BAB I PENDAHULUAN Belum ada bisnis olahraga yang dapat menyamai Sepakbola. Olahraga ini tidak hanya digemari oleh milyaran penduduk Bumi, namun juga memiliki putaran uang yang jumlahnya sangat fantastis. Permainan ini sudah tidak lagi sekedar uji kemampuan dan strategi antara dua kesebelasan melainkan juga sebuah kompetisi bisnis yang turut menjadi denyut nadi perekonomian sebuah negara. Keduanya seolah telah melebur menjadi satu dan melahirkan apa yang kita namai sebagai sepakbola modern. Seperti yang disampaikan Nofie Iman bahwa “Sepakbola sejatinya memang pertandingan dua babak – babak pertama adalah permainan di lapangan untuk menggapai kemenangan, sedang babak kedua adalah kemampuan untuk bertahan di iklim bisnis yang kompetitif. “ (nofieiman.com, 2007)
Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung atau Persib adalah salah satu klub sepakbola elit di Indonesia saat ini. Setidaknya catatan bahwa Persib menjuarai Liga Indonesia pertama pada musim kompetisi 1994-1995 dan selalu berlaga di kompetisi tertinggi di negeri ini cukup membuktikan hal tersebut. Klub yang didanai oleh APBD Kota Bandung ini akhirnya sampai kepada kondisi tidak berprestasi dan tidak menguntungkan, baik secara finansial maupun ekonomis. Sebuah fenomena yang melanda sebagian besar klub yang berkompetisi di Liga Indonesia.
Masalah tersebut disadari oleh manajemen Persib dan perubahan mulai dilakukan. Badan hukum mulai dibuat dalam upaya untuk merangsang investor untuk merapat ke Persib. Namun sebuah permasalahan besar belum juga terselesaikan, yaitu: bagaimana memberdayakan ratusan ribu pendukung Persib atau bobotoh menjadi suporter yang lebih aktif secara finansial? Strategi yang bersifat menyeluruh, mulai dari perencanaan bisnis yang matang sampai pemasaran, akan memberikan hasil yang optimal bagi Persib. Branding merupakan bagian tak terelakkan yang akan memperbaiki citra Persib sekaligus mengangkat Persib menjadi sebuah bisnis yang berdaya jual lebih tinggi.
1
1.1. Sejarah Klub Persib lahir pada 14 Maret 1933 sebagai hasil fusi dua perkumpulan sepakbola di Bandung: Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (VMB). Sebelumnya, sekitar tahun 1923, di Bandung telah ada perkumpulan sepakbola bernama Bandung Inlandsche Voetball Bond (BIVB) yang bersama beberapa klub lain ikut membidani lahirnya PSSI di Solo. BIVB mengikuti kompetisi tahunan antar kota (perserikatan), menjadi finalis pada tahun 1933 dan 1934. Setelah itu, BIVB menghilang digantikan oleh kehadiran Persib.
Sepanjang sejarah kompetisi liga di Indonesia, Persib lima kali menjadi juara dan delapan kali menjadi runner-up kompetisi Perserikatan. Setelah kompetisi Galatama dan Perserikatan dilebur, Persib pun mencatatkan diri sebagai juara pada Liga Indonesia pertama pada tahun kompetisi 1994-1995. Persib juga tercatat sebagai klub yang sangat aktif dalam menyumbangkan pemain ke tim nasional Indonesia, baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Risnandar Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng Hudaya, Adjat Sudrajat, Yusuf Bachtiar, Robby Darwis, Budiman, Nuralim, Yaris Riyadi hingga generasi Eka Ramdani merupakan sebagian pemain tim nasional hasil binaan Persib.
Karena dibiayai oleh APBD, sudah sejak lama manajemen Persib diisi oleh orang-orang pemerintahan Kota Bandung. Kita dapat menemukan bahwa nyaris sebagian besar ketua umum Persib adalah walikota Bandung di masanya masing-masing. Dada Rosada sebagai ketua umum Persib saat ini adalah Walikota Bandung. Demikian pula Edi Siswadi ,ketua harian Persib dan Yossi Irianto, manajer Persib, adalah pejabat teras Kota Bandung.
Secara hukum, Persib dimiliki juga oleh klub-klub anggotanya. Klub-klub anggota ini melakukan kompetisi internal dan seringkali menyumbang pemain ke dalam tim Persib, junior maupun senior. Namun demikian, klub-klub anggota ini tidak dapat membantu pembiayaan Persib yang mencapai Rp. 23 Miliar per tahun.
1.2. Pengelolaan Klub Persib adalah klub yang belum profesional secara utuh. Kata profesional sendiri dikaitkan dalam visi dan misi sebuah klub olahraga. Sebuah klub yang profesional akan memiliki orientasi bisnis yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan finansial (profit) dan pertumbuhan neraca keuangan (growth). 2
Pengelolaan Persib juga masih jauh dari sebuah klub sepakbola profesional. Ketua Umum, Ketua Harian dan Manajer Tim sebagai posisi puncak dalam klub dipegang oleh para pejabat teras Kota Bandung. Hal ini mudah dipahami sebagai upaya untuk mempermudah aliran bantuan dana APBD Kota Bandung ke tubuh Persib. Di sisi lain, jabatan rangkap membuat manajemen tidak mampu mencurahkan perhatiannya secara menyeluruh kepada Persib.
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Persib 2008-2009 1.3.
Bisnis Sepakbola Indonesia
Sepakbola mulai digeluti sebagai sebuah bisnis ketika Galatama dibentuk pada tahun 1979 sebagai kompetisi yang melengkapi Perserikatan yang lahir lebih awal. Hingga saat ini, proses bisnis terebut tidak berjalan semulus kompetisi sepakbola di negara lain yang beberapa diantaranya memulai kompetisi sepakbola profesional jauh setelah Indonesia memperkenalkan Galatama. Lingkungan bisnis (business environment) belum tercipta dengan baik karena proses reformasi yang diusung pelaku sepakbola Indonesia berjalan terlalu lambat.
1.3.1. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah organisasi sepakbola tertinggi di Indonesia. PSSI lahir pada 19 April 1930 di Yogyakarta atas prakarsa Ir. Soeratin Soesrosoegondo. Sebagai organisasi yang dilahirkan pada jaman penjajahan Belanda, kelahiran PSSI sangat terkait dengan kegiatan politik menentang penjajahan. Kelahiran PSSI yang dibidani para politikus bangsa jelas sekali, secara langsung maupun tidak langsung, merupakan upaya menentang penjajahan dengan strategi menyemai benihbenih nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia.
3
Pasca Soeratin, ajang sepakbola nasional ini terus berkembang dalam kondisi pasang surut. PSSI juga secara perlahan memperbaiki cara pandang yang keliru tentang upaya mendongkrak prestasi tim nasional. Organisasi dan kompetisi nasional yang telah tertinggal dibenahi secara perlahan.
Dalam perkembangannya saat ini, PSSI telah memperluas jenis kompetisi dan pertandingan yang dinaunginya. Kompetisi yang diselenggarakan oleh PSSI di dalam negeri terdiri atas: •
Divisi Utama – Klub-klub sepakbola dengan pemain berstatus non amatir
•
Divisi Satu –
Klub-klub sepakbola dengan pemain berstatus non amatir
•
Divisi Dua –
Klub-klub sepakbola dengan pemain berstatus non amatir
•
Divisi Tiga –
Klub-klub sepakbola dengan pemain berstatus amatir
•
Kejuaraan antar klub dengan kelompok umur dibawah usia 15 tahun (U-15), U17, U-19 dan U-23
•
Sepakbola wanita
•
Futsal
Sumber: http://pssi-football.com/id/structure.php
Gambar 1.2. Struktur Organisasi PSSI 2007-2011
4
1.3.2. Liga Indonesia Liga Indonesia adalah kompetisi sepakbola utama antar klub di Indonesia yang dikelola oleh Badan Liga Indonesia (BLI), sebuah badan di bawah naungan PSSI.
Sumber: http://pssi-football.com/id/structure.php
Gambar 1.3. Struktur Badan Liga Sepakbola Indonesia 2007-2011 Hingga tahun 1979, kompetisi sepakbola nasional di Indonesia diselenggarakan secara amatir dan lebih dikenal dengan istilah Perserikatan. Pada tahun 1979/1980 diperkenalkanlah kompetisi Galatama (Liga Sepakbola Utama). Galatama merupakan kompetisi sepakbola semi-profesional yang terdiri dari sebuah divisi tunggal (kecuali pada musim kompetisi 1983 dan 1990 terdiri atas 2 divisi). Meskipun keduanya berada dalam naungan PSSI, kedua kompetisi tersebut berjalan sendiri-sendiri. Pada tahun 1994, PSSI menggabungkan keduanya dan membentuk Liga Indonesia. Memadukan fanatisme yang ada di Perserikatan dan profesionalisme yang dimiliki Galatama, Liga Indonesia dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sepakbola Indonesia.
1.3.3. Kegiatan Perekonomian dalam bisnis sepakbola Indonesia Indikator lain yang menunjukkan bahwa industri sepakbola di Indonesia berkembang dengan cukup baik adalah meningkatnya nilai kontrak para pemain sepakbola di Indonesia, baik pemain lokal maupun pemain asing. Hal ini juga didukung dengan semakin banyaknya agen pemain, lokal maupun asing, yang berkecimpung dalam industri ini.
5
1.4. Pola Kegiatan Organisasi Persib Secara umum, saat ini kegiatan Persib dipisahkan menjadi dua kegiatan besar, yaitu: Kegiatan pembinaan amatir yang diantara programnya adalah pelaksanaan kompetisi internal antar klub anggota Persib; dan kegiatan tim Persib yang program utamanya adalah membina tim dalam mengikuti Liga Indonesia.
1.5. Isu Bisnis Persib adalah klub sepakbola yang memiliki basis pendukung cukup banyak dan setia. Kursi penonton di Stadion Siliwangi yang ditaksir dapat menampung 20.000 penonton selalu dipadati pendukung Persib, bahkan dalam kondisi pertandingan dimainkan pada saat cuaca buruk. Tumpahan pendukung yang tidak kebagian tempat duduk akan meluber di pinggir lapangan. Bahkan, ketika pertandingan dipindahkan ke stadion Jalak Harupat di Kabupaten Bandung yang memiliki daya tampung lebih besar, masih banyak penonton yang tidak kebagian tempat duduk. Jumlah pendukung yang berdomisili di Bandung dan sekitarnya ini ditaksir mencapai jutaan orang.
Kesetiaan para pendukung Persib inipun dapat dilihat dari besarnya antusiasme untuk menonton pertandingan Persib, di stadion maupun melalui televisi, meskipun prestasi Persib selama satu dekade terakhir tidak kunjung membanggakan. Acara-acara mengenai Persib di televisi lokal dan radio Bandung semakin marak dan menjadi acara yang paling digemari. Ribuan pendukung juga siap untuk berangkat menyaksikan pertandingan tandang Persib di kota lain termasuk di luar pulau Jawa. Jutaan kaos Persib atau kaos bertemakan Persib diperkirakan laku terjual setiap tahunnya. Para pendukung ini bahkan melembagakan dirinya menjadi sebuah institusi yang memiliki struktur sangat rapih dan, bahkan, telah dapat menghidupi organisasi melalui kegiatan bisnis internal.
Sesungguhnya tidak ada yang tahu pasti tentang jumlah pendukung Persib terlebih bahwa pendukung-pendukung tersebut tersebar secara demografis di seluruh pelosok tanah air, bahkan hingga warga Jawa Barat yang bermukin di luar negeri. Rasanya tidak berlebihan jika setidaknya dapat ditaksir bahwa jumlah pendukung Persib tidak kurang dari dua juta orang. Pendukung ini terdiri dari berbagai kalangan yang melintasi umur, jenis kelamin, wilayah domisili, status sosial, tingkat pendidikan bahkan suku bangsa.
6
Meskipun memiliki basis pendukung yang melimpah, Persib tidak mendapatkan keuntungan finansial dari para pendukung ini. Pengelolaan pendukung Persib diserahkan kepada oraganisasi-organisasi pendukung di luar Persib seperti Viking dan Bomber. Hal ini sangat ironis mengingat bahwa selain tidak mendapatkan keuntungan finansial, Persib juga seringkali dirugikan secara finansial oleh perilaku sebagian pendukungnya. Denda akibat pendukung yang tidak dapat dikontrol di dalam stadion dan biaya perbaikan stadion akibat aksi perusakan sebagian pendukung adalah sesuatu yang lumrah terjadi. Selain itu, beberapa kali Persib mendapatkan hukuman bertanding tanpa penonton yang justru adalah akibat dari aksi pendukungnya sendiri. Persib juga tidak menikmati keuntungan atas penjualan hak siar pertandingannya kepada stasiun televisi. Seandainya kita juga menghitung kerugian ekonomi akibat ulah sebagian pendukung di jalanan kota Bandung maka, dari sudut pandang ini, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa keberadaan pendukung ini tidaklah menguntungkan Persib.
Persib memiliki potensi bisnis yang tinggi. Besarnya jumlah pendukung adalah sebuah potensi pasar yang sangat menjanjikan. Kita dapat melihat bagaimana klub-klub sepakbola di Eropa, Amerika Selatan dan Asia Timur secara cerdas berhasil mengelola hal ini dan mendatangkan jutaan dollar setiap tahunnya. Mereka berhasil memobilisasi pendukungnya untuk datang ke stadion juga lebih aktif memberikan dukungan secara finansial.
Pendukung adalah sesuatu yang penting bagi sebuah klub sepakbola dan menjadi semakin vital karena keterkaitannya dengan aspek lain dalam tubuh klub tersebut. Jika Persib ingin mendapatkan keuntungan dari keberadaan jutaan pendukungnya maka Persib harus mampu menarik bobotoh-nya untuk memberikan dukungan lebih aktif secara finansial. Persib harus segera menemukan formulasi bagi pengelolaan bobotoh-nya.
7
Gambar 1.4. Segmentasi Pendukung Persib Berdasarkan observasi dan data yang diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) Pendukung Persib sendiri secara demografis - psikografis terdiri atas beberapa segmen: •
Kelompok pendukung yang berdaya beli rendah dan tingkat apresiasi yang rendah. Jumlahnya cukup banyak namun kelompok ini tidak relevan untuk dijadikan konsumen tujuan. Namun demikian kelompok pendukung ini harus dibina dengan baik karena seiring dengan waktu kemungkinan untuk melakukan apresiasi dukungan secara lebih aktif tetap terbuka dengan lebar.
•
Kelompok pendukung Loyalis adalah kelompok pendukung yang saat ini melakukan dukungan secara aktif. Mereka adalah penonton di stadion dan pengguna atribut-atribut Persib. Mereka secara umum mengorganisir diri dan membentuk kelompok-kelompok pendukung yang terstruktur. Anggota kelompok yang memiliki daya beli menengah pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Bagi kelompok ini, Persib adalah sebuah simbol kemerdekaan, cita-cita dan identitas mereka.
•
Kelompok Loyalis yang berdaya beli tinggi juga ada. Mereka pada umumnya telah berusia di atas 30 tahun dan telah mejadi pendukung Persib sejak kecil. Jumlahnya tidaklah banyak dan jarang dari mereka yang terorganisir secara struktural. Selanjutnya kelompok ini disebut kelompok Loyalis Premium.
8
•
Kelompok Potensial adalah kelompok pendukung Persib yang tidak melakukan apresiasi dukungan secara aktif. Bagi kelompok ini, citra Persib tidaklah sesuai dengan identitas mereka. Mereka menyukai Persib, tidak terlalu cinta namun mereka menjaga perasaan itu. Mereka mengikuti perkembangan Persib dari media massa namun pada umumnya mereka keberatan diidentikkan dengan Persib, bobotoh maupun Viking. Secara umum mereka memiliki klub lain yang mereka dukung secara cukup fanatik yaitu klub-klub raksasa dari belahan Eropa seperti Manchester United, AC Milan, Barcelona, Liverpool dan Juventus.
Mengelola bobotoh berarti mengelola brand atau pencitraan diri. Segmentasi seperti ini akan bertahan untuk selamanya namun dengan pengelolaan brand yang baik Persib sesungguhnya dapat memperbesar jumlah pendukung yang memberikan dukungan secara aktif dan memberdayakan mereka menjadi sebuah sumber daya yang menghasilkan.
9