DISTRIBUSI Fe, Zn, DAN Cu DALAM GAMBUT BERDASARKAN JARAK DARI BATANG POHON KELAPA SAWIT, UMUR TANAMAN, DAN TUTUPAN LAHAN PADA MUSIM KEMARAU
SITI HAJAR
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Distribusi Fe, Zn, dan Cu dalam Gambut berdasarkan Jarak dari Batang Pohon Kelapa Sawit, Umur Tanaman, dan Tutupan Lahan pada Musim Kemarau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2016 Siti Hajar NIM A14120058
ABSTRAK SITI HAJAR. Distribusi Fe, Zn, dan Cu dalam Gambut berdasarkan Jarak dari Batang Pohon Kelapa Sawit, Umur Tanaman, dan Tutupan Lahan pada Musim Kemarau. Dibimbing oleh SUPIANDI SABIHAM dan HERU BAGUS PULUNGGONO. Miskinnya unsur hara pada lahan gambut menjadi sebuah kendala dalam pemanfaatan pengembangan pertanian, khususnya untuk perkebunan kelapa sawit. Pemupukan dilakukan untuk menambah konsentrasi unsur hara pada lahan gambut, diantaranya unsur mikro yang ketersediaannya rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari distribusi unsur hara Fe, Zn, dan Cu pada profil gambut baik secara vertikal maupun horizontal pada musim kemarau. Variabel yang diamati yaitu jarak dari batang pohon kelapa sawit, kedalaman gambut, ketebalan gambut, umur tanaman kelapa sawit, dan perbedaan tutupan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi Fe, Zn, dan Cu semakin tinggi dengan bertambahnya jarak dari batang pohon. Kedalaman 25-50 cm mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan kedalaman 0-25 cm. Berdasarkan ketebalan gambut, konsentrasi Fe, Zn, dan Cu di gambut >3 m lebih tinggi dibandingkan gambut <3 m. Berdasarkan umur kelapa sawit, konsentrasi tertinggi ada pada pertanaman 6-15 tahun. Konsentrasi unsur Fe, Zn, dan Cu pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan dengan musim hujan. Konsentrasi Fe, Zn, dan Cu pada musim kemarau berturut-turut sebesar 1361,88 mg/kg, 25,81 mg/kg, dan 11,58 mg/kg. Kata kunci: distribusi, hara, kedalaman, ketebalan, umur ABSTRACT SITI HAJAR. Distribution of Fe, Zn, and Cu in Peat based on Distance from Oil Palm Tree Trunk, Plant Age, and Land Cover on Dry Season. Supervised by SUPIANDI SABIHAM and HERU BAGUS PULUNGGONO. The lack of nutrients in the peat become an obstacle for the development of agriculture, especially for utilization of oil palm plantations. Fertilization was done to increase the concentration of nutrients in the peat such as the micro nutrients that have low availability. This research aimed to study of the distribution of nutrients Fe, Zn, and Cu in peat profiles either vertically or horizontally on the dry season. The variables measured the distance from the tree trunk, peat depth, peat thicknees, age of oil palm, and differences in land cover. The results showed that the concentration of Fe, Zn, and Cu have higher by increasing distance from the tree trunk. The depth of 25-50 cm has higher concentration of Fe, Zn, and Cu than the depth of 0-25 cm. Based on the thickness of the peat, the concentration of Fe, Zn, and Cu in peat are higher in >3 m of peat thickness than that in <3 m of peat thickness. Based on the age of the plant, the highest concentration of Fe, Zn, and Cu in plant age 6-15 years. The concentration of the nutrients Fe, Zn, and Cu in the dry season is higher than in the rainy season. Concentration Fe, Zn, and Cu in the dry season is 1361,88 mg/kg, 25,81 mg/kg, and 11,58 mg/kg respectively. Keywords: distribution, nutrients, depth, thickness, age
DISTRIBUSI Fe, Zn, DAN Cu DALAM GAMBUT BERDASARKAN JARAK DARI BATANG POHON KELAPA SAWIT, UMUR TANAMAN, DAN TUTUPAN LAHAN PADA MUSIM KEMARAU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Distribusi Fe, Zn, dan Cu dalam Gambut berdasarkan Jarak dari Batang Pohon Kelapa Sawit, Umur Tanaman, dan Tutupan Lahan pada Musim Kemarau” ini berhasil diselesaikan. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada ayah, ibu, adik, dan keluarga yang selalu memberikan do’a dan dukungannya selama ini. Terimakasih juga kepada Direktorat Pendidikan Tinggi (Beasiswa Bidikmisi) atas bantuan biaya pendidikan yang diberikan. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: 1. Prof Dr Ir Supiandi Sabiham, MAgr selaku dosen pembimbing I yang senantiasa memberikan ilmu, motivasi, dan arahan selama penelitian hingga penulisan skripsi. 2. Ir Heru Bagus Pulunggono, MAgr selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi. 3. Dr Ir Syaiful Anwar, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk penulisan skripsi yang lebih baik. 4. PT. Kimia Tirta Utama atas bantuan dan kerjasamanya. 5. Mimien Harianti, Fuadi Irsan, Begum Shahiba, dan Santun David Siagian atas dukungan dan bantuannya selama penelitian. 6. Seluruh staf laboratorium dan staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 7. Affan Chahyahusna sebagai teman penelitian. 8. Syafitri Indriaswari, Inez Havirza, dan Violeta Ekanjani sebagai tim penelitian gambut. 9. Teman-teman yang telah membantu selama penelitian dan penulisan skripsi khususnya Nandia Berlita Laturiuw, Sufiah Siti Nurjannah, Rani Juniarti, Fairus Nur Affifah, Sumira, Puji Lestari Ningsih, Chaterina Theresia Hasibuan, Muhamad Wahyudi, Nur Fajria, Ajiz Saidul Hamzah, Tedhi Dana Pamuji, dan Ika Mustika. 10. Teman-teman Ilmu Tanah angkatan 49 atas kebersamaan dan dukungannya selama perkuliahan dan penelitian. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2016 Siti Hajar
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Tanah Gambut
2
Pembentukan Gambut
2
Karakteristik Gambut
3
Unsur Hara Mikro
3
Kelapa Sawit
4
METODE
5
Waktu dan Tempat
5
Alat dan Bahan
5
Metode
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan jarak dari batang
6
Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan kedalaman contoh
7
Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan ketebalan gambut
8
Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan umur tanaman kelapa sawit 9 Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan tutupan lahan
10
Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan musim
10
SIMPULAN DAN SARAN
11
Simpulan
11
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
17
RIWAYAT HIDUP
22
DAFTAR TABEL 1
Lokasi yang mewakili tutupan lahan kelapa sawit dan ketebalan gambut
6
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7
Pengambilan contoh tanah gambut berdasarkan jarak dari batang dan kedalaman contoh Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan jarak dari batang Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan kedalaman contoh Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan ketebalan gambut Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan umur tanaman kelapa sawit Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan tutupan lahan Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan musim
6 7 8 9 9 10 11
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
3 4 5 6 7 8 9
Peta Kebun PT. Kimia Tirta Utama Data pemupukan unsur mikro berdasarkan jenis pupuk dan kandungan hara yang hanya diberikan mulai tahun 2011 sampai dengan 2012 Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan jarak dari batang Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan kedalaman contoh Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan ketebalan gambut Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan umur tanaman kelapa sawit Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan tutupan lahan Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total pada musim kemarau Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total pada musim hujan
17 18
19 19 19 19 19 20 21
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan suatu ekosistem spesifik yang selalu tergenang air. Fungsi lahan gambut antara lain berupa fungsi ekonomi, pengatur hidrologi, lingkungan, budaya, dan keragaman hayati. Lahan gambut disusun oleh sisa-sisa vegetasi yang terakumulasi dalam waktu yang cukup lama. Indonesia merupakan negara yang memiliki areal gambut terluas di zona tropis, yakni mencapai 70% (Wahyunto dan Subiksa 2011). Luas lahan gambut Indonesia yaitu sekitar 14,9 juta hektar yang merupakan terbesar ke empat di dunia setelah Kanada, Rusia, dan Amerika Serikat (BBSDLP 2011). Lahan mineral yang semakin terbatas dan kenaikan penduduk yang semakin tinggi menyebabkan pemanfaatan lahan gambut semakin pesat. Salah satu pemanfaatan di lahan gambut yang sedang berkembang pesat yaitu pemanfaatan untuk perkebunan berupa kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang banyak ditanam di lahan gambut, baik dalam bentuk perkebunan rakyat (small holder) maupun perkebunan besar (negara dan swasta). Tanaman kelapa sawit membutuhkan air, suhu hangat, dan sinar matahari yang cukup untuk memaksimalkan hasil produksi. Indonesia merupakan negara yang memiliki suhu tropis yang sangat cocok untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit. Lahan gambut merupakan lahan yang tergolong marginal baik untuk tanaman pangan, hortikultura maupun tanaman perkebunan. Menurut Dariah et al (2014), karakteristik gambut sangat ditentukan oleh ketebalan gambut, substratum (lapisan tanah mineral di bawah gambut), kematangan, dan tingkat pengayaan, baik dari luapan sungai di sekitarnya maupun pengaruh dari laut khususnya untuk gambut pantai (keberadaan endapan marin). Pengembangan perkebunan kelapa sawit di lahan gambut tidak terlepas dari pemupukan karena unsur hara yang rendah pada lahan gambut. Pemupukan dilakukan untuk meningkatkan produksi dengan keuntungan ekonomi yang maksimal. Tingkat ketersediaan hara dalam tanah mencerminkan tingkat kesuburan tanah dan berkolerasi positif dengan hasil tanaman. Oleh karena itu, analisis unsur hara sangat diperlukan untuk mengetahui kebutuhan unsur hara yang akan diberikan melalui pemupukan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari distribusi unsur hara Fe, Zn, dan Cu pada profil gambut baik secara vertikal maupun horizontal pada musim kemarau.
2
TINJAUAN PUSTAKA Tanah Gambut Lahan gambut merupakan lahan yang memiliki lapisan tanah yang kaya dengan bahan organik. Dalam soil taxonomy, tanah gambut dikelompokkan ke dalam ordo Histosol yang artinya jaringan. Berbeda dengan tanah mineral, tanah gambut mempunyai kandungan C-organik >18% yang terdapat pada kedalaman 50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karena itu, lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa (swamp) atau daerah cekungan yang drainasenya buruk. Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai. Pembentukan tanah gambut merupakan proses geogenik yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh proses deposisi dan transportasi, berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral yang pada umumnya merupakan proses pedogenik (Sufardi et al 2013). Pembentukan Gambut Pembentukan gambut diduga terjadi pada periode Holosen antara 10.000– 5.000 tahun silam. Pada periode Pleistosen (periode sebelum Holosen), permukaan laut berada kira-kira 60 meter di bawah permukaan laut sekarang. Peningkatan suhu global yang terjadi sekitar 10.000 tahun silam mengakibatkan lapisan es di daerah kutub mencair sehingga secara pelan-pelan terjadi peningkatan muka air laut (Dheeradilok 1987 dalam Noor 2001). Pembentukan gambut di Indonesia terjadi antara 6.800–4.200 tahun yang silam dimana pencairan es menyebabkan peningkatan muka air laut dan Paparan Sunda tergenang oleh air membentuk rawa-rawa. Vegetasi yang ada menjadi terbenam dan mati, kemudian mengalami proses dekomposisi secara lambat sehingga bahan organik terakumulasi. Transportasi bahan-bahan tanah dari pegunungan atau daerah bagian hulu menuju ke arah laut mengakibatkan terbentuknya dataran pantai (regresi) dan garis pantai mengalami pergeseran (transgesi) menjorok lebih ke laut. Dataran pantai yang terbentuk umumnya berupa cekungan sehingga sisasisa tumbuhan yang umumnya adaptif seperti tanaman air, pakis, dan bakau tertimbun secara berlapis-lapis dan hampir tidak mengalami perombakan. Secara bertahap dalam kurun waktu yang panjang, timbunan sisa tumbuhan-tumbuhan ini menjadi lantai hutan gambut. Semakin tinggi wilayah permukaan laut, semakin tua umur hasil timbunan gambutnya. Menurut Chimner dan Ewel dalam Fahmi dan Radjagukguk (2013), laju penimbunan gambut di daerah tropika relatif lebih cepat daripada daerah beriklim sedang. Gambut di daerah tropika tersusun dari bahan berkayu yang kaya lignin sehingga pembaharuannya berjalan lambat. Apabila terjadi degradasi, kerusakan yang terjadi hampir tidak dapat terpulihkan.
3 Karakteristik Gambut Gambut di Indonesia berasal dari kayu-kayuan sehingga kaya akan kandungan lignin dan selulosa. Tingkat kematangan gambut terdiri dari fibrik, hemik, dan saprik. Fibrik adalah gambut yang bahan organiknya masih belum terlalu terdekomposisi dan dicirikan dengan masih terlihatnya sifat-sifat dari jaringan tanaman penyusunnya. Saprik adalah gambut yang bahan organiknya telah terdekomposisi lanjut. Hemik adalah gambut yang tingkat dekomposisi bahan organiknya antara fibrik dan saprik. Berdasarkan kadar air, Ratmini (2012) menyatakan bahwa kadar air tanah gambut berkisar 100-1.300% dari berat keringnya (13 kali bobotnya). Hal ini menunjukkan bahwa kadar air gambut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanah mineral yang kemampuan menyerap airnya hanya berkisar 20-35% bobot keringnya. Sifat lain dari gambut yaitu porositas yang tinggi dan bobot isi (BI) yang rendah. Total volume porositas berkisar 88-90%, sedangkan BI gambut di lapisan permukaan berkisar 0,14-0,17 g/cc (Andriesse 1994 dalam Wahyunto et al 2013). Dariah et al (2012) menunjukkan besarnya pengaruh tingkat kematangan gambut terhadap besarnya BI gambut yaitu semakin matang gambut, rata-rata BI gambut menjadi lebih tinggi. Sifat kimia tanah gambut bisa dilihat dari kemasaman tanah (pH), kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), dan ketersediaan unsur hara makro dan mikro. Kemasaman tanah gambut tropis umumnya tinggi (pH 3-5). Asam organik memberikan kontribusi nyata terhadap rendahnya pH tanah gambut. KTK pada tanah gambut cukup tinggi berkisar 115-270 cmol+/kg, sedangkan kejenuhan basa (KB) tanah gambut umumnya rendah pada kisaran 5,413% dengan rasio C/N tinggi yaitu 24-33,4 (Suhardjo dan Adhi 1976 dalam Nurhayati et al 2014). Kandungan basa-basa yang rendah disertai dengan nilai kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi menyebabkan ketersediaan basa-basa menjadi rendah (Hartatik et al 2011). Unsur Hara Mikro Pertumbuhan tanaman yang baik tergantung dari gabungan faktor lingkungan yang seimbang dan menguntungkan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terdiri dari cahaya, tunjangan mekanik, suhu, udara, air, dan unsur hara. Apabila salah satu faktor tidak seimbang dengan faktor lainnya, maka faktor itu dapat menekan atau menghentikan pertumbuhan tanaman. Kemampuan tanah menyediakan unsur hara bagi tanaman merupakan persoalan utama dalam produksi tanaman. Unsur hara tanaman terdiri dari unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara mikro merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit. Tanah gambut mengandung unsur hara mikro yang sangat rendah dan diikat cukup kuat (khelat) oleh bahan organik sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Selain itu, adanya kondisi reduksi yang kuat menyebabkan unsur hara mikro direduksi ke bentuk yang tidak dapat diserap tanaman (Hartatik et al 2011). Unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman antara lain Fe, Zn, Cu, Mn, B, Mo, dan Cl. Unsur hara mikro bukan berarti kurang penting dibandingkan unsur hara makro, tetapi hanya diperlukan dalam jumlah sedikit. Tiga keadaan tanah yang
4 menyebabkan unsur hara mikro menjadi penghambat yaitu tanah berpasir, tanah organik, dan tanah sangat alkalin. Unsur hara mikro mempunyai fungsi antara lain Fe dan Zn berperan dalam pembentukan klorofil. Unsur Cu merupakan penyusun dari berbagai enzim. Apabila kekurangan unsur Fe dan Zn akan menyebabkan tanaman menjadi khlorosis, sedangkan kekurangan unsur Cu menyebabkan terganggunya sintesis protein. Kelapa Sawit Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia, luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang hidup di daerah tropis dan mampu tumbuh baik pada suhu optimum antara 29-30o C. Menurut Darmosarkoro et al (2001), apabila ditinjau dari kebutuhan airnya, kelapa sawit dapat tumbuh baik pada lahan dengan curah hujan yang cukup (1.750-3.000 mm/tahun) dengan penyebaran hujan yang merata sepanjang tahun dan tidak mengalami bulan kering (curah hujan <60 mm). Curah hujan optimum yang dikehendaki tanaman ini adalah antara 2.000-2.500 mm pertahun dengan distribusi hujan merata sepanjang tahun tanpa ada bulan kering yang berkepanjangan. Kondisi lahan ideal untuk kelapa sawit adalah tanah yang subur dan gembur, pH antara 5,0-5,5, kedalaman efektif yang dalam tanpa ada lapisan padas, serta kelerengan antara 0-15% (Setyamidjaja 1993). Ketinggian tempat yang dikehendaki tanaman kelapa sawit adalah antara 0-400 m di atas permukaan laut (Sugiyono et al 2003). Pada ketinggian 600 m di atas permukaan laut, kelapa sawit masih dapat tumbuh dengan laju pertumbuhan yang lambat dan produksi yang lebih rendah. Keberhasilan pengusahaan kelapa sawit berkaitan erat dengan tingkat produksi yang dapat dicapai. Tingkat produksi yang dapat dicapai ditentukan oleh potensi genetik bahan tanaman, potensi lahan, dan tingkat pengelolaan pertanaman. Tanaman kelapa sawit banyak terdapat di tanah-tanah yang memiliki tingkat kesuburan fisik dan kimia yang rendah. Pemupukan dapat mendukung produktivitas tanaman kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena kelapa sawit tergolong tanaman yang konsumtif terhadap unsur hara. Pemupukan pada kelapa sawit harus mempertimbangkan banyak faktor, diantaranya jumlah hara yang diserap tanaman, hara yang dikembalikan, hara yang hilang dari zona perakaran, hara yang terangkut panen, serta kemampuan tanah menyediakan hara (Arsyad et al 2012). Pemupukan di dalam piringan kelapa sawit merupakan praktek yang sangat umum dijumpai di perkebunan rakyat maupun perusahaan. Pupuk dan amelioran disebar di sekitar batang (piringan) sejak bibit mulai ditanam hingga umur produksi. Pemupukan dilakukan untuk memberikan unsur tersedia bagi perakaran tanaman (Marwanto et al 2012). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan (2015), luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah 10.754.801 ha dan 2.290.736 ha berada di Provinsi Riau. Total produksi kelapa sawit Indonesia sebesar 5.855.638 ton. Sejak tahun 2006, Indonesia tercatat sebagai negara produsen sawit terbesar di dunia. Total produksi sawit Indonesia menyumbang sekitar 45% dari produksi sawit dunia (Badrun 2010 dalam Wahyunto et al 2013). Meningkatnya permintaan minyak sawit dunia mendorong peningkatan produksi terutama dalam
5 bentuk minyak sawit mentah (Crude Palm Oil). Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan dan devisa negara, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku dalam negeri, mendorong pengembangan wilayah, serta mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Oktober 2015 sampai dengan Februari 2016. Data musim hujan digunakan sebagai data perbandingan musim yang diperoleh dari data Siagian (2016). Pengambilan contoh tanah gambut musim hujan dilakukan pada akhir bulan Januari sampai dengan awal Februari 2015, sedangkan musim kemarau pada akhir bulan Juli sampai dengan awal Agustus 2015. Tempat pengambilan contoh tanah gambut adalah di perkebunan kelapa sawit PT. Kimia Tirta Utama, Siak, Riau. Contoh tanah gambut diambil oleh Mimien Harianti (Mahasiswa S3 IPB). Peta kebun PT. Kimia Tirta Utama secara lengkap disajikan pada Lampiran 1. Alat dan Bahan Analisis tanah gambut dilakukan di laboratorium yang terdiri dari analisis Fe total, Zn total, dan Cu total. Metode yang digunakan yaitu metode pengabuan basah. Analisis menggunakan bahan HClO4 dan HNO3 . Alat yang digunakan yaitu alat destruksi dan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Pupuk yang diberikan terdiri dari FeSO4 , ZnSO4 , dan CuSO4 . Data pemupukan unsur mikro diperoleh dari kantor manajemen PT. Kimia Tirta Utama yang disajikan pada Lampiran 2. Adapun analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dalam bentuk grafik dan dipaparkan pada bagian hasil dan pembahasan. Metode Pengambilan contoh tanah gambut dilakukan pada beberapa blok di lahan gambut. Contoh tanah gambut diambil dari sekitar perakaran (rhizosfer) kelapa sawit. Adapun variabel yang diamati yaitu berdasarkan jarak dari batang pohon kelapa sawit, kedalaman gambut, ketebalan gambut, umur tanaman, dan tutupan lahan. Jarak dari batang pohon terdiri dari jarak 1 m, 2 m, dan 3 m. Kedalaman gambut terdiri dari 0-25 cm dan 25-50 cm. Ketebalan gambut terdiri dari <3 m dan >3 m. Umur tanaman kelapa sawit terdiri dari umur <6 tahun, 6-15 tahun, dan >15 tahun. Tutupan lahan terdiri dari kelapa sawit, hutan, dan semak.
6 Lokasi pengambilan contoh tanah gambut disajikan pada Tabel 1, sedangkan titik pengambilan contoh tanah gambut yang terpilih masing-masing disajikan pada Gambar 1. Tabel 1. Lokasi yang mewakili tutupan lahan kelapa sawit dan ketebalan gambut No Tutupan Lahan Tebal Gambut (m) Lokasi Transek 1 Kelapa sawit <6 tahun <3 L7 2 Kelapa sawit <6 tahun >3 L7 3 Kelapa sawit 6-15 tahun <3 OK 19 4 Kelapa sawit 6-15 tahun >3 OK 25 5 Kelapa sawit >15 tahun <3 OK 24 6 Kelapa sawit >15 tahun >3 K 23
Modifikasi oleh Heru Bagus Pulunggono
Gambar 1. Pengambilan contoh tanah gambut berdasarkan jarak dari batang dan kedalaman contoh
HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan jarak dari batang Konsentrasi rataan Fe, Zn, dan Cu total pada musim kemarau paling tinggi berada pada jarak 3 m dari batang pohon kelapa sawit. Gambar 2 dan Lampiran 3 menunjukkan bahwa pada jarak tersebut, konsentrasi Fe sebesar 1592,41 mg/kg, Zn sebesar 29,94 mg/kg, dan Cu sebesar 13,67 mg/kg. Secara keseluruhan, distribusi unsur hara Fe, Zn, dan Cu meningkat dengan semakin bertambahnya jarak dari batang pohon. Berbeda dengan musim kemarau, konsentrasi Fe, Zn, dan Cu total pada musim hujan cenderung lebih tinggi pada jarak 2 m (Siagian 2016).
7 Hal ini disebabkan karena pengaruh dari pemberian pupuk secara manual yang biasanya dilakukan di jarak 2 m. (a)
(b)
1600
(c)
30
30
25
25
20
20 mg/kg
mg/kg
mg/kg
1200
15
800
15
10
10
5
5
400
0
0
0 1m
2m
Kemarau
3m Hujan
1m
2m
Kemarau
3m Hujan
1m
2m
Kemarau
3m Hujan
Gambar 2. Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan jarak dari batang Unsur Fe, Zn, dan Cu total lebih tinggi pada jarak 3 m ini sesuai dengan sebaran akar pada kelapa sawit. Akar sangat vital sebagai organ penyerap unsur hara secara selektif pada tanaman. Semakin jauh jarak dari batang maka akar semakin sedikit, sehingga unsur hara yang diserap oleh tanaman pun sedikit. Hal ini menyebabkan unsur hara yang ada pada tanah gambut menjadi lebih tinggi. Pada kebun kelapa sawit di tanah mineral, akar tumbuh ke arah horisontal hingga >4,5 m dan terkonsentrasi pada kedalaman 30 cm (Harahap 1999). Berdasarkan hasil penelitian Marwanto et al (2013), kerapatan akar di dekat batang kelapa sawit memiliki nilai tertinggi dan kemudian menurun secara gradual dengan bertambahnya jarak dari batang. Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan kedalaman contoh Konsentrasi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan kedalaman contoh menunjukkan bahwa konsentrasi tertinggi pada musim kemarau berada pada kedalaman 25-50 cm. Berbeda halnya dengan musim kemarau, pada musim hujan cenderung lebih tinggi pada kedalaman 0-25 cm. Berdasarkan Gambar 3 dan Lampiran 4, konsentrasi Fe, Zn, dan Cu musim kemarau pada kedalaman 0-25 cm berturut–turut sebesar 1195,29 mg/kg, 22,42 mg/kg, dan 10,45 mg/kg, sedangkan pada kedalaman 25-50 cm berturut-turut sebesar 1528,46 mg/kg, 29,19 mg/kg, dan 12,72 mg/kg.
8 (a)
(b) 35
14
1400
30
12
25
10
20
8
mg/kg
1000 800 600
mg/kg
1600
1200 mg/kg
(c)
15
6
10
4
200
5
2
0
0
400
0-25 cm Kemarau
25-50 cm Hujan
0 0-25 cm Kemarau
25-50 cm Hujan
0-25 cm
25-50 cm
Kemarau
Hujan
Gambar 3. Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan kedalaman contoh Konsentrasi hara yang lebih tinggi pada lapisan atas disebabkan karena pemberian pupuk di dalam piringan dilakukan dengan cara ditebar di permukaan tanah sehingga menyebabkan perbedaan tingkat konsentrasi di kedua lapisan. Sementara itu, konsentrasi hara yang lebih tinggi pada lapisan bawah diduga karena serapan unsur hara oleh tanaman yang lebih tinggi pada lapisan atas. Hal ini disebabkan karena akar yang berfungsi menyerap hara di lapisan atas berjumlah lebih banyak dibandingkan di lapisan bawah. Selain itu, pencucian (leaching) ke arah vertikal menyebabkan unsur hara terdistribusi ke bawah lapisan gambut. Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan ketebalan gambut Secara umum, konsentrasi unsur hara mikro pada musim kemarau dan hujan di gambut dengan ketebalan <3 m lebih rendah dibandingkan gambut dengan ketebalan >3 m. Gambar 4 dan Lampiran 5 menunjukkan bahwa konsentrasi ratarata Fe pada musim kemarau di gambut <3 m sebesar 706,96 mg/kg, Zn sebesar 24,50 mg/kg, dan Cu sebesar 11,61 mg/kg. Sementara itu, konsentrasi Fe pada gambut >3 m sebesar 2016,79 mg/kg, Zn sebesar 27,12 mg/kg, dan Cu sebesar 11,55 mg/kg. Menurut Ratmini (2012), konsentrasi hara semakin rendah dengan semakin meningkatnya ketebalan gambut. Hal ini sesuai dengan konsentrasi unsur Cu musim kemarau yang menunjukkan bahwa konsentrasinya lebih tinggi pada gambut <3 m dibandingkan dengan gambut >3 m. Konsentrasi hara semakin rendah dengan semakin meningkatnya ketebalan gambut berkaitan dengan kemampuan akar tanaman untuk mencapai tanah mineral dibawahnya. Akar akan menyerap hara dan meredistribusikannya melalui daun yang gugur ke permukaan tanah. Konsentrasi unsur hara yang lebih besar pada gambut >3 m diduga diakibatkan karena lebih rendahnya serapan hara oleh tanaman. Selain itu, adanya akumulasi residu yang lebih banyak pada gambut >3 m menyebabkan konsentrasi hara lebih banyak di gambut >3 m dibandingkan dengan gambut <3 m.
9 (b)
(c)
30
30
2000
25
25
20
20
1500 1000 500
mg/kg
2500
mg/kg
mg/kg
(a)
15
15
10
10
5
5
0
0 <3 m Kemarau
0 <3 m
>3 m
Kemarau
Hujan
>3 m
<3 m
Hujan
>3 m
Kemarau
Hujan
Gambar 4. Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan ketebalan gambut Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan umur tanaman kelapa sawit Konsentrasi unsur Fe, Zn, dan Cu pada gambut di pertanaman kelapa sawit umur 6-15 tahun cenderung lebih besar dibandingkan dengan di pertanaman kelapa sawit umur <6 tahun dan >15 tahun. Rendahnya konsentrasi unsur hara Fe, Zn, dan Cu di pertanaman kelapa sawit yang berumur <6 tahun disebabkan karena tidak diberikan pupuk FeSO4 , ZnSO4 , dan CuSO4 . Rendahnya konsentrasi unsurunsur tersebut di pertanaman kelapa sawit yang berumur >15 tahun, diduga karena serapan hara yang tinggi. Konsentrasi di lahan pertanaman masing-masing umur kelapa sawit disajikan pada Gambar 5 dan Lampiran 6. (a)
(b)
1200
mg/kg
mg/kg
1600
800 400 0
35
35
30
30
25
25
20
20
mg/kg
2000
(c)
15 10
10
5
5 0
0 <6 tahun 6-15 tahun >15 tahun
Kemarau
Hujan
15
<6 tahun 6-15 tahun >15 tahun
Kemarau
Hujan
<6 tahun 6-15 tahun >15 tahun
Kemarau
Hujan
Gambar 5. Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan umur tanaman kelapa sawit Tingginya konsentrasi hara pada pertanaman umur 6-15 tahun disebabkan karena pada umur tersebut, kelapa sawit sedang dalam masa produktif dan
10 membutuhkan unsur hara lebih banyak. Oleh karena itu, untuk menghasilkan hasil yang optimum maka hara yang diberikan melalui pemupukan pun tinggi. Berdasarkan data pemupukan tahun 2011, dosis pupuk FeSO4 , ZnSO4 , dan CuSO4 yang diberikan pada pertanaman kelapa sawit umur 6-15 tahun sama dengan umur >15 tahun, yaitu sebesar 0,10 kg/pokok. Sementara itu, data pemupukan tahun 2012, dosis pupuk FeSO4 di pertanaman kelapa sawit umur 6-15 tahun sebesar 0,20 kg/pokok dan 0,18 kg/pokok di pertanaman kelapa sawit umur >15 tahun. Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan tutupan lahan Berdasarkan tutupan lahan, konsentrasi Fe dan Cu gambut di kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan dengan hutan dan semak yaitu sebesar 1424,62 mg/kg dan 12,36 mg/kg. Beda halnya dengan Fe dan Cu, konsentrasi Zn paling tinggi ada pada semak yaitu sebesar 68,04 mg/kg. Konsentrasi hara Fe dan Cu lebih tinggi pada kelapa sawit disebabkan karena adanya pengaruh pemupukan. Konsentrasi Zn yang lebih rendah di kelapa sawit diduga berkaitan dengan kebutuhan Zn kelapa sawit. Sementara itu, sejarah penggunaan semak tidak diketahui. Konsentrasi unsur Fe, Zn, dan Cu pada masing-masing tutupan lahan disajikan pada Gambar 6 dan Lampiran 7. (a)
(b)
1600
70
1400
60
(c) 25 20
1200
50
800 600
15
40
mg/kg
mg/kg
mg/kg
1000 30
10
20
400
5 10
200 0
0 kelapa sawit
Hutan
Semak
0 kelapa sawit
Hutan
Semak
kelapa sawit
Hutan
Semak
Gambar 6. Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan tutupan lahan Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan musim Berdasarkan variabel yang diamati yaitu jarak dari batang, kedalaman gambut, ketebalan gambut, dan umur tanaman kelapa sawit, menunjukkan bahwa konsentrasi unsur hara Fe, Zn, dan Cu total saat musim kemarau lebih tinggi dibandingkan musim hujan. Perbedaan curah hujan antara musim hujan dan musim kemarau menyebabkan tingginya pencucian (leaching) saat musim hujan. Hal ini menyebabkan rendahnya unsur hara Fe, Zn, dan Cu pada musim hujan.
11 Berdasarkan Gambar 7 terlihat bahwa konsentrasi unsur Fe, Zn, dan Cu pada musim hujan dan musim kemarau sangat berbeda. Konsentrasi Fe, Zn, dan Cu pada musim hujan berturut-turut sebesar 179,73 mg/kg, 6,13 mg/kg, dan 1,85 mg/kg, sedangkan pada musim kemarau sebesar 1361,88 mg/kg, 25,81 mg/kg, dan 11,58 mg/kg. Data hasil analisis untuk musim kemarau dan musim hujan disajikan pada Lampiran 8 dan 9. (a)
(b)
1500 1200
(c)
30
30
25
25
20
20 mg/kg
mg/kg
mg/kg
900 15
15
600 300 0
10
10
5
5
0 Kemarau
Hujan
0 Kemarau
Hujan
Kemarau
Hujan
Gambar 7. Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan musim
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Konsentrasi unsur hara Fe, Zn, dan Cu total pada musim kemarau paling tinggi berada pada jarak 3 m dari batang pohon kelapa sawit. Kedalaman 25-50 cm mempunyai konsentrasi Fe, Zn, dan Cu total lebih tinggi dibandingkan kedalaman 0-25 cm. Konsentrasi Fe, Zn, dan Cu total lebih tinggi pada gambut dengan ketebalan >3 m dibandingkan pada gambut dengan ketebalan <3 m. Konsentrasi Fe, Zn, dan Cu total paling tinggi berdasarkan umur kelapa sawit terdapat pada gambut di pertanaman berumur 6-15 tahun. Berdasarkan musim, musim kemarau mempunyai konsentrasi Fe, Zn, dan Cu lebih tinggi dibandingkan musim hujan. Saran Perlu dilakukannya analisis serapan hara Fe, Zn, dan Cu oleh akar tanaman kelapa sawit melalui analisis daun.
12
DAFTAR PUSTAKA Arsyad R, H Junedi, dan Y Farni. 2012. Pemupukan kelapa sawit berdasarkan potensi produksi untuk meningkatkan hasil tandan buah segar (TBS) pada lahan marginal Kumpeh. Jurnal Penelitian Universitas Jambi. Vol 14(1): 29-36. BBSDLP[Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian]. 2011. Peta Lahan Gambut Indonesia Skala 1:250.000. Bogor. Dariah A, E Maftuah, dan Maswar. 2014. Karakteristik lahan gambut. Panduan Pengelolaan Berkelanjutan Lahan Gambut Terdegradasi. Hlm: 16-29. Dariah A, E Susanti, A Mulyani, dan F Agus. 2012. Faktor penduga karbon tersimpan di lahan gambut. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. BBSDLP. Badan Litbang Pertanian. Bogor, 4 Mei 2012. Darmosarkoro W, I Y Harahap, dan E Syamsuddin. 2001. Pengaruh kekeringan pada tanaman kelapa sawit dan upaya penanggulangannya. Warta PPKS. Vol 9(3): 83-96. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kelapa Sawit 2013-2015. Jakarta. Fahmi A dan R Bostang. 2013. Peran gambut terhadap nitrogen total tanah di lahan rawa. Jurnal Berita Biologi. Vol 12(2): 223-230. Harahap E M. 1999. Perkembangan akar tanaman kelapa sawit pada tanah terdegradasi di Sosa, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hartatik W, I G M Subiksa, dan A Dariah. 2011. Sifat kimia dan fisik tanah gambut. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Hal: 45-56. Marwanto S, S Sabiham, U Sudadi, dan F Agus. 2012. Distribusi unsur hara dan perakaran pada pola pemupukan kelapa sawit di dalam piringan di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pemupukan dan Pemulihan Lahan Terdegradasi. Bogor, 29-30 Juni 2012. Noor M. 2001. Pertanian Lahan Gambut: Potensi dan Kendala. Yogyakarta: Kanisius. Nurhayati, Razali, dan Zuraida. 2014. Peranan berbagai jenis bahan pembenah tanah terhadap status hara P dan perkembangan akar kedelai pada tanah gambut asal Ajamu Sumatera Utara. Jurnal Floratek. Vol 9: 29-38. Ratmini S. 2012. Karakteristik dan pengelolaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian. Jurnal Lahan Suboptimal. Vol 1(2): 197-206. Setyamidjaja D. 1993. Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta: Kanisius. Siagian S D. 2016. Distribusi Fe, Cu, dan Zn pada lahan gambut perkebunan kelapa sawit berdasarkan jarak dari batang dan ketebalan gambut pada musim hujan [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sufardi, S A Ali, Khairullah, dan Sugianto. 2013. Disain teknis rehabilitasi lahan. Project implementation unit-studi ekosistem rawa Tripa. Aceh: Universitas Syiah Kuala.
13 Sugiyono et al. 2003. Penilaian Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Wahyunto, A Dariah, D Pitono, dan M Sarwani. 2013. Prospek pemanfaatan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Jurnal Perspektif. Vol 12(1):11-22. Wahyunto dan I G M Subiksa. 2011. Genesis Lahan Gambut Indonesia. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 3-14 hal.
14
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Kebun PT. Kimia Tirta Utama
L7
OK 24
K 23
OK 25
OK 19
17
17
Lampiran 2. Data pemupukan unsur mikro berdasarkan jenis pupuk dan kandungan hara yang hanya diberikan mulai tahun 2011 sampai dengan 2012 Tahun Ketebalan Umur Jenis Pupuk (kg/pokok) Kandungan hara (kg/pokok) Fe Zn Cu Gambut Tanaman FeSO4 ZnSO4 CuSO4 2011 <3 m <6 tahun 6-15 tahun 0,10 0,10 0,10 0.04 0,04 0,04 >15 tahun 0,10 0,10 0,10 0.04 0,04 0,04 >3 m <6 tahun 6-15 tahun 0,10 0,10 0,10 0.04 0,04 0,04 >15 tahun 0,10 0,10 0,10 0.04 0,04 0,04 2012 <3 m <6 tahun 6-15 tahun 0,20 0,07 >15 tahun 0,18 0,07 >3 m <6 tahun 6-15 tahun 0,20 0,07 >15 tahun 0,18 0,07 -
18 1
18
1
Lampiran 3. Unsur hara Fe, Zn, dan Cu berdasarkan jarak dari batang Musim Jarak dari batang (m) Fe (mg/kg) Zn (mg/kg) Cu (mg/kg) 1 1045,50 20,32 8,67 Kemarau 2 1447,72 27,17 12,42 3 1592,41 29,94 13,67 1 163,94 7,17 2,11 Hujan 2 203,49 5,68 2,26 3 171,77 5,54 1,18 Lampiran 4. Unsur hara Fe, Zn, dan Cu berdasarkan kedalaman contoh Musim Kedalaman (cm) Fe (mg/kg) Zn (mg/kg) Cu (mg/kg) Kemarau 0-25 1195,29 22,42 10,45 25-50 1528,46 29,19 12,72 Hujan 0-25 188,21 6,27 1,48 25-50 171,25 5,99 2,22 Lampiran 5. Unsur hara Fe, Zn, dan Cu berdasarkan ketebalan gambut Musim Ketebalan (m) Fe (mg/kg) Zn (mg/kg) Cu (mg/kg) Kemarau <3 706,96 24,50 11,61 >3 2016,79 27,12 11,55 Hujan <3 173,06 6,49 1,58 >3 186,40 5,77 2,12 Lampiran 6. Unsur hara Fe, Zn, dan Cu berdasarkan umur tanaman kelapa sawit Musim Umur tanaman Fe (mg/kg) Zn (mg/kg) Cu (mg/kg) Kemarau <6 tahun 851,94 27,15 6,17 6-15 tahun 1900,02 31,72 9,78 >15 tahun 1333,67 18,56 18,80 Hujan <6 tahun 201,06 4,86 1,09 6-15 tahun 192,14 5,95 2,82 >15 tahun 146,00 7,58 1,65 Lampiran 7. Unsur hara Fe, Zn, dan Cu berdasarkan tutupan lahan Tutupan lahan Fe (mg/kg) Zn (mg/kg) Hutan 649,45 52,18 Semak 500,89 68,04 Kelapa sawit 1361,88 25,81
Cu (mg/kg) 0,75 2,94 11,58
8
19 19
Umur (tahun)
<6
6-15
>15
Tutupan Lahan
Sawit
Sawit
Sawit
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Jarak dari batang (m)
0-25 0-25 0-25 25-50 25-50 25-50 0-25 0-25 0-25 25-50 25-50 25-50 0-25 0-25 0-25 25-50 25-50 25-50
Kedalaman (cm)
407,33 676,31 677,18 692,26 836,30 950,20 485,21 597,37 674,72 545,21 674,19 740,36 614,49 742,28 800,46 317,94 840,90 1017,67
Fe
50 m Zn (mg/kg) 17,32 28,75 28,79 29,43 35,55 40,39 21,75 26,78 30,24 24,44 30,22 33,19 11,89 14,37 15,49 6,15 16,27 19,69 2,37 3,93 3,94 4,03 4,86 5,53 3,33 4,10 4,63 3,74 4,63 5,08 20,85 25,18 27,16 10,79 28,53 34,53
Cu
Lampiran 8. Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total pada musim kemarau <3 m
488,75 711,88 731,42 1070,41 837,69 966,97 308,07 531,60 672,77 444,51 682,11 706,12 483,95 889,83 1002,36 718,52 961,57 951,61
Fe
100 m Zn (mg/kg) 20,78 30,26 31,09 45,50 35,61 41,11 13,81 23,83 30,16 19,92 30,57 31,65 9,37 17,22 19,40 13,91 18,61 18,42 2,84 4,14 4,25 6,23 4,87 5,62 2,12 3,65 4,62 3,05 4,68 4,85 16,42 30,19 34,01 24,38 32,63 32,29
Cu 702,74 713,31 1053,07 1286,85 1402,51 1431,45 1728,80 3788,70 2947,19 1867,96 3809,28 3687,46 779,56 1562,92 1852,56 2188,52 1823,64 1816,53
Fe
50 m Zn (mg/kg) 16,46 16,71 24,67 30,15 32,85 33,53 19,95 43,71 34,00 21,55 43,95 42,54 9,10 18,24 21,62 25,54 21,28 21,20 5,88 5,97 8,81 10,77 11,74 11,98 8,35 18,31 14,24 9,03 18,41 17,82 4,62 9,26 10,98 12,97 10,81 10,77
Cu
>3 m
484,63 633,31 680,74 795,35 1098,34 1117,55 2350,41 2906,21 3630,88 3026,51 3648,15 5146,61 1306,45 2128,30 2284,61 1997,53 2248,53 2677,32
Fe
100 m Zn (mg/kg) 11,35 14,84 15,95 18,63 25,73 26,18 27,12 33,53 41,89 34,92 42,09 59,38 15,25 24,84 26,66 23,31 26,24 31,25
1
4,06 5,30 5,70 6,66 9,19 9,35 11,36 14,04 17,55 14,63 17,63 24,87 7,74 12,61 13,54 11,84 13,33 15,87
Cu
20
Umur (tahun)
<6
6-15
>15
Tutupan Lahan
Sawit
Sawit
Sawit
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Jarak dari batang (m)
0-25 0-25 0-25 25-50 25-50 25-50 0-25 0-25 0-25 25-50 25-50 25-50 0-25 0-25 0-25 25-50 25-50 25-50
Kedalaman (cm)
144,40 201,94 145,72 91,92 126,76 204,90 15,00 276,15 470,90 161,15 76,12 202,97 148,30 189,45 187,61 224,28 173,30 118,09
Fe
50 m Zn (mg/kg) 2,35 5,29 3,64 3,15 2,77 4,95 7,33 17,40 2,40 3,13 0,92 5,20 20,06 7,50 11,55 5,47 3,52 22,59 0,82 1,15 1,12 1,42 1,93 2,44 2,35 2,50 1,21 1,63 0,73 0,34 1,54 1,48 1,36 0,85 1,60 1,12
Cu
Fe 167,25 108,31 576,75 46,36 207,53 152,19 168,50 257,80 27,18 113,75 71,42 38,28 416,55 325,40 71,86 188,27 53,64 80,31
<3 m
Lampiran 9. Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total pada musim hujan (Siagian 2016)
2
100 m Zn (mg/kg) 4,30 3,67 7,95 4,56 5,28 4,97 15,28 11,02 3,13 3,28 5,19 6,36 7,57 4,35 5,75 2,77 2,39 6,69 0,52 0,67 0,31 0,67 0,49 0,25 3,55 2,59 0,40 7,43 2,95 2,32 2,80 2,44 1,48 1,18 0,88 0,49
Cu
50 m Fe Zn (mg/kg) 165,86 4,03 108,68 0,45 529,70 5,30 130,51 5,85 524,55 6,00 408,45 10,12 190,92 1,92 586,30 9,20 242,35 1,40 139,69 8,05 631,15 3,14 179,95 2,18 32,91 2,88 43,93 5,96 83,99 4,67 28,50 2,48 0,50 2,40 7,26 2,35 1,00 0,91 0,52 1,09 0,40 3,31 1,33 0,31 1,03 2,38 22,80 1,51 1,90 1,30 1,39 2,98 1,09 1,03
Cu
>3 m
83,91 242,51 74,21 67,53 149,76 165,71 33,79 62,45 11,89 385,67 247,50 20,42 235,60 48,34 99,20 553,95 170,27 22,62
Fe
100 m Zn (mg/kg) 6,08 6,18 1,72 3,26 11,95 2,89 6,03 6,40 4,32 7,63 8,53 3,41 7,47 2,75 8,42 37,23 4,19 1,06
21
1,21 1,48 0,67 0,70 2,05 1,09 2,29 1,78 1,00 3,70 0,40 1,21 3,70 1,12 2,17 3,67 1,30 0,73
Cu
22 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 16 April 1994. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Lili Sahli dan Dede Waskanah. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN Sukasirna (20012006), kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Pagerageung (2006-2009) dan SMAN 1 Ciawi (2009-2012). Pada tahun 2012, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan mayor Manajemen Sumberdaya Lahan dan mengambil minat di Divisi Kimia dan Kesuburan Tanah. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) sebagai anggota Divisi Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM) HMIT 2014. Penulis juga pernah ikut serta dalam kepanitiaan yaitu panitia Pekan Olahraga Tanah (PORTAN), Cross Country, Pertemuan Nasional Ilmu Tanah, Seminar Nasional Ilmu Tanah, dan Soilidarity. Penulis pernah mengikuti kegiatan KKNP dan UPSUS Pajale di Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Pengantar Kimia Tanah program Sarjana dan Ilmu Tanah program Diploma. Penulis menyelesaikan studi dengan melakukan penelitian dan skripsi yang berjudul “Distribusi Fe, Zn, dan Cu dalam Gambut berdasarkan Jarak dari Batang Pohon Kelapa Sawit, Umur Tanaman, dan Tutupan Lahan pada Musim Kemarau” dibimbing oleh Prof Dr Ir Supiandi Sabiham, MAgr dan Ir Heru Bagus Pulunggono, MAgr.