DOKUMEN – 3
OIKOUMENE GEREJAWI
101
III. OIKOUMENE GEREJAWI A. KONSEP DASAR KEESAAN GEREJAWI Kami menyadari dan mengakui akan kemustahilan pewujudnyataan GKYE demi dunia. Perpecahan dan kesendirisendirian gereja-gereja telah menjadi kendala mendasar bagi keberadaan gereja sebagai gereja dan mengaburkan, melemahkan serta menumpulkan kesaksian dan pelayanan kami. Namun semakin dalam kami menyadari kemustahilan itu, semakin dalam pula rasa heran dan syukur kami atas kasih dan kuasa TUHAN yang telah sudi melakukan yang mustahil itu menjadi mungkin dan menjadi kenyataan dengan penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya, sehingga kemustahilan itu semakin mendekatkan kami kepada TUHAN dan semakin bergantung hanya kepada-Nya. Bahkan kami percaya TUHAN sedang terus melakukan pekerjaan menyatukan gereja TUHAN demi persatuan dan kesatuan umat manusia dengan melawan segala macam bentuk kekerasan yang memecah belah dan merusak manusia, agar gereja dan dunia ini menjadi tempat kediaman TUHAN dan tempat kediaman manusia. Karena itu kami terdorong untuk semakin mempercayakan diri hanya kepada TUHAN dan tidak mengurangi sedikit pun totalitas dari panggilan dan anugerah keesaan untuk kami wujudnyatakan. Dengan ketetapan hati itu kami mengambil bagian dalam karya TUHAN memulihkan dan menyembuhkan gereja dan dunia dari keterbelahan dan keterpecahannya. Kami mengaku bahwa semakin kami mendekat kepada TUHAN, semakin kami mendekat satu kepada yang lain; semakin kami berjumpa dengan TUHAN, semakin kami berjumpa satu dengan yang lain; semakin kami menyatu di dalam TUHAN, semakin kami menyatu satu di dalam yang lain. Dan semakin kami bergantung pada TUHAN dalam kesatuan itu, semakin kami mandiri dan berdaya, sehingga kami semakin dimampukan untuk saling mengakui dan saling menerima, saling menopang dan saling melengkapi. Kami percaya dan memahami bahwa keesaan di dalam TUHAN itu adalah kesatuan yang bersumber pada hakikat Allah dalam Kristus, yaitu keesaan yang secara hakiki mengandung kemajemukan dan kesaksian demi dunia, sebagaimana nyata dalam doa Tuhan Yesus Kristus (Yoh. 17:21-23). 102
Karena keesaan gereja bersumber pada Allah dalam Kristus, kami percaya dan memahami bahwa keesaan bukan suatu pilihan atau alternatif yang secara netral dapat dipilih atau ditolak oleh gereja sebagai gereja. Keesaan gereja adalah anugerah TUHAN untuk diwujudnyatakan dan panggilan TUHAN untuk dilaksanakan oleh gereja TUHAN, agar gereja menjadi satu, dan agar dunia tahu (Yoh. 17:23) dan percaya (Yoh. 17:21). Karena keesaan gereja bersumber pada hakikat Allah dalam Kristus, kami percaya dan memahami bahwa keesaan gereja bukan kesatuan yang seragam yang menyesakkan dan mematikan individualitas dan keunikan, tetapi kesatuan yang majemuk yang memberi ruang kebebasan dan kehidupan pada semua makhluk. Kami percaya dan mengalami bahwa Yesus Kristus yang sama telah menjadi Tuhan yang membudaya dan diterima akrab dalam setiap komunitas orang percaya dengan kebudayaannya masingmasing, sehingga Tuhan Yesus Kristus menjadi pengesa dari suatu keesaan yang sangat majemuk merangkum semua manusia dengan segala kekayaan budayanya. Kami menamai keesaan ini Oikoumene Gerejawi (OG) yang adalah GKYE. Kami percaya bahwa secara hakiki GKYE adalah tubuh Kristus dalam setiap budaya dan lintas semua budaya sekaligus. Karena itu kami mengupayakan agar keesaan gereja itu akan makin nyata di Indonesia dan mencakup seluruh gereja termasuk gereja-gereja di luar PGI. Di dalam kesatuan itu, kami persembahkan semua individualitas dan ciri khas kami masing-masing, dan semua perbedaan ras, etnis, budaya, ajaran, denominasi, struktural kami, kepada Tuhan Yesus Kristus, agar mendapatkan tempat dan fungsinya yang benar, yaitu sebagai elemen kemajemukan yang membentuk, menghidupkan, dan memperkaya kesatuan, dan tidak menjadi prinsip primordial yang eksklusif, memecah. Kami mengaku bahwa setiap ketertutupan dan perpecahan adalah pengingkaran terhadap Tuhan Yesus sebagai satu-satunya dasar keesaan gereja dan menggantikannya dengan sesuatu yang lain, yang seharusnya kami persembahkan di kaki salib Kristus untuk disucikan dan dijadikan alat-Nya. Ketertutupan ini pada dasarnya adalah penyaliban Kristus kembali. Karena itu kami percaya bahwa keesaan itu, selain bukan keseragaman, juga bukan kemajemukan yang didominasi oleh pihak-pihak tertentu atau oleh kekuatan apa pun yang bukan TUHAN, misalnya ajaran tertentu, 103
budaya tertentu, atau yang memiliki teknologi dan uang, semua hal yang dapat dipengaruhi oleh dosa. Keesaan gereja dalam TUHAN adalah tempat hidup bagi semua manusia. Karena keesaan gereja bersumber pada Allah dalam Kristus yang menghendakinya agar dunia tahu dan percaya, kami percaya dan memahami bahwa keesaan gereja itu sendiri adalah pada hakikatnya kesaksian dan pemberitaan Injil. Kami memahami bahwa semua tindak gerejawi, seperti kesaksian, pelayanan, dan suara kenabian, kesungguhannya dan keabsahannya bertumpu pada keesaan gereja dalam TUHAN. Karena itu Oikoumene Gerejawi menjadi titik tumpu bagi PTPB. Karena pewujudnyataan Oikoumene Gerejawi dalam GKYE, yang majemuk dan demi dunia itu, berdasarkan ketaatan kepada Tuhan Yesus Kristus, maka kami percaya dan memahami bahwa pemberian bentuk Oikoumene Gerejawi dalam GKYE itu, ditentukan, pertama, oleh derajat konektivitas antar anggota tubuh dan seluruh tubuh dengan Sang Kepala (1 Kor. 12) dan kedua, asas akuntabilitas gerejawi (kebertanggungjawaban kita satu terhadap yang lain dan bersama-sama kepada TUHAN). Derajat konektivitas itu tercipta antara umat, aktivis oikoumene gerejawi (AOG), dan sentra-sentra gerejawi di semua aras (lokal, wilayah, regional, nasional) dalam fungsi pelayanan dan kesaksian terhadap lingkungannya. Dalam upaya mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia kami mengikrarkan kembali kesediaan saling mengakui dan menerima satu terhadap yang lain dengan segala perbedaan yang ada, dan menyatakan komitmen kami untuk saling menopang dalam bidang teologi, daya, dan dana sebagai berkat TUHAN, yang harus kami jadikan berkat bagi dunia. B. SALING MENGAKUI DAN SALING MENERIMA 1. Keanggotaan Gereja dan Perpindahan/Penerimaan Keanggotaan Kami mengakui dan menerima keanggotaan gereja setiap orang yang telah menyambut panggilan Tuhan untuk hidup di dalam dan dari kasih penyelamatan Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus. Dalam hal perpindahan anggota gereja ke daerah yang sudah ada Gereja Anggota PGI di situ, kami berupaya untuk 104
menghormatinya dengan mengintegrasikan diri ke dalam hidup dan pelayanannya. Mereka adalah orang-orang yang telah menerima baptisan kudus dan orang-orang yang telah mengaku percaya di hadapan jemaat dan Tuhan di dalam kebaktian yang diselenggarakan menurut peraturan Gereja Anggota PGI. Dengan menerima baptisan dan pengakuan percaya, mereka dimasukkan ke dalam Gereja Tuhan yang mengaku satu Tuhan, satu iman dan satu baptisan, sehingga mereka semua adalah anggota dari keluarga Allah yang satu, sebagai satu tubuh dalam kebersamaan dan damai sejahtera (bnd. 1 Kor. 12:13-26; Rm. 12:5 dst.; Ef. 4:36; 1 Tim. 3:15) untuk menerima kasih dan keselamatan dari Allah dalam Kristus dan untuk memikul dan melaksanakan panggilan dan misi bersama sebagai bagian dari orang percaya sedunia dan di Indonesia. Atas dasar itu, kami menerima dan melaksanakan perpindahan keanggotaan gereja dari warga yang pindah dengan dukungan surat keterangan dari gereja atau jemaat asalnya yang menerangkan keadaan warga yang pindah itu. Cara pelaksanaan penerimaan keanggotaan baru disesuaikan dengan peraturan gereja penerima. 2. Diakonia Kami mengakui dan menerima pelayanan diakonia yang diadakan oleh gereja-gereja dalam lingkungan PGI. Yang dimaksud dengan pelayanan diakonia dalam hal ini adalah pelayanan dan keterlibatan gereja yang ditimbulkan dari panggilan dan tugasnya untuk memperhatikan, membantu, memerdekakan dan melepaskan setiap orang, yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka dan keluarga mereka masing-masing pada masa kini dan masa depan dengan selayaknya. Mereka ini adalah orang-orang yang miskin, sakit, terasing, lemah dan terlantar, bodoh, korban bencana alam dan peperangan, terbelakang, terkena perlakuan tidak adil dan sewenang-wenang, menjadi korban kekerasan dan ketidakpastian hukum (lih. Kel. 21:23-33; Yes. 58:6-7; Za. 7:9-10; Mat. 9:35-38; 25:31-46; Luk. 4:16-21; Kis. 6:1-7; Yak. 1:26-27; 1 Tim. 5:3-16). Pelayanan diakonia ini berpola pada Yesus sebagai Pelayan yang memberi nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (Mrk. 10:45). 105
Oleh karena itu, kami dengan sukacita mau membangun pola pelayanan yang saling mengisi dan menopang antar-gereja dalam lingkungan PGI dan melibatkan diri secara bersama-sama dalam pelayanan diakonia gereja. Pelayanan tersebut dilaksanakan dalam semangat yang kuat menanggung yang lemah, yang kaya mencukupkan yang miskin, sehingga terciptalah keseimbangan dan pemerataan pelayanan (bnd. 2 Kor. 8:9; Gal. 2:9-10) demi kehadiran misi kami bersama sebagai gereja. 3. Pemberitaan Firman Kami mengakui dan menerima pelayanan pemberitaan Firman Allah berdasarkan Alkitab yang dilakukan dengan teratur dan tertib oleh Gereja Anggota PGI. Pelayanan pemberitaan Firman Allah adalah pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan sendiri, dan karena itu merupakan bagian hakiki dari kehidupan gereja sebagai persekutuan kenabian dan keimanan, kerasulan, untuk memanggil ke dalam pertobatan, untuk memberi hikmat, untuk menuntun kepada keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik dalam kebenaran, sehingga setiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk melakukan perbuatan baik (Mrk. 3:14; 16:15; Mat. 28:16-20; 2 Tim. 3:15-17; 4:2). Oleh karena itu, kami mengadakan kegiatan-kegiatan pertukaran pelayanan firman, kebaktian-kebaktian bersama, dan memajukan kegiatan-kegiatan untuk melakukan Pemahaman Alkitab secara bersama dan teratur, serta menerbitkan bahanbahannya dan membaginya. 4. Pekabaran Injil Kami mengakui dan menerima Pekabaran Injil yang diselenggarakan oleh setiap Gereja Anggota PGI menurut peraturan gereja tersebut dengan memperhatikan pema-haman-pemahaman bersama mengenai Injil dan Pekabaran Injil yang sudah dihasilkan dalam perjalanan memasuki sejarah bersama selama ini (Mat. 28:19-20; Mrk. 16:15; Yoh. 1:8), yakni: Injil adalah berita kesukaan mengenai pertobatan dan pembaruan yang tersedia bagi manusia (Mrk. 1:15; Mat. 28:19-20; Kis. 1:8) serta kebebasan, keadilan, kebenaran, dan kesejahteraan 106
yang dikehendaki Tuhan untuk dunia (Luk. 4:18-21); sebagai berita kesukaan, Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan manusia (Rm. 1:16). Oleh karena itu, kami sepakat untuk lebih meningkatkan kepekaan kami di dalam menjawab panggilan Tuhan untuk mengabarkan Injil dengan memperhatikan ”tandatanda zaman” yang ada dan dengan mengembangkan kebersamaan dan semangat topang-menopang dalam pelaksanaan Pekabaran Injil, yang mencakup tugas penelitian dan pengembangan teologi, daya, dana, pola hidup dan pendekatan misioner kegembalaan. 5. Baptisan Kudus Kami mengakui dan menerima pelayanan baptisan kudus yang diselenggarakan oleh Gereja Anggota PGI kepada seseorang. Pelayanan baptisan kudus ini sah berdasarkan kesaksian Alkitab, karena hal itu: a. Telah diamanatkan oleh Tuhan Yesus yang telah bangkit (Mat. 28: 18-20; Mrk. 16:15-16); b. Telah dilakukan dalam dan oleh gereja di zaman para rasul (Kis. 8:36-38; 16:33, 18:8; 22:16; 1 Kor. 1:16); c. Dilaksanakan dalam kebaktian yang didasari dengan pemberitaan Firman (Kis. 2:37-42) disertai dengan tanda yang nyata yaitu air (Kis. 8:37-39) dan dilayani dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mat. 28:19; Mrk. 16:16), tanpa membedakan bentuk-bentuk praktis pelaksanaan baptisan dewasa atau anak, percik atau selam. Kepada mereka yang telah dibaptis dalam pengertian dan cara yang demikian, dikaruniakan Roh Kudus oleh Allah dalam Kristus yang akan terus memimpin dan membarui (Kis. 2:38; Rm. 8; 1 Kor. 12:711; 2 Kor. 5:17; Kol. 2:10-11); d. Mempersatukan setiap orang yang telah menerima baptisan kudus itu dengan kematian dan kebangkitan Kristus (Rm. 6:35; Kol. 2:12) yang terjadi hanya sekali untuk selama-lamanya bagi setiap orang (Ibr. 9:26-28; 1 Ptr. 3:18); e. Menghisabkan setiap orang yang telah menerima baptisan kudus itu ke dalam satu tubuh (1 Kor. 12:13); yaitu gereja yang merupakan persekutuan orang-orang beriman dari segala zaman dan tempat, dan yang terus-menerus tumbuh dan membangun diri dalam kasih (Ef. 4:16). Setiap orang yang 107
telah dibaptis itu menjadi bait Allah dan tempat kediaman Roh Kudus (1 Kor. 3:16) dan menerima karunia Roh Kudus (1 Kor. 12:7-11) dan hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus (Rm. 8:9, 14). Oleh karena itu, di dalam menerima perpindahan keanggotaan gereja dari wargagereja di lingkungan PGI, kami tidak melakukan pembaptisan ulang, melainkan hanya mengumum-kannya di dalam kebaktian jemaat. 6. Perjamuan Kudus Kami mengakui dan menerima pelayanan Perjamuan Kudus yang diselenggarakan oleh setiap Gereja Anggota PGI menurut pemahaman dan peraturan gereja tersebut. Pelayanan Perjamuan Kudus ini sah berdasarkan kesaksian Alkitab, karena hal itu: a. Telah diamanatkan oleh Tuhan Yesus sebagai tanda kehadiran-Nya dan tanda peringatan akan kematian, kebangkitan, dan kedatangan-Nya kembali (Luk. 22:14-20; 1 Kor. 11:23-26), untuk keampunan dosa manusia, yang harus terus-menerus diberitakan sampai Ia datang kembali. b. Telah dilakukan dalam dan oleh gereja dan di zaman para Rasul (2 Kor. 10:17; 11:23-26; bnd. Kis. 2:42, 46). c. Memungkinkan setiap orang percaya untuk mengalami sukacita keselamatan yang telah dikerjakan oleh Kristus dalam pengharapan akan memasuki perjamuan Anak Domba (Why. 19:9) dalam penggenapan Kerajaan Allah (Mat. 26:26-29; Mrk. 14:25; Luk. 22: 15-16). d. Adalah ucapan syukur jemaat atas kasih karunia pengampunan dosa dan penyelamatan manusia oleh Kristus, Pembela dan Pengantara manusia (Rm. 8:34; Ibr. 7:25), yang tetap mengasihi umat-Nya sampai pada kesudahannya (Yoh. 13:1). e. Dilayani dalam suatu kebaktian yang didasari dengan pemberitaan Firman dan melalui tanda-tanda nyata, yaitu roti dan air anggur (1 Kor. 11:23-25; bnd. Mat. 26-29; Mrk. 14:2225 dan Luk. 22:14-20). f. Dihayati sebagai persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus yang membawa kepada persekutuan persaudaraan, sehingga kehadiran gereja yang esa, kudus, am dan rasuli itu tercermin dalam perayaan Perjamuan Kudus itu (bnd. 1 Kor. 10:16-17). Dengan Persekutuan Perjamuan Kudus ini pula gereja 108
menjadikan dirinya sebagai tanda pekerjaan penyelamatan Allah di dalam dunia, sebagai tanda kesatuan umat manusia baru. Dalam pemahaman seperti itu, maka melalui Perjamuan Kudus gereja merindukan kesatuan segenap umat manusia dalam Kerajaan dan Pemerintahan Allah yang melampaui batas-batas kelembagaan gereja sehingga Kristus menjadi semua di dalam semua (bnd. Mrk. 14:25; 1 Kor. 11:26; Kol. 3:10-11). Oleh karena itu, kami mengadakan sesering mungkin pelayanan Perjamuan Kudus secara bersama di tempat kami berada. 7. Penggembalaan Kami mengakui dan menerima pelaksanaan pelayanan penggembalaan dalam kehidupan gereja-gereja dalam lingkungan PGI. ”Penggembalaan” adalah pelayanan gereja untuk memelihara, menuntun, membimbing, memberi pengertian, mengarahkan dan menyadarkan warga bagi keutuhan hidupnya, agar ia hidup di dalam kasih pengam-punan dan keselamatan Allah dalam Kristus. Tindakan penggembalaan ini berpola pada keprihatinan penuh dari Allah terhadap umat-Nya, Israel, dan khususnya pada Yesus Kristus sebagai Gembala Agung kepada kawanan domba gembalaan-Nya (lih. Mzm. 23; Yeh. 34; Luk. 15:1-7; Mat. 18:12-14; Yoh. 10; 1 Ptr. 2:18-25; 5:1-4). Pelayanan penggembalaan yang dimaksud di sini adalah pelayanan penggembalaan atas warga jemaat yang karena alasanalasan dan pertimbangan-pertimbangan tertentu tidak dapat dilayani oleh gerejanya, sehingga dengan persetujuan bersama diserahkan kepada gereja lain dalam lingkungan PGI. Bahwa hal ini dimungkinkan didasarkan pada pemahaman dan keyakinan bersama bahwa pada dasarnya semua wargagereja adalah satu kawanan dengan satu Gembala Agung, yaitu Yesus Kristus, yang telah mengorbankan hidup-Nya untuk kami, umat-Nya. Oleh karena itu, kami bersedia bekerja sama di dalam pelayanan penggembalaan. 8. Disiplin Gerejawi Kami mengakui dan menerima tindakan disiplin gerejawi seperti yang dinyatakan dalam Alkitab (Mat. 18:15-18; Gal. 6:1-2; bnd. 109
Flp. 2:1-4). Tindakan disiplin gerejawi adalah salah satu bentuk proses pelayanan penggembalaan khusus kepada anggota atau pejabat gereja yang perbuatan atau ajarannya nyata-nyata menyimpang dari Firman Tuhan. Hal itu dilaksanakan berdasarkan kasih dengan tujuan mengem-balikan saudara yang bersangkutan ke jalan yang benar, kepada kehidupan dalam kepenuhan dan kelimpahan yang Kristus anugerahkan, sehingga dicapailah kesatuan yang kuat dan utuh serta ketertiban di dalam kehidupan berjemaat (2 Tim. 1:7b). Cara pelaksanaan tindakan disiplin ini diatur menurut peraturan Gereja Anggota PGI. Oleh karena itu, kami saling menghormati, saling mengakui setiap keputusan gerejawi yang mengenakan tindakan disiplin terhadap pejabat atau warganya. 9. Pengajaran Pokok-pokok Iman Kristen Kami mengakui dan menerima penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran pokok-pokok iman Kristen (kepada mereka yang akan dibaptis), serta pemahaman peraturan Gereja Anggota PGI. Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran pokok-pokok iman Kristen adalah kegiatan yang ditugaskan oleh Tuhan sendiri kepada jemaat-Nya sebagai kegiatan yang berlangsung terusmenerus. Hal tersebut dilaksanakan agar wargajemaat bertumbuh menjadi dewasa penuh sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga mereka siap senantiasa memberi pertanggungjawaban tentang pengharapan mereka dalam Kristus (Ef. 4:11-16; 1 Ptr. 3:15). Oleh karena itu kami saling mendukung dan mengembangkan segala upaya untuk menata dan meningkat-kan mutu pengajaran pokok-pokok iman Kristen.
110
10. Pemberkatan Pernikahan Gerejawi Kami mengakui dan menerima setiap pelayanan pemberkatan pernikahan gerejawi oleh pejabat gereja menurut peraturan Gereja Anggota PGI. Perkawinan adalah suatu pranata hubungan antara dua orang manusia, laki-laki dan perempuan, yang dihisabkan ke dalam karya penciptaan Allah dan termasuk ke dalam tata alam semesta yang diciptakan dan dipelihara Allah (Kej. 1:27-28; 2:15, 24-25). Karena itu terhadap pasangan yang menikah, kasih dan pemeliharaan Allah harus dinyatakan dan dikukuhkan melalui pemberkatan perkawinan yang dilakukan oleh pejabat gereja. Pemberkatan itu mengingatkan suami isteri mengenai rahasia hubungan antara Kristus dengan jemaat. Mereka bergantung dari anugerah Allah dan masingmasing dituntut untuk hidup saling setia dan saling melayani di dalam kekudusan, kasih dan damai sejahtera (Ef. 5:22-23; 1 Ptr. 3:1-7). Oleh kerena itu kami bersedia bekerja sama di dalam proses penyelenggaraan kebaktian pemberkatan nikah. 11. Pelayan/Pejabat Gerejawi Kami mengakui menerima pengadaan, pengangkatan dan peneguhan/pelantikan pejabat gerejawi yang dilakukan oleh setiap Gereja Anggota PGI menurut petunjuk Alkitab (1 Tim. 3:1-5; Tit. 1:5-16) dan sesuai dengan peraturan gereja tersebut. Pengadaan, pengangkatan, dan peneguhan/pelantikan pejabat gerejawi itu adalah untuk melayani dan menuntun jemaat dalam persekutuan, peribadahan, kesaksian, pembinaan, dan pelayanan di tengah dunia. Hal itu berdasarkan kesaksian Alkitab bahwa: (1) Seluruh anggota jemaat dipanggil untuk melayani (1 Ptr. 2:9); (2) Pada dasarnya Allahlah yang memangggil para pejabat gerejawi, untuk menjadi kawan sekerja-Nya dalam perwujudan pekerjaan dan misi Allah bagi dan dalam dunia ini. Panggilan Allah ini teruji di dalam pemanggilan yang dilakukan oleh gereja terhadap calon pejabat gerejawi dan di dalam kesungguhan sikap dan kelurusan hati pejabat 111
tersebut untuk menaati Allah dan memberlakukan kehendak-Nya (1 Kor. 7:20; Ef. 1:18; Flp. 3:14; 2 Tes. 1:11; 2 Tim. 1:9; Ibr. 3:1; 2 Ptr. 1:10); (3) Kristus memberikan jabatan (Ef. 4:11-16) untuk memperlengkapi wargagereja bagi pekerjaan pelayanan. Pemberian jabatan itu ditandai dengan penumpangan tangan oleh pejabat gereja dalam kebaktian jemaat (Kis. 6:1-6; 13:2-3). Oleh karena itu, kami mengadakan pertukaran pelayan/pejabat gerejawi, baik untuk saat-saat tertentu maupun jangka waktu yang lama, dengan didukung oleh suratsurat keterangan dari gereja pengutus dan menyatakan kesediaannya untuk memenuhi peraturan gereja penerima demi keberhasilan pelayanannya (1 Kor. 9:19-23). 12. Penguburan/Pengabuan Kami mengakui dan menerima pelayanan upacara penguburan dan atau pengabuan menurut pemahaman dan peraturan Gereja Anggota PGI, untuk memberitakan kebangkitan Kristus, bahwa ia telah mengalahkan maut, dan untuk memberikan penghiburan (1 Tes. 4:18) dan harapan bagi keluarga yang ditinggalkan. Penghiburan dan pengharapan ini berdasar pada kebangkitan Kristus dari antara orang mati. Bahwa manusia yang mati di dalam Kristus kepadanya akan diberikan tubuh yang baru, yaitu tubuh kemuliaan atau tubuh rohani yang tidak lagi mengalami kebinasaan. Bahwa Tuhan bukanlah Tuhan untuk orang yang hidup saja, tetapi juga Tuhan yang kesetiaan-Nya tetap dialami oleh orang-orang yang telah meninggal. Hal ini tampak di dalam kebangkitan dari antara orang mati bagi setiap orang yang mati di dalam Kristus untuk beroleh kasih dan kemurahan Allah (Rm. 8:9; 14:8; 1 Kor. 15:35-38; Flp. 3:21; 1 Tes. 4:13-18). Pelayanan penguburan dan atau pengabuan seorang wargagereja lain, yang karena keadaan pada waktu dan tempat tertentu tidak dapat dilakukan oleh gereja asalnya, dapat dilaksanakan oleh Gereja Anggota PGI lainnya.
112
C. SALING MENOPANG DI BIDANG DAYA DAN DANA 1. Yang dimaksud dengan saling topang-menopang gereja adalah suatu upaya bersama untuk terus-menerus memperkem-bangkan semua kemampuan (potensi) dan pemberian Tuhan secara bebas dan bertanggungjawab bagi persekutuan, pelayanan, dan kesaksian. Melalui proses kebersamaan itu gereja menuju kemandirian (keberdayaan), yaitu ”kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Ef. 4:13). Saling menopang berarti memiliki kepribadian yang bersedia berbagi dalam hubungan secara langsung dengan Kristus sebagai sumber segalanya. Ketergantungan kepada Kristus ini membawa tiap orang percaya pada ”Kesatuan Iman” (Ef. 4:13) untuk saling membantu di antara seorang dengan yang lain, satu gereja dengan gereja yang lain, baik di dalam maupun di luar negeri. 2. Saling menopang mencakup tiga unsur, yaitu teologi, daya, dan dana, yang merupakan satu mata rantai yang saling berkaitan erat, di mana yang satu dapat menghambat bila tidak diperhatikan, tapi akan sangat mendorong bilamana dikaitkan dengan yang lainnya. Namun dalam pelaksanaannya, saling menopang dalam bidang daya merupakan unsur yang sangat strategis. 3. Secara umum saling menopang dipahami sebagai sikap yang merupakan salah satu ciri kemandirian. Sikap itu: a. bersumber pada pengenalan dan kesadaran akan hakikat dan tujuan hidup kristiani; b. didasari pada rasa percaya diri yang kuat karena kemurahan Allah; c. menyatakan diri dalam perilaku yang ditandai dengan tekad dan kemauan untuk menjawab persoalan-persoalan dan tantangan-tantangan hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain dengan jalan mengelola sebaik-baiknya potensipotensi dan kesempatan-kesempatan yang tersedia. 4. Saling menopang didasarkan pada pemahaman dan pengakuan bahwa dalam diri Yesus Kristus yang datang di tengah kancah 113
kehidupan dunia, Allah berkenan mengawali misi-Nya untuk menyelamatsejahterakan dunia dengan membebaskan manusia dari dosa, maut dan segala bentuk penindasan dan penderitaan dalam rahmat pengampunan-Nya. Hakikat dan tujuan hidup gereja adalah keikutsertaannya dalam misi ilahi tersebut dengan jalan menjadi: a. buah sulung dari dunia yang sudah diselamatsejahterakan oleh dan di bawah kuasa Tuhan; b. satu persekutuan persaudaraan yang setia mengikuti Tuhannya, yang bersaksi tentang Yesus Kristus serta memberitakan Injil Kerajaan Allah kepada semua makhluk dan yang melayani sesama manusia dengan menghalau segala sesuatu yang menghalangi keselamatsejahteraan (1 Kor. 3:9, Yak. 1:18; Mrk. 3:14, dll.). 5. Dalam hidup dan bekerja sesuai dengan hakikat serta tujuan tersebut, gereja dipanggil untuk: a. Senantiasa menerima pertumbuhan, membangun dan membarui diri dalam kasih menuju ke ”kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Ef. 4:12-16). b. Menyatakan kesediaan saling menopang sebagai salah satu wujud kedewasaan. 6. Kemampuan gereja untuk saling menopang (kemandirian gereja) diungkapkan dengan berbagai cara oleh Alkitab, antara lain: a. Besarnya kemampuan umat Tuhan. Ulangan 15:6: ”Apabila TUHAN, Allahmu, memberkati engkau, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu, maka engkau akan memberi pinjaman kepada bangsa, tetapi engkau sendiri tidak akan meminta pinjaman; engkau akan menguasai banyak bangsa, tapi mereka tidak akan menguasai engkau”. Yosua 23:10: ”Satu orang saja daripada kami dapat mengejar seribu orang, sebab TUHAN Allah, dialah yang berperang bagi kamu, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu”. b. Kemampuan mengembangkan diri dalam segala keadaan dan melipatgandakan talenta. 114
Filipi 4:11-13: ”Kekuatan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku: baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”. Matius 25:16: ”Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta”. c. Harga diri warga gereja. 1 Tesalonika 4:11-12: ”Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalanpersoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata luar dan tidak bergantung pada mereka”. Kisah Para Rasul 20:35: ”Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima”. d. Kemandirian dalam hal kepercayaan. Yohanes 4:42: ”Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kau katakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia”. 7. Rasa percaya diri yang mendasari saling menopang di antara gereja-gereja, bersumber pada iman, pengetahuan dan kesetiaan, bahwa Tuhan menganugerahkan kekuatan dan berkat. 2 Korintus 8:9: ”Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya”. 2 Korintus 9:8: ”Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kami senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan”. 115
8. Saling menopang harus terjadi pada diri perorangan sampai di semua satuan persekutuan gereja: di satuan keluarga, di satuan jemaat setempat, di satuan sinodal dan di satuan-satuan oikoumenis, oleh sebab itu suatu gereja tidak dapat benar-benar saling menopang di luar ikatan persekutuannya dengan gerejagereja lain, seperti diungkapkan dalam Efesus 4:16: ”daripadaNyalah seluruh tubuh yang rapi tersusun diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya sesuai dengan kadar pekerjaan anggota”. Dengan demikian saling menopang memprasyaratkan: a. Pemilikan dan pembaruan visi tentang hakikat dan tujuan hidup. b. Pemilikan nilai-nilai tertentu seperti rasa percaya diri, jeli dalam mengamati perkembangan, berpandangan ke depan, gigih dalam berusaha, menghargai waktu, tertib, hemat dan mampu membina kerjasama. c. Pemilikan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan, teknologi, serta berbagai keterampilan. 9.
Untuk melaksanakan panggilannya sesuai dengan hakikat dan tujuan hidupnya, gereja memerlukan visi dan motivasi teologis, tenaga manusia dan dana serta berbagai sarana lain. Karena itu: a. Kemandirian gereja harus terwujud di tiga bidang sekaligus, yaitu teologi, daya dan dana. b. Tiga bidang tersebut merupakan mata rantai yang saling berkaitan. c. Kemandirian daya dalam arti kedewasaan kemanusiaan-nya merupakan mata rantai yang paling sentral dan strategis, sehingga harus diberi perhatian besar.
10. Berdasarkan panggilan gereja untuk melayani sesama, kemandirian gereja harus mampu memberikan sumbangan positif bagi perwujudan kemandirian bangsa, terutama dalam kaitannya dengan tiga hal yaitu: a. Sifat majemuk masyarakat Indonesia, menuntut diadakannya secara terus-menerus dialog dan kerjasama, yang dijiwai
116
oleh motivasi yang tulus di antara para pemeluk semua agama yang ada. b. Perkembangan yang cepat dari masyarakat Indonesia menuju masyarakat teknologi dan industri yang menuntut kesiapan semua pihak untuk menghadapi baik dampak positif maupun negatif dari perkembangan itu. c. Peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila. 11. Seluruh upaya saling menopang di bidang teologi, daya dan dana dilaksanakan dalam konteks keesaan, visi dan misi bersama, sekaligus merupakan gaya hidup otentik dari gerejagereja di Indonesia.
117