tenaga kerja, biaya bahan bakar, dan biaya pemasaran. Sedangkan yang nilai input suatu industri (penerimaan) merupakan hasil kali antara harga produk barang dengan jumlah barang yang diproduksi. Dalam hal ini nilai tambah industri yang dimaksud adalah nilai tambah yang dihasilkan oleh industri besar dan sedang.
2.5.1 Konsep Nilai Tambah dalam Konteks Makroekonomi a. Konsep Haller dan Stolowy (1995) Nilai Tambah atau Value Added adalah suatu konsep yang dapat mengukur performance entitas ekonomi, VA merupakan konsep utama pengukuran pendapatan suatu negara. Konsep ini secara tradisional berakar pada ilmu ekonomi makro, terutama yang berhubungan dengan penghitungan pendapatan nasional yang diukur dengan Produk Nasional atau Produk Domestik
b. Konsep Haller dan Stolowy (1995),
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Menurut kelompok ini, konsep Nilai tambah Industri ini berakar dari konsep theory of the economic circle yang dikembangkan pertama kali di Prancis oleh Quesnay (1670). Teori nilai tambah ini dikombinasikan dengan sistem akuntansi yang awalnya sering digunakan untuk menghitung perkembangan ekonomi suatu negara dibandingkan dengan negara lainnya.
2.5.2
Peranan Nilai Tambah Industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan hasil penelitian dengan regresi berganda yang dilakukan oleh
Amiruddin AT (2005), tentang pembentukan nilai tambah indus tri di Kota Batam, menunjukkan bahwa pengaruh pembentukan nilai tambah industri terhadap pertumbuhan ekonomi ternyata signifikan. Hasil yang signifikan ini menunjukkan bahwa peranan nilai tambah industri dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di suatu daerah adalah penting. Pembangunan industri di daerah merupakan bagian dari segi pembangunan industri secara nasional, dimana keberhasilan dari pembangunan industri di daerah merupakan salah satu kunci pokok suksesnya pelaksanaan pembangunan industri nasional. Sektor industri, dalam hal ini adalah industri besar dan sedang harus dikembangkan karena merupakan sektor yang potensial dalam membantu suksesnya pelaksanaan pembangunan, dimana sektor ini dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, mempunyai peluang pasar yang lebih baik dibanding sektor lainnya. Sektor industri yang maju tentunya akan menghasilkan nilai tambah industri yang semakin meningkat pula. Peningkatan nilai tambah industri ini pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan daerah dan menciptakan pertumbuhan Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu pengembangan industri ini diarahkan kepada usaha yang berorientasi ekspor sekaligus dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menyerap tenaga kerja yang ada Adanya sasaran yang hendak dicapai dalam program pembangunan nasional yaitu menempatkan sektor industri sebagai penyedia lapangan kerja merupakan titik tolak dalam mengupayakan manusia Indonesia menjadi kekuatan utama dalam pembangunan. Untuk dapat menampung penyediaan tenaga kerja, yang demikian secara produktif maka dibutuhkan pertumbuhan di sektor industri dimana penyerapan tenaga kerja ini akan dapat mengurangi pengangguran.dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
3.1 Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Tapanuli Selatan dan
Kabupaten Langkat. Periode kajian yang dipergunakan adalah 33 tahun yakni dari tahun 1975 sampai dengan tahun 2007.
3.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder dengan jenis data series. Data yang bersumber dari BPS (Badan Pusat Statistik), perpustakaan, dan sumbersumber lainnya seperti jurnal dan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Data yang digunakan adalah : PDRB kabupaten Langkat dan Kabupaten Tapanuli Selatan atas dasar harga berlaku,
realisasi pengeluaran pemerintah daerah,
jumlah
lulusan SMA/sederajat, dan total nilai tambah industri masing-masing kabupaten.
3.3 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program eviews 4. 3.4 Model dan Metode Analisis Data Model yang digunakan untuk menganalisis data adalah model ekonometrika dengan teknik analisis data time series, yakni dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Metode analisis yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara variabel terikat dan variabel bebasnya adalah dengan menggunakan model regresi berganda (multiple regression). Adapun model persamaannya adalah sebagai berikut : Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Y=α+
+
+
+µ
Dimana : Y
= Pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga berlaku di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat (juta rupiah) = Pengeluaran Pemerintah Daaerah (Juta Rupiah) = Jumlah siswa tamat SMA/Sederajat (ribu jiwa) = Besarnya nilai tambah industri (juta rupiah) , ,
µ
= Koefisien Regresi = Term of Error
3.4.1 Uji Kesesuaian (Test Of Goodness of Fit) 1. Koefisien Determinasi (R-square) Koefisien determinasi menunjukkan besarnya pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap variabel terikat. Menurut Sumodiningrat (2002), R2 adalah sebuah fungsi yang tidak pernah menurun (nondecreasing) dari jumlah variabel bebas yang terdapat dalam model regresi. Bertambahnya jumlah variabel bebas, maka R2 akan meningkat dan tidak pernah menurun. Menurut Algifari (1997), untuk menginterpretasikan koefisien determinasi dengan memasukkan pertimbangan banyaknya variabel independen dan sampel yang digunakan dalam penelitian, khususnya dalam model regresi linier berganda, menggunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R2). Adapun rumus Adjusted R2, adalah sebagai berikut : (Sumodiningrat, 2002) R2 =1 -
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Dimana : 2
2
R = Adjusted R RSS = Residual Sum Square (Jumlah Kuadrat Sisa) TSS = Total Sum Square (Jumlah Kuadrat Total) Adapun untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh paling dominan terhadap variabel terikat, dilakukan dengan melihat harga koefisien β. Semakin besar koefisien β suatu variabel bebas, maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap variabel terikat. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0
=0 0
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel dengan kriteria sebagai berikut : Ho : = =0 diterima jika
<
, artinya variabel bebas secara parsial
tidak mempengaruhi variabel terikat. Ho : 0
ditolak jika
>
, artinya variabel bebas secara parsial
mempengaruhi variabel terikat. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus : F-hitung = Dimana : R2 = Koefisien determinasi Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
k = jumlah variabel independen n = jumlah sampel
Gambar 3.1. Kurva Uji F - Statistik
3. Uji t – statistik Pengujian tingkat signifikansi dari masing-masing koefisien regresi digunakan uji t-test yaitu : - Ho : bi = 0, artinya variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen. - Ha : bi > 0, artinya variabel independen mempengaruhi variabel depanden secara positif. - Ha : bi < 0, artinya variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara negatif. t – hitung = Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Dimana : = koefisien variabel independen ke-i = nilai hipotesis nol SD = Standar deviasi dari variabel independen ke-i Kriteria pengambilan keputusan : a. Jika t-hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya secara parsial tidak ada pengaruh yang berarti antara variabel independen terhadap variabel dependen. b. Jika t-hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang berarti antara variabel independen terhadap variabel dependen. Ho diterima
Ha diterima
Ha diterima
Gambar 3.2. Kurva uji t – statistik
3.4.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Gujarati (2003) mengemukakan beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk suatu hasil estimasi regresi linear agar hasil tersebut dapat
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
dikatakan baik dan efisien. Adapun asumsi klsik yang harus dipenuhi antara lain : 1. Model regresi adalah linear, yaitu linear I dalam parameter. 2. Residual variabel penggangu (µ) mempunyai nilai rata-rata nol 3. Homokedastisitas atau varian dari µ adalah konstan 4. Tidak ada autokorelasi antara vaiabel pengganggu (µ) 5. Kovarian antara µ dan variabel independen (
) adalah nol
6. Jumlah data harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah parameter yang akan diestimasi 7. Tidak ada multikolinearitas 8. Variabel pengganggu harus berdistribusi normal atau stokastik Berdasarkan kondisi tersebut di dalam ilmu ekonometrika, agar suatu model dikatakan baik dan sahih maka perlu dilakukan beberapa pengujian seperti di bawah ini : a.
Uji multikolinearitas (Multikolinearity) Suatu model regresi linear akan menghasilkan estimasi yang baik apabila
model
tersebut
tidak
mengandung
multikolinearitas.
Multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat atau sempurna sesama variabel independen dari suatu model estimasi. Terjadinya multikolinearitas ditandai dengan : 1) Standard error tidak terhingga 2) Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 1%, α = 5%, α = 10% 3) Terjadinya perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
4) R2 sangat tinggi b. Uji Autokorelasi (Serial Correlation) Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana variabel gangguan pada periode lain. dengan kata lain variabel gangguan tidak random. Faktor-faktor yang menyebabkan autokorelasi antara lain kesalahan dalam menentukan model, penggunaan log pada model dan tidak memasukkan variabel yang penting. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson sebagai berikut : Menghitung nilai d dengan rumus: =
Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi DurbinWatson untuk berbagai nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : : ρ = 0 berarti tidak ada autokorelasi :
ρ
0 berarti ada autokorelasi
Ho diterima (no serial correlation)
0 ρ=1
dl
du
ρ=0
4-du
4-dl
ρ=-1
Gambar 3.3. Uji Durbin-Watson Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Dimana : Ho
: Tidak ada autokorelasi
DW
: Tolak Ho (ada korelasi positif)
3.5
DW>4-dl
: Tolak Ho (ada korelasi negatif)
du
: Terima Ho (tidak ada autokorelasi)
dl≤DW<4-du
: Pengujian tidak dapat disimpulkan
4-du≤DW≤4-dl
: Pengujian tidak dapat disimpulkan
Defenisi Operasional Untuk membatasi ruang lingkup variabel yang ada, maka akan dijelaskan
defenisi operasional variabel dependen dan variabel independen sebagai berikut : 1. Pertumbuhan ekonomi adalah jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang diukur berdasarkan PDRB harga berlaku (juta rupiah). 2. Pengeluaran pemerintah adalah besarnya anggaran yang dikeluarkan pemerintah di dalam APBD pertahun (juta rupiah). 3. Tingkat pendidikan adalah jumlah siswa yang tamat pada jenjang pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas)/Sederajat (ribu jiwa). 4. Nilai tambah industri adalah selisih nilai
produk antara nilai output
dengan nilai input suatu industri (juta rupiah).
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Selatan
4.1.1
Kondisi Geografis Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan salah satu wilayah kabupaten
yang terletak di propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Tapanuli selatan beribukota di Padangsidimpuan, secara geografis terletak antara 0o10 - 1o 98o50 - 100o10 BT. Luas wilayah : 12.261,55
LU dan antara
. Adapun yang membatasi
daerah ini sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kabupaten Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah
Sebelah Timur
: Propinsi Riau dan Kab. Labuhan Batu
Sebelah Selatan
: Propinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Madina
Sebelah Barat
: Samudera Indonesia dan Kabupaten Madina
Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan termasuk daerah yang beriklim tropis.
4.1.2. Kependudukan Penduduk memiliki arti penting bagi suatau wilayah, sebab faktor strategis mereka di dalam pembangunan memiliki arti penting sebagai sasaran dan juga sekaligus sebagai pelaksana pembangunan.
Oleh karena itu pembangunan
nasional dititikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2006 Kabupaten ini memiliki jumlah penduduk 629.212 jiwa yang terdiri dari 311.123 jiwa pria dan 318.089 jiwa Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
wanita dengan kepadatan penduduknya sendiri mencapai 52 Km2 dan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1,67 %. Sama halnya dengan daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, Kabupaten Langkat termasuk daerah yang beriklim tropis. Sehingga daerah ini memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, biasanya ditandai dengan dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan curah hujan pada bulan terjadinya musim.
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
KECAMATAN Batang Angkola Sayumatinggi Angkola timur Angkola selatan Angkola barat Batang toru Marancar Sipirok Arse Saipar dolok hole Aek bilah Muara batang toru* TOTAL
LUAS (KM2) 474.70 519.60 463.50 258.70 494.05 345.00 289.35 577.18 143.67 474.13 327.17 -4367.05
DISTRIBUSI (%) 10.87 11.9 10.61 5.92 11.31 7.9 6.63 13.22 3.29 10.86 7.49 -100
*Data Kecamatan Muara Batang Toru masih bergabung dengan Kecamatan Batang Toru
4.1.3. Kondisi Sosial a. Pendidikan
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Pendidikan mempunyai peranan penting bagi suatu bangsa dan merupakan salah satu sarana untuk meningnaktkan kecerdasan dan ketrampilan manusia Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945 dan GBHN, yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sarana pendidikan yang tersedia di Kabupaten Tapanuli Selatan tahun terdiri dari 310 Sekolah Dasar, 71 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan 25 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/Sederajat. b. Kesehatan Kualitas penduduk secara fisik khusang baik. usnya dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk secara menyeluruh. Dengan adanya upaya tersebut maka diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat. Bangsa yang memiliki tingkat derajat yang tinggi akan lebih berhasil dalam melakukan pembangunan. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dikembangkan melalui sistem kesehatan
nasional.
Pelaksanaannya
dilaksanakan
dengan
meningkatkan
partisipasi aktif masyarakat yang diarahkan terutama kepada golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Selain itu upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit serta peningkatan pembangunan puat-pusat kesehatan masyarakat serta sarana penunjangnya terus dilakukan oleh pemerintah seperti : Puskesmas, Posyandu, Pos Obat Desa, Pondok bersalin Desa, dan penyediaan fasilitas air bersih. Oleh karean itu, pembangunan yang sedang digiatkan pemerintah diharapkan dapat berakselerasi positif. Sarana kesehatan yang tersedia di Kabupaten ini terdiri dari :
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
16 Puskesmas, 57 puskesmas pembantu, 6 unit balai pengobatan swasta, dan 3 unit Rumah Sakit Umum Daerah. c. Agama Pelayanan terhadap kegiatan yang bersifat keagamaan harus senantiasa dipelihara dan ditingkatkan. Kehidupan Bergama yang baik di masyarakat dapat dijadikan benteng dalam berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sosial budaya. Jumlah sarana ibadah bagi umat beragama sangat memadai jika di bandingkan dengan jumlah penduduknya. Mayoritas penduduk Kabupaten ini ini beragama Islam yaitu sebesar 84.90 %, Kristen Protestan dan Katolik 14.54%, 0.56% beragama Buddha.
4.1.4 Perekonomian Kabupaten Tapanuli Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki potensi sumber daya alam yang memberikan kontribusi besar terhadap PDRB kabupaten Tapanuli Selatan terutama sektor pertanian dan perkebunan terutama berupa bahan tanaman pangan,
buah-buahan,
sayur-sayuran.
Tanaman
perkebunan
yang
telah
dibudidayakan masyarakat di daerah ini terdapat 15 jenis tanaman perkebunan meliputi, karet, kelapa sawit, kelapa, kokoa, kulit manis, nilam, kemiri, aren, pinang, kapulaga, tembakau, cengkeh, kemenyan dan jahe. Danau Siais merupakan danau terbesar ke dua di sumatera Utara setelah Danau Toba, danau ini merupakan salah satu potensi pariwisata di Kabupaten ini selain wiasata alam yang lain seperti Pemandian Parsariran di Sungai Batang Toru, Pantai Muara Opu di Pesisir Pantai Barat Sumatera (Kecamatan Muara Batang Toru); Kecamatan Sipirok dengan Tor Simago-mago dan Pemandian Air Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Panas alaminya dan Danau Marsabut; Aek Sijornih di Kecamatan Sayur Matinggi.
4.2
Gambaran Umum Kabupaten Langkat
4.2.1. Kondisi Geografis Kabupaten Langkat terletak diantara 30 14' - 40 13’ Lintang Utara dan 970 52' – 98 45' Bujur Timur, serta 4 – 105 meter di atas permukaan laut. Secara administratif terdiri dari 20 kecamatan dengan 215 desa dan 15 kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Daerah Langkat adalah 6.263,29
atau 626.329 Ha.
Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kabupaten Aceh Timur dan Selat Sumatera
Sebelah Timur
: Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Selatan
: Kabupaten Karo
Sebelah Barat
: Kabupaten Aceh Tenggara /Tanah Alas
Sama halnya dengan daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, Langkat termasuk daerah yang beriklim tropis. Sehingga daerah ini memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, biasanya ditandai dengan dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan curah hujan pada bulan terjadinya musim. Tabel 4.2 Luas daerah Kabupaten Langkat menurut Kecamatan NO 1 2 3 4 5
Kecamatan Bahorok Salapian Sei Bingei Kuala Selesai
Luas (Ha) 95.51 46.99 33.845 19.476 93.49
Ratio terhadap Total 15.25 7.5 5.4 3.11 2.43
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Binjai Statabat Wampu Batang Serangan Sawit Seberang Padang Tualang Hinai Secanggang Tanjung Pura Gebang Babalan Sei Lepan Brandan Barat Besitang Pangkalan Susu Jumlah
93.49 43.507 27.491 93.49 43.507 27.491 11.428 24.873 16.578 16.299 10.18 30.681 9.2 71.048 27.131 626.329
0.79 1.45 3.09 14.93 6.95 4.39 1.82 3.97 2.65 2.6 1.63 4.9 1.47 11.34 4.33 100
4.2.2. Kependudukan Penduduk memiliki peranan yang sangat penting dalam usaha untuk meningkatkan pembangunan suatu wilayah. Penduduk merupakan pelaku utama dalam menjalankan suatu roda pemerintahan maupun perekonomian. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan yang terarah dan efisien. Pada tahun 2006 Kabupaten ini memiliki jumlah penduduk 1.013.849 jiwa. Jumlah yang sedemikian besar ini jika diarahkan dengan baik oleh pemerintah, maka akan sangat mendukung proses pertumbuhan ekonomi wilayah ini sendiri. Misalnya dengan menggalakkan industri padat karya.
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
4.2.3. Kondisi Sosial a. Pendidikan Penyediaan sarana fisik pendidikan dan jumlah tenaga guru yang memadai merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi sekolah penduduk. Pada tahun ajaran tersebut terdapat 610 unit Sekolah Dasar, 127 unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan 107 unit Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/Sederajat. Penyediaan sarana pendidikan ini diharapkan dapat menampung kapasitas jumlah siswa yang sedang bersekolah. Sarana pendidikan berbentuk sekolah ini juga diharapkan dapat menjadi wadah pembentukan akhlak dan menimba ilmu pengetahuan para siswa nya.
b. Kesehatan Kesehatan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, sangat membantu dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Dari data tervaru yang diperoleh dapat dilihat bhwa jumlah rumah sakit umum milik pemerintah ada 3 unit, rumah sakit swasta ada 1 unit. Terdapat juga 28 Puskesmas, 128 Puskesmas Pembantu, 102 unit balai pengobatan swasta yang tersebar di 20 kecamatan. c. Agama Pelayanan terhadap kegiatan yang bersifat kerohanian harus senantiasa dipelihara dan ditingkatkan. Kehidupan beragama yang baik dapat dijadikan pedoman dalam menghadapi berbagai konflik dan masalah sosial ekonomi yang mungkin timbul di lingkungan masyarakat.
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Jumlah sarana ibadah bagi umat beragama di Kabupaten Langkat cukup memadai jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Jumlah Mesjid ada 872 unit, Gereja Protestan 231 unit, gereja Katolik 69 unit, Kuil 4 unit, dan Vihara 15 unit.
4.2.4
Perekonomian Kabupaten Langkat Di Kabupaten Langkat telah tersedia transportasi darat, telekomunikasi,
listrik dan air bersih. Komoditi dan kegiatan ekonomi yang menonjol saat ini untuk daerah Langkat dan mempunyai prospek untuk dikembangkan lebih lanjut. Kegiatan ini dianggap mempunyai peluang untuk pengembangan karena produksinya cukup besar, arealnya luas, dan ketersediaan sumber daya memungkinkan. Kabupaten Langkat memiliki potensi buah-buahan yang sangat banyak terutama rambutan. Buah rambutan adalah buah yang bersifat musiman dan pada bulan tertentu mencapai puncaknya. Produksi buah rambutan pada satu musim mencapai 8.000 ton dengan sebaran pada saat puncak mencapai 1.000 ton perbulan. Pola produksi ini menyebabkan harga komoditi ini sangat fluktuatif, sehingga perlu dibuat suatu industri pengolahan buah untuk memproses pada saat produksi puncak tercapai. Potensi pantai dan laut sangat sesuai untuk pengusahaan perikanan di Kabupaten Langkat, terutama udang dan ikan air dalam (Kerapu). Bidang usaha tambak sangat strategis untuk dikembangkan. Di Kabupaten Langkat terdapat pula laut yang sangat ideal untuk pengusahan ikan kerapu merupakan bidang usaha yang patut dibudidayakan. Lokasi budidaya ikan kerapu
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
adalah Pulau Sembilan di Kecamatan Pangkalan Susu dan Pulau Kampar di Kecamatan Sei Canggang. Pengolahan minyak goreng dan oleokimia dipilih sebagai bidang usaha yang layak dikembangkan karena karena di wilayah Kabupaten Langkat terdapat banyak kebun dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Hasil CPO dari pabrik pengolahan yang tentu saja tidak semuanya diekspor, oleh sebab itu pengoahan lanjutan merupakan alternatif yang dianggap tepat karena akan memberikan nilai tambah bagi produk tersebut. Banyaknya produksi buah, terutama jeruk dan rambutan, yang bersifat musiman memerlukan suatu penanganan hasil yang tepat, sekaligus bermanfaat bagi petani dan atau produsen buah. Pabrik pengolahan dalam bentuk terpadu, artinya pabrik tersebut mampu mengolah buah berbagai jenis dengan berbagai bentuk produk akan sangat tepat bagi pengembangan ekonomi daerah. Ikan kerapu adalah ikan yang harus dibudidayakan dengan syarat tertentu, terutama kedalaman dan keadaan airnya. Artinya tidak setiap daerah sesuai untuk budidaya ikan kerapu. Pangsa pasar ikan kerapu memiliki segmen pasar tersendiri, terutama ekspor. Pengembangan obyek wisata sekitarnya yang sangat potensial akan mendorong pengembangan daerah sekitarnya menjadi suatu kawasan agrowisata yang baik.
4.3.
Perkembangan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Indikator agregat ekonomi makro yang lazim digunakan untuk mengukur
kondisi perekonomian suatu wilayah adalah Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat propinsi/kabupaten. Dalam penelitian ini PDRB dihitung
atas dasar Harga
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Berlaku, yaitu apabila semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan dinilai berdasarkan harga pasar pada tahun yangbersangkutan. PDRB atas dasar harga berlaku dimaksudkan untuk melihat perubahan pola struktur perekonomian suatu wilayah dan untukmenghitung PDRB perkapita. Berikut ini adalah perkembangan PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat: Tabel 4.3 perkembangan PDRB (Harga Berlaku) Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat (Juta Rupiah)
TAHUN 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999
TAPSEL 46147.61 58473.61 73486.07 95860.67 140240.97 183701.91 193217.00 210924.71 214663.84 263340.69 309060.77 332027.07 415496.53 540417.85 607497.17 685617.55 807365.98 952773.3 1340714.42 1677819.3 1955328.32 2205000.00 2516050.00 2097540.00 3304159.51
LANGKAT 50625.62 69069.11 80888.74 89819.18 128160.13 182585.86 192687.15 208654.76 228337.4 286696.39 337399.01 400686.49 470748.34 590010.61 719100.45 765328.49 822657.26 980046.95 1664864.82 1902166.72 2096715.29 2230360.23 2323281.08 3042511.68 3233030.63
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
3580253.98 3983450.00 4438320.00 4436940.00 3420340.00 3678650.00 4219390.00 4598180.00
5106391.97 5606951.00 6001491.93 6625844.20 7361459.33 8463444.22 9885078.22 11455318.87
Sumber : Sumatera Utara dalam Angka, 1975-2007
4.3.1 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Daerah Pengeluaran pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat tahun 1975–2007 cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Besar kecilnya pengeluaran pemerintah suatu daerah sangat dipengaruhi oleh besarnya kecilnya penerimaan. Berikut gambaran perkembangan Pengeluaran Pemerintah menurut kabupaten : Tabel 4.4 perkembangan Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat (Juta Rupiah) TAHUN 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991
TAPSEL 412.46 430.27 981.91 1746.95 1502.00 2933.48 5251.10 7651.15 9619.25 6782.09 10025.87 13095.66 14684.29 9612.576 14538.56 21583.71 29873.00
LANGKAT 498.23 703.61 333.71 1327.28 1658.15 2368.86 2893.23 2652.97 5671.08 9801.15 10167.64 9871.12 2592.92 6500.55 12985.02 18139.65 18378.24
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
35402.07 46014.77 71520.26 99063.51 154883.24 132396.98 156500.00 163200.00 126200.00 272200.00 294400.00 333800.00 329800.00 375700.00 538300.00 736800.00
19887.08 24521.65 27900.00 31400.00 36900.00 43100.00 130300.00 119200.00 115200.00 263900.00 301500.00 404600.00 424100.00 413000.00 593100.00 815400.00
Sumber : Sumatera Utara dalam Angka, 1975-2007
4.3.2 Perkembangan Tingkat Pendidikan
Pendidikan memiliki daya dukung yang representatif atas pertumbuhan ekonomi. Pendidikan merupakan suatu bentuk investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi modern. Investasi pendidikan juga diharapkan menghasilkan suatu peningkatan kesejahteraan dan kesempatan yang lebih luas dalam kehidupan nyata. Permasalahan yang dihadapai adalah jarang ada ekuivalensi yang kuat antara pekerjaan dan pendidikan yang dibutuhkan yang mengakibatkan munculnya pengangguran terdidik dant terlatih. Oleh karena itu, pendidikan perlu mengantisipasi kebutuhan. Ia harus mampu memprediksi dan mengantisipasi kualifikasi pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja. Prediksi ketenagakerjaan sebagai dasar dalam perencanaan pendidikan harus mengikuti pertumbuhan
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
ekonomi yang ada kaitannya dengan kebijaksanaan sosial ekonomi dari pemerintah. Jumlah siswa yang lulus SMA/Sederajat di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat setiap tahunnya cenderung naik turun. Hal ini bisa dipengaruhi oleh kondisi soial ekonomi penduduk, perrtumbuhan penduduk, dan faktor kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pendidikan itu dalam usaha meningkatkan taraf hidupnya. Berikut di bawah ini adalah kondisi jumlah siswa yang lulus setiap tahunnya :
Tabel 4.5 Perkembangan Tingkat Pendidikan Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat (Ribu Jiwa) TAHUN 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995
TAPSEL 13523 15687 14908 16021 13541 16003 19692 10008 13861 12998 13213 19691 19715 20497 21846 20628 20426 19865 19686 19540 20943
LANGKAT 12096 13075 10235 14509 16501 17902 16301 7101 5736 10120 9966 9989 12849 21456 15152 15976 16015 16507 16301 17002 17847
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
20747 24662 24462 27912 26676 8289 9851 11238 11238 10029 11902 12847
18686 29386 20119 40479 41659 22674 25082 19580 19580 23818 36658 29130
Sumber : Sumatera Utara dalam Angka, 1975-2007
4.3.3 Perkembangan Nilai Tambah Industri Sektor industri/besar dan sedang menjadi sektor utama dalam pembentukan PDRB, perkembangan produksi industri ini akan mendorong meningkatnya nilai tambah industri itu sendiri. Untuk itu penulis tertarik untuk melihat seberapa besar peranan nilai tambah yang dihasilkan oleh industri besar/sedang terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat. Untuk membangun industri yang memiliki nilai tambah yang besar, maka diperlukan modal yang besar juga, dalam kondisi ini peranan pemerintah sangat penting untuk mempermudah proses administrasi dan birokrasi pemberian kredit kepada perusahaan yang membutuhkan modal. Selanjutnya perlu juga dilakukan pembinaan dengan mengarahkan kegiatan ekonomi dengan tepat. Langkah terakhir adalah adanya pengawasan terhadap kegiatan industri tersebut. Bila kegiatan itu dapat berjalan dengan baik maka diharapkan adanya penambahan nilai yang antara lain meliputi kesesuaian dengan pesanan, ketetapan dalam distribusi, dan kesesuaian dalam pembebanan Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
biaya produksi. Pengurangan biaya transaksi yang berdampak pada timbulnya respon terhadap pasar yang lebih berorientasi pada kepentingan industri rumah tangga dan industri kecil. Adapun perkembangan nilai tambah
industri besar/sedang di masing-
masing kabupaten dari tahun 1975-2007 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6 Perkembangan Nilai Tambah Industri Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat (Juta Rupiah) TAHUN 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
TAPSEL 10763.06 13490.23 15809.45 25760.12 24092.89 34098.51 19645.79 25987.43 59671.31 60143.54 70156.43 72501.7 112098.25 132098.21 98050.19 145061.9 156430.81 176905.55 465123.76 36000.00 890760.98 703123.76 97470.00 142480.00 305560.00 237170.00
LANGKAT 2966.31 4590.87 3983.32 2344.43 8513.09 9034.23 8731.31 6385.14 1349.41 23765.71 25674.15 56201.7 69223.33 10933.86 15021.01 11207.23 9743.95 16841.62 235175.45 456943.34 345232.27 503875.29 356123.95 876090.00 454030.00 343990.00
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
305560.00 237170.00 305560.00 237170.00 305560.00 237170.00 305560.00
384340.00 357700.00 1102470.00 1268030.00 412150.00 448520.00 447880.00
Sumber : Sumatera Utara dalam Angka, 1975-2007
4.4
Analisis Hasil Penelitian
4.4.1 Analisi Data Kabupaten Tapanuli Selatan Adapun hasil analisis regresi terhadap model estimasi yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.7. Hasil analisis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan dengan metode Ordinary Least Square (OLS)
Dependent Variable: LPDRB_TAPSEL Method: Least Squares Date: 10/28/09 Time: 01:04 Sample: 1975 2007 Included observations: 33 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
C LPP LTP LNT
3.713836 0.665350 0.291147 0.015721
1.376824 0.044950 0.133386 0.068955
2.697393 0.0115 14.80191 0.0000* 2.182739 0.0373** 0.227991 0.8213***
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Ket:
0.975040 0.972458 0.240631 1.679191 2.315257 1.108058
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
Prob.
13.53535 1.449959 0.102106 0.283501 377.6253 0.000000
* )Signifikan pada α = 1 % **)Signifikan pada α = 5% ***)Signifikan pada α = 10%
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Hasil estimasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yaitu pengeluaran pemerintah (X1), tingkat pendidikan (X2), dan nilai tamabah industri (X3) terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan. 1. Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Tapanuli Selatan. Hal ini ditunjukkan koefisien regresi pengeluaran pemerintah yakni sebesar 0.665350. Artinya bahwa kenaikan pengeluaran pemerintah sebesar 1 juta maka akan meningkatkan PDRB sebesar 0.66 juta, cateris paribus. 2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tapanuli Selatan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi tingkat pendidikan
yakni sebesar 0.291147. Artinya bahwa kenaikan
tingkat pendidikan (jumlah lulusan SMA/Sederajat) sebanyak 1 orang maka akan meningkatkan PDRB sebesar 0.29 juta, cateris paribus. 3. Nilai tambah industri Nilai tambah industri berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tapanuli Selatan. Hal ini ditunjukkan koefisien regresi nilai tambah industri yakni sebesar 0.015721. Artinya bahwa kenaikan Nilai tambah industri sebesar 1 juta maka akan meningkatkan PDRB sebesar 0.01 juta, cateris paribus.
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
4.4.1.1 Uji kesesuaian (Test Of Goodness Fit) A. Koefisien Determinasi (R-Square) Dari hasil analisis dengan model OLS pada tabel 4.7, maka diperoleh nilai koefisien determinasi (
) adalah sebesar 0.975040. ini
berarti bahwa variabel Pengeluaran Pemerintah (X1), dan Tingkat Pendidikan (X2), Nilai Tambah Industri (X3), dapat menjelaskan variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB) Kabupaten Tapanuli Selatan
adalah
sebesar 97.50%. sedangkan 2.50% dapat dijelaskan oleh variabel lainnya. . B. Uji F-Statistik (Uji Overall) Uji F-statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen mampu secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen. Hipotesis : Ho : bi = 0 Ha : bi
Tidak Signifikan
0
Signifikan
Kriteria pengambilan keputusan : Ho :
=
=0
diterima jika
<
, artinya variabel bebas secara parsial
tidak mempengaruhi variabel terikat. Ho : 0 ditolak jika
>
, artinya variabel bebas secara parsial
mempengaruhi variabel terikat. Dari hasil regresi diketahui F-hitung = 377.6253 Dimana α = 1%, V1 = k = 3 V2 = n-k-1 33-3-1 = 29 Maka F-Tabel = 2,93 Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh bahwa F-hitung > F-tabel (377,6253 > 2,93). Dengan demikian, Ha diterima yang artinya bahwa variabel pengeluaran pemerintah(X1), tingkat pendidikan (X2), dan nilai tambah industri (X3) secara keseluruhan mempengaruhi besarnya pertumbuhan ekonomi kabupaten Tapanuli
Selatan pada
tingkat
kepercayaan sebesar 99%. C. Uji t-statistik 1. Pengeluaran pemerintah (X1) Dari analisis regresi diketahui t- hitung = 14,80191. Dengan α = 1% : df = n-k-1 = 33 – 3 -1 df = 29 maka t-tabel = 2,756 Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa pengeluaran pemerintah (X1) signifikan pada α = 1%. Dengan t-hitung > t-tabel. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti bahwa variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh nyata terhadap variabel tingkat pertumbuhan ekonomi dengan selang kepercayaan 99%. Ho diterima
Ha diterima
Ha diterima
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
-14.8
-2.75
0
2.75
14.8
Gambar. 4.1 Kurva uji t-statistik variabel pengeluaran pemerintah
2. Tingkat pendidikan (X2) Dari hasil analisa regresi diketahui t-hitung = 2,182739 α = 5% : df
= n-k-1 = 33-3-1
df maka t-tabel
= 29 = 2,045
berdasarkan hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan signifikan pada α = 5%,
dengan t-hitung > t-tabel
(2,182>2,045), dengan demikian Ha diterima. Artinya bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kepercayaan 95%. Ho diterima
Ha diterima
-2,18 -2,045
Ha diterima
0
2.045 2.18
Gambar. 4.2 Kurva uji t-statistik variabel tingkat pendidikan Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
3. Nilai tambah industri (X3) Berdasarkan hasil analisa regresi diketahui t-hitung = 0.227991 α = 10% : df
= n-k-1
= 33 -3-1 df
= 29
maka t-tabel
= 1,699
Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa nilai tambah industri sign ifik an pad a α = 10%, dengan t-hitung < t-tabel (0,227 < 1,699), dengan demikian Ho diterim dan Ha ditolak. Artinya bahwa variabel nilai tambah industri tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kepercayaan 90%
Ho diterima
Ha diterima
-1.69
-0.22
Ha diterima
0
0.22
1.69
Gambar. 4.3 Kurva uji t-statistik variabel nilai tambah industri
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
4.4.1.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1. Multikolinearitas Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan variabel independen di antara satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas di antara variabel independen. Hal ini dapat dilihat dari setiap koefisien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesa yang ditentukan. Dari model analisa : Y=α+
+
+
+ µ...........................................................................(1)
Pengeluaran Pemerintah(X1) = f( T.Pend (X2), Nilai Tambah (X3) Diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) = 0,975 Maka perlu dilakukan pengujian di antara masing-masing variabel independen. Hal ini penting untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel independen. =α+
+
+µ.....................................................................(1.1)
Setelah diregresi maka diperoleh R2
= 0,801 artinya adalah variabel
Pengeluaran Pemerintah (X1) mampu member penjelasan sebesar 80 % terhadap variabel Tingkat Pendidikan (X2), dan Nilai Tambah Industri (X3). Dari hasil R2 persamaan (2) dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel independen. Karena R2 persamaan (1.1) lebih kecil dai R2 model analisis persamaan (1) yaitu : (0,801 < 0,975). Tingkat Pendidikan (X2) = f( Peng. Pemerintah (X1), Nilai Tambah (X3)) =α+
+
+µ...........................................................................(1.2)
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Setelah diregresi maka diperoleh R2
= 0.784 artinya adalah variabel
tingkat pendidikan (X2) mampu memberi penjelasan sebesar 78 % terhadap variabel Pengeluaran Pemerintah (X1), dan Nilai Tambah Industri (X3). Dari hasil R2 persamaan (1.2) dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel independen. Karena R2 persamaan (1.3) lebih kecil dai R2 model analisis persamaan (1) yaitu : (0.784 < 0.975). Nilai Tambah (X3) = f( Peng. Pemerintah (X1), Tingkat Pendidikan (X2)) =α+
+
+µ.........................................................................(1.3)
Setelah diregresi maka diperoleh R2 = 0.801 artinya adalah variabel nilai tambah industri (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 80 % terhadap variabel Pengeluaran Pemerintah (X1), dan variabel tingkat pendidikan (X2). Dari hasil R2 persamaan (1.5) dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel independen. Karena R2 persamaan (1.3) lebih kecil dai R2 model analisis persamaan (1) yaitu : (0.801 < 0.975). 2. Autokorelasi (Serial Correlation) Autokorelasi didefenisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Uji Durbin –Watson (DW) Hipotesa : : ρ = 0 berarti tidak ada autokorelasi :
ρ
0 berarti ada autokorelasi
Dari hasil analisa regresi diketahui bahwa DW-hitung Kabupaten Tapanuli Selatan = 1,10 k = 3 ; n = 33 ; α = 5% dl = 1,26 ; 4-1,26 = 2,74 Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
du = 1,65 ; 4-1.65 = 2,35 Berdasarkan hasil regresi maka diperoleh bahwa DW hitung = 1.10 dan tidak berada pada posisi du < DW < 4-du. Ini berarti Ho ditolak (ada autokorelasi positif) pada tingkat kepercayaan 95%. Pada hasil estimasi ini terdapat autokorelasi dan diperlukan langkah-langkah pada program Eviews untuk mengobati autokorelasi tersebut. Caranya adalah setiap variabel diawali dengan huruf D. hal ini menunujukkan bahwa kedua variabel dibuat dalam bentuk pembedaan pertama (first difference). Dalam membuat estimasi regresi tidak diperlukan lagi intercept. Hasil dari estimasi tersebut adalah :
Tabel 4.8 Hasil Estimasi Perbaikan Autokorelasi Kabupaten Tapanuli Selatan Dependent Variable: D(PDRB) Method: Least Squares Date: 11/10/09 Time: 09:12 Sample(adjusted): 1976 2007 Included observations: 32 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(PP) D(TP) D(NT)
2.867001 10.45410 0.051671
1.168554 15.05609 0.250528
2.453460 0.694344 0.206248
0.0204 0.4930 0.8380
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood
0.036535 -0.029911 343177.0 3.42E+12 -451.7030
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat
142251.0 338157.0 28.41894 28.55635 1.936402
Hasil estimasi regresi menunjukkan bahwa nilai DW hitung telah mencapai 1.936. Ini berarti tidak ada lagi autokorelasi karena 1.65 < 1.93 < 2.35 pada tingkat kepercayaan 95%. Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
inconclusive
Autokorelasi -
Autokorelasi + Ho diterima (no serial correlation)
0
1.26
1.65
2
1.93
2.35
2.74
4
Gambar 4.4 Uji Durbin-Watson
4.4.2 Analisis Data Kabupaten Langkat Tabel 4.9. Hasil analisis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat dengan metode Ordinary Least Square (OLS) Dependent Variable: LPDRB_LANGKAT Method: Least Squares Date: 10/28/09 Time: 01:12 Sample: 1975 2007 Included observations: 33 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
C LPP LTP LNT
3.852688 0.548104 0.273855 0.163671
1.257344 0.045445 0.151046 0.046957
3.064147 0.0047 12.06077 0.0000* 1.813055 0.0802*** 3.485516 0.0016*
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Ket:
0.973842 0.971136 0.275943 2.208184 -2.203410 1.297776
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
Prob.
13.73530 1.624190 0.375964 0.557359 359.8766 0.000000
* )Signifikan pada α = 1 % **)Signifikan pada α = 5%
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
***)Signifikan pada α = 10%
1. Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan
ekonomi di Langkat. Hal ini ditunjukkan koefisien regresi pengeluaran pemerintah yakni sebesar 0.548104. Artinya bahwa kenaikan pengeluaran pemerintah sebesar 1 juta maka akan meningkatkan PDRB sebesar 0.54 juta, cateris paribus.
2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Langkat. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi tingkat pendidikan
yakni sebesar 0.275943. Artinya bahwa kenaikan tingkat
pendidikan (jumlah lulusan SMA/Sederajat) sebanyak 1 orang maka akan meningkatkan PDRB sebesar 0.275 juta, cateris paribus.
3. Nilai tambah industri Nilai tambah industri berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Langkat. Hal ini ditunjukkan koefisien regresi nilai tambah industri yakni sebesar 0.163671. Artinya bahwa kenaikan Nilai tambah industri sebesar 1 juta maka akan meningkatkan PDRB sebesar 0.16 juta, cateris paribus. 4.4.2.1 Uji Kesesuaian (Test Of Goodness Fit) A. Koefisien Determinasi (R-Square) Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Hasil analisis dengan model OLS pada tabel 4.2, nilai koefisien determinasi (
) adalah sebesar 0.973842 ini berarti bahwa variabel Pengeluaran
Pemerintah (X1), dan Tingkat Pendidikan (X2) Nilai Tambah Industri (X3), dapat menjelaskan variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB) Kabupaten Langkat adalah sebesar 97.38%. sedangkan 2.62% dapat dijelaskan oleh variabel lainnya B. Uji F-Statistik (Uji Overall) Dari hasil regresi diketahui F-hitung = 359,8766 Dimana α = 1%, V1 = k = 3 V2 = 33-3-1 = 29 Maka F-Tabel = 2,93 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh bahwa F-hitung > Ftabel (377,6253 > 4,538). Dengan demikian, Ha diterima yang artinya bahwa variabel pengeluaran pemerintah (X1), tingkat pendidikan (X2), dan nilai tambah industri (X3) secara keseluruhan mempengaruhi besarnya pertumbuhan ekonomi kabupaten Langkat pada tingkat kepercayaan sebesar 99%.
A. Uji t- statistik (Uji parsial) 1. Pengeluaran pemerintah (X1) Dari analisis regresi diketahui t- hitung = 12.06077. dengan α = 1% : df = n-k-1 = 33 – 3 -1 df = 29 maka t-tabel = 2,751 Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa pengeluaran pemerintah (X1) sign ifik an p ada α = 1 %. Deng an t-hitung > t-tabel. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak. Ini berarti bahwa variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh nyata terhadap variabel tingkat pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kepercayaan 99%.
Ho diterima
Ha diterima
Ha diterima
-12.06
- 2.75
0
2.75
12.06
Gambar. 4.5 Kurva uji t-statistik variabel pengeluaran pemerintah 2. Tingkat pendidikan (X2) Dari hasil analisa regresi diketahui t-hitung = 1,813055 α = 5% : df
= n-k-1
= 33-3-1 df
= 29
maka t-tabel
= 1,699
berdasarkan hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan signifikan pada α = 5%, dengan t-hitung > t-tabel (1,813 > 1,699), dengan demikian Ha diterima. Artinya bahwa variabel tingkat Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
pendidikan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kepercayaan 90%. Ho diterima
Ha diterima
Ha diterima
-1,813 -1,699
0
1,699 1,813
Gambar. 4.6 Kurva uji t-statistik variabel tingkat pendidikan 3. Nilai tambah industri (X3) Dari hasil analisa regresi diketahui t-hitung = 3.485516 α = 1% : df
= n-k-1 = 33 -3-1
df maka t-tabel
= 29 = 2.756
Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa nilai tambah industri signifikan pada α = 1%, dengan t-hitung > t-tabel (3,485 > 2,756), dengan demikian Ha diterima. Artinya bahwa variabel nilai tambah industri berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kepercayaan 99%
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Ho diterima
Ha diterima
Ha diterima
-3.48 -2.75
0
2.75
3.48
Gambar. 4.7 Kurva uji t-statistik variabel nilai tambah industri
4.4.2.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1. Multikolinearitas Model analisa : Y=α+
+
+
+ µ...........................................................................(2)
Pengeluaran Pemerintah(X1) = f( T.Pend (X2), Nilai Tambah (X3) Diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) = 0,973. Maka dilakukan pengujian di antara masing-masing variabel independen. Hal ini penting untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel independen. =α+
+ β3
+µ.....................................................................(2.1)
Maka didapat R2 = 0,760 artinya adalah variabel Pengeluaran Pemerintah (X1) mampu member penjelasan sebesar 76 % terhadap variabel tingkat pendidikan (X2), dan Nilai Tambah Industri (X3). Dari hasil R2 persamaan (2.2) dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel independen. Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Karena R2 persamaan (1.2) lebih kecil dai R2 model analisis persamaan (2) yaitu : (0.760 < 0.973). Tingkat Pendidikan (X2) = f( Peng. Pemerintah (X1), Nilai Tambah (X3)) =α+
+ β3
+µ...........................................................................(2.2)
Maka didapat R2 = 0.492 artinya adalah variabel tingkat pendidikan (X2) mampu memberi penjelasan sebesar 49 % terhadap variabel pengeluaran pemerintah (X1), dan nilai tambah industri (X3). Dari hasil R2 persamaan (2.2) dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel independen. Karena R2 persamaan (2.2) lebih kecil dai R2 model analisis persamaan (2) yaitu : (0.492 < 0.973). Nilai Tambah (X3) = f( Peng. Pemerintah (X1), Tingkat Pendidikan (X2)) =α+
+ β2
+µ...........................................................................(2.3)
Maka didapat R2 = 0.762 artinya adalah variabel variabel nilai tambah industri (X3 mampu memberi penjelasan sebesar 76 % terhadap variabel pengeluaran pemerintah (X1), dan variabel tingkat pendidikan (X2).Dari hasil R2 persamaan (2.3) dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel independen. Karena R2 persamaan (2.3) lebih kecil dai R2 model analisis persamaan (2) yaitu : (0.762 < 0.973). 2. Autokorelasi (Serial Correlation) Dari hasil analisa regresi data Kabupaten Langkat diketahui bahwa DWhitung = 1.29 k = 3 ; n = 33 ; α = 5% dl = 1.26 ; 4-1.26 = 2.74 du = 1.65 ; 4-1.65 = 2.35 Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Berdasarkan hasil regresi maka diperoleh bahwa DW hitung = 1.29 dan tidak berada pada posisi du < DW < 4-du. Ini berarti Ho ditolak (ada autokorelasi positif) pada tingkat kepercayaan 95%. Pada hasil estimasi ini terdapat autokorelasi dan diperlukan langkah-langkah yang serupa untuk mengobati autokorelasi tersebut seperti yang dilakukan pada Kabupaten Tapanuli Selatan. Hasil dari estimasi tersebut adalah :
Tabel 4.10 Hasil Estimasi Perbaikan Autokorelasi Kabupaten Langkat Dependent Variable: D(PDRB) Method: Least Squares Date: 11/10/09 Time: 09:32 Sample(adjusted): 1976 2007 Included observations: 32 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(PP) D(TP) D(NT)
7.500016 11.38894 -0.463236
1.325195 12.64457 0.358594
5.659557 0.900698 -1.291814
0.0000 0.3752 0.2066
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood
0.274283 0.224233 439194.7 5.59E+12 -459.5973
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat
356396.7 498645.2 28.91233 29.04975 2.039534
Hasil estimasi regresi menunjukkan bahwa nilai DW hitung telah mencapai 2.03 Ini berarti tidak ada lagi autokorelasi karena 1.65 < 2.03 < 2.35 pada tingkat kepercayaan 95%
inconclusive
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Autokorelasi -
Autokorelasi + Ho diterima (no serial correlation)
0
1.26
1.65
2.03
2
2.35
2.74
4
Gambar 4.8 Uji Durbin-Watson
4.5
Analisis Komparasi Hasil Penelitian Kabupaten Tapsel dan Langkat Berikut ini adalah tabel perbandingan besar koefisien variabel independen
terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten Tapanuli Selatan (Coefficient 1) dan Kabupaten Langkat (Coefficient 2)
Tabel 4.11 Perbandingan Koefisien Variabel yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Masing-masing Kabupaten
Variable C LPP LTP LNT
Coefficient(1)
Coefficient(2)
3.713836 0.665350 0.291147 0.015721
3.852688 0.548104 0.273855 0.163671
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
1. Berdasarkan koefisien variabel indepen hasil estimasi, dapat dilihat bahwa peranan pengeluaran pemerintah di Kabupaten Tapanuli Selatan lebih signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi jika dibanding dengan pengeluaran pemerintah Kabupaten Langkat. Koefisien pengeluaran pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebesar
0.665350. sementara itu di Kabupaten
Langkat hanya 0.548104. 2. Koefisien variabel tingkat pendidikan Kabupaten Tapanuli Selatan juga sedikit lebih besar dari Kabupaten Langkat, yaitu 0.291147 berbanding 0.273855. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa peranan tingkat di Kabupaten Tapanuli Selatan lebih signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi jika dibanding dengan tingkat pendidikan Kabupaten Langkat. 3. Berbeda halnya dengan koefisien variabel nilai tambah industri, peranan nilai tambah industri dengan
Kabupaten Langkat
lebih signifikan jika dibandingkan
nilai tambah industri Kabupaten Tapanuli Selatan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Ini terlihat dari koefisien nilai tambah industri Kabupaten Langkat adalah sebesar
0.163671, sedangkan koefisien nilai
tambah industri Kabupaten Tapanuli Selatan hanya 0.015721.
4.5.1 Uji Kesesuaian (Test of Goodness Fit) A. Koefisien Determinasi (R-Square) Dari hasil analisis dengan model OLS, maka diperoleh nilai koefisien determinasi (
) Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebesar 0.975040.
sedangakan nilai koefisien determinasi Kabupaten Langkat (
) adalah sebesar
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
0.973842. ini berarti bahwa persentase kemampuan variabel bebas di Kabupaten Tapanuli Selatan lebih besar dibanding Kabupaten Langkat untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi. B. Uji F-Statistik (Uji Overall) Berdasarkan perhitungan sebelumnya
diperoleh
bahwa
F-hitung
Kabupaten Tapanuli Selatan > F-tabel (377,6253 > 2,93). Sedangkan F-hitung Kabupaten Langkat > F-tabel (377,6253 > 4,538) Dengan demikian, Ha diterima yang artinya bahwa variabel pengeluaran pemerintah(X1), tingkat pendidikan (X2), dan nilai tambah industri (X3) secara keseluruhan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat pada tingkat kepercayaan yang sama yaitu sebesar 99%. C. Uji t-statistik Berdasarkan hasil estimasi pada Tapanuli Selatan,
maka variabel
pengeluaran pemerintah (X1) secara parsial berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan selang kepercayaan 99%, tingkat pendidikan (X2) dengan selang kepercayaan 95%, nilai tambah industri (X3) dengan selang kepercayaan 90% Sedangkan di Kabupaten Langkat variabel pengeluaran pemerintah (X1) secara parsial berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan selang kepercayaan 99%, tingkat pendidikan (X2) dengan selang kepercayaan 95%, nilai tambah industri (X3) dengan selang kepercayaan 99%. Ini berarti bahwa ketiga variabel bebas
secara parsial lebih berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Langkat jika dibanding dengan di Kabupaten Tapanuli Selatan. Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
4.5.1 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1. Multikolinearitas Berdasarkan hasil penelitian dan perbandingan R2 model analisis persamaan dan R2 masing-masing variabel independen, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinaritas antara variabel independen di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat. Hal ini terlihat dari R2 variabel independen selalu lebih kecil dari R2 model analisis persamaan. 2. Autokorelasi Berdasarkan hasil regresi maka dapat dilihat bahwa terjadi autokorelasi pada model analisis pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tapanuli Selatan. Autokorelasi juga terjadi pada model analisis pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Langkat. Hal ini diperlukan langkah-langkah pada program eviews untuk mengobati autokorelasi tersebut. Maka setelah dilakukan perbaikan, autokrelasi tidak terjadi lagi pada model analisis pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat, dapat diambil kesimpulan bahwa : Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
1. Perkembangan pengeluaran pemerintah, tingkat pendidikan, dan nilai tambah industri (besar/sedang) di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat cenderung mengalami peningkatan. 2. Variabel pengeluaran pemerintah, tingkat pendidikan, dan nilai tambah industri (besar/sedang) mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat. 3. Variabel pengeluaran pemerintah mempunyai peranan yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat dibanding dengan variabel tingkat pendidikan, dan variabel nilai tambah industri 4. Variabel nilai tambah industri merupakan variabel yang memberi kontribusi paling sedikit terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat.
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dirumuskan di atas maka diberikan beberapa saran sebagai berkut : 1. Pengeluaran pemerintah tiap daerah hendaknya diarahkan lebih baik agar pembangunan yang dilaksanakan dapat
lebih cepat dan alokasi
pembangunan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi daerah. 2. Pembangunan
manusia
perlu
dilakukan
dalam
rangka
memacu
pertumbuhan ekonomi dan mencapai pembangunan ekonomi regional. Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Untuk itu diperlukan peranan pemerintah daerah dalam mengalokasikan, dan mengawasi dana untuk mendukung pendidikan agar lebih berkualitas dan terarah. 3. Peningkatan nilai tambah industri (besar/sedang) diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk itu diperlukan peran serta pihak swasta, masyarakat, dan dukungan pemerintah daerah dengan cara mempermudah porsedur perizinan industri, memberikan tax holiday bagi industri yang baru beroperasi. 4. Diharapkan setiap kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam usaha mendorong
pertumbuhan
keseimbangan dan
ekonomi
tetap
memperhatikan
pemerataan pembangunan
faktor
di berbagai sektor
perekonomian.
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
DAFTAR PUSTAKA
Anhulaila, Dr. 2008, Membangun
Ekonomi
dengan
Otonomi. Lembaga
Penelitian Universitas Tadulako. Azis, Iwan Jaya, 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa di Indonesia. Jakarta : Lembaga
Penerbit
Fakultas
Aplikasinya Ekonomi
UI
Boediono, 1998. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE, Yogyakarta. Djarwanto,Drs. 2000. Statistik Sosial Ekonomi. BPFE – Yogyakarta. Larief, Dockhak. 2001, Pembangunan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Global. Cetakan Kedua. Surakarta : Muhammadiyah University Press Noegroho. Y.S dan Soelastianingsih. 2007, Analisis
disparatis
Pendapatan
Kabupaten / Kota di Propinsi Jawa Tengah dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Regional. Parralel Session IVA : Urban dan Regional. Kampus IU Depok. Pratomo, Wahyu Ario dan Hidayat Paidi.2007, Pedoman Praktis penggunaan Eviews Dalam Ekonometrika. Medan: Penerbit USU Press. Sukirno, Sadono.2004, Teori Pengantar Makroekonomi. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Sukirno, Sadono. 2006, Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Kencana. Tarigan, Robinson. 2005, Ekonomi Regional, Teori dan
Aplikasinya. Edisi
Revisi. Medan: Penerbit Bumi Aksara. Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Todaro, Michael.P. dan Stephen C. Smith. 1993, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta. .............., Kabupaten Langkat dalam Angka, Badan Pusat Statistik .............., Kabupaten Tapanuli Selatan dalam Angka, Badan Pusat Statistik .............., Sumatera Utara dalam Angka www.google.com www.yahoo.com
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
LAMPIRAN
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Junawi Hartasi Saragih
NIM
: 070523010
Departemen
: Ekonomi Pembangunan
Fakultas
: Ekonomi
Adalah benar telah membuat skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, dengan membuat judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi (Studi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat )”.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan seperlunya.
Medan,
Desember 2009
Yang membuat pernyataan, Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi
Junawi Hartasi Saragih
Junawi Hartasi Saragih : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Komparatif : Kabupaten Tapanuli Selatan Dan Kabupaten Langkat), 2010.
(Studi