Hadi Saputra – 201103253 Seminar Ak dan Perpajakan By : Febrian Kuarto, SE.,M.AK
1. Teori Planned Behavior (Ajzen, 1991) untuk menjelaskan tentang prilaku kepatuhan pajak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subjektif dan control perilaku yang dirasakan terhadap niat kepatuhan, serta dampak dan niat terhadap kepatuhan pajak tersebut. Penelitian ini dengan menggunakan kuisioner sebagai instrument penelitian. Populasi penelitian ini adalah wajib pajak para pengusaha yang melaporkan SPT Masa PPN di kantor Pajak Pratama Jakarta serta terdapat 100 PKP yang dipilih sebagai responden penelitian, metode incidental sampling digunakan untuk menentukan responden dalam penelitian ini. Data dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modeking (SEM) . Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa sikap wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap niat terhadap kepatuhan, norma subjektif berpangaruh signifikan pada niat non terhadap kepatuhan. Control perilaku yang dirasakan memiliki pengaruh signifikan niat terhadap kepatuhan, dan niat terhadap kepatuhan memiliki dampak yang signifikan terhadap kepatuhan pajak. Diminta : 1. Sebutkan Fenomena & gejala permasalahan yang ada pada paragraph diatas! Jawab : Fenomena : kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia yang masih rendah Gejala-gejalanya : adanya pengaruh sikap, norma subjektiv dan control prilaku terhadap kepatuhan 2. Berikan judul yang tepat dan menarik dari paragraph diatas serta latar belakang yang mendasari penelitian tersebut, sehingga dapat menarik para peneliti untuk membaca serta memahami lebih mendalam, dan jelaskan alasnanya. Jawab : Judul : Pengaruh sikap, norma subjektif dan control perilaku tehadap terhadap kepatuhan wajib pajak, berdasarkan Structural Equation Modelling (SEM) dengan Niat sebagai variable Intervening Latar Belakang : Sejak tahun 1984 sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan sistem Self assessment yang berbeda dengan sistem pemungutan pajak yang dipakai sebelumnya , yaitu sistemofficial assessment. Sistem self assessment adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setia p tahunnya sesuai dengan perundang -undangan perpajakan yang berlaku (Resmi, 2007: 11). Penerapansi stem ini akan efektif apabila kondisi kepatuhan sukarela (voluntary compliance) pada masyarakat telah terbentuk (Darmayanti, 2004). Fakta-fakta menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia masih memprihatinkan, dilihat dari tax ratio dantax gap yang masih rendah. Untuk itu perlu dikaji secara intensif faktorfaktor yang memengaruhi kepatuhan wajib pajak. Fenomena kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia www.hadylie-stiebuddhi.vv.si Copyright © 2012-2014 Hady Lie Media Liciense To : Hady Lie Web Hosting. All Rights Reserved.
Hadi Saputra – 201103253 Seminar Ak dan Perpajakan By : Febrian Kuarto, SE.,M.AK
yang masih rendah ini menjadi motivasi pertama peneliti untuk menelaah secara intensif faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan Wajib Pajak. Motivasi kedua dalam penelitian ini adalah peneliti ingin menjelaskan faktorfaktor yang memengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dengan menggunakan teori perilaku. Riset tentang kepatuhan Wajib Pajak telah banyak dilakukan baik di luar negeri maupun di Indonesia dengan menggunakan berbagai macam pendekatan. Beberapa pendapat tentang pengertian kepatuhan Wajib Pajak menyatakan bahwa kepatuhan merupakan suatu aspek perilaku manusia (Wajib Pajak) dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku (Budiatmanto, 1999 dalam Tjahjono, 2006). Kiryanto (1999) menjelaskan bahwa kepatuhan Wajib Pajak adalah tingkah laku Wajib Pajak yang memasukkan dan melaporkan informasi yang diperlukan pada waktunya, mengisi secara benar jumlah pajak yang terutang, dan membayar pajak pada waktunya tanpa ada tindakan pemaksaan. Dari pengertian ini maka penelitian tentang kepatuhan Wajib Pajak bisa dilakukan dengan menggunakan teori perilaku. Ada beberapa teori perilaku yang bisa digunakan untuk meramalkan perilaku individu. Sihombing (2004) menyatakan bahwa Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) yang dikembangkan Ajzen (1991) merupakan salah satu teori sikap yang banyak diaplikasikan dalam beragam perilaku. Arniati (2009) juga menyatakan bahwa Teori Perilaku Terencana merupakan salah satu model psikologi sosial yang paling sering digunakan untuk meramalkan perilaku. Teori Perilaku Terencana merupakan prediksi perilaku yang baik karena diseimbangkan oleh niat untuk melaksanakan perilaku. Atas dasar inilah peneliti memilih untuk menggunakan Teori Perilaku Terencana untuk menjelaskan fenomena atau faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan Wajib Pajak. Da-lam Teori Perilaku Terencana, perilaku yang ditampilkan oleh individu timbul karena adanya niat untuk berperilaku. Munculnya niat berperilaku ditentukan oleh tiga faktor penentu, yaitu: (1) sikap terhadap perilaku; (2) norma subjektif; dan (3) kontrol perilaku (Ajzen, 1991). 3. Sebutkan variable-variable yang ada pada penelitiuan ini dan pengukuran variable yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut! Jawab : Variable : X1 = Sikap X2 = Norma subjektif X3 = Kontrol prilaku Y1 = Niat Y2 = Kepatuhan pajak
www.hadylie-stiebuddhi.vv.si Copyright © 2012-2014 Hady Lie Media Liciense To : Hady Lie Web Hosting. All Rights Reserved.
Hadi Saputra – 201103253 Seminar Ak dan Perpajakan By : Febrian Kuarto, SE.,M.AK
Pengukuran variable yang dibutuhkan : Penelitian ini mempunyai dua jenis variabel, yaitu varibel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen meliputi sikap terhadap kepatuhan pajak, norma subjektif, dan kontrol perilaku, sedangkan variabel endogen meliputi niat dan kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian ini juga mengklasifikasikan variabel penelitian menjadi dua, yaitu variabel laten dan indikator. 4. Buatlah hipotesis yang dibutuhkan untuk penelitian ini! Jawab : Pengembangan hipotesis : H1 : Sikap terhadap kepatuhan pajak berpengaruh terhadap niat Wajib Pajak untuk Berperilaku patuh H2 : Norma subjektif berpengaruh terhadap niat Wajib Pajak untuk berperilaku Patuh H3 : Kontrol perilaku berpengaruh pada niat Wajib Pajak untuk berperilaku patuh H4 : Kontrol perilaku yang dipersepsikan berpengaruh secara langsung terhadap kepatuhan Wajib Pajak. H5 : Niat untuk berperilaku patuh berpengaruh positif terhadap perilaku kepatuhan Wajib Pajak 5. Apa kesimpulan dan saran pada penelitian ini!? Jawab : Simpulan : Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan temuan studi dapat disimpulkan bahwa sikap dan kontrol perilaku berpengaruh terhadap niat untuk berperilaku patuh, sedangkan norma subjektif tidak berpengaruh terhadap niat untuk berperilaku patuh. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa kontrol perilaku berpengaruh langsung terhadap kepatuhan pajak. Saran : Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan dan memperluas penelitian ini adalah: a. Penelitian dengan topik yang serupa di masa yang akan datang dapat dilakukan kembali dengan menambah variabel prediktor yang sama, yaitu sunset policy dengan mengembangkan indikator-indikator yang lebih tepat. b. Model penelitian bisa dimodifikasi dengan cara melakukan uji langsung pengaruh sunset policy terhadap kepatuhan pajak tanpa melalui variabel niat. c. Populasi bisa diperluas dengan memilih Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Madya atau KPP besar, atau dengan membandingkan kepatuhan WP pada tingkat KPP Pratama, Madya, danKPP besar
www.hadylie-stiebuddhi.vv.si Copyright © 2012-2014 Hady Lie Media Liciense To : Hady Lie Web Hosting. All Rights Reserved.
Hadi Saputra – 201103253 Seminar Ak dan Perpajakan By : Febrian Kuarto, SE.,M.AK
This is my Resume : Variable Dependen ( variable terkait ) : Y variable yang disebabkan / dipengaruhi oleh variable bebas / Independen. variabel Independet (bebas) : X adalah variabel yang mempengaruhi keberadaan Y contoh: Pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar murid Variabel X : lingkungan belajar Variabel Y: prestasi belajar Variable intervening : Variabel ini merupakan variabel antara (penyela) yang terletak diantara Variabel independent dan Variabel dependent. Variabel ini bisa digunakan dalam menjelaskan proses hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent, misalnya X → T → Y, dimana T adalah variabel intervening yang digunakan untuk menjelaskan pola hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Terminologi terakhir, yaitu sebagai variabel antara, konsiten dengan metodologi dan definisi dalam Analisis Struktural Equation Modelling (SEM). Misalnya, X adalah usia dan Y adalah kemampuan membaca, hubungan sebab akibat antara X dan Y bisa dijelaskan oleh variabel Intervening T, misalnya Pendidikan. Dengan demikian, Usia (X) tidak secara langsung mempengaruhi kemampuan membaca (Y), tapi terlebih dahulu melalui variabel intervening, pendidikan (T), atau dengan kata lain, X mempengaruhi T dan selanjutnya T mempengaruhi Y. (Tuckman, B. W. 1988) Beberapa alasan studi ini menggunakan teknik analisis PLS atau SEM berbasis varian adalah: (1) model penelitian menggunakan lebih dari satu variabel dependen; (2) konstruk dalam penelitian seluruhnya diukur secara tidak langsung melalui indikator atau variabel manifest; (3) penelitian ini menggunakan konstruk dengan indikator formatif dan indikator refleksif Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan / incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai nara sumber. Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2011, Hal. 85
www.hadylie-stiebuddhi.vv.si Copyright © 2012-2014 Hady Lie Media Liciense To : Hady Lie Web Hosting. All Rights Reserved.
Hadi Saputra – 201103253 Seminar Ak dan Perpajakan By : Febrian Kuarto, SE.,M.AK
Variabel-variabel SEM a. Variabel Laten (Latent Variable) / (Measurement Model) Dalam SEM, variabel kunci yang menjadi perhatian adalah variabel laten (latent variable) atau konstruk laten. Variabel laten merupakan konsep abstrak yang menjadi perhatian yang diamati secara tidak langsung melalui efeknya pada variabel-variabel teramati, sebagai contoh: perilaku, sikap, perasaan dan motivasi. SEM mempunyai 2 jenis variabel laten yaitu eksogen dan endogen. Variabel eksogen selalu muncul sebagai variabel bebas pada semua persamaan yang ada dalam model, sedangkan variabel endogen merupakan variabel terikat pada paling sedikit satu persamaam dalam model, meskipun di semua persamaan sisanya variabel tersebut merupakan variabel bebas. b. Variabel Teramati (Observed atau Measured atau Manifest Variable) Variabel teramati (atau disingkat MV) adalah variabel yang dapat diamati atau dapat diukur secara empiris dan sering disebut sebagai indikator. Variabel teramati merupakan efek atau ukuran dari variabel laten. Berdasarkan bulat atau tidaknya nilai yang diperoleh, variabel dapat dibedakan menjadi variabel kontiniu dan variabel diskrit. Variabel kontiniu adalah variabel yang besarannya dapat menempati semua nilai yang ada diantara 2 titik. Pada variabel kontiniu terdapatnilai pecahan ataupun nilai yang bulat. Sedangkan variabel diskrit adalah variabel yang besarannya tidak dapat menempati semua nilai. Nilai variabel diskrit selalu berupa bilangan bulat. Pada umumnya variabel diskrit diperoleh melaui pencacahan. Macam – macam variable : a. Variabel Independen (variabel bebas) / variabel eksogen : variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. b. Variabel Dependen (variabel terikat) / variabel endogen / output : merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. c. Variabel Moderator : variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel bebasa dan variabel terikat. d. Variabel intervening : variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel bebas dan variabel terikat, sehingga variabel bebas tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel terikat. e. Variabel Kontrol : adalah variabel yang yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel control digunakan oleh peneliti bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan
www.hadylie-stiebuddhi.vv.si Copyright © 2012-2014 Hady Lie Media Liciense To : Hady Lie Web Hosting. All Rights Reserved.
Hadi Saputra – 201103253 Seminar Ak dan Perpajakan By : Febrian Kuarto, SE.,M.AK
Pengukuran skala : Skala adalah suatu instrument / mekanisme untuk membedakan individu dalam hal terkait variable . Ada 4 : 1. 2. 3. 4.
Skala Nominal : subjek pada kategori Skala Ordinal : Perbedaan antara kategori, mengurutkan Skala Interval : aritmatika terhadap data / responden Skala Rasio : mengukur perbedaan antar titik absolut dan proporsi dan perbedaan
Skala peringkat : 1. Skala Diktomi : untuk memperoleh jawaban ya / tidak 2. Skala kategori : menggunakan banyak item untuk mendapatkan respon tunggal 3. Skala Likert : menelaah seberapa kuat : Sangat tidak setuju (1) tidak setuju (2) Tidak berpendapat (3) Setuju (4) Sangat setuju (5) 4. Skala Diferensial Semantik : kedua kutub bipolar – jarang semantic antar individu, objek / kejadian dlm atribut 5. Skala Numerical : skla interval, 7 titik Data Penelitian : A. Data berdasarkan sumbernya = berdasarkan sumbernya, data penelitian bisa dikelompokkan ke dalam 2 jenis yakni data primer serta data sekunder. 1. Data primer merupakan data yang didapat / dikumpulkan oleh peneliti dengan cara langsung dari sumbernya. Data primer biasanya disebut dengan data asli / data baru yang mempunyai sifat up to date. Untuk memperoleh data primer, peneliti wajib mengumpulkannya secara langsung. Cara yang bisa digunakan peneliti untuk mencari data primer yaitu observasi, diskusi terfokus, wawancara serta penyebaran kuesioner. 2. Data sekunder merupakan data yang didapat / dikumpulkan peneliti dari semua sumber yang sudah ada dalam artian peneliti sebagai tangan kedua. Data sekunder bisa didapat dari berbagai sumber misalnya biro pusat statistik yang biasanya disingkat dengan BPS, jurnal buku, laporan dan lain sebagainya. Pemahaman pada ke 2 jenis data di atas dibutuhkan sebagai landasan untuk menentukan cara dan langkah-langkah pengumpulan data penelitian.
B. Data berdasarkan sifatnya = berdasarkan sifat dan bentuknya, data penelitian bisa dibedakan menjadi 2 jenis yaitu data kualitatif ( data yang berbentuk kata – kata atau kalimat ) dan data kuantitatif ( data yang berbentuk angka ). Data kuantitatif bisa dikelompokkan berdasarkan teknik mendapatkannya yakni data diskrit serta data kontinum. Data berdasarkan sifatnya, data kuantitatif tersusun atas data nominal, data interval, data rasio dan data ordinal. www.hadylie-stiebuddhi.vv.si Copyright © 2012-2014 Hady Lie Media Liciense To : Hady Lie Web Hosting. All Rights Reserved.
Hadi Saputra – 201103253 Seminar Ak dan Perpajakan By : Febrian Kuarto, SE.,M.AK
1. Data kualitatif = data kualitatif merupakan data yang berbentuk kalimat bukan berbentuk angka. Data kualitatif didapat melalui berbagai jenis cara pengumpulan data seperti analisis dokumen, wawancara, diskusi terfokus, / observasi yang sudah dituangkan ke dalam catatan lapangan / transkrip. Bentuk lain dari data kualitatif adalah foto yang didapat melalui pemotretan / rekaman video. 2. Data kuantitatif = merupakan data yang berbentuk angka / bilangan. Sesuai dengan kriterianya, data kuantitatif bisa diolah / dianalisis memakai teknik perhitungan statistika / matematika. 4.2 Prosedur Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer, dan respondennya adalah ahli pajak (tax professional). Kuisioner diberikan secara langsung kepada responden pada saat responden melakukan pelaporan SPT pada KPP Pratama Jakarta Pluit. Pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap, yaitu:
1. Apakah sikap berpengaruh terhadap niat Wajib Pajak untuk berperilaku patuh? 2. Apakah norma subjektif berpengaruh terhadap niat Wajib Pajak untuk berperilaku patuh? 3. Apakah kontrol perilaku yang dipersepsikan berpengaruh terhadap niat Wajib Pajak untuk berperilaku patuh? 4. Apakah kontrol perilaku yang dipersepsikan berpengaruh langsung terhadap Wajib Pajak untuk berperilaku patuh tanpa melalui variabel niat? 5. Apakah Sunset Policy berpengaruh terhadap niat Wajib Pajak untuk berperilaku patuh? 6. Apakah niat sebagai variabel intervening berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan pajak?
www.hadylie-stiebuddhi.vv.si Copyright © 2012-2014 Hady Lie Media Liciense To : Hady Lie Web Hosting. All Rights Reserved.