Dinamika Kebidanan
vol. 1 no.2 Agustus 2011
EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG Rifatul Bafiroh Farida Arintasari *) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi :
[email protected] ABSTRAK Tingginya angka kematian ibu (AKI) menunjukkan bahwa kesehatan reproduksi para ibu masih memperihatinkan. Standar pelayanan kebidanan juga menyebutkan bahwa bidan harus mampu melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu bidan harus mampu memberikan penjelasan tentang halhal yang mempercepat pulihnya kesehatan. Berdasarkan hasil survey pendahuluan diperoleh bahwa dari 201 orang ibu yang nifas di BPS. NY Istirochah Kota Semarang selama bulan September - Oktober 2008, sebanyak 32 ibu nifas, 5 nifas yang mengalami kasus subinvolusio, dan 3 diantaranya merupakan ibu nifas yang menyusui tidak efektif. Menyusui dapat merangsang putting susu terhadap ujung syaraf sensoris. Rangsangan putting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hipofisis depan tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding saluran, sehingga ASI keluar. Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi rahim makin cepat dan baik. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas menyusui pada proses involusio uteri ibu postpartum 0-10 hari. di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009 di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini sebanyak semua ibu nifas di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang yang ada pada bulan September dan Oktober 2008 yang berjumlah 32 orang, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 32 responden atau keseluruhan dari populasi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, dengan cara menggunakan kuesioner. Data diolah dengan langkah editing, coding, scoring, entry, dan analisis data. Pada analisis digunakan metode analisis univariat yang hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Data kemudian dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif persentase. Hasil penelitian diperoleh Proporsi ibu yang menyusui efektif sebanyak 16 responden (50,00%) dan tidak menyusui efektif sebanyak 16 responden (50,00%). Proporsi proses involusio yang sesuai sebanyak 19 responden (59,40%) terjadi pada ibu yang menyusi efektif dan Proporsi proses involusi yang tidak sesuai sebanyak 13 responden (40,6%) terjadi pada ibu yang menyusui tidak efektif. Saran yang dapat diberikan adalah kepada tenaga kesehatan agar selalu memberikan penyuluhan pada ibu-ibu tentang teknik-teknik menyusui yang baik sehingga ibu yang dapat melaksanakan teknik menyusui yang efektif. Kepada msyarakat agar selalu mencari informasi melalui tenaga kesehatan, media informasi mengenai teknik menyusui yang efektif, sehingga terjadinya penurunan TFU dan Lochea akan menjadi baik. Kata Kunci Efektifitas menyusui, Proses Involusio Post Partum
PENDAHULUAN Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) menunjukan bahwa kesehatan reproduksi para ibu masih memprihatinkan. Dengan adanya kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat menurunkan AKI yang pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis "Empat Pilar safe Motherhood", hanya menunjukan keberhasilan pada program keluarga berencana, sedangkan cakupan pelayanan persalinan yang bersih dan aman masih sangat rendah dan mutunya belum optimal (Saefudin, 2002). Berdasarkan Kepmenkes No. 900 / MENKES / SK VII / 2002 tentang registrasi dan praktik bidan, Pasal 16 menyebutkan bahwa bidan harus mampu memberikan pelayanan pada ibu nifas baik normal maupun abnormal (Kepmenkes, 2002). Pemberian ASI selain bermanfaat bagi bayi, juga bermanfaat bagi ibu. Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitoksin oleh kelenjar hipofisis. Oksitoksin membantu proses involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Diperkirakan bahwa 50, 09% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 30, 58% kematian masa nifas, pada waktu hamil sebesar 19, 33%. Penyebab utama kematian ibu disebabkan karena perdarahan (28%), eklampsia (13 %), aborsi (11 %) dan infeksi (10%). (Dinkes Prov, 2004-2006). Dari data di Dinas Kesehatan Kota Semarang, bulan Januari-Juli 2008 menunjukan jumlah ibu hamil sebanyak 27.240, ibu bersalin 26.002 yang
2
bersalin di tenaga kesehatan 11.906 (41%). Ibu nifas sebesar 26,002 (DKK Semarang, 2008). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang, pada bulan Januari-Oktober 2008 terdapat 201 orang ibu nifas, bulan September-Oktober 2008 sebanyak 32 (15,9%) ibu nifas, 5 (2,5%) ibu nifas yang mengalami kasus subinvolusio. 5 diantaranya merupakan ibu nifas yang menyusui tidak efektif. Dari permasalahan tersebut penulis ingin meneliti kasus tersebut dengan judul "Efektifitas Menyusui pada Proses Involusio Uteri Ibu Post Partum 0-10 Hari". Dalam rangka berpartisipasi agar ibu-ibu memberikan ASI secara efektif (on demand) karena manfaat ASI baik untuk bayi, dan menyusui efektif menguntungkan bagi ibu dalam mempercepat proses involusio uteri. METEDOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif menggunakan rancangan cross sectional dengan tehnik survey. Populasi yang digunakan adalah semua ibu nifas di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang, yang ada pada bulan Juni 2009 yang berjumlah 35 orang. Sampel sejumlah 32 orang dengan tehnik sampling accidental sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Efektifitas Menyusui Tabel 1. Distribudi Frekuensi berdasarkan ibu menyusui di menyusui di di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang.
3
Menyusui Tidak Efektif
Distribusi frekuensi Jumlah (f) Persentase (%) 16 50
Efektif Jumlah
16
50
32
100
Tabel 1 tentang subyek dibagi sama menjadi 2 bagian yaitu subyek yang menyusui efektif sebanyak 16 responden (50%) dan tidak menyusui efektif sebanyak 16 responden (50%). Proses Involusio Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan proses involusio pada ibu nifas di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang Distribusi frekuensi Jumlah (f) Frekuensi (%) Tidak Sesuai 13 40,6 Sesuai 19 59,4 Total 32 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa proses involusio pada ibu nifas Proses Involusio
yang sesuai sebanyak 19 responden (59,4%) dan yang mengalami proses involusio yang tidak sesuai sebanyak 13 responden (40,6%). Jadi secara umum bahwa proses involusio antara yang sesuai lebih besar dibandingkan yang tidak sesuai.
Pembahasan Hasil penelitian ini mendeskripsikan ibu yang menyusui efektif dan tidak efektif dengan proses involusio uteri pada ibu postpartum 0-10 hari . di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang. 1. Mendiskripsikan Efektifitas Menyusui
4
Hasil penelitian yang dilakukan pada 32 responden yang menyusui efektif dan tidak efektif dengan proses involusio uteri pada ibu postpartum 0-10 hari di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang, diperoleh hasil bahwa sebanyak 16 responden (50%) termasuk dalam kategori menyusui efektif dan sebanyak 16 responden (50%) termasuk dalam kategori menyusui yang tidak efektif.
Ibu yang menyusui secara efektif
dalam hal ini
menggambarkan bahwa para ibu telah mengetahui cara menyusui dengan benar. Cara menyusui yang benar misalnya sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu. Demikian pula pada saat menyusui ibu dalam kondisi duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Dengan mengetahui caracara menyusui yang efektif tersebut, berarti ibu telah melaksanakan cara menyusui dengan benar. Karena dengan menyusui yang benar, maka akan dapat mempercepat pemulihan kesehatan ibu pasca persalinan. Hal ini seseuai dengan pendapat Sugiyarti (2006) bahwa dengan menyusui yang benar,
akan dapat
membantu mempercepat
pengembalian
rahim
(involusio) kebentuk semula dan mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Hal ini dikarenakan isapan bayi pada payudara dilanjutkan melalui syaraf ke kelenjar hipofise diotak yang mengeluarkan hormone
5
oksitoksin. Oksitoksin selain bekerja untuk mengontraksikan saluran ASI dan kelenjar air susu juga merangsang rahim untuk berkontraksi Sedangkan ibu yang menyusui dengan kategori tidak efektif sebanyak 50%, hal ini memberikan gambaran bahwa para ibu belum mengetahui dengan benar cara-cara menyusui dengan benar. Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat pengetahuan responden yang kurang atau tingkat pendidikan yang rendah. Dengan tidak menyusui dengan baik maka tidak akan terjadi rangsangan pada putting susu, maka dapat menghambat pembentukan prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi Asi tidak lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi refleks prolaktin dan reflek aliran timbul akibat rangsangan putting oleh hisapan bayi (Suradi. 2004).
2. Mendiskripsikan Proses Involusio Uteri Ibu Post Partum 0-10 Hari Hasil penelitian yang dilakukan pada 32 responden yang menyusui efektif dan tidak efektif dengan proses involusio uteri pada ibu post partum 0-10 hari di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang, diperoleh hasil bahwa sebanyak 19 responden (59,4%) termasuk dalam kategori involusio yang sesuai dan sebanyak 13 responden (40,4%) termasuk dalam kategori involusio yang tidak sesuai. Proses involusio yang sesuai dapat dilihat dari penurunan TFU dan pengeluaran lochea. Penurunan TFU yang sesuai adalah pada saat janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat. Segera setelah palsenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih dari 2 jari
6
dibawah pusat. Pada hari kelima pasca persalinan uterus kurang lebih setinggi 7 cm atas simpisis atau setengah simpisis pusat. Sesudah 10 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simpisis (Prawirohardjo, 2005). Sedangkan pada ibu dengan penurunan TFU tidak sesuai, hal ini menggambarkan bahwa penurunan uterus tidak sesuai dengan ketentuan hari yang ada. Dimana pengukuran dilakukan pada hari ke-0 postpartum TFU 2 jari dibawah pusat, pada ibu yang penurunan TFU tidak sesuai penurunan yang terjadi kurang dari 2 jari dibawah pusat. Penurunan TFU pada hari ke-5 postpartum TFU ½ simpisis pusat. Pada ibu dengan kategori tidak sesuai, penurunan ½ simpisis pusat terjadi pada hari ke 6 atau setelah hari ke-5. Penurunan pada hari ke-10 postpartum TFU tidak teraba. Pada ibu dengan ketagori tidak baik, penurunan TFU tidak teraba terjadi setelah hari ke-10 (Saleha, 2009). Pada jenis Lochea dengan kategori sesuai, hal ini memberikan gambaran bahwa pada jenis lochea yaitu jenis Lochea yang warnanya merah dan mengandung darah dari robekan atau luka pada bekas implantasi plasenta dan serabut dari desidua dari chorinion muncul pada hari pertama sampai dengan hari ke-empat postpartum. Pada lochea serosa yaitu lochea yang warnanya kecoklatan yang mengandung lebih sedikit darah dan lebih banyak serum yang terdiri dari leukosit dan robekan atau laserasi plasenta muncul pada hari ke kelima- kesembilan setelah melahirkan. Sedangkan Lochea alba yaitu lochea yang warnanya lebih pucat, putih kekuningan dan mengandung leukosit, selaput lender
7
serviks dan serabut jaringan yang mati muncul pada hari kesepuluh dan berkurang dalam minggu berikutnya. (Prawirohardjo, 2005). Sedangkan pada Lochea yang termasuk dalam kategori tidak sesuai, munculnya lochea Rubra lebih dari hari pertama – keempat, lochea seroca muncul lebih dari hari kelima-kesembilan dan munculnya lochea alba lebih dari hari kesepuluh dan belum berkurang dalam minggu berikutnya atau lebih dari 40 hari (Prawirohardjo, 2005). KESIMPULAN Karakteristik umur ibu post partum sebagian besar 25-35 tahun (59,4%) dan pekerjaan ibu post partum sebagian besar ibu rumah tangga (59,4%) Proporsi ibu yang menyusui efektif sebanyak 16 responden (50%) dan tidak menyusui efektif sebanyak 16 responden (50%). Proporsi proses involusio yang sesuai sebanyak 19 responden (59,4%) dan tidak sesuai sebanyak 13 responden (40,6%).
KEPUSTAKAAN Alimul, H. (2003). Riset Keperawatan Dan Teknik penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba. Ariawan, I. (1998). Besar Dan Metode Sampel Pada Penelitian kesehatan. Jakarta: Jurusan Bio Statistik dan Kepedulian FKMUI. Arikunto, S. (1999). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. (2001). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. BPS. (2008). Profil Kesehatan Jawa Tengah 2008. Semarang: BPS. Budiarto, E.
8
(2001). Bio Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Depkes, RI. (2001). Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan Dan Kebidanan Di Sarana Kesehatan. Jakarta: Depkes RI Depkes, RI. (2006). Profil Indonesia Sehat 2006 Jakarta: Depkes RI Huliana, M. (2003). Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Puspa Sewara Machfoedz, (2006). Statistika Deskriptif. Yogyakarta: Fitrama Margono, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jak. EGC Prawirahardjo. (2002). If= Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Pusdiknakes (2003). Asuhan Kebidanan. Jakarta: Pusdiknakes Riduwan, (2002). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta Saifuddin, (2003). Buku Panduan Praktek Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika Sugiarti, Y. (2006). Asuhan Kebidanan. Semarang: Akbid Abdi Husada Suradi, Ruina, dkk. 2004. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, Cetakan 2. Jakarta: Perinansia. Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
9
10