Volume (7). Desember 2011. 203-211
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota
A Study on the Difference of Visitation Level to Urban Park as Public Space at Tarakan City Beny Yonter Forman Nahampun1
ABSTRACT The importance of urban park as public space in the city is an interaction place for the people, socialize its businesses. Tarakan have 3 (three) urban parks that the function as one of recreation place in the city, namely ‘Ladang’, ‘Melundung’, and ‘Markoni’ urban park. The research aim is to know why in 10 recent years tourists that visit the urban park degraded and to know the elements that cause differentiation interest of visiting urban park in Tarakan. The research of three urban parks done by assessing urban design elements of park as land use analysis, design and park form analysis, park complementary element analysis, the park activity pattern and its surrounding, and how accessibility in urban park area could influence of urban park visitor interest. Using descriptive analysis by investigate and describe elements that influence the urban park existence. The comprehensive analysis was done in urban park surrounding. The result that could be drawn from the research is the elements that causing visitors’ differentiation to visit the urban parks in Tarakan is the land use elements, availability of tools that support the activity such as street vendors and hot spot area, the complementary elements in the park and its surroundings. From conclusion can be draw a recommendation the importance of preservation and seriousness in development to manage urban park further by Pemerintah Kota Tarakan related institution. Keywords: public space, urban park, visitor level
PENDAHULUAN Kota Tarakan merupakan salah satu kota pelayanan utama di wilayah utara Kalimantan Timur yang merupakan sebuah pulau dan memiliki garis pantai cukup panjang. Pemenuhan untuk kebutuhan ruang publik khususnya fasilitas pariwisata masyarakat Kota Tarakan sebenarnya telah terpenuhi dengan adanya beberapa pantai di Kota Tarakan yang dikembangkan menjadi objek pariwisata seperti Pantai Amal dan Pantai Amal Baru. Sejalan dengan berkembangnya kawasan perkotaan, pemenuhan akan kebutuhan fasilitas penunjang di Kota Tarakan juga merupakan suatu tuntutan dalam mewadahi perkembangan aktivitas yang cukup berkembang di Kota Tarakan, termasuk untuk memfasilitasi kebutuhan akan ruang terbuka khususnya ruang terbuka yang bersifat publik berupa taman kota. Awalnya Kota Tarakan tidak memiliki ruang terbuka publik khusus yang dapat mewadahi masyarakat kota untuk dapat berinteraksi sekaligus berekreasi, seperti layaknya fungsi taman kota. Hingga tahun 2000-an, ruang terbuka publik yang popular di Kota Tarakan hanya sebatas berupa lapangan, halaman fasilitas publik dan hutan kota. Perkembangan aktivitas penduduk kota yang sangat cepat, pemerintah kota merasa perlu untuk mewadahi aktivitas luar masyarakat Kota Tarakan dengan membangun Taman Kota yang juga sebagai tempat rekreasi di Kota Tarakan. Hal inilah yang mendasari dibangunnya 3 ruang publik taman kota di Kota
1
Beny Yonter Forman Nahampun adalah Tenaga Ahli Konsultan Manajemen Pusat (KMP) Perencanaan dan Pengendalian Program Kegiatan Cipta Karya Tahun 2011 © 2011 Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota
204 Tarakan. Ketiga taman tersebut masing-masing awalnya berupa lapangan olah raga dan tegalan. Pada tahun 2001, Kota Tarakan membangun 3 ruang publik kota secara bersamaan yang berada di 2 kecamatan paling berkembang (data BPS, 2008) di Kota Tarakan. Pada awalnya pembangunan ruang publik sebagai taman kota tersebut merupakan salah satu upaya peremajaan kawasan, dimana pada awalnya diketahui ketiga taman tersebut awalnya berupa lapangan semak yang tidak jelas fungsinya, akan tetapi khusus untuk Taman Oval Ladang, awalnya merupakan sebuah lapangan olah raga bola voli, yang masih rutin digunakan oleh warga setempat. Ketiga ruang publik tersebut dirancang dengan model yang hampir sama, yaitu sama-sama berbentuk oval, dan memiliki karakteristik fungsi ruang yang serupa pula. Dirancang samasama memiliki trotoar dipinggirnya sebagai tempat untuk nongkrong, sama-sama memiliki taman dengan aksen menarik didalamnya, dirancang sama-sama memiliki tempat untuk berjualan (PKL resmi taman oval), serta sama-sama berada pada jalur jalan besar/transportasi yang mudah dijangkau. Masalah yang kemudian timbul adalah dalam perkembangannya hingga tahun ke-10, taman tersebut dibangun seakan terjadi kesenjangan diantara ketiga taman oval tersebut. Dalam perkembangannya, hanya Taman Oval Ladang yang menjadi kunjungan utama warga Kota Tarakan, sedangkan Taman Oval Markoni dan Taman Oval Melundung masih relatif lebih sedikit pengunjungnya. Berdasarkan hal di atas, maka munculah pertanyaan yang menjadi alasan mengapa perlunya penelitian ini dilakukan, yaitu apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kunjungan masyarakat Kota Tarakan terhadap ruang publik taman kota dengan membandingkan elemen yang diteliti pada ketiga Taman Oval yang ada di Kota Tarakan?
METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan rasionalistik yaitu dengan mengedepankan pada rasionalisme. Pendekatan ini dilakukan dengan menjabarkan perbandingan (mengkomparasi) 3 ruang publik taman kota yang ada di Kota Tarakan. Dilakukannya perbandingan antara ketiga ruang publik taman kota ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat kunjungan taman kota tersebut. Metode pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi metode survei lapangan dan observasi ketiga ruang publik taman kota yang diteliti. Teknik analisis yang digunakan adalah analisia desriptif kualitatif dan analisa komparatif.
GAMBARAN UMUM Ruang publik taman kota yang akan diteliti terletak di dalam administrasi Kota Tarakan yang terletak di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tarakan Timur, Kecamatan Tarakan Tengah, dan Kecamatan Tarakan Barat. Dipilihnya Taman Oval Ladang, Taman Oval Melundung, dan Taman Oval Markoni dikarenakan ketiga taman kota ini merupakan icon taman kota yang juga menjadi tempat rekreasi di Kota Tarakan. Taman kota ini juga merupakan taman kota yang sengaja dibangun khusus oleh Pemkot Tarakan untuk mewadahi aktivitas luar masyarakat Kota Tarakan.
205 Secara global, desain ketiga ruang publik taman kota yang dimiliki Kota Tarakan sama-sama berbentuk Oval (melingkar melonjong). Hal ini lebih dikarenakan ketiga taman ini berada pada persimpangan jalan sehingga di desain mengikuti bentuk jalan di sisi taman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Sumber : Bappeda Kota Tarakan, 2010 GAMBAR 1 GAMBAR TAMPAK ATAS TAMAN KOTA YANG BERBENTUK OVAL
RUANG PUBLIK SEBAGAI ELEMEN PERANCANGAN KOTA Berbicara masalah elemen dalam Urban Design, terdapat banyak pendapat yang berlainan. Ada yang berpikir bahwa masalah utama dalam urban design adalah faktor keindahan, sehingga elemen yang perlu dipikirkan antara lain: pepohonan, perabot jalan, paving, trotoar, penerangan, tanda-tanda aksesori kota dan sebagainya. Lingkup urban design seperti yang telah diketahui, merupakan bagian dari proses perencanaan kota yang berkaitan dengan masalah kualitas fisik lingkungan. Dalam praktik tidak dapat sepenuhnya memasukkan semua elemen atau komponen kota ke dalam objek perancangan yang sudah terbentuk sebelumnya, karena akan mengalami berbagai kesulitan. Ruang-ruang yang berada di antara bangunan disebut ruang publik dalam urban design, Bagaimana cara mendesain ruang tersebut? Ada beberapa contoh antara lain pada Urban Design Plan di San Francisco tahun 1970 yang berusaha menghubungkan 4 kelompok ruangruang: (1) Bentuk dan kesan secara internal (internal pattern and image), (2) Bentuk dan kesan secara eksternal (external form and image), (3) Parkir dan sirkulasi (circulation and parking), lebih berkaitan dengan melihat jalan dan karakteristiknya, baik dari aspek kualitas perawatan, luasan, susunan, kemonotonan, kejelasan dari rute, orientasi ke tujuan, aman, kemudahan sirkulasi, persyaratan parkir dan lokasinya, (4) Kualitas lingkungan (quality of environment). (Shirvani, 1985; Darmawan, 2003). Dalam menilai kualitas lingkungan, delapan faktor yang harus diperhatikan yakni: (1) kecocokan dalam penggunaan lahan, (2) keberadaan elemen-elemen alami, (3) arab ke ruang terbuka, (4) pandangan yang menarik dari tampak potongan membujur jalan, (5) kualitas dari sudut-sudut pemandangan, (6) kualitas perawatan, (7) kebisingan, dan (8) klimatologi. Dulu para desainer lebih memperhatikan aspek internal pattern image dan external form and image
206 (Gifford.R, 1987; Heimsath.C, 1980), karena kedua aspek ini lebih berorientasi pada aspek fisik dalam urban design. Terutama elemen fisik yang lebih spesifik seperti plaza, mall, area tempat duduk, pohon-pohon, lampu-lampu hias, atau elemen lain yang spesifik bagi lingkungan masyarakat setempat. Beberapa analisis terhadap elemen urban design menghasilkan beberapa variasi bentuk, kebijakan, perancangan, pedoman perancangan, program lain di kota-kota yang berlainan. Dari beberapa pengalaman dalam praktik, untuk menentukan elemen-elemen dalam urban design yang saling terkait satu dengan yang lain. Hamid Shirvani (1985), menentukan elemen urban design dalam delapan kategori sebagai berikut: (1) Tata guna lahan, (2) Bentuk bangunan dan massa bangunan (Krier.R,1979), (3) Sirkulasi dan ruang parkir (Childs.M, 1999), (4) Ruang terbuka, (5) Jalan pedestrian (Robeinstein.H, 1992), (6) Kegiatan pendukung, (7) Tanda-tanda (Broadbent.G, 1980), dan (8) Konservasi (Cohan.N, 1999; Lynch, 1981).
ANALISA KOMPARATIF KETERKAITAN ELEMEN-ELEMEN YANG MENYEBABKAN PERBEDAAN TINGKAT KUNJUNGAN PADA TAMAN KOTA Analisis komparatif dilakukan untuk mengetahui dan menelaah elemen penyebab terjadinya kesenjangan minat berkunjung pada ruang publik taman kota di Kota Tarakan. Komparasi dari ketiga taman kota ini juga dilakukan untuk mendasari dan mendukung temuan dari hasil skoring berdasarkan persepsi masyarakat di atas. Komparasi yang dilakukan dengan menggunakan tabel analisis komparatif dengan indikator sebagai berikut: a. Membandingkan kondisi penggunaan lahan dominan. b. Desain dan bentuk taman. c. Ketersediaan Vegetasi. d. Aktivitas pendukung (PKL dan Taman Bermain). e. Membandingkan Elemen Pelengkap taman. f. Membandingkan aktivitas (activity) eksternal kawasan. g. Membandingkan aktivitas (activity) dominan di Taman Kota h. Ketersediaan Aksesbilitas (sirkulasi, parkir, angkutan umum, pedestrian ways, jalan)
207 TABEL 1 KOMPARASI TAMAN KOTA DI KOTA TARAKAN Taman Oval Ladang Permukiman, perkantoran publik, pendidikan dan perdagangan jasa skala menengah dan kecil.
Taman Oval Melundung Kaw. Pelabuhan, permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa.
Taman Oval Markoni Permukiman, perkantoran publik, perdagangan jasa skala menengah dan kecil.
Desain dan Bentuk
Oval melonjong, 1 pintu masuk utama, adanya pernik dan icon taman, adanya arena bermain. • Vegetasi tertata dengan baik serta memiliki fungsi yang jelas. • Pengaturan vegetasi memberi keindahan pada taman Pedagang kaki lima (PKL)
Oval melonjong, 1 pintu masuk utama, adanya pernik dan icon taman, adanya arena bermain.
Oval melonjong, 1 pintu masuk utama, adanya pernik dan icon taman, adanya arena bermain.
-
• Vegetasi tertata dengan baik serta memiliki fungsi yang jelas. • Pengaturan vegetasi memberi keindahan pada taman Pedagang kaki lima (PKL)
lampu taman, gazebo, pot bunga, rambu lalu lintas, papan pengumuman, papan reklame, tempat LCD, patung hias dan elemen penghias lain seperti air mancur sebagai icon utama pada taman ini.
patung hias, gazebo, pot bunga, lampu taman, rambu lalu lintas, ayunan, papan reklame, tempat duduk,dsb.
lampu taman, gazebo, pot bunga, patung hias, ayunan, papan pengumuman, papan reklame, tempat duduk, dsb.
Vegetasi
Pendukung Aktivitas
Elemen Pelengkap
• Vegetasi tertata dengan baik serta memiliki fungsi yang jelas. • Pengaturan vegetasi memberi keindahan pada taman
Keterangan Pola pengunaan lahan merupakan indikator penyebab perbedaan minat berkunjung. Ini dilihat dari karakteristik taman yang lebih diminati pengunjung yaitu taman yang dekat dengan permukiman dan jauh dari pusat kegiatan ang cukup ramai. Bukan merupakan indikator penyebab.
Bukan merupakan indikator penyebab perbedaan tingkat kunjungan, ini dibuktikan dari ketiga taman kota yang memiliki karakteristik vegetasi yang hampir sama. PKL secara jelas mempengaruhi daya tarik penunjung untuk datang dan menikmati suasana taman sambil dapat menikmati kuliner yang disediakan. Ketiga taman kota memiliki ketersediaan elemen pelengkap yang relatif sama. Akan tetapi elemen pelengkap pada taman kota Melundung dalam kondisi tidak terawat (rusak), ini yang memberi pengaruh terhadap minat kunjungan pada taman kota.
207
Indikator Pola Penggunaan Lahan
208
Aktivitas Taman
Taman Oval Ladang • Tidak ada interaksi masyarakat sekitar yang cenderung individual. • Aktivitas perkatoran pelayanan publik. • Aktivitas sekolah taman kanak-kanak
Bermain, bersantai dan interaksi masyarakat dengan aktivitas pendukung: Kuliner, hotspot-an dan olahraga.
Aksesbilitas
Sumber : Hasil Analisa, 2011
• Dilalui angkutan umum “carteran” • Kondisi aspal baik • Mudah terjangkau
Taman Oval Melundung • Aktivitas Pelabuhan dan bongkar muat barang • Aktivitas jual beli di kawasan sekitar. • Interaksi masyarakat sekitar taman kota. • Aktivitas perkatoran non pelayanan publik.
Anak-anak bermain bola pada sore hari.
• Dilalui angkutan umum • Kondisi aspal baik • Mudah terjangkau
Taman Oval Markoni • Interaksi masyarakat sekitar. • Aktivitas jual beli • Aktivitas perkantoran pelayanan publik.
Bermain, bersantai dan interaksi masyarakat dengan aktivitas pendukung: Kuliner, hotspot-an, olahraga dan entertaiment (karaoke)
• Tidak dilalui angkutan umum. • Kondisi aspal baik • Mudah terjangkau
Keterangan Secara umum aktivitas sekitar taman bukan merupakan penyebab utama terhadap minat berkunjung taman kota, akan tetapi pada taman Melundung dimana lahan parkir taman yang sering digunakan untuk parkir truk pengangkut barang untuk antri bongkar muat serta pengaruh negatif lain dari aktivitas luar terhadap taman, mempengaruhi minat kunjungan pada taman tersebut. Aktivitas dilakukan berdasarkan ketersedian pendukung fasilitas pada taman. ketidak tersediaan pendukung aktivitas pada taman oval Melundung menyebabkan kurangnya minat berkunjung pada taman tersebut. Aksesbilitas bukan merupakan elemen penyebab perbedaan minat berkunjung pada taman kota di Kota tarakan. Berdasarkan hasil kuesioner, rata-rata pengunjung datang ke taman kota dengan menggunakan kendaraan pribadi.
208
Indikator Aktivitas Eksternal
209 Berdasarkan hasil komparasi di atas diketahui bahwa elemen yang menyebabkan perbedaan minat berkunjung pada taman kota di Kota Tarakan yaitu elemen pola penggunaan lahan, ketersediaan pendukung aktivitas seperti PKL dan hot spot area, kondisi elemen pelengkap, dan pola aktivitas di lingkungan sekitar taman kota. Elemen penggunaan lahan yang merupakan sebuah kawasan dengan pola aktivitas tidak ramai seperti kawasan permukiman mempengaruhi kenyamanan pengunjung saat berada di taman kota. Ini dikarenakan pengunjung datang ke taman kota dengan tujuan untuk bersantai dan menikmati suasana taman yang cukup tenang seperti pada Taman Kota Ladang dan Markoni. Berbeda halnya dengan Taman Kota Melundung yang merupakan kawasan pelabuhan utama di Kota Tarakan dengan aktivitas yang cukup ramai terutama ketika hari kedatangan kapal. Pengunjung yang datang ke Taman Kota Melundung yang berada tepat di depan pintu gerbang pelabuhan, merasa tidak nyaman dan terganggu dengan aktivitas pada kawasan tersebut. Terganggunya pengunjung antara lain dikarenakan banyaknya kendaraan-kendaraan besar seperti truk yang parkir di sepanjang pinggir taman bahkan menggunakan fasilitas parkir taman. Selain itu, elemen udara pesisir dan asap dari kendaraan besar tersebut dapat menimbulkan bau tidak sedap. Elemen pendukung aktivitas juga merupakan elemen penyebab perbedaan tingkat kunjungan pada taman kota di Kota Tarakan. Ketersediaan pedagang kaki lima dan hot spot area memberi pengaruh terhadap kunjungan di Taman Oval Ladang dan Markoni. Ketersediaan fasilitas tersebut pada kedua taman ini menyebabkan pengunjung merasa betah saat berada di taman kota. Dari hasil kuesioner juga diketahui bahwa motivasi utama pengunjung untuk datang ke Taman Kota Ladang dan Markoni adalah untuk bersantai sambil dapat menikmati jajanan kuliner yang tersedia pada taman kota. Berbeda halnya dengan Taman Kota Melundung yang tidak memiliki PKL berjualan, pengunjung juga akan menjadi kurang tertarik untuk datang. Elemen lain yang juga merupakan penyebab perbedaan minat berkunjung masyarakat untuk datang ke taman kota di Kota Tarakan adalah elemen kondisi dan ketersediaan elemen pelengkap yang mempengaruhi aktivitas pada taman tersebut. Kondisi elemen pelengkap seperti bangku taman, lampu taman, vegetasi taman, pernik penghias taman, dsb mempengaruhi kenyamanan pengunjung saat berada di taman kota. Berdasarkan hasil kuesioner, saat berada di taman pengunjung memerlukan fasilitas seperti bangku taman dengan kondisi baik. Begitupula dengan penerangan taman, pangunjung yang berkunjung pada malam hari memerlukan penerangan yang cukup untuk beraktivitas selain ketersediaan pernik lain sebagai pelengkap saat pengunjung bersantai dan bermain.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil kajian dari ketiga taman kota di Kota Tarakan dapat diambil kesimpulan bahwa indikator yang menyebabkan perbedaan/kesenjangan minat kunjungan di taman kota di Kota Tarakan antara lain seperti : Pola Penggunaan Lahan (land use), Ketersediaan Aktivitas Pendukung (PKL, Internet, dsb), Kondisi Elemen Pelengkap, dan Pola Aktivitas (activity) di Lingkungan Sekitar Taman Kota. a. Aspek Pola Penggunaan Lahan Berdasarkan hasil kajian analisis pada ketiga taman kota di Kota Tarakan dapat disimpulkan Pola Penggunaan Lahan merupakan indikator yang menyebabkan perbedaan/kesenjangan terhadap minat dan kunjungan taman kota di Kota Tarakan. Ini dibuktikan dari pola penggunaan lahan 2 taman yang cukup diminati masyarakat Kota Tarakan yaitu Taman
210
b.
c.
d.
e.
f.
Kota Ladang dan Taman Kota Markoni yang pola penggunaan lahannya dominan dengan fungsi permukiman, sedangkan Taman Kota Melundung yang tidak diminati pengunjung dengan fungsi utama sebagai kawasan pelabuhan utama di Kota Tarakan. Pengunjung merasa lebih nyaman saat berada di kawasan permukiman daripada kawasan pelabuhan dengan aktivitas yang cukup padat, khususnya pada hari kedatangan kapal. Aspek Desain & Bentuk Taman Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada ketiga taman kota di Kota Tarakan dapat disimpulkan indikator Desain dan Bentuk Taman bukan merupakan penyebab terhadap minat kunjungan di taman kota, Kota Tarakan. Ini dibuktikan dengan desain dan bentuk dari ketiga taman kota yang sama-sama memiliki bentuk Oval (bulat melonjong), ketiga taman juga mempunyai 1 pintu utama dan sama-sama mempunyai pernik dan icon taman yang cukup bervariatif serta sama-sama mempunyai arena bermain pada taman. Aspek Vegetasi Berdasarkan hasil kajian terkait vegetasi pada ketiga taman kota di Kota Tarakan, aspek vegetasi bukan merupakan elemen penyebab terhadap minat berkunjung pada taman kota di Kota Tarakan. Ini dikarenakan fungsi dan jenis vegetasi pada ketiga taman kota di Kota Tarakan hampir sama. Pola penataan dan pengaturan vegetasi juga pada dasarnya sama. Seperti tanaman palem raja yang sama-sama berfungsi sebagai vegetasi penanda, tanaman bougenville, puring, hanjuang, pisang kipas, palem hias, dan bunga-bungaan lain juga dengan fungsi yang sama. Aspek Aktivitas Pendukung dan Elemen Pelengkap pada Taman Kota Aktivitas pendukung dalam taman kota di Kota Tarakan berupa jajanan pedagang kaki lima (PKL). Berdasarkan hasil analisis pada ketiga taman kota, aspek ketersediaan aktivitas pendukung seperti adanya pedagang kaki lima sangat berpengaruh terhadap minat kunjungan pada taman kota. Ini didasarkan hasil kuisioner, dimana rata-rata pengunjung datang berkunjung ke taman kota untuk sekedar bersantai dan nongkrong sambil dapat menikmati makanan dan minuman yang dijual pada taman kota. Ketidaktersediaan elemen pendukung aktivitas menyebabkan perbedaan tingkat kunjungan pada ketiga taman kota. Elemen pelengkap pada taman kota merupakan sarana penunjang pengunjung untuk beraktivitas selama berada di taman kota. Kondisi dan kelengkapan elemen penunjang pada taman kota ini merupakan penyebab perbedaan tingkat kunjungan di taman kota. Ini dibuktikan pada Taman Kota Melundung, dimana elemen pelengkap pada taman ini dalam kondisi tidak terawat, meskipun kondisi tersebut juga disebabkan karena tidak adanya pengunjung. Jika kondisi tersebut dibalik maka dapat menimbulkan kondisi yang berbeda pula yaitu tidak terawatnya elemen pendukung aktivitas menyebabkan tidak adanya pengunjung yang datang ke Taman Kota Melundung. Aspek Pola Aktivitas Lingkungan Sekitar Taman Berdasarkan hasil analisa, dapat disimpulkan pola aktivitas di lingkungan sekitar taman kota merupakan penyebab perbedaan tingkat kunjungan taman kota di Kota Tarakan. Taman kota yang cukup ramai dikunjungi yaitu Taman Kota Ladang dan Markoni dengan aktivitas di lingkungan sekitarnya yang merupakan aktifitas sehari-hari pada kawasan permukiman pada umumnya. Berbeda dengan kondisi pada Taman Kota Melundung, dimana aktivitas lingkungan sekitar taman yang merupakan kawasan pelabuhan utama di Kota Tarakan dan selalu ramai setiap harinya, khususnya pada hari kedatangan kapal. Aktivitas di area pelabuhan berimbas hingga ke lokasi taman, seperti penggunaan taman sebagai lahan parkir truk serta munculnya permasalahan transportasi seperti kemacetan. Aspek Pola Aktivitas Pada Taman Pola aktivitas pada taman kota di Kota Tarakan dipengaruhi aktivitas pendukung dan elemen pelengkap di dalamnya. Aktivitas dominan yang dilakukan pada taman kota Ladang dan Markoni yang cukup ramai dikunjungi masyarakat adalah bersantai dan nongkrong
211 dengan aktivitas tambahan menikmati makanan dan minuman, hot spot-an dan berolahraga. Berdasarkan hasil analisis, pola aktivitas pada taman kota secara tidak langsung merupakan penyebab perbedaan tingkat kunjungan di taman kota di Kota Tarakan. dikatakan secara tidak langsung, dikarenakan sangat terpengaruh fasilitas pendukung pada taman kota itu sendiri. g. Aspek Aksesibilitas Berdasarkan hasil analisis, faktor aksesibilitas tidak berpengaruh terhadap minat kunjungan taman kota di Kota Tarakan, dikarenakan kondisi sarana jalan yang dalam kondisi baik pada semua ruas jalan penghubung menuju taman kota. Ketersediaan angkutan umum juga tidak berpengaruh besar pada pergerakan penduduk di Kota Tarakan yang akan berkunjung ke taman kota. Fenomena kepemilikan kendaraan pribadi pada tiap-tiap keluarga masyarakat di Kota Tarakan menyebabkan peran angkutan umum menjadi sangat minim.
DAFTAR PUSTAKA Budiharjo, Eko. 2005. Tata Ruang Perkotaan. Bandung: P.T. Alumni. Budiyono. 2006. Kajian Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Sebagai Sarana Ruang Publik. Makalah Falsafah Sains. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Carr, Stephen. 1992. Public Space. Cambrige: University Press. Darmawan, Edy. 2005. Analisa Ruang Publik Arsitektur Kota. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Darmawan, Edy. 2005. Ruang Publik dan Kualitas Ruang Kota. Proceeding Seminar Nasional PESAT 2005. Darmawan, Edy. 2009. Ruang Publik Dalam Arsitektur Kota. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Lynch, K. 1960. The Image Of The City. MIT Press. Cambrige University. Purnomohadi, Ning. 2008. Implikasi Undang-Undang 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terhadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Menuju Kota Ekologis. Shirvani, H. 1985. The Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Yunus, Hadi Sabari. 2000. Struktur Tata Ruang Kota. Jakarta: Pustaka Pelajar. Jusuf,SK. 2008. Implementasi Otonomi Daerah Studi Kasus Kota Tarakan. Samarinda: Pustaka Spirit Samarinda.