Disusun oleh: Abdul Rahman Saleh Jan G. Sujana Ratnaningsih Irma Elvina
Ins tut Pertanian Bogor PERPUSTAKAAN 2017
LITERASI INFORMASI Untuk Mahasiswa Institut Pertanian Bogor
Sanksi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Lingkup Hak Cipta Pasal 9 ayat (1): 1. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. Penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya; c. Penerjemahan Ciptaan; d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan; e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman Ciptaan; h. Komunikasi Ciptaan; dan i. Penyewaan Ciptaan.
Ketentuan Pidana Pasal 113: 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). 2.
Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3.
Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4.
Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
LITERASI INFORMASI Untuk Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Penanggung jawab: Sumarlinah (Kepala Perpustakaan IPB)
Disusun oleh: Abdul Rahman Saleh Janti G. Sujana Ratnaningsih Irma Elvina
Institut Pertanian Bogor PERPUSTAKAAN 2017
Literasi Informasi: Untuk Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Penanggung jawab: Sumarlinah (Kepala Perpustakaan IPB) Penyusun: Abdul Rahman Saleh, Janti G. Sujana, Ratnaningsih, Irma Elvina ©2017 Perpustakaan Institut Pertanian Bogor Hak Cipta dilindungi Undang-undang Diterbitkan oleh Perpustakaan IPB tahun 2017 Tata letak dan desain sampul: Dididn Mulyadi Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin dari Perpustakaan IPB.
Katalog Dalam Terbitan (KDT): 025 SAL p
Saleh, Abdul Rahman Literasi Informasi: Untuk Mahasiswa Institut Pertanian Bogor.--/ oleh Abdul Rahman Saleh dan kawan-kawan.-- Bogor: Perpustakaan IPB, 2017. 161 hal.; il.; 24 cm. 1. Literasi
I. Judul
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada kami untuk menyelesaikan naskah buku bimbingan literasi informasi ini. Buku ini disusun untuk menjadi bahan bagi pustakawan Institut Pertanian Bogor memberikan bimbingan literasi informasi kepada mahasiswa IPB. Perlu disampaikan bahwa tugas perpustakaan selain menyediakan informasi dan literatur kepada sivitas akademikanya, juga mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pemahaman literasi informasi kepada mahasiswa IPB yang menjadi salah satu dari pemangku kepentingan (stake holder) Perpustakaan IPB. Literasi Informasi disini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman bagaimana cara menghimpun dan merumuskan masalah, membuat strategi pencarian informasi, melokalisir dan menemukan informasi, memanfaatkan informasi, melakukan sintesis dan meyusun karya, serta mengevaluasi hasil karya yang telah dibuat. Dengan tersusunnya buku bimbingan literasi informasi diharapkan pustakawan di Perpustakaan IPB dapat memberikan layanan berupa bimbingan literasi informasi kepada para mahasiswa yang membutuhkannya. Layanan ini merupakan perluasan layanan bimbingan pengguna yang selama ini telah dilaksanakan. Layanan ini perlu dilakukan mengingat i
layanan bimbingan pengguna sangat terbatas yaitu hanya mengenalkan fasilitas serta teknik penelusuran informasi saja kepada mahasiswa. Diharapkan layanan ini dapat meningkatkan kualitas layanan Perpustakaan IPB sehingga indeks kepuasan pengguna Perpustakaan IPB dapat terus meningkat. Terima kasih disampaikan kepada Tim Penyusun yang diketuai oleh Saudara Abdul Rahman Saleh, dengan anggota Janti G. Sujana, Ratnaningsih, dan Irma Elvina. Akhirnya, buku ini tentu masih banyak kekurangan
sehingga
apabila
pembaca
menemukan
ketidak-
sempurnaan dari buku ini mohon disampaikan kepada Perpustakaan IPB agar masukan tersebut dapat menjadi dasar untuk menyempurkan buku ini. Selamat membaca.
Kepala Perpustakaan IPB
Ir. Sumarlinah, M.Si
ii
DAFTAR ISI Kata Pengantar ............................................................................................ i Daftar Isi .................................................................................................... iii Pendahuluan ............................................................................................... 1 Ledakan Informasi ......................................................................................................1 Masyarakat Informasi .................................................................................................1 Knowledge Management ........................................................................................... 2 Literasi Informasi ....................................................................................................... 6 Model Literasi Informasi ........................................................................................... 8 The Big Six ............................................................................................................................................. 8 Empowering Eight ................................................................................................................................ 10
MODUL 1 Perumusan Masalah............................................................... 13 Tujuan ........................................................................................................................ 13 Pengertian Merumuskan Masalah ........................................................................... 13 Sumber Masalah ........................................................................................................ 15 Langkah-langkah dalam merumuskan masalah..................................................... 18 Langkah pertama adalah melakukan analisis situasi ....................................................................... 19 Langkah kedua adalah merumuskan masalah .................................................................................. 25 Sudut pandang dalam rumusan masalah...........................................................................................29
Latihan ...................................................................................................................... 32
MODUL 2 Strategi Pencarian Informasi ................................................ 33 Menentukan Sumber ............................................................................................... 33 Memilih Sumber Terbaik ......................................................................................... 33
MODUL 3 lokasi dan Akses Informasi ...................................................34 Sumber Informasi .................................................................................................... 34 Melokalisir sumber sumber informasi .................................................................... 36 Proses Penelusuran Literatur .............................................................................................................. 37
Menemukan informasi di dalam sumber ................................................................ 42
iii
Membuat Catatan ................................................................................................................................42 Catatan dengan Sistem Buku .............................................................................................................. 43 Catatan dengan Sistem Kartu ............................................................................................................ 44 Mencatat pada File Elektronik ............................................................................................................47
Evaluasi sumber informasi dan informasi ..............................................................49 Relevansi ...............................................................................................................................................50 Otoritas Sumber Informasi ................................................................................................................. 51 Kemutakhiran ...................................................................................................................................... 52
Latihan ...................................................................................................................... 53
MODUL 4 Pemanfaatan Informasi......................................................... 55 Membaca, mendengar, melihat, meraba dan lain sebagainya sebuah informasi . 55 Mengekstraksi informasi yang relevan ................................................................... 61 Latihan ...................................................................................................................... 65
MODUL 5 Sintesis atau menyusun karya tulis ..................................... 66 Menyusun Karya Tulis .............................................................................................66 Clarity (Kejelasan) .............................................................................................................................. 66 Organization (Organisasi) ................................................................................................................. 67 Coherence (hubungan/ pertalian) ..................................................................................................... 68 Transition (Transisi) ........................................................................................................................... 68 Unity (Kesatuan)................................................................................................................................. 69 Conciseness (Kepadatan Isis)............................................................................................................. 70
Langkah-langkah dalam menulis ............................................................................. 71 Membuat kerangka tulisan (Outline) ................................................................................................. 72 Menyusun Draft Tulisan .....................................................................................................................74 Mengedit/ Merevisi ..............................................................................................................................74
Mengutip Informasi ................................................................................................. 75 Otoritas kutipan................................................................................................................................... 75 Ketepatan kutipan............................................................................................................................... 76 Isi kutipan ............................................................................................................................................ 76 Kutipan Langsung ................................................................................................................................ 77 Kutipan Tidak Langsung .....................................................................................................................82
iv
Catatan Kaki (Footnote) .....................................................................................................................83
Etika dalam menggunakan informasi .....................................................................90 Latihan ......................................................................................................................90
MODUL 6 Evaluasi ................................................................................. 92 Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam rangka mengevaluasi tulisan . 95 Pertanyaan untuk bagian pendahuluan ............................................................................................ 96 Pertanyaan untuk bagian batang tubuh tulisan ............................................................................... 96 Pertanyaan untuk bagian penutup .................................................................................................... 97
Latihan ......................................................................................................................98
Daftar bacaan ........................................................................................... 99
v
PENDAHULUAN LEDAKAN INFORMASI
Pada akhir abad 20 sampai awal abad 21 ini kita dapat menyaksikan bahwa informasi berkembang terus. Dari mulai Telepon engkol sampai telepon seluler yang dikenal dengan HP (handphone), dari mulai Telegram hingga Internet hingga SMS kini telah merubah cara hidup dan budaya rakyat Indonesia. Sebagai contoh: Kebiasaan membaca berubah menjadi budaya mendengarkan dan menonton dan visualisasi Televisi atau layar Internet. MASYARAKAT INFORMASI
Manusia memasuki tahapan baru dari masyarakat yang disebut masyarakat informasi. Masyarakat informasi (information society) adalah masyarakat yang melakukan kegiatan distribusi, penggunaan,
dan
manipulasi
informasi
dalam
aktivitas Ekonomi, Politik, dan Budaya secara signifikan. Tujuannya untuk mendapatkan keuntungan kompetitif secara internasional melalui penggunaan Teknologi Informasi dengan cara kreatif dan produktif. Pengetahuan ekonomi adalah mitra dimana kekayaan diciptakan melalui eksploitasi pemahaman tentang Ekonomi. Orangorang yang memiliki sarana dalam masyarakat tersebut disebut sebagai warga Digital (Wikipedia).
1
Istilah
masyarakat
informasi
sering
dipakai
untuk
mendiskripsikan sebuah masyarakat dan sebuah ekonomi yang menggunakan sarana teknologi informasi dengan intensitas tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat tersebut menggunakan teknologi yang sama atau kompatebel untuk berbagai kegiatan pribadi, sosial, pendidikan, bisnis, bahkan untuk mengisi waktu luang. Teknologi tersebut mempunyai kemampuan untuk mengirim, menerima, dan pertukaran data digital dengan cepat antara tempattempat terlepas dari jarak. Di bidang Bisnis, sebagian besar transaksi keuangan seperti yang dilakukan perbankan telah menggunakan teknologi informasi, seperti layanan bank internet [e-banking], mobile banking, dan lainnya. Manusia modern tak bisa lepas dari teknologi informasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, yang dilakukan melalui mailing list, email, serta berinteraksi dengan komunitas dunia maya. Jadi bisa dikatakan bahwa pengolahan informasi adalah inti dari kegiatan manusia modern dengan menggunakan teknologi baru. Hal ini memiliki implikasi pada segala aspek kehidupan masyarakat dan mengubah cara manusia modern dalam melakukan berbagai aktivitas di bidang Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, bahkan dalam memanfaatkan waktu luang untuk mengkonsumsi dan memproduksi informasi. KNOWLEDGE MANAGEMENT
Manajemen Pengetahuan (Inggris: Knowledge management) adalah
kumpulan
perangkat,
teknik, 2
dan
strategi
untuk
mempertahankan, menganalisis, mengorganisasi, meningkatkan, dan membagikan pengertian dan pengalaman. Pengertian dan pengalaman semacam itu terbangun atas pengetahuan, baik yang terwujudkan dalam seorang individu atau yang melekat di dalam proses dan aplikasi nyata suatu organisasi. Fokus dari MP adalah untuk menemukan caracara baru untuk menyalurkan data mentah ke bentuk informasi yang bermanfaat, hingga akhirnya menjadi pengetahuan. Cut Zurnali[siapa?] (2008) mengemukakan istilah knowledge management pertama sekali digunakan oleh Wiig pada tahun 1986, saat menulis buku pertamanya mengenai topik Knowledge Management Foundations yang dipublikasikan pada tahun 1993. Akhir-akhir ini, konsep knowledge management mendapat perhatian yang luas. Hal ini menyatakan secara tidak langsung proses pentransformasian informasi dan intellectual assets ke dalam enduring value. Knowledge management merupakan kekhususan organisasi (organization-specific), ketika perhatian dasarnya adalah ekploitasi dan pengembangan organizational knowledge assets kepada tujuan-tujuan organisasi selanjutnya. Knowledge management bukan merupakan sesuatu yang lebih baik (better things), tapi untuk mengetahui bagaimana mengerjakan sesuatu dengan lebih baik (things better). Kegiatan manajemen pengetahuan (MP) ini biasanya dikaitkan dengan tujuan organisasi semisal untuk mencapai suatu hasil tertentu 3
seperti pengetahuan bersama, peningkatan kinerja, keunggulan kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih tinggi. Pada umumnya, motivasi organisasi untuk menerapkan MP antara lain: Membuat pengetahuan terkait pengembangan produk dan jasa menjadi tersedia dalam bentuk eksplisit Mencapai siklus pengembangan produk baru yang lebih cepat Memfasilitasi dan mengelola inovasi dan pembelajaran organisasi Mendaya-ungkit keahlian orang-orang di seluruh penjuru organisasi Meningkatkan keterhubungan jejaring antara pribadi internal dan juga eksternal Mengelola lingkungan bisnis dan memungkinkan para karyawan untuk mendapatkan pengertian dan gagasan yang relevan terkait pekerjaan mereka Mengelola modal intelektual dan aset intelektual di tempat kerja1
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_pengetahuan
4
Manajemen pengetahuan (knowledge management) ialah suatu rangkaian kegiatan yang digunakan oleh organisasi atau perusahaan untuk
mengidentifikasi,
menciptakan,
menjelaskan,
dan
mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui, dan dipelajari di dalam organisasi. Kegiatan ini biasanya terkait dengan objektif organisasi dan ditujukan untuk mencapai suatu hasil tertentu seperti pengetahuan bersama, peningkatan kinerja, keunggulan kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih tinggi.
Konsep manajemen pengetahuan ini meliputi pengelolaan sumber daya manusia (SDM) dan teknologi informasi (TI) dalam tujuannya untuk mencapai organisasi perusahaan yang semakin baik sehingga mampu memenangkan persaingan bisnis. Perkembangan teknologi informasi memang memainkan peranan yang penting dalam konsep manajemen pengetahuan. Hampir semua aktivitas kehidupan manusia akan diwarnai oleh penguasaan teknologi informasi, sehingga jika berbicara mengenai manajemen pengetahuan tidak lepas dari pengelolaan. Pada perkembangan ini menunjukan makin cepatnya perubahan dalam segala bidang kehidupan, akibat dari efek globalisasi serta perkembangan teknologi informasi yang sangat akseleratif. Kondisi ini jelas telah mengakibatkan perlunya cara-cara baru dalam menyikapi 5
semua yang terjadi agar dapat tetap survive. Penekanan akan makin pentingnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu respon dalam menyikapi perubahan tersebut, dan ini tentu saja memerlukan upaya-upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan SDM. Sehubungan dengan itu peranan ilmu pengetahuan menjadi makin menonjol, karena hanya dengan pengetahuanlah semua perubahan yang terjadi dapat disikapi dengan tepat. Ini berarti pendidikan memainkan peran penting dalam mempersiapkan SDM yang berkualitas dan kompetitif. Ketatnya kompetisi secara global khususnya dalam bidang ekonomi telah menjadikan organisasi usaha memikirkan kembali strategi pengelolaan usahanya, dan SDM yang berkualitas dengan penguasaan pengetahuannya menjadi pilihan penting yang harus dilakukan dalam konteks tersebut.2 LITERASI INFORMASI
Literasi informasi adalah kemampuan untuk tahu kapan ada kebutuhan
untuk
informasi,
untuk
dapat
mengidentifikasi,
menemukan, mengevaluasi, dan secara efektif menggunakan informasi tersebut untuk isu atau masalah yang dihadapi. Menurut American Library Association (ALA), literasi informasi merupakan serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan 2
http://pengertianmanagement.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-knowledge-management.html
6
informasi dibutuhkan dan kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif (Wikipedia)3. Walau istilah literasi informasi mulai di AS sekitar dasawarsa 1970an, pengertian serta landasan dasarLI tidak sepenuhnya memenuhi kesepakatan di kalangan ilmuwan informasi. Seperti dikatakan Shapiro dan Hughes (1996) literasi informasi merupakan konsep yang sering digunakan namun memiliki sifat ambiguitas yang berbahaya. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Snavely dan Cooper (1997) yang mengatakan untuk dapat diterima oleh pemakai non pustakawan dan akademisi, pustakawan perlu menjelaskan definisi LI serta membedakannya dari instruksi bibliografis serta perbedaannya dari pendidikan dan pembelajaran pada umumnya. Sungguhpun demikian Owusu-Ansah (2003,2005) mengatakan bahwa adanya banyak definisi dan konsep LI tidak mencerminkan perbedaan atau ketidaksepakatan yang besar. Istilah “information literacy” pertama kali dikemukakan oleh Paul Zurkowski yang mengatakan orang yang literat informasi adalah orang-orang yang terlatih dalam aplikasi sumberdaya dalam pekerjaannya (Behrens,1994). Setelah itu keluar definisi LI oleh ANZIL (Australian and New Kesepakatan definisi LI baru tercapai tahun 2005 tatkala IFLA, UNESCO dan National Forum for Information Literacy (NFIL) mengadakan pertemuan tingkat tinggi di 3
https://id.wikipedia.org/wiki/Literasi_informasi
7
Bibliotheca Alexandriana di Alexandria, Mesir. Sebagai hasil pertemuan muncullah definisi LI sebagai berikut : Information literacy encompasses knowledge of one’s information concerns and needs, and the ability to identify, locate, evaluate, organize, and effectively create, use and communicate information to address issues or problems at hand; it is a prerequisite for participating effectively in the Information Society,and is part of the basic human right of life – long learning (Dari Sulistyo-Basuki)4. MODEL LITERASI INFORMASI
Ada dua model literasi informasi yang terkenal yaitu: The Big Six dan Empowering Eight. The Big Six
The Big Six adalah literasi informasi yang dikembangkan oleh Michael B. Eisenberg dan Robert E. Berkowitz pada tahun 1987. Literasi informasi terdiri atas enam keterampilan dan dua belas langkah (setiap keterampilan terdiri atas dua langkah) yaitu: 1. Task Definition (perumusan masalah) 1.1 Define the problem (merumuskan masalah) 1.2 Identify the information requirements of the problem (mengidentifikasi informasi yang diperlukan)
4
https://sulistyobasuki.wordpress.com/tag/literasi-informasi/
8
2. Information Seeking Strategies (Strategi pencarian informasi) 2.1
Determine
the
range
of
possible
sources
(Menentukan sumber) 2.2
Select the best source (memilih sumber terbaik)
3. Location and Access (Lokasi dan akses) 3.1
Locate source (Melokalisir sumber secara intelektual dan fisik)
3.2
Find information within sources (Menemukan informasi di dalam sumber tersebut)
4. Use of information (Pemanfaatan informasi) 4.1
Read, hear, view, touch the information (Membaca, mendengar, melihat, meraba dan lain sebagainya sebuah informasi)
4.2
Extract information from a source (Mengekstraksi informasi yang relevan)
5. Synthesis (Sintesis) 5.1
Organize
information
from
multiple
sources
(Mengorganisasikan informasi dari berbaai sumber)
9
5.2
Present information (mempresentasikan informasi tersebut)
6. Evaluation (Evaluasi) 6.1
Judge the product (Mengevaluasi hasil (efektivitas))
6.2
Judge the process (Mengevaluasi proses (Efisiensi)).
Empowering Eight
Empowering Eight adalah model literasi informasi yang dihasilkan dari dua lokakarya (workshop). Lokakarya tersebut dihadiri oleh 10 negara yaitu Bangladesh, India, Indonesia, Maldiva, Malaysia, Nepal, Pakistan, Srilanka, Thailand, dan Vietnam. Empowering eight menggunakan pendekatan pemecahan masalah berupa resource-based learning, yaitu kemampuan untuk belajar berdasarkan pada sumber datanya. Menurut model ini, literasi informasi terdiri atas kemampuan untuk: 1. Mengidentifikasi topik/subyek, sasaran audiens, format yang relevan, jenis sumber. 2. Mengeplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik. 3. Menyeleksi dan merekam informasi yang relevan dan mengumpulkan kutipan yang sesuai.
10
4. Mengorganisasi, mengevaluasi dan menyusun informasi menurut susunan yang logis, membedakan antara fakta dan pendapat (opini), dan menggunakan alat bantu visual untuk membadingkan dan mengkontraskan informasi. 5. Menciptakan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri, mengedit, dan membuat daftar pustaka ataupun menghasilkan karya baru. 6. Mempresentasi, menyebarkan atau menyampaikan informasi yang dihasilkan. 7. Menilai luaran (output) berdasarkan pada masukan (input) dari orang lain. 8. Menerapkan masukan, penilaian, dan pengalaman yang diperoleh untuk kegiatan yang akan datang dan menggunakan pengetahuan baru yang diperoleh untuk berbagai situasi. Modul ini akan menggunakan model The Big Six. Dengan penyampaian literasi informasi kepada mahasiswa diharapkan mahasiswa dapat menarik manfaat dari modul ini terutama dalam menyelesaikan studinya di IPB. Latihan
11
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya Anda memerlukan informasi. Berikan contoh kegiatan apa dan memerlukan informasi apa untuk mengatasinya. ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________
12
MODUL 1 PERUMUSAN MASALAH TUJUAN
Setelah menyelesaikan modul 1 ini mahasiswa diharapkan dapat mampu mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang berhubungan dengan tugas-tugasnya seperti membuat laporan dan menyusun artikel. PENGERTIAN MERUMUSKAN MASALAH
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan kepada masalah. Misalnya, yang sederhana adalah ketika kita akan pergi ke luar kota kita akan berhadapan dengan masalah seperti apakah kita akan menggunakan kendaraan umum atau kendaraan sendiri; jika kita menggunakan sendiri rute/ jalur mana yang akan kita tempuh; dan banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang akan muncul untuk mencapai kota tujuan kita. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita memerlukan informasi, misalnya jika kita akan menggunakan kendaraan umum, kita akan memerlukan informasi seperti biaya atau ongkos yang harus kita keluarkan untuk naik kendaraan tersebut; dimana kita bisa membeli atau memesan tiket kendaraan tersebut; Jadwal keberangkatan serta kedatangan kendaraan yang akan kita tumpangi; dan informasi-informasi lain yang berhubungan dengan rencana keberangkatan kita.
13
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat disebut sebagai masalah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan, Masalah diartikan sebagai “sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan) 5. Menurut Suryabrata (1994 : 60) masalah merupakan kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara kebutuhan dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what should be) dengan yang ada (what it is) (Suryabrata, 1994: 60)6. Lebih jelasnya masalah didefinisikan sebagai pertanyaan atau kalimat
yang
memerlukan
informasi
untuk
menjawab
atau
menguraikannya. Masalah dapat diekspresikan dengan kalimat tanya yaitu kalimat yang mengandung hal-hal yang perlu dijelaskan, dibuktikan, dievaluasi dan lain-lain. Sedangkan dalam penelitian masalah diekspresikan dalam bentuk kalimat tanya bukan kalimat pernyataan. Masalah muncul karena adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan; atau antara yang harus diketahui dengan yang sudah diketahui. Misalnya jika dalam hasil penelitian terjadi perbedaan atau pertentangan dengan konsep atau teori; atau jika ada penjelasan yang tidak tuntas dalam suatu penelitian sehingga menyisakan pertanyaan; atau jika dalam suatu penelitian ada variabel yang perlu ditambahkan
5
http://kbbi.web.id/masalah Source: http://www.eurekapendidikan.com/2015/09/definisi-masalah-dan-jenis-jenis-dalampenelitian.html 6
14
dalam penelitian berikutnya, maka semua persoalan itu menimbulkan pertanyaan yang memerlukan informasi untuk menjawabnya. Dengan demikian maka semakin jelas rumusan masalahnya, semakin jelas kebutuhan informasi untuk mejawabnya. SUMBER MASALAH
Permasalahan dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut James H. MacMillan dan Schumacher (Hadjar, 1996 : 40 – 42) yang dikutip oleh Dahlan (Dahlan, 2014), masalah dapat bersumber dari7 : 1. Observasi Masalah dalam penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap hubungan tertentu yang belum memiliki penjelasan memadai dan cara-cara rutin yang dalam melakukan suatu tindakan didasarkan atas otoritas atau tradisi. 2. Dedukasi dari teori Teori merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsipprinsip umum yang penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris. Penyelidikan terhadap masalah yang dianggap dari teori berguna untuk mendapatkan penjelasan empiris praktik tentang teori.
7
Source: http://www.eurekapendidikan.com/2015/09/definisi-masalah-dan-jenis-jenis-dalampenelitian.html
15
3. Kepustakaan Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan penelitian ulang (replikasi) baik dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat
meningkatkan validitas hasil penelitian dan
kemampuan untuk digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian sering juga menyampaikan rekomendasi kepada peneliti lain tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut. Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang menentukan masalah yang perlu diangkat untuk diteliti. 4. Masalah sosial Masalah sosial yang ada di sekitar kita atau yang baru menjadi berita terhangat (hot news) dapat menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya : Adanya perkelahian antar sekolah menimbulkan berbagai dampak bagi sekolah dan warga sekitar. Penggalakan program 3 M (menguras, mengubur, menimbun) sebagai upaya pencegahan penyakit demam berdarah.
Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering
mendesak untuk dilakukan penelitian evaluatif. Hasil sangat diperlukan untuk dijadikan dasar pembuatan keputusan lebih lanjut. 5. Pengalaman pribadi Pengalaman
pribadi
dapat
menimbulkan
masalah
yang
memerlukan jawaban empiris untuk mendapatkan pemahaman yang 16
lebih mendalam. Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan bidang pendidikan, Sukardi (2009:22-24) dalam, antara lain : a. Pengalaman seseorang atau kelompok. Pengalaman orang yang telah lama menekuni bidang profesi pendidikan dapat digunakan untuk membantu mencari permasalahan yang signifikan diteliti. Contoh : pengalaman mengajar di kelas. b. Lapangan tempat bekerja. Para peneliti dapat melihat secara langsung, mengalami dan bertanya pada satu, dua, atau banyak orang dalam pekerjaannya. Seorang guru misalnya, akan merasakan bahwa sekolah dan komponen yang berkaitan dengan tercapainya tujuan sekolah dpat dijadikan sebagai sumber penelitian. c. Laporan hasil penelitian. Dari hasil penelitian, yang biasanya dalam bentuk jurnal, biasanya disamping ada hasil temuan yang
baru
juga
ada
kemungkinan
penelitian
yang
direkomendasikan. d. Sumber-sumber yang berasal dari pengetahuan orang lain. Perkembangan ilmu pengetahuan lain di luar bidang yang dikuasai seringkali memberikan pengaruh munculnya permasalahan penelitian. Misalnya, gerakan reformasi yang muncul setelah Orde Baru, ternyata telah memunculkan dan 17
mempengaruhi sikap dan tuntutan para guru untuk memperoleh gaji dan status profesi yang lebih baik. LANGKAH-LANGKAH DALAM MERUMUSKAN MASALAH
Biasanya, dalam kehidupan sehari-hari, masalah untuk sebuah tugas menulis atau meneliti seorang murid atau mahasiswa datang dari guru, dosen, pemberi dana penelitian (sponsor), atau bahkan dari dirinya
sendiri.
Dalam
membuat
rumusan
masalah
perlu
mempertimbangkan beberapa hal seperti: Siapa yang akan membaca tulisan kita Apa bentuk tulisan kita (misalnya apakah berbentuk kajian literatur, laporan penelitian, argumentasi, deskripsi, ekplorasi dan lain-lain) Sudut pandang tulisan (misalnya tulisan untuk mengkritisi hasil penelitian atau pendapat peneliti/orang lain, melihat hubungan sebab dan akibat, dan lain-lain) Seberapa jauh batasan topik tulisan kita (apakah sangat mendalam, atau pengetahuan umum, dan lain-lain) Ketersediaan waktu dalam menulis (apakah harus cepat atau bisa lama) Seberapa panjang tulisan yang akan kita buat/tulis. 18
Pertimbangan tersebut di atas dapat mempengaruhi tingkat kedalaman rumusan masalah yang kita buat. Kadang-kadang murid/mahasiswa pada awalnya tidak tahu persis apa yang akan ditulis. Pada awalnya, masalah yang dipikirkannya masih terlalu “sempit” atau masih terlalu “luas”. Contoh yang pernah terjadi adalah ada mahasiswa yang mau melakukan penelitian mengenai komoditas cabai. Setelah ditanya aspek apanya yang mau diteliti, ternyata mahasiswa tersebut belum tahu. Masalah yang akan ditulis (diteliti) oleh mahasiswa tersebut terlalu luas. Belum lagi dari tingkat kedalaman masalah yang akan ditulis, sudut pandang terhadap masalah yang akan ditulis, ataupun panjang pendeknya tulisan yang akan dibuat. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas terhadap masalah yang akan dijadikan tulisan, kita perlu melakukan langkah-langkah berikut: (1) Melakukan analisis situasi; dan (2) Merumuskan masalah. Langkah pertama adalah melakukan analisis situasi
Untuk melakukan analisis situasi maka kita harus melakukan pengumpulan informasi dan melakukan curah pendapat (brain storming). a. Pengumpulan informasi Pengumpulan informasi dapat dilakukan melalui pengalaman orang
lain
(bertanya
kepada
orang
lain),
membaca
buku,
mendengarkan siaran radio, menonton siaran televisi dan dari sumber19
sumber lain. Kita juga bisa melakukan FGD (focus group discussion); diskusi dengan mentor, guru, dosen, atau senior; bergabung dengan forum, milis, atau diskusi berbasis internet lainnya. Selain itu kita dapat mendatangi perpustakaan dan membaca beberapa koleksi seperti: ensiklopedi, kamus, kompilasi fakta dan data statistik, bibliografi, panduan mencari buku/artikel, majalah-majalah ilmiah, dan terbitan pemerintah. b. Melakukan curah pendapat (brainstorming) Brainstorming atau bisa disebutkan sebagai diskusi umum atau curah pendapat adalah teknik yang digunakan untuk menggali, mempertajam, dan mengembangkan gagasan, hubungan antar gagasan, atau pemecahan masalah. Materi untuk dijadikan bahan brainstorming adalah pengetahuan yang sudah kita ketahui dan bisa juga ditambah dengan hasil dari membaca, mengamati atau bertanya kepada orang lain. Didalam melakukan brainstorming kita akan melakukan dua kegiatan yaitu mengajukan pertanyaan, dan memvisualisasikan pemikiran kita. 1) Mengajukan pertanyaan Pertanyaan yang harus disampaikan adalah “apa” yang akan ditulis atau dikaji atau diteliti; dan “mengapa”.
20
Pertanyaan dapat diajukan dari pertanyaan yang paling luas cakupannya sampai kepad pertanyaan yang sangat sempit ruang lingkupnya untuk dikaji atau diteliti. Pertanyaan yang diajukan bisa sederhana seperti “apakah yang dimaksud dengan ….” Atau yang bersifat kompleks seperti “apakah sistem pertanian tumpang sari dapat diterapkan di daerah yang memiliki jenis tanah …..”. Pertayaan yang diajukan sebaiknya yang belum memiliki jawaban atau pertanyaan yang jawabannya sangat sulit bahkan mustahil diperoleh/dijawab. Misalnya pertanyaan seperti “apa lambang negara Indonesia” sudah memiliki jawaban yaitu “burung garuda”. Pertanyaan seperti “berapa jumlah bintang di langit”adalah pertanyaan yang mustahil dijawab. 2) Memvisualisasikan pemikiran Untu menjawab pertanyaan penelitian atau kajian kadang-kadang diperlukan visualisasi. Visualisasi pertanyaan dapat membantu mengorganisasikan pemikiran sehingga memudahkan kita menghubung-hubungkan konsep dan meningkatkan pemahaman. Proses dalam memvisualisasikan pemikiran ini disebut dengan mind mapping atau memetakan pemikiran. Teknik dalam melakukan mind mapping tersebut adalah sebagai berikut:
21
Lineargram Bentuk lineargram seperti bentuk pada struktur organisasi. Ide utama ditempatkan pada bagian atas sebagai induk pemikiran yang kemudian bercabang di bawahnya menjadi anak pemikiran. Anak-anak pemikiran tersebut ditempatkan sejajar. Jika anak pemikiran tersebut akan dikembangkan lagi, maka anak dari anak pemikiran tersebut menjadi cucu pemikiran. Contoh lineargram tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Sistem dan layanan Informasi
Sistem Informasi
Layanan Perpustakaan
Layanan informasi
Layanan analisa Informasi
Sistem pendukung
Layanan dokumentasi
Sekuen Sekuen ini digunakan untuk menyatakan urutan kegiatan atau tahapan pemikiran, atau tahapan proses, atau tahapan peristiwa. Bentuk dari sekuen tersebut dapat digambarkan seperti berikut: 22
Menyiapkan bahan yang akan dimasak
Menyiapkan peralatan masak
Mulai memasak
Spidergram Bentuk spidergram digunakan untuk menggambarkan ide utama dan ide-ide turunannya yang menjelaskan ide utama. Contoh bentuk spidergram digambarkan seperti berikut:
Kelembagaan Peraturan Etika Standar
Budaya
Sistem Informasi
Hardware Software Teknologi Informasi Jaringan Layanan Informasi
23
Siklus Siklus menggambarkan tahapan pemikiran, proses, kejadian, kegiatan dan lain-lain yang berurutan dan kembali ke awal. Contoh yang paling menggambarkan siklus ini adalah siklus hidup dari kupu-kupu yaitu kupu-kupu bertelur menetas menjadi ulat ulat menjadi kepompong kepompong berubah manjadi kupu-kupu kembali untuk kemudian bertelur kembali. Begitu seterusnya. Gambar dari siklus ini adalah seperti berikut:
kepompong
Kupu-kupu
ulat
telur
Tabel perbandingan Tabel perbandingan biasanya digunakan untuk membandingkan dari beberapa benda, keadaan, sifat, dan lain-lain. Bentuk tabel perbandingan dapat dilihat seperti berikut: 24
Bentuk-bentuk visualisasi lain yang lebih komplek merupakan kombinasi dari bentuk-bentuk di atas antara lain seperti: Kerangka interaksi Kerangka pemecahan masalah Webbing Konsep mapping Ide mapping
Langkah kedua adalah merumuskan masalah
Analisis informasi yang kita lakukan di atas akan mempermudah kita dalam merumuskan masalah. Pengertian dari rumusan masalah yaitu upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan/masalah yang perlu dijawab atau dicarikan jawaban/pemecahannya. Menurut Sugiyono (2009) yang dikutip oleh Puji Muljono (Muljono, 2012) rumusan masalah merupakan suatu pernyataan yang akan dicarikan 25
jawabannya melalui pengumpulan data. Menurut para pakar menyatakan perumusan masalah dengan baik berarti telah menjawab setengah dari pertanyaan atau dari masalah. Masalah yang telah dirumuskan dengan baik, tidak hanya membantu memusatkan pikiran, sekaligus juga mengarahkan cara berpikir kita. Ada banyak bentuk perumusan asalah antara lain berbentuk kalimat pernyataan. Rumusan masalah dapat juga dibuat dalam bentuk pertanyaan. Berikut adalah contoh rumusan masalah baik yang berbentuk pertanyaan maupun yang berbentuk pernyataan: Bagaimana penilaian masyarakat terhadap Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum? Tingkat
kepuasaan
pengguna
perpustakaan
dalam
memperoleh layanan di Perpustakaan IPB. Seberapa baguskah kebijakan pemerintah daerah kabupaten Bogor dalam bidang transportasi massal? Sejauh mana perbedaan tingkat produktifitas antara PNS dengan non-PNS? Adakah perbedaan tingkat disiplin kerja pegawai antara pegawai kantor pemerintah (PNS) dengan pegawai kantor swasta (non PNS)? Apa ada bedanya antara ketahanan fisik pegawan kantor dengan petani? 26
Untuk mengetahui apakah rumusan masalah yang kita buat sudah tepat atau belum, kita dapat mengujinya dengan kriteria berikut: Apakah rumusan masalah yang kita buat mencakup topik yang terlalu luas atau tidak. Apakah ide utama (pokok) yang kita buat sudah benar dari segi kategori dan juga hubungannya dengan ide-ide turunannya. Apakah tidak ada ide yang tumpang tindih atau overlapping. Apakah urutan ide-ide turunan yang kita buat sudah sesuai? Misalnya kalau kita mau bicara soal teknologi informasi, apakah kita harus membahas perangkat keras dulu, perangkat lunak terlebih dahulu sebelum membahas jaringan informasi. Beberapa contoh urutan yang logis misalnya: Pemerintahan: Provinsi, Kabupaten, dan Kecamatan
Kecamatan
Kabupaten
27
Provinsi
Sebab akibat, misalnya: Karena membuang puntung rokok sembarangan (sebab), maka terjadi kebakaran kebakaran (akibat).
Membuang puntung rokok sembarangan (sebab)
Terjadi kebaran (akibat)
Menggambarkan gedung bertingkat. Misalnya dari lantai paling bawah (misalnya basement), lantai dasar, lantai 1, lantai 2, lantai 3, dan seterusnya.
Lantai 3
Lantai 2
Lantai 1
Lantai dasar
Lantai Basement
Menggambarkan perkembangan dari masa ke masa, misalnya perjalanan kegiatan suatu organisasi dari masa lalu, masa kini dan prediksi di masa datang. 28
Kondisi masa lalu
Kondisi masa kini
Prediksi kondisi masa depan
Sudut pandang dalam rumusan masalah
Sudut pandang dalam rumusan masalah dapat dikatakan sebagai tujuan dari penulis dalam menulis artikel, misalnya apakah ingin memberikan
gambaran
(deskripsi),
membuktikan
sesuatu,
mengevaluasi dan lain-lain. Beberapa contoh rumusan dari beberapa sudut pandang adalah sebagai berikut: Mendukung atau menolak Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 memberikan dampak positif terhadap produktifitas perusahaan (mendukung) Hukuman mati terhadap bandar narkoba tidak memberikan efek jera terhadap pelaku (menolak)
Membuktikan
29
Isu tentang penyakit mulut dan kuku pada sapi dan kambing menyebabkan kerugian besar bagi pedagang ternak pada musim kurban (Idul kurban). Banyak kejadian kebakaran gedung diduga disebabkan karena penggunaan kabel listrik yang tidak standar ( tidak berSNI). Manusia dapat mengurangi terkena penyakit jantung koroner dengan melakukan olah raga secara rutin dan mengontrol pola makan. Menganalisis Menyusun bahan presentasi akan menjadi mudah jika mengikuti
langkah
berikut:
menentukan
topik,
menyiapkan bahan, dan mendisain presentasi. Mendefinisikan Berkomunikasi berarti menyampaikan pesan dari pembuat pesan kepada penerima pesan melalui perantara pesan. Menjelaskan perkembangan Perkembangan teknologi komputer melalui tahapan waktu seperti komputer generasi pertama, generasi kedua, generap ketiga, sampai geberasi keempat. Mengidentifikasi dan menggambarkan trend atau gejala
30
Penggunaan gadget menjadi pilihan utama generasi sekarang dalam berkomunikasi Mengklasifikasikan Perpustakaan dapat dikelompokkan menjadi empat jenis perpustakaan seperti: Perpustakaan Nasional, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan sekolah, dan perpustakaan umum. Menghubungkan bagian tertentu dengan keseluruhan bagian Cacing tanah memiliki dua peranan penting dalam ekosistem. Membandingkan perbedaan atau persamaan Moda angkutan kereta api lebih banyak dipilih oleh masyarakat karena beberapa alasan seperti: aman, cepat, dan murah. Meneliti teknik Metode
homeschooling
memiliki
karakter
dan
persyaratan khusus sebagai metode pendidikan. Menjelaskan konsep melalui contoh Konsep unit layanan informasi dapat dijelaskan melalui contoh seperti unit perpustakaan, unit layanan informasi, unit analisis informasi, unit layanan referensi, dan unit layanan analisa informasi. 31
LATIHAN
1. Sebutkan langkah-langkah dalam merumuskan masalah 2. Jelaskan apa yang disebut brainstorming dan bagaimana cara melakukannya? 3. Sebutkan beberapa teknik visualisasi dalam proses berpikir! 4. Dalam menjawab pertanyaan ini Anda akan diberikan tiga kasus (bacaan). Pilihlah satu kasus dan kerjakan perintah berikut: a. Lakukan pengumpulan informasi. b. Lakukan brainstorming. c. Buatlah rumusan masalah. d. Tentukan dari sudut pandang mana artikel Anda akan disusun.
32
MODUL 2 STRATEGI PENCARIAN INFORMASI
MENENTUKAN SUMBER
MEMILIH SUMBER TERBAIK
33
MODUL 3 LOKASI DAN AKSES INFORMASI SUMBER INFORMASI
Sumber informasi bisa berasal dari dokumen, manusia, lembaga, benda, ataupun situasi. Sumber informasi berupa dokumen bisa berupa dokumen primer, dokumen sekunder dan dokumen tersier. Dokumen primer adalah dokumen atau bahan pustaka yang memuat informasi “langsung” dari “tangan” pertama penulisnya. Misalnya tulisan di majalah, laporan penelitian atau makalah pertemuan/seminar. Tulisan seperti itu menyajikan informasi secara langsung dari pencetus ide atau pemikirnya. Contoh dokumen primer antara lain adalah: 1. Standar dan paten 2. Makalah pertemuan 3. Laporan penelitian 4. Tesis dan Disertasi 5. Majalah/ jurnal ilmiah Berbeda halnya dengan bahan dokumen sekunder. Informasi dalam dokumen atau bahan pustaka sekunder bukan merupakan informasi langsung dari pengarangnya, melainkan hanya merupakan kumpulan informasi dari berbagai sumber. Sesungguhnya yang disebut sebagai ’pengarang’ buku atau dokumen jenis sekunder/rujukan tidak 34
lain hanyalah berfungsi sebagai pengumpul dan penyusun informasi. Biasanya dikumpulkan dari berbagai sumber informasi primer. Contoh dokumen/buku sekunder atau rujukan antara lain adalah: 1. kamus dan ensiklopedi 2. katalog, bibliografi, indeks dan abstrak 3. sumber biografi dan geografi 4. buku petunjuk dan buku pedoman 5. statistik dan buku tahunan Mengapa dokumen tersebut disebut bahan pustaka sekunder? Karena isinya hanyalah merupakan catatan mengenai buku atau karangan lain, kalau buku bibliografi; atau hanya merupakan kumpulan kata yang tentu saja bukan diciptakan sendiri oleh penyusun kamus itu. Sedangkan bahan pustaka tersier adalah bahan pustaka yang mendaftar bahan pustaka sekunder, misalnya: “bibliografi dari bibliografi”’guide to reference books’. Jenis bahan pustaka yang terakhir ini lebih sering dikelompokkan sebagai bahan pustaka sekunder. Selain dokumen, sumber informasi lain bisa juga berupa lembaga atau organisasi. Semua lembaga atau organisasi dapat dijadikan sebagai sumber informasi. Bahkan peralatan juga dapat menjadi sumber informasi. Misalnya sebuah mesin dapat menjadi sumber informasi
35
bagi mahasiswa jurusan teknil mesin. Pakaian seseorang dapat menjadi sumber informasi bagi seniman ataupun perancang mode. Sumber-sumber informasi tersebut dapat diakses secara langsung, melalui perpustakaan ataupun melalui sarana elektronik seperti melalui internet. Kita akan menentukan informasi yang tepat setelah kita menentukan karakter informasi yang kita butuhkan. Tabel berikut dapat dijadikan sebagai panduan dalam mencari informasi. Jenis Informasi Bahasa terminologi
Pemilihan bahan pustaka
Data peristiwa, Latar belakang pedoman Orang/pribadi Organisasi dan lembaga Tempat
Contoh Pertanyaan tentang Arti, asal kata, definisi, pengejaan, pengucapan, singkatan, istilah kata-kata asing, sinonim, antonim, lambang, simbol, dialek Buku terbaik, bidang pengetahuan tertentu, terbitan tertentu, reviu perincian bibliografis bahan pustaka lokasi bahan pustaka Kejadian-kejadian, statistik, tradisi, kebiasaan, catatan kegiatan kegiatan Informasi umum, bahan untuk belajar sendiri cara mengerjakan sesuatu Pemimpin, spesialis, profesional, pengarang, orang-orang terkenal Tujuan, keanggotaan, kegiatan, struktur, nama, pejabat, alamat Lokasi, diskripsi, jarak, identifikasi
Ilustrasi gambar
Bentuk, model, rupa, warna, disain, diagram, foto
Undang-undang, peraturan, keterangan resmi
Perundang-undangan peraturan, data/fakta resmi
Sumber Informasi Kamus
Bibliografi
Almanak buku tahunan Ensiklopedi buku pegangan manual brosur pamplet Sumber biografi, direktori Direktori buku tahunan almanak brosur pamflet Sumber geografi, brosur, pamflet Ensiklopedi kamus sumber biografi, sumber geografi brosur, pamflet lembaran negara, pener bitan pemerintah dan penerbitan resmi lain
MELOKALISIR SUMBER SUMBER INFORMASI
Setelah mengetahui sumber-sumber informasi yang akan kita jadikan pendukung karya tulis kita maka tahap berikutnya adalah 36
melakukan penelusuran terhadap sumber-sumber informasi yang sesuai dengan yang kita butuhkan. Kegiatan ini dilakukan melalui penelitian lapangan (bisa survei atau wawancara atau observasi atau poling dan lainnya) atau melalui studi literatur. Metode dan cara penelitian lapangan akan dibahas pada buku tersendiri. Pembahasan buku ini lebih difokuskan pada pengumpulan informasi melalui studi literatur. Proses Penelusuran Literatur
Proses
penelusuran
informasi/literatur ini dapat
dimulai
apabila kita sudah mengerti benar topik atau informasi/literatur apa yang harus dicari. Informasi dan sumber informasi yang kita butuhkan berasal
dari hasil rumusan masalah yang sebelumnya sudah kita
lakukan, serta tentunya dari pengetahuan kita terhadap sumber-sumber informasi yang relevan. Agar penelusuran informasi dapat lebih efisien maka kita perlu mengetahui informasi seperti apa yang perlu dicari, tempat mencari informasi tersebut, serta bagaimana cara mendapatkan informasi tersebut. Dalam melakukan penelusuran informasi ada beberapa prinsip penelusuran yang dapat dijadikan pedoman agar proses penelusuran kita bisa efisien. Prinsip dasar penelusuran informasi ini merupakan aturan dasar dalam melakukan penelusuran informasi. Prinsipprinsip dasar tersebut adalah sebagai berikut : 37
a. Membatasi topik/subyek Pembatasan ini sangat penting, bukan saja terhadap pokok bahasan atau topik/ subyek itu sendiri, melainkan juga terhadap jangka waktu penelusuran maupun sumber-sumber yang akan ditelusurinyapun perlu dibatasi.
Untuk itu perlu ada penegasan lebih dahulu,
untuk tulisan seperti apa informasi tersebut akan digunakan (misalnya tesis, disertasi, laporan penelitian, artikel majalah, dll). Contoh pembatasan topik atau subyek informasi yang akan dicari misalnya: - topik tentang: Tanaman cabe (kurang baik/terlalu luas) - topik tentang: pengaruh pemberian pupuk urea terhadap tingkat produksi tanaman cabe (baik). b. Menggunakan bibliografi yang sudah ada Bibliografi mengenai suatu topik/subyek tertentu yang menjadi tema dalam melakukan penulisan tersebut yang telah ada sebelumnya, biasanya akan banyak menolong. Dengan bibliografi yang telah ada ini, kita akan dapat memperoleh gambaran atau penafsiran yang bisa dipertanggung bagi kelancaran penelusuran selanjutnya. Selain bibliografi, buku dan majalah, timbangan buku (review), indeks dan sari karangan (abstrak) dapat digunakan sebagai alat penelusuran. Akses kepada internet juga dapat kita lakukan. Kita dapat menggunakan berbagai mesin pencari seperti google, yahoo, altavista, 38
dan lain-lain. Menggunakan mesin pencari belum tentu mendapatkan artikel yang judulnya persis sama seperti yang kita minta, namun topiktopik yang berkaitan dengan permintaan kita akan ditayangkan dari yang paling dekat dengan permintaan kita sampai yang kurang dekat hubungannya dengan permintaan kita. Semakin luas topik permintaan kita hasilnya akan semakin banyak, sebaliknya semakin sempit topik permintaan kita maka hasilnya akan semakin sedikit. Topik “tanaman cabe” yang ditelusur melalui google akan mendapatkan hasil 1.900.000 hasil telusuran, sementara kalau topik kita persempit dengan “pengaruh pemberian pupuk urea terhadap tingkat produksi tanaman cabe” hasilnya jauh berkurang yaitu hanya 63.200 hasil telusuran. Hasil tersebut akan diurut mulai dari yang paling relevan dengan permintaan kita sampai kepada yang sangat kurang relevan dengan permintaan. c. Memilih dan menguji ketepatan subyek melalui penunjukan tajuk subyek. Kata-kata atau istilah yang tepat dan jelas yang sebagai tajuk suatu subyek tertentu
akan
digunakan
dapat memperjelas
penelusuran. Sebaliknya, kesalahan dalam pemakaian istilah akan dapat menyesatkan. Dengan belum adanya keseragaman istilah yang bisa berlaku secara umum, maka pengujian melalui tajuk subyek ini sering menimbulkan kesulitan. Penggunaan kata atau istilah yang tepat akan meningkatkan ketepatan hasil penelusuran. Pada penelusuran 39
terhadap
sumber-sumber
elektronik
seperti
internet,
selain
penggunaan istilah yang tepat perlu juga menggunakan cara penulisan yang benar (syntax). Cara penulisan yang salah akan menghasilkan hasil penelusuran yang kurang tepat. Kasus di atas (tentang pengeruh pemupukan urea pada produksi cabe) yang kita tulis seperti apa adanya menghasilkan 63.200 hasil telusuran. Namun dengan syntax yang benar ("pengaruh" + "pemupukan" +"pupuk urea"+ "produksi" + "cabe") hasilnya akan sangat berkurang (lihat gambar yaitu hanya 9.470 hasil telusuran).
Hasil tersebut masih bercampur antara artikel, gambar, blog, dan informasi-informasi lain. Bila kita ingin lebih spesifik mendapan hasil telusuran misalnya hanya pada artikel ilmiah saja, maka kita harus menggunakan google advance search. Kasus cabe tersebut kalau kita cari 40
hanya pada artikel ilmiah akan diperoleh sejumlah 62 hasil telusuran. Itupun belum tentu relevan semuanya, jadi masih harus dilakukan browsing yaitu dilihat satu persatu (lihat contoh gambar).
d. Mengakhiri penelusuran Sekali penelusuran dimulai, berarti keputusan untuk menetapkan arah penelusuran telah kita ambil, dan hal ini akan berlangsung seterusnya sampai penelusuran itu berakhir. Oleh karena itu keputusan untuk memilih arah yang benar dalam melakukan penelusuran ini sangat diperlukan. Sekarang persoalannya sampai seberapa jauh penelusuran tersebut akan dilakukan, sebab ada seseorang yang mengakhiri penelusurannya terlalu cepat, sebaliknya ada pula yang justru menelusur terlalu jauh bahkan
sampai
melampaui batas
tujuannya. Untuk itu sebaiknya kita menetapkan target yang layak 41
menerima hasil penelusuran sesuai dengan ukuran kesempurnaan yang mungkin bisa dicapai. e. Menyajikan hasil penelusuran Dalam menyajikan hasil penelusuran kita dapat melakukannya melalui beberapa cara ialah : Disusun menurut urutan abjad. Disusun secara kronologis berdasarkan sumbernya. Disusun berdasarkan penggolongan subyek atau persoalannya.
pokok
MENEMUKAN INFORMASI DI DALAM SUMBER
Setelah mendapatkan sumber informasi yang kita butuhkan, maka tahap berikutnya adalah membaca isi dari sumber informasi tersebut secara kritis. Dari kumpulan informasi yang kita baca tersebut, kita harus kelola dengan baik sehingga informasi tersebut dapat kita gunakan dengan sebaik-baiknya. Yang dimaksudkan dengan membaca disini adalah menangkap maksud isi informasi dari sumber informasi dengan cara melihat, meraba, mencium, dan mendengar. Membuat Catatan
Dalam rangka mengumpulkan data ataupun informasi dari bahan bacaan kita perlu melakukan pencatatan. Tentunya tidak semua 42
bahan yang kita baca kita catat, tapi kita ambil yang menurut kita dirasa penting untuk mendukung karya kita. Catatan yang kita buat hendaknya menggunakan kertas yang benar, artinya jangan asal kertas seperti misalnya sobekan kertas atau bahkan kertas tissue misalnya. Penggunaan kertas yang asal kertas sering menyebabkan kita tidak dapat menemukan catatan tersebut pada saat kita perlukan. Isi catatan kita juga perlu diperhatikan. Jangan asal menyalin isi buku tanpa tahu inti dari bahan bacaan yang kita salin tersebut. Sebaiknya dalam membuat catatan tersebut kita harus bisa menyeleksi mana yang memang penting bagi kita dan mana yang tidak penting. Dalam membuat catatan kita dapat menggunakan: (a) buku tulis yang diperuntukkan khusus untuk catatan kutipan; (b) mencatat pada kartu. Catatan dengan Sistem Buku
Jika kita menggunakan buku sebagai media untuk mencatat bahan-bahan bacaan yang telah kita temukan dan kita anggap penting, kita harus menyediakan buku catatan secara khusus. Sebaiknya buku catatan tersebut tidak dicampur dengan catatan lain seperti catatan kuliah ataupun hal-hal lain. Dari awal kita dapat membagi-bagi halaman menurut urutan tertentu, misalnya menurut abjad nama pengarang, atau judul bacaan, atau topik bahan bacaan dan lain-lain. Hal ini kita lakukan untuk mempermudah kita dalam mencari lagi catatan yang telah kita buat. Dengan sistem buku ini kemungkinan ada halaman kosong karena halaman yang kita sediakan belum tentu kita gunakan 43
seluruhnya. Jika terjadi demikian sebaiknya halaman kosong tersebut dibiarkan kosong saja, jangan diisi dengan hal-hal lain apalagi dengan hal-hal yang tidak tidak berkaitan dengan catatan bahan bacaan yang sedang kita kumpulkan. Sistem buku ini cukup bagus kita gunakan untuk catatan yang tidak begitu banyak. Namun bila catatan bacaan kita jumlahnya banyak, maka sistem buku ini kurang efisien karena akan banyak halaman kosong yang tersisa bila kita menyediakan jumlah halaman yang banyak untuk masing-masing kelompok. Sebaliknya bila kita menyediakan jumlah halaman yang sedikit, maka ada kelompok tertentu yang tidak cukup kita catat dalam halaman yang telah disediakan. Jika jumlah catatan kita banyak maka kita memerlukan sistem pencatatan yang lebih fleksibel sehingga susunan catatan kita mudah diubah sesuai kebutuhan, dapat dengan mudah dalam membandingkan catatan yang satu dengan catatan yang lain. Bentuk catatan yang lebih fleksibel yang dimaksud adalah bentuk kartu atau sistem kartu. Catatan dengan Sistem Kartu
Sistem kartu ini sering digunakan oleh penulis profesional. Catatan biasanya ditulis pada kartu dari bahan kertas manila ukuran 7,5 X 12,5 Cm (ukuran standard kartu katalog perpustakaan). Kartu-kartu tersebut terlepas satu sama lain atau tidak dijilid. Satu kartu kita sediakan untuk satu pokok bahasan atau bahan catatan. Untuk 44
memudahkan penggunaan sistem ini pada sudut kiri atas setiap kartu biasanya dicantumkan sumber catatan, seperti sumber catatan antara lain adalah pengarang buku tersebut, judul buku, penerbit dan tahun terbitnya, serta kota tempat buku tersebut diterbitkan. Di bagian tengah atas ditulis keterangan mengenai catatan kita pada kartu tersebut seperti misalnya apakah catatan kita itu bersifat kutipan baik kalimat langsung atau tidak langsung, ataukah ikhtisar atau ulasan dan sebagainya tergantung sifat bahan yang kita catat dalam kartu tersebut. Di sudut kanan atas ditulis pokok bahasan atau topik atau subyek dari catatan kita pada kartu tersebut. Sesudah tiga bagian tersebut yang ada pada bagian atas kartu baru kita memulai catatan kita diikuti dengan halaman buku dimana catatan itu kita kutip. Contoh catatan berbentuk kartu dapat dilihat sebagai berikut:
Kartu-kartu catatan kita ini disimpan dalam kotak yang sebaiknya kotak tersebut ukurannya dibuat dengan lebar yang pas 45
dengan ukuran lebar kartu. Dengan demikian kartu-kartu tersebut dapat kita susun dengan posisi berdiri pada kotak tersebut. Susunan kartu-kartu tersebut bisa kita urut berdasarkan topik bahasan. Gunanya adalah agar semua catatan kita mengenai topik bahasan yang sama akan terkumpul menjadi satu urutan yang berdekatan satu sama lain. Selanjutnya masing-masing kartu yang memiliki topik yang sama tersebut kita urut berdasarkan nama pengarang atau judul buku yang kita kutip.
Antara kelompok topik yang satu dengan topik yang lain hendaknya ditempatkan kartu yang setengah lebar kartu tersebut mempunyai ukuran yang lebih tinggi dari kartu-kartu yang lain. Kartu ini kita jadikan pemisah antar topik pada kelompok kartu kita. Pada bagian kartu yang menonjol kita tuliskan topik kelompok kartu yang ditempatkan di belakangnya (lihat gambar …).
46
Setiap kartu dengan topik tertentu Anda dapat simpan di belakang pembatas kartu tersebut. Dengan demikian kartu-kartu Anda dalam kotak akan terus bertambah banyak. Mencatat pada File Elektronik
Di era teknologi informasi ini, dimana pemanfaatan komputer sudah sangat tinggi, Anda bisa membuat catatan dari bahan bacaan dengan mengetik langsung pada sebuah file menggunakan perangkat lunak word processing yang biasa Anda pakai. Dengan cara ini, bila nantinya catatan itu Anda gunakan sebagai kutipan, maka Anda tinggal memasukkan dalam rangkaian kalimat yang sesuai dengan topik pembicaraan. Untuk itu ketika membuat catatan Anda harus menuliskan nama orang yang membuat pernyataan, dan tentu saja jangan lupa memasukkan tulisan tersebut dalam daftar pustaka tulisan Anda. Bila ternyata kemudian catatan itu tidak masuk dalam tulisan Anda, tinggal menghapus saja catatan yang tidak terpakai itu. Kadangkadang catatan yang Anda buat bisa juga memberi inspirasi dalam mengembangkan tulisan Anda, walaupun tidak digunakan sebagai kutipan langsung. 47
Seperti pembuatan catatan dengan kartu, Anda juga bisa menuliskan apakah catatan itu merupakan kutipan kalimat langsung atau tidak langsung, ataukah ikhtisar atau ulasan dan sebagainya dari bacaan Anda. Hal itu diperlukan mengingat untuk kutipan langsung Anda harus mengikuti aturan tertentu yang akan dibahas di bawah ini. Bila catatan yang Anda buat cukup banyak, meniru pembuatan catatan dengan sistem kartu, Anda juga bisa mengelompokkan catatan berdasarkan topik. Untuk itu Anda cukup dengan menuliskan sebuah topik di bagian atas dari sekelompok catatan yang terkait topik tersebut. Pengetikan catatan menggunakan word processing ini sangat memudahkan Anda, karena catatan dengan mudah ditambah atau dikurangi tanpa mengalami masalah dengan ruang penulisan. Hanya yang menjadi masalah Anda tidak bisa membuat catatan di sembarang tempat, tetapi harus duduk di depan komputer. Tampilan catatan dalam pengolah kata dapat seperti contoh berikut: Penelusuran Informasi Most traditional search engines focus on text- Dirk Lewandowski (2012). Web search engine and content-based retrieval algorithms, whereas research. Wagon Lane, Bingley: Emerard social search engines focus on human judgment Publishing. when it comes to ranking and assessing the relevance of online resources (Lewandowski 2012) Selain diberikan secara informasl dan bersifat Saleh, AR (2009). Bahan rujukan umum. Jakarta: indivisual, bimbingan secara langsung ini dapat Universitas Terbuka diberikan dalam bentuk formal di dalam kelas
48
kepada kelompok pemakai perpustakaan (Saleh 2009) The Reference Department is in charge of and Gates, JK (1968). Introduction to librarianship. gives service on the library’s general and New York: McGraw-Hill. specialized collection (except the collections of the Law Library) (Gates, 1968).
Penulisan sumber dalam catatan isi dan catatan bibliografis dilakukan sesuai dengan pedoman yang diberlakukan di Institut Pertanian Bogor. Sebenarnya ada beberapa pedoman penulisan seperti American Psychological Association (APA); Modern Language Association (MLA); ISO 690 (First Element and Date); ISO 690 (Numerical Reference); Dan lain-lain. Saat ini banyak aplikasi yang dapat kita gunakan untuk melakukan pencatatan kutipan ini dan sekaligus menyusun (mengorganisasikan) secara otomatis dalam tulisan kita termasuk dalam daftar pustaka. Aplikasi pengolah kata seperti Microsoft Word memiliki fasilitas tersebut. Selain itu kita bisa menggunakan fasilitas yang disediakan oleh aplikasi lain seperti Web of Science, Mendeley, dan lain-lain. EVALUASI SUMBER INFORMASI DAN INFORMASI
Sumber informasi yang kita temukan dan kumpulkan tentu tidak semuanya dapat sesuai dengan kebutuhan kita baik dari segi relevansi isinya, kredibilitas maupun kemutakhiran informasinya. Oleh karena itu sumber informasi yang kita kumpulkan harus kita evaluasi. 49
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih sumber informasi adalah: Relevansi
Penilaian tentang relevansi informasi tersebut menyangkut sejauh mana informasi yang ada dalam sumber informasi tersebut sesuai dengan masalah yang akan kita selesaikan/jawab/bahas. Kita dapat memperhatikan beberapa sumber informasi dokumen seperti judul, daftar isi, abstrak, dan mungkin kita bisa lihat bagian pendahuluannya. Dokumen buku yang fisiknya ada dihadapan kita, kita bisa perhatikan hal-hal tersebut, namun untuk dokumen buku yang fisiknya belum ada ditangan kita, maka kita bisa mencari informasi tentang buku tersebut melalui google book di internet (lihat gambar).
Gambar 1 Tampilan google book tentang literasi informasi
50
Informasi tentang situs di internet juga bisa kita peroleh pada bagian (page) depan dari situs tersebut. Biasanya informasi umum dimuat pada page about us. Informasi tersebut akan membantu kita untuk menentukan apakah informasi tersebut akan kita gunakan atau tidak. Otoritas Sumber Informasi
Otoritas buku merupakan salah satu indikator mutu dari suatu bahan bahan bacaan sumber informasi. Oleh karena itu otoritas buku ini perlu diperhatikan didalam memilih bahan-hahan sumber informasi. Dalam menentukan otoritas buku perlu diperhatikan hal-hal seperti apakah pengarang, penyusun atau penyunting buku tersebut seorang ahli dalam bidang ilmu yang dicakup oleh buku tersebut; Apakah pengarang, penyusun atau penyunting tersebut seorang yang berpengalaman baik di dalam bidang ilmu yang dicakup oleh buku tersebut maupun sebagai penulis. Apabila penulis atau penyusun atau penyunting buku tersebut seorang yang dikenal maka pemilihan buku berdasarkan otoritas buku ini tidak menjadi masalah. Tetapi masalah akan timbul apabila bahan rujukan umum tersebut disusun dan ditulis oleh seorang ahli, tetapi penulis tersebut tidak terkenal atau belum pernah menulis buku yang menjadi "best seller" sehingga tidak begitu dikenal. Dalam kondisi seperti ini kita harus bergantung kepada hal-hal berikut: 51
1. Kualifikasi pengarang atau penyunting yang ditulis dalam buku tersebut. Biasanya keterangan seperti ini bisa kita dapatkan pada jaket buku yang ditempatkan pada bagian belakang atau bagian belakang yang terlipat kedalam kulit buku (blurb). 2. Pengetahuan kita tentang subyek tersebut sehingga kita bisa menilai mutu isi dari buku rujukan tersebut. 3. Memeriksa data pengarang didalam terbitan biografi seperti "who's who" atau "American Men and Women of Science". Selain pengarang, penyusun ataupun penyunting yang dapat kita jadikan kriteria penilaian otoritas buku, penerbit dapat juga kita jadikan salah satu kriteria. Biasanya penerbit yang baik dan mempunyai reputasi internasional (artinya mempunyai otoritas tinggi) akan menerbitkan buku-buku yang baik pula. Kemutakhiran
Kemutakhiran adalah salah satu hal yang paling penting dalam penilaian sumber informsi yang digunakan sebagai sumber dalam penulisan karya ilmiah. Data berubah sangat cepat sehingga beberapa jenis sumber informasi seperti almanak terbitan tahun lalu misalnya, isinya sudah tidak mutakhir lagi. Walaupun almanak tersebut masih dipertahankan dalam jajaran koleksi rujukan umum, tetapi isinya hanya berguna sebagai informasi yang bersifat historis saja. Tahun publikasi dapat juga digunakan sebagai indikator kemutakhiran dokumen 52
sumber informasi yang kita nilai. Walaupun demikian kita perlu berhati-hati dalam menggunakan tahun publikasi ini. Tahun publikasi biasanya mengacu pada tahun pemberian hak cipta atau "copyright". Pertanyaan seperti, apakah buku ini merupakan karya terbaru, ataukah hanya cetak ulang saja sangat penting dalam menilai kemutakhiran suatu karya. Harus dibedakan pula antara tahun pemberian hak cipta (copyright) atau edisi dan tahun cetak ulang (reprint). Terbitan yang memiliki tahun edisi yang berbeda dapat dipastikan ada perbedaan dalam hal isi. Edisi berikutnya merupakan edisi perbaikan isi dari edisi sebelumnya. Sedangkan tahun cetak ulang hanyalah mencetak kembali buku yang sama pada tahun yang berbeda tanpa mengubah isi karya tersebut. Oleh karena itu kita harus berhati-hati menilai kemutakhiran isi dokumen sumber informasi tersebut. LATIHAN
1. Apa saja faktor yang harus diperhatikan sebelum memilih sumber informasi yang akan kita gunakan sebagai referensi tulisan kita? 2. Ambillah satu judul buku (bisa dari perpustakaan, atau koleksi sendiri). Buka dan perhatikan halaman judul buku tersebut. Nilailah, apakah buku tersebut mempunyai otoritas dan isinya cukup mutahir? …………………………………………………………………..
53
………………………………………………………………….. ………………………………………………………………….. ………………………………………………………………….. …………………………………………………………………..
54
MODUL 4 PEMANFAATAN INFORMASI MEMBACA, MENDENGAR, MELIHAT, MERABA DAN LAIN SEBAGAINYA SEBUAH INFORMASI
Informasi bisa kita dapatkan dengan memanfaatkan kemampuan indera kita seperti dengan membaca, melihat, mendengar, meraba ataupun kemampuan-kemampuan lain untuk menangkap segala informasi yang ada di sekitar kita. Dengan melakukan hal tersebut kita dapat dengan baik memaknai segala macam informasi sehingga dapat kita manfaatkan sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Seperti yang disebutkan pada Core Model SCONUL, dalam tahap identifikasi informasi, yang harus dipahami adalah: 1. Selalu ada informasi dan data yang tercipta secara terus – menerus sehingga selalu ada hal yang harus kita pelajari. 2. Dalam
menerapkan
literasi
informasi,
kita
harus
mengembangkan kebiasaan kita dalam belajar, sehingga menuntut kita untuk selalu aktif mencari informasi. 3. Saat kita mencari informasi, kita bisa menemukan ide – ide dan kesempatan. 4. Besarnya skala informasi dan data yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan.
55
Dari butir-butir diatas, dapat dapat disimpulkan bahwa tercipta dan tersebarnya informasi yang ada di sekitar kita tidak terbatas pada ruang dan waktu. Saat kita membutuhkan informasi, kita dapat memanfaatkan semua data dan informasi yang ada di seluruh dunia kapan saja, maka dari itu kita harus peka dan aktif dalam kegiatan mencari informasi untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan. Kemampuan memanfaatkan indera dapat membantu untuk lebih peka dalam menangkap informasi yang ada di sekitar kita. Berikut beberapa contoh pemanfaatan kemampuan indera dalam pencarian informasi : 1. Kemampuan Membaca Membaca adalah salah satu cara dalam mencari informasi. Di era modern sekarang kita dengan mudah menemukan kemudahankemudahan dalam mencari sumber bacaan, terutama dengan adanya mesin pencari di internet. Situs-situs yang menyajikan informasi akan mudah ditemukan. Namun karena mudahnya informasi masuk ke berbagai situs secara bebas, maka jumlah informasi menjadi sangat banyak namun belum tentu benar dan akurat. Membaca buku adalah cara yang aman dalam menemukan informasi yang relevan dan dapat dipertanggung jawabkan. Selain buku, kita dapat mengunjungi situs-situs resmi untuk mendapatkan informasi yang dapat dipertanggung jawabkan dibandingkan dengan situs yang tidak resmi. Melalui situs yang resmi kita dapat melihat rujukan bahan bacaan di situs tersebut. Kita juga bisa melihat situs dari 56
orang-orang yang memang dipercaya ahli dalam bidangnya untuk mendapatkan informasi. Jadi, kemampuan membaca disini adalah kemampuan untuk menemukan bahan bacaan dan informasi yang penting dari berbagai sumber yang tersedia dengan cepat dan tepat. 2. Kemampuan Melihat Melihat adalah salah satu cara mendapatkan informasi paling mudah, karena kegiatan melihat terjadi secara otomatis setiap waktu. Informasi akan terserap ketika melihat apa yang ada dan terjadi di sekitar dengan berbagai media ataupun secara langsung. Sekarang ini kita sudah tidak asing lagi dengan media sosial. Dengan media sosial tersebut kita dapat melihat berbagai kejadian dan informasi yang ada di seluruh dunia dengan cepat seperti melalui gambar ataupun video. Sesuatu yang kita lihat tersebut akan menjadi informasi. Oleh karena itu kita harus peka dalam memaknai apa yang kita lihat agar informasi yang ada dan kita peroleh tidak sekedar datang dan pergi, tetapi bisa kita manfaatkan. Jadi, kemampuan melihat disini adalah kemampuan indera pengelihatan dalam memaknai berbagai hal yang dilihat sehingga menjadi informasi yang dapat dimanfaatkan. 3. Kemampuan Mendengar Sering
kali
kemampuan
mendengar
kurang
benar-benar
dimanfaatkan dalam pencarian informasi. Sebenarnya, kemampuan mendengar sangatlah bermanfaat terutama untuk menangkap 57
informasi secara langsung di lingkungan maupun dengan menggunakan media lain seperti radio, rekaman suara, telepon, dan lain-lain. Jadi kemampuan mendengar disini adalah kemampuan memaknai sebuah informasi yang masuk lewat indera pendengaran sehingga informasi tersebut dapat dimanfaatkan. 4. Kemampuan Meraba Informasi juga dapat diperoleh dari kegiatan meraba, misalnya ketika kita ingin melihat apakah sebuah benda memiliki tekstur yang halus atau kasar, maka informasi tersebut hanya dapat diperoleh melalui kegiatan meraba. Jadi kemampuan meraba adalah kemampuan memaknai informasi yang masuk melalui indera peraba sehingga informasi tersebut dapat dimanfaatkan. Contoh-contoh di atas dapat dilakukan pada tahap pencarian informasi atau dapat disebut information seeking. Pada penerapan contoh di atas, saat kita memanfaatkan indera kita dengan segala informasi yang ada di lingkungan kita dan kebutuhan informasi kita, kita akan menghadapi sebuah jarak antara situasi lingkungan dengan hasil pencarian informasi ditambah dengan keterbatasan yang ditimbulkan dari kemampuan pencarian informasi. Seperti sense-making model Dervin yang dijelaskan dalam Wilson (1999).
58
Sumber : Wilson (1999) Dari model di atas, kita harus dapat menggunakan penglihatan, pendengaran, kemampuan membaca, meraba, dan lainnya untuk dapat melewati gap atau kesenjangan antara situasi lingkungan yang merupakan sumber informasi kita dengan outcome atau hasil yang ingin kita peroleh. Karena segala informasi yang ada pada sebuah situasi lingkungan dapat kita manfaatkan untuk outcome yang sesuai dengan kebutuhan. Keberhasilan pencarian informasi kita dapat dilihat dari outcome yang kita dapatkan, apakah relevan dengan kebutuhan kita? apakah semua informasi yang didapatkan dapat dimanfaatkan? Pencarian sebuah informasi dapat dikatakan berhasil jika pencari dapat mengisi gap informasi yang mereka hadapi, yaitu kebingungan, ketidak tahuan, keterbatasan waktu tetapi ruang yang terlalu luas dan padat akan informasi. Hal ini selaras dengan pernyataan Thomas (2004) yang dikutip dari teori Dervin :
59
”information seeking is initiated when individual encounter gaps in their knowledge sufficient to impede, prevent, or stop their progress through time and space. These gaps may be perceived as dilemmas, confusions, or uncertainties of the sort that people face as a part of daily life. The "sense" or understading that they ultimate contruct from the information they obtain provide the "bridges" that enable to proceed with their activities or decision making.” (p.65) Artinya : Pencarian informasi dimulai saat seseorang menghadapi sebuah jarak dalam kecukupan pengetahuan mereka yang menghalangi, mencegah atau menghentikan perkembangan mereka melalui jarak dan waktu. Jarak ini mungkin saja dirasakan seperti dilema, kebingungan, atau ketidakpastian yang orang hadapi sebagai bagian dari keseharian. Kata “sense” memiliki pengertian bahwa mereka akhirnya terbentuk dari informasi yang mereka peroleh yang menjembatani mereka dalam proses aktifitas atau pengambilan keputusan. Jadi, hasil informasi yang didapatkan dan dimanfaatkan adalah bentuk dari apa yang dicari, dirasakan, ataupun hambatan atau keresahan dengan memanfaatkan apa yang dimiliki di situasi lingkungan dan diri sendiri seperti indera, lingkungan, fasilitas, dan
60
lain-lain. Pemanfaatan tersebut kemudian membutuhkan penyesuaian antara kebutuhan dengan informasi. Contoh penerapan pemanfaatan kemampuan membaca, melihat, mendengar, meraba, dan kemampuan lain adalah apabila akan melakukan penelitian. Proses pengumpulan data akan sangat membutuhkan kemampuan indera untuk menangkap informasi. Karena, selain informasi berbentuk fisik dan data, peneliti juga membutuhkan
informasi
penunjang
yang
akan
memperkuat
penelitiannya dengan cara menganalisis objek penelitian dan lingkungannya, wawancara, observasi, pengamatan, dan kegiatan lainnya. Kegiatan tersebut akan membutuhkan kemampuan membaca, melihat, mendengar, meraba, dan lain-lain untuk menangkap setiap detil informasi mengenai penelitian sehingga penelitian menjadi kuat dan dapat dipertanggung jawabkan. MENGEKSTRAKSI INFORMASI YANG RELEVAN
Ekstraksi merupakan salah satu bagian dari model ciri perilaku pencarian informasi. Ellis (1989, dan 1993 dalam Wilson, 1999) secara umum menjelaskan bahwa ada beberapa fitur (ciri) perilaku penemuan informasi, yaitu: 1. Staring 2. Chaining 3. Browsing 61
4. Differentiating 5. Monitoring 6. Extracting Mengekstraksi Informasi adalah secara sistematis menggali sebuah sumber informasi untuk mengambil informasi yang dianggap penting yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam mengekstraksi informasi, kita masih tetap menggunakan kemampuan kita dalam melihat,
membaca,
mendengar,
dan
lain-lain
untuk
dapat
mengidentifikasi informasi yang telah kita dapatkan. Output yang kita inginkan tentu saja harus sesuai dengan apa yang kita butuhkan, maka dari itu, mengekstraksi informasi menjadi bagian yang penting dalam proses Literasi Informasi. Salah satu cara untuk mengekstraksi informasi menurut Ellis’ Model Of Information Seeking Behaviours adalah dengan konsultasi langsung kepada sumber informasinya atau tidak langsung dengan mencari bibiliografi, indeks, atau database online. Cara tersebut dapat memudahkan dalam menyelaraskan informasi yang didapat dengan topik atau informasi yang kita butuhkan. Cara lain juga dapat menelusur situs-situs web secara mendalam untuk mendapatkan lebih banyak informasi yang spesifik dan akurat terkait dengan informasi yang kita dapatkan dan kita butuhkan. Ekstraksi juga dapat dilakukan dengan melihat informasi-informasi lain yang berkaitan dengan 62
informasi yang kita dapatkan dan masih berkaitan juga dengan informasi yang kita butuhkan. Hal tersebut akan membantu kita dalam memperkuat informasi yang kita dapatkan dan dapat lebih dipertanggung jawabkan. Pemanfaatan sumber informasi tidak hanya terfokus pada satu topik saja. Informasi lain yang terkait dengan yang dicari juga dapat dimanfaatkan sebagai penunjang. Informasi akan saling berkaitan, maka dari itu, pada proses ekstraksi, dibutuhkan kemampuan untuk membaca, melihat, mendengar, dan kemampuan-kemampuan lainnya untuk melihat keterkaitan informasi satu dengan lainnya dari berbagai sumber untuk dapat dengan mudah dimanfaatkan, diaplikasikan, dan dipahami kerangka keterkaitan informasi. Mengekstraksi informasi yang relevan juga dapat dibagi dengan 2 cara pencarian, terutama pencarian di web 1. Pencarian secara formal Pencarian ini dapat dilakukan dengan secara langsung datang kepada sumber informasi contohnya bertanya langsung kepada penulis (melalui email, media sosial, dll), atau melihat langsung ke lapangan. Pencarian formal juga dapat dilakukan dengan meminta data/informasi langsung ke tempat yang menjadi sumber informasi, atau dengan cara monitoring activity dengan follow up sumber informasi. 63
2. Pencarian secara informal Pencarian ini dapat dilakukan dengan mencari sendiri tentang informasi yang kita dapatkan di web, search engine, bibliografi, perpustakaan, atau sumber-sumber lain. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat hal-hal penting tentang informasi yang kita temukan dan melengkapinya. Setelah dilakukan proses ekstraksi dan telah mendapat informasi relevan yang dibutuhkan, informasi dapat langsung dimanfaatkan dan diaplikasikan. Proses ekstraksi akan memperkuat kualitas informasi yang akan dimanfaatkan, terutama jika informasi digunakan untuk penelitian. Proses pemanfaatan indera dalam menemukan informasi dan proses ekstraksi adalah dua hal yang saling berkaitan. Munculnya kebutuhan informasi akan menuntut kita untuk melakukan pencarian. Pemanfaatan kemampuan membaca, melihat, mendengar, meraba, dan kemampuan lain akan dibutuhkan dari proses awal pencarian sampai proses ekstraksi hingga menjadi output yang sesuai dengan kebutuhan. Maka dari itu dibutuhkan peningkatan kebiasaan dan kemampuan indera dalam membaca, melihat, mendengar meraba, dan lain-lain, juga kemampuan ekstraksi dalam pemanfaatan informasi.
64
LATIHAN
1. Dari topik penulisan atau rumusan asalah yang telah Anda buat pada bab sebelumnya, carilah sumber informasi yang mendukung pemecahan masalah Anda. 2. Lakukan kegiatan membaca, melihat, meraba (jika diperlukan) untuk mendapatkan informasi yang sesuai/relevan dengan rumusan masalah Anda. 3. Lakukan kegiatan mengekstrak informasi dari sumber-sumber informasi yang telah Anda dapatkan.
65
MODUL 5 SINTESIS ATAU MENYUSUN KARYA TULIS MENYUSUN KARYA TULIS
Setelah menemukan dokumen sumber informasi, kemudian membaca serta membuat catatan dari berbagai sumber informasi tersebut, maka tiba saatya untuk menuliskan semua informasi tersebut menjadi suatu karya tulis. Kita dapat menggunakan sumber-sumber informasi yang sudah kita kumpulkan untuk menjawab masalah yang kita sudah tentukan dan rumuskan. Dalam menulis suatu karya kita dapat menggunakan rumus COCTUC atau singkatan dari Clarity (kejelasan); Organization (Organisasi); Coherence (hubungan atau pertalian); Transition (Transisi); Unity (Kesatuan); dan Conciseness (kepadatan isi) (Diao, Gunawan, Aruan, & Kusuma, 2010). Clarity (Kejelasan)
Kejelasan suatu artikel sangat diperlukan. Beberapa syarat agar artikel bisa memenuhi kriteria kejelasan antara lain adalah: To-the-point atau langsung masuk pada permasalahan alias tidak berbelit-belit, dan tentunya tepat sasaran. Menggunakan kata-kata yang tepat atau kata-kata yang tidak diragukan (ambigu), gambar yang tepat dan jelas. 66
Disusun secara logis Ditulis dari sudut pandang yang konsisten atau tidak berubahubah. Memperhatikan perpindahan antar paragraf yang baik sehingga mudah diikuti. Organization (Organisasi)
Organisasi atau susunan dalam suatu tulisan biasanya sangat ditentukan oleh kerangka isi (outline) tulisan itu sendiri. Bagi penulis pemula, kerangka isi atau outline tersebut wajib dibuat terlebih dahulu untuk kita jadikan panduan dalam menulis. Outline yang baik dibuat berdasarkan pada kalimat topik atau tujuan yang telah kita buat sebelumnya. Gagasan yang ingin kita tulis kita susun mulai dari yang paling penting sampai kepada yang kurang penting; dari yang umum ke yang khusus atau bisa sebaliknya; bisa juga menurut urutan sebab akibat, urutan kronologis, atau menurut perbandingan. Namun demikian, outline yang kita buat tersebut bukanlah barang mati yang tidak bisa berubah. Dalam perjalanan penulisan, kita bisa memodifikasi outline yang telah kita buat sesuai dengan perkembangan dan informasi-informasi yang baru kita peroleh. Contoh kerangka isi dapat dilihat pada gambar berikut:
67
I.
Pendahuluan I.1. Alasan yang mendasari perumusan masalah (kalimat topi/tujuan) I.2. Perumusan masalah (kalimat topik/tujuan) II. Isi II.1. Ide 1 II.2. Ide 2 II.3. Ide 3 II.4. Dan seterusnya. III. Penutup Daftar Pustaka
Gambar 2 Contoh dikutif dari Diao (2010): Literasi Informasi; tujuh langkah knowledge management
Coherence (hubungan/ pertalian)
Menggambarkan kejelasan dan kelogisan hubungan antara ideide yang ingin diuraikan dalam tulisan. Kita harus bisa merangkai ideide tersebut sebagai suatu kesatuan ide yang saling berhubungan. Hindari melompat dari ide yang satu ke ide yang lain yang tidak berhubungan. Tulisan yang antara ide yang satu ke ide yang lain melompat-lompat dan tidak saling berhubungan akan membingungkan pembaca. Kerangka isi yang jelas dan logis, serta transisi yang mulus akan meningkatkan koherensi sebuah tulisan. Transition (Transisi)
Transisi yang mulus antar kalimat dan antar paragraf dalam tulisan dapat membuat tulisan tersebut enak dibaca. Transisi diperlukan dalam kalimat untuk menghubungkan kalimat yang satu ke kalimat yang lain; atau dari ide yang satu ke ide yang lain; atau dari paragraf yang satu ke paragraf yang lain. Kata transisi menghubung 68
antara kalimat yang telah dikatakan dengan kalimat yang akan dikatakan. Kata-kata yang merupakan kata transisi antara lain adalah sebagai berikut: -
karena itu sebagai hasilnya akibatnya maka contohnya misalnya secara rinci sebagai ilustrasi dengan perkataan lain namun terlebih lagi di lain pihak selanjutnya
-
juga di samping itu sebagai tambahan sekarang kemudian sementara itu sesudah itu sebelumnya sejak itu pertama, kedua….dst akhirnya sesudah itu
Selain menggunakan kata transisi kita juga bisa menggunakan kata ganti. Unity (Kesatuan)
Dalam tulisan harus ada kesatuan antara ide pokok dengan ide pendukung, antara paragraf inti dengan paragraf pendukung. Dalam tulisan harus dihindari menulis ide-ide yang tidak ada hubungannya dengan ide pokok. Ini akan mengganggu pembaca dalam memahami tulisan yang kita buat. Para penulis pemula harus berhati-hati bila mengutip tulisan beberapa orang dan menggabungkannya dalam satu tulisan. Harus diperhatikan apakah paragraf-paragraf yang kita kutip 69
tersebut mendukung ide yang sama atau tidak ada hubungannya sama sekali dengan ide utama kita. Sedapat mungkin dilakukan penyusunan ulang (rewriting) dengan gaya penulisan (gaya kalimat) yang kira-kira sama dengan tulisan utama kita. Terkadang pemecahan ide kedalam paragraf yang terlalu pendekpendek malah mengurangi nilai unity dari tulisan kita. Namun sebaliknya, paragraf yang terlalu panjang, dengan kalimat yang panjangpanjang dapat membuat pembaca kehilangan konsentrasi untuk menangkap ide yang kita tulis. Kerangka da transisi yang baik akan membantu meningkatkan nilai kesatuan karya tulis kita. Conciseness (Kepadatan Isis)
Penggunaan kalimat, frasa, dan kata-kata yang berlebihan dapat mengurangi kepadatan isi dari tulisan kita. Oleh karena itu jika kita mau meningkatkan nilai kepadatan (conciseness) dari tulisan kita, maka kita harus mengurangi penggunaan kata, frasa, dan kalimat yang berlebihan. Beberapa kunci untuk meningkatkan nilai kepadatan isi tulisan antara lain adalah: - Menggunakan kalimat efektif - Menggunakan kata dan atau frasa sederhana - Jangan melakukan pengulangan kalimat yang tidak perlu - Menggunakan kalimat positif
70
- Hindari penggunaan kata yang bersifat mendramatisir yaitu membesar-besarkan atau merendahkan (seperti: “yang paling”; “Yang sangat”; dan lain-lain) - Menghindari kalimat pembuka yang berlebihan (seperti: Tidak dapat disangkal lagi bahwa ……; Sudah menjadi rahasia umum bahwa ……; dan lain-lain). LANGKAH-LANGKAH DALAM MENULIS
Sudah kita pelajari pada bab sebelumnya beberapa tahap dalam menulis seperti: - Merumuskan masalah - Mengidentifikasi sumber informasi - Mengakses informasi (melakukan penelusuran) - Menggunakan informasi Langkah berikutnya adalah membuat kerangka tulisan, menulis draft, memperbaiki draft atau melakukan revisi. Gambar berikut adalah tahapan proses penulisan.
71
Ide
Merumuskan masalah Identifikasi sumber Mengakses sumber Menggunakan informasi
Membuat kerangka
Menulis draft
Mengedit/ merevisi
Hasil Tulisan
Membuat kerangka tulisan (Outline)
Tahap pertama menulis adalah membuat kerangka tulisan (outline). Kerangka tulisan ini sangat penting (khususnya bagi penulis pemula) karena kerangka ini yang akan menjadi panduan penulisan isi dari karya tulis kita. Dasar dari kerangka tulisan adalah dari perumusan masalah dan pencatatan informasi yang telah kita buat sebelumnya. Kerangka tersebut dapat juga diberi isi ringkas dari isi tulisan yang akan kita tulis (sinopsis). Biasanya sinopsis ini dibuat dalam satu paragraf yang dimulai dengan kalimat yang mengandung ide utama dan diikuti 72
dengan
kalimat-kalimat
pendukung
yang
berfungsi
sebagai
menguraikan, menjelaskan, dan membuktkan kalimat utama. Sinopsis diakhiri dengan kalimat penutup. Contoh Sinopsis dan Kerangka tulisan
Sinopsis Publikasi ilmiah hasil penelitian biasanya dipublikasikan salah satunya melalui jurnal ilmiah. Jurnal ilmiah adalah publikasi yang diterbitkan secara berurutan dengan waktu terbit yang sudah ditetapkan dan tidak dibatasi akhir dari terbitannya. Salah satu jurnal ilmiah adalah “Jurnal Pustakawan Indonesia”. Publikasi ilmiah ini mempunyai ukuranukuran yang bisa dievaluasi seperti produktifitas pengarang, derajat kolaborasi pengarang, serta keterpakaian artikel yang diterbitkan. Kajian ini akan mengevaluasi seberapa tinggi tingkat produktifitas pengarang, kolaborasi kepengarangan, serta seberapa besar manfaat dari artikel (tingkat keterpakaian) yang dipublikasikan oleh jurnal ilmiah.
Kerangka I. II.
III.
Latar Belakang Isi (batang tubuh tulisan) 1. Jurnal ilmiah - Definisi - Ciri-ciri jurnal ilmiah 2. Produktifitas pengarang - Definisi produktifitas - Cara penghitungan - Hasil pengamatan kajian 3. Kolabosasi pengarang - Definisi kolaborasi kepengarangan - Cara penghitungan kolaborasi kepengarangan - Hasil pengamatan kajian 4. Tingkat keterpakaian artikel - Definisi tingkat keterpakaian artikel - Cara penghitungan menurut metode Indeks - Hasil pengamatan kajian Kesimpulan
73
Menyusun Draft Tulisan
Sesudah menyelesaikan kerangka tulisan maka kita bisa mulai menulis draft atau konsep awal tulisan. Draft tersebut disusun berdasarkan informasi yang telah kita kumpulkan dan disusun sesuai dengan kerangka tulisan yang telah kita buat. Dalam menyusun draft hendaknya kita berpatokan pada rumus COCTUC supaya draft yang kita hasilkan enak dibaca. Bukan hanya sambungan dari informasi yang kita kumpulkan tanpa makna yang jelas. Setelah selesai menyusun draft bukan berarti tulisan kita selesai. Kita akan terus menerus membaca ulang dan memperbaikinya hingga sempurna. Membaca draft tulisan secara berulang-ulang sangat penting khususnya bagi penulis pemula karena dengan membaca berulang-ulang tersebut akan dirasakan adanya kekurangan pada tulisan kita. Jika perlu kita bisa minta bacakan kepada teman dan minta dikritisi sehingga kita akan tahu apakah yang dimengerti oleh pembaca sesuai dengan yang kita maksud atau yang kita tuliskan. Mengedit/ Merevisi
Berdasarkan kritik atau saran dari pembaca yang kita minta membaca tulisan kita maka kita akan membuat perbaikan-perbaikan atau mengedit tulisan kita. Penyusunan draft dan editing ini bisa berkalikali tergantung dari pengalaman kita dalam menulis. Bagi penulis yang sudah biasa menulis, mungkin editing ini tidak perlu dilakukan berkalikali. Namun bagi penulis pemula editing ini perlu dilakukan berkali-kali 74
agar hasil tulisannya benar-benar mendekati sempurna. Jika dalam proses editing ini sudah tidak ditemukan lagi kesalahan-kesalahan yang berarti, maka tulisan tersebut sudah bisa dikatakan sebagai draft akhir dan siap dipublikasi atau disampaikan kepada pemberi tugas (jika karya tulis tersebut merupakan penugasan dalam studi). MENGUTIP INFORMASI
Kita dikatakan mengutip apabila kita mengambil bagian dari bahan bacaan yang kita baca baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun maksud kita mengutip adalah untuk kita gunakan sebagai bahan pembanding, atau pendukung tulisan kita, bahkan bisa juga kita gunakan sebagai bahan untuk mengurai, mempertentangkan, atau memberikan ilustrasi terhadap tulisan kita. Ada beberapa patokan dalam melakukan pengutipan seperti: Otoritas kutipan
Dalam melakukan pengutipan kita harus memperhatikan nilai ilmiah dari sumber bacaan kita. Kita harus yakin betul bahwa bacaan yang kita kutip tersebut ditulis oleh pengarang yang memang pakar di bidangnya. Sebaiknya kita menghindari pengutipan bacaan yang kita ragukan kekuatan ilmiahnya, misalnya saja karena bacaan tersebut ditulis oleh penulis tidak terkenal.
75
Ketepatan kutipan
Sebaiknya kutipan harus langsung berhubungan dengan hal-hal yang kita bahas dalam tulisan kita. Jangan mengutip hal-hal yang tidak berhubungan dengan pokok bahasan yang sedang kita tulis walaupun bacaan tersebut menarik perhatian kita. Jadi kutipan sebaiknya langsung pada hal-hal yang inti saja. Isi kutipan
Dalam mengutip kita harus mempertahankan isi dari kutipan kita. Jangan sampai kita mengubah isi atau maksud dari tulisan yang kita kutip. Untuk mempertahankan isi kutipan ini hendaknya kita menghindari mengutip kalimat sepotong demi sepotong. Lebih baik kalimat yang utuh kita kutip semua. Sepotong kalimat dari rangkaian kalimat yang panjang dapat merubah arti ataupun maksud dari penulisnya. Seberapa panjang kutipan yang harus kita ambil tidak ada patokan. Jadi panjang pendeknya kutipan kita sesuai dengan kebutuhan. Namun biasanya jarang kita temukan kutipan yang sangat panjang misalnya sampai satu halaman, apalagi dalam bentuk kutipan langsung. Yang dimaksud dengan kutipan adalah pendapat orang lain yang diambil (dikutip) dan dimasukkan ke dalam naskah kita. Kutipan juga
76
disebut sitasi (citation). Ada dua macam cara mengutip tulisan orang lain yaitu mengutip secara langsung dan mengutip secara tidak langsung. Kutipan Langsung
Mengutip dengan cara ini harus sama dengan aslinya, baik mengenai susunan kalimatnya, kata-katanya, ejaan maupun tanda bacanya. Bahkan juga kesalahan-kesalahan bahasa atau ejaan yang dibuat pengarang aslinya. Kutipan demikian disebut kutipan langsung dan dituliskan diantara tanda kutip (”...........”). Cara menulis kutipan tersebut ada beberapa cara. Ada penulis yang menulis kutipan dengan tidak membedakan apakah kutipan tersebut panjang (biasanya lebih dari lima baris) atau pendek (atau kurang dari lima baris). Kutipan tersebut ditulis diantara dua tanda kutip (”......”) dan berspasi satu (”biasannya dicetak lebih padat dengan huruf yang lebih kecil dari huruf lainnya”). Contoh: Definisi teknologi informasi dan komunikasi menurut Wikipidia adalah
”the technology required for
information processing. In particular the use of electronic computers and computer software to convert, store, protect, process, transmit, and retrieve information from anywhere, anytime.”
77
Tetapi ada yang membedakan antara kutipan panjang dan kutipan pendek. Cara menuliskan kutipan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Jika yang dikutip kurang dari lima baris maka kutipan tersebut ditulis diantara dua tanda kutip (”.......”) pada baris yang sama dengan teks kita dengan spasi yang sama pula. Contoh: Definisi
teknologi
informasi
dan
komunikasi
menurut Wikipidia adalah ”the technology required for information
processing.
In
particular
the
use
of
electronic computers and computer software to convert, store,
protect,
process,
transmit,
and
retrieve
information from anywhere, anytime.”
2. Jika yang dikutip lebih dari lima baris maka cara mengetiknya bisa tiga macam cara yaitu: a. Mengetik dengan jarak satu spasi (spasi tunggal), dimulai dengan empat huruf dari margin kiri, kecuali alinea baru dimulai tujuh huruf dari margin kiri, tanpa dimulai dan diakhiri dua tanda kutip (”.....”) b. Seperti pada butir (a), tetapi dengan cara mengosongkan sisi kanan juga empat huruf ke margin kanan. Dengan demikian kanan-kiri kutipan dikosongkan. 78
c. Jika kutipan berupa puisi diatur sedemikian rupa agar terletak di bagian tengah naskah (seimbang bagian kiri dan kanan yang dikosongkan). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menuliskan kutipan adalah sebagai berikut: a. Jika dalam kutipan ada bagian yang dihilangkan atau tidak dikutip, maka bagian yang dihilangkan tersebut diberi tanda titik tiga ( ... ). b. Jika yang dihilangkan atau tidak dikutip, satu atau beberapa kalimat, supaya diberi tanda titik-titik sepanjang satu baris (...........................). c. Tanda petik ganda (”...”) yang ada dalam kalimat-kalimat yang dikutip, supaya diganti dengan tanda petik tunggal (’...’). d. Bagian kalimat atau kata yang dianggap penting dan perlu ditekankan oleh pengutip serta perlu digaris bawahi atau ditulis dengan huruf kapital, maka penulis perlu memberi penjelasan (melalui catatan kaki) bahwa bagian tersebut diubah dari aslinya dengan tujuan memberi penekanan atau karena dianggap penting. e. Bila diperlukan adanya sisipan oleh penulis, maka dalam kutipan tersebut diberi tanda kurung siku [ ]. Koreksi terhadap kutipan 79
yang diberikan oleh penulis (yang mengutip) juga ditempatkan dalam kurung siku seperti ini [ ] dan dipakai kata [sic] yang artinya sesuai dengan bahan yang dikutip atau kutipan seperti apa adanya. Koreksi seperti ini disebut interpolasi. Koreksi juga ditempatkan dalam kurung siku ini, misalnya kutipan sesuai naskah aslinya ”Indonesia merdeka pada tahun 1954” kemudian disisipi perbaikan menjadi ”Indonesia merdeka pada tahun 1954 [seharusnya 1945]” Contoh penulisan kutipan panjang (lebih dari 5 baris): ”Hal-hal yang perlu diperhatikan agar pengadaan berjalan dengan lancar antara lain adalah:
dapat
1. SDM yang cukup dan punya ke-mampuan Bahasa Inggris. Hal ini karena Perpustakaan banyak mem-beli buku berbahasa asing se-hingga perpustakaan harus mela-kukan koresponden dengan pener-bit luar negeri yang tentunya dilakukan dalam Bahasa Inggris. 2. Sistem administrasi yang baik sangat diperlukan karena proses pengadaan biasanya harus ber-jalan cepat. Proforma invoice biasanya hanya berumur satu sam-pai tiga bulan saja. Jika proses pengadaan berjalan lambat, maka kita akan menghadapi proforma invoice yang habis masa berlakunya dan harus diulang prosesnya. Pertanggung jawaban keuangan kepada proyek juga berjalan cepat. Biasanya kita diberikan waktu satu bulan sejak pengambilan uang muka sampai kepada pertanggung jawaban uang muka. 3. Dana pendamping untuk biaya-biaya yang tidak dapat dimasukkan dalam pengeluaran dari dana DIP seperti transport lokal staf, administrasi pos dan lain-lain.”
Dalam mengutip Anda harus menuliskan sumber dari kutipan tersebut, sehingga pembaca dengan mudah dapat menelusur ke 80
sumbernya langsung jika ia memerlukannya. Ada dua cara untuk menunjukkan sumber kutipan, yaitu sistem Nama-Tahun (sistem Harvard) dan sistem Nomor (sistem Vancouver). Dalam sistem Nama-Tahun, Anda harus menuliskan nama keluarga atau nama akhir dari pengarang, diikuti dengan tahun publikasinya. Contoh: Smith (2007) menyatakan bahwa terjadinya kemiskinan di negara-negara dunia ketiga disebabkan juga oleh kesalahan pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki oleh negara tersebut.
Catatan: nama pengarang yang tulisannya dikutip adalah John Smith.
Bila pengarangnya dua orang, maka cara penulisannya adalah: Smith dan Kennedy (2007) menyatakan bahwa terjadinya kemiskinan di negaranegara dunia ketiga disebabkan juga oleh kesalahan pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki oleh negara tersebut.
Bila pengarangnya tiga orang atau lebih, maka yang dituliskan hanya nama belakang pengarang pertama saja diikuti dengan kata ”et al.” (singkatan dari et alii). Contoh: Smith et al. (2007) menyatakan bahwa terjadinya kemiskinan di negara-negara dunia ketiga disebabkan juga oleh kesalahan pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki oleh negara tersebut.
Dalam penulisan sumber kutipan dengan sistem nomor, maka pada setiap kutipan yang Anda tuliskan diberikan nomor dalam posisi superskrip. Kutipan yang pertama diberi nomor 1, kutipan berikutnya nomor 2, dst. Nomor-nomor itu akan menjadi nomor urut dari daftar 81
pustaka yang akan Anda tuliskan di bagian akhir dari tulisan Anda. Dengan demikian Anda tidak bisa menuliskan daftar pustaka Anda menurut abjad dari nama pengarang. Contoh: ... terjadinya kemiskinan di negara-negara dunia ketiga disebabkan juga oleh kesalahan pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki oleh negara tersebut1.
Kutipan Tidak Langsung
Penulis boleh mengutip isi atau maksud dari tulisan orang lain tanpa terikat pada bahasa atau bentuk bahan yang dikutipnya. Artinya, ada kebebasan setiap penulis untuk mengubah sama sekali bentuk kalimat dari bahan yang dikutip tetapi tidak mengubah isi atau maksud bahan kutipan tersebut. Jika penulis mengutip dengan cara ini maka kutipan tersebut disebut dengan kutipan tidak langsung. Kutipan tidak langsung semata-mata mementingkan isi, maksud atau jiwa bahan yang dikutip. Penulis bebas menggunakan bahasanya sendiri dan dengan cara yang dianggapnya tepat. Oleh karena itu penulisan kutipan tidak langsung tidak pernah diberi tanda kutip. Penulis sendiri yang menjelaskan segala sesuatu tentang maksud yang diperolehnya dari bahan kutipannya. Untuk menjelaskan sumbersumber kutipannya tersebut, penulis tetap berkewajiban memberi tahu sumbernya melalui catatan kaki (footnote) atau catatan akhir (endnote).
82
Contoh kutipan tak langsung: Pada salah satu tulisannya Taufik Ismail menyatakan bahwa
siswa
SLTA
di
Indonesia
tidak
pernah
diwajibkan
membaca, dalam arti siswa tersebut tidak pernah mendapatkan tugas
membaca
buku
sastra
yang
kemudian
hasil
dari
membacanya tersebut diuji dan diberi nilai. Padahal siswa setingkat Singapore
SLTA
di
misalnya,
negara
tetangga
masing-masing
kita,
Malaysia
diwajibkan
dan
membaca
sebanyak 6 judul buku selama siswa tersebut menjadi siswa.
Contoh ini menunjukkan bahwa yang dikutip ialah tulisan Taufik Ismail, tetapi dikemukakan dalam bahasa pengutip sendiri (bukan menurut bahasa Taufik Ismail). Catatan Kaki (Footnote)
Catatan kaki atau footnote adalah catatan yang dibuat di bagian kaki halaman teks. Catatan ini berfungsi sebagai penunjuk sumber yang menyatakan dari mana asal kutipan tersebut. Catatan kaki berfungsi: Memberikan keterangan tambahan tentang kebenaran sesuatu hal yang dikemukakan dalam suatu tulisan, agar supaya memudahkan pembaca mencek kebenaran pernyataan tersebut. Memberikan keterangan tambahan tentang sumber-sumber kutipan agar pembaca dapat mengetahui darimana kutipan-kutipan itu diperoleh. 83
Memberikan penjelasan tambahan, untuk memberikan tekanan atau melanjutkan uraian sesuatu pokok dalam teks tulisan, tetapi yang tidak tepat dimasukkan sebagai bagian langsung dari suatu tulisan. Catatan kaki diberi nomor kode urut sesuai dengan nomor kode kutipan. Cara pengetikan dimulai setelah baris terakhir teks naskah diberi batas tanda garis sepanjang kira-kira 14 huruf dari margin kiri. (______________) dengan jarak dua atau 1 ½ spasi. Yang harus dicantumkan pada catatan kaki adalah: a. Nama pengarang (tanpa gelar) b. Judul buku yang dikutip c. Nomor jilid buku (jika ada) d. Edisi (jika ada) e. Nama penerbit f. Tempat terbitan dan tahun terbitan g. Nomor halaman yang dikutip Catatan kaki diketik dengan jarak satu spasi, baris kedua dan seterusnya dimulai dari margin kiri. Jarak dari catatan kaki satu ke catatan kaki berikutnya mengikuti jarak spasi naskahnya yaitu 1½ atau dua spasi. Meskipun pada dasarnya ada persamaan, namun ada pula beberapa perbedaan bagaimana cara menuliskan catatan kaki antara sumber dari buku, majalah atau surat kabar, naskah yang tidak 84
dipublikasikan untuk umum atau ensiklopedi. Contoh cara penulisan catatan kaki dari beberapa sumber dapat dilihat pada contoh berikut: Sumber dari buku: 1
William A. Katz, Introduction to Reference work. Volume I Basic Information Sources. 4 edition. New York : Mc Graw-Hill, 1982. hal. 150. 2 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993. hal. 167. 3 Peter Zorkoczy, Information Technology. Terjemahan Alex Tri Kantjono W, Jakarta : Elex Media Komputindo, 1987. hal. 149. 4 Sarah R. Covey, Tujuh Kebiasaan Manusia Yang Sangat efektif (The Seven Hebits of Effective People). Jakarta: Binarupa Aksara, 1994. hal. 345. 5 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan, Suatu Pendekatan praktik. Jakarta: Samitra Media Utama, 2004. hal. 156. th
Sumber dari buku dengan editor: 1
Alan F. Fudge, ed., Laboratory Medicine: Avian and Exotic Pets (Philadelphia: Saunders, 2000), hal. 143 2 Clifford Warwick, Frederic L. Frye, and James B. Murphy, eds., Health and Welfare of Captive Reptiles (New York: Chapman and Hall, 1995), hal. 137.
Sumber dari buku dengan pengarang atau editor empat orang atau lebih: 3
Karl Garbrisch et al., eds., Atlas of Diagnostic Radiology of Exotic Pets: Small Mammals, Birds, Reptiles and Amphibians (London: Wolfe Pub., 1991), hal. 40.
85
Sumber dari buku dengan seorang pengarang dan seorang editor: 4
Geoffrey Chaucer, The Canterbury Tales, ed. Paul G. Ruggiers (Norman: University of Oklahoma Press, 1987), hal. 103.
Sumber dari buku dengan seorang pengarang dan seorang penterjemah: 5
Massimo Capula, Simon and Schuster’s Guide to Reptiles and Amphibians of the World, trans. John Gilbert (New York: Simon and Schuster, 1989), hal. 128.
Sumber dari buku dengan kumpulan tulisan: 6
Kay Ryan, ”Turtle”, dalam Literature: An Introduction to Fiction, Poetry, and Drama, 8th ed., ed. X. J. Kennedy and Dana Gioia (New York: Longman, 2002), hal. 874.
Sumber dari karya sebuah badan/institusi sebagai pengarang: 7
Sea Turtle Survival League, Florida Sea Turtle and Coastal Habitation Program: An Educator’s Guide (Gainesville, FL: Sea Turtle Survival League, 2003), hal. 5.
Sumber dari sebuah entri dalam kamus atau ensiklopedi: 8
New Encyclopedia Britannica, 15 th ed., s.v. “Turtle”.
Catatan: s.v. adalah singkatan dari sub verbo, dari bahasa Latin, yang artinya ”dibawah kata”. 86
Sumber dari jurnal: 1
Birgitta De Jong, Yvonne Andersson, and Karl Ekdahl, ”Effect of Regulation and Education on Reptile-associated Salmonellosis”, Emerging Infectious Diseases 11, no. 3 (2005): 398-403. 2
Tad Hardy, “The Tortoise and the Scare”, BioScience 38, no. 2 (1988): 76-9.
Sumber dari sebuah artikel pada surat kabar: 3
Timothy Aeppel, ”Seeking Ways to Rid Turtles of Salmonella”, Wall Street Journal, May 30, 1996, sect B: 3 (col. 1). 4
Salim, Emil. “”Peta Jalan” Pasca-Protokol Kyoto”. Kompas, 20 Oktober 2007: 7 (kol. 4-7).
Sumber dari sebuah disertasi: 5
Manjula Tiwari, “Density-Dependent Effects on Hatchling Production in the Green Turtle Nesting Population in Tortuguero, Costa Rica” (dis. Dr., University of Florida, 2004), hal. 31.
Sumber dari sebuah makalah pada kongres/ seminar/ lokakarya: 6
Padmini Srikantiah, ”An Outbreak of Salmonella Javiana Associated with Amphibian Contact” (makalah dipresentasikan pada the International Conference on Emerging Infectious Diseases, Atlanta, GA, March 25, 2002), hal. 11.
87
Sumber dari web tunggal: 7
Tricia Power, “Salmonella in Reptiles and Amphibians”, http://www.icomm.ca/dragon/ salmonella.htm (diakses 14 September 2007).
Sumber dari web yang merupakan bagian dari web lain: 8
Trudy Kuhrt, ”Trachemys Scripta”. Animal Diversity Web. University of Michigan Museum of Zoology. http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/trachemys/ t._scripta$narrative.html (diakses 14 September 2007).
Sumber dari artikel jurnal online, tetapi sebelumnya telah diterbitkan tercetak: 9
C. Levy et al., ”Reptile-Associated Salmonellosis-Selected States, 19961998”, Morbidity and Mortality Weekly Report 48 (1999), http://www.cdc.gov/mmwr/PDF/wk/mm4844.pdf (diakses 14 September 2007).
Sumber dari artikel yang diterbitkan hanya dalam publikasi online: 10
Elsie Rosner, ”Salmonellosis from a Trip to the Zoo”, Physician’s Weekly 13, no. 39 (1996), http://www.physweekly.com/archive/96/10_21_96/cu4.html (diakses 14 September 2007). 11
“Is Your Child Safe from Salmonella?” Medscape Health for Consumers, February 2000, http://cbshealthwatch.aol.com/cx/viewarticle/210245 (diakses 14 September 2007).
88
Sumber dari artikel surat kabar online yang sebelumnya diterbitkan tercetak: 12
Rick Hampson, ”Tiny Turtle Has Friends and Foes”, USA Today, April 30, 1999, http://pqasb.pqarchiver.com/USAToday/tinyturtle.htm (diakses 14 Desember 2005).
Sumber dari artikel surat kabar yang hanya diterbitkan secara online: 13
Austin Ripley, ”Salmonella and Reptile Pets”, Earth Times News Service, September 26, 2002, http://earthtimes.org/sep/healthsalmonellafromsep17_01.htm (diakses 16 Desember 2005).
Sumber dari ensiklopedia online: 14
Encyclopedia Britannica, s.v. “salmonellosis”, http://www.britannica.com/eb/ article?eu=66794 (diakses 14 September 2007).
Sumber dari sebagian buku online: 15
F. Wayne King and Russell L. Burke, eds., “Checklist of Crocodilians, Tuatara, and Turtles of the World”, dalam Crocodilian, Tuatara, and Turtle: An Online Taxonomic and Geographic Reference, dibawah “Pseudemys floridana”, http://www.flmnh.ufl.edu/natsci/herpetology/turtcroclist/chklst7.htm (diakses 16 Desember 2005).
89
ETIKA DALAM MENGGUNAKAN INFORMASI
Dalam menggunakan informasi yang kita ambil dari tulisan oang lain atau pendapat orang lain, kita harus mematuhi etika. Misalnya saja kita harus menyebutkan sumber ide yang bukan asli ide kita. Dalam karya tulis kita harus membuat sitiran (sitasi) dan mencamtumkan pustaka yang kita kutip tersebut dalam daftar pustaka. Mengutip tanpa menyebutkan sumbernya dikategorikan sebagai melakukan plagiat dan bisa dituntut secara pidana karena melanggar undang-undang tentang Hak Cipta (UU Nomor 28 Tahun 2014). Untuk menghindari plagiarisme, kita tidak boleh lupa menuliskan sumber informasi yang kita kutip. Beberapa yang perlu dituliskan subernya antara lain adalah: (1) gagasan, pendapat atau teori yang bukan asli milik kita; (2) fakta, data statistik, gambar-gambar, atau informasi yang tidak umum; (3) Kutipan baik langsung ataupun tidak langsung orang lain. LATIHAN
1. Carilah satu judul buku yang menarik bagi Anda. Buka halaman judul. Buatkan informasi pustaka dari informasi yang ada pada halaman judul tersebut. 2. Cari informasi yang ada di dalam buku tersebut. Buatlan beberapa kutipan baik kutipan langsung maupun tidak langsung dari paragraf yang Anda pilih. Buat: (a) Catatan kakinya; (b) Daftar pustakanya. 90
3. Ambil empat judul buku tambahan serta lima judul artikel jurnal ilmiah. Dari keempat buku dan kelima artikel jurnal ilmiah tersebut tambahkan kedalam daftar pustaka yang telah Anda buat.
91
MODUL 6 EVALUASI
Tahap akhir dari proses penulisan adalah evaluasi atau peilaian terhadap hasil karya tulis kita. Penilaian ini perlu untuk memastikan bahwa yang kita tulis benar-benar sesuai dengan standar penulisan dan yang paling penting adalah tulisan kita dapat dimengerti oleh pembaca. Dengan demikian maka tulisan kita menjadi media yang efektif untuk menyampaikan pesan kita kepada pembaca. Semua bagian dari tulisan kita perlu dievaluasi seperti penulisan: judul, latar belakang, tujuan, batang tubuh tulisan, penutup, bahkan sampai kepada daftar pustaka atau bibliografi atau referensi. Tulisan yang kita buat tentu ditujukan kepada pembaca. Oleh karena itu jika kita akan menilai tulisan yang kita buat, kita harus bertukar tempat dari sebagai penulis menjadi seorang pembaca. Jadi kita harus memposisikan diri sebagai pembaca. Sebagai pembaca yang akan menilai sebuah tulisan, maka pembaca tersebut harus membaca karya tulis tersebut. Kita dapat membaca karya tulis tersebut secara cepat dan tidak perlu memperbaiki tulisan apabila menemukan hal-hal yang janggal atau dianggap salah. Kita hanya perlu menandai kalimatkalimat yang kita anggap kurang pas tersebut untuk nantinya kita perbaiki. Membaca cepat tanpa diganggu dengan perbaikan tulisan sangat membantu untuk melihat apakah aliran tulisan tersebut logis 92
dan mempunyai alur yang mengalir baik. Jika kita sendiri (yang menulis) membaca tulisan kita tidak mengerti, apalagi orang lain yang sama sekali tidak tahu maksud dari tulisan kita. Setelah kita membaca tulisan tersebut sampai habis, maka tahap berikutnya kita kembali ke paragraf dan kalimat-kalimat yang sudah kita tandai sebagai kalimat atau paragraf yang janggal atau kurang baik dan memperbaikinya. Sesudah melakukan perbaikan tahap pertama, tentu saja kita harus kembali membaca (lebih mendalam) dan menandai apa yang dirasakan kurang dalam tulisan kita. Dalam melakukan evaluasi tersebut kita tetap berpatokan kepada rumus COCTUC yaitu, Clarity, Organization, Coherence, Transition, Unity, dan Conciseness. Selain batang tubuh tulisan yang harus kita evaluasi, kita juga harus memeriksa kutipan. Apakah kita sudah menuliskan kutipan tersebut sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar; apakah kita sudah menuliskan sumber kutipan. Sumber kutipan harus ditulis sesuai dengan sistem yang kita gunakan, misalnya sistem APA, MLA, ISO, Harvard, Turabian atau sistem-sistem lain yang tersedia. Kita juga harus memeriksa ulang bagian pendahuluan dan penutup. Bagian pendahuluan yang menarik akan mengundang pembaca untuk membaca lebih jauh kedalam tulisan kita. Bagian penutup yang baik akan memberikan rangkuman isi atau kesimpulan dari seluruh bagian tulisan kita. Kadang-kadang pembaca akan membaca bagian penutup 93
terlebih dahulu sebelum membaca keseluruhan karya tulis kita. Oleh karena itu seperti bagian pendahuluan yang menarik, bagian penutup yang jelas, logis dan menarik akan mengundang pembaca untuk membaca keseluruhan karya tulis kita. Contoh bagian pendahuluan yang menurut saya menarik: Pendahuluan Mengawali tulisan ini, penulis akan memberikan ilustrasi yang menggambarkan individu melakukan penyesuaian untuk bertahan akibat persaingan dan perkembangan jaman. Akhir tahun 1970an sampai tahun 1980an di jalan Suryakencana ada sebuah restoran yang paling bagus pada saat itu, setidaknya bagi kalangan mahasiswa. Namanya restoran Delima. Delima menjadi tempat “rendezvous” bagi mahasiswa kalangan “the have,” mulai dari pesta-pesta ulang tahun, pacaran, sampai pesta kelulusan mahasiswa. Tahun 1990an, Delima melebarkan sayapnya ke arah kampus baru IPB saat itu (di Darmaga) masih dengan reputasi yang sama. Namun setelah tahun 2000an reputasi Delima mulai memudar. Lama penulis tidak mendengar kiprahnya karena sudah banyak restoran yang lebih modern yang menjadi saingan Delima dan kemudian menjadi langganan penulis kalau sedang ingin makan di luar rumah bersama keluarga. Beberapa hari yang lalu di tahun 2016, penulis bersama keluarga ingin bernostagia makan di restoran Delima. Namun penulis kecewa karena Restoran Delima yang begitu hebat reputasinya itu sudah tidak ada lagi. Bangunannya diisi oleh toko asessoris yang pada saat penulis kesana sedang tutup. Dari ilustrasi ini penulis ingin menyampaikan bahwa jangan meremehkan persaingan. Kalau kita lengah menghadapi persaingan tersebut maka kita akan gulung tikar seperti nasib restoran Delima itu. Nasib yang sama dialami juga oleh “Singapore Backery” yaitu sebuah pabrik roti terkenal di jamannya, juga di Bogor, yang pada saat ini sudah tidak ada lagi. Disadari atau tidak, bidang perpustakaan sekarang ini menghadapi persaingan yang tidak ringan didalam melayani kebutuhan informasi para pemustaka. Hal yang paling dirasakan adalah para pemustaka mulai berpaling ke internet, khususnya google, ketika mereka memerlukan informasi. Apakah nasib perpustakaan tersebut akan sama seperti Delima dan Singapore Backery yang penulis ilustrasikan tadi? Kalau tidak ingin bernasib sama dengan Delima dan Singapore Backery ini maka perpustakaan harus berbenah diri melakukan perubahan mengikuti trend yang terjadi di masyarakat. Perpustakaan harus bisa menyediakan informasi “senyaman” layanan yang diberikan oleh “google” dan sejenisnya. Persepsi dari masyarakat, termasuk ahli IT, terhadap sistem informasi juga tidak kalah ancaman bahayanya bagi profesi pustakawan. Beberapa tahun yang lalu ketika penulis terlibat dalam pendirian program studi teknologi informasi untuk perpustakaan, penulis mendapatkan penolakan dari doktor-doktor muda ahli IT. Apa yang mereka katakan? Mereka mengatakan seperti ini: “perpustakaan pada saat ini sudah tidak diperlukan lagi. Buatkan saja sistem aplikasi, maka urusan perpustakaan sudah selesai”. Apakah betul demikian? Maka kita sebagai pustakawan yang harus bisa menjawab. Jika kita tidak mampu menjawab tantangan itu, maka nasib perpustakaan akan sama dengan Restoran Delima dan Singapore Backery tadi yaitu mati karena tidak mampu menjawab tantangan jaman serta tantangan para pemustaka sebagai pelanggan utamanya.
94
Bagian penutup yang menurut saya cukup bagus adalah seperti berikut: Penutup Tantangan baru teknologi informasi khususnya untuk para penyedia informasi adalah bagaimana menyalurkan informasi dengan cepat, tepat, dan global. Perpustakaan sebagai salah satu penyedia informasi yang keberadaannya sangat penting di dunia informasi, mau tak mau harus memikirkan bentuk yang tepat untuk menjawab tantangan ini. Salah satunya mewujudkan digital library yang terhubung dengan jaringan komputer. Pengembangan perpustakaan digital atau digital library bagi tenaga pengelola perpustakaan dapat membantu pekerjaan di perpustakaan melalui fungsi sistem otomasi perpustakaan, sehingga proses pengelolaan perpustakaan lebih efektif dan efisien. Sedangkan bagi pengguna perpustakaan dapat membantu mencari sumbersumber informasi yang diinginkan dengan menggunakan online catalogue yang dapat diakses melalui internet sehingga pencarian informasi dapat dilakukan pada waktu kapanpun dan dari manapun.
Jika Anda merasa tulisan Anda sudah baik, mintalah teman Anda membaca tulisan Anda dan mintalah menandai bagian-bagian yang menurut teman Anda tidak dimengerti atau janggal atau kurang baik. Perbaiki kembali kekurangan-kekurangan tersebut sampai Anda merasa bahwa tulisan Anda tersebut sudah cukup baik untuk disampaikan kepada yang berkepentingan (misalnya penerbit jika akan diterbitkan; dosen pembimbing jika tulisan Anda merupakan draft tugas akhir; dan lain-lain). BEBERAPA PERTANYAAN YANG DAPAT DIAJUKAN DALAM RANGKA MENGEVALUASI TULISAN
Dalam melakukan evaluasi tulisan kita dapat mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab oleh tulisan kita. Pertanyaan tersebut antara lain: 95
Pertanyaan untuk bagian pendahuluan
1. Siapa target pembaca tulisan kita? 2. Apa tujuan penulisan karya tulis kita? (Menyanggah atau mendukung teori, menyampaikan opini/ pendapat, menyampaikan fakta, temuan, analisis, dan lain-lain). 3. Bagaimana latar belakang tulisan kita? Apakah cukup detail sehingga cukup jelas memberikan pemahaman terhadap persoalan yang diajukan? 4. Bagaimanakah kerangka tulisan kita? Lihat daftar isinya, apakah kerangka tulisan yang tercermin dari daftar isi tersebut ditulis secara logis? Pertanyaan untuk bagian batang tubuh tulisan
1. Apakah isinya sudah cukup lengkap dan menjawab tujuan? 2. Apakah ide-ide utama yang mendasar sudah tertulis semuanya? Apakah ide-ide pendukung sudah cukup lengkap? Apakah pertanyaan/ persoalan yang perlu dijawab sudah tertampung semuanya? 3. Apakah ada temuan atau fakta-fakta baru yang disampaikan? 4. Bagaimana contoh-contoh yang disajikan, apakah sudah cukup mewakili? 5. Apakah dari tulisan tersebut ada fakta atau pertanyaan yang belum terjawab sehingga harus ada kajian lebih lanjut?
96
6. Apakah semua hal yang ditulis sudah relevan dengan topik atau rumusan masalah yang kita buat, dan kita sudah menyingkirkan halhal yang tidak relevan dari tulisan kita? 7. Apakah ada pernyataan yang tidak berdasar? Pertanyaan untuk bagian penutup
1. Apakah bagian penutup menampilkan kembali tujuan tulisan (untuk mengingatkan)? 2. Apakah seluruh bagian tulisan sudah terangkum (terwakili) dalam bagian penutup? 3. Apakah kesimpulan yang disampaikan merupakan kesimpulan yang tuntas atau menyisakan rumusan masalah baru yang perlu dijawab dengan kajian baru? 4. Apakah ada hubungan (benang merah) antara pendahuluan, batang tubuh dan penutup dari tulisan kita? Khusus masalah plagiarisme, jika kita menuliskan semua pendapat orang lain baik yang disampaikan secara lisan, apalagi yang dikutip dari tulisan, maka hendaknya kita mencantukan sumber kutipannya secara benar sesuai dengan sistem yang kita gunakan. Sepanjang kita taat kepada aturan pengutipan, maka kita akan terhindar dari persoalan-persoalan plagiarisme. Pada akhirnya perlu disampaikan bahwa setiap jenis tulisan mempunyai aturan dan format yang berbeda-beda. Misalnya aturan dan 97
format tulisan berupa tesis akan berbeda dengan tulisan berupa artikel majalah ilmiah, dan tentunya berbeda dengan aturan dan format tulisan berupa buku teks. Oleh karena itu dalam menulis kita hendaknya mengikuti aturan dan format sesuai dengan tulisan yang akan kita buat. LATIHAN
1. Dari tulisan yang sudah selesai Anda tulis, bacalah dan buatkan catatan-catatan kesalahan yang Anda temukan. 2. Perbaiki kesalahan-kesalahan tersebut dan bacalah kembali. Buat kembali catatan yang menurut Anda masih perlu diperbaiki. Mintalah teman untuk membaca dan menandai tulisan Anda yang menurut teman Anda kurang tepat/janggal. Bandingkan apakah catatan yang Anda buat dengan yang teman Anda buat terjadi perbedaan yang sangat tajam. Pelajarilah di bagian mana yang menjadi kelemahan Anda. Perbaiki dan berlatihkan terus menerus sampai Anda menjadi mahir.
98
DAFTAR BACAAN Dahlan, A. (2014). Definisi Masalah dan Jenis-Jenis Masalah Dalam Penelitian. Retrieved January 02, 2017, from EUREKA PENDIDIKAN: http://www.eurekapendidikan.com/2015/09/definisimasalah-dan-jenis-jenis-dalam-penelitian.html Diao, A. L., Gunawan, A. W., Aruan, D., & Kusuma, S. (2010). Literasi Informasi: Tujuh langkah knowledge management. Jakarta: Universitas Atmajaya. Muljono, P. (2012). Metodologi penelitian sosial. Bogor: IPB Press. Saleh, A., & Sujana, J. (2009). Pengantar Kepustakaan. Jakarta: Sagung Seto.
99