Model Terapi Multisensorik, untuk Meningkatlkan Prestasi Siswa Berkesulitan Belajar Membaca-menulis di SD. Therapy Multisensorick model to improve the Achievement of Students with Specific Learning Difficulties of the Elementary School. Oleh: M.Husni Abdullah *) Abtrak Kesulitan belajar perlu ditangani dengan seksama seperti disleksia dan disgrafia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengaruh terapi multisensorik terhadap prestasi siswa berkesulitan belajar di SD. Penelitian ini dirancang dengan pendekatan eksperimental. Metode pengumpulan data digunakan alat Bantu tes, dokumentasi, dan observasi. Analisis data digunakan statistik non parametric “ ujitanda”. Hasilnya bahwa terapi multisensorik berpengaruh positif dalam meningkatkan prestasi siswa berkesulitan belajar membaca menulis permulaan di SD.
Kata kunci : Terapi, Multisensorik, Baca dan Tulis
PENDAHULUAN Kesulitan belajar merupakan fenomena baru yang belum ditangani secara serius oleh para pengelola pendidikan pada umumnya. Namun pendidik bersepakat, bahwa siswa berkesulitan belajar perlu penanganan yang seksama. Penanganan siswa berkesulitan belajar disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswanya. Kesulitan membaca dan menulis permulaan merupakan salah satu penyebab kegagalan utama siswa di sekolah. Hal ini dapat difahami karena membaca dan menulis merupakan bidang akademik dasar. Ketrampilan ini yang mendasari kegiatan belajar – pembelajaran selanjutnya. Siswa berkesulitan belajar yang tidak ditangani, lambat laut kesulitan belajarnya semakin kompleks. Dan akhirnya menjadi bencana bagi pendidik kita, karena peningkatan sumberdaya manusia (SDM) yang dipersiapkan menjadi tidak tercapai. Apakah pendekatan pembelajaran multisensory dapat berpengaruh meningkatkan prestasi belajar siswa berkesulitan belajar membaca, menulis di SD. *) Penulis adalah Dosen PGSD, FIP Unesa Surabaya.
Upaya peningkatan siswa berkesulitan belajar melibatkan berbagai disiplin ilmu, secara komprehensip. Disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan penanganan ini adalah psikologi, ortopedagogik, bimbingan konseling, kedokteran neorogis dan teknologi pendidikan. Masalah kesulitan belajar apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat, siswa lambat laun berpotensi untuk “drop out” pada jenjang kelas yang rendah di SD. Besar siswa drop siswa 5%. Dan angka mengulangi kelas pada kelas satu, dua dan tiga sebesar 9,47%. Untuk itu melalui terapi multisensori fark. Salah satu alternative dalam rangka meningkatkan prestasi siswa, perlu diteliti. Apakah dapat mempengaruhi dalam meningkatkan siswa berkesulitan belajar, sebab kesulitan belajar dapat disebabkan dari faktor penglihatan, pendengaran, sensorotorik dan gerak siswa. Tujuan yang diperoleh pada penelitian ini adalah : untuk mengkaji pengaruh pendekatan pembelajaran multisensorik dalam meningkatkan prestasi belajar membaca menulis di SD, selanjutnya apakah pendekatan tersebut dapat diterapkan di SD pada umumnya. Pada hakikatnya setiap siswa mempunyai perbedaan kemampuan. Perbedaan tersebut baik dalam kemampuan dalam belajar maupun dalam keterampilan kegiatan sehari-hari. Perebdaan siswa ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya kecerdasan, bakat niat dan pengaruh lingkungan / kebudayaan ( Hidayat. 1990). Berdasarkan keadaan tersebut diatas maka kesulitan belajar adalah bentuk kesukaran / kegagalan siswa dalam proses memperoleh perubahan tingkah laku melalui pembelajaran secara keseluruhan sebagai hasil individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Sedangkan kesulitan belajar itu sendiri terdapat dua macam kesulitan. Kesulitan belajar bersifat akademik secara umum dan yang bersifat spesifik /khusus. Kesultan belajar umum adalah kesulitan belajar yang ditandai pencapaian prestasi belajar dibawah kemampuannya. Hal ini dikarenakan faktor penyesaian diri disekolah, faktor lingkungan keluarga yang tidak menunjang, faktor motivasi rendah, atau pemilihan setrategi belajar yang tidak tepat .Sedangkan yang bersifat sepasifik adalah akibat faktor dasar dalam diri siswa .Ringkasannya bahwa siswa
berkesulitan belajar perlu dicarikan solusi yang sebaik –baiknya ,serta secara komprehensif . METODOLOGI Penelitia ini dirancang menggunakan pendekatan eksperimental yaitu Control group pre - test post - design. Model rancangan eksperimen ini telah dianggap baik, karena memenuhi persyaratan. Persyaratan disini adalah adanya kelompok lain yang dikenai perlakuan dengan metode berbeda, yaitu konvensional tradisional, dengan waktu yang sama berimbang, materi berimbang, sarana-prasarana berimbang dan kemapuan siswa berimbang, ikut mendapat pengamatan. Rancangan control group pre – test post – test design adalah : Ekspor : 01
x
02
Control : 03
.
04
( Arikunto. S.1996 ) Proses pembentukan kelompok eksperimen sebagai berikut : kelompok dibagi dua yaitu kelompok eksperimen dan kelompok control, masing-masing terdapat 21 siswa kelas satu : kelompok eksperimen diberi perlakukan dengan pendekatan
pembelajaran
multisensorik
sedangkan
kelompok
kontrol
pembelajaran sebagaimana biasa klasikal konvensional; Subjek penelitian adalah siswa kelas satu SD Negeri Waru II, berjumlah dua kelas, khususnya yang mengalami kesulitan belajar terdapat delapan siswa. Subjek penelitian ini sekaligus dijadikan objek atau sasaran penelitian. Siswa yang berkesulitan belajar berjumlah 8 siswa. Variable terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah dengan dokumentasi, observasi, dan tes. Secara garis besar analisis data meliputi tiga langkah, yaitu : persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai dengan pendekatan statistik penelitian.
Analisis data saat ini digunakan statistik non parametrik, hal ini disebabkan karena tidak memenuhi syarat-syarat populasi berdistribusi normal, sedangkan ini hanya berlaku bagi siswa yang berkesulitan belajar, yang jumlahnya sangat sedikit. Masalah ini dianalisis dengan teknik analisis non parametriks dengan uji tanda ( the Sign Test ). ANALISIS DATA Berdasarkan data empiris menunjukkan bahwa ada pengaruh pola pembelajaran multisensorik terhadap prestasi siswa berkesulitan belajar. Hasil analisis menunjukkan data bahwa nilai hitung (ZH) 1,5> dari nilai hitung tabel (1,384), berarti ada pengaruh positif pembelajaran multisensorik terhadap prestasi siswa berkesulitan belajar membaca menulis di SD. Pendekatan multisensorik Fernald melibatkan empat indera, yaitu visual, auditif, kinestetik, dan tactile (penglihatan, pendengaran, perabaan dan gerakan). Menurut metode ini ada beberapa aspek penting dalam pengajaran mengeja, melalui metode ini sebagai berikut : guru menuliskan dan mengucapkan kata, siswa melihat dan mendengarkan, siswa menelusuri kata sambil secara simultan mengucapkannya, kemudian siswa menyalin atau menulis kata sambil mengucapkannya, ucapan siswa harus benar, terutama jika dilakukan sangat lambat sampai dapat terlihat bahwa suku kata yang diucapkannya adalah yang sedang ditelusurinya, siswa menulis kata tanpa contoh. Jika belum benar, langkah kedua harus diulang. Jika sudah benar, kata disimpan dalam file, siswa yang telah benar mengerti kata tersebut, kemudian kata itu disusun menjadi ceritera, dan pada tahap lanjut, kegiatan menelusuri tidak harus selalu dipergunakan. Siswa dapat mempelajari kata dengan melihat guru menulis, mungkin mengucapkannya dalam hati, kemudian menulisnya. Bahkan dalam tahap legih lanjut lagi, anak dapat mempelajari kata yang sudah tercetak tanpa melihat proses penulisannya. Kesulitan belajar merupakan gejala yang perlu dicarikan jalan keluarnya. Karena kesulitan yang tidak tangani lambat laun kesulitannya semakin berat dan kompleks.
Hal ini sering dikaitkan dengan anak lambat belajar Slow Learner. Prestasi belajar rendah, maupun kesulitan belajar khusus. Akan tetapi pendidik bersepakat, bahwa siswa berkesulitan belajar perlu penanganan yang seksama. Kesulitan
belajar yang spesifik adalah kesulitan yang / ditandai oleh
adanya pencapaian prestasi yang rendah untuk bidang pengajaran akademik tertentu, sedangkan bidang akademik yang lain pada umumnya baik. Ciri menonjol pada siswa berkesulitan belajar itu menurut Mercer (1983) adalah : 1). Academik learning difficulty, 2) Language disorders, 3). Perceptual disorders, 4) motor disorders, 5) sosial problem, 6). Memory problem, 7) attention problem and hyperactivity. Ciri – ciri akademik yang nampak pada siswa berkesulitan belajar biasanya adalah mengalami kesulitan gangguan salah satu beberapa dari gejala berikut : 1) disfasia (gangguan bahasa wicara) 2) disleksia (kesulitan membaca), 3) disgrafia (kesulitan menulis), 4) diskalkulia (kesulitan berhitung dan matemtika), 5) dispraksia (tidak terampil), 6) gangguan attensi/pemusatan perhatian, 70 dan gangguan memory (Sidiarto, L. dalam Mudjiman, Haris, dan Munawir Yusuf, 1990). Penanganan siswa berkesulitan belajar disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswanya. Kesulitan membaca dan menulis permulaan merupakan salah satu penyebab kegagalan utama siswa disekolah. Hal ini difahami karena membaca dan menulis merupakan bidang akademik dasar. Keterampilan ini yang mendasari kegiatan belajar, pembelajaran selanjutnya. Siswa berkesulitan belajar yang tidak ditangani, lambat laun kesulitan belajarnya semakin kompleks, dan akhirnya menjadi bencana bagi pendidikan kita, karena peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang dipersiapkan menjadi tidak tercapai. Untuk itu perlu adanya upaya penanganan siswa berkesulitan belajar yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, secara komprehensip. Banyak orang tua siswa yang mengeluh karena anaknya tidak dapat membaca dan menulis di SD, meskipun sudah satu tahun atau lebih belajar membaca dan menulis permulaan dikelas satu dan kelas dua. Guru-guru pun juga mengeluh karena kemajuan yang diperoleh siswanya tidak memuaskan
harapannya, atau sangat lamban. Siswa juga mengeluh karena ia merasakan kesulitan dalam menangkap materi belajar dikelas, dan ia merasa minder dengan kawannya yang lain akibat kesulitannya tersebut. Mereka selalu bertanya apakah faktor-faktor penyebab kesulitan belajar tersebut ? yang menjadi faktor penyebab adalah disamping faktor-faktor tersebut di atas adalah juga faktor- faktor lainnya yang spesifik yaitu metode mengajar membaca menulis yang digunakan kurang menunjang. Kurangnya dorongan dan perhatian dari orang tua, motivasi yang rendah, merasa tidak penting dan hubungan sosial dengan teman yang kurang membantu, serta faktor dasar siswanya (Murtadlo,1996). Disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan penanganan ini adalah psikologi, ortopedagogik, bimbingan konseling, kedokteran neorigis dan teknologi pendidikan. Masalah kesulitan belajar apabila tidak tertangani secara cepat dan tepat lambat laun siswa berpotensi untuk drop out pada jenjang kelas yang rendah di SD. Besar siswa drop out 5% dan angka mengulang kelas pada kelas satu, dan dua dan tiga sebesar 9,47%. Membaca permulaan meliputi teknik membaca seperti lafal, intonasi dan kelancaran membaca. Sedangkan keterampilan membaca secara umum (lanjut) meliputi teknik membaca dan pemahaman. Untuk menguasai kemampuan teknik ini diperlukan beberapa keterampilan seperti : keterampilan konfigurasi, analisis konteks, penguasaan kosakata pandang, analisis fonik, dan analisis structural (sunardi, 1997). Adapun kemampuan untuk menguasai kemampuan membacapemahaman diperlukan pengembangan kosakata, pemahaman linear, pemahaman inferensial, membaca kritis, atau evaluatif dan penguasaan apresiasi. Dalam kegiatan remedi pembelajaran membaca-menulis permulaan ada beberapa metode lain yang dapat digunakan seperti metode gilingan, metode modifikasi, abjad dan metode kesan neurologis. Adapun proses menulis juga meliputi tiga aspek utama, yaitu menulis handwriting, mengeja, dan mengarang, walaupun pada kelas permulaan, ketiga aspek itu perlu diajrkan dalam menulis. Kesulitan banyak dialami dalam hal mengeja.
Sesuai dengan kurikulum bahasa Indonesia 1994, disana juga menekankan pengembangan kemampuan mengarang (menuangkan gagasan dan pikiran), untuk itu harus diajarkan sejak dini, khususnya melalui multisensorik pendekatan VAKT. Hasil penelitian ini juga relevan dengan teori kognitif (Piaget, Burner & Vigostsky), sejalan dengan hakekat sosiokultur dalam pembelajaran yang berintikan interaksi antara internal dan eksternal. Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, maksudnya proses itu berdasarkan mekanisme bilogis yaitu perkembangan sistem syaraf atau sensomotorik. Dengan banyak respon terhadap stimulasi materi belajar oleh sensomotorik , maka semakin bertambah kuat kesan yang ada pada syaraf sensomotorik tersebut. Untuk itu semakin komplekslah susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula kemampuannya (dalam Sukamto, T. 1997). Penemuan ini sejalan dengan teori kognitif yang menekankan memberikan pengetahuan yang berpusat pada proses mental siswa optimalisasi proses dan hasil pembelajaran melalui multisensori : visual, auditori, konesteti, and tectile. Untuk memungkinkan keterlibatan berbagai modalitas ini, bberapa alat bantu media perlu dipersiapkan, misalnya : papan planel, kartu huruf, bak pasir, huruf timbul, kartu kata, dan alat bantu lainnya. Sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan lancar. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Cloz (dalam Sunardi 1997) menyatakan bahwa prosedur membaca permulaan dengan mengoptimalkan ke empat indera dengan menyediakan daftar kata yang sudah dikenalinya berpengaruh positif terhadap kemampuan siswa. Dari kata-kata tersebut siswa membuat kalimat ceritera menurut bahasanya siswa berkesulitan belajar. Implementasi pendekatan multisensory "VAKT'' dalam belajar membaca dan menulis di SD, yang terkenal adalah Fernald dan juga oleh Gilinghan. Penemuan ini sejalan dengan penelitian Widyastono,H 1996, menyatakan bahwa strategi mengajar dengan perlibatan seluruh indra mempunyai kesan yang kuat pada siswa. Ini menandakan bahwa diantara siswa berkesulitan belajar tersebut disebabkan karena non intelektif, yang berarti pula faktor sekolah dan
keluarga
memegang
peranan
penting
untuk
mengatasinya.
Selanjutnya
merekomendasikan agar segera ditemukan pola penanganan siswa berkesulitan belajar, dengan optimalisasi indra pada siswa. Masih terdapat beberapa masalah yang memerlukan penanganan secara khusus, diantaranya adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah dasar pada kelas rendah. Angka mengulang kelas di SD mencapai 9,1% dengan frekuensi di kelas I sebesar 16,1%, sedangkan angka putus sekolah mencapai hampir 25% (Balitbang Dikbud,1996). Lebih lanjut dijelaskan bahwa masalah khusus kesulitan belajar tersebut dikategorikan kesulitan : a). Kesulitan komunikasi c).
sebesar
Kesulitan
(65,2%),
membaca
b).Kesulitan
(51,2%)
dan
d).
berhitung
sebesar
(57,5%),
Kesulitan
menulis
(31,7%)
( Widyastono,1996). Penelitian lainnya yang dilakukan Pusbang Kurandik Balitbang Dikbud (1996) secara nasional meneliti dari 4994 siswa ditemukan sebanyak 696 peserta didik termasuk kategori siswa berkesulitan belajar. Jumlah ini telah mencapai 13,9% secara nasional. Sampai di Sidoarjo khususnya di SD Kecamatan Waru, telah diteliti sebanyak 599 siswa SD, menemukan 15,9% siswa berkesulitan belajar. Dari siswa tersebut dikategorikan siswa berintelegensi rendah mencapai 52,6% dan siswa berintelegensi tinggi berprestasi rendah (underachiever) sebanyak 22%. Hal ini memberikan gambaran pentingnya melibatkan secara mendalam indra siswa yang baik, untuk mendapatkan kesan belajar yang kuat pada siswa. Pada kesempatan ini pendekatan pembelajaran yang diterapkan adalah metode Fernald. Pendekatan multisensorik Fernald melibatkan empat indera, yaitu visual, auditif, kinstetik, dan tectile (VAKT : penglihatan, pendengaran, perabaan dan gerakan). Menurut metode ini ada beberapa aspek penting dalam pengajaran mengeja, melalui metode ini sebagai berikut : guru menuliskan mengucapkan kata, siswa melihat dan mendengarkan, siswa menelusuri kata sambil secara simultan mengucapkannya. Kemudian siswa menyalin atau menulis kata sambil mengucapkannya, ucapan siswa harus benar, terutama jika dilakukan sangat lambat sampai dapat terlihat bahawa suku kata yang diucapkannya adalah yang
sedang ditelusurinya, sisiwa menulis kata tanpa contoh, jika sudah benar ,kata disimpan dalam file, sisiwa yang telah benar mengerti kata tersebut, kemudian kata itu disusun menjadi suatu cerita, dan pada tahap lanjut, kegiatan menelusuri tidak harus selalu dipergunakan. Siswa dapat mempelajari kata dengan melihat guru menulis, mungkin mengucapkannya dalam hati, kemudian menulisnya. Bahkan pada tahap lebih lanjut lagi, anak dapat mempelajari kata yang sudah tercetak tanpa melihat proses penulisannya. Dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa interaksi antar siswa menjadi sangat menentukan dalam keberhadilan belajar siswa. Untuk itu pembelajaran siswa ditekankan dalam konsep pembelajaran multi sensorik. Pola yang dipakai adalah pembelajaran kelompok yang satu sama lain berinteraksi, saling mengisi dan melengkapi satu dengan yang lainnya. Pada saat sekarang diterapkan pola pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran ini digunakan pendekatan pembelajaran klasikal konvensional dengan kurikulum 1994. Data tersebut dapat dilihat pada analisis data pada kelompok control kelas satu SD, sebgai berikut : Hasil yang diperoleh adalah : M ( Mean ) = 2; SD ( Standar Deviasi ) = 1; X ( tanda + ) = -0.5 dan ZH (nilai hitung ) adalah -2,5. Dengan nilai kritis 5 % didapatkan dalam tabel yaitu 1.384. Dengan demikian pembelajaran klasikal tidak berpengaruh terhadap prestasi siswa berkesulitan belajar membaca dan menulis di SD.
KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil analisis data yang diuraikan diatas,penelitian ini dapt disimpulkan sebagai berikut :
Secara umum pendekatan pembelajaran multisensorik perlu disebarluaskan, ( didesiminasikan )
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa berkesulitan
belajar di SD, dan perlu adanya penelitian lanjutan yang lebih luas terhadap pembelajaran multisensorik VAKT agar hasil penelitian dapat mencakup lebih luas baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Perlu adanya uji coba pembelajaran multisensorik VAKT terhadap bidang pengajaran yang lain. Seperti : IPA, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial dan muatan lokal. Penelitian selanjutnya diharapkan lebih mendalam dan lebih luas lagi cakupannya, dengan demikian dapat menarik generalisasi dengan baik.
Daftar Rujukan
Arikunto,S.1996. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Balitbang Dikbud.1994. Pelaksanaan Wajar Pendas Sembilan Tahun di Indonesia dan Kendalanya. Jakarta : Pusbang Dikbud. Galloway.1996.Designing Instyructional System. New York: Nochols Publishing. Hidayat, T.1990. Anak Kesulitan Belajar di SD.
Laporan
penelitian
tidak
diterbitkan. Surabaya : Lemlit IKIP Surabaya. Mercer, Ceril, D.1983.Children and Youth With Learning Dissabilities. London; Charles E.Meril Publishing Company. Murtadlo. 1996. “Penanganan Siswa Terapeutik dan Bermasalah di SD”. Laporan Penelitian tidak diterbitkan . Surabaya : Lemlit IKIP Surabaya. Mudjiman, H & Munawir Yusuf.1990.Kesulitan Belajar dan Disfungsi Minimal Otak. Surakarta : Lemlit UNS Siegel Sidney.1994.Statistik Non-parametrik. Jakarta ; Gramedia. Soetjipto.1998.
Pengembangan
Model
Pembelajaran
Kooperatif.
Untuk
Meningkatkan Prestasi Siswa Berkesulitan Belajar di SD. Laporan penelitian tiadak diterbitkan. Surabaya ; Lemlit IKIP Surabaya. Sunardi.1997. Menangani Kesulitan Belajar Membaca dan Menulis. Jakarta: Depdikbud Pusbang Kurradik. Sukamto, T. 1997.Teori Belajar. Surakarta : Tiga Serangakai.
Widyastono, H. dkk.1996. “Profil Siswa SD yang Memerlukan Perhatian/layanan Khusus dan Berkesulitan Belajar”. Laporan penelitian .Jakarta : Pusbang Kurradik Balitbang Dikbud.