Vol. / 06 / No. 01 / April 2015
Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata Oleh: Yuliana Wardani program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan wujud alih kode dalam roman Kadurakan Ing Kidul Dringu karya Suparto Brata, (2) mendeskripsikan wujud campur kode dalam roman Kadurakan Ing Kidul Dringu karya Suparto Brata, (3) menjelaskan fungsi alih kode dan campur kode dalam roman Kadurakan Ing Kidul Dringu karya Suparto Brata. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka, teknik simak catat dan teknik observasi. Teknik analisis data menggunakan metode distribusional dan metode padan. Instrumen penelitian ini yaitu peneliti sendiri dan dibantu dengan kertas pencatat data. Hasil dari penelitian ini adalah: pertama, alih kode yang ditemukan dalam roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata sebanyak 11 data. Ke dua, campur kode dalam roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata berjumlah 33 campur kode, masing-masing terdiri dari: (1) campur kode kata sebanyak 72 data, (2) campur kode frasa sebanyak 20 data, (3) campur kode baster sebanyak 15 data, (4) campur kode reduplikasi sebanyak 10 data, (5) campur kode idiom/ungkapan sebanyak 3 data. Ke tiga, fungsi alih kode dalam penelitian adalah: (1) menyesuaikan tuturan dengan topik yang sedang dibicarakan, (2) untuk menghormati O2, (3) menjalin keakraban, (4) menghormati objek yang sedang dibicarakan. Fungsi campur kode dalam penelitian yaitu: (1) untuk menghormati mitra tutur, (2) untuk memudahkan jalannya komunikasi antara penutur dan mitra tutur ketika kesulitan mencari padanan kata dalam bahasa Jawa, (3) untuk mempermudah maksud penutur kepada mitra tutur, (4) untuk menunjukkan dan menjalin keakraban dengan mitra tutur, (5) untuk memperoleh ungkapan yang pas, (6) untuk sekedar bercanda dengan mitra tutur, (7) untuk memperhalus tuturan, (8) untuk menghormati objek yang sedang dibicarakan, (9) untuk meyakinkan/menegaskan pada mitra tutur keadaan yang sebenarnya. Kata kunci : alih kode, campur kode, sosiolinguistik
Pendahuluan Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia. Di dalam karya sastra seperti roman juga terdapat berbagai bahasa yang digunakan oleh para tokoh untuk saling bekomunikasi. Para tokoh dalam roman yang penulis teliti terkadang juga menyisipkan bentuk kata ataupun kalimat dari bahasa lain, yang bahasa tersebut berbeda dari bahasa yang dipakai sebelumnya. Hal seperti ini disebut bilingualisme. Bilingualisme merupakan bagian dari sosiolinguistik. Bilingualisme akan terjadi dalam masyarakat yang multilingual, yaitu masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau lebih. Alih kode dan campur kode juga merupakan bagian dari bilingualisme ini. Para tokoh dalam roman Kadurakan ing Kidul Dringu yang penulis
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
47
Vol. / 06 / No. 01 / April 2015
teliti seringkali menggunakan alih kode dan campur kode dikarenakan adanya faktorfaktor tertentu. Faktor-faktor itu seperti lawan tutur yang memiliki bahasa ibu yang sama dengan penutur, penutur ingin mendapatkan ungkapan yang pas atau karena adanya keterbatasan kata yang dimiliki oleh penutur, sehingga penutur menggunakan alih kode dan campur kode dalam tuturannya. Hal yang menarik peneliti untuk meneliti masalah ini adalah di dalam roman ini mengandung cerita tentang perjuangan penduduk pribumi melawan Belanda yang kembali menyerang NKRI karena mengingkari Perjanjian Linggarjati. Tokoh dalam roman ketika menumbuhkan semangat tokoh yang lainnya tentunya tidak hanya menggunakan Bahasa Jawa saja, hal itu membuat tokoh tersebut beralih kode dan bercampur kode. Penelitian-penelitian yang relevan tentang kajian alih kode dan campur kode yaitu penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2012) dan Suroso Rudi Priyono (2009) Universitas Muhammadiyah Purworejo. Supriyanto (2012) meneliti dengan judul “Campur Kode Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa pada Wacana Khotbah Jumat Berbahasa Jawa Terbitan Kantor Kementrian Agama Kabupaten Purworejo Tahun 2011”. Suroso Rudi Priyono (2009) meneliti dengan judul “Campur Kode Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa pada Tembang Campur Sari Karya Cak Diqin”.
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subroto (1992: 7) mengatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan mencatat secara teliti dan cermat data yang berwujud katakata, kalimat-kalimat, catatan harian, dan sebagainya. Arikunto (2013: 161), mengatakan data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Data dalam penelitian ini adalah data tulis berupa tuturan yang di dalamnya terdapat campur kode dan alih kode yang digunakan oleh para tokoh dalam roman Kadurakan Ing Kidul Dringu karya Suparto Brata. Arikunto (2013: 189), mengatakan sumber data adalah subjek penelitian di mana data menempel. Sumber data dapat berupa benda, gerak, manusia, tempat dan sebagainya. Sumber data dalam penelitian ini adalah kutipan-kutipan yang penulis ambil dari subjek penelitian yaitu roman
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
48
Vol. / 06 / No. 01 / April 2015
Kadurakan Ing Kidul Dringu dari awal hingga akhir. Instrumen atau alat dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas dan analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2011: 222). Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama. Selain instrumen utama tadi, terdapat juga instrumen lain, yaitu komputer untuk menginput data-data, alat tulis dan kertas pencatat data untuk memperlancar jalannya penelitian. Kertas pencatat data berfungsi untuk mencatat data-data yang ditemukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, teknik simak catat dan teknik observasi. Analisis merupakan upaya peneliti meneliti langsung masalah yang terkandung pada data (Sudaryanto, 1993: 6). Penulis menganalisis data dengan menggunakan metode distribusional dan metode padan. Untuk menyajikan hasil analisis data penelitian ini, penulis menggunakan metode penyajian informal.
Hasil Penelitian Data yang akan dibahas oleh peneliti adalah tuturan-tuturan para tokoh dalam roman Kadurakan ing Kidul Dringu karya Suparto Brata yang di dalamnya terdapat alih kode dan campur kode. Berikut ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan. 1.
Analisis Alih Kode dalam Roman Kadurakan ing Kidul Dringu karya Suparto Brata. Kingkinarti : “Mangga, Mas Wim. Enake jagongan nang gadriwetan wae, ya, ora ana sing ngganggu gugat. Sing manggon omah kene mung wong tuwa-tuwa kok, Mas, kejaba aku lan Dhik Lilik. Kadospundi Mas kabare Makyu Pandam? Kadospundi nalika panjenengan kabari bab Mas Pandam seda? Nrenyuhake, ya?” “Silahkan, Kak Wim. Enaknya, duduk-duduk dikursi sebelah timur saja, ya, tidak ada yang mengganggu gugat. Yang tinggal di rumah sini hanya orang-orang tua kok, Kak, kecuali saya dan Dik Lilik. Bagaimana Kak kabarnya istri Kak Pandam? Bagaimana ketika kamu mengabari tentang Kak Pandam yang meninggal? Menyedihkan, ya?” (KIKD hal: 151)
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
49
Vol. / 06 / No. 01 / April 2015
Berdasarkan data di atas, alih kode terdapat pada tuturan Kingkinarti yang beralih kode dari bahasa Jawa ragam ngoko ke bahasa Jawa ragam krama. Penutur (Kingkinarti) ketika berkomunikasi dengan mitra tuturnya (Wimbadi), pada awalnya menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko, kemudian beralih kode dengan menggunakan bahasa krama, hal tersebut terlihat ketika panutur (Kingkinarti) menggunakan tuturan ‘Kadospundi Mas kabare Makyu Pandam? Kadospundi nalika panjenengan kabari bab Mas Pandam seda?’ yang artinya ‘Bagaimana Kak kabarnya istri kak Pandam? Bagaimana ketika kamu mengabari tentang Kak Pandam yang meninggal?’. Fungsi dari alih kode tersebut adalah penutur (Kingkinarti) menghormati objek yang sedang dibicarakan, karena objek yang sedang dibicarakan adalah kakak dari mitra tutur (Wimbadi). Alih kode di atas bersifat intern, karena alih kode yang digunakan oleh penutur terjadi dalam satu tingkatan tuturan dalam bahasa Jawa. 2.
Analisis Alih Kode dalam Roman Kadurakan ing Kidul Dringu karya Suparto Brata. Kusman : “Ora bisa diempet, Nar! Aku otomatis nyedhaki langgar. Kaya kena hipnotis.” “Tidak bisa ditahan, Nar! Saya otomatis mendekati surau. Seperti terkena hipnotis.” (KIKD, hal: 90) Pada data di atas, terdapat dominasi Bahasa Jawa ragam ngoko yang digunakan
oleh tokoh (Narwoto dan Kusman). Terkait dengan dominasi bahasa Jawa tersebut, pada data di atas terdapat peristiwa campur kode. Peristiwa campur kode pada data di atas adalah campur kode kata. Campur kode pada data di atas ditandai dengan masuknya unsur bahasa Indonesia ‘bisa’, ‘otomatis’, dan ‘hipnotis’ ke dalam tuturan bahasa Jawa. Fungsi campur kode tersebut adalah memudahkan jalannya komunikasi antara penutur dan mitra tutur ketika kesulitan mencari padanan kata dalam bahasa Jawa. Campur kode ini bersifat intern, karena unsur bahasa yang dipakai oleh penutur adalah bahasa Indonesia (bahasa nasional), bukan bahasa asing.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
50
Vol. / 06 / No. 01 / April 2015
Simpulan Sesuai dengan pembahasan di atas mengenai Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata, peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut: pertama, wujud alih kode yang ditemukan dalam roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata sebanyak 11 data. Kedua, wujud campur kode dalam roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata berjumlah 33 campur kode, masing-masing terdiri dari: (1) bentuk campur kode kata sebanyak 72 data, (2) bentuk campur kode frasa sebanyak 20 data, (3) bentuk campur kode baster sebanyak 15 data, (4) bentuk campur kode reduplikasi sebanyak 10 data, (5) bentuk campur kode idiom/ungkapan sebanyak 3 data. Ketiga, fungsi alih kode pada tuturan para tokoh dalam roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata adalah: (1) menyesuaikan tuturan dengan topik yang sedang dibicarakan, (2) untuk menghormati O2, (3) untuk menjalin keakraban dengan mitra tutur, (4) untuk menghormati objek yang sedang dibicarakan. Fungsi campur kode pada tuturan para tokoh dalam roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata adalah: (1) untuk menghormati mitra tutur, (2) untuk memudahkan jalannya komunikasi antara penutur dan mitra tutur ketika kesulitan mencari padanan kata dalam bahasa Jawa, (3) untuk mempermudah maksud penutur kepada mitra tutur, (4) untuk menunjukkan dan menjalin keakraban dengan mitra tutur, (5) untuk memperoleh ungkapan yang pas, (6) untuk sekedar bercanda dengan mitra tutur, (7) untuk memperhalus tuturan, (8) untuk menghormati objek yang sedang dibicarakan, (9) untuk meyakinkan/menegaskan pada mitra tutur keadaan yang sebenarnya. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2013. PROSEDUR PENELITIAN Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metoda Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakaarta: Wacana Universiti Pers. Sugiyono. 2011. METODE PENELITIAN KUANTITATIF KUALITATIF DAN R&D. Bandung: Alfabeta.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
51