DINAS PENGENDALIAN PERTANAHAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN
1
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ............................................................................. i DAFTAR GAMBAR ....................................................................... iii DAFTAR TABEL ......................................................................... iv BAB I. PENDAHULUAN ............................................................... 1.1. Latar Belakang ................................................................... 1.2. Maksud Dan Tujuan ............................................................. 1.3. Sasaran Kegiatan ................................................................ 1.4. Lokasi Kegiatan .................................................................. 1.5. Referensi Hukum ................................................................ 1.6. Keluaran .......................................................................... 1.7. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan ........................................
1-1 1-1 1-2 1-2 1-2 1-2 1-3 1-3
BAB II. DEKSRIPSI WILAYAH PENELITIAN ......................................... 2.1. Letak Wilayah ................................................................... 2.2. Luas Wilayah ..................................................................... 2.3. Karakteristik Wilayah ........................................................... 2.3.1. Topografi ....................................................................... 2.3.2. Ketinggian ...................................................................... 2.3.3. Kemiringan Lahan (Lereng) .................................................. 2.3.4. Iklim ...........................................................................
2-1 2-1 2-1 2-2 2-3 2-4 2-4 2-5
BAB III. PENDEKATAN DAN METODOLOGI ....................................... 3-1 3.1. Data Dasar ....................................................................... 3-1 3.2. Standar Teknis ................................................................... 3-1 BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL ................................................ 4.1. Hasil Interpretasi Penggunaan Lahan ........................................ 4.1.1. Kecamatan Berbah ............................................................ 4.1.2. Kecamatan Cangkringan ..................................................... 4.1.3. Kecamatan Depok ............................................................. 4.1.4. Kecamatan Gamping ......................................................... 4.1.5. Kecamatan Godean ........................................................... 4.1.6. Kecamatan Kalasan ........................................................... 4.1.7. Kecamatan Minggir ........................................................... 4.1.8. Kecamatan Mlati .............................................................. 4.1.9. Kecamtan Moyudan ...........................................................
2
4-1 4-1 4-1 4-3 `4-5 4-7 4-9 4-10 4-12 4-13 4-16
4.1.10. 4.1.11. 4.1.12. 4.1.13. 4.1.14. 4.1.15. 4.1.16. 4.1.17.
Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Ngaglik .......................................................... Ngemplak ....................................................... Pakem ........................................................... Prambanan ..................................................... Seyegan ......................................................... Sleman ........................................................... Tempel .......................................................... Turi ..............................................................
4-17 4-19 4-21 4-23 4-24 4-26 4-28 4-30
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ......................................... 5-1
3
DAFTAR GAMBAR Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar
4.1. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Berbah ............ 4.2. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Cangkringan ..... 4.3. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Depok ............. 4.4. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Gamping ......... 4.5. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Godean ........... 4.6. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Kalasan ........... 4.7. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan ..................... 4.8. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Mlati .............. 4.9. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Moyudan ......... 4.10. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Ngaglik .......... 4.11. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Ngemplak ....... 4.12. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Pakem ........... 4.13. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Prambanan ..... 4.14. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Seyegan ......... 4.15. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Sleman .......... 4.14. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Tempel ......... 4.17. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Turi ..............
4
4-2 4-4 4-6 4-8 4-9 4-11 4-13 4-15 4-17 4-19 4-20 4-22 4-24 4-26 4-27 4-29 4-31
DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di Kecamatan Berbah ............................ Tabel 4.2. Penggunaan Lahan di Kecamatan Cangkringan ...................... Tabel 4.3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Depok ............................. Tabel 4.4. Penggunaan Lahan di Kecamatan Gamping .......................... Tabel 4.5. Penggunaan Lahan di Kecamatan Godean ........................... Tabel 4.6. Penggunaan Lahan di Kecamatan Kalasan ........................... Tabel 4.7. Penggunaan Lahan di Kecamatan Minggir ............................ Tabel 4.8. Penggunaan Lahan di Kecamatan Mlati ............................... Tabel 4.9. Penggunaan Lahan di Kecamatan Moyudan .......................... Tabel 4.10. Penggunaan Lahan di Kecamatan Ngaglik .......................... Tabel 4.11. Penggunaan Lahan di Kecamatan Ngemplak ....................... Tabel 4.12. Penggunaan Lahan di Kecamatan Pakem ........................... Tabel 4.13. Penggunaan Lahan di Kecamatan Prambanan ...................... Tabel 4.14. Penggunaan Lahan di Kecamatan Seyegan ......................... Tabel 4.15. Penggunaan Lahan di Kecamatan Sleman .......................... Tabel 4.15. Penggunaan Lahan di Kecamatan Tempel .......................... Tabel 4.17. Penggunaan Lahan di Kecamatan Turi ..............................
5
4-2 4-3 4-5 4-7 4-9 4-11 4-12 4-14 4-16 4-18 4-20 4-21 4-23 4-24 4-27 4-28 4-30
1.1.
LATAR BELAKANG Pada tahun 2006 sampai dengan 2007, Kabupaten Sleman telah
melakukan pengadaan citra satelit Quickbird dan Ikonos, berikut pengolahan dan interpretasi penggunaan lahannya. Pada waktu yang hampir bersamaan, Kartamantul juga melakukan pengadaan citra resolusi tinggi untuk Kawasan Perkotaan
Yogyakarta
(KPY),
di
mana
masing-masing
kabupaten
yang
bersangkutan akan diberi hasilnya. Berdasarkan hal tersebut, maka pengadaan citra di Kabupaten Sleman tidak mencakup seluruh wilayah Kabupaten Sleman, tetapi hanya kawasan di luar KPY saja. Setelah citra dan hasil pengolahannya dimanfaatkan, baru diketahui adanya beberapa kekurangan, antara lain tidak match-nya potongan citra Sleman dengan citra Kartamantul, terjadinya pergeseran pada lokasi-lokasi tertentu, maupun adanya beberapa wilayah yang ”hilang”. Akibatnya peta penggunaan lahan yang diturunkannya pun relatif tidak sempurna. Pada tahun 2011, DPPD telah melakukan koreksi ulang citra hasil pengadaan, namun belum dengan penggunaan lahannya, karena diperlukan tenaga, waktu, dan biaya yang tidak sedikit. Sementara itu, proses konversi lahan terus terjadi, rata-rata 84,4 Ha setiap tahunnya. Padahal data penggunaan lahan mutlak diperlukan sebagai dasar pembuatan kebijakan pembangunan Sleman demi terjaganya lahan pertanian dalam rangka ketahanan pangan. Jika penyediaan data penggunaan lahan dipaksakan menggunakan citra Quickbird dan Ikonos hasil koreksi, maka hal ini akan memerlukan waktu yang relatif lama. Untuk menyediakan data dimaksud dalam waktu relatif cepat,
6
dapat digunakan citra dengan resolusi lebih kecil, misalnya ALOS, sehingga efektivitas tenaga dan waktu dapat ditekan. ALOS memiliki 3 sensor, yaitu PRISM dengan resolusi 2.5 m, AVNIR-2 dengan resolusi 10 m, dan PALSAR dengan resolusi 12.5 m dan 100 m. Melalui modifikasi ketiganya dapat dihasilkan data penggunaan lahan hingga ketelitian sampai dengan 1:25.000. Dari data penggunaan lahan ini diharapkan sudah dapat dibedakan antara lahan pertanian dan non pertanian, di mana data ini selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai kebijakan yang mampu melindungi dan menyejahterakan masyarakat Sleman. 1.2.
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan kegiatan update data peruntukan tanah adalah untuk memperoleh data penggunaan lahan tahun 2011 seluruh Kabupaten Sleman.
1.3.
SASARAN KEGIATAN
Sasaran kegiatan ini adalah penggunaan lahan seluruh wilayah Kabupaten Sleman tahun 2011.
1.4.
LOKASI KEGIATAN
Lokasi kegiatan update data peruntukan tanah ini adalah Kabupaten Sleman.
1.5.
REFERENSI HUKUM
Adapun referensi hukum yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan ini adalah : a. PP 10 tahun 2000 tentang tingkat ketelitian peta untuk penataan ruang wilayah; b. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 17 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2012; c. Peraturan Bupati Sleman Nomor 72 Tahun 2011 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012;
7
d. Dokumen Pelaksana Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPASKPD) Tahun Anggaran 2012 Nomor 09/1.09.011/Kep.Ka.DPKAD/DPASKPD/2012 tanggal 4 Januari 2012; e. Keputusan Kepala Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19/Kep.Ka.DPPD/2012 tentang Tim Pelaksana, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Pengadaan, dan Panitia Penerima Update Data Peruntukan Tanah.
1.6.
KELUARAN
Hasil dari kegiatan ini berupa peta penggunaan lahan Kabupaten Sleman tahun 2011 skala 1:25.000 yang diwujudkan dalam : a. Laporan pendahuluan (5 buku dengan format A-4) b. Laporan akhir (5 buku dengan format A-4) c. Album peta (3 bendel format A-3 dan 3 keping CD) d. 2 unit notebook dengan spesifikasi Intel Core i3, 2GB DDR3, 320GB HDD, DVD±RW, WiFi, VGA 1 GB, 14.0'' LCD With LED Backlight e. Citra satelit ALOS tahun 2009
1.7.
JANGKA WAKTU PENYELESAIAN KEGIATAN
Kegiatan update data peruntukan tanah direncanakan berlangsung selama 3 bulan sejak ditandatanganinya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
8
2.1.
LETAK WILAYAH
Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110° 33′ 00″ dan 110° 13′ 00″ Bujur Timur, 7° 34′ 51″ dan 7° 47′ 30″ Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi D.I.Yogyakarta.
2.2.
LUAS WILAYAH
Luas Wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 Km2 atau sekitar 18% dari luas Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta 3.185,80 Km2,dengan jarak terjauh Utara – Selatan 32 Km,Timur – Barat 35 Km. Secara administratif terdiri 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun.
Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman
Banyaknya Luas Jml (Ha) Penduduk No Kecamatan Desa Dusun (jiwa) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Moyudan 4 65 2.762 33.595 2 Godean 7 57 2.684 57.245 3 Minggir 5 68 2.727 34.562 4 Gamping 5 59 2.925 65.789 5 Seyegan 5 67 2.663 42.151
Kepadatan (Km2) (7) 1.216 2.133 1.267 2.249 1.583
9
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Sleman 5 Ngaglik 6 Mlati 5 Tempel 8 Turi 4 Prambanan 6 Kalasan 4 Berbah 4 Ngemplak 5 Pakem 5 Depok 3 Cangkringan 5 Jumlah 86
83 87 74 98 54 68 80 58 82 61 58 73 1.212
3.132 55.549 3.852 65.927 2.852 67.037 3.249 46.386 4.309 32.544 4.135 44.003 3.584 54.621 2.299 40.226 3.571 44.382 4.384 30.713 3.555 109.092 4.799 26.354 57.482 850.176
1.774 1.712 2.351 1.428 755 1.064 1.524 1.750 1.243 701 3.069 549 1.479
Sumber : www.kabsleman.go.id
2.3.
KARAKTERISTIK WILAYAH
1.
Berdasarkan karakteristik sumberdaya yang ada, wilayah Kabupaten
Sleman terbagi menjadi 4 wilayah, yaitu : a.
Kawasan lereng Gunung Merapi, dimulai dari jalan yang
menghubungkan kota Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan (ringbelt) sampai dengan puncak gunung Merapi. Wilayah ini merupakan sumber daya air dan ekowisata yang berorientasi pada kegiatan gunung Merapi dan b.
ekosistemnya; Kawasan Timur yang meliputi Kecamatan Prambanan, sebagian
Kecamatan Kalasan dan Kecamatan Berbah. Wilayah ini merupakan tempat peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat wisata budaya dan daerah lahan kering serta sumber bahan batu putih; c.
Wilayah Tengah yaitu wilayah aglomerasi kota Yogyakarta yang
meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok dan Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan jasa. d.
Wilayah Barat meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan dan
10
Moyudan merupakan daerah pertanian lahan basah yang tersedia cukup air dan sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan mendong, bambu serta 2.
gerabah. Berdasar jalur lintas antar daerah, kondisi wilayah Kabupaten
Sleman dilewati jalur jalan negara yang merupakan jalur ekonomi yang menghubungkan Sleman dengan kota pelabuhan (Semarang, Surabaya, Jakarta). Jalur ini melewati wilayah Kecamatan Prambanan, Kalasan, Depok, Mlati, dan Gamping. Selain itu, wilayah Kecamatan Depok, Mlati dan Gamping juga dilalui jalan lingkar yang merupakan jalan arteri primer. Untuk wilayah-wilayah kecamatan merupakan wilayah yang cepat berkembang, yaitu dari pertanian menjadi industri, perdagangan dan 3.
jasa. Berdasarkan pusat-pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Sleman
merupakan wilayah hulu kota Yogyakarta. Berdasar letak kota dan mobilitas kegiatan masyarakat, dapat dibedakan fungsi kota sebagai berikut : a.
Wilayah aglomerasi (perkembangan kota dalam kawasan tertentu).
Karena perkembangan kota Yogyakarta, maka kota-kota yang berbatasan dengan kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Depok, Gamping serta sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik dan Mlati merupakan wilayah aglomerasi kota Yogyakarta. b.
Wilayah sub urban (wilayah perbatasan antar desa dan kota). Kota
Kecamatan Godean, Sleman, dan Ngaglik terletak agak jauh dari kota Yogyakarta dan berkembang menjadi tujuan/arah kegiatan masyarakat di wilayah Kecamatan sekitarnya, sehingga menjadi pusat pertumbuhan dan merupakan wilayah sub urban. c.
Wilayah fungsi khusus / wilayah penyangga (buffer zone). Kota
Kecamatan Tempel, Pakem dan Prambanan merupakan kota pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya dan merupakan pendukung dan batas perkembangan kota ditinjau dari kota Yogyakarta.
11
2.3.1. Topografi
Kabupaten Sleman keadaan tanahnya dibagian selatan relatif datar kecuali daerah perbukitan dibagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan Gamping. Makin ke utara relatif miring dan dibagian utara sekitar Lereng Merapi relatif terjal serta terdapat sekitar 100 sumber mata air. Hampir setengah dari luas wilayah merupakan tanah pertanian yang subur dengan didukung irigasi teknis di bagian barat dan selatan. Topografi dapat dibedakan atas dasar ketinggian tempat dan kemiringan lahan (lereng). 2.3.2. Ketinggian
Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara < 100 sd >1000 m dari permukaan laut. Ketinggian tanahnya dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu ketinggian < 100 m, 100 – 499 m, 500 – 999 m dan > 1000 m dari permukaan laut. Ketinggian < 100 m dari permukaan laut seluas 6.203 ha atau 10,79 % dari luas wilayah terdapat di Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean, Prambanan, Gamping dan Berbah. Ketinggian > 100 – 499 m dari permukaan laut seluas 43.246 ha atau 75,32 % dari luas wilayah, terdapat di 17 Kecamatan. Ketinggian > 500 – 999 m dari permukaan laut meliputi luas 6.538 ha atau 11,38 % dari luas wilayah, meliputi Kecamatan Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan. Ketinggian > 1000 m dari permukaan laut seluas 1.495 ha atau 2,60 % dari luas wilayah meliputi Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan.
2.3.3. Kemiringan Lahan ( Lereng)
Dari Peta topografi skala 1 : 50.000 dapat dilihat ketinggian dan jarak horisontal untuk menghitung kemiringan (Lereng).Hasil analisa peta yang berupa data kemiringan lahan dogolongkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu lereng 0 – 2 %; > 2 – 15 %; > 15 – 40 %; dan > 40 %. Kemiringan 0 – 2 % terdapat di 15 (lima belas ) Kecamatan meliputi luas 34.128 ha atau 59,32 % dari seluruh wilayah lereng, > 2 – 15 % terdapat di 13 (tiga belas ) Kecamatan dengan luas lereng 18.192 atau 31,65 % dari luas total
12
wilayah. Kemiringan lahan > 15 – 40 % terdapat di 12 ( dua belas ) Kecamatan luas lereng ini sebesar 3.546 ha atau 6,17 % , lereng > 40 % terdapat di Kecamatan Godean, Gamping, Berbah, Prambanan, Turi, Pakem dan Cangkringan dengan luas 1.616 ha atau 2,81 %.
2.3.4. Iklim
Wilayah Kabupaten Sleman termasuk beriklim tropis basah dengan musim hujan antara bulan Nopember – April dan musim kemarau antara bulan Mei – Oktober. Pada tahun 2000 banyaknya hari hujan 25 hari terjadi pada bulan maret, namun demikian rata-rata banyaknya curah hujan terdapat pada bulan februari sebesar 16,2 mm dengan banyak hari hujan 20 hari. Adapun kelembaban nisbi udara pada tahun 2000 terendah pada bulan agustus sebesar 74 % dan tertinggi pada bulan maret dan nopember masing-masing sebesar 87 %, sedangkan suhu udara terendah sebesar 26,1 derajad celcius pada bulan januari dan nopember dan suhu udara yang tertinggi 27,4 derajad celcius pada bulan september .
13
3.1.
DATA DASAR
Data dasar yang digunakan dalam update peruntukan tanah adalah citra ALOS tahun 2009.
3.2.
STANDAR TEKNIS
Klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan merujuk pada klasifikasi menurut Malingreau dengan modifikasi RTRW Kabupaten Sleman, sebagai berikut : NO 1
JENJANG I Pertanian
JENJANG II Sawah
JENJANG III Sawah padi Sawah diselingi palawija Sawah diselingi sayur/hortikultura Sawah diselingi lain-lain
Tegalan Kebun Campur 2
Permukiman + Insfrastruktur
Permukiman Kota
3
Pertahanan dan Keamanan
Permukiman Desa Industri & Pergudangan Jasa & Perdagangan Pendidikan Tinggi Bandara, kawasan khusus militer
4
Kehutanan
Hutan Rakyat
(dilihat berdasar morfologi)
(hutan yang dikelola & komoditas oleh penduduk)
TNGM
5
Tubuh Air (Pemanfaatan berbasis perairan)
Perairan sungai Waduk/embung
14
4.1.
HASIL INTERPRETASI PENGGUNAAN LAHAN
4.1.1. KECAMATAN BERBAH Kecamatan Berbah dilihat berdasarkan aspek sosialbudaya terlihat adanya perkembangan Kecamatan Berbah yang berorientasi ke arah kemajuan dan dinamis, sehingga Kecamatan Berbah dapat dikatakan sedang menuju ke arah ciri kota. Hal ini juga sesuai dengan definisi kawasan perkotaan, yaitu kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Letaknya berada di bagi Tenggara Kabupaten Sleman. Secara fisik, Kecamatan Berbah tidak
berada
tengah-tengah wilayah Kabupaten Sleman.
Namun
demikian, Kecamatan Berbah di batasi oleh pencapaian (access) yang strategis di sisi utara (jalan raya Yogyakarta-Surakarta), sisi selatan (jalan raya Yogyakarta-Wonosar sisi timur (jalan raya Piyungan-Prambanan). Pencapaian (access) tersebut selain membingkai bagian U Kecamatan Berbah, juga menjadi jalan masuk ke bagian dalam Kecamatan melalui ruas-ruas jalan yang membujur ke arah utara selatan (menghubungkan jalan raya Yogyakarta Surakarta dan jalan raya Yogyakarta - Wonosari) maupun ke arah timur-barat (menghubungkan jalan raya Piyungan - Prambanan dan jalan raya Janti, sekitar komplek perumahan Blok 0 Lanud Adisucipto). Kualitas pencapaian (access) tersebut saat ini relatif dalam keadaan baik (kondisi jalan aspal). Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Berbah dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini.
15
Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di Kecamatan Berbah No. 1.
2.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
3. Tubuh air 4. Pertahanan & Keamanan 5. Kawasan Bandara TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Jasa & Perdagangan Pemukiman Desa Pemukiman Kota Kebun Campur Tegalan Sawah diselingi palawija Sawah Padi Perairan Sungai Markas TNI AU
Luas (%)
84819 16599 4837826 1503225 3769032 77208 624365 12567756 4725 52863 347159 23785577
0.36 0.07 20.25 6.29 15.78 0.32 2.61 52.62 0.02 0.22 1.45 100
Gambar 4.1. Persentase Penggunaan Lahan di KecamatanBerbah
Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Berbah terdiri dari : industri & pergudangan, jasa & perdagangan, permukiman desa, permukiman kota, kebun campur, tegalan, sawah diselingi palawija, sawah padi, perairan sungai, markas TNI AU, dan kawasan bandara. Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Berbah didominasi oleh sawah padi sebesar 52,62% atau 1226,78 ha. Sementara permukiman desa dan kebun campur memiliki luasan
16
20,3% dan 15,72%. Pemanfaatan yang paling sedikit berdasarkan interpretasi oleh penggunaan lahan berupa perairan sungai sebesar 0,02% atau 0,4 ha.
4.1.2. KECAMATAN
CANGKRINGAN
Kecamatan Cangkringan berada di sebelah Timur Laut dari Ibukota Kabupaten Sleman. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 25 Km. Dibanding dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Sleman, Kecamatan Cangkringan tergolong wilayah yang tumbuh lambat. Hal itu ditunjukkan oleh jumlah
dan
kepadatan
penduduknya,
besarnya
migrasi
keluar
serta
matapencaharian penduduk yang dominan di sektor primer. Ditambah lagi dengan dampak meletusnya Gunung Merapi tahun 2010 yang lalu secara langsung
berdampak
pada
penggunaan
lahan
yang
ada
saat
ini.
Dari
interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Cangkringan dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini. Tabel 4.2. Penggunaan Lahan di Kecamatan Cangkringan No. 1.
2.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
3. Tubuh air 4. Lahan Terbuka TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Jasa & Perdagangan Pemukiman Desa Pemukiman Kota Huntap Dongkelsari Huntap Plosokerep Huntap Gondang 3 Huntap Gondang 2 Huntap Gondang 1 Huntap Kepuharjo Kebun Campur Tegalan Sawah diselingi palawija Sawah Padi Waduk/Embung
Luas (%)
30908 4160 1987635 814671 55600 7721 43134 11837 3697 59070 16956106 495709 9096149 118047 95059 12436224 41875727
0.07 0.01 4.71 1.93 0.13 0.02 0.10 0.03 0.01 0.14 40.17 1.17 21.55 0.28 0.23 29.46 100
17
Gambar 4.2. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Cangkringan
Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Cangkringan terdiri dari : industri & pergudangan, jasa & perdagangan, permukiman desa, permukiman kota, huntap, kebun campur, tegalan, sawah diselingi palawija, sawah padi, waduk/ embung, dan lahan terbuka. Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Cangkringan didominasi oleh kebun campur sebesar 40,17% atau 1.1595,61 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah lahan sawah diselingi palawija yang memiliki luasan 29,46% atau 909,61 ha dan lahan terbuka sebesar 29,46% atau 1243,62 ha. Lahan terbuka ini merupakan
material
hasil
erupsi
Gunung
Merapi
yang
di
Kecamatan
Cangkringan. Pemanfaatan yang paling sedikit berdasarkan interpretasi oleh penggunaan lahan berupa huntap atau hunian tetap yang dibangun untuk pengungsi korban letusan gunung Merapi di Kecamatan Cangkringan.
4.1.3. KECAMATAN
DEPOK
Kecamatan Depok berbatasan dengan kota Yogyakarta, tepatnya berada di sebelah utara Kota Yogyakarta. Kecamatan Depok terbagi menjadi 3 desa, 58 padukuhan, 225 RW dan 671 RT. Desa-desa yang terdapat di wilayah administrasi Kecamatan Depok adalah : 1.
Desa Caturtunggal
18
2.
Desa Condongcatur
3.
Desa Maguwoharjo
Batas wilayah kecamatan Depok :
Sebelah Utara
: Kecamatan Ngaglik dan Kecamatan Ngemplak
Sebelah Timur
: Kecamatan Kalasan
Sebelah Selatan
: Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta
Sebelah Barat
: Kecamatan Mlati
Diantara kecamatan-kecamatan yang lain, Kecamatan Depok bisa dikatakan sebagai kecamatan yang memiliki penggunaan lahan beragam. Hal ini dapat dimaklumi karena di kecamatan ini banyak berdiri fasilitas-fasilitas seperti pendidikan dan kesehatan serta jasa dan perdagangan. Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Depok dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini. Tabel 4.3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Depok No. 1.
2.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
3.
Tubuh air
4.
Pertahanan & Keamanan
5. Kawasan Bandara TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Jasa & Perdagangan Pendidikan Pendidikan Tinggi Pemukiman Kota Perkantoran Rumah Sakit Stadion Sepakbola Kebun Campur Tegalan Sawah diselingi palawija Sawah Padi Sawah diselingi lainlain Sawah diselingi sayur/hortikultura Kolam Waduk/Embung Markas TNI AU Batalyon Infanteri 403
Luas (%)
96568
0.28
1181967 5022 2214115 16101426 25615 25856 98713 4890316 1052037 811744
3.42 0.01 6.40 46.57 0.07 0.07 0.29 14.14 3.04 2.35
3958956 35956
11.45 0.10
12524
0.04
10075 46959 542357 336589 3127848
0.03 0.14 1.57 0.97 9.05
34524643
100
19
Gambar 4.3. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Depok Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Depok terdiri dari : industri & pergudangan, jasa &
perdagangan,
pendidikan,
pendidikan
tinggi,
permukiman
kota,
perkantoran, rumah sakit, stadion sepakbola, kebun campur, tegalan, sawah padi, sawah diselingi palawija, sawah diselingi lain-lain, sawah diselingi hortikultura, kolam,
waduk/ embung, markas TNI AU dan markas TNI AD
batalyon 403. Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Depok didominasi oleh permukiman kota sebesar 46,57% atau 1.610,14 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah lahan kebun campur yang memiliki luasan 14,14% atau 489,03 ha dan sawah padi sebesar 11,45%
atau
395,89
ha.
Pemanfaatan
yang
paling
sedikit
berdasarkan
interpretasi oleh penggunaan lahan berupa sawah diselingi hortikultura dan kolam.
20
4.1.4. KECAMATAN
GAMPING
Kecamatan Gamping adalah salah satu kecamatan di kabupaten Sleman dengan kode wilayah 34.04.050 yang berada di dalam propinsi D.I. Yogyakarta, yang terletak sekitar 6 km dari kota propinsi ke arah barat, atau sekitar 13 km ke arah Alamat
barat
daya
kantor
kecamatan
Ambarketawang
atau
dari
kota
Gamping
sekitar
1
km
di
kabupaten Pedukuhan
arah
utara
Sleman.
Patukan, pasar
desa
Gamping.
Perbatasan wilayah, sebelah utara dan timur bagian utara kecamatan Mlati, sebelah timur bagian tengah kecamatan Jetis Kota Yogyakarta, sebelah timur bagian selatan dan sebelah selatan kecamatan Kasihan kabupaten Bantul, sebelah barat bagian selatan kecamatan Sedayu kabupaten Bantul dan sebelah barat bagian utara Kecamatan Godean dan Mlati. Topografi wilayah kecamatan Gamping sebagian besar adalah dataran, dengan ketinggian dari permukaan laut 94 – 153 m, tanah sebagian besar berpasir dan bagian sebelah selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Bantul tanah liat pegunungan bercampur batu putih atau gamping. Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Gamping dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini. Tabel 4.4. Penggunaan Lahan di Kecamatan Gamping No. 1.
2.
3. 4.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
Tubuh air Pertahanan & Keamanan
TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Jasa & Perdagangan Pemukiman Desa Pemukiman Kota Rumah Sakit Kebun Campur Tegalan Sawah diselingi palawija Sawah Padi Perairan Sungai Kompi Senapan C Yonif 403
Luas (%)
396648 759662 2283016 8116478 36596 6478837 711037 4828312 5970651 1597 68321
1.34 2.56 7.70 27.37 0.12 21.85 2.40 16.28 20.14 0.01 0.23
29601155
100
21
Gambar 4.4. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Gamping Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Gamping terdiri dari : industri & pergudangan, jasa & perdagangan, permukiman desa, permukiman kota, rumah sakit, kebun campur, tegalan, sawah padi, sawah diselingi palawija, perairan sungai, dan markas TNI AD kompi senapan yonif 403. Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan
lahan
terbesar
di
Kecamatan
Gamping
didominasi
oleh
permukiman kota sebesar 27,37% atau 811,64 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah lahan kebun campur yang memiliki luasan 21,85% atau 647,88 ha dan sawah padi sebesar 20,14% atau 597,06 ha. Pemanfaatan yang paling sedikit berdasarkan interpretasi oleh penggunaan lahan berupa perairan sungai.
4.1.5. KECAMATAN GODEAN Kecamatan Godean berada di sekitar 10 km sebelah Barat daya dari Ibukota Kabupaten Sleman. Bentangan wilayah di Kecamatan Godean berupa tanah yang datar dan sedikit berbukit. Barat : Kecamatan Minggir Utara : Kecamatan Mlati, Kecamatan Seyegan Timur : Kecamatan Gamping Selatan : Kecamatan Sedayu (Kabupaten Bantul) Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Godean dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini.
22
Tabel 4.5. Penggunaan Lahan di Kecamatan Godean No. 1.
2.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
3. Tubuh air TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Jasa & Perdagangan Pemukiman Desa Pemukiman Kota Kebun Campur Tegalan Sawah diselingi palawija Sawah Padi Perairan Sungai
Luas (%)
199773 32669 5023321 2660176 4571511 288715 2267952 11832115 21968 26818200
0.74 0.12 18.68 9.89 17.00 1.07 8.43 43.99 0.08 100
Gambar 4.5. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Godean Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Godean terdiri dari : industri & pergudangan, jasa & perdagangan, permukiman desa, permukiman kota,
rumah sakit, kebun
campur, tegalan, sawah padi, sawah diselingi palawija, dan perairan sungai. Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Gamping didominasi oleh sawah padi sebesar 43,99% atau 1.183,21 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah permukiman desa yang memiliki luasan 18,68% atau 502,33 ha dan kebun campur sebesar 17% atau 457,15 ha. Pemanfaatan yang paling sedikit berdasarkan interpretasi oleh penggunaan lahan tubuh air berupa perairan sungai.
23
4.1.6. KECAMATAN KALASAN Kecamatan Kalasan berada di sebelah Timur Laut dari Ibukota Kabupaten Sleman. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 23 Km. Lokasi ibu kota kecamatan Kalasan berada di 7 o 770077‘ LS dan 110 o 46701‘ BT. Kecamatan Kalasan berada di dataran rendah. Ibukota Kecamatannya berada pada ketinggian 144 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Kalasan beriklim seperti layaknya daerah dataran rendah di daerah tropis. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Kalasan adalah 36 °C dengan suhu terendah 33 °C. Bentangan wilayah di Kecamatan Kalasan berupa tanah yang datar sampai berombak. Kecamatan Kalasan terbagi dalam 4 desa, 80 dusun, Kecamatan Kalasan 57.015 orang dengan jumlah penduduk laki-laki 27.718 orang dan penduduk perempuan 29.297 orang dengan kepadatan penduduk mencapai 1.568 jiwa/km2.Sebagian besar penduduk Kecamatan Kalasan adalah Petani. Dari data monografi Kecamatan tercatat 14.106 orang atau 24,74 % penduduk Kecamatan Kalasan bekerja di sektor pertanian Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Godean dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini.
Tabel 4.6. Penggunaan Lahan di Kecamatan Kalasan No. 1.
2.
3.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
Tubuh air
TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Jasa & Perdagangan Cagar Budaya Pemukiman Desa Pendidikan Tinggi Kebun Campur Tegalan Sawah diselingi palawija Sawah Padi Perairan Sungai Kolam
Luas (%)
109609 250202 8038 9732982 23366 5090735 3262954 2804419 14788851 71259 25754 36135169
0.30 0.69 0.02 26.91 0.06 14.08 9.02 7.75 40.89 0.20 0.07 100
24
Gambar 4.6. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Kalasan Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Kalasan terdiri dari : industri & pergudangan, jasa & perdagangan, cagar budaya, permukiman desa, pendidikan tinggi,
kebun
campur, tegalan, sawah padi, sawah diselingi palawija, perairan sungai dan kolam. Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Kalasan didominasi oleh sawah padi sebesar 40,89% atau 1.478,85 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah permukiman desa yang memiliki luasan 26,91% atau 973,29ha dan kebun campur sebesar 14,08% atau 509,07 ha. Pemanfaatan yang paling sedikit berdasarkan interpretasi oleh penggunaan lahan tubuh air berupa kolam.
4.1.7. KECAMATAN MINGGIR Dapat dikatakan bahwa Kecamatan Minggir memiliki ciri agraris dalam aspek perekonomian, atau dengan kata lain Kecamatan Minggir termasuk kategori desa. Sebagaimana disebutkan dalam buku pedoman penyusunan penataan ruang, definisi kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan
sebagai
tempat
permukiman
perdesaan,
pelayanan
jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
25
Kecamatan Minggir merupakan kawasan yang berkembang dengan ciri desa-kota yang cukup kuat. Penataan ruang bagi kecamatan Minggir memiliki arti penting untuk mengantisipasi perkembangan-perkembangan yang terjadi. Disamping itu, penataan Kota Minggir memiliki arti pula pengendalian tata ruang, terutama dalam kaitannya dengan keberadaan lahan pertanian subur dengan fasilitas jaringan irigasi teknis, serta konflik-konflik kepentingan yang muncul karena adanya kegiatan pada suatu satuan ruang tertentu, terutama antara sektor publik dan sektor privat. Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Minggir dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini. Tabel 4.7. Penggunaan Lahan di Kecamatan Minggir No. 1.
2.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
3. Tubuh air TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Jasa & Perdagangan Pemukiman Desa Pemukiman Kota Kebun Campur Tegalan Sawah diselingi palawija Sawah Padi Perairan Sungai
Luas (%)
1981 12452 3233943 1114384 6588912 257339 5597552 8650981 544291 26161835
0.01 0.05 12.44 4.29 25.34 0.99 21.53 33.27 2.09 100
Gambar 4.7. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Minggir
26
Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Minggir terdiri dari : industri & pergudangan, jasa & perdagangan, permukiman desa, permukiman kota, kebun campur, tegalan, sawah padi, sawah diselingi palawija, dan perairan sungai. Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Minggir didominasi oleh sawah padi sebesar 33,27% atau 805,09 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah kebun campur sebesar 25,34% atau 658,89 ha dan sawah diselingi palawija yang memiliki luasan 21,53% atau 559,75 ha. Pemanfaatan yang paling sedikit berdasarkan interpretasi oleh penggunaan lahan industri dan pergudangan sebesar 0,01% atau 0,19 ha.
4.1.8. KECAMATAN MLATI Kecamatan Mlati berada di sebelah selatan Ibukota Kabupaten Sleman dengan jarak 4 km ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman. Kecamatan Mlati terbagi menjadi 5 desa, 74 padukuhan, 203 RW dan 554 RT. Desa-desa yang terdapat di wilayah administrasi Kecamatan Mlati adalah : 1)
Desa Sendangadi
2)
Desa Sinduadi
3)
Desa Sumberadi
4)
Desa Tirtoadi
5)
Desa Tlogoadi
Batas wilayah kecamatan Mlati : •
Sebelah Utara
: Kecamatan Sleman
•
Sebelah Timur : Kecamatan Ngaglik dan Kecamatan Depok
•
Sebelah Selatan : Kecamatan Godean, Gamping, dan Kota Yogyakarta
•
Sebelah Barat
: Kecamatan Seyegan
Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Mlati dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini.
27
Tabel 4.8. Penggunaan Lahan di Kecamatan Mlati No. 1.
2.
3.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
Tubuh air
TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Jasa & Perdagangan Bendungan Pendidikan Tinggi Pemukiman Kota Pemukiman Desa Perkantoran Rumah Sakit Lapangan Kebun Campur Tegalan Sawah diselingi palawija Sawah Padi Sawah diselingi sayur/hortikultura Kolam Perairan Sungai
Luas (%)
513350 765446 24815 321351 5799255 2181990 6586 103919 124657 8475327 273713 6879909 2887178 50379 14181 74899 28426955
1.80 2.69 0.09 1.13 20.35 7.66 0.02 0.36 0.44 29.74 0.96 24.14 10.13 0.18 0.05 0.26 100
Gambar 4.8. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Mlati
28
Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Mlati terdiri dari : industri & pergudangan, jasa & perdagangan, bendungan, pendidikan tinggi,
permukiman kota, permukiman
desa, perkantoran, rumah sakit, lapangan, kebun campur, tegalan, sawah padi, sawah diselingi palawija, sawah diselingi hortikultura, kolam,
dan perairan
sungai. Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Mlati didominasi oleh lahan kebun campur sebesar 29,74% atau 847,53 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah sawah diselingi palawija yang memiliki luasan 24,14% atau 687,99 ha dan permukiman kota sebesar 20,35% atau 579,96 ha. Pemanfaatan yang paling sedikit berdasarkan interpretasi oleh penggunaan lahan berupa kolam.
4.1.9. KECAMATAN MOYUDAN Kecamatan Moyudan berada di sebelah Barat daya dari Ibukota Kabupaten Sleman. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 16 Km. Lokasi ibu kota kecamatan Moyudan berada di Ngentak, Sumberagung pada 7o77306‘ LS dan 110o25373‘ BT. Sudah sejak tahun 1920an daerah Moyudan merupakan daerah industri perkebunan gula. Sebagian sawah untuk pertanian disewakan untuk perkebunan tebu. Wilayah Moyudan merupakan wilayah penopang tersedianya tebu bagi pabrik gula Madukismo, Kasihan, Bantul. Wilayah Moyudan merupakan daerah pertanian yang subur karena mendapatkan irigasi yang dialirkan dari sungai Progo yang dibangun pada tahun 1914. Saluran tersebut dikenal dengan saluran irigasi Van der Wijck yang masih berfungsi baik sampai sekarang. Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Moyudan dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini.
29
Tabel 4.9. Penggunaan Lahan di Kecamatan Moyudan No. 1.
2.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
3. Tubuh air TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Jasa & Perdagangan Pemukiman Desa Pemukiman Kota Kebun Campur Tegalan Sawah diselingi palawija Sawah Padi Perairan Sungai
Luas (%)
11765 26078 3639816 1534771 12387720 344789 1289227 8647614 319636 28121416
0.04 0.09 12.91 5.44 43.93 1.22 4.57 30.66 1.13 100
Gambar 4.9. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Moyudan
Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Moyudan terdiri dari : industri & pergudangan, jasa & perdagangan, permukiman kota, permukiman desa, kebun campur, tegalan,
sawah
padi,
sawah
diselingi
palawija,
dan
perairan
sungai.
Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Moyudan didominasi oleh lahan kebun campur sebesar 43,93% atau 1.238,77 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah sawah padi yang memiliki luasan 30,66% atau 864,76 ha dan permukiman desa sebesar 12,91% atau 363,98 ha. Pemanfaatan yang paling sedikit berdasarkan interpretasi oleh penggunaan lahan industri dan pergudangan.
30
4.1.10.
KECAMATANNGAGLIK
Kecamatan Ngaglik berada di sebelah utara Kecamatan Depok terbagi menjadi 6 desa, 87 padukuhan, 214 RW dan 561 RT. Desa di wilayah administrasi Kecamatan Ngaglik adalah : •
Desa Sariharjo
•
Desa Sinduharjo
•
Desa Minomartani
•
Desa Sukoharjo
•
Desa Sardonoharjo
•
Desa Donoharjo
Batas wilayah kecamatan Ngaglik : • Sebelah Utara
: Kecamatan Pakem
• Sebelah Timur
: Kecamatan Ngemplak
• Sebelah Selatan : Kecamatan Depok • Sebelah Barat
: Kecamatan Mlati dan Sleman
Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Ngaglik dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini. Tabel 4.10. Penggunaan Lahan di Kecamatan Ngaglik No. 1.
2.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
3. Tubuh air TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Jasa & Perdagangan Pemukiman Desa Pemukiman Kota Pendidikan Tinggi Monumen Kebun Campur Tegalan Sawah diselingi palawija Sawah Padi Sawah diselingi lainlain Kolam
Luas (%)
47467 352750 2915361 8940350 122064 37263 7303066 510838 14671702 3265693 204543 3093 38344190
0.12 0.92 7.60 23.30 0.32 0.10 19.03 1.33 38.23 8.51 0.53 0.01 100
31
Gambar 4.10. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Ngaglik
Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Ngaglik terdiri dari : industri & pergudangan, jasa & perdagangan, pendidikan tinggi,
permukiman kota, permukiman desa,
monumen, kebun campur, tegalan, sawah padi, sawah diselingi palawija, sawah diselingi lain-lain, dan kolam. Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Ngaglik didominasi oleh lahan sawah diselingi palawija sebesar 38,23% atau 1.467,17 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah permukiman kota yang memiliki luasan 23,30% atau 894,03 ha dan kebun campur sebesar 19,03% atau 730,06 ha. Pemanfaatan yang paling sedikit berdasarkan interpretasi oleh penggunaan lahan berupa kolam.
4.11. KECAMATAN NGEMPLAK Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman merupakan daerah yang terletak dibagian selatan kaki Gunung Merapi. Daerah ini merupakan kawasan luah (discharge) dengan morfologi berupa dataran yang tersusun atas batuan porus, sehingga memungkinkan untuk menyimpan cadangan air bawah tanah dalam jumlah yang besar. Meskipun demikian, pemanfaatan air bawah tanah harus dikelola dengan baik agar kelestariannya terjaga. Hal ini disebabkan bahwa air bawah tanah didaerah dataran relatif dangkal dan lebih mudah mengalami
32
pencemaran dari berbagai sumber. Perkembangan jumlah penduduk yang pesat yang pada gilirannya memberi tekanan pada sumberdaya lahan terutama airtanah, menempatkan sumberdaya airtanah pada tingkat risiko pencemaran yang semakin meningkat. Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Ngemplak dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini. Tabel 4.11. Penggunaan Lahan di Kecamatan Ngemplak No. 1.
2.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
3. Tubuh air TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Jasa & Perdagangan Pemukiman Desa Pemukiman Kota Pendidikan Tinggi Bendungan Lapangan Kebun Campur Tegalan Sawah diselingi palawija Sawah Padi Waduk/Embung
Luas (%)
94000 0.26 0.22 8.95 11.16 0.47 0.02 0.02 23.22 1.53
82513 3285700 4093704 171735 6437 8754 8520916 561208 11565174
31.52 22.08 0.55
8102288 201407 36623836
100
Gambar 4.11. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Ngemplak
33
Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Ngemplak terdiri dari : industri & pergudangan, jasa & perdagangan, pendidikan tinggi, permukiman kota, permukiman desa, bendungan, lapangan, kebun campur, tegalan, sawah padi, sawah diselingi palawija,
dan
waduk/
embung.
Berdasarkan
interpretasi
citra
maka
pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Ngemplakterbesar oleh lahan sawah diselingi palawija sebesar 31,52% atau 1.156,51 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah kebun campur yang memiliki luasan 23,22% atau 852,09 ha dan sawah padi sebesar 22,08% atau 810,22 ha. Pemanfaatan yang paling sedikit berdasarkan interpretasi oleh penggunaan lahan berupa bendungan dan kolam.
4.12. KECAMATAN PAKEM Kecamatan Pakem berada di sebelah Utara dari Ibukota Kabupaten Sleman. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 14 Km. Lokasi ibu kota kecamatan Pakem berada di 7o66708‘ LS dan 110o42011‘ BT. Kecamatan Pakem berada di dataran tinggi. Ibukota Kecamatannya berada pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Pakem beriklim seperti layaknya daerah dataran tinggi di daerah tropis dengan cuaca sejuk sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Pakem adalah 32 °C dengan suhu terendah 18 °C. Bentangan wilayah di Kecamatan Pakem berupa tanah yang berombak, perbukitan serta pegunungan. Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Pakem dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini. Tabel 4.12. Penggunaan Lahan di Kecamatan Pakem No. 1.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
2.
Pertanian
3. Kehutanan 4. Lahan Terbuka TOTAL
Luas (m2) Pemukiman Desa Pemukiman Kota Sawah diselingi palawija Sawah Padi Kebun Campur Tegalan TNGM
3152224 3163596 16837456 158895 11684815 755093 15344445 1088039 52124563
Luas (%)
6.04 6.06 32.27 0.30 22.39 1.45 29.40 2.08 100
34
Gambar 4.12. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Pakem
Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi
di
Kecamatan
Pakem
terdiri
dari
:
permukiman
kota,
permukiman desa, kebun campur, tegalan, sawah padi, sawah diselingi palawija, dan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi). Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Pakemterbesar oleh lahan sawah diselingi palawija sebesar 32,27% atau 1.683,74 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah kebun campur yang memiliki luasan 22,39% atau 1.168,48 ha dan Taman Nasional Gunung Merapi sebesar 19,40% atau 1534,45 ha. Pemanfaatan yang paling sedikit berdasarkan interpretasi oleh penggunaan lahan berupa sawah padi 0,3% atau seluas 15,88 ha.
4.13. KECAMATAN
PRAMBANAN
Kecamatan Prambanan sebagai bagian dari Daerah TingKat II Sleman merupakan bagian dari Pengembangan Kawasan Pembangunan Lereng Merapi, yang memiliki karakteristili: spesifik Apalagi bila dikaitkan dengan letaknya yang strategk, daerah produksi pangan utama, serta Kedudukannya sebagai daerah peninggalan purbakala yang sangat penting untuk kegiatan wisata budaya. Wilayah
Kecamatan
Kalasan
berkedudukan
sebagai
pendukung
Wilayah
Prambanan, merupakan pusat pertumbuhan penduduk yang perkembangannya
35
diarahkan sebagai pendukung pusat wisata budaya dan perdagangan. Sebagai bagian dari rencana penataan Kawasan Taman Purbakala Nasional Prambanan, Kawasan
Ibukota
Kecamatan
Kalasan
termasuk
dalam
zone
4,
yang
direncanakan sebagai pendukung pengembangan monumen budaya dan obyek Kepariwisataan Taman Wisata. Zone ini dikembangkan untuk menunjang Lingkungan
Taman
Wisata.
Prambanan
dan
menampung
akibat-akibat
pembangunan Candi dan Taman. Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Prambanan dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini.
Tabel 4.13. Penggunaan Lahan di Kecamatan Prambanan No. 1.
2.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
3. Tubuh air TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Jasa & Perdagangan Cagar Budaya Pemukiman Desa Pemukiman Kota Kebun Campur Tegalan Sawah diselingi palawija Sawah Padi Perairan Sungai
Luas (%)
81331 69537 127610 5601851 1011268 9787788 13744398 2036242 8150039 66826 40596890
0.20 0.17 0.31 13.77 2.49 24.06 33.79 5.01 20.04 0.16 100
36
Gambar 4.13. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Prambanan Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Prambanan terdiri dari : industri & pergudangan, jasa & perdagangan, cagar budaya,
permukiman kota, permukiman desa,
kebun campur, tegalan, sawah padi, sawah diselingi palawija, dan perairan sungai. Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan
Prambananterbesar
oleh
lahan
tegalan
sebesar
33,79%
atau
1.374,43 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah kebun campur yang memiliki luasan 24,06% atau 978,77 ha dan sawah padi sebesar 20,04% atau 815,03 ha. Pemanfaatan yang paling sedikit berdasarkan interpretasi oleh penggunaan lahan berupa perairan sungai.
4.14. KECAMATAN SEYEGAN Perkembangan Kota Seyegan baik fisik, sosial maupun ekonomi dipengaruhi oleh perannya dalam konstelasi wilayah yang lebih luas dan kemampuannya mewadahi kegiatan yang berkembang di dalamnya. Hal tersebut mengingat, bahwa secara makro kota merupakan bagian dari wilayah yang lebih luas dan secara mikro kota merupakan tempat kehidupan bagi warganya. Secara makro, Kota Seyegan merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Seyegan yang terletak di bagian barat wilayah Kabupaten Sleman. Dalam Poldas Pembangunan Dati II Kabupaten Sleman, wilayah Kecamatan Seyegan ini ditetapkan sebagai kawasan pertanian penyangga beras Kabupaten Sleman.
37
Sedang dalam RTRW Kabupaten Sleman kota Seyegan ditetapkan sebagai pusat SKP dengan hirarki IV yang melayani seluruh wilayah Kecamatan Seyegan. Secara fisik wilayah Kecamatan / Kota Seyegan ini memang mempunyai kesesuaian lahan untuk pengembangan pertanian lahan basah. Demikian pula penduduk pendukungnya dominan bekerja di sektor pertanian. Secara keruangan, letak kota Seyegan termasuk strategis, karena menjadi simpul kotakota kecamatan yang ada di bagian barat wilayah Kabupaten Sleman, Yaitu Kota Tempel di sebelah utara, Kota Minggir di sebelah barat, Kota Godean di sebelah selatan dan Kota Mlati di sebelah timur. Oleh karena itu selain lumbung beras, Kota Seyegan ini dapat dikembangkan sebagai pusat pengolahan hasil pertanian serta industri peralatan pertanian. Demikian pula mengingat bahwa lahan di sekitar Kecamatan Seyegan ini tergolong subur, sesuai untuk budidaya pertanian dan dapat mendukung fungsi Kecamatan Seyegan sebagai penyangga beras wilayah Kabupaten Sleman, maka perlu adanya usaha membatasi konversi lahan pertanian untuk pengembangan permukiman. Sehubungan dengan hal tersebut, Kota Seyegan yang memang telah ditetapkan berfungsi sebagai ibukota Kecamatan atau pusat kegiatan lokal, pantas dikembangkan sebagai pusat aglomerasi penduduk atau pusat permukiman. Dengan dikembangkannya Kota Seyegan sebagai pusat permukiman diharapkan ketersediaan lahan pertanian di wilayah Kecamatan Seyegan dan kecamatan lain di sekitarnya dapat terjaga. Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Seyegan dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini. Tabel 4.14. Penggunaan Lahan di Kecamatan Seyegan No. 1.
2.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
3. Tubuh air TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Pemukiman Desa Pemukiman Kota Kebun Campur Tegalan Sawah diselingi palawija Sawah Padi Perairan Sungai
Luas (%)
312032 4382729 1257471 6369864 659160 10161999 3558048 93810 26705113
1.16 16.36 4.69 23.77 2.46 37.92 13.28 0.35 100
38
Gambar 4.14. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Seyegan Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Seyegan terdiri dari : industri & pergudangan, permukiman kota, permukiman desa, kebun campur, tegalan, sawah padi, sawah diselingi palawija, dan perairan sungai. Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Seyeganterbesar oleh lahan sawah diselingi palawija sebesar 37,92% atau 1.016,99 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah kebun campur yang memiliki luasan 23,77% atau 636,98 ha dan permukiman desa sebesar 16,36% atau 438,27 ha. Pemanfaatan yang paling sedikit berdasarkan interpretasi oleh penggunaan lahan berupa perairan sungai.
4.15. KECAMATAN SLEMAN Kecamatan Sleman berada di sebelah Utara dari Ibukota Kabupaten Sleman. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 4 Km. Lokasi ibu kota kecamatan Sleman berada di 7 o 68410‘ LS dan 110 o 34044‘ BT. Kecamatan Sleman mempunyai bentuk wilayah yang datar dan berombak. Ibukota Kecamatannya berada pada ketinggian 243 meter di atas permukaan laut. Jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Sleman adalah 59.273 jiwa. Sebagian besar penduduk Kecamatan Sleman adalah Petani. Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Sleman dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini.
39
Tabel 4.15. Penggunaan Lahan di Kecamatan Sleman No. 1.
2.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
3. Tubuh air 4. Pertahanan & Keamanan TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Jasa & Perdagangan Pemukiman Kota Lapangan Kebun Campur Tegalan Sawah diselingi palawija Sawah Padi Waduk/Embung Kodim 0732
Luas (%)
260224 38980 5618593 33253 6876712 365561 17269885 285940 12508 62276 31143932
0.84 0.13 18.23 0.11 22.31 1.19 56.03 0.93 0.04 0.20 100
Gambar 4.15. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Sleman
Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Sleman terdiri dari : industri & pergudangan, jasa & perdagangan, permukiman kota, lapangan, kebun campur, tegalan, sawah padi, sawah diselingi palawija, dan pertahanan keamanan yang berupa kodim 0732. Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Slemanterbesar oleh lahan sawah diselingi palawija sebesar 56,03% atau 1.726,99 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah kebun campur yang memiliki luasan 22,31% atau 687,67 ha dan permukiman kota
40
sebesar 18,23% atau 561,85 ha. Pemanfaatan yang paling sedikit berdasarkan interpretasi oleh penggunaan lahan berupa lapangan.
4.16. KECAMATAN TEMPEL
Di dalam sistem kota-kota Kabupaten Sleman, Kota Tempel termasuk golongan Hirarki II. Sebagai kota hirarki II, Kota Tempel berperan sebagai pusat kegiatan Kecamatan Tempel sendiri maupun wilayah kecamatan-kecamatan disekitarnya. Selain memberikan pelayanan di bidang pemerintahan juga memberikan
pelayanan
di
bidang
perhubungan,
perdagangan,
sosial
kemasyarakatan dan pemukiman tingkat sub regional Secara geografis Kota Tempel terletak di bagian utara wilayah Kabupaten Sleman dan memiliki posisi yang strategis. Posisi yang strategis ini ditunjukkan dengan adanya akses jalan utama (nasional) ke wilayah luar Kabupaten Sleman. Akses langsung ke wilayah luar ini adalah ke Kota Salam dalam wilayah Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Tempel dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini. Tabel 4.15. Penggunaan Lahan di Kecamatan Tempel No. 1.
2.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
3. Tubuh air TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Pemukiman Desa Pemukiman Kota Kebun Campur Sawah diselingi palawija Sawah Padi Perairan Sungai
Luas (%)
43932 4150883 1862923 9090521 16380006 1849001 40465 33327731
0.13 12.42 5.57 27.20 49.02 5.53 0.12 100
41
Gambar 4.14. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Tempel
Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Tempel terdiri dari : industri & pergudangan, permukiman kota, permukiman desa, kebun campur, sawah padi, sawah diselingi palawija, dan perairan sungai. Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Tempelterbesar oleh lahan sawah diselingi palawija sebesar 49,02% atau 1.638 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah kebun campur yang memiliki luasan 27,20 % atau 636,98 ha dan permukiman desa sebesar 12,42% atau 415,08 ha. Pemanfaatan yang paling sedikit berdasarkan interpretasi oleh penggunaan lahan berupa perairan sungai.
4.17. KECAMATAN
TURI
Kecamatan Turi berada di sebelah Utara dari Ibukota Kabupaten Sleman. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 8 Km. Lokasi ibu kota kecamatan Turi berada di 7 o 65200‘ LS dan 110 o 36990‘ BT. Sedangkan Kota Turi terbentuk dari bagian-bagian wilayah 4 desa dan di dalamnya terdiri atas 11 dusun. Ibukota Kecamatannya berada pada ketinggian 550 meter diatas permukaan laut. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Turi adalah 32ºC dengan suhu terendah 23 ºC
42
Dari interpretasi citra maka penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Turi dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini. Tabel 4.17. Penggunaan Lahan di Kecamatan Turi No. 1.
2.
Penggunaan Lahan Pemukiman+Infrastruktur
Pertanian
3. Kehutanan TOTAL
Luas (m2) Industri & Pergudangan Pemukiman Desa Jasa & Perdagangan Kebun Campur Tegalan Sawah diselingi palawija TNGM
Luas (%)
12939 3166559 40952 12799550 790899 20995313 1957550 39703762
0.03 7.96 0.10 32.19 1.99 52.80 4.92 100
Gambar 4.17. Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Turi
Berdasarkan table diatas, penggunaan lahan yang terekam di citra dan dapat diinterpretasi di Kecamatan Turi terdiri dari : industri & pergudangan, jasa & perdagangan, permukiman desa, jasa perdagangan, kebun campur, tegalan, sawah
diselingi
palawija,
dan
TNGM
(Taman
Nasional
Gunung
Merapi).
Berdasarkan interpretasi citra maka pemanfaatan lahan terbesar di Kecamatan Slemanterbesar oleh lahan sawah diselingi palawija sebesar 52,80% atau 2.099,53 ha. Penggunaan yang termasuk besar lainnya adalah kebun campur yang memiliki luasan 32,19% atau 1.279,95 ha dan permukiman desa sebesar
43
7,96%
atau
316,65
ha.
Pemanfaatan
yang
paling
sedikit
berdasarkan
interpretasi oleh penggunaan lahan berupa industri & pergudangan sebesar0,03 % atau seluas 1,29 ha.
44
1.
Citra satelit ALOS memiliki 3 sensor, yaitu PRISM dengan resolusi 2.5 m, AVNIR-2 dengan resolusi 10 m, dan PALSAR dengan resolusi 12.5 m dan 100 m. Melalui modifikasi ketiganya dapat dihasilkan data penggunaan lahan hingga ketelitian sampai dengan 1:25.000. Dari data penggunaan lahan ini diharapkan sudah dapat dibedakan antara lahan pertanian dan non pertanian, di mana data ini selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk membuat
berbagai
kebijakan
yang
mampu
melindungi
dan
menyejahterakan masyarakat Sleman 2.
Setelah pemetaan penggunaan lahan dilaksanakan, kegiatan selanjutnya yang perlu dilaksanakan adalah aspek pengendalian. Dimana aspek pengendalian ini dilaksanakan dengan tujuan agar pemanfaatan ruang kota sesuai dengan rencana tata ruang kota yang disusun. Pengendalian tata ruang Kota meliputi: pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang kota.
3.
Salah satu kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang adalah pemberian perijinan pemanfaatan ruang kota. Perangkat atau mekanisme perijinan ini merupakan suatu perangkat yang digunakan untuk mengatur agar pengembangan kegiatan-kegiatan yang dilakukan, baik oleh masyarakat, swasta maupun pemerintah, berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Sebaliknya, pengembangan kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dapat dihindari, atau diarahkan ke lokasi lain yang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
45