DETERMINAN CORPORATE GOVERNANCE Rachmawati Meitha & Ulfa Tuzahro Universitas STIKUBANK Semarang ABSTRACT This research is aimed at knowing the determinant implementation degree of corporate governance. A company applies qualified corporate governance practice if the company has high investment opportunities, high need of external fund, and more concentrated on structural ownership rights of the company cash flow. The samples of this research consist of 69 companies, included in the CGPI rate. The secondary data of the research are at the time of 2005-2008. The research results show that investment opportunity set (sig.=0,022),active composition (sig.=0,004), company size (sig.=0,004),and regulation affect the quality of corporate governance. While ownership concentration (sig.=0,743) and leverage (sig.=0,228) do not affect the quqlity of the corporate governance(CGPI). Key words : Corporate Governance, Invesment Opportunities Set, Leverage, Aktiva. PENDAHULUAN Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menguraikan hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan perusahaan, disamping juga menjelaskan hubungan antara berbagai persiapan dalam perusahaan untuk menentukan arah dan kinerja perusahaan.
Dengan bisa terukurnya praktik corporate
governance di tingkat perusahaan, banyak penelitian yang berhasil menemukan adanya hubungan positif antara corporate governance dengan nilai atau kinerja perusahaan seperti Black dkk, 2003; Klapper dan Love, 2002; Mittin, 2000; dan Darmawati dkk; 2004. Penelitian-penelitian tersebut secara tidak langsung juga menunjukkan kegunaan (usefulness)
Determinan Corporate ………. (Rachmawati Meitha & Ulfa Tuzahro)
273
dari pemeringkatan praktik corporate governance ditingkat perusahaan yang sudah dilakukan dibeberapa negara termasuk Indonesia. Beberapa penelitian sudah berhasil menemukan determinan dari implementasi corporate governance di tingkat perusahaan. Gillan dkk. (2003) telah menemukan bahwa variasi struktur governance dipengaruhi oleh faktor-faktor industri dan perusahaan. Drobetz dkk. (2004) menemukan bahwa determinan dari peringkat corporate governance adalah konsentrasi kepemilikan, ukuran dewan dereksi dan jenis standard akuntansi yang digunakan oleh perusahaan. Analisis yang digunakan oleh Barucci dan Falini (2004) menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki pemegang saham pengendali yang besar, kepemilikan finansial (financial holding), perusahaan yang dimiliki oleh kelompok piramid (koalisi pemegang saham) memiliki kualitas corporate governance yang rendah. Adanya pengaruh faktor-faktor regulasi, industri dan perusahaan terhadap praktik corporate governance di tingkat perusahaan telah berhasil ditemukan oleh Black dan Kim (2003). Dengan adanya argumentasi dan temuan empiris penelitian ini bertujuan untuk melakukan investigasi determinan dari implementasi corporate governance di perusahaan publik di Indonesia. Sejak tahun 2000, Indonesia telah membuat langkah-langkah penting untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang menyebabkan krisis ekonomi di tahun 1997. Kerangka corporate governance sudah lebih diperbaiki walaupun masih belum begitu sempurna dan masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Laporan Bank dunia terhadap penilaian report on the observance standart and codes: Corporate governance Country Assessmen) yang diterbitkan pada bulan Agustus 2004 menyebutkan bahwa praktik-praktik corporate governance seringkali masih mengecewakan jika ditinjau dari prinsip-prinsip corporate governance yang disusun oleh OECD. Sistem hakum dan regulasi untuk meningkatkan kualitas budaya dan praktik-praktik bisnis masih menjadi tantangan utama yang harus ditangani di Indosesia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Durnev dan Kim 274
JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 273-285
(2003) juga menunjukkan bahwa dari 27 negara-negara di Asia, Indonesia memiliki sistem hukum yang berkaitan dengan proteksi investor yang paling rendah. TELAAH PUSTAKA Good Corporate Governance David Melvill yang dikutip oleh media akuntansi (2000) menyatakan bahwa Corporate Governance merupakan suatu sistem guna mengontrol dan mengarahkan perusahaan. Hal ini merupakan suatu cara untuk menjamin bahwa manajemen bertindak terbaik untuk kepentingan stockholders. Turnbull dalam Sunarto, (2003:240-256) mendefinisikan Corporate governance sebagai suatu system kelola yang diselenggarakan dengan mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi proses institusional, termasuk faktor-faktor yang berkaitan dengan fungsi regulator. Pelaksanaan corporate governance menuntut adanya perlindungan yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham, terutama pemegang saham minoritas. Elemen-elemen Corporate Governance terdiri dari pihak internal, seperti struktur dewan direksi,kepemilikan manajerial,komite audit; dan pihak eksternal, seperti pasar untuk control perusahaan, kepemilikan institusional, pemegang saham public, dan tingkat pendanaan dengan hutang (debt financing). Prinsip-prinsip atau pedoman pelaksanaan corporate govance menunjukkan adanya perlindungan tersebut, tidak hanya kepada pemegang saham, tetapi meliputi seluruh pihak yang terlibat dalam perusahaan termasuk masyarakat. Keberhasilan corporate governance dipengaruhi oleh kondisi makro dan mikro perusahaan. Proporsi kepemilikan saham yang relative seimbang, dan proporsi board of directors dari pihak luar yang semakin besar, serta peran audit committee yang semakin efektif akan meningkatkan keberhasilan pencapaian good corporate governance (Sunarto, 2003: 240-256). Hubungan antara kesempatan investasi dengan GCG
Determinan Corporate ………. (Rachmawati Meitha & Ulfa Tuzahro)
275
Dalam kaitannya dengan kesempatan investasi atau pertumbuhan, perusahaan yang memiliki kesempatan investasi tinggi membutuhkan dana eksternal yang besar untuk melakukan ekspansi, sehingga mendorong perusahaan melakukan perbaikan dalam penerapan corporate governance. Agar dana eksternal dapat dengan mudah didapatkan dan menurunkan biaya modal (Durnev dan Kim, 2003 ; dan Black dkk, 2003). Penjelasan lainnya disampaikan oleh Gillan dkk.(2003) yang menyatakan bahwa manajer dalam perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi,, akan memiliki kesempatan untuk melakukan diskresi / ekspropiasi yang lebih besar dalam pemilihan proyek, dibandingkan manajer dalam perusahaan yang kesempatan investasinya kurang. Dengan demikian, dalam perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi membutuhkan kualitas corporate governance yang lebih baik. Johnson dkk. (2003) menemukan bahwa pada perusahaan-perusahaan di Asia yang mengalami penurunan kesempatan investasi, para pemegang saham pengendali melakukan diskresi terhadapp sumber daya perusahaan pada periode krisis keuangan di Asia. Kebutuhan akan corporate governance yang berkualitas pada perusahaan yang memiliki kesempatan investasi lebih tinggi juga dijelaskan dengan sudut pandang yang berbeda oleh Durnev dan Kim (2003). Durnev dan Kim (2003) menjelaskan bahwa pada kesempataaan investasi lebih menguntungkan, return atas investasi dari para pemegang saham pengendali akan lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang mereka dapat jika melakukan diskresi terhadap sumber daya perusahaan, sehingga akan menerapkan praktik corporate governance yang lebih berkualitas. H1 : Kesempatan investasi berpengaruh terhadap kualitas corporate governance perusahaan. Hubungan antara konsentrasi kepemilikan dengan GCG.
276
JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 273-285
Beberapa penelitian telah menemukan adanya hubungan antara besarnya konsentrasi kepemilikan dan kualitas implementasi corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa manajer perusahaan yang tingkat kepemilikannya terhadap perusahaan tinggi, maka kemungkinan untuk melakukan diskresi /ekspropiasi terhadap sumber daya perusahaan akan berkurang. Durnev dan Kim (2003) menyatakan bahwa dengan besarnya kepemilikan yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali, maka hal tersebut akan meningkatkan kualitas corporate governance. Shleifer dan Wolfenzon (2003) dalam Durnev dan Kim (2003) menyatakan bahwa dengan lemahnya sistem hukum / proteksi terhadap investor, maka konsentrasi kepemilikan menjadi alat yang lebih penting untuk mengatasi masalah-masalah keagenan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian kedua adalah: H2 : Konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap kualitas corporate governance perusahaan. Hubungan antara leverage dengan GCG. Leverage dapat diukur dengan cara membagi total hutang dengan total aktiva. Jensen (1986) dalam Faisal (2005) menyatakan bahwa hutang perusahaan merupakan salah satu mekanisme untuk menyatukan kepentingan manajer dengan pemegang saham, hutang memberikan sinyal mengenai status kondisi keuangan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Black dkk. (2003) daan Gillan dkk. (2003) berhasil menemukan adanya hubungan negatif antara leverage dan kualitas corporate governance . Durnev dan Kim (2003) justru berhasil mnemukan adanya hubungan positif antara pemilihan perusahaan akan praktik governance dan pengungkapan hubungaan secara positif dengan kebutuhan perusahaan akan pendanaan eksternal. Penelitian Barucci dan Falini (2004) tidak berhasil menemukan adanya hubungan antara leverage dan kualitas corporate governance.
Determinan Corporate ………. (Rachmawati Meitha & Ulfa Tuzahro)
277
H3 : Leverage perusahaan berpengaruh terhadap kualitas corporate governance perusahaan. Hubungan antara Komposisi aktiva dengan GCG Beberapa penelitian terdahulu telah menemukan adanya hubungan antara komposisi aktiva dengan GCG. Perusahaan dengan komposisi aktiva lancar dan aktiva tidak berwujud yang relative besar untuk melakukan mekanisme corporate governance yang lebih ketat untuk menjaga keamanan dari aktiva yang dimilikinya. Hal ini disebabkan aktiva lancer dan aktiva tidak berwujud cenderung lebih mudah diselewengkan daripada aktiva tetap yang berwujud. Dengan demikian terdapat hubungan antara komposisi aktiva dengan corporate governance (Klapper dan Love, 2002). H4 : Komposisi aktiva berpengaruh terhadap kualitas corporate governance perusahaan. Hubungan antara Ukuran perusahaan dengan GCG Beberapa penelitian terdahulu telah menemukan adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan GCG. ukuran perusahaan sebagai suatu fungsi dari ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Jumlah informasi yang terpublikasi untuk perusahaan meningkat sesuai dengan peningkatan ukuran perusahaan, karena perusahaan yang berukuran besar cenderung bersinggungan dengan banyak pihak dan menjadi sorotan masyarakat luas, sehingga mereka dituntut untuk memberikan informasi semaksimal mungkin. Dengan demikian terdapat hubungan antara ukuran perusahaan dengan corporate governance (Klapper dan Love, 2002). H5 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas corporate governance perusahaan. Hubungan antara Faktor regulasi dengan GCG Beberapa penelitian terdahulu telah menemukan adanya hubungan antara faktor regulasi dengan GCG. Regulasi diterbitkan dengan harapan dapat meningkatkan upaya implementasi corporate governance di tingkat perusahaan dengan memberikan suatu 278
JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 273-285
pengawasan yang lebih ketat. Industri perbankan dan perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah (Badan Usaha Milik Negara) mempunyai regulasi yang dapat mengatur pelaksanaan implementasi corporate governance perusahaan. Dengan demikian terdapat hubungan antara faktor regulasi dengan corporate governance (Klapper dan Love, 2002). H6 : Faktor regulasi berpengaruh terhadap kualitas corporate governance perusahaan. METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI. Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria bahwa perusahaan masuk dalam pemeringkatan penerapan corporate governance yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) pada tahun 2005-2008. Penelitian ini menggunakan data sekunder, dimana data CGPI diperoleh dari hasil survey IICG yang dipublikasikan dari majalah SWA dan internet antara tahun 2005-2008 sedangkan data lainnya diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory tahun 20052008, dengan jumlah perusahaan yang masuk dalam pemeringkatan berdasarkan CGPI sebanyak 69 perusahaan. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Dependen Kesempatan investasi merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang. Kesempatan pertumbuhan diukur dengan proksi berbasis pada harga. Konsentrasi kepemilikan merupakan persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional (mayoritas) terbesar ( Denis, dkk. 1999; Demsetz dan Lehn, 1985 dalam Gunarsih 2003 ). Konsentrasi kepemilikan diukur dengan persentasi kepemilikan terbesar (Black dkk, 2003; Barucci dan Falini, 2004; Drobetz dkk, 2004). Leverage merupakan sebuah ukuran mengenai risiko keuangan, mengenai
Determinan Corporate ………. (Rachmawati Meitha & Ulfa Tuzahro)
279
pembiayaan sebagian aktiva perusahaan, ditujukan pada pembiayaan bagian aktiva tetap yang menanggung beban pembiayaan tetap dengan harapan akan meningkatkan keuntungan. Jensen (1986) dalam Faisal (2005) menyatakan bahwa hutang merupakan salah satu mekanisme yang dapat mengurangi masalah keagenan yaitu menyatukan kepentingan manajer dengan pemegang saham. Leverage diukur dengan membagi total hutang dengan total aktiva. Komposisi Aktiva adalah perusahaan yang memiliki aktiva tak berwujud dan aktiva lancar yang besar cenderung untuk menerapkan corporate governance yang lebih ketat. Komposisi aktiva diukur dengan membagi total aktiva tetap dengan total penjualan ( Klapper dan Love, 2002 ). Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya suatu perusahaan diukur menggunakan total asset (Klapper dan Love, 2002). Total asset merupakan penjumlahan aktiva berwujud (tangible assets) seperti aktiva lancar, aktiva tetap dalam satu tahun. Ukuran perusahaan dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki perusahaan. Faktor regulasi diukur dengan menggunakan variabel dummy, dengan skor 1 untuk perusahaan yang masuk sektor perbankan dan perusahaan BUMN. Skor 0 untuk sektor perusahaan lain. HASIL & PEMBAHASAN Tabel 4. Hasil Regresi Coe fficientsa
Model 1
(Cons tant) IOS Kepemilikan Leverage Komposis i A ktiva Ukuran Perusahaan Regulasi
Unstandardiz ed Coef f icients B Std. Error 75.783 13.717 3.507 2.823 3.643 11.056 -5.644 4.634 11.209 12.393 .937 1.101 3.029 1.408
Standardized Coef f icients Beta .152 .042 .152 .111 .103 .267
t 5.525 2.242 .330 -1.218 2.904 2.851 2.151
Sig. .000 .022 .743 .228 .004 .004 .035
Collinearity Statis tics Toleranc e V IF .912 .841 .882 .909 .938 .886
1.096 1.189 1.133 1.100 1.067 1.128
a. Dependent Variable: Kualitas Corporate Gov
Sumber : Data yang diolah, 2009 Hipotesis 1 menunjukkan t hitung = 2,242 lebih besar dari t-tabel yaitu sebesar 2,242 > 1,668 atau sign (0,022) < =0,05 dengan demikian dapat disimpulkan ada pengaruh yang 280
JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 273-285
signifikan kesempatan investasi (IOS) terhadap kualitas corporate govermance (CGPI). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Darmawati (2006) dan Mochammad Farid dan Kautsar Riza Salman (2007). Hal ini mengindikasikan dalam kaitannya dengan kesempatan investasi/pertumbuhan, perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi akan senantiasa melakukan ekspansi dan dengan demikian, akan semakin membutuhkan dana ekternal. Berkaitan dengan hal tersebut, perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kualitas praktik corporate governance untuk mempermudah didapatkannya dana eksternal dan menurunkan biaya modal. Manajer dalam perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi, akan memiliki kesempatan untuk melakukan diskresi/ekspropiasi yang lebih besar dalam pemilihan proyek, dibandingkan manajer dalam perusahaan yang kesempatan investasinya kurang. Dengan demikian, dalam perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi membutuhkan kualitas corporate governace yang lebih baik. Johnson dkk. (2000) menemukan bahwa pada perusahaan-perusahaan di Asia yang mengalami penurunan kesempatan investasi, para pemegang saham pengendali melakukan diskresi/ekspropiasi terhadap sumber daya perusahaan pada periode krisis keuangan di Asia. Kebutuhan akan corporate governance yang berkualitas pada perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi juga dijelaskan dengan sudut pandang yang berbeda oleh Durnev dan Kim (2003). Durnev dan Kim (2003) menjelaskan bahwa pada saat kesempatan investasi lebih menguntungkan, return atas investasi dari para pemegang saham pengendali akan lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang mereka dapat jika melakukan diskresi terhadap sumber daya perusahaan, sehingga akan menerapkan praktk corporate governance yang lebih berkualitas. Hipotesis 2 menunjukkan t-hitung lebih besar dari t-tabel yaitu sebesar 0,330 < 1,668 atau sign (0,743) >
=0,05 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang
signifikan konsentrasi kepemilikan terhadap kualitas corporate governance (CGPI). Hasil Determinan Corporate ………. (Rachmawati Meitha & Ulfa Tuzahro)
281
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Darmawati (2006), Mochammad Farid dan Kautsar Riza Salman (2007). Tidak ada pengaruh mrngindikasikan manajer perusahaan yang tingkat kepemilikannya tinggi atau rendah, maka kurang dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam Kualitas corporate governance (CGPI). Durnev dan Kim (2003) menyatakan bahwa dengan besarnya kepemilikan yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali, maka hal tersebut akan meningkatkan kualitas corporate governance. Dengan menyarikan dari berbagai literatur, Drobetz dkk. (2004) menyatakan bahwa terdapat dua dampak utama dari besarnya saham yang dimiliki oleh pihak tertentu. Pertama, dengan meningkatnya hak atas aliran kas dari pemegang saham terbesar, maka akan menimbulkan dampak positif. Dengan memiliki pemeringkatan corporate governance yang baik, maka pasar akan mengapresiasi, sehingga nilai perusahaan akan meningkat dan selanjutnya akan berdampak positif pada nilai saham yang mereka miliki (pemegang saham terbesar). Dengan demikian, para pemegang saham tersebut akan memiliki insentif dalam meningkatkan kualitas corporate governance perusahaan yang bersangkutan. Pandangan kedua, merupakan kebalikan dari pandangan pertama. Dengan semakin terkonsentrasinya kepemilikan perusahaan, maka pemegang saham mayoritas akan semakin menguasai perusahaan dan semakin dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Para pemegang saham tersebut berpendapat bahwa bukan menjadi kepentingan mereka lagi mengenai perlunya perlindungan kepada pemegang saham minoritas, perlunya transparansi, dan beberapa mekanisme corporate governance yang lainnya yang merupakan komponen dari pemeringkatan corporate governance. Hipotesis 3 menunjukkan t-hitung lebih besar dari t-tabel yaitu sebesar -1,218 < 1,668 atau sign (0,228) >
=0,05 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang
signifikan leverage terhadap kualitas corporate governance (CGPI). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Darmawati (2006) dan Mochammad Farid dan Kautsar Riza 282
JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 273-285
Salman (2007). Hal ini mengindikasikan ada tidaknya kemampuan perusahaan membayar hutangnya dengan kekayaan yang dimilikinya tidak berpengaruh terhadap Kualitas corporate governance (CGPI). Leverage Keuangan Perusahaan adalah penggunaan dana yang diperoleh pada biaya tetap dengan harapan dapat meningkatkan bagian pemilik modal sendiri. Leverage keuangan timbul karena adanya kewajiban-kewajiban financial yang sifatnya tetap (fixed financial charges) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Leverage yang menguntungkan terjadi apabila perusahaan memperoleh kentungan yang lebih besar dari dana yang dibeli dari pada biaya tetap penggunaan dana tersebut. Menurut Black dkk. (2003) terdapat dua alternatif penjelasan tentang hubungan antara struktur modal dengan kualitas corporate governance suatu perusahaan. Pandangan pertama menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat utang yang tinggi dalam struktur modalnya akan cenderung menjadi subjek untuk dikenai pengawasan oleh kreditor yang lebih ketat yang biasanya dinyatakan dalam kontrak utang yang dibuat. Dengan demikian, perusahaan kurang begitu mementingkan kualitas corporate governance, karena sudah ada pengawasan dari pihak eksternal. Penjelasan tersebut disebut sebagai a substitution story. Alternatif penjelasan yang kedua adalah bahwa kreditor sangat berkepentingan dengan praktik governance dari debiturnya dan memiliki kekuasaan yang lebih besar dibandingkan pemegang saham untuk memaksa perusahaan meningkatkan kualitas corporate governance perusahaan. Penjelasan tersebut disebut sebagai an investor pressure story. Black dkk. (2003) dan Gillan dkk. (2003) berhasil menemukan adanya hubungan negatif antara leverage dan kualitas corporate governance. Durnev dan Kim (2003) justru berhasil menemukan adanya hubungan positif antara pemilihan perusahaan akan praktik governance dan pengungkapan berhubungan secara positif dengan kebutuhan perusahaan akan pendanaan eksternal. Penelitian Baruci dan Falini (2004) tidak berhasil menemukan adanya hubungan antara leverage dan kualitas corporate governance.
Determinan Corporate ………. (Rachmawati Meitha & Ulfa Tuzahro)
283
Hipotesis 4 menunjukkan t-hitung lebih besar dari t-tabel yaitu sebesar 2,904 > 1,668 atau sign (0,004) <
=0,05 dengan demikian dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan
komposisi aktiva (KA) terhadap kualitas corporate governance (CGPI). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Darmawati (2006) dan tidak sejalan dengan penelitian Mochammad Farid dan Kautsar Riza Salman (2007). Hal ini mengindikasikan adanya Komposisi Aktiva Perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva tak berwujud dan aktiva lancar yang besar cenderung untuk menerapkan corporate governance yang lebih ketat. Hal ini dikarenakan aktiva lancar dan aktiva tidak berwujud lebih mudah diselewengkan dibandingkan dengan aktiva tetap berwujud. Hal ini karena aktiva tetap berwujud mudah dimonitor dan sulit untuk dicuri. Dengan demikian, korelasi antara proporsi aktiva tetap dengan corporate governance akan negatif (Klapper dan Love, 2002 ). Hipotesis 5 menunjukkan t-hitung lebih besar dari t-tabel yaitu sebesar 2,851 > 1,668 atau sign (0,004) < =0,05 dengan demikian dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan ukuran perusahaan terhadap kualitas corporate governance (CGPI). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Darmawati (2006) dan Mochammad Farid dan Kautsar Riza Salman (2007). Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan berukuran besar lebih memungkinkan memiliki masalah keagenan yang lebih banyak pula, sehingga membutuhkan mekanisme governance yang lebih ketat. Alternatif penjelasan lainnya adalah bahwa perusahaan kecil mungkin lebih memiliki kesempatan tumbuh yang lebih baik, sehingga akan membutuhkan dana eksternal yang lebih besar. Besarnya kebutuhan akan dana eksternal akan meningkatkan kebutuhan akan mekanisme corporete governance yang baik. Durnev dan Kim (2003) menjelaskan hubungan ukuran perusahaan dan corporate governance dari sudut pandang yang berbeda. Durnev dan Kim (2003) berargument bahwa perusahaan besar cenderung menarik perhatian dan sorotan dari publik, sehingga akan mendorong perusahaan tersebut untuk menerapkan struktur corporate governance yang lebih baik. 284
JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 273-285
Hipotesis 6 menunjukkan t-hitung lebih besar dari t-tabel yaitu sebesar 2,151 > 1,668 atau sign (0,035) < =0,05 dengan demikian dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan regulasi terhadap kualitas corporate governance (CGPI). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Darmawati (2006) Mochammad Farid dan Kautsar Riza Salman (2007). Hal ini mengindikasikan faktor regulasi mempunyai peran dalam penerapan corporate governance yang baik. Regulasi dapat berdampak pada struktur governance perusahaan karena adanya pengawasan yang lebih ketat. Black dkk. (2003) menyatakan bahwa perbankan adalah industri yang dikenai regulasi yang ketat dalam kaitannya dengan penerapan corporate governance. Selain perbankan, perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah (Badan Usaha Milik Negara atau BUMN) juga mendapatkan perhatian utama dalam penegakkan corporate governance di Indonesia. KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002, secara lengkap khusus mengatur tentang penerapan corporate governance pada BUMN di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, faktor regulasi yang digunakan sebagai variabel kontrol adalah apakah perusahaan masuk dalam industri perbankan dan apakah perusahaan merupakan perusahaan BUMN. Kesimpulan Temuan penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi pihak regulator untuk meregulasi implementasi good corporate governance pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya bagi Badan Usaha Milik Negara yang ditemukan masih memiliki kualitas implementasi corporate governance yang belum baik. Sedangkan bagi para analis, investor, maupun kreditor diharapkan bisa memberikan masukan dalam pembuatan keputusan investasi dan kredit. Dengan melakukan analisis yang terkait dengan konsentrasi kepemilikan perusahaan, ukuran perusahaan dan jenis perusahaan BUMN maupun non BUMN, diharapkan bisa lebih hati-hati dalam membuat keputusan investasi maupun kredit.
Determinan Corporate ………. (Rachmawati Meitha & Ulfa Tuzahro)
285
DAFTAR PUSTAKA -------------, Khomsiyah; dan Rika Gelar Rahayu. 2005. “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 8 No. 1 (Januari) : Hal. 65-81. Anita Carolina Setiawan. 2006. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan ( Tobins’Q ). Universitas Diponegoro Semarang. ( Skripsi S1 ).18-19 hlm. Darmawati. 2006. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Faktor Regulasi Terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi IX. 23-26 Agustus 2006. Padang. Devlin Kahuripan. 2005. Analisis Pengaruh leverage, Gross Profit Margin Earning Before Tax Terhadap Earning Management dengan Koreksi Fiskal Sebagai Variabel Pemoderat Pada Perusahaan Yang Go Publik di Pasar Modal Indonesia Tahun 20012003. ( Tesis S2 ). Erna Hidayah. 2008. Pengaruh Kualitas Pengungkapan Informasi Terhadap Hubungan Antara Penerapan Corporate Governance Dengan Kinerja Perusahaan Di Bursa Efek Jakarta. JAAI Vol.12, No.1, Juni 2008.53-64. Faisal. 2005. “Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan Dan Mekanisme Corporate Governance”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.8, No. 2 (Mei), Hal.175-190. Mochammad Farid, Kautsar Riza Salman, 2007. “ Pengaruh Karakteristik Perusahaan dengan Faktor Regulasi Sebagai Variabel Kontrol Terhadap Kualitas Good Corporate Governance Perusahaan “ . Jurnal Ventura. Vol. 10, No.1, Agustus 2007. Ratna Wardhani. 2006. Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan Yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Financial Distressed Firms). Simposium Nasional Akuntansi IX.23-26. Padang. Sri Murwati. 2005. Analisis Pengaruh Leverage Financial Ukuran Perusahaan dan Corporate Growth Terhadap ROA Tahun 2005. ( Tesis S2 ) Sunarto. 2003. Corporate Governance dan kinerja perusahaan. Fokus Ekonomi. Vol. No. 3, (Desember), Hal.240-257. Thomas S. Kaihatu. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia.www. google.co.id konsep GCG.
286
JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 273-285