Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
2016
ANALISIS DAYA SERAP AKAR MANGROVE Rhizophora mucronata DAN Avicennia marina TERHADAP LOGAM BERAT Pb dan Cu DI PESISIR PROBOLINGGO, JAWA TIMUR Riski Ayuk Novia Sugiyanto, Defri Yona*, Syarifah Hikmah Julianda S Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Kode Pos 65145 Malang, Telp/Fax. 0341-557837 *Email :
[email protected]
Abstrak - Mangrove merupakan tumbuhan yang berfungsi sebagai biofilter zat pencemar khususnya logam berat. Perbedaan spesies mangrove menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat akumulasi logam berat pada akar mangrove. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat akumulasi logam berat Pb dan Cu pada akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina di Pesisir Probolinggo, Jawa Timur. Pengambilan sampel kedua jenis akar mangrove dilakukan pada 2 stasiun, dimana letak stasiun (1) di kawasan mangrove Kelurahan Sukabumi, dan (2) di kawasan mangrove Kelurahan Mayangan. Pengambilan sampel akar mangrove dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan untuk masing – masing stasiun. Perbedaan akumulasi logam berat Pb dan Cu pada akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina di analisis dengan menggunakan nilai BCF dan Uji-T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat Pb pada akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina berada pada kisaran 0,202 – 0,267 ppm dan 0,112 – 0,302 ppm, sedangkan konsentrasi logam berat Cu pada akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina berada pada kisaran 0,083 – 0,185 ppm dan 0,04 – 0,149 ppm. Hasil dari perhitungan nilai BCF (<1) menunjukkan bahwa Rhizophora mucronata dan Avicennia marina termasuk ke dalam kategori excluder terhadap logam berat Pb dan Cu karena konsentrasi logam berat Pb dan Cu pada kedua akar mangrove ini lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi logam berat Pb dan Cu di sedimen. Hasil Uji-T menunujukkan bahwa tidak terdapat perbedaan akumulasi Pb pada akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina, begitu juga dengan logam berat Cu. Kata Kunci: Rhizophora mucronata, Avicennia marina, Excluder, Logam berat Abstract – Mangrove is a plant which has a function as biofilter of pollutant especially heavy metal. Mangrove species differences led to the difference in the rate of heavy metal accumulation in the mangrove roots. The goal of this research is to find out the difference in the level of accumulation heavy metal Pb and Cu in roots of Rhizophora mucronata and Avicennia marina in Probolinngo, East Java. The sample both of mangrove roots performed on 2 station, where the station (1) in the area of Mangrove Sukabumi, and (2) in the area of Mangrove Mayangan. The sample collection of mangrove roots done as much as 3 times for each station. The differences accumulation of heavy metal Pb and Cu in the roots of Rhizophora mucronata and Avicennia marina have been analysis by using BCF value and T-test. The result of this research indicates that concentration of heavy metal Pb in Rhizophora mucronata and Avicennia marina on the range 0,202 – 0,267 ppm and 0,112 – 0,302 ppm, while the concentration of heavy metal Cu in roots of Rhizophora mucronata and Avicennia marina on the range 0,083 – 0,185 ppm and 0,04 – 0,149 ppm. the result of calculation BCF value (<1) indicates that Rhizophora mucronata and Avicennia marina categorized as excluder to heavy metal Pb and Cu because concentration of heavy metal Pb and Cu in both of this mangrove is lower than concentration of heavy metal Pb and Cu in the sediment. The result of T-test indicates that there isn’t difference of accumulation Pb in Rhizophora mucronata and Avicennia marina, so are heavy metal Cu. Keywords: Rhizophora mucronata, Avicennia marina, Excluder, Heavy metal I.
Pendahuluan Kota Probolinggo merupakan salah satu kota pesisir yang memiliki kawasan ekosistem mangrove yang luas khususnya di Kelurahan Mayangan dan Sukabumi, dimana spesies mangrove yang
mendominasi di kedua daerah ini adalah jenis Rhizophora mucronata dan Avicennia marina. Kawasan ekosistem mangrove di Kelurahan Mayangan dan Sukabumi terletak dekat dengan
488| I l m u K e l a u t a n [ I K - 1 9 ] - R i s k i A y u k N o v i a S u g i a n t o , d k k
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan, Pemukiman, perindustrian dan daerah pariwisata BJBR (Beejay Bakau Resort). Dekatnya letak kedua kawasan mangrove ini dengan berbagai aktivitas manusia kemungkinan akan menyebabkan terjadinya pencemaran yang akan merusak kawasan ekosistem mangrove di Kota Probolinggo, karena aktivitas pelabuhan dan pemukiman merupakan penyumbang zat pencemar yang dapat membahayakan kehidupan organisme pada ekosistem mangrove khusunya logam berat. Aktivitas pelabuhan dan pemukiman merupakan penyumbang logam berat khusunya Pb dan Cu. Mangrove merupakan tumbuhan yang berfungsi sebagai biofilter zat pencemar. Bagian tubuh mangrove yang bisa mengakumulasi logam berat adalah bagian akarnya. Akar mangrove dapat mengakumulasi logam berat lebih banyak dibandingkan bagian lainnya. Hal ini disebabkan karena bagian akar mangrove berhubungan langsung dengan sedimen. Logam berat merupakan suatu zat pencemar yang banyak ditemukan di kehidupan sehari – hari. Keberadaan logam berat di perairan dapat terakumulasi pada sedimen maupun akar mangrove. Pb dan Cu merupakan logam berat yang paling banyak ditemukan di alam. Kandungan rerata logam berat Cu dan Pb mencapai 37, 68 ppm dan 59,16 pada akar Avicennia marina, sedangkan pada akar Rhizhophora mucronata mencapai 12,17 ppm logam berat Cu dan 53,89 ppm untuk logam berat Pb [8]. Banyak penelitian yang sudah membahas mengenai akumulasi logam berat Cu dan Pb padaakar mangrove. Akan tetapi daya serap akar mangrove pada setiap spesies berbeda - beda. Hal ini disebabkan karena setiap spesies memiliki kemampuan akumulasi logam berat yang berbeda – beda sesuai dengan bentuk morfologinya. Oleh sebab itu diperlukan penelitian mengenai daya serap akar mangrove terhadap zat pencemar khususnya logam berat Pb dan Cu di Kota Probolinggo untuk mengetahui seberapa besar mangrove mampu menyerap logam berat yang ada diperairan serta untuk melakukan perbandingan kemampuan akumulasi antara dua jenis mangrove yaitu Rhizopora mucronatadan Avicennia marina di Kota Probolinggo. II. METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 28 Januari 2016, sedangkan untuk lokasi penelitian dilakukan di Kawasan Mangrove Kota Probolinggo, Jawa Timur. Ada 2 Stasiun penelitian, dimana pada masing – masing stasiun dilakukan 3 kali pengulangan
2016
secara acak untuk air, sedimen serta akar Rhizopora mucronata dan Avicennia marina. Stasiun 1 terletak di kelurahan Sukabumi, Probolinggo, sedangkan stasiun 2 terletak di Kelurahan Mayangan. Sampel yang telah di ambil kemudian di analisa di laboratorium Kimia, UM dengan menggunakan AAS.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian 2.2 Prosedur Pengambilan Sampel 2.2.1 Pengambilan Sampel Air Sampel air diambil pada kedalaman kurang lebih 30 cm dari permukaan sebanyak 100 ml. Sampel yang di ambil dimasukkan ke dalam botol polietilen. Untuk pengawetan sampel air dilakukan dengan cara menambahkan HNO3 hingga pH sampel bernilai 2. Kemudian sampel di masukkan ke dalam cool box.Kemudian sampel di analisa dengan menggunakan AAS. 2.2.2 Pengambilan Sampel Sedimen Sampel sedimen diambil dengan menggunakan core sample (pipa paralon).Pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan memasukkan pipa paralon sampai kedalaman 30 cm. Sampel sedimen dimasukkan ke dalam plastik, kemudian dimasukkan ke dalam cool box. Kemudian sampel di analisa dengan menggunakan AAS. 2.2.3 Pengambilan Sampel Akar Mangrove Bagian akar Avicennia marina dan Rhizopora mucronata yang diambil adalah bagian yang terendam di dalam sedimen karena kemungkinan akumulasi logam berat pada bagian ini lebih banyak daripada bagian lainnya. Kriteria mangrove Avicennia marina dan Rhizophora mucronata yang di ambil sampel akarnya adalah pohon mangrove dengan ketinggian mencapai ≥ 3-5 meter. Pengambilan sampel dilakukan secara langsung dengan menggunakan alat potong, masing – masing sampel diambil kurang lebih 100
489| I l m u K e l a u t a n [ I K - 1 9 ] - R i s k i A y u k N o v i a S u g i a n t o , d k k
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
2.3 Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil analisis di laboratorium kemudian dianalisis daya serap akar mangrove Rhizopora mucronata dan Avicennia marina dengan menggunakan perhitungan biokonsentrasi faktor.Parameter BCF ini merupakan perbandingan antara konsentrasi senyawa di lingkungan dan di dalam jaringan atau tubuh organisme[5]. Berikut adalah rumus BCF : (1) Suatu tanaman dalam mengakumulasi logam berat dapat dibedakan menjadi 3 bagian[2]yaitu: Dimana jika: BCF > 1 = Akumulator BCF < 1 = Excluder BCF = 1 = Indikator Analisis statistik dengan uji T (t-test) digunakan untuk membandingkan serapan logam berat pada akar Rhizopora mucronata dan Avicennia marina. Tujuan dari Uji T ini untuk mengetahui perbedaan dua variabel yang dihipotesakan dengan hipotesis : tidak ada perbedaan akumulasi logam berat Pb dan Cu pada akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina.
Suhu˚C
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kondisi Kualitas Air di Pesisir Probolinggo 3.1.1 Suhu Nilai rata – rata suhu di stasiun 1 adalah 31,5 ± 0,5 oC, sedangkan nilai suhu di stasiun 2 adalah 33,7 ± 1,9 oC (Gambar 2).Suhu suatu perairan yang normal berada pada kisaran 28 – 310C [18]. Berdasarkan pernyataan ini stasiun 1 dan 2 memiliki nilai rata – rata suhu yang tinggi yaitu lebih dari 31 oC. 35 30 25 20 15 10 5 0 1
2 STASIUN
Gambar 2. HasilAnalisisSuhu Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa stasiun 2 memiliki nilai suhu 2,2˚C lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun 1. Hal ini disebabkan karena stasiun 2 memiliki kerapatan mangrove yang rendah, sehingga intensitas cahaya matahari yang
masuk ke dalam perairan tidak terhalang oleh mangrove, sedangkan kerapatan mangrove di stasiun 1 tinggi sehingga menyebabkan intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan terhalang oleh mangrove. Hal inilah yang menyebabkan nilai suhu di stasiun 2 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun 1. Suhu perairan di tempat terbuka dengan kerapatan mangrove yang rendah memiliki nilai suhu yang cenderung tinggi karena cahaya matahari berkontak langsung dengan air[16]. 3.1.2 pH (Derajat Keasaman) Nilai rata – rata pH pada stasiun 1 sebesar 6,7 ± 0,09, sedangkan nilai rata – rata pH untuk stasiun 2 yaitu 6,6 ± 0,11(Gambar 3). Nilai pH optimum untuk pertumbuhan biota yaitu 7,5 [10], sehingga diperoleh kesimpulan bahwa nilai pH pada stasiun 1 dan 2 merupakan nilai pH yang belum optimal untuk biota akuatik. 6 pH
gram dan di masukkan ke dalam plasti, setelah itu sampel dimasukkan ke dalam cool box. Kemudian sampel di analisa dengan menggunakan AAS.
2016
4 2 0 1
2 STASIUN
Gambar 3.Hasilanalisis pH Gambar 3 menunjukkan bahwa rata – rata nilai pH di stasiun 1 dan 2 tidak jauh berbeda, hanya berbeda 0,1. Nilai pH pada stasiun 1 dan 2 termasuk ke dalam pH asam. Rendahnya nilai pH selain di pengaruhi oleh faktor kualitas air juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan organisme yang berada di sekitar Pesisir Probolinggo. Masuknya bahan organik akibat aktivitas manusia dan organisme dapat menyebabkan penurunan nilai pH karena bahan organik yang dihasilkan dari aktivitas tersebut cenderung membentuk senyawa – senyawa asam yang akan menurunkan nilai pH [6]. 3.1.3 Salinitas Nilai rata – rata salinitas di stasiun 1 dan stasiun 2 berada pada kisaran 1,5 ± 0,5 ‰, dan 2 ± 0,0 ‰ (Gambar 4).Nilai salinitas untuk muara sungai berada pada kisaran 5 - 35 ‰[14], sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai salinitas di stasiun 1 dan 2 memiliki salinitas yang tergolong rendah.
490| I l m u K e l a u t a n [ I K - 1 9 ] - R i s k i A y u k N o v i a S u g i a n t o , d k k
Salinitas (‰)
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 1
2 STASIUN
Gambar 4. HasilanalisisSalinitas Rendahnya nilai salinitas di stasiun 1 dan 2 disebabkan karena waktu pengukuran salinitas dilakukan pada saat surut, dimana massa air laut saat surut bergerak ke arah laut sehingga terbentuk pola sebaran yang menyebabkan nilai salinitas rendah di bagian hulu[4].
(0,279 – 0,476 ppm)(Gambar 5). Tingginya kadar logam berat Pb pada sedimen disebabkan oleh karakteristik sedimen itu sendiri. Jenis sedimen baik di stasiun 1 dan 2 berupa lumpur, dimana sedimen yang berupa lumpur lebih banyak mengikat logam berat, karena banyaknya kandungan bahan organik yang ada pada sedimen lumpur. Hal ini sejalan dengan karakteristik logam berat yang mudah terikat oleh bahan organik. Prosentasi kandungan lumpur yang tinggi cenderung mengandung logam yang tinggi, karena konsentrasi logam yang tinggi umumnya berasosiasi dengan sedimen yang memilik ukuran butir kecil sehingga mampu mengikat logam dalam sedimen dengan baik [15]. 3.2 Logam Berat Cu di Air dan Sedimen Konsentrasi rata – rata Cu di air pada stasiun 1 yaitu 0,086 ± 0,04 ppm, sedangkan konsentrasi Cu di air pada stasiun 2 adalah 0,199 ± 0,07 ppm. Konsentrasi rata – rata Cu pada sedimen di stasiun 1 adalah 1,460 ± 0,41ppm, sedangkan konsentrasi rata – rata Cu di sedimen pada stasiun 2 adalah 0,663 ± 0,12 ppm (Gambar6). Cu (ppm)
Pb (ppm)
3.2 Logam Berat Pb di Air dan Sedimen Konsentrasi rata – rata Pb di air pada stasiun 1 adalah 0,279 ± 0,128 ppm dan konsentrasi Pb di air pada stasiun 2 adalah 0,476 ± 0,045 ppm. Konsentrasi rata – rata Pb pada sedimen di stasiun 1 adalah 0,361 ± 0,078 ppm dan konsentrasi Pb di sedimen pada stasiun 2 adalah 0,424 ± 0,075 ppm (Gambar5). 0,6 0,4 0,2 0
Air 1
2
Sedimen
Stasiun
Gambar 5. Hasilanalisislogam Pb pada air dan sedimen Konsentrasi Pb di air dan sedimen pada stasiun 2 lebih tinggi dibandingkan di stasiun 1 dengan perbedaan konsentrsasi Pb di air 0,197 ppm dan perbedaan Pb di sedimen 0,063 ppm. Tingginya kadar Pb baik di air maupun di sedimen pada stasiun 2 disebabkan karena lokasi pengambilan sampel dilakukan di muara yang dialiri limbah dari Pelabuhan Mayangan.Tingginya kandungan logam berat di perairan yang dekat dengan area pelabuhan disebabkan karena keberadaan kapal – kapal yang berada di pelabuhan tersebut, dimana efek tidak langsung dari penggunaan bahan bakar dan pembuangan limbah kapal yang mengandung Timbal (Pb) kemungkinan mengalir ke badan perairan[3]. Berdasarkan perbandingan rata – rata konsentrasi Pb di sedimen dan di air diperoleh kesimpulan bahwa konsentrasi Pb di sedimen (0,361- 0,424 ppm) lebih tinggi dibandingkan rata – rata konsentrasi Pb di air
2016
2 1
Air
0 1
2
Sedimen
STASIUN
Gambar 6. Hasilanalisiskonsentrasi Cu di air dan sedimen Berdasarkan perbandingan konsentrasi Cu di air dan di sedimen diperoleh kesimpulan bahwa konsentrasi Cu pada sedimen lebih tinggi dibandingkan di air. Selain dari faktor jenis sedimen, tingginya konsentrasi Cu di sedimen juga dipengaruhi oleh kondisi kualitas air di daerah Probolinggo. Hal ini berkaitan dengan sifat logam berat Cu, dimanalogam Cu pada pH 6-8 bersifat tidak larut dan cenderung terendapkan dalam sedimen[17]. Hal ini sesuai dengan nilai pH di stasiun 1 dan 2 yang berada pada kisaran tersebut yaitu 6,6 – 6,7 (Gambar 3) yang menyebabkan kelarutan Cu di air rendah dan meningkatkan absorbsi Cu oleh sedimen. Salah satu hasil studi menunjukkan 40-60% Cu dalam perairan sungai teradsorpsi oleh padatan tersuspensi dan terikat oleh koloid baik organik maupun inorganik[13]. 3.3. Biokonsentrasi Pb pada Akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina
491| I l m u K e l a u t a n [ I K - 1 9 ] - R i s k i A y u k N o v i a S u g i a n t o , d k k
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
0,4
Rhizophora mucronata
0,2 0 1
2
Avicennia marina
STASIUN
Gambar 7. Konsentrasi Pb pada akar mangrove Konsentrasi rata-rata Pb pada stasiun 1 lebih tinggi dibandingkan di stasiun 2 baik pada akar Rhizophora mucronata maupun Avicennia marina. Hal ini disebabkan karena umur mangrove pada kedua stasiun ini berbeda. Dimana pada stasiun 1 mangrove memiliki ketinggian sekitar ±3 - 4 meter, sedangkan ketinggian mangrove pada stasiun 2 berada pada kisaran ±2 - 3 meter. Ketinggian mangrove ini diasumsikan bahwa semakin tinggi pohon mangrove maka umurnya semakin tua, dimana semakin bertambah umur mangrove maka semakin tinggi konsentrasi logam berat Pb yang terakumulasi di dalam akar. Mangrove pada stasiun 1 lebih tinggi dibandingkan stasiun 2 sehingga tingkat konsentrasi Pb pada akar mangrove di stasiun 1 lebih tinggi dibandingkan dengan di stasiun 2.Akumulasi logam berat oleh tanamandipengaruhi oleh umur tanaman itu sendiri, dimana semakin tua umur tanaman maka tingkat konsentrasi logam berat akan bertambah dan cenderung menurun seiring barakhirnya daur hidup tanaman tersebut[7]. Berdasarkan rata – rata konsentrasi Pb pada akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina dapat diperoleh kesimpulan bahwa konsentrasi logam berat Pb oleh akar Rhizophora mucronata lebih rendah dibandingkan pada akarAvicennia marina, dengan perbedaan konsentrasi 0,008 ppm. Tingginya konsentrasi Pb pada akar Avicennia marina dipengaruhi oleh nilai BCF Avicennia marina(0,619) yang lebih tinggi dibandingkan Rhizophora mucronata(0,590)(Tabel 1).Tanaman excluder merupakan tanaman yang mencegah masuknya logam berat dari akar menuju ke jaringan lainnya[1]. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa Avicennia marina mencegah masuknya logam berat Pb masuk ke jaringan lainnya sehingga konsentrasi logam berat Pb di akar lebih banyak dibandingkan dengan Rhizophora mucronata yang tingkat excluder-nya lebih rendah
No 1 2
Tabel 1. BCF Pb pada akar mangrove Spesies Pb (Timbal) Rhizophora mucronata 0,590 Avicennia marina 0,619
3.4 Biokonsentrasi Cu pada Akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina Konsentrasi rata - rata logam Cu pada akar Rhizophora mucronata berada pada kisaran 0,185 ± 0,13 ppm - 0,083 ± 0,07 ppm. Konsentrasi Cu pada akar Avicennia marina berada pada kisaran 0,149 ± 0,08 ppm - 0,04 ± 0,03 ppm (Gambar8). Cu (ppm)
Pb (ppm)
Konsentrasi logam berat Pb pada akar Rhizophora mucronata berada pada kisaran 0,267 ± 0,075 ppm 0,202 ± 0,069 ppm. Konsentrasi rata – rata Pb pada akar Avicennia marina berada pada kisaran 0,302 ± 0,055 ppm - 0,112 ± 0,184 ppm(Gambar 7).
2016
0,4 Rhizophora mucronata
0,2 0 1
2
Avicennia marina
STASIUN
Gambar 8. konsentrasi Cu pada akar mangrove Konsentrasi rata – rata logam berat Cu baik pada akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina di stasiun 1 lebih tinggi dibandingkan di stasiun 2. Sama halnya dengan konsentrasi Pb di akar mangrove, tingginya konsentrasi Cu di stasiun 1 disebabkan karena umur mangrove di stasiun 1 lebih tua dibandingkan umur mangrove di stasiun 2. Tingginya konsentrasi Cu pada akar mangrove di stasiun 1 juga disebabkan oleh tingginya konsentrasi Cu pada sedimen, dimana konsentrasi Cu di sedimen lebih tinggi pada stasiun 1 dibandingkan di stasiun 2 (Gambar 5).Korelasi antara sedimen dan akar adalah positif, maksudnya tingginya konsentrasi logam berat di sedimen diiringi oleh tingginya konsentrasi logam berat di akar[11]. Sama halnya dengan stasiun 2, rendahnya konsentrasi Cu di stasiun 2 disebabkan karena konsentrasi sedimen di stasiun 2 lebih rendah dibandingkan konsentrasi Cu di stasiun 1 yaitu (Gambar 5). Berdasarkan perbandingan konsentrasi Cu pada akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina dapat disimpulkan bahwa Tingkat akumulasi logam berat Cu pada akar Avicennia marina lebih rendah dibandingkan Rhizophora mucronata baik di stasiun 1 maupun stasiun 2 (Gambar 8). Tingginya konsentrasi Cu pada akar Rhizophora mucronata berhubungan dengan konsentrasi Cu di air dan sedimen, dimana Cu di air jauh lebih rendah dibandingkan di sedimen (Gambar 5). Hal ini menguntungkan Rhizophora mucronata yang memiliki bentuk akar lebar dan luas
492| I l m u K e l a u t a n [ I K - 1 9 ] - R i s k i A y u k N o v i a S u g i a n t o , d k k
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
sehingga bidang penyerapan logam beratnya cenderung tinggi[9]. Rendahnya konsentrasi Cu pada akar Avicennia marina di sebabkan oleh sifat Avicennia marina itu sendiri, dimanaAvicennia marina mempunyai kemampuan mendetoksifikasi logam berat essensial apabila di dalam sedimen berada dalam jumlah yang banyak dengan cara mengurangi tingkat toksisitas logam berat tersebut[12]. . Tabel 2. BCF Cu pada akar mangrove No Spesies Cu (Tembaga) 1 Rhizophora mucronata 0,126 2 Avicennia marina 0,089
Tabel 3. hasil analisa Uji-T No T- Hitung T-tabel Sig. Logam Berat 1 -.290 -2,571 .783 Pb 2 1.156 2,571 .300 Cu Hasil analisa Uji-T menunjukkan bahwa T-hitung < T-tabel yang berarti H0 di terima, selain itu dapat dilihat pada nilai signifikansinya yang lebih dari 0,05 (p > 0,05) maksudnya tidak ada perbedaan akumulasi logam berat Pb dan Cu pada akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena konsentrasi logam berat Pb dan Cu pada akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina cenderung homogen. Selain dipengaruhi oleh faktor konsentrasi logam berat pada akar, nilai BCF pada kedua akar mangrove tersebut tergolong kategori excluder yang berarti sama – sama mencegah masuknya logam berat Pb dan Cu pada sedimen ke akar atau dari akar ke jaringan lainnya. Kesamaan dalam perlakuan logam berat Pb dan Cu oleh kedua jenis akar mangrove ini menyebabkan tidak adanya perbedaan dalam mengakumulasi logam berat.
Nilai BCF Cu pada akar Rhizophora mucronata adalah 0,126, sedangkan nilai BCF akar Avicennia marina untuk logam Cu adalah 0,089 (Tabel 2). Dari perhitungan nilai BCF Cu pada akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina diperoleh kesimpulan bahwa kedua jenis mangrove di Pesisir Probolinggo termasuk ke dalam kategori excluder yang mana nilai BCFnya < 1. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kedua akar mangrove ini mencegah masuknya logam berat dari sedimen ke akar mangrove, sehingga tingkat akumulasi Cu oleh kedua akar mangrove ini termasuk ke dalam kategori excluder.
IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan konsentrasi logam berat Pb dan Cu baik pada akar mangrove, sedimen dan air diperoleh kesimpulan bahwa konsentrasi logam berat Pb dan Cu di air berkisar 0,279 – 0,476 ppm dan 0,086 – 0,199 ppm, sedangkan konsentrasi logam berat Pb dan Cu di sedimen berkisar 0,361 – 0,424 ppm dan 0,663 – 1,460 ppm. Konsentrasi Pb dan Cu pada akar Rhizophora mucronata berkisar 0,202 – 0,267 ppm dan 0,063 – 0,185 ppm, sedangkan konsentrasi Pb dan Cu pada akar Avicennia marina berkisar 0,184 – 0,302 ppm dan 0,04 – 0,149 ppm.Berdasarkan nilai BCF Rhizophora mucronata dan Avicennia marina di Pesisir Probolinggo dapat dikategorikan sebagai Excluder terhadap logam berat Pb dan Cu, sehingga tidak terdapat perbedaan akumulasi logam berat Pb dan Cu pada akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina.
ppm
3.5 Perbandingan Akumulasi Logam Berat Pb dan Cu pada Akar Rhizophora mucronata dan Avicennia marina Rata – rata konsentrasi Pb pada akar Rhizophora mucronata adalah 0,232 ± 0,042 ppm, sedangkan rata – rata konsentrasi Pb pada akar Avicennia marina adalah 0,243 ± 0,083 ppm. Konsentrasi rata – rata Cu pada akar Rhizophora mucronata adalah 0,134 ± 0,072 ppm, sedangkan konsentrasi rata – rata Cu pada akar Avicennia marina adalah 0,095 ± 0,077 ppm (Gambar 9). 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0
Rhizophora mucronata Avicennia marina Pb
V. DAFTAR PUSTAKA [1]
N.Ainun, A.Tjoa, S. Samudin. Pengaruh Bahan Organik Pada Tailing Emas Terhadap Pertumbuhan Dan Translokasi Merkuri (Hg) Pada Sawi (Brassica Parachinensis L.) Dan Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.). Agrotekbis, 1. 2003.
[2]
A.J.Baker. Accumulators And Excluders-Strategies In The Response Of Plants To Heavy Metals. J. Plant Nutr.. 643–654, 3. 1981.
Cu
Gambar 9. konsentrasi Pb dan Cu pada akar mangrove
2016
493| I l m u K e l a u t a n [ I K - 1 9 ] - R i s k i A y u k N o v i a S u g i a n t o , d k k
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang
[3]
2016
F.Barik, N.Afiati, N. Widyorini. Kajian Kandungan Natrium (Na) Dan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Jaringan Lunak Kerang Darah (Anadara Granosa (L.)) Dari Perairan Tanjung Emas Semarang Dan Perairan Wedung Demak. Manag. Aquat. Resour. J. 3, 151– 159.2004.
[16]
L.Putra, K.P.Boediman, R.Rohman, M. Istiomah, Analisis Kondisi Komunitas Mangrove Di Pantai Pondok Bali, Subang, Jawa Barat. Inst. Teknol. Bdg. 2009.
[17]
H.S.Sanusi, S. Putranto. Kimia Laut Dan Pencemaran. Dep. Ilmu Dan Teknol. Kelaut. 2009.
[4]
Budianto, A.Pratomo, Muzahar. Pola Sebaran Salinitas Dan Suhu Di Perairan Estuari Sungai Kawal Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Ria. Univ, Raja Alim Haji, 2015.
[18]
Simon, P. Distribution Temperature, Salinity And Dissolved Oxygen In Waters Kema, North Sulawesi. J. Ilm. Platax.1, 148–157.2013.
[5]
M.Crookes, D.Brooke. Estimation Of Fish Bioconcentration Factor (Bcf) From Depuration Data. Environment Agency Science Report. Bristol Environ. Agency. 2011.
[6]
H. Effendi, Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
[7]
K.E.Giller, R.Nussbaum, A.M.Chaudri, S.P. Mcgrath. Rhizobium Meliloti Is Less Sensitive To Heavy-Metal Contamination In Soil Than R. Leguminosarum Bv. Trifolii Or R. Loti. Soil Biol. Biochem.25, 273– 278.1993
[8]
F.Hamzah, A. Setiawan. Akumulasi Logam Berat Pb, Cu, Dan Zn Di Hutan Mangrove Muara Angke, Jakarta Utara. 2010.
[9]
T. Handayani. Bioakumulasi Logam Berat Dalam Mangrove Rhizopora Mucronata Dan Avicennia Marina Di Muara Angke Jakarta. J. Teknol. Lingkung. 7.2011.
[10]
H. Joshi, Ghose, M. Forest Structure And Species Distribution Along Soil Salinity And Ph Gradient In Mangrove Swamps Of The Sundarbans. Trop. Ecol. 2003, 44, 195–204.
[11]
Krupadam, R.J., Ahuja, R., Wate, S.R. Heavy Metal Binding Fractions In The Sediments Of The Godavari Estuary, East Coast Of India. Environ. Model. Assess. 2007, 12, 145–155.
[12]
G.R.Macfarlane, A.Pulkownik, M.D. Burchett. Accumulation And Distribution Of Heavy Metals In The Grey Mangrove, Avicennia Marina (Forsk.) Vierh.: Biological Indication Potential. Environ. Pollut.123, 139–151. 2003,
[13]
J.W.Moore, S.Ramamoorthy.Aromatic Hydrocarbons—Polycyclics, In: Organic Chemicals In Natural Waters. Germany: Springer, Pp.67–87, 1994.
[14]
J.W.Nybakken, H.M.Eidman.Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis, Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 1992.
[15
T.Purbonegoro, A.Damar, Z.Arifin. Logam Berat (Cd Dan Pb) Dalam Padatan Tersuspensi Dan Sedimen Muara Kapuas, Kalimantan Barat. Oseanologi Dan Limnol. Indones.40, 55–70.2014.
494| I l m u K e l a u t a n [ I K - 1 9 ] - R i s k i A y u k N o v i a S u g i a n t o , d k k