Buku 1 Judul
: Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Daerah dalam Dunia Islam
Pengarang
: Drs. H. M. Yusran Asmuni
Bab dan Sub Bab Pengantar Pengurus LSIK Kata Pengantar BAB 1 Latar Belakang Lahirnya Pembaharuan A. Pengertian Pembaharuan B. Latar Belakang Lahirnya Gerakan Pembaharuan BAB II Turki A. Latar Belakang Timbulnya Pembaharuan Sebelum Abad XIX B. Pembaharuan Turki C. Turki Usmani D. Tanzimat E. Turki Usmani Muda F. Turki Muda G. Westernisasi,l Islamisasi, dan Nasionalisme BAB III India-Pakistan A. Latar Belakang Timbulnya Pembaharuan Sebelum Abad XIX B. Pembaharuan di India-Pakistan BAB IV Jazirah Arab A. Latar Belakang Timbulnya Pembaharuan Sebelum Abad XIX B. Pembaharuan di Jazirah Arabia C. Pembaharuan Ibnu Taimiyah D. Pembaharuan Muhammad Ibnu Abdul Wahhab BAB V Mesir A. Ekspedisi Napoleon B. Penaklukan Napoleon Terhadap Mesir
C. Tujuan Ekspedisi Napoleon di Mesir D. Pengaruh Ekspedisi dalam Pembaharuan di Mesir E. Pembaharuan Muhammad Ali Pasya F. Pembaharuan Al-Tahtawi G. Pembaharuan Jamaluddin Al-Afghani H. Pembaharuan Syekh Muhammad Abduh I. Pembaharuan Rasyid Ridha J. Murid/Pengikut Muhammad Ridha K. Nasionalisme Mesir BAB VI Indonesia A. Latar Belakang Pembaharuan Sebelum Abad XIX B. Pembaharuan di Indonesia Daftar Pustaka
Intisari Kata yang lebih dikenal untuk pembaharuan adalah modernisasi. Kata modernisasi mengandung pengertian pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya agar dapat disesuaikan dengan keadaan-keadaan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Modernisasi atau pembaharuan bisa pula disebut dengan “reformasi”, yaitu membentuk kembali, atau mengadakan perubahan kepada yang lebih baik, dapat pula diartikan perbaikan. Di abad pertengahan lahir para pemikir dan ulama besar seperti: Maliki, Syafii, Hanafi dan Hambali serta lainnya. Dengan lahirnya pemikir dan para ulama besar itu, maka ilmu pengetahuan lahir dan berkembang dengan pesat sampai ke puncaknya, baik dalam bidang agama, non-agama maupun dalam bidang kebudayaan lainnya. Para pemikir dan ulama Islam pada saat itu bukan hanya dapat mengislamisasikam pengetahuan-pengetahuan Persia Kuno dan warisan Yunani, akan tetapi kedua kebudayaan itu disesuaikan pula dengan kebutuhan dan perkembangan pemikiran pada masa itu. Puncak kemegahan dunia Islam itu akhirnya menurun, dunia Islam mulai mengalami kemunduran pada abad kesepuluh, kemudian tenggelam berabad-abad lamanya.
Diantara yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam adalah:
Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur dengan kebiasaankebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan terhadap orang-orang suci dan hal lain yang membawa kepada kekufuran
Kedua, Sifat jumud membuat ummat Islam berhenti berpikir dan berusaha, ummat Islam maju di jaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan, oleh karena itu selama ummat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berpikir untuk berijtihad, tidak mungkin mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan
Ketiga, ummat Islam selalu berpecah belah, maka ummat Islam tidaklah akan mengalami kemajuan. Ummat Islam maju karena adanya persatuan dan kesatuan, karena adanya persaudaraan yang diikat oleh tali ajaran Islam. Maka untuk mempersatukan kembali ummat Islam bangkitlah suatu gerakan pembaharuan.
Keempat, hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat. Dengan adanya kontak ini ummat Islam sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan dengan Barat. Oleh karena itu pembaharuan dalam Islam bukan hanya mengajak maju kedepan untuk melawan segala kebodohan dan kemelaratan tetapi juga untuk kemajuan ajaran-ajaran agama Islam itu sendiri.
Buku 2 Judul
: Mantik Kaidah Berpikir Islam
Pengarang
: Drs. H. Syukriadi Sambas
Bab dan Sub Bab Pengantar Penulis Kata Pengantar BAB 1 Aspek Dasar Ilmu Mantik A. Pengertian Ilmu Mantik B. Objek Ilmu Mantik
C. Tujuan, Kegunaan dan Manfaat Ilmu Mantik D. Keutamaan Ilmu Mantik E. Hubungan Ilmu Mantik dengan Ilmu-Ilmu Lainnya F. Sejarah Ilmu Mantik G. Nama-Nama Ilmu Mantik H. Sumber Pengambilan Ilmu Mantik I. Hukum Mempelajari Ilmu Mantik J. Problematika Mempelajari Ilmu Mantik BAB II Ulul Arab sebagai Insan Al-Nathiq A. Pengertian B. Urgensi Nathiq C. Tuntutan Berpikir D. Mazhab Nathiq E. Sebab-Sebab Kesalahan Berpikir BAB III Objek Berpikir A. Pengertian B.Objek Ghair Nisbiyah C. Objek Nisbiyah BAB IV Metode Berpikir A. Ilmu dan Macam-Macamnya 1. Pengertian dan Pengkajian 2. Dilalah dan Macam-Macamnya B. Pembahasan Tashawur (Pembentukan Konsep) 1. Kajian Kata-Kata 2. Mafhum dan Mashadaq 3. Perlawanan Kata-Kata 4. Hubungan antara Dua Lafadz Kuili 5. Zaty dan Arady 6. Kulliyat A‟l-Khams 7. Takrif dan Pembagiannya 8. Syarat-Syarat Takrif
C. Pembahasan Tashdiq (Pembentukan Keputusan) 1. Pengertian Qadhiyah 2. Qadhiyah Hamliyah dan Pembagiannya 3. Adat Sur Qadhiyah Hamliyah 4. Qadhiyah Syarthiyah dan Pembagiannya 5. Tanaqudh dan Syarat-Syaratnya 6. Tanaqudh Qadhiyah Hamliyah 7. Tanaqudh Qadhiyah Syarthiyah Muttashilah 8. Tanaqudh Qadhiyah Syarthiyah Munfashilah 9. „Ask Mustawi 10. Macam-Macam „Ask Qadhiyah D. Pembahasan Istidlal (Pembentukan Penalaran) 1. Definisi Istidlal 2. Pembagian Istidlal 3. Pembagian Istidlal Qiyati 4. Syakal dan Dharab Qiyas Hamli 5. Lawahiq Al-Qiyas 6. Kesalahan dalam Qiyas 7. Hujah dan Pembagiannya 8. Dilalah Muqaddamah kepada Natijah BAB V Aplikasi Mantik A. Aplikasi Mantik dalam Tafsir B. Aplikasi Mantik dalam Ilmu Kalam C. Aplikasi Mantik dalam Usul Fiqh D. Aplikasi Mantik dalam Ilmu Dakwah Daftar Pustaka Tentang Penulis
Intisari Ilmu Mantik adalah tatanan berpikir yang dapat memelihara otak dari kesalahan berpikir dengan pertolongan Allah SWT. Sementara itu pengertian berpikir sebagai suatu kerja otak
adalah menyusun berbagai persoalan objek untuk memperoleh suatu kesimpulan. Dengan kata lain, Mantik merupakan satu disiplin ilmu mengenai cara mengutak-atik otak dalam memahami objek piker, untuk menemukan kebenaran logis. Objek adalah suatu istilah dalam setiap disiplin ilmu. Objek Ilmu Mantik adalah esensi dan substansinya. Lebih lanjut, yang menjadi objek kajian Ilmu Mantik adalah Tashawur dan tashdiq yang akan menghasilkan takrif/definisi. Kesimpulannya objek kajian Ilmu Mantik adalah pengkajian terhadap esensi dan substansi subjek/pelaku nalar, objek nalar, dan metode nalar. Tujuan dari ilmu Mantik adalah pertama, melatih, mendidik dan mengembangkan potensi akal mengkaji objek pikir dengan menggunakan metodologi berpikir. Kedua, menempatkan persoalan dan menunaikan tugas pada situasi dan kondisi yang tepat. Ketiga, membedakan proses dan kesimpulan berpikir yang benar dari yang salah(batil) Keutamaan Ilmu Mantik diantaranya dapat mengungguli dan member nilai tambah terhadap disiplin ilmu-ilmu lainnya, sebab kegunaan Ilmu Mantik bersifat umum. Artinya, Ilmu Mantik membahas tashawur dan tashdiq. Sedangkan setiap disiplin ilmu memuat hasil kegiatan tashawur dan tashdiq sesuai dengan objek kajiannya.
Buku 3 Judul
: Segi-Segi Pemikiran Falsafi dalam Islam
Pengarang
: Dr. Ahmad Daudy, MA
Bab dan Sub Bab Pendahuluan BAB 1 Ketuhanan dalam Pemikiran Ibnu Sina dan Ibnu Rusydi BAB II Allah dan Alam dalam Konsepsi Ibnu Sina BAB III Tahafutu‟l-Falasifah Karya Al-Ghazali BAB IV Filsafat Agama dalam Pemikiran Al-Ghazali Indeks
Intisari Ibnu Sina dan Ibnu Rusydi adalah dua orang filosof dalam sejarah pemikiran Islam, menduduki tempat khusus dalam sejarah pemikiran dunia.Seperti halnya filosof-filosof islam yang lain, keduanya telah merasa perlu untuk mengusahakan pemaduan antara apa yang telah dikenal dalam filsafat Yunani dengan apa yang diajarkan dalam Islam. Ibnu Sina, yang digelar dengan al-Syeikh al-Ra’is, telah merasa perlu memadukan akidah al-Qur‟an dengan filsafat Yunani yang diketahuinya, dan untuk itu, ia telah mencurahkan seluruh tenaganya. Tidak bisa lain dari memperhatikan segi ini, jika ia ingin untuk tetap dipandang sebagai seorang muslim, baik dengan dirinya maupun dengan umat islam yang lain. Dalam ajaran islam Allah adalah pencipta segala sesuatu, tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa kehendakNya. Allah mengetahui segala sesuatu yang paling kecil dan paling halus sekali pun. Ia menciptakan alam ini, dari tidak ada kepada ada, tanpa perantara dari siapapun. Ia memiliki berbagai sifat yang maha imdah dan agung. Tuhan yang seperti ini, sifat atau fi'il-Nya, tidak mungkin akan sesuai dengan Tuhan Aristoteles yang disebut sebagai "Penggerak Pertama" dan juga dengan konsep "Yang Esa" seperti yang dikenal dalam New-Platonisme. Oleh karena itu kita melihat para filosof Islam semuanya, baik yang belum maupun yang sudah ibnu sina, mencurahkan semua tenaga dan usaha untuk memadukan alquran dengan filsafat yunani seperti yang mereka pahami barangkali sesuatu yang baru dalam karya mereka dalam sejarah pemikiran falsafi adalah terpusat pada sisi ini saja
Buku 3 Judul
: Sejarah Pemikiran para Tokoh Pendidikan
Pengarang
: Suwito dan Fauzan
Bab dan Sub Bab BAB 1 Pendahuluan
BAB 19 Ibnu Taimiyah
BAB 2 Wahil Bin Atha‟
BAB 20 Ibnu Jama‟ah
BAB 3 Abu Hudzail Al‟Allaf
BAB 21 Ibnu Khaldun
BAB 4 Imam Hanifah
BAB 22 Muhammad bin Abdul Al-Wahab
BAB 5 Imam Syafi‟i
BAB 23 ABDAL-Rahman Al-Jabarti
BAB 6 Ibnu Sahnun
BAB 24 Imam M. Nawawi Al-Bautani
BAB 7 Al-Farabi
BAB 25 M. Abduh
BAB 8 Abu Hasan Al-Asy‟Ari
Bab 26 Abd. Al-Rahman Al-Kawakibi
BAB 9 Ibnu Miskawaih
BAB 27 K.H. Ahmad Dahlan
BAB 10 Al-Qabisi
BAB 28 Pembaharuan Pendidikan dalam
BAB 11 Ibnu Sina
Pemikiran K. H. Ahmad Dahlan
BAB 12 Ibnu Hazm
BAB 29 Hasyim Asya‟Ari
BAB 13 Khatib Al-Baghdadi
BAB 30 Ahmad Hassan
BAB 14 Al-Ghazali
BAB 31 Mahmud Yunus
BAB 15 Al-Zamakhsyari
BAB 32 Hamka
BAB 16 Al-Zarnuji
BAB 33 M. Rasjidi
BAB 17 Hasan Al-Tusi
BAB 34 Harun Nasution
BAB 18 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
BAB 35 Penutup
Intisari Perkembangan pemikiran terhadap perbuatan manusia berkisar pada permasalahan apakah manusia melakukan perbuatan dengan kehendak dan daya yang bebas untuk memilih manusia tidak memiliki kebebasan dan kehendak dalam memilih untuk melakukan perbuatan. Dalam teologi dan filsafat terdapat dua konsep mengenai perbuatan manusia satu pendapat
mengatakan bahwa perbuatan manusia sudah ditetapkan sejak azali sebelumnya lahir. Pendapat lain mengatakan bahwa manusia memiliki kebebasan dalam kemauan dan perbuatan. Abu Hudzaifah Washil bin Atha yang lahir di Madinah pada tahun 80 hijriyah dikenal sebagai seorang yang berkepribadian tenang dan lebih banyak diam. Ia adalah seorang zahid yang memiliki rasa khauf yang sangat terhadap Allah. Dia memiliki pengetahuan yang melimpah dan kemampuan bicara yang fasih serta mampu membangun pendapatnya secara spontanitas. Pemikiran Washil bin Atha melahirkan manusia yang mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Dalam pandangannya tidak ada pendidikan dan anak didik karena setiap individu menjadi pendidik dan anak didik harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Ooleh karena itu pendidikan berperan hanya sebagai pembimbing untuk mendayagunakan kemampuan akal manusia. Memahami pemikiran seorang tokoh diperlukan berbagai pendekatan untuk mendapatkan informasi yang valid dan komprehensif. Pendekatan bisa dilakukan dengan mengkaji historis, pemikirannya,
karya-karya yang mengindikasikan pemikirannya,
atau bukti bukti yang
berkaitan dengan seorang tokoh tersebut. Mengkaji pemikiran juga bisa dilakukan dalam pendekatan paradigma disiplin ilmu pengetahuan, hal ini mengindikasikan bahwa upaya memahami sesuatu bisa dipandang dalam berbagai perspektif. misalnya Abu Hudzail Al 'Allaf adalah seorang pembimbing teologi Mu'tazilah. Pemikirannya dalam hal teologi sangat qualified dan interpretatif. Beliau mengupas dan mengkaji secara mendalam tentang hal-hal seputar pembahasan ilmu kalam. Kajiannya tentang ilmu kalam dimodifikasi dan melakukan reinterpretasi terhadap pemahaman ilmu kalam yang berkembang saat itu. Memahami pemikiran Abu Hudzail Al'Allaf memang kental dengan muatan teologi. Hal ini disebabkan informasi tentang beliau yang terekam saat ini hanya sebatas tentang teologi.