AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER‐KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta Berbagai metode atau cara ber‐KB secara modern sudah kita kenal melalui penggunaan alat kontrasepsi masa kini, seperti penggunaan kontrasepsi sederhana yang penggunaan atau pe makaiannya tanpa melalui bantuan orang lain sebut saja kondom, juga kontrasepsi yang mengandung hormonal berupa Pil KB, Suntik KB dan Implant/susuk KB atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK). Kemudian ada pula yang tidak mengandung hormonal berupa IUD (Intra Uterin Devices) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), dan Sterilisasi atau Metode Operasi Pria (Vasektomi), serta Metode Operasi Wanita (Tubektomi). Penggunaan alat kontrasepsi untuk ber‐KB pada dasarnya adalah upaya dari Pasangan Usia Subur (PUS) untuk menunda atau menjarangkan kehamilan, tetapi ada juga yang melakukan sterilisasi, yaitu dengan kesadaran yang tinggi untuk tidak menginginkan anak lagi dikarena‐ kan sudah cukup dengan jumlah anak yang dimiliki, atau indikasi medis bagi istri/ibu yang sudah tidak dimungkinkan lagi untuk hamil sesuai saran dokter, atau penyebab lain karena tidak cocok dengan alat kontrasepsi yang tersedia di tempat pelayanan KB dan Kesehatan. Bagaimana dengan Amenore Laktasi sebagai metode ber‐KB bagi ibu menyusui ? Perlu diketahui bahwa tingkat pemberian ASI Eksklusif di Indonesia kondisinya masih ren – dah. Mengapa demikian? karena masih kurangnya pengetahuan tentang manfaat ASI dan gencarnya promosi susu formula membuat banyak ibu gagal menyusui. Menurut Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kementerian Kesehatan Slamet Riyadi Yuwono menyebutkan, berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2010, baru ada 33,6 persen bayi umur 0 ‐ 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif. Bahkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menyebutkan, hanya 15,3 persen bayi umur kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif. Amenore Laktasi sebenarnya merupakan istilah dalam pemanfaatan ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif, yang saat ini sudah lazim menggunakan istilah Metode Amenore Laktasi (MAL). ASI yang berasal dari seorang ibu yang sedang menyusui merupakan makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, mengandung nilai gizi berstandar emas, yang sangat dibutuhkan oleh
bayi dalam pertumbuhan dan perkembangannya baik intelektualitas maupun fisik, mudah di cerna oleh sistem pencernaan bayi, bersih serta mudah diberikan. Dalam ASI mengandung kolostrum (susu jolong) yang keluar pada saat hari‐hari pertama se telah bayi lahir, berwarna kekuning‐kuningan mengandung protein dan vitamin A, selain itu kolostrum juga mengandung zat kekebalan tubuh (anti bodi) yang dapat melindungi bayi da ri berbagai penyakit. Amenore Laktasi sebagai metode ber‐KB alamiah yang bersifat sementara melalui pemberi an ASI secara Eksklusif segera setelah melahirkan (post partum) selama 6 bulan. Yang dimak sud ASI Eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja tanpa makanan atau minuman tambah‐ an apapun (kecuali obat dan vitamin) kepada bayi segera setelah bayi lahir sampai bayi ber usia 6 bulan dan diberikan sesuai kemauan bayi. Metode ini akan memberikan perlindungan kepada ibu dari kehamilan berikutnya yang terlalu dekat/cepat, dengan efektifitas 98,2% selama 9 sampai 10 bulan. Namun harus perlu diingat bahwa pemberian ASI ini akan efektif bila bayi belum berusia 6 bulan dan hanya diberi ASI saja tanpa makanan atau minuman
tambahan, kemudian ibu menyusui belum datang haid kembali pasca persalinan. Ada beberapa manfaat terpenting lainnya bagi ibu melahirkan dan menyusui secara Eksklusif, antara lain dapat mengurangi perdarahan pasca persalinan, meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayinya, mengurangi anemia zat besi, mempercepat pulihnya kesehatan rahim, mencegah terjadinya resiko kanker payudara, bagi anak akan meningkat kan kualitas tumbuh kembang, meningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap berbagai penyakit, melindungi bayi dari alergi, meningkatkan kecerdasan, bagi keluarga akan menghemat pengeluaran biaya rumah tangga untuk pembelian susu formula dan peralatannya, biaya perawatan kesehatan ibu dan bayi, serta biaya pemanfaatan alat/obat kontrasepsi KB. Keberhasilan menyusui seorang ibu tidaklah mudah, karena diperlukan kepercayaan diri (confident), mantap dan harus didukung oleh keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya. Kegagalan dalam proses menyusui bisa terjadi karena adanya anggapan keliru bahwa pemberian ASI akan berpengaruh pada bentuk payudara, ASI yang sebenarnya ada dan bisa dimanfaatkan namun digantikan dengan susu formula dengan alasan kesibukan bekerja atau tidak diberi kesempatan untuk menyusui di tempat mereka bekerja dan kemungkinan lain
seperti masih longgarnya kebijakan atau peraturan yang mengatur pemanfaatan ASI bagi ibu menyusui. Ada kebijakan pemerintah yang masih relevan seperti adanya Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 Tentang Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan MP ASI. Bagi semua tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif dengan mengacu pada 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LKKM) yaitu : 1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan peningkatan pemberian ASI tertulis, yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas 2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan ketrampilan untuk mene rapkan kebijakan tersebut 3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksana annya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun, termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui 4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang di lakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi caesar bayi disusul setelah 30 menit ibu sadar 5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan me nyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis 6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir 7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari 8. Membantu ibu menyusui semau bayi, semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui 9. Tidak memberikan obat atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI 10. Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI (KP‐ASI) dan rujuk ibu kepa da kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/ Rumah Bersalin/ Sarana Pela yanan Kesehatan Untuk mengoptimalkan pemberian ASI, utamanya dalam kerangka menekan angka kematian ibu dan anak, maka pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat dianggap sebagai salah satu metode KB Pasca Persalinan. Selanjutnya sebagai upaya dalam meningkat
kan promosi pemberian ASI ini BKKBN Pusat (Direktorat Kelangsungan Hidup Ibu Bayi dan Anak) memberikan beberapa kebijakan yang dilakukan sebagai berikut : 1. Peningkatan pemberian ASI eksklusif 6 bulam sebagai cara KB alamiah bagi ibu pasca persalinan, melalui advokasi, promosi, sosialisasi, KIE dan KIP/Konseling 2. Peningkatan kualitas tumbuh kembang anak melalui pemberian ASI eksklusif 6 bulan dan pemberian ASI sampai 2 tahun disertai makanan pendamping ASI (MP ASI) yang bergizi melalui advokasi, promosi, sosialisasi, KIE dan KIP/Konseling Dalam mendukung kebijakan diatas diperlukan strategi seperti adanya upaya meningkatkan pemberian ASI eksklusif di tempat kerja bagi ibu menyusui (Ruang ASI), mengintegrasikan kegiatan pemberikan informasi ASI eksklusif 6 bulan dan MP ASI di kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dan Posyandu, serta meningkatkan jaringan kerja dengan instansi pemerintah terkait seperti Kementerian Kesehatan, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Termasuk dari lembaga non pemerintah seperti organisasi profesi IDAI, IBI, SpOG dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seperti BK PP ASI, APPI, YKB, PKBI serta kalangan jurnalistik baik media cetak maupun elektronik. Tahun ini 1 Maret 2012 sudah terbit Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 mengenai Pemberian ASI Eksklusif. Tentu hal ini menjadi sebuah kabar yang menggembirakan bagi para ibu, khususnya ibu menyusui yang mendambakan dapat memberikan ASI secara Eksklusif kepada buah hatinya. Peraturan Pemerintah ini dilahirkan guna menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapat‐ kan sumber makanan terbaik sejak dilahirkan sampai berusia 6 bulan. Disamping itu juga untuk melindungi ibu dalam meberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Dalam Peraturan ter‐ sebut dibahas pula mengenai Program Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Eksklusif, penga‐ turan penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya, sarana menyusui di tempat kerja dan sarana umum lainnya, dukungan masyarakat, tanggung jawab pemerintah, Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota serta dalam pendanaannya. Selanjutnya dalam rangka menyukseskan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif perlu dukungan berbagai pihak dalam mensosialisasikan PP tersebut, baik dari Pemerintah
Provinsi, Kabupaten/Kota, Penyelenggara pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, masyara‐ kat serta keluarga terdekat ibu menyusui. Kendala yang dihadapi saat ini, paling tidak ada 5 (lima) hal yang perlu mendapatkan perha ‐ tian semua pihak : Pertama, Belum semua Rumah Sakit terapkan 10 LMKM (Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui). Dulu Pemerintah pernah membuat sebuah program yang disebut Friendly Babby Hospital. Kegiatan ini diperuntukkan merangsang fasilitas layanan kesehatan untuk turut ber partisipasi dalam membantu upaya pemerintah menyukseskan pemberian ASI Eksklusif dengan pemberian penghargaan. Kedua, Belum semua bayi memperoleh IMD (Inisiasi Menyusui Dini), adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu), ini akan membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI Eksklusif dan lama menyusui. Bisa dibimbing dokter, perawat dan bidan. Ketiga, Jumlah konselor menyusui masih terbatas, secara nasional jumlah konselor menyusui di pelayanan kesehatan baru mencapai 2921 orang, yang idealnya masih dibutuhkan sekitar 9323 konselor. Keempat, Adanya promosi susu formula yang masih gencar, hal ini sebenarnya yang dilarang adalah promosinya bukan penggunaan susunya. Kalau ada indikasi medis pada bayi, tentu si lakan kasih susu formula. Namun jangan sampai ibu‐ibu yang seharusnya bisa memberikan ASI‐nya tidak jadi memberikan karena terpengaruh promosi susu formula. Kelima, Belum semua kantor dan fasilitas umum ada ruang menyusui, terbukti belum semua kantor dan fasilitas umum melaksanakan peraturan bersama Menteri Negara Pemberdaya – an Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kementerian Kesehatan tentang peningkatan pemberian ASI selama waktu kerja di tempat mereka bekerja. Sebagai tindak lanjut, bahwa sosialisasi PP 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif harus selalu diupayakan, karena peraturan pemerintah tersebut pada dasarnya adalah me – wajibkan seluruh ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi mereka selama 6 bulan pertama, sehingga pemenuhan gizi dan kualitas nutrisi pertama untuk bayi dapat terpenuhi
dalam periode emas tersebut. Peraturan ini juga dalam rangka pemenuhan hak bayi dalam mendapatkan ASI Eksklusif. Karena itu diimbau kepada ibu dan keluarga bayi untuk menolak konsumsi susu formula untuk bayi serta promosi susu formula, kalaupun terpaksa karena ada indikasi medis atau bayi terpisah dengan ibunya, maka hendaknya susu formula adalah merupakan pilihan terakhir. Semoga dengan adanya PP ini, merupakan awal dari penciptaan generasi berkualitas untuk membangun Indonesia yang lebih baik dimasa depan. Drs. Andang Muryanta Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo