ANALISIS DAYA SAING JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH Nikmatul Fitri Munawaroh, Endang Siti Rahayu, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457 E-mail:
[email protected] Telp. 085747016864 Abstract : The research was aimed to assess the cost of aims, revenue, profits and competitiveness in corn farming Grobogan. The basic method of research is descriptive analytic method and its implementation with survey techniques. The study was conducted in the District 3 District Grobogan with, namely Toroh, Wirosari and Geyer is one corn producing areas in Central Java. Sampling corn farmers using proportional random sampling method the number of samples in this study were 30 people. The data used are primary and secondary data collected by observation, interview and record keeping. Data analysis methods used in this research is the analysis of costs, revenues, profits and competitiveness with a simple linear regression model. Based on the results of the study indicate maize farming with a land area of 0.8 hectares, maize farming costs Rp 6,695,430.00 / ha / MT, generating farm receipts Rp 9,575,239.00 / ha / MT, farm profit of Rp 5,663. 072.00 / ha / MT and MC farmers selling price of Rp 960.00 less than the selling price of maize P Rp 2036.00 in the market district. Then corn farming are competitive. Keywords: Corn, Farm Cost, Revenue, Profit, Competitiveness Abstrak : Penelitian ini bertujuan mengkaji besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan daya saing usahatani jagung di Kabupaten Grobogan. Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif analitik dan pelaksanaannya dengan teknik survei. Penelitian dilakukan di Kabupaten Grobogan dengan 3 Kecamatan, yaitu Toroh, Wirosari dan Geyer merupakan salah satu daerah penghasil jagung di Jawa Tengah. Pengambilan sampel petani jagung menggunakan metode proportional random sampling jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30 orang. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara dan pencatatan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ini yaitu analisis biaya, penerimaan, keuntungan dan daya saing dengan model regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan usahatani jagung dengan luas lahan sebesar 0,8 Ha, membutuhkan biaya usahatani jagung Rp 6.695.430,00/Ha/MT, menghasilkan penerimaan usahatani Rp 9.575.239,00/Ha/MT, keuntungan usahatani sebesar Rp 5.663.072,00/Ha/MT dan MC harga jual petani Rp 960,00 lebih kecil daripada P harga jual jagung Rp 2.036,00 di pasar kecamatan. Maka usahatani jagung memiliki daya saing. Kata kunci : Jagung, Biaya Usahatani, Penerimaan, Keuntungan, Daya Saing
PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian merupakan penopang perekonomian di Indonesia karena pertanian
memberikan proporsi yang sangat besar dalam sumbangan kas pemerintah. Hal ini kemudian menjadikan sektor pertanian sebagai pasar yang potensial bagi produkproduk dalam negeri baik untuk produksi maupun untuk konsumsi, terutama produk yang dihasilkan
oleh sub sektor tanaman pangan (Yulianik Siswi, 2006). Pembangunan pertanian perlu terus dikembangkan agar mengarah pada terciptanya pertanian yang efisien, memiliki daya saing, mampu meningkatkan pendapatan dan taraf hidup para petani pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Arah pengembangan tersebut melalui peningkatan pola agribisnis, terutama peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, penganekaragaman komoditas unggulan, peningkatan nilai tambah produk serta perluasaan penguasaan pasar (Mahfudz et al,, 2004). Dalam penganekaragaman makanan pokok, jagung memegang peranan penting karena mengandung nilai gizi yang cukup tinggi. Setiap 100 gram jagung mengandung 500 gram vitamin A, 9,0 gram protein, 4 ,0 gram lemak, 74 gram hidrat arang dan 308 kalori nilai kalori (Iskandar et al,. 1983). Di samping sebagai bahan pangan, jagung sebagai bahan pakan ternak dan bahan baku industri (Danarti et al, 1992). Daerah sentra produksi jagung di Propinsi Jawa Tengah meliputi wilayah Kabupaten Grobogan, Wonogiri, Blora, Temanggung dan Wonosobo. Kabupaten Grobogan merupakan sentra produksi jagung. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kabupaten Grobogan merupakan sentra produksi jagung terbesar dengan produktivitas 55,94 kw/ha, diikuti berturut-turut oleh Wonogiri 48,04 kw/ha, Blora 43,96 kw/ha, Wonosobo 41,24 kw/ha dan Temanggung 39,38 kw/ha. Kabupaten Grobogan secara geografis terletak di antara 110°15’
BT - 111°25’ BT dan di antara 7°LS - 7°30’ LS. Dilihat dari tata ruang Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan terletak di antara dua pegunungan Kendeng yang membujur dari arah barat ke timur. Kondisi topografi rata-rata adalah datar, terutama di bagian tengah seluas 43.903,7 ha (22,22%) merupakan lahan landai dan agak curam, sedangkan yang berada di sebelah utara dan selatan berupa pegunungan kapur dan perbukitan yang membujur dari barat ke timur (Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan) merupakan lahan kering dan cocok untuk pengembangan tanaman jagung dibandingkan dengan daerah-daerah lain (BPS Kab. Grobogan, 2010). Sebagai bahan pakan, jagung terutama digunakan sebagai pakan unggas dengan proporsi lebih dari 50% dari total bahan pakan yang digunakan. Hal ini menyebabkan permintaan jagung terus meningkat baik di pasar domestik maupun internasional. Permintaan industri hilir, terutama industri pakan ternak dan ikan, terhadap jagung akan terus meningkat pada periode yang akan datang. Industri pakan ternak di Indonesia diperkirakan membutuhkan kurang lebih 200.000 ton jagung pipilan kering setiap bulan. Bahan baku pakan ternak unggas berasal dari jagung. Pada kenyataannya, produksi padi yang besar di Kecamatan Nogosari belum menjamin ketersediaan pangan pokok secara umum di tingkat rumah tangga petani di kecamatan tersebut. Hal ini bisa terjadi karena adanya kesenjangan antara ketersediaan pangan pokok wilayah
dengan akses pangan keluarga, yang selanjutnya akan berdampak pada ketahanan pangan rumah tangga. Ketahanan pangan rumah tangga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan pangan pokok tingkat rumah tangga, pemahaman yang kurang mendalam tentang pangan dan gizi, serta rendahnya pendapatan rumah tangga sehingga menyebabkan minimnya konsumsi pangan yang bergizi. Dalam jangka panjang, konsumsi pangan yang bergizi mampu mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Dispertan TPH) Kabupaten Grobogan mencatat kenaikan produksi jagung pada tahun 2012, dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2012 ini, tercatat produksi jagung mencapai 565.000 ton, lebih tinggi dari tahun 2011 yang mencapai 503.000 ton. Besarnya produksi jagung tersebut, belum diimbangi dengan pengetahuan petani dalam menggunakan faktor-faktor produksi yang tepat. Petani belum memahami prinsip-prinsip mengenai hubungan antara input-output, sehingga petani sering menggunakan input yang pemakaiannya tidak sesuai dengan rekomendasi dan berakibat produksi yang dihasilkan belum optimal. Selain itu, mengakibatkan petani menjual jagung pipilan kering ke pedagang besar dan bukan ke pasar yang ada di kecamatan setempat, karena harga yang di tawarkan oleh pedagang besar lebih besar daripada yang di tawarkan pasar. Hal ini yang menyebabkan adanya daya saing jagung di tingkat petani.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Lokasi penelitian di dilaksanakan di Kecamatan Geyer, Wirosari, dan Toroh yang ada di Kabupaten Grobogan, yaitu merupakan salah satu daerah penghasil jagung di Jawa Tengah. Pengambilan daerah sampel yang dilakukan secara purposive sampling atau sengaja dengan mempertimbangkan alasan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian Metode Analisis Data Biaya dan Penerimaan Usahatani a. Biaya Biaya usahatani adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam suatu usaha di bidang pertanian. Total biaya selama proses produksi diperhitungkan dari penjumlahan nilai total biaya eksplisit (EC) dan nilai total biaya implisit (IC). Secara matematis di rumuskan : TC = EC + IC…………………(1) Keterangan : TC : Biaya total usahatani jagung (Rp) EC : Biaya eksplisit (Rp) IC : Biaya implisit (Rp) b. Penerimaan Penerimaan usahatani merupakan hasil kali seluruh total produksi dengan harga produk yang dihasilkan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: TR = Q x Pq…………………...(2) Keterangan : TR : Total penerimaan usahatani (Rp) Q : Jumlah produksi jagung (kg) Pq : Harga jual jagung (Rp) 2. Keuntungan Keuntungan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dan total
biaya, secara matematis dapat ditulis : π = TR – TC π=(Q x Pq) – (EC + IC) Keterangan : π : Keuntungan usahatani (Rp) TR : Total penerimaan (Rp) TC : Total biaya (Rp) EC : Biaya ekplisit (Rp) IC : Biaya implisit (Rp) Q : Jumlah produksi jagung (kg) Pq : Harga jual jagung (Rp) 3. Daya Saing Usahatani Untuk mengetahui daya saing produk usahatani digunakan pendekatan marginal cost (MC) dengan menurunkan model regresi linear sederhana. Biaya yang digunakan dalam usahatani jagung terdiri dari biaya eksplisit (biaya benih, pupuk, upah tenaga kerja luar) dan biaya implisit (penyusutan alat, upah tenaga kerja dalam, biaya sekep pripil). ln C = bo + b ln Q……………….(3) Keterangan: MC = marginal cost usahatani jagung (Rp) b = koefisien regresi bo = intersep ebo = anti ln bo C = biaya usahatani jagung (Rp) Q = produksi usahatani jagung (Rp)
Setelah didapat nilai bo dan b, maka persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut: C = ebo . Qb dC = ebo . b Qb-1 dQ = ebo . bQb Q bo b MC = e . Q b Q MC = C . b Q MC = b. Keterangan: MC = marginal cost usahatani jagung (Rp) b = koefisien regresi bo = intersep ebo = anti ln bo C = biaya usahatani jagung (Rp) Q = produksi usahatani jagung (Rp). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Rumah Tangga Petani Responden Identitas petani sampel merupakan gambaran umum mengenai kondisi petani sebagai pelaku usahatani. Identitas petani sampel dapat dilihat pada Tabel
Tabel 1. Identitas Petani Sampel Usahatani Jagung MT Agustus-November 2012 di Kabupaten Grobogan No. 1. 2. 3.
4. 5. 6.
Identitas Petani Jumlah petani sampel (orang) Rata-rata umur (th) Pendidikan a. Tidak Sekolah b. Tamat SD (orang) c. Tamat SLTP (orang) d. Tamat SLTA (orang) e. Tidak Tamat SD (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga (orang) Rata - rata lama mengusahakan tanaman jagung (tahun) Rata-rata luas lahan garapan (Ha)
Keterangan 30 46,30 0 13 6 1 4 4 18,20 0,80
Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2012
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani jagung adalah 46 tahun, dan dari 30 responden semuanya termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun). Pada usia yang demikian, petani mempunyai produktivitas kerja yang tinggi karena tenaga yang dimiliki dan kemampuan untuk bekerja petani secara fisik mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam penanganan usahatani dan dapat lebih matang dalam bertindak secara rasional untuk memajukan kegiatan usahataninya sehingga dapat mendukung kemajuan usahataninya. Tingkat pendidikan sebagian besar hanya tamat Sekolah Dasar ,yaitu 16 responden, tidak tamat SD sebanyak 4 responden, SMP sebanyak 6 responden dan SMA hanya 1 responden. Latar belakang pendidikan petani ini akan berpengaruh terhadap petani dalam menerima berbagai teknologi dan inovasi baru yang telah dikembangkan terutama untuk
peningkatan usahatani yang dijalankannya. Budidaya Tanaman Jagung Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Tanaman jagung yang diusahakan petani biasanya ditanam pada musim awal penghujan (labuhan) dan menjelang musim kemarau. Petani menanam jagung pada musim labuhan dengan tujuan agar usahatani jagung tersebut mudah untuk mendapatkan air. Varietas tanaman jagung yang ditanam oleh petani jagung di Kabupaten Grobogan adalah varietas P-21. Petani memilih menanam varietas P21 karena hasil yang banyak, seragam, meskipun harga benihnya mahal dan teknik penanaman jagung varietas ini pada dasarnya sama dengan teknik penanaman jagung secara umumnya. Teknik penanaman jagung yang dilakukan petani di daerah penelitian sebagai berikut :
Persiapan Lahan tepat dapat meningkatkan hasil Lahan yang akan digunakan untuk panen budidaya jagung harus dipersiapkan terlebih dahulu. Panen Kegiatan pemanenan pada tanaman Penanaman jagung dilakukan saat tanaman Jagung varietas P-21 merupakan berusia sekitar 65-70 hari setelah jenis jagung hibrida, sehingga benih tanam jagung vaietas P-21 yang digunakan adalah benih baru, bukan dari hasil Penanganan Pasca Panen panen sebelumnya Penanganan pasca panen yang dilakukan yaitu pengupasan, Pemeliharaan pemipilan dan pengeringan. Jagung yang Pemeliharaan tanaman jagung telah dipanen, kulitnya dikupas lalu jagung varietas P-21 mencakup diikat, dalam satu ikatan berisi beberapa pemupukan, penyiangaan, tongkol jagung. Ikatan-ikatan jagung pembumbunan dan pengendalian digantungkan dianjang-anjang sampai kadar hama dan penyakit. Kegiatan airnya sekitar 18% dengan ciri-ciri bijinya pemupukan sangat penting dalam mengkilap, sudah cukup keras dan mudah dipipil, apabila bijinya ditusuk dengan kuku menjaga pertumbuhan tanaman, ibu jari sudah tidak meninggalkan bekas. selain itu pemberian pupuk yang Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Usahatani Tabel 9. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Jagung MT Agustus - November 2012 di Kabupaten Grobogan No.
Sarana Produksi
1. 2. 3. 4. 5.
Luas lahan garapan (Ha) Benih (kg) Pupuk Urea (kg) Pupuk Phonska (kg) Pupuk SP-36 (kg)
Per Usahatani 0,80 12,8 282,50 40,83 120
Per Hektar 0,80 9,8 371,89 71,83 132,56
Sumber : Analisis Data Primer 2012 Berdasarkan pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa rata-rata penggunaan sarana produksi pada usahatani jagung di Kabupaten Grobogan dengan luas lahan per usahatani seluas 0,80 ha menggunakan benih sebanyak 12,8 kg per usahatani atau 9,8 kg per ha.
Pupuk urea yang diperlukan per usahatani sebanyak 282,50 kg atau 371,89 kg per ha. Penggunaan pupuk Phonska per usahatani sebanyak 40,83 kg atau 71,83 kg per ha.Penggunaan pupuk SP-36 sebanyak 120 kg per usahatani atau 132,56 kg per ha.
Penggunaan Tenaga Kerja pada sangat penting dalam menunjang Usahatani Jagung Tenaga kerja keberhasilan suatu usahatani. Tabel 10. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Jagung MT Agustus – November 2012 di Kabupaten Grobogan
TKD (HKP)
No.
1. 2. 3. 4. 5.
TKL Jumlah (HKP) (HKP) Per Ha Per Per Per Per P Keterangan UT Ha UT Ha er U T 28,32 17,3 27 1,36 1,21 18,7 Pengolahan 4 tanah 12,57 55,60 8,818 3,07 3,76 Penanaman 21,17 13,473 21,40 0,067 0,03 8,22 Pemelihara 11,42 2,91 5,51 5,67 13,5 an 3 21 11 20 4 Pemanenan 1 5,91 7,44 Pasca 1 12 panen JUMLAH 100,283 82,728 11, 11,8 59,9 94,48 167 23 4 Sumber: Analisis Data Primer 2012 persemaian dan pembuatan parit, sehingga membutuhkan tenaga kerja banyak. Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usahatani Jagung Biaya adalah sejumlah nilai uang yang dikeluarkan oleh petani untuk membiayai kegiatan usahataninya yang meliputi biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Konsep biaya yang digunakan dalam analisis ini adalah biaya menghasilkan tanaman jagung mulai dari proses budidaya hingga pemasaran.
Menurut Tabel 10 dapat dilihat bahwa penggunaan rata-rata tenaga kerja dalam usahatani jagung di Kabupaten Grobogan yaitu sebesar 59,94 HKP per usahatani atau 94,48 HKP per ha. Tenaga kerja ini meliputi tenaga kerja dalam sebesar 100,283 HKP per usahatani dan tenaga kerja luar sebesar 11,167 HKP per usahatani. Tenaga kerja pada pengolahan tanah merupakan yang terbesar yaitu 18,74 per usahatani. Hal itu dikarenakan pengolahan tanah meliputi pengcangkulan, penggundukan, No
Macam Sarana Produksi
Biaya
Biaya
Per Usahatani (Rp)
Per Hektar (Rp)
1.
Benih
580.733
738.300
2.
Pupuk Urea
490.333
651.956
3.
Pupuk Phonska
73.500
129.300
4.
Pupuk SP36
249.600
275.716
5.
Pestisida
74.893
65.389
JUMLAH
1.469.059
1.338.005
Sumber : Analisis Data Primer 2012 Berdasarkan data pada Tabel 11. dapat diketahui bahwa rata-rata biaya sarana produksi pada usahatani jagung Rp.1.338.005/ha/MT. Dari berbagai macam sarana produksi yang digunakan, biaya sarana produksi paling besar digunakan yaitu untuk membeli benih. Biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian benih sebesar Rp.738.300/ha/MT. Benih yang digunakan dalam usahatani jagung ini jenis P21 dengan harga rata-rata yang dibeli oleh petani sebesar Rp.64.000,00/Kg. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk Urea sebesar Rp.651.956/ha/MT dengan per
kilogramnya sebesar Rp.1.800,00. Biaya untuk pembelian pupuk Phonska sebesar Rp.129.300/ha/MT, dan untuk pembelian pupuk SP36 sebesar Rp.275.716/ha/MT dengan masingmasing harga per kilogramnya sebesar Rp.2.300,00 untuk Phonska dan Rp.2.100,00 untuk SP36. Pembelian pestisida sebesar Rp 65.389/ha/MT. Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani jagung terdiri dari tenaga kerja dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar. Rata-rata biaya penggunaan tenaga kerja pada usahatani jagung dapat dilihat pada Tabel 12.
\Tabel 12. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jagung MT Agustus November 2012 di Kabupaten Grobogan Per Usahatani (Rp) 1. Pengolahan tanah 760.533 2. Penanaman 355.400 3. Pemeliharaan 542.267 4. Pemanenan 342.933 5. Pasca panen 503.133 JUMLAH 2.504.266 Sumber : Analisis Data Primer 2012 No.
Keterangan
Biaya Lain-lain pada Usahatani Jagung Komponen biaya lain-lain yang dikeluarkan petani pada usahatani jagung dapat dilihat pada Tabel 13, berikut ini. Berdasarkan analisis, dapat diketahui bahwa biaya lain-lain hanya untuk biaya sekep pripil, yaitu sebesar Rp.692.988/ha/MT. petani di Kabupaten Grobogan rata-
Per Hektar (Rp) 1.139.409 540.544 847.267 515.911 831.178 3.838.309
rata menggunakan mesin dengan tarif yang per karung untuk 40 kg memipil jagung yaitu Rp.3.000,00. Biaya Total Usahatani Jagung Biaya total yang dikeluarkan dalam usahatani jagung dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Rata-rata Biaya Total Usahatani Jagung MT Agustus – November 2012 di Kabupaten Grobogan
No. 1. 2. 3. 4.
Macam biaya Biaya Saprodi Biaya Tenaga Kerja Biaya Penyusutan Biaya Lain-lain JUMLAH
Per usahatani (Rp) 1.469.067 2.504.267 62.040 303.525 4.444.165
Per hektar (Rp) 1.864.660 3.874.308 107.873 692.988 6.695.429
Sumber : Analisis Data Primer 2012 petani dalam mengusahakan jagung Berdasarkan Tabel 14. diatas, adalah sebesar Rp.6.695.429/ha/MT. dapat diketahui bahwa biaya Penerimaan Total Usahatani Jagung usahatani jagung terdiri dari biaya Penerimaan merupakan hasil pengadaan sarana produksi yaitu perkalian dari produksi usahatani sebesar Rp.1.864.660 /ha/MT, biaya dengan harga per satuan. Rata-rata untuk tenaga kerja sebesar Rp penerimaan usahatani jagung di 3.874.308/ha/MT, biaya penyusutan Kabupaten Grobogan dapat dilihat sebesar Rp.107.873/ha/MT dan pada Tabel 15 berikut ini. biaya lain-lain sebesar Rp 692.988. Jadi, biaya total yang dikeluarkan Tabel 15 Rata-rata Penerimaan Total Usahatani Jagung MT Agustus – November 2012 di Kabupaten Grobogan No. 1. 2. 3.
Keterangan Produksi (kg) Harga Produksi (Rp/kg) Penerimaan (Rp)
Per usaha tani
Per hektar
3.637 2.036,67 7.657.000
4.890 4.027 9.575.239
Sumber : Analisis Data Primer 2012 kilogramnya Rp.4.027 per ha. Berdasarkan Tabel 15. dapat Diperoleh penerimaan petani pada diketahui bahwa produksi jagung usahatani jagung sebesar yang diperoleh petani adalah 4.890 kg/ha, dengan harga jagung per Rp.9.575.239/ha/MT. Tabel 16
Rata-rata Pendapatan Usahatani Jagung MT Agustus November 2012 di Kabupaten Grobogan
No Keterangan . 1. Penerimaan usahatani 2. Biaya usahatani 3. Keuntungan usahatani Sumber : Analisis Data Primer 2012 Keuntungan petani merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh petani dari usahataninya yang dihitung dari selisih antara
Per usaha tani (Rp) 7.657.000 4.338.899 3.318.101
Per hektar (Rp) 9.575.239 6.539.830 6.220.757
penerimaan dengan biaya untuk produksi yang digunakan dalam usahatani. Berdasarkan Tabel 16, dapat di diketahui bahwa rata-rata
penerimaan usahatani jagung sebesar Rp.9.575.239/ha/MT dengan biaya usahatani sebesar Rp. 6.539.830/ha/MT, sehingga diperoleh rata-rata keuntungan usahatani jagung sebesar Rp. 6.220.757/ha/MT Analisis daya saing produk jagung berdasarkan konsep biaya total Kabupaten Grobogan juga dihitung menggunakan pendekatan Marginal Cost (MC). Pendekatan ini membandingkan nilai MC dengan harga jual jagung di tingkat pasar Kecamatan Toroh, Wirosari dan Geyer. Nilai MC diperoleh dengan terlebih dahulu mengetahui persamaan biaya total usahatani jagung (biaya eksplisit dan implisit) dari hasil penelitian ini. Persamaan biaya usahatani jagung diperoleh menggunakan analisis regresi dengan model sebagai berikut: Ln C = b0 + b Ln Q Dari hasil analisis regresi di atas diperoleh nilai koefisien bo sebesar 9,072 dan nilai koefisien b sebesar 0,764. Jadi persamaan biayanya adalah :
MC b .
C Q
4.574.329, 259 3 . 637 MC 960 . 8984201 960 MC 0 , 764 .
Kesim pulan dan
Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Biaya total rata-rata yang dikeluarkan petani dalam usahatani jagung di Kabupaten Grobogan musim tanam Agustus-November 2012 sebesar Rp 4.444.165,00/UT/MT atau Rp6.695.430,00/Ha/MT dengan
Ln C = 9,072+ 0,764 Ln Q C
= e9,072. Q 0,764
C
= 8.708.022446. 3.6370,764
C
=8.708.022,446.525.300,582
C
= 4.574.329,259
Setelah diketahui nilai perkiraan biaya usahatani jagung (C), maka nilai MC dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Jadi nilai MC pada usahatani jagung di Kabupaten Grobogan adalah Rp.960,00 Dalam penelitian ini diketahui bahwa rata-rata harga jual jagung di tingkat petani adalah Rp 2.036,67 per kg. Apabila dibandingkan dengan nilai MC yang diperoleh, maka diketahui bahwa MC lebih kecil daripada P* yakni Rp 960,00 < Rp 2.036,67. Hal ini menunjukkan bahwa petani jagung memiliki daya saing dan menunjukkan bahwa petani jagung dapat menerima tambahan hasil dari penambahan biaya tiap satu satuan unit produk yang dihasilkan. penerimaan rata-rata sebesar Rp 7.657.000,00/UT/MT atau Rp 9.575.239,00/Ha/MT. Keuntungan rata-rata usahatani jagung sebesar Rp 3.133.043,00/UT/MT atau Rp 5.663.072,00/Ha/MT. Usahatani jagung di Kabupaten Groobogan termasuk tidak memiliki daya saing karena nilai MC (Rp 960,00) lebih kecil daripada P harga jual jagung (Rp 2.036,00) di pasar kecamatan. Hal ini menunjukkan bahwa petani jagung memiliki daya saing dan
dapat menerim tambahan hasil dari penambahan biaya tiap satu satuan unit produk yang dihasilkan. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat disarankan sebagai berikut: Usahatani jagung di Kabupaten Grobogan memiliki daya saing, untuk mendapatkan penerimaan tambahan hasil yang lebih tinggi maka diperlukan penambahan biaya tiap satu satuan unit produk yang dihasilkan, dengan cara peningkatan efesiensi alokatif yang memanfaatkan input secara proporsional sesuai kebutuhan sehingga terjadi penghematanbiaya.
Harga jual jagung di Kabupaten Grobogan mengalami fluktuasi harga kususnya pada saat panen. Pemerintah dimohon untuk menerapkan kebijakan harga batas atas dan batas bawah untuk produksi jagung, sehingga petani tidak mengalami kerugian berkelanjutan dan dapat melindungi petani dari pedagang besar yang bermain harga. Ketidaktahuan petani akan informasi harga membuat pedagang besar memainkan harga jual di tingkat petani. Pemerintah dimohon untuk lebih aktif memberikan informasi kepada para petani.
DAFTAR PUSTAKA
Bereau for Africa. Office of Sustainable Development. Washington, D.C Danarti Dan Sri Najiyaati.1992. Palawija, Budidaya dan Analisi Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Dillon, J.L.1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI-Press. Jakarta. Djuwari. 1994. Aspek-Aspek Ekonomi dalam Usahatani. Program Pasca Sarjana. UGM. Yogyakarta.
Abbas, Syamsudin. 1997. Revolusi Hijau dengan Swasembada Beras dan Jagung. Badan Pengendali Bimas. Jakarta. Amang, B. 2003. Ekonomi Perberasan, Jagung dan Minyak Sawit di Indonesia . Dharma Karsa Utama, Jakarta. BPS Kab. Grobogan. 2010. Grobogan dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik. Grobogan. BPS Prov JawaTengah. 2011. Jawa Tengah Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik. Prov Jawa Tengah. Chairul , M dan Tjetjep, N. 2011. Daya Saing Komoditas Promosi Ekspor Manggis System Pemasaran dan Kemantapannya di dalam Negeri(Studi Kasus di Kabupaten Purwakarta Jawa Barat). Jurnal Agro Ekonomi Vol. 29 No.1:87-111. ISSN :0216-9053. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Cockburn, J., E. Siggel, M. Coulibaly, S. Vezina. 1998. Measuring Competitiveness and Its Sources: The Case of Mali’s Manufacturing Sector. African Economic Policy Paper. Discussion Paper Number 16, Oktober 1998. United Stated Agency for International Development.