3
Agribisnis Cara Baru Melihat Pertanian
Pendahuluan Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke-21, masih akan tetap berbasis pertanian secara luas. Namun, sejalan dengan tahapantahapan perkembangan ekonomi maka kegiatan jasa-jasa dan bisnis yang berbasis pertanian juga akan semakin meningkat, yaitu kegiatan agribisnis (termasuk agroindustri) akan menjadi salah satu kegiatan unggulan (a leading sector) pembangunan ekonomi nasional dalam berbagaia aspek yang luas. Dalam abad ke-21 diperlukan lebih banyak pendekatan yang “tidak anti pertumbuhan” sekaligus mampu mengurangi kesenjangan dan memperluas kesempatan kerja, bersahabat dengan lingkungan, serta mampu meredam berbagai dampak globalisasi dan liberalisasi perekonomian dunia yang kurang menguntungkan. Dalam kaitan ini mengembangkan agribisnis kecil dan memperkuat koperasi sekunder menjadi sangat strategis. Demikian sedikit wawancara PANGAN dengan Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih , M.Ec., Kepala Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian IPB. Wawancara selengkapnya disajikan berikut ini.
Agribisnis di Indonesia Sebenarnya, kegiatan agribisnis di Indonesia sudah ada sejak PJP I. Namun pada waktu itu kegiatan utamanya adalah agribisnis usahatani, yaitu yang dikenal dengan pertanian. Misalnya pada PJP I, pertanian mendorong agribisnis sedangkan dlam PJP II agroindustri akan menarik pertanian. Dalam PJP I, kegiatan pertanian semakin maju sehingga mampu mendorong agroindustri dan perdagangan, Jadi seolah-olah agroindustri dan perdagangan menyesuaikan diri dengan pertanian. Sedangkan pada PJP II keadaannya berbeda, yaitu agroindustri dan perdagangan yang akan menarik pertanian. Adanya kegiatan agroindustri dan perdagangan ini diharapkan akan merubah pertanian sehingga pertanian menyesuaikan diri kepada agroindustri dan
R3_bab_3_Edited.indd 37
02/04/2010 17:14:37
Agribisnis Cara Baru Melihat Pertanian
perdagangan. Secara lambat laun, pertanian akan menyesuaikan pasar dan inilah visi pertanian masa depan. Dalam PJP I, ujung tombak pengembangan agribisnis adalah usatani maka dalam PJP II ujung tombaknya non-usahatani, yaitu agroindustri dan perdagangan. Pada saat sekarang, posisi antara usahatani dan non-usahatani seimbang, yaitu 50 persen kegiatan usahatani dan 50 persen kegiatan agribisnis non-usahatani. Jadi agroindustri dan perdagangan sebagai ujung tombak pengembangan agribisnis masih dalam tahap belajar. Diharapkan nanti akan ada perubahan dari basis usahatani ke basis nonusahatani, terutama agroindustri dan perdagangan. Kegiatan pertanian pada PJP I lebih menekankan untuk menjual dan memproses apa yang dihasilkan. Jadi hanya produksi yang dikembangkan. Pada tahap PJP II nanti kegiatannya memproduksi untuk dapat dijual, yaitu produksinya menyesuaikan dengan permintaan industri dan agroindustri. Ini menunjukkan adanya suatu perubahan yang besar. Sebelumnya Departemen Pertanian yang memimpin dalam kegiatan produksi pertanian maka nanti perindustrian dan perdagangan yang memimpin. Diharapkan pada akhir PJP II kegiatan usahatani akan menjadi semakin kecil sedangkan kegiatan non-usahatani akan semakin berkembang. Namun bukan berarti kegiatan usahatani pertanian tidak penting karena kegiatan non-usahatani tidak akan berjalan apabila tidak ada usahatani. Melalui agribisnis diharapkan tingkat kemiskinan penduduk akan semakin menurun. Dengan agribisnis, kegiatan agroindustri, perdagangan dan jasa akan semakin maju dan berkembang. Namun untuk mendorong agribisnis perlu sarana dan prasarana yang memadai misalnya transportasi, telekomunikasi, penelitian, dan sumber daya manusia yang mendukung. Saat ini infrastruktur cenderung lebih mudah disediakan untuk keperluan fasilitas pariwisata dan perumahan dibandingkan untuk keperluan pengembangan agribisnis. Keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat belum menyadari potensi yang besar dalam agribisnis. Demikian juga perlu diluruskan, selama ini seolah olah agribisnis hanya milik pertanian saja karena Departemen Pertanian memiliki Badan Agribisnis. Padahal agribisnis ini dikelola oleh perindustrian, yaitu bidang pengolahan hasil pertanian dan perdagangannya. Kini, agribisnis kegiatannya tersekat-sekat dan sekatnya terlalu kuat Pada subsektor agribisnis usahatani, kegiatannya di bawah Departemen Pertanian dan Kehutanan, Kemudian sekat yang lain adalah agroindustri. Sekarang sekatnya sudah berkurang karena industri
38
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_3_Edited.indd 38
02/04/2010 17:14:37
Agribisnis Cara Baru Melihat Pertanian
digabung dengan perdagangan, Namun sekat antara industri dan perdagangan di subsektor usahatani masih menjadi persoalan. Seringkali Departemen Perindustrian mendirikan pabrik namun setelah berjalan ternyata bahan bakunya tidak ada. Atau Departemen Pertanian sudah memproduksi namun tidak ada yang mengolahnya. Inilah yang menunjukkan masih adanya sekatsekat. Sekat-sekat ini juga sering menjadi kendala dalam pengembangan agribisnis, Makanya perlu diupayakan agar sekat-sekat yang ada dihilangkan dan beralih ke pendekatan bisnis. Namun bagaimanapun, karena kita ingin mengembangkan bisnis skala kecil maka promosi dari pemerintah menjadi sangat penting. Pemerintah tidak bisa lepas tangan menyerahkan ke mekanisme pasar, karena apabila pemerintah masih mempertahankan sekat-sekat yang dulu, pemerintah bukan menjadi solusi namun pemerintah menjadi kendala. Oleh karena itu, harus diciptakan mekanisme kerja dan mekanisme organisasi agar sekat-sekat itu semakin lama semakin hilang. Untuk merombak sekatsekat tersebut tentunya pemerintah yang berperan. Perombakan sekat-sekat ini perlu dilakukan dan dijadikan dalam satu kegiatan agribisnis, supaya semakin lama sekat ini semakin hilang maka inisiatif harus datang dari dunia usaha. Apabila dunia usaha tidak melihat tentang industri, maka kegiatan usahatani dan perdagangan harus melihat secara keseluruhan. Sebab apabila tidak melihat seperti itu maka agribisnis akan sulit berkembang.
Pertanian Abad 21 dan Era Globalisasi Membahas mengenai kondisi abad 21 berarti membahas untuk 100 tahun. Supaya relevan maka perlu dibahas mengenai PJP II yang berakhir pada tahun 2018, sehingga masih ada 2 dekade abad 21 yang perlu ditekuni. Demikian juga untuk membahas pertanian maka tidak boleh hanya melihat pertanian dari segi sektoral atau mikro saja, namun harus dilihat secara makro. Dengan demikian, dapat digambarkan bagaimana kondisi perekonomian Republik Indonesia pada tahun 2018. Berdasarkan pengalaman negara-negara lain dan teori-teori pembangunan pertanian telah menunjukkan bagaimana posisi pertanian. Biasanya untuk mencapai pertanian yang tangguh memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk itu perlu membayangkan bagaimana posisi pendapatan per kapita negara pada tahun 2018. Dalam melaksanakan pembangunan ekonomi nasional abad ke-21, beberapa persoalan atau isu perlu diantisipasi. Beberapa Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_3_Edited.indd 39
39
02/04/2010 17:14:37
Agribisnis Cara Baru Melihat Pertanian
persoalan tersebut terpaut erat dengan dua persoalan pokok yang sifatnya kritis atau sentral yang menyangkut pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja, antara lain seperti yang diuraikan berikut ini. Pertama, selama 25 tahun PJP I (1969-1994), pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai rata-rata 6,8 persen per tahun. Pendapatan per kapita meningkat dari US$ 70 pada tahun 1969 menjadi sekitar US$ 700 pada akhir PJP L. Selama PJP II ini, pertumbuhan ekonomi diharapkan mencapai ratarata 7,0 persen per tahun, lebih tinggi dari yang dicapai pada PJP L Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang diharapkan bisa ditekan dari 1,9 persen per tahun pada awal PJP II menjadi 1,0 persen per tahun pada akhir PJP II, pendapatan per kapita akan mencapai US$ 2.600 pada akhir PJP II menurut harga pada tahun 1989/1990, Secara nominal, pendapatan per kapita tentu lebih tinggi lagi. Pertumbuhan ekonomi seperti itu merupakan prestasi yang cukup membanggakan (respectable). Apabila pertumbuhan ekonomi ini dapat dipertahankan selama PJP II maka tentu merupakan prestasi yang luar biasa. Hal ini karena semakin tinggi pendapatan per kapita semakin sulit mendapatkan pertumbuhan yang lebih besar Diharapkan pada akhir PJP II pendapatan per kapita negara kita akan sama dengan pendapatan per kapita Thailand, Malaysia, Chili dan Brazil atau lebih rendah dari Taiwan dan Korea saat ini. Selama Repelita VI, pertumbuhan ekonomi diupayakan untuk mencapai rata-rata 6,2 persen per tahun yang kemudian direvisi menjadi 7,0 persen per tahun. Sasaran pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan sasaran rata-rata pertumbuhan ekonomi selama PJP II Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi sejak Repelita VII harus bisa melampaui 7,0 persen per tahun. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama PJP II ini, sumber daya ekonomi perlu berkembang dengan cepat, Perkembangan ini perlu pula didukung oleh perubahan struktur lapangan kerja yang semakin seimbang dan produktif, Dalam pandangan teori ekonomi neoklasik (modal dan tenaga kerja adalah sumber daya ekonomi utama) hal tersebut berarti ada akumulasi modal dan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang tinggi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama PJP I telah dimungkinkan oleh tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi (melebihi 10 persen per tahun) pada sektor-sektor nonpertanian terutama industri pengolahan dan jasa-jasa (perdagangan, keuangan dan perbankan, konstruksi dan sebagainya). Tingkat pertumbuhan pada sektor pertanian (termasuk
40
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_3_Edited.indd 40
02/04/2010 17:14:37
Agribisnis Cara Baru Melihat Pertanian
kehutanan) dan pertambangan hanya sekitar 3 sampai 4 persen per tahun. Dengan perkembangan itu, memang telah tercapai struktur perekonomian yang semakin seimbang. Dapat dibayangkan bagaimana kondisi negara kita pada pendapatan per kapita sebesar US$ 2.600. Negara kita pada tahun 2018 bukan lagi negara agraris yang berbasis pada pertanian namun menjadi negara yang berbasis pada agribisnis. Daiam agribisnis, pertanian relatif semakin kecil nainun bisnis yang berhubungan dengan pertanian semakin lama semakin besar, misalnya agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa yang menunjang pertanian, informasi, penelitian dan pengembangan, dan pengembangan sumber daya manusia. Pada abad 21, pertanian akan mengalami perubahan besar. Diharapkan nanti pembangunan industri didasarkan atas permintaan dan bahan baku yang tersedia di dalam negeri. Oleh karena itu, harus ada inisiatif dari dunia usaha untuk mengembangkan agroindustri. Sebenarnya, makna terdalam dalam era globalisasi dalam struktur perekonomian adalah perdagangan bebas, Dalam perdagangan bebas berarti ada persaingan. Seharusnya kita tidak perlu khawatir karena yang sudah lama berperan dalam globalisasi adalah sektor pertanian, Sektor pertanian sudah mengalami pahit getirnya globalisasi sehingga bukan hal yang baru bagi sektor pertanian dan agribisnis memasuki globalisasi. Misalnya kita sudah menghasilkan tanaman perkebunan yang dapat diekspor ke luar negeri, seperti karet dan CPO. Demikian juga dengan kehutanan yang telah menghasilkan kayu lapis. Dalam globalisasi, yang akan bersaing adalah barang sekunder, yaitu produk agroindustri. Agroindustri ini peluangnya sangat baik karena bahan baku untuk industri yang tersedia cukup besar, misalnya kopi dan ikan merupakan komoditas yang mempunyai peluang yang baik untuk diekspor. Bahan baku yang tersedia ini merupakan daya saing yang kita miliki. Dalam rangka mengembangkan agroindustri maka penggunaan teknologi modern yang memperkuat agribisnis merupakan kebutuhan yang mendesak, Misalnya apabila ada dana, agar digunakan untuk membangun industri yang berhubungan dengan agribisnis atau membeli barang modal yang produktif seperti mendirikan pabrik ban. Adanya pabrik ban ini diharapkan dapat menampung produksi karet dalam negeri. Hal ini berarti kita dapat menguasai produksi mulai dari bahan baku (hulu) sampai industri (hilir).
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_3_Edited.indd 41
41
02/04/2010 17:14:38
Agribisnis Cara Baru Melihat Pertanian
Begitu juga apabila ingin melakukan investasi di luar negeri diupayakan agar mendirikan industri yang berbasis pada agribisnis yang bahan bakunya berasal dari dalam negeri, Dengan demikian, bahan baku yang ada bisa tertampung, misalnya industri minyak goreng dengan bahan baku CPO atau pabrik kopi. Selain mengembangkan industri tersebut kita juga mengembangkan pasar dalam negeri terutama komoditas pertanian. Pengembangan agroindustri perlu ada promosi bahwa bisnis ini sangat menguntungkan. Pihak yang cocok untuk merintis ini adalah konglomerat dan BUMN. Untuk itu, BUMN yang biasanya mengelola usahatani agar diarahkan untuk mengelola agribisnis nonusahatani. Menghadapi era globalisasi ini kita perlu pandai-pandai memilih dan menggunakan strategi yang tepat. Bidang agribisnis yang perlu dijadikan ujung tombak pada masa yang akan datang adalah agroindustri. Selama ini agroindustri yang dikembangkan pada permulaan PJP I lebih banyak yang berbasis perkebunan, misalnya karet olahan, CPO, kopi dan cengkeh. Sedangkan pada akhir PJP I meskipun perkebunan masih tetap tumbuh namun bidang kehutanan lebih maju, yaitu dikembangkan industri kayu lapis dan kertas. Tantangan pada masa yang akan datang dalam era globalisasi adalah mengembangkan agribisnis yang bukan lagi sebagai penghasil primer namun penghasil barang-barang sekunder. Apabila mampu bersaing di dalam kegiatan usahatani tentunya akan lebih mampu bersaing lagi memasuki bidang kegiatan nonusahatani. Visi perlu diubah tidak lagi memproduksi barang primer melainkan mengekspor hasil sekunder. Misalnya ekspor kayu gelondongan tidak lagi dilakukan namun kita mengekspor kayu lapis dan diharapkan di masa yang akan datang kita mengekspor kertas dan rayon. Karena kertas dan rayon memberikan nilai tambah yang lebih besar daripada kayu lapis. Kemudian karet olahan tidak lagi diekspor namun barang jadi karet yang diekspor. Ekspor CPO tidak lagi dilakukan namun mengekspor olein dan produk oleo kimia. Ekspor barang sekunder ini perlu ditingkatkan karena bahan bakunya cukup tersedia sehingga lebih efisien dan kompetitif. Menurut pengalaman, produk kayu lapis kita tidak ada yang mampu menyaingi. Begitu juga dengan kelapa sawit, karet, kopi, ikan dan sebagainya. Secara mendasar sebenarnya negara kita dapat bersaing apabila memasuki bahan sekunder karena bahan bakunya tersedia banyak. Kita ingin memasuki pasar globalisasi dengan menggunakan kekuatan sendiri. Untuk itu perlu
42
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_3_Edited.indd 42
02/04/2010 17:14:38
Agribisnis Cara Baru Melihat Pertanian
mendapat perhatian bahwa negara kita bersaing pada bidang yang kuat. Bidang yang paling kuat itu adalah sektor agribisnis.
Koperasi Agribisnis Sebenarnya pelaku dunia usaha terdiri dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta, dan koperasi. Swasta bisa terdiri dari koperasi dan nonkoperasi. Sedangkan koperasi terdiri dari koperasi besar dan kecil. Dan non koperasi biasanya merupakan mayoritas yang terdiri dari para pengusaha kecil, baik di subsektor agribisnis usahatani maupun subsektor agribisnis nonusahatani (hulu dan hilir), Namun keduanya sangat menunjang untuk mengembangkan agribisnis. Untuk mengembangkan usaha agribisnis skala kecil perlu dibentuk koperasi. Tanpa koperasi tidak mungkin agribisnis kecil dapat berkembang, Koperasi inilah yang nantinya akan berhubungan dengan pengusaha besar. Faktor yang sering ditemui dan memperlemah posisi-tawar usaha kecil adalah lemahnya kerja sama di antara mereka untuk menghimpun energi bersama dalam membangun kekuatannya. Di satu pihak, apabila kita hendak mengembangkan usaha agribisnis skala kecil maka itu jelas berbasis pertanian dan pedesaan. Selama ini satu-satunya wadah organisasi formal yang menggalang dan menghimpun energi untuk kekuatan di bidang ekonomi (dan sosial) di pedesaan adalah Koperasi Unit Desa (KUD). Secara administratif, paling tinggi wilayah kerja dan lingkup bisnis KUD adalah kecamatan. Umumnya koperasi pertanian di dalam negeri sudah lama dibina. Namun lebih banyak kopersi primernya dan biasanya hanya ada di tingkat kecamatan. Oleh karena itu, koperasi tidak mungkin berkembang apabila hanya dikembangkan pada tingkat kecamatan saja. Makanya perlu dikembangkan koperasi sekunder pada setiap tingkatan mulai dari kabupaten, provinsi sampai nasional. Koperasi pertanian sekunder inilah yang rnenjadi alat KUD-KUD yang ada untuk menangkap nilai tambah di agribisnis hulu dan hilir (agroindustri dan perdagangan). Karena nilai tambah yang paling besar dari agribisnis adalah di subsektor agribisnis ini yang dapat mencakup kegiatan di luar kecamatan yaitu tingkat provinsi dan nasional. Selama ini koperasi sekunder yaitu Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUD) hanya terdapat di provinsi dan Induk Koperasi Unit Desa (INKUD) di tingkat nasional Jadi seolah-olah hanya ada satu Puskud di provinsi dan hanya ada satu Inkud di tingkat nasional, Sedangkan cakupan agribisnis ini sangat besar Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_3_Edited.indd 43
43
02/04/2010 17:14:38
Agribisnis Cara Baru Melihat Pertanian
terutama agribisnis hulu dan hilir terlalu besar untuk dilayani. Diharapkan nanti akan’ada beberapa Puskud di satu wilayah dan beberapa Inkud di tingkat nasional. Namun tentunya harus ada asosiasi dari mereka sebagai pendukungnya. Sebenarnya benih-benih pembentukan ke arah ini sudah ada, misalnya di Jawa Barat ada Puskud seperti GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia), Pimkopti, Puskopti, KUD Mina dan Puskud Mina (bidang perikanan). Diharapkan, Puskud hortikultura dapat segera dibentuk karena cakupannya sangat besar, meliputi buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga. Untuk masa yang akan datang diharapkan KUD-KUD yang ada dapat menjadi anggota beberapa Puskud. Bisa juga sebuah KUD dapat menjadi Puskud perkebunan, hortikultura, pangan, ternak, ikan atau kehutanan tergantung jenis bisnis KUD. Misalnya KUD di Cipanas, mempunyai anggota yang bisnisnya hortikultura, peternakan dan pangan, maka mereka dapat menjadi anggota dalam tiga Puskud. Perkebunan karet di Sumatra Selatan mungkin hanya mempunyai KUD karet sehingga hanya tertarik kepada Puskud karet, begitu juga dengan kopi, cengkeh dan lain-lain. Puskud ini dapat dibentuk berdasarkan komoditas yang diusahakan namun juga dari gabungan beberapa komoditas yang hampir sejenis, misalnya cengkeh dengan pala, karet dengan kelapa sawit atau berdasarkan pertimbangan lokasi. Kesalahan selama ini seolah-olah Puskud hanya cukup saru untuk mengurus semua komoditas, namun ternyata cakupannya sangat luas. Diharapkan nanti akan ada beberapa koperasi sekunder dalam suatu wilayah. Seringkali lokasi Puskud terlalu jauh dari kegiatan pertanian, misalnya di Jawa Barat, terdapat Puskud sayur yang mencakup daerah Cipanas dan Lembang. Padahal akan efisien apabila dibentuk dua Puskud untuk masing-masing wilayah. Inilah salah satu visi dari pertanian dan agribisnis.
Sistem Agribisnis Selama pra dan masa PJP I dapat dikatakan bahwa kita melihat pertanian secara sangat sempit, semata-mata hanya melihat subsistem produksi atau usahataninya saja. Cara pandang yang lama ini telah berimplikasi yang tidak menguntungkan bagi pembangunan pertanian (dan pedesaan) yakni pertanian dan pedesaan hanya sebagai sumber produksi primer yang berasal dari tumbuhan dan hewan tanpa menyadari potensi bisnis yang sangat besar yang berbasis produk-produk primer tersebut. Agribisnis bukan masalah kecil. Agribisnis dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi, penyedia lapangan pekerjaan, mengembangkan
44
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_3_Edited.indd 44
02/04/2010 17:14:38
Agribisnis Cara Baru Melihat Pertanian
pembangunan daerah, sumber devisa yang besar. Dalam agribisnis sudah tersirat perubahan struktur perekonomian dari pertanian ke industri. Jadi pengembangan agribisnis dalam PJP II yang akan datang sangat cocok sekali dengan trilogi pembangunan, yaitu pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas. Apabila agribisnis berhasil maka sebagian pekerjaan besar untuk melaksanakan trilogi pembangunan sudah diselesaikan sebagai bangsa dan negara. Agribisnis merupakan cara baru melihat pertanian. Cara baru yang dahulu melihat secara sektoral sekarang intersektoral. Apabila dahulu melihat secara subsistem sekarang melihat secara sistem. Apabila agribisnis usahatani dianggap sebagai subsistem maka ia tidak terlepas dari kegiatan di agribisnis nonusahatani seperti agribisnis hulu dan hilir. Jadi pendekatan secara sektoral ke intersektoral, subsistem kepada sistem dan pendekatan dari produksi ke bisnis. Untuk itu, agribisnis jangan dicari ke mana-mana karena agribisnis merupakan cara baru melihat pertanian, inilah visi ke depan. Agribisnis dalam pengertian di muka menunjukkan adanya keterkaitan vertikal antar subsistem agribisnis serta keterkaitan horizontal dengan sistem atau subsistem lain di luar seperti jasa-jasa (finansial dan perbankan, transportasi, perdagangan, pendidikan dan lain-lain), Keterkaitan luas ini (industrial lingkages) sudah disadari sejak dahulu oleh ekonom pascarevolusi industri sehingga mereka menekankan arti strategis dari menempatkan pertanian (dan pedesaan) sebagai bisnis inti (core bussiness) pada tahap pembangunan sebelum lepas landas terutama dalam kaitannya dengan proses industrialisasi. Apabila kita dapat membangun sistem agribisnis dalam PJP II yang akan datang sebenarnya kita sudah membangun sebagian besar dari republik ini. Oleh karena itu, tidak sia-sia apabila pemerintah untuk memberikan perhatian yang besar terhadap sistem agribisnis.
Peranan Agribisnis Sumber pertumbuhan utama agroindustri adalah konsumsi masyarakat (private consumption). Artinya perkembangan agroindustri selarna ini relatif kurang memberatkan bagi anggaran pemerintah, disamping turut memacu pembentukan modal. Pengembangan agribisnis (pertanian dalam arti yang lebih luas) tidak bertentangan dengan azas kemandirian ekonomi yang diharapkan, bahkan mendukung. Arti penting lain dari gambaran ini adalah bahwa pasar produk agribisnis lebih banyak mengandalkan pasar dalam negeri, Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_3_Edited.indd 45
45
02/04/2010 17:14:38
Agribisnis Cara Baru Melihat Pertanian
Walaupun begitu, peranan penting agribisnis ini serta perkembangannya di masa depan perlu diwaspadai, sebab dalam kenyataanya, penyumbang terbesar ekspor agribisnis adalah produk olahan kayu yang masih bersifat ekstraktif, karena hutan tanarnan industri (HTI) kita belum berproduksi. Eksploitasi yang tidak terkendali bisa mengganggu kelestarian sistem penyangga kehidupan dan fungsi Iingkungan hidup dari hutan. Sudah terasa tekanan dunia luar agar lebih menekankan produksi dengan proses yang bersahabat dengan Iingkungan (seperti eco-labelling). Selama ini selalu dibicarakan mengenai deregulasi dan debirokratisasi. Namun hal ini tidak cukup untuk mengembangkan agribisnis yang akan datang karena posisi yang tidak seimbang antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar. Oleh karena itu, apabila ingin mengembangkan agribisnis harus dimulai dan usaha agribisnis skala kecil. Di masa depan, peranan agribisnis skala kecil akan semakin penting dan memiliki keunggulan karena beberapa faktor sebagai berikut: a, relatif tidak memerlukan terlalu banyak modal investasi terutama bagi yang bergerak di bidang jasa; b. usaha agribisnis kecil bisa bergerak luwes menyesuaikan diri dalam situasi yang berubah karena tidak perlu terhambat oleh persoalanpersoalan birokrasi, seperti yang dialami oleh perusahaan besar; c. usaha agribisnis kecil memiliki tenaga-tenaga penjualan dan wirausaha yang tertempa secara alami, yang tidak berminat dalam sistem produksi yang sudah ada dan sudah mantap; dan d. perubahan selera konsumen yang semakin bergeser dari produk-produk tahan lama yang dihasilkan secara massal, ke produk-produk yang lebih manusiawi, yang lebih tepat untuk dilayani usaha-usaha kecil. Dilihat dari sistem pelayanan, secara khusus dari lembaga finansial dan perbankan dewasa ini di negara kita, beberapa faktor keunggulan usaha agribisnis kecil bisa juga tidak tercapai, antara lain misalnya karena kurangnya akses usaha kecil terhadap kredit komersial perbankan. Inilah salah satu kendala yang harus dihadapi usaha kecil di tanah air. Masalah dan kendala lain yang tidak kalah penting adalah pemasaran, alih teknologi, informasi dan sebagainya. Pengembangan agribisnis di Indonesia merupakan tuntutan perkembangan yang logis dan harus dilanjutkan sebagai wujud kesinambungan, penganekaragaman dan pendalaman pembangunan pertanian yang selama ini telah dilaksanakan dengan hasil yang mengesankan. Bahkan di negara-negara industri yang sudah memasuki tahap ekonomi informasi sekalipun, seperti negara-negara Masyarakat Eropa, Amerika Serikat dan lain-lain, peranan dan
46
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_3_Edited.indd 46
02/04/2010 17:14:38
Agribisnis Cara Baru Melihat Pertanian
sumbangan agribisnis dan agroindustri secara absolut masih sangat besar. Jasajasa bisnis seperti periklanan juga besar sekali kaitannya dengan agribisnis. Oleh sebab itu, pengembangan agribisnis akan tetap terkait walaupun setinggi apa tingkat kemajuan sesuatu negara. Secara khusus untuk Indonesia, paling tidak dalam 25 tahun mendatang (PJP-II),pola dan cara pengembangan periu disesuaikan. Dalam masa tersebut pengembangan agribisnis sangat layak menjadi salah satu andalan utama sebab walau bagaimanapun kita masih sulit melepaskan ketergantungan pembangunan nasional dari sektor pertanian dan pedesaan, Dalam hal ini, sangat tergantung pada kita sendiri apakah sektor pertanian dan pedesaan dilihat sebagai sumber pertumbuhan atau sebagai beban pembangunan. Dalam hal ini perlu ditekankan kembali berbagai keunggulan pengembangan agribisnis dan agroindustri yakni: Dengan mengandalkan pengembangan agribisnis dengan ujung tombak (strategi pokok), yang disertai dengan pengembangan agribisnis skala kecil, peningkatan kemampuan koperasi (terutama pada koperasi sekunder) maka kita tidak perlu ragu akan potensinya untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi setidaknya 25 tahun mendatang. Strategi pengembangan agribisnis tersebut juga lebih menjamin perluasan kesempatan kerja bagi sebagian besar angkatan kerja tidak terlatih yang terus bertambah. Selama ini, sebagian besar mereka ditampung di sektor pertanian dan pedesaan dengan perolehan nilai tambah yang sangat minimal sehingga sektor ini menjadi kantong kemiskinan terbesar. Dengan strategi ini diharapkan bahwa kesenjangan ini dapat dihilangkan, dengan perluasan kesempatan kerja dan peningkatan nilai tambah yang dapat diraih berarti juga peningkatan daya beli sebagian besar masyarakat. Pengembangan agribisnis berskala kecil sangat mudah diarahkan untuk bersahabat dengan lingkungan. Disamping mereka tidak perlu tergantung terlalu banyak pada sumber daya alam yang bersifat ekstraktif, juga limbah usaha mereka bisa ditekan dan dikendalikan pada tingkat minimal. Satu hal lagi yang sangat penting ialah walau bagaimanapun negara kita akan memiliki keunggulan atau keunikan lokasi, Sebagai daerah tropis, tanaman dan hewan yang diusahakan akan memiliki kekhasan, yang membedakan dari produk-produk pertanian subtropis dan daerah dingin. Kekhasan ini perlu dipertahankan dan dikembangkan untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam suasana perekonomian dunia yang semakin bebas dan penuh persaingan. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_3_Edited.indd 47
47
02/04/2010 17:14:38
Agribisnis Cara Baru Melihat Pertanian
Selama ini yang dapat bersaing di pasar global adalah perkebunan dan kehutanan. Prospek yang sangat baik setelah kedua bidang ini adalah agroindustri pangan. Agroindustri pangan merupakan sumber pertumbuhan baru. Kegiatan agroindustri yang cukup cerah untuk kebutuhan pasar dalam negeri dan dapat dikelola dengan cepat adalah perikanan, peternakan, hortikultura dan pangan sumber karbohidrat. Pasar dalam negeri merupakan pasar yang besar. Diperkirakan pada akhir PJP II penduduk negara kita jumlahnya mencapai 250 juta jiwa, dan ini merupakan pasar yang luar biasa besarnya. Apabila tidak mampu menangani masalah pangan ini, maka pasar dalam negeri akan dibanjiri bahan pangan impor. Peluang pasar yang besar ini juga sekaligus merupakan tantangan yang paling berat karena harus menghadapi produk dari luar terutama Australia, Amerika dan Selandia Baru, yang saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan ekspor komoditas pertanian. Sedangkan kendala-kendala yang dapat timbul dalam pengembangan agribisnis, antara lain adaiah sumber daya manusia dan teknologi. Sumber daya manusia ini periu dikembangkan mulai dari tingkat wirausaha, manajemen, pengetahuan. Teknologi diperlukan untuk memproduksi komoditas daerah tropik terutama teknologi bagi pengembangan dan transfer teknologi serta mampu mentransfernya maka modal akan datang dan infrastruktur akan terbentuk dengan sendirinya. Tantangan yang lain adaiah belum banyak badan penelitian yang sudah sadar mengenai pentingnya agribisnis. Padahal agribisnis merupakan sumber pertumbuhan, penyedia lapangan kerja, mendorong pembangunan desa, sumber devisa dan mengubah struktur dari pertanian ke industri. Untuk itu, kiat yang harus ditempuh adaiah mengubah pendekatan pertanian ke pendekatan sistem agribisnis. Pendekatan agribisnis ini adalah pendekatan baru bagaimana membangun pertanian yaitu pendekatan ke sistem dan bisnis. Masalahnya, sebagian besar bisnis adalah usaha agribisnis skala kecil. Maka perlu promosi untuk agribisnis skala kecil yang dilaksanakan pemerintah. Beberapa dukungan promosi yang diperlukan adalah: mengembangkan organisasi ekonomi agar mereka menangkap peluang bisnis dan menjadi mitra yang sejajar dari bisnis-bisnis yang besar, jadi tidak cukup hanya dengan dere-gulasi dan debirokratisasi; membenahi kualitas sumber daya manusia; dan teknologi. Selanjutnya perlu upaya-upaya untuk menghilangkan sekat-sekat yang ada dalam pengembangan agribisnis di masa yang akan datang, seperti sekat administrasi, organisasi dan program.
48
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_3_Edited.indd 48
02/04/2010 17:14:38