Jurnal Sosiologi
Dialektika KOMTEMPORER
S I L A R I A N G; Studi Konstruksi Sosial Pada Etnis Makassar Di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa Nurmi Nonci dan Andi Agustang WARUNG KOPI (Suatu Arena Produksi dan Reproduksi Simbolik) Arlin Adam dam Muhallis Bebang STRATEGI USAHA UNTUK MENDORONG EFEKTIVITAS KREDIT MIKRO BAGI ORANG MISKIN Hurriah Ali Hasan dan Rozeyta Omar KETERTINGGALAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR KOTA MAKASSAR Abdul Wahab PERILAKU HIDUP MASYARAKAT (Kasus Lima Penderita Diabetes Mellitus di Kota Makassar) Muzakkir PERANAN BUDAYA “TUDANG SIPULUNG/APPALILI” DALAM PENETAPAN HARGA DI SULAWESI SELATAN Alham R. Syahruna dan Rosman Md Yusoff INTERAKSI SOSIAL GURU (Studi terhadap Interaksi Sosial Guru Bersertifikat Profesi di SMA Negeri 9 Makassar) Abdul Halim Muharram PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT (Studi di Kecamatan Batang Kabupaten Jeneponto) Maksun Hakim SOSIOTEKNOLOGI DALAM PERTANIAN ORGANIK (Suatu Kajian Teori Modernisasi) Siti Wardah KEPUTUSAN HAKIM (Kajian Sosiologi Hukum Tentang Tindakan Hakim Dalam Kasus Korupsi Pada Pengadilan Negeri Makassar) John S. Arie REPRODUKSI SOSIAL PEMULUNG DALAM MULTI KEPENTINGAN AKTOR (Studi di TPA Tamangapa Antang Makassar) M.Ihsan Darwis PENGUMPUL BESI TUA (Studi Kesejahteraan Keluarga di Oesapa Barat Kota Kupang) Baco Tang DIALEKTIKA KEMAJUAN KOTA (Studi Kasus Pembangunan Perumahan di Kecamatan Manggala) Muhammad Nawir SWAMEDIKASI (Kajian Sosiologi Kesehatan, Studi Kasus di Kota Makassar) Ashyari Asykin PERILAKU KOMUNITA PETANI DALAM MENINGKATKAN USAHA TANI DAN MEMELIHARA JARINGAN IRIGASI Arwansah
DITERBITKAN OLEH: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Jurnal Sosiologi, Dialektika Kontemporer, Volume 1 No.2, Juli - Desember 2013
Jurnal Sosiologi
Dialektika Penerbit:Prodi S3 Sosiologi Pps Universitas Negeri Makassar
Kontemporer
Penanggungjawab Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Asisten Direktur I PPs Universitas Negeri Makassar Asisten Direktur II PPs Universitas Negeri Makassar Ketua Prodi S3 Sosiologi PPs Universitas Negeri Makassar Ketua Dewan Redaksi Prof. Dr. Andi Agustang, M.Si Penyunting Ahli Prof. Dr. H. Idrus Abustam (UNM); Prof. T.R. Andi Lolo, Ph.D (UNHAS); Prof. Dr. H. M. Tahir Kasnawi, SU (UNHAS); Prof. Dr. Ir. H. Darmawan Salman, MS (UNHAS); Prof. Hamdan Djuhanis, MA., Ph.D (UIN Alauddin Makassar); Dr. Syamsu A. Kamaruddin, M.Si (UVRI Makassar); Dr. Bastiana, M.Si (UNM); Dr. Ir. Batara Surya, M.Si (Universitas 45 Makassar); Dr. Andi Tenri Mahmud, M.Si (UNIDAYAN Baubau); Dr. Arlin Adam, M.Si (UVRI Makassar) Penyunting Pelaksana Drs. Muhammad Yahya, M.Si Dewan Penyunting Drs. Abdul Wahab, M.Si (Kordinator) Drs. H. Amiruddin, M.Pd; Abdul Rahman, S.Pd., M.Si; Drs. Usman Raidar, M.Si; Drs. Syahrir Ibnu, M.Si; M. Asdar AB; Ir. Rahmatiah, M.Si; Dra. Hj. Chuduriah Sahabuddin, M.Si. Sekretaris Redaksi Ambo Upe; Rosnah Sulaeman; Mustar. Keuangan Sudirman Muhammadiyah, Benyamin. Distribusi Abdullah Rachim (Kordinator), Asrina, Arda Senaman, Karyawan, AK; Syarifuddin, Jalal; Surachmi Inderawaty Razak, Muh Nazir. Layout Adi Sumandiyar, LM.Deden Marrah Adil, Ridwan Alamat Redaksi Prodi S3 Sosiologi PPs UNM Kampus PPs UNM Makassar Jl. Bontolangkasa Gunungsari Baru Makassar 90222 Telp (0411) 830368 – Fax (0411) 855288 Makassar Sulawesi Selatan E-mail:
[email protected]
ii
DAFTAR ISI EDITOR.............................................................................................................................................. v S I L A R I A N G; Studi Konstruksi Sosial Pada Etnis Makassar Di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa Nurmi Nonci dan Andi Agustang......................................................................................... 1 WARUNG KOPI (Suatu Arena Produksi dan Reproduksi Simbolik) Arlin Adam dam Muhallis Bebang...................................................................................... 9 STRATEGI USAHA UNTUK MENDORONG EFEKTIVITAS KREDIT MIKRO BAGI ORANG MISKIN Hurriah Ali Hasan dan Rozeyta Omar............................................................................. 21 KETERTINGGALAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR KOTA MAKASSAR Abdul Wahab................................................................................................................................. 29 PERILAKU HIDUP MASYARAKAT (Kasus Lima Penderita Diabetes Mellitus di Kota Makassar) Muzakkir.............................................................................................................................. 39 PERANAN BUDAYA “TUDANG SIPULUNG/APPALILI” DALAM PENETAPAN HARGA DI SULAWESI SELATAn Alham R. Syahruna dan Rosman Md Yusoff............................................................. 46 INTERAKSI SOSIAL GURU (Studi terhadap Interaksi Sosial Guru Bersertifikat Profesi di SMA Negeri 9 Makassar Abdul Halim Muharram.................................................................................................. 60 PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT (Studi di Kecamatan Batang Kabupaten Jeneponto) Maksun Hakim................................................................................................................... 68 SOSIOTEKNOLOGI DALAM PERTANIAN ORGANIK (Suatu Kajian Teori Modernisasi) Siti Wardah......................................................................................................................... 79 KEPUTUSAN HAKIM (Kajian Sosiologi Hukum Tentang Tindakan Hakim Dalam Kasus Korupsi Pada Pengadilan Negeri Makassar) John S. Arie ........................................................................................................................ 86 REPRODUKSI SOSIAL PEMULUNG DALAM MULTI KEPENTINGAN AKTOR (Studi di TPA Tamangapa Antang Makassar) M.Ihsan Darwis................................................................................................................ 99 iii
Jurnal Sosiologi, Dialektika Kontemporer, Volume 1 No.2, Juli - Desember 2013
PENGUMPUL BESI TUA (Studi Kesejahteraan Keluarga di Oesapa Barat Kota Kupang) Baco Tang.......................................................................................................................................... 109 DIALEKTIKA KEMAJUAN KOTA (Studi Kasus Pembangnunan Perumahan di Kecamatan Manggala) Muhammad Nawir.........................................................................................................................122 SWAMEDIKASI (Kajian Sosiologi Kesehatan, Studi Kasus di Kota Makassar) Ashyari Asykin.................................................................................................................................132 PERILAKU KOMUNITA PETANI DALAM MENINGKATKAN USAHA TANI DAN MEMELIHARA JARINGAN IRIGASI Arwansah...........................................................................................................................................146
iv
Jurnal Sosiologi, Dialektika Kontemporer, Volume 1 No.2, Juli - Desember 2013
Editorial
P
eningkatan kualitas dalam proses pembelajaran pada perguruan tinggi, secara kontinyu dilakukan pemerintah. Sejumlah kebijakan telah diambil dengan sebuah harapan, produk akhir dari proses pembelajaran memberi output yang memiliki kualitas dan berdaya saing tinggi. Beberapa kebijakan itu termasuk di antaranya, kewajiban publikasi ilmiah bagi para alumni pada semua jenjang pendidikan mulai dari Diploma sampai dengan S3. Kebijakan itu secara langsung mendorong dan memberi semangat pada civitas akademika untuk semakin serius dalam melakukan penelitian kemudian mempublikasikan karya ilmiah pada jurnal terakreditasi. Realitas akademik dalam periode waktu teramat panjang, penelitian kemudian publikasi ke jurnal, kurang mendapat perhatian dari kalangan civitas akademika. Para dosen seper tinya hanya terjebak dalam proses mengajar, membimbing, dan menguji. Kenyataan itu menjadi rutinitas dari waktu ke waktu. Akibat dari kenyataan hanya memburu pembelajaran itu, ranah penelitian di kalangan dosen, terkesan kurang mendapat perhatian serius dan malah cenderung dilupakan, Padahal jika diamati ranah akademik, penelitian dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, menjadi jantung perguruan tinggi. Terlupakannya penelitian dalam dunia akademik membawa pengaruh sangat jauh pada daya saing sumber daya dosen, jika dibanding dengan negara lainnya. Arah kebijakan pemerintah lewat Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, lewat publikasi ilmiah bagi calon sarjana dari semua tingkatan, membuka jalan untuk memulai dan men jadikan penelitian sama pentingnya dengan proses pembelajaran di dalam dan luar kelas. Jenjang studi S3 Sosiologi Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar, merespon kebijakan pemerintah dengan menerbitkan jurnal ilmiah, guna memberi ruang dan media bagi calon doktor untuk mempublikasikan karya ilmiah yang menjadi salah satu syarat mengikuti proses akhir studinya. Respon civitas akademika terhadap
v
kehadiran jurnal ini di tengah pembaca termasuk sangat positif. Naskah diterima redaksi termasuk cukup banyak. Malah pada penerbitan edisi kedua ini, ada dua penulis asal Malaysia mengirim naskah dan lolos seleksi redaksi. Mahasiswa Fakultas Manajemen Universitas Teknologi Malaysia, Hurriah Ali Hasan bersama dengan Rozeyta Omar Professor Madya pada Fakulti Management, Universiti Teknologi Malaysia, menulis soal Strategi Usaha untuk Mendorong Efektivitas Kredit Mikro bagi Orang Miskin. Simpulan dari artikel Huriah Ali Hasan dan Rozeyta Omar, mengatakan, Dari analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa semua responden melakukan kontrol yang ketat terhadap berbagai faktor yang terkait dalam kegiatan usaha dan keuangan yaitu, kontrol terhadap kredit, kontrol terhadap pendapatan, kontrol terhadap keuntungan, dan kontrol terhadap produk, serta melakukan penguatan pada kegiatan usaha mereka untuk menghadapi persaingan usaha dalam pasar yang mereka masuki. Penulis kedua adalah Alham R. Syahruna dan Rosman MD Yusoff , menukis artikel berjudul, Peranan Budaya“Tudang Sipulung/Appalili” dalam Penetapan Harga di Sulawesi Selatan. Simpulan artikelnya, Tudang sipulung adalah perbincangan dilakukan oleh komuniti pesawah untuk menentukan perancangan awal sebelum turun ke sawah. Kajian ini telah dijalankan di Gowa, Takalar, Wajo dan daerah Pinrang. Pengumpulan data diperolehi melalui pemerhatian, temu bual dan Perbincangan Kumpulan Fokus (PKF). Wawancara dilaksanakan dengan memilih masing-masing 2 nara sumber pesawah pada daerah Sidrap dan Pinrang sebagai daerah pusat pengeluar utama padi dan 2 nara sumber terpilih, yang bukan daerah pengeluar utama padi iaitu daerah Gowa dan Takalar. Temuan penelitian, budaya “tudang sipulung/appalili” boleh berperanan dalam menentukan margin keuntungan diperoleh oleh pesawah. Peranan tudang sipulung/appalili dalam penetapan harga beras dalam saluran pemasaran padi dan beras boleh diperkuat lagi jika ia diintegrasikan dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Jurnal Sosiologi, Dialektika Kontemporer, Volume 1 No.2, Juli - Desember 2013
dan Koperasi Unit Kampung (KUK). Penulis lainnya adalah, Nurmi Nonci dan Andi Agustang. Nurmi mahasiswa S3 Sosiololgi PPs-UNM serta Andi Agustang Ketua Prodi S3 Sosiologi PPs-UNM, menulis artikel Silariang, Studi Konstruksi Sosial pada Etnis Makassar. Simpulan artikel ini menyatakan, Kawin silariang adalah suatu perkawinan yang dilakukan setelah pemuda/laki-laki dengan gadis/perempuan pergi mening gal kan keluarga atas kehendak berdua. Konstruksi sosial Silariang memperkuat posisi konstruksivisme sosial Gergen yang subtansinya melihat adanya peran penting antar individu da lam mengkonstruksi sebuah realitas (mikro). Kemudian secara makro, struktur sosial melakukan campur tangan terhadap silariang melalulu pelembagaan institusi pernikahan. Artikel lainnya, Warung Kopi, Suatu Arena Produksi dan Reproduksi Simbolik ditulis oleh Arlin Adam dan Muhallis Bebang. Makna warung kopi mengalami pergeseran dari tradisional ke modern. Makna berkerja berdasar latar kepentingan. Naskah lainnya, Abdul Wahab, menulis soal Ketertinggalan Pembangunan Masyarakat Pesisir Kota Makassar. Simpulannya, ketertinggalan pembangunan masyarakat pesisir lebih disebabkan faktor struktur sosial menempatkan nelayan sebagai obyek eksploitasi secara berkelanjutan antara generasi, proses eksploitasi berlangsung sebagai perangkap kapitalisme lokal. Abdul Halim Muharram, menulis Interaksi Sosial Guru, Studi Terhadap Interaksi Sosial Guru Bersertifikat Profesi di SMA Negeri 9 Makassar. Pergeseran bentuk hubungan kerja sama dari mekanisme struktural ke kultral memampukan seluruh guru dan komponen kerja sekolah tersimpul dalam suatu kohesitas sosial yang kuat. Soal Program Pengentasan Kemiskinan Memberdayakan Masyarakat, Studi di Jeneponto menjadi fokus tulisan Maksud Hakim. Simpulan dari artikelnya, program ini mendapat respon sangat sesuai karena memenuhi keinginan masyarakat. Bantuan itu sangat sesuai dan menguntungkan masyarakat. Siti Warda menulis, Sosioteknologi dalam
Pertanian Organik, Suatu Kajian Teori Modernisasi. Penulis yang lain, John S. Arie, menulis tentang Keputusan Hakim, Kajian Sosiologi Hukum Tentang Tindakan Hakim dalam Kasus Korupsi pada Pengadilan Negeri Makassar. Penulis selanjutnya, M. Ihsan Darwis, Reproduksi Sosial Pemulung dalam Multi Kepentingan Aktor, Studi di TPA Antang Makassar. Baco Tang, menulis soal Pengumpul Besi Tua, Studi Kesejahteraan Keluarga di Oesapa Kupang. Hasil penelitian menunjukkan, tingkat kesejahteraan keluarga pemulung sangat rendah. Muhammad Nawir menulis, Dialektika Kemajuan Kota, Studi Kasus Pembangunan Perumahan di Kecamatan Manggala. Simpulan artikel, keterpinggiran masyarakat pemilik lahan oleh kemajuan kota akibat pembangunan, oleh karena dua faktor utama yaitu struktur kapitalisme dan kultur ma0syarakat. Swamedikasi, Kajian Sosiologi Kesehatan Studi Kasus di Kota Makassar ditulis oleh Asyhari Asyikin, temuan dalam penelitian ini, komunikasi antar aktor dalam swamediksi tidak berjalan secara efektif. Pemicu terjadinya perilaku swamedikasi, pengetahuan masyarakat yang rendah terhadap penggunaan obatobatan untuk penyembuhan serta rendahnya pendapatan perkapita. Penulis terakhir dalam edisi ini, Arwansyah meneliti soal, Perilaku Komunitas Petani dalam Meningkatkan Usaha Tani dan Memelihar Jaringan Irigasi, Studi di Takalar. Temuan lapangan, perilaku petani meningkatkan usaha tani dan memelihara jaringan irigasi tersier di Takalar adalah rendah. Edisi kedua jurnal ini, mempublikasikan 15 naskah hasil penelitian yang berasal dari kalangan dosen dan mahasiswa S3. Harapan kami dari pengelolah, kehadiran edisi kedua ini, memberi inovasi dan pencerahan dalam ranah armosfir dan marwah akademik.
Ketua Dewan Redaksi
Andi Agustang
vi
Jurnal Sosiologi, Dialektika Kontemporer, Volume 1 No.2, Juli - Desember 2013
Strategi Usaha untuk Mendorong Efektivitas Kredit Mikro bagi Orang Miskin Hurriah Ali Hasan Fakulti Management, Universiti Teknologi Malaysia
Rozeyta Omar Professor Madya pada Fakulti Management, Universiti Teknologi Malaysia
Abstrak Untuk membantu kelompok masyarakat miskin agar dapat mempunyai uang sendiri, maka perlu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan kegiatan usaha di kalangan masyarakat miskin. Tujuannya adalah untuk mendorong orang miskin agar terlibat dalam kegiatan usaha sehingga mereka dapat mandiri dengan memiliki pekerjaan dan memperoleh pendapatan sendiri. Saat ini ada banyak program kredit mikro yang telah diakses oleh masyarakat miskin, salah satunya adalah dari koperasi, di mana mereka menggunakan pinjaman untuk menciptakan kegiatan usaha mikro informal. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini dilakukan, yaitu untuk melihat bagaimana pelaku usaha mikro informal dapat menggunakan kredit mikro secara efektif dan strategi usaha yang mereka lakukan, sehingga dapat memberi manfaat bagi kelangsungan usaha dan meningkatkan pendapatan rumah tangga. Dari analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa semua responden melakukan kontrol yang ketat terhadap berbagai faktor yang terkait dalam kegiatan usaha dan keuangan yaitu, kontrol terhadap kredit, kontrol terhadap pendapatan, kontrol terhadap keuntungan, dan kontrol terhadap produk, serta melakukan penguatan pada kegiatan usaha mereka untuk menghadapi persaingan usaha dalam pasar yang mereka masuki. Kata Kunci: Kredit Mikro, Kemiskinan, Usaha Informal
1. Latar Belakang Kemiskinan telah menyebabkan kelompok masyarakat miskin kekurangan pilihan untuk mengakses kebutuhan dasar, seperti makanan dan gizi, pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan ekonomi lainnya, di mana kepemilikan aset yang terbatas, penguasaan teknologi yang rendah, dan tidak memiliki keterampilan yang memadai (Yunus, 2003). Hal itu menunjukkan bahwa kekurangan uang telah menjadi penyebab masalah dalam kasus kemiskinan, sehingga untuk mengangkat masyarakat miskin untuk keluar dari kemiskinan, maka mereka harus dibantu agar dapat memiliki uang sendiri (Yunus, 1999).
Untuk membantu kelompok miskin agar dapat mempunyai uang sendiri, banyak institusi telah mencoba untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan lapangan pekerjaan, yang bertujuannya untuk membantu lebih banyak orang miskin memiliki pekerjaan dan mendapatkan gaji. Salah satu bentuk lapangan pekerjaan yang digiatkan untuk kelompok masyarakat miskin adalah mendorong terciptanya lingkungan usaha informal, yaitu lapangan pekerjaan yang diciptakan dan diusahakan sendiri oleh orang miskin. Dalam upaya mendorong penciptaan lapangan usaha informal bagi pencari 21
Hurriah Ali Hasan & Rozeyta Omar
kerja dari kalangan masyarakat miskin, program kredit mikro telah menjadi strategi yang tepat agar mereka menjadi lebih produktif dan mandiri, sesuai dengan keterampilan dan tingkat pendidikan yang mereka miliki (Dulal, 2007; Hulme & Mosley, 1996; Hossain & Knight, 2008). Strategi ini bertujuan untuk membuat kelompok miskin dapat mewujudkan peluang pekerjaan sendiri, mendapatkan uang untuk diri mereka sendiri dan mempertahankan kestabilan sumber pendapatan yang mereka miliki. Penyelesaian yang ditawarkan oleh para ahli untuk 'memotong' lingkaran setan kemiskinan adalah: 1) Mengolah potensi sumber daya alam; 2) Meningkatkan produktivitas; 3) Menyediakan pinjaman untuk modal usaha, dan 4) Mendorong pemilikan tabungan (Hulme & Mosley, 1996; Leikem, 2012; Morduch & Haley, 2001). Kredit mikro telah membantu banyak kelompok miskin untuk mewujudkan kegiatan usaha dan membangun suatu usaha kecil, sehingga mereka dapat menciptakan pendapatan sendiri (ADB, 2000). Idealnya, kegiatan usaha mikro dapat membantu orang miskin agar lebih mandiri dalam membangun kehidupan sendiri dan mendapatkan uang untuk memenuhi keperluan hidup rumahtangganya (KraemerEis & Conforti, 2009). Namun membangun sebuah usaha, diperlukan bukan hanya modal, tetapi hal yang sangat penting adalah perencanaan dan kemauan yang kuat dari pelaku usaha (Drucker, 1984). Orang miskin yang memiliki pendidikan rendah, selain tidak memiliki modal yang cukup, mereka juga tidak memahami pentingnya perencanaan. Pendidikan yang rendah seringkali telah menghambat motivasi orang miskin untuk memulakan suatu bisnis, sehingga menghambat proses penciptaan kegiatan usaha. Untuk meningkatkan sektor informal, harus diidentifikasi kebutuhan yang diperlukan, tidak hanya kebutuhan dana, tetapi masalah peluang pemasaran, dan pemanfaatan teknologi (ADB, 2000).
Proses membangun kegiatan usaha harus didukung oleh banyak aspek, yaitu modal, kemauan, perencanaan yang tepat, kemampuan melihat pasar, dan kreativitas untuk menciptakan pasar bagi produk mereka (Chowdhury, 2007). Namun bagi masyarakat miskin, banyak aspek yang tidak mereka miliki, terutama dalam hal modal, sehingga menghambat proses menjalankan kegiatan perniagaan. Hal ini mendasari penelitian ini, yaitu untuk melihat aspek-aspek yang mendukung proses berjalannya kegiatan usaha pada level usaha mikro informal, strategi yang dijalankan untuk menghadapi setiap hambatan dan permasalahan bisnis, dan bagaimana pelaku usaha mikro informal menyiasati setiap peluang dan hambatan yang dihadapi. Penelitian ini difokuskan kepada masyarakat miskin yang memanfaatkan akses ke koperasi sebagai sumber keuangan, dan menjalankan kegiatan usaha informal. 2. Metodologi a. Profil Sampel dan Metode Pengumpulan Data Sampel dipilih secara random dari database organisasi penyedia kredit mikro, yaitu koperasi. Sampel dipilih berdasarkan karakteristik pinjaman, seperti tahun keanggotaan dalam koperasi, jumlah pinjaman, masa pinjaman dan riwayat transaksi, serta riwayat kegiatan usaha informal yang dijalankan. Dalam penelitian ini, sebanyak tiga orang sampel telah diwawancara secara mendalam dengan pertanyaan yang mencakup bagaimana mereka menjalani proses membangun kegiatan usaha, sejak dari awal mula, menghadapi berbagai masalah dan cara penyelesaiannya, hingga dapat mempertahankan kegiatan usaha tersebut hingga saat ini. Tiga orang yang bersedia menjadi sampel adalah anggota koperasi yang bertempat tinggal di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, dan dipilih tanpa membatasi pada perbedaan gender dan jenis kegiatan. Syarat penentuan 22
Jurnal Sosiologi, Dialektika Kontemporer, Volume 1 No.2, Juli - Desember 2013
sampel adalah anggota koperasi dan menjadi peserta program kredit yang disediakan oleh koperasi, serta memiliki kegiatan
usaha mikro minimal 2 tahun yang dibiayai dari kredit yang didapatkan dari koperasi.
Tabel 1. Profil Sampel Kode Jenis Responden kelamin R1 Wanita R2
Laki-laki
R3
Wanita
Jenis usaha Jahit Jual sayur keliling Kelontong
Lama usaha (tahun) 4 3 9
Penelitian ini tidak mempertimbangkan jumlah sampel berdasarkan keterwakilan dari populasi, karena penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengalaman pribadi peminjam mikro kredit dalam memanfaatkan pinjaman untuk membangun dan menjalankan kegiatan usaha. Penelitian ini adalah untuk mengkaji pengalaman pribadi orang yang pada mulanya adalah miskin, namun dapat menciptakan sumber pendapatan sendiri melalui pinjaman mikro kredit. Ketiga responden memiliki pekerjaan yang berbeda-beda, yaitu responden pertama (R1) adalah penjahit yang menjalankan aktivitas pada satu tempat tetap, responden kedua (R2) adalah pedagang sayuran yang menjalankan aktivitasnya dengan berkeliling kampung dan kompleks perumahan, dan responden ketiga (R3) adalah pedagang toko kelontong yang menjalankan aktivitasnya di satu toko tetap. Pedagang sayuran memiliki jam kerja rutin setiap hari yakni dimulai pada subuh hingga siang hari, dan kembali ke rumah pada saat dagangan habis dijajakan. Sedangkan penjahit dan pedagang toko kelontong menjalankan aktivitasnya setiap saat, tanpa jam kerja yang tetap, karena pelanggan yang datang ke tempat mereka. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap ketiga responden dan dilakukan observasi tehadap kehidupan sehari-hari setiap responden, sehingga peneliti dapat lebih mudah memahami perilaku dan makna dari perilaku responden (Cresswell, 2010; Sugiyono, 2009). Berdasarkan hasil temuan, diketahui bahwa ketiga
Aset awal Mesin jahit pinjaman Berjualan di emperan pasar Ruang tamu jadi toko
Perkembangan usaha Alat jahit yang lengkap Sepeda motor Ruang terpisah untuk toko dan Kapal nelayan kecil
responden telah mengalami peningkatan usaha yang cukup baik selama masa mereka menjalankan kegiatan usaha mereka, terlihat dari penambahan jumlah aset usaha, sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1 di atas. R1 yang menjalankan usaha menjahit, dalam masa tiga tahun mengelola usahanya yang bermula hanya bermodal satu unit mesin jahit pinjaman, kini telah memiliki dua unit mesin jahit, mesin obras dan mesin sulam. Sementara R2 yang memulai usahanya dengan menjajakan dagangan di pinggiran pasar beralas tikar, dalam masa tiga tahun sudah dapat mencicil motor untuk digunakan menjajakan dagangannya keliling kompleks perumahan. Sedangkan R3 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana selama sembilan tahun mengelola toko kelontongnya, terus meningkatkan pinjaman pada koperasi untuk memperluas toko dan memperbesar usaha dengan membeli secara kredit satu unit kapal ikan ukuran kecil untuk digunakan oleh suaminya yang bekerja sebagai nelayan. b. Metode Analisis Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dianalisis secara deskriptif naratif untuk menjelaskan bagaimana kredit mikro telah dimanfaatkan oleh peminjam untuk menjalankan kegiatan usaha informal, dan proses peningkatan terhadap manfaat tabungan bagi peningkatan usaha dan kesejahteraan keluarga mereka. Metode analisis naratif adalah suatu metode penelitian untuk memahami identitas dan pandangan seseorang dengan mengacu pada narasi yang dituturkan oleh responden 23
Hurriah Ali Hasan & Rozeyta Omar
dalam pengalaman kehidupan sehari-hari (Webster & Metrova, 2007). Dalam metode naratif, kompleksitas kultural kehidupan responden dapat ditangkap dan dituturkan kembali di dalam bahasa tulis, sebagai bagian penelitian untuk memahami manusia dan dunianya (Webster & Metrova, 2007). Menurut Webster & Metrova (2007), fokus penelitian dengan metode naratif adalah untuk melihat kompleksitas motif dari tindakan manusia terhadap suatu kasus. Metode-metode pengumpulan data seperti observasi, data survei, wawancara, dokumentasi, dan catatan dari percakapan yang dituturkan oleh subyek penelitian, sangat dibutuhkan untuk memperkuat pemahaman.
sederhana, sesuai dengan kebutuhan dalam lingkungan yang mereka jalani, yaitu melakukan kontrol dan pengawasan yang ketat terhadap berbagai aspek, yaitu pada kredit, pendapatan, keuntungan dan pada produk, serta melakukan penguatan pada usaha mereka untuk menghadapi persaingan usaha dalam pasar yang mereka masuki. a. Kontrol pada Kredit Kebutuhan hidup sehari-hari yang tinggi bagi orang miskin menyebabkan kontrol pada keuangan menjadi lebih rendah. Seringkali kredit yang dipinjam dari koperasi, yang awalnya direncanakan untuk menjadi modal usaha, pada akhirnya digunakan untuk membeli makanan, membayar biaya pendidikan anak, atau untuk pengobatan. Kegagalan peminjam dalam program kredit mikro seringkali disebabkan oleh ketidakmampuan peminjam dalam mengontrol penggunaan uang pinjaman mereka dan menggunakannya pada kegiatan yang tepat. Keberhasilan responden dalam penelitian ini untuk membangun usaha adalah kemampuan mereka untuk melakukan kontrol pada uang yang mereka pinjam, yaitu digunakan benar-benar untuk modal kegiatan usaha. Dalam wawancara, semua responden mengakui bahwa pada saat pertama kali memegang uang yang cukup besar, keinginan dan godaan untuk menggunakan uang itu di luar tujuan kegiatan usaha, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sangat besar. Satu hal yang selalu menjadi alasan sehingga mereka mampu untuk melakukan kontrol pada pinjaman adalah karena mereka harus memikirkan pengembalian pinjaman. Salah satu strategi yang dijelaskan responden adalah menggunakan konsep tabungan untuk dapat menjaga stabilitas pengembalian pinjaman. Dalam tabel 2, adalah strategi responden dalam menyisihkan pendapatan untuk pembayaran cicilan pinjaman, atau sebagai tabungan, yang dijelaskan berdasarkan pertanyaan 'Bagaimana mereka menyisihkan pendapatan untuk membayar kredit?”
3. Analisis dan Pembahasan Keberhasilan suatu usaha, sangat ditentukan oleh kemampuan pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya, dan memiliki strategi yang tepat untuk menghadapi setiap risiko kegagalan dan perubahan dalam pasar (Drucker, 1984). Berdasarkan temuan di lapangan, didapati bahwa ketiga responden telah mengalami pasang surut dan perkembangan yang cukup baik dalam kegiatan usaha mereka, maupun dalam peningkatan kesejahteraan rumah tangga. Berdasarkan pada Tabel 1 di atas, setiap responden telah menunjukkan ada peningkatan dan pertambahan aset dalam kegiatan usaha mereka. Peningkatan yang didapatkan oleh semua responden, dialami berdasarkan pengalaman yang telah mereka dapatkan selama menjalankan kegiatan usaha. Dari pengalaman usaha yang mereka peroleh, semua responden telah menerapkan strategistrategi usaha yang mereka pelajari secara alami, berdasarkan kondisi dan peluang yang dihadapi, yaitu kondisi pasar yang sedang baik maupun risiko rugi usaha dan ancaman kebangkrutan akibat keadaan pasar yang sedang tidak stabil bagi usaha mereka. Pengalaman-pengalaman itu telah memberi pelajaran berharga kepada setiap responden untuk menggunakan strategi usaha yang
24
Jurnal Sosiologi, Dialektika Kontemporer, Volume 1 No.2, Juli - Desember 2013
Tabel 2. Strategi Tabungan Setiap Responden R1 Tidak banyak untungku, kasian. Tapi kalau dapat ki’ untung, setiap keuntungan, sebagian besar langsung kusimpan, diusahakan mami supaya tidak dipakai untuk keperluan lain. Kalau untuk biaya hidup sehari-hari, kuambil dari upah memperbaiki baju dan celana.
R2 Setiap hari kusimpan ki keuntunganku. Jadi kalau belanja ka bahan, kuperkirakan ki hari ini bisa laku berapa. Jadi kalau sore, kupisah memang ki, modalku sama untungku. Lebih banyak untung kusimpan untuk bayar cicilan. Kalau untuk kebutuhan sehari-hari, 20 ribu ji kuambil. Jadi misalnya, dapat ka untung 100 ribu, kusimpan ki 80 ribu untuk bayar cicilan. Kalau hanya dapat untung 70 ribu, kusimpan ki 50 ribu. Kalau bisa dapat lebih besar, banyak tommi yang disimpan, karena yang kupakai seharihari tetap 20 ribu ji.
b. Kontrol pada Pendapatan Tabel 2 di atas menjelaskan bagaimana responden melakukan kontrol yang ketat terhadap pendapatan sehari-hari mereka. Responden memperoleh pendapatan setiap hari, berdasarkan kepada kegiatan usaha yang dijalankan sehari-hari. Mendapatkan dan memiliki uang tunai setiap hari telah membuka kesempatan bagi responden untuk membeli dan memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan lebih baik. Pada masa awal usaha, semua responden mengatakan bahwa mereka mengira pendapatan adalah keuntungan, sehingga menggunakan pendapatan tersebut untuk membeli makanan yang lebih baik, pakaian, dan kebutuhan lainnya. Sebagai akibatnya, usaha mereka mengalami pengurangan pada modal dan volume penjualan, yang berdampak pada penurunan pendapatan. Ketika hal tersebut terjadi, responden mengatakan, mereka harus menambah kembali modal dengan mengambil dari sumber lain, atau menambah pinjaman kredit dari koperasi. Semua responden R1, R2 dan R3 mengatakan, pendapatan yang sangat kecil dari usaha seringkali memaksa mereka menggunakan semua pendapatan untuk memenuhi kebutuhan harian. Hal itu berisiko pada keberlangsungan kegiatan usaha yang mereka jalankan, sehingga untuk mempertahankan usaha tersebut, mereka melakukan kontrol pada pendapatan dengan memperketat penggunaan uang yang mereka dapatkan dari penjualan sehari-hari. 25
R3 Pendapatan dari gadde (toko kelontong), dipakai untuk kebutuhan hidup mami. Karena semua keuntungan dari jolloro yang dipakai untuk bayar cicilan. Setiap minggu kalau ikan lagi banyak, bisa ji ditabung lebih banyak. Kalau ikan sedikit, pembayaran diambil dari tabungan.
c. Kontrol pada Keuntungan Dalam setiap kegiatan usaha, keuntungan merupakan kelebihan uang yang dapat digunakan untuk keperluan lain. Keuntungan merupakan selisih antara pendapatan yang dikurangkan dengan modal (Constantini, 2006). Kontrol yang baik pada keuntungan memberikan manfaat yang sangat besar bagi peminjam. Berdasarkan pengalaman yang didapatkan selama menjalankan kegiatan usaha, semua responden telah memahami perbedaan antara pendapatan kotor dan keuntungan bersih dari setiap pendapatan yang mereka peroleh dari bisnis mereka. Sebagaimana dijelaskan responden (R2) dalam tabel 5.2. di atas, di mana dia telah memisahkan modal usaha dari semua pendapatan harian yang diperoleh. Selisih pendapatan dan modal sebagai merupakan keuntungan usaha yang digunakan, baik untuk membayar cicilan pinjaman maupun untuk kebutuhan seharisehari dalam keluarganya. Ketatnya penggunaan pada keuntungan, telah membantu semua responden untuk mengembangkan usaha, yaitu menambah modal atau membeli peralatan yang menunjang aktivitas usaha. d. Kontrol pada Produk Pentingnya kontrol pada produk, telah dibuktikan oleh ketiga responden, di mana mereka sangat memperhatikan jenis produk yang menjadi obyek pada kegiatan usaha, mengikuti kebutuhan pasar konsumen mereka.
Hurriah Ali Hasan & Rozeyta Omar
Dua responden yang memperdagangkan produk kebutuhan sehari-hari yaitu R2 yang berbisnis sayuran segar, dan R3 yang menyediakan kebutuhan sembako di toko kelontong. Dalam toko kelontong R3 yang menjual kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan dapur dan makanan ringan (snack), mengakui bahwa ketika pendapatan tidak banyak, dia terpaksa mengambil barang dari warungnya untuk dimakan atau digunakan untuk keperluan dalam rumah. Pada awalnya, dia tidak mempertimbangkan bahwa pengambilan barang dari warung telah berdampak pada pengurangan modal dalam usahanya sendiri, yang kemudian berdampak pada pengurangan keuntungan. Ketika menyadari bahwa isi toko kelontongnya telah semakin berkurang karena digunakan sendiri, R3 mencoba lebih ketat dalam mengontrol produk jualannya agar tidak kehabisan modal. Sementara R2 menghadapi risiko bisnis yang lebih besar, karena produk jualannya yang bersifat sementara yang tidak bisa bertahan lama. Sayuran yang layu pada siang dan sore hari, seringkali tidak lagi diminati oleh pelanggan yang berpotensi menimbulkan kerugian, sehingga dia harus berpacu dengan waktu dan kesempatan untuk dapat menjual semua barang jualannya. Dalam kondisi tertentu, R2 juga menghadapi masa yang tidak terlalu baik, yaitu meski telah berkeliling kampung, namun tidak setiap hari dagangan habis. Sedangkan R1 yang menjalankan usaha jahit menghadapi risiko yang lebih ringan, karena produk usahanya lebih bersifat tahan lama dan bukan jenis konsumsi harian dalam rumah, namun menghadapi perputaran usaha yang lebih lambat. Meski usaha yang menghadapi risiko kerugian yang cukup besar, ketiga responden mengatakan akan tetap mempertahankan bisnis mereka. Dengan tingkat pendidikan yang rendah, keterbatasan modal dan tidak memiliki keterampilan yang baik, ketiga responden mengatakan bahwa mereka tidak memiliki peluang untuk beralih ke bidang usaha lain yang dapat memberi keuntungan lebih besar. e. Persaingan Usaha Pelaku usaha mikro informal menghadapi persaingan usaha yang sangat ketat. 26
Dengan modal kecil dan jenis usaha yang mudah dijalankan oleh siapa saja, pelaku usaha usaha informal memasuki pasar bebas, di mana mereka mudah masuk tetapi juga mudah keluar dari pasar karena kalah dalam persaingan. Daya saing yang kuat sangat diperlukan oleh usaha informal agar dapat tetap eksis dan berkembang dalam persaingan bisnis. Semua responden menyadari kondisi tersebut, sehingga tidak berharap terlalu banyak untuk dapat mempertahankan usaha mereka. Usaha toko kelontong adalah jenis usaha yang cukup banyak dijalankan oleh pelaku usaha dengan modal kecil. Responden (R3) menyebukan bahwa di daerah tempat tinggalnya, dalam jarak antara 100 - 200 meter, terdapat tiga orang yang menjalankan usaha kelontong di rumah masing-masing. Hal yang sama dikatakan Responden (R2) bahwa dalam satu kompleks perumahan, sedikitnya 5 orang penjaja sayuran segar yang berkeliling pada saat yang sama. Untuk menjaga kesinambungan dan mempertahankan kegiatan usaha di pasar terbuka, dimana pesaing yang masuk dengan sangat mudah seringkali dari lingkungan mereka sendiri, ketiga responden berupaya untuk tidak terpaku dan fokus pada satu jenis produk atau lokasi usaha. R1 yang menjalankan usaha menjahit, prinsip 'jemput bola' untuk mendapatkan lebih banyak pelanggan, ketika dalam lingkungan tempat tinggalnya, seorang tetangganya membuka usaha yang sama. R1 melakukan lebih banyak kunjungan ke rumah tetangga dan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya sebagai bagian dalam pelayanan kepada pelanggannya. Sementara itu, R2 berupaya mendapatkan pelanggan tetap dari setiap kompleks perumahan dengan memberikan layanan pemesanan, di mana setiap pelanggan diberi kesempatan untuk memesan jenis sayuran secara khusus. Sedangkan R3 memperbanyak dan menyediakan variasi produk yang lebih beragam untuk pelanggan anak-anak yang banyak bermain di sekitar toko kelontongnya. Beratnya persaingan usaha mikro telah memberi pengalaman yang cukup luas bagi ketiga responden. Namun demikian, karena memiliki peluang yang lebih terbatas, ketiga
Jurnal Sosiologi, Dialektika Kontemporer, Volume 1 No.2, Juli - Desember 2013
ketat. Berdasarkan pengalaman responden, persaingan usaha yang ketat telah menyebabkan mereka sering harus berganti jenis usaha, mengikut kepada permintaan pasar.
responden memilih untuk tetap mempertahankan jenis usaha yang sedang mereka jalankan saat ini, dengan tetap melihat perkembangan pasar yang terjadi. Sementara, untuk mempertahankan keberlangsungan usaha tersebut, diperlukan aspek stabilitasn dan kenyamanan usaha (Loayza & Serven, 2010). Tanpa kedua aspek tersebut, akan dapat menghambat kemampuan pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya, yang menyebabkan terjadinya perlambatan ekonomi. Sebagai dampaknya adalah kemampuan pelaku usaha dalam pengembangan bisnis akan melemah dan mereka dibayangi kekuatiran merugi (Loayza & Serven, 2010).
b. Rekomendasi Untuk mendorong peningkatan usaha informal yang dijalankan oleh kelompok masyarakat miskin, pelaku usaha informal sangat memerlukan dukungan dari berbagai pihak terkait agar mereka dapat menjaga dan mempertahankan usaha tersebut. Karena untuk membangun sebuah usaha mikro informal, kelompok masyarakat miskin yang memiliki banyak keterbatasan membutuhkan berbagai dukungan, tidak hanya akses pada permodalan, tetapi juga hal lain seperti peluang pasar, kemampuan perencanaan keuangan dan kreativitas dalam penciptaan produk. Penelitian ini menemukan bahwa pelaku usaha mikro informal juga menginginkan pengembangan usaha yang lebih baik dan stabil, namun keterbatasan yang mereka miliki pada sisi permodalan, keterampilan dan peluang pasar, sehingga mereka menjalankan aktivitas usaha dengan apa adanya, dan dengan hasil yang seadanya. Karena itu, dukungan yang perlu diberikan kepada pelaku usaha mikro informal adalah akses yang lebih luas kepada sumber keuangan dan pasar, serta membantu mereka untuk meningkatkan keterampilan pada sektor pengelolaan keuangan dan peningkatan keterampilan agar mereka dapat lebih kreatif dalam menciptakan produk yang memiliki nilai lebih untuk dijual di pasar.
4. Kesimpulan dan Rekomendasi a. Kesimpulan Program kredit mikro adalah program potensial yang memberikan kontribusi dalam mengurangi kemiskinan di banyak negara miskin. Kredit mikro memberi peluang keuangan kepada orang miskin yang ingin menjalankan kegiatan usaha. Berdasarkan hasil penelitian, kredit mikro telah membuka jalan bagi orang miskin yang ingin mengubah nasib memperbaiki kesejahteraan melalui kegiatan usaha, melalui penyediaan modal. Dari semua upaya yang telah dilakukan pelaku usaha mikro informal dalam menjalankan kegiatan usahanya, maka dengan modal yang kecil, harus dilakukan kontrol yang ketat terhadap kredit, pendapatan, keuntungan dan produk. Kendala dan kegagalan paling sering dialami oleh orangorang miskin yang memulakan kegiatan usaha adalah karena mereka tidak mampu melakukan kontrol terhadap faktor-faktor tersebut. Kebutuhan hidup yang tinggi memaksa mereka mengabaikan kontrol terhadap pendapatan, agar dapat membeli makanan yang lebih baik, pakaian dan membayar biaya pendidikan anak. Faktor lain yang menghantui pelaku usaha mikro informal adalah ketatnya persaingan usaha dalam pasar terbuka di mana mereka menjalankan kegiatan bisnis. Modal kecil dan produk yang umum yang mudah didapatkan, membuat jenis usaha informal sangat mudah dimasuki oleh pelaku usaha, yang menyebabkan persaingan di antara sesama pelaku usaha informal menjadi sangat
5. Referensi Asian Development Bank – ADB (2000). Finance for the Poor. Microfinance Development Strategy. Badan Pusat Statistik – BPS. (2012). Laporan Kependudukan Kabupaten Gowa 2011. BPS Kabupaten Gowa Bane, M.J. & Ellwood, D.T. (1986). Slipping Into and Out of Poverty: The Dynamics of Spell. The Journal of Human Resources. Chowdhury, A. (2007). How Effective is Microfinance as a Poverty Reduction Tool? Center for Global Development. Constantini, P. (2006). Cash Return on Capital Invested. Elsevier Ltd. Oxford. Cresswell, J.W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed, Edisi ke-3.
27
Hurriah Ali Hasan & Rozeyta Omar
Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Drucker, P. (1984). Innovation and Entrepreneurship: Practices and Principles. HarperCollins Publishers Inc. New York. Dulal. H.B. (2007). Role of Microcredit in Rural Poverty Alleviation: A Case Study of Grameen Bikas Bank in Eastern Development Region, Nepal. George Mason University. Frankiewicz, C. (2001). Calmeadow Metrofund: A Canadian Experiment in Sustainable Microfinance. Don Mills, Ontario: SelfEmployment Development Initiatives. Harford, T. (2008). The Battle for the Soul of Microfinance. The Financial Times Ltd. Hasan, H.A. (2006). Analisis Pengaruh Variabelvariabel Kesehatan Bank dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Penyaluran Kredit BPR. Universitas Indonesia. Hossain, F. & Knight, T. (2008). Financing the Poor: Can microcredit make a difference? Empirical observations from Bangladesh. BWPI Working Paper 38. Hulme, D. & Mosley, P. (1996). Finance Against Poverty, Vol. 1. London. Jalan, A. (2009). Microfinance: Does it Affect Rural Poverty Reduction? The Case of Two Villages in Southern India. Saint Mary's University. Kraemer-Eis, H. & Conforti, A. (2009). Microfinance in Europe: A Market Overview. Working Paper 2009/001. Eif Research and Market Analysis. Luxembourg. Leikem, K. (2012). Microfinance: A Tool for Poverty Reduction? University of Rhode Island. Loayza, N.V. & Serven, L. (2010). Business
28
Regulation and Economic Performance. The International Bank for Reconstruction a n d D e v e l o p m e n t . Wo r l d B a n k . Washington. Miyasitha, Y. (2000). Microfinance and Poverty Alleviation: Lesson from Indonesia's Village Banking System. Pacific Law & Policy Journal Association. Morduch, J. & Haley, B. (2001). Analysis of the Effects of Microfinance on Poverty Reduction. The Canadian International Development Agency. Shillabeer, M.G. (2008). Poverty Alleviation of P o v e r t y Tr a p s ? M i c r o c r e d i t a n d Vulnerability in Bangladesh. Disaster Prevention and Management Vol. 17 No. 3. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. CV ALfabeta. Bandung United Nations (2002). Africa Advocacy Forum II: Microcredit – A Solution for Africa? Office of the Special Coordinator for Africa and the Least Developed Countries (OSCAL). New York. Webster, L. & Patricie Metrova, P. (2007) Using Narrative Inquiry as a Research Method, Oxon: Routledge. World Bank, tanpa tahun. Kredit untuk Penduduk Miskin. Indonesia Policy Briefs; Ide-ide Program 100 Hari. Yunus, M. (1999). Banker to the Poor. New York, NY; Public Affairs. Yunus, M. (2003). Banker to the Poor: Micro-Lending and the Battle Against World Poverty. Public Affairs: New York.
Jurnal Sosiologi Dialektika Kontemporer DITERBITKAN OLEH: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR