DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA OLEH : ICUN SULHADI, S.PD (PPDI KOTA PADANG)
A. PENGANTAR DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA
APA ITU DISABILITAS? Penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental dan intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu tertentu atau permanen, yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan masyarakat dapat memenuhi hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak
APA ITU BENCANA? Dalam Perka No.14 Tahun 2014 tentang penanganan, perlindungan dan partisipasi penyandang disabilitas dalam penanggulangan bencana Pasal 1 bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis bagi manusia.
APA ITU PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA? Pengurangan resiko bencana di tempat kerja adalah
serangkaian upaya yang yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang mengurangi resiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana di tempat kerja.
APA SAJA HAK DAN KEBUTUHAN DISABILITAS DALAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA?
Dalam Perka No.14 Tahun 2014 Pasal 8 disebutkan : 1. Dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan Penyandang disabilitas, kebijakan, program, dan kegiatan dalam semua aspek penyelenggaraan penanggulan bencana wajib menyediakan kemudahan akses bagi penyandang disabilitas 2. Kemudahan akses sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 bersifat fisik dan non-fisik
KEMUDAHAN AKSES NON-FISIK BAGI DISABILITAS Kemudahan akses non-fisik berupa pemberian prioritas dalam penyediaan layanan dan penyediaan akses informasi
KEMUDAHAN AKSES FISIK BAGI DISABILITAS Kemudahan akses fisik menyangkut sarana, prasarana dan perlengkapan fisik sesuai dengan standar , dan/atau aturan yang berlaku dalam kementrian/lembaga dan sektor.
B. TEMPAT KERJA YANG AKSES BAGI DISABILITAS
FASILITAS DAN AKSESIBILITAS PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN KERJA Menurut Permen PU Nomor. 30 Tahun 2006 Pasal 4 disebutkan bahwa persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi: a. Ukuran dasar ruang; b. Jalur pedestrian; c. Jalur pemandu; d. Area parkir; e. Pintu; f. Ram; g. Tangga; h. Lif; i. Lif tangga (stairway lift); j. Toilet; k. Pancuran; l. Wastafel; m. Telepon; n. Perlengkapan dan Peralatan Kontrol; o. Perabot; p. Rambu dan Marka.
UKURAN DASAR RUANG Jangkauan ke depan dan kesamping
Jangkauan ke depan dan kesamping dengan tongkat
PINTU dan JENDELA
RAM -Kemiringan ram
- Pegangan ram
TANGGA
Persyaratan tangga yang aksessibilitas : Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam. Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 60° Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna tangga. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) minimum pada salah satu sisi tangga. Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 - 80 cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang. Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan 30 cm. Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang sehingga tidak ada air hujan yang menggenang pada lantainya.
LIFT
PERABOT Persyaratan Sebagian dari perabot yang tersedia dalam bangunan gedung harus
dapat digunakan oleh penyandang cacat, termasuk dalam keadaan darurat. Dalam suatu bangunan yang digunakan oleh masyarakat banyak, seperti bangunan pertemuan, konperensi pertunjukan dan kegiatan yang sejenis maka jumlah tempat duduk aksesibel yang harus disediakan adalah:
Meja
C. TATA RUANG AMAN UNTUK PENGURANGAN RESIKO BENCANA BAGI DISABILITAS
Apa itu tata ruang aman? Tata ruang aman adalah pengaturan letak perabotan dan kondisi agar tidak membahayakan saat bencana terjadi serta mempermudah proses evakuasi.
BAGAIMANA MELAKUKAN TATA RUANG AMAN? Ada Tiga Langkah Melakukan Tata Ruang Aman : 1. Kenali Bahaya dan Pendukung!
Bahaya adalah benda atau situasi yang dapat membahayakan kita saat bencana terjadi. Pendukung adalah benda atau situasi yang dapat melindungi kita saat bencana terjadi dan mempermudah evakuasi ke titik aman
BAHAYA
PENDUKUNG
2. Buat rencana penanggulangan bahaya. Kemudian terapkan!
TIPS yang dapat dilakukan untuk mengamankan lemari: Ditempelkan ke dinding (dipaku/diikat/diberi siku) agar tidak jatuh atau bergeser saat terjadi guncangan.
TIPS yang dapat dilakukan untuk mengamankan lemari: Diberi slop kayu berbentuk siku di bawah lemari dan diletakkan bersinggungan dengan dinding. Dari samping, lemari akan tampak miring bersandar ke dinding.
TIPS yang dapat dilakukan untuk mengamankan lemari: Apabila kita memiliki lemari dengan banyak rak terbuka, langkah tepat adalah dengan memasang tali pegas di antara rak terbuka. Hal ini untuk menghindarkan barang-barang dalam rak berjatuhan.
3. Buat Peta Bahaya dan Jalur Evakuasi Berikut langkah membuat peta bahaya dan jalur evakuasi: 1. Buat denah tempat kerja dan lingkungan sekitarnya lengkap 2. Beri simbol/tanda yang berbeda Catatan: Perhatikan arah mata angin (utara-selatan), dan beri keterangan simbol-simbol yang ada di peta. 3. Tentukan jalur evakuasi dari setiap ruang ke tempat kumpul. Pastikan jalur evakuasi dan tempat kumpul jauh dari bahaya 4. Tempelkan peta bahaya dan jalur evakuasi tersebut ditempat yang mudah dibaca oleh pegawai kantor dan tamu untuk jadi pedoman cara penyelamatan diri.
Beberapa Tips Membuat Jalur Evakuasi
yang Aksesibel. Beberapa pegawai kantor atau tamu mungkin saja penyandang disabilitas yang mengalami kesulitan melihat, mendengar, berjalan, naik turun tangga, ataupun memahami informasi. Prinsip pembuatan jalur evakuasi yang aksesibel adalah agar pegawai kantor dan tamu dapat melakukan evakuasi secara mandiri.