BAB VII
Kesimpula n dan Sara n
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan KDS Metacom merupakan kelompok dukungan sebaya yang dibentuk pada pertengahan tahun 2006 dan bergerak dalam memberikan dukungan pada penderita dengan HIV/AIDS (ODHA). Dalam pelaksanaannya, KDS Metacom memiliki beberapa mitra kerja seperti UPKM/CD RS Bethesda,
KPA DIY,
Kabupaten serta Kota, Kementrian Sosial, Victory Plus, Media (Tempo, Harian Jogja, The Jakarta Post, Radio StarJogja FM, dan Aliansi Jurnalis Indipenden), serta Lembaga Perlindungan Anak. KDS Metacom memiliki 150 anggota yang tercatat berasal dari berbagai daerah seperti Wates, Kulon Progo, Wonosari, dan juga Klaten. Perbedaan jarak dan profesi menyebabkan kesulitan saat mengadakan perkumpulan rutin, sehingga dari 150 anggota yang tercatat hanya 20 hingga 30 orang saja yang aktif dalam kegiatan Metacom. Sebagai suatu komunitas, kegiatan rutin yang dilakukan oleh KDS Metacom salah satunya adalah mengadakan edukasi ke masyarakat serta melakukan pendampingan pada ODHA baik di rumah maupun di Rumah Sakit. Selain itu, mereka juga mengadakan pertemuan rutin anggota setiap bulannya untuk saling bertukar informasi mengenai HIV/AIDS. KDS Metacom juga pernah melakukan advokasi bagi seorang anak yang ditolak masuk TK karena statusnya serta melakukan mediasi pada anggota yang ditolak oleh keluarganya. KDS Metacom juga melakukan pendekatan dan memberikan dukungan bagi ODHA yang baru saja mengetahui statusnya dan mengalami kesulitan menerima hal
89
tersebut. Beberapa hal yang menjadi pokok dalam kesimpulan ini adalah penerimaan diri ODHA atas statusnya, bentuk-bentuk diskriminasi yang diterima, serta bentuk-bentuk dukungan yang diberikan, baik oleh keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Metacom sebagai kelompok dukungan sebaya. Perlakuan diskriminatif pada ODHA masih sering terjadi di masyarakat meskipun sudah ada Undang-Undang no. 39 Tahun 1999 yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia secara umum. Masih adanya stigma dan prasangka serta keterbatasan pengetahuan mengenai HIV/AIDS yang mengakibatkan munculnya perlakuan diskriminatif pada ODHA. Hingga saat ini, masih ada pandangan bahwa HIV dapat menular dengan mudah melalui sentuhan ataupun penggunaan alat makan yang sama. Ada juga anggapan yang berpikiran bahwa HIV/AIDS hanya diderita oleh orang-orang dengan perilaku negatif dan tidak ada obatnya sehingga memunculkan perkiraan resiko tertular yang berlebihan. Anggapananggapan semacam itu dapat menyebabkan ODHA ditolak, digosipkan, dihina, atau bahkan diasingkan dari kehidupan bermasyarakat. Hal-hal seperti itu memunculkan ketakutan akan diperlakukan seperti itu pada diri ODHA sehingga bisa menghambat pengobatan mereka yang dapat berakibat pada meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS. Diskriminasi yang dialami oleh anggota KDS Metacom beberapa diantaranya dilakukan oleh petugas kesehatan yang juga dibenarkan oleh Pengeola Program HIV/AIDS pada Dinas Kesehatan. Keluhan-keluan yang ada justru banyak terjadi di pelayanan kesehatan, banyak ODHA yang mengeluhkan tenaga kerja yang bertugas.
90
Menerima kondisi buruk yang terjadi dalam diri ODHA bukanlah hal yang mudah, terlebih dengan adanya stigma-stigma yang melekat pada ODHA serta masih adanya perlakuan diskriminatif akibat stigma tersebut yang menyebabkan ODHA kesulitan menerima dirinya sendiri karena adanya anggapan negatif dan diskriminasi dari masyarakat. Pada awalnya, hampir semua ODHA termasuk yang ada di KDS Metacom merasa minder dan terpuruk saat mengetahui statusnya. Untuk bisa mengatasi keterpurukan tersebut, selain adanya dukungan dari orang terdekat maupun masyarakat umum, ODHA juga harus mampu menerima keadaan dirinya sendiri. ODHA harus merasa puas dengan apa yang telah dimiliki dan menyadari keterbatasan dirinya. Penerimaan diri dibutuhkan oleh ODHA bukan hanya untuk sekedar mengakui kelemahan dan terpaku pada keterbatasan yang dimiliki, tetapi juga mampu menggali dan mengoptimalkan potensi dan kelebihan yang dimiliki agar dapat meningkatkan rasa berharga serta kepercayaan dirinya sendiri. Ketika sudah bisa menerima status HIV-nya, maka mereka bisa lebih terbuka dan akan mempermudah proses pengobatan mereka. Penerimaan diri juga akan berpengaruh pada cara mereka menanggapi perlakuan diskriminatif. Pada dasarnya, ODHA memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dan anggota masyarakat namun dengan adanya diskriminasi yang terjadi, dibuatlah Peraturan Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 12 tahun 2010 tentang Penanggulangan HIV/AIDS, yang merupakan bentuk perlindungan bagi ODHA sebagai anggota masyarakat. Pada bab III Peraturan Daerah tersebut, dibahas mengenai hak dan kewajiban yang berlaku bagi setiap orang dan juga ODHA secara khusus. ODHA berhak untuk
91
merahasiakan statusnya dan setiap orang yang mengetahui status tersebut wajib merahasiakan hal tersebut kecuali ada izin tertulis dari yang bersangkutan. ODHA berhak mendapat kases pelayanan kesehatan yang sesuai standar namun ODHA wajib mengikuti program perawatan dan pengobatan serta wajib membuka statusnya kepada pihak yang berkepentingan termasuk pasangannya. Perda tersebut tidak hanya membahas mengenai hak dan kewajiban ODHA namun juga masyarakat secara keseluruhan. Tertulis bahwa setiap warga masyarakat memiliki hak yang sama untuk mendapatkan informasi yang benar dan jelas mengenai HIV dan AIDS serta mendapat perlindungan dari penularan HIV dan AIDS. Oleh sebab itu berbagai sosialisasi dan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi dan HIV/AIDS mulai dilakukan oleh berbagai pihak terkait. Mengenai kewajiban, setiap orang wajib untuk menghindari perilaku berisiko tertular ataupun menularkan HIV. Selain itu, setiap orang dituntut untuk menghormati hak-hak orang lainnya termasuk ODHA karena setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama di mata negara. Adanya undang-undang semacam itu merupakan salah satu bentuk dukungan sosial dari pemerintah kepada ODHA. Selain pemerintah, adanya penyuluhan dan sosialisasi Sebagai kelompok dukungan sebaya, Metacom juga berpartisipasi dalam memberikan dukungan sosial pada ODHA. Selain dengan berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan dan advokasi, Metacom juga memberikan kartu anggota yang dapat digunakan untuk mengakses obat dan layanan kesehatan di Metacom. Selain itu, Metacom juga bekerja sama dengan berbagai pihak terkait HIV/AIDS yang memberikan Jaminan Hidup (Jadup) bagi
92
ODHA yang kurang mampu. Sebagai anggota Metacom, ODHA juga berhak mendapat dan bertukar informasi seputar HIV/AIDS.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ini, dapat dikemukakan saran bagi beberapa pihak antara lain ODHA, masyarakat, KDS Metacom, pemerintah, tenaga medis, serta peneliti selanjutnya. Pihak-pihak yang terkait dengan HIV/AIDS terutama petugas kesehatan atau tenaga medis harus lebih terlatih lagi. Sebagai petugas kesehatan akan sering berhadapan dengan ODHA, oleh sebab itu petugas kesehatan harus bisa membuat ODHA merasa nyaman saat berkonsultasi atau melakukan pengobatan. Hal itu bisa diwujudkan dengan memberikan pelatihan dan sosialisasi khusus mengenai HIV/AIDS dengan baik kepada seluruh petugas kesehatan secara merata. Dengan adanya pelatihan dan sosialisasi, tenaga medis akan lebih memahami virus HIV itu sendiri dan penularannya sehingga tidak ada ketakutan akan tertular yang berlebihan. Selain itu, sosialiasasi juga berguna untuk mematahkan anggapananggapan negatif mengenai HIV/AIDS dan penderitanya sehingga dapat melayani setiap pasien termasuk ODHA dengan adil sesuai prosedur dan standar yang ada. Pelatihan juga berguna untuk membantu tenaga medis supaya tahu apa saja yang harus dilakukan ketika menghadapi ODHA. Pemerintah sebagai fasilitator harus lebih memaksimalkan perannya sehingga dapat berhasil dalam menghilangkan diskriminasi, terutama diskriminasi pada ODHA. Salah satunya dengan terus mengadakan sosialisasi yang dilakukan
93
secara rutin dan merata sehingga menambah pengetahuan bagi masyarakat, mengingat adanya diskriminasi salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai HIV/AIDS. Sosialisasi pada masyarakat juga berguna sebagai upaya pencegahan meningkatkan angka penderita HIV/AIDS. Selain dengan sosialisasi, pemerintah juga bisa menambah program terkait dengan pengurangan diskriminasi terutama pada ODHA. Untuk masyarakat, diharapkan supaya lebih terbuka dan lebih menerima ODHA tanpa memperhatikan statusnya. Menyamaratakan ODHA dengan anggota masyarakat lain tanpa ada diskriminasi ataupun pandangan-pandangan negatif tentang penyakitnya. Meskipun demikian, masyarakat juga diharapkan bisa menjadi tetap waspada dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang beresiko tertularnya HIV/AIDS. Sebagai kelompok dukungan, KDS Metacom diharapkan semakin sering memberikan sosialisasi ke masyarakat dan meningkatkan kerja sama dengan pemerintah serta pihak-pihak terkait supaya dapat bekerja lebih maksimal dalam memberdayakan ODHA. Terus mengadakan sosialisasi ke masyarakat dan menjaring lebih banyak anggota supaya bisa lebih banyak ODHA yang bergabung dan semakin banyak ODHA yang dibantu dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Selain itu, KDS Metacom juga harus memelihara dan menjaga hubungan dengan seluruh anggotanya sehingga dapat terus memantau kesehatan fisik maupun jiwa mereka. Saran untuk pihak yang melakukan penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih memfokuskan penelitian pada bentuk-bentuk dukungan sosial baik
94
dari pemerintah maupun pihak-pihak yang berkecimpung dalam HIV/AIDS kepada anak dengan HIV/AIDS.
95