Prosiding Seminar Nasional ISSN 2443-1109
Volume 02, Nomor 1
DESKRIPSI LETAK KESALAHAN BERDASARKAN NEWMAN ERROR HIERARCHY PADA PENYELESAIAN SOAL CERITA SISWA REFLEKTIF DAN IMPULSIF Ulfiana Yusuf1 STKIP YPUP Makassar1
[email protected]
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif bersifat kualitatif yang dilaksanakan di SMP Pesantren IMMIM Putera Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan letak kesalahan menyelesaikan soal cerita siswa yang bergaya kognitif reflektif berdasarkan Newman error hierarchy. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) tes gaya kognitif konseptual tempo atau MFFT (Matching Familiar Figures Tes), (2) tes masalah soal cerita, dan (3) pedoman wawancara yang semi terstruktur atau terbuka. Pengumpulan data dilakukan dengan tes tertulis dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 2 orang siswa dengan kategori reflektif dan impulsif. Hasil Penelitian ini adalah (1) Letak kesalahan yang sering dilakukan siswa reflektif dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang berbentuk cerita adalah transformation error dan process skill error (2) Letak kesalahan yang sering dilakukan siswa impulsif dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang berbentuk cerita adalah comprehension error, transformation error dan process skill error sedangkan jenis (3) Kesalahan yang paling sering dilakukan oleh siswa reflektif dalam menyelesaikan soal cerita adalah salah dalam membuat model matematika; dan (4) Kesalahan yang paling sering dilakukan oleh siswa impulsif dalam menyelesaikan soal cerita adalah salah dalam menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal dan salah dalam membuat model matematikanya. Kata Kunci: Newman Error Hierarchy, Reflektif, Impulsif
1. Pendahuluan Pendidikan menjadi kewajiban dan bahkan menjadi kebutuhan seseorang di setiap bidang kehidupan. Pemerintah sebagai pelaksana pendidikan formal harus membentuk suatu sistem pendidikan yang mampu menciptakan manusia yang memiliki daya sain dan daya guna. Namun, pada kenyataannya sistem pendidikan Indonesia sangat memprihatinkan. Dalam jenjang pendidikan formal, sekolah merupakan suatu sistem dan sarana sentral terjadinya proses pendidikan, khususnya pendidikan matematika. soal cerita matematika mempunyai kontribusi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Soal cerita juga mempunyai peranan penting dalam pembelajaran matematika karena siswa akan lebih mengetahui hakekat dari suatu permasalahan matematika ketika siswa dihadapkan pada soal cerita. Namun kenyataannya, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami arti kalimat-kalimat dalam soal cerita, kurangnya keterampilan siswa dalam menerjemahkan kalimat sehari-hari ke dalam kalimat matematika.
Halaman 505 dari 896
Ulfiana Yusuf
Selain itu, terdapat berbagai macam sikap dan respon siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Ada siswa yang jika diberikan soal latihan, siswa tersebut dengan cepat mengacungkan tangannya untuk segera menyelesaikan soal tersebut meskipun jawaban yang diberikan cenderung kurang tepat atau kurang akurat. Ada pula siswa yang cenderung terlebih dahulu memperhatikan maksud dari soal kemudian menyelesaikannya dengan penuh ketelitian.Hal ini terjadi karena gaya kognitif siswa yang berbeda-beda. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mendeskripsikan letak kesalahan berdasarkan newman error hierarchy pada penyelesaian soal cerita siswa reflektif dan impulsif SMP pesantren IMMIM Putera Makassar Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana deskripsi letak kesalahan siswa impulsif berdasarkan newman error hierarchy pada penyelesaian soal cerita siswa kelas VIII SMP Pesantren IMMIM Putera Makassar ? 2. Bagaimana deskripsi letak kesalahan siswa reflektif berdasarkan newman error hierarchy pada penyelesaian soal cerita siswa kelas VIII SMP Pesantren IMMIM Putera Makassar ? Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini pada dasarnya untuk menemukan jawaban atas masalah-masalah yang telah dirumuskan dan secara rinci adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan letak kesalahan berdasarkan newman error hierarchy siswa impulsif dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang berbentuk cerita pada siswa kelas VIII SMP Pesantren IMMIM Putera Makassar. 2. Mendiskripsikan letak kesalahan berdasarkan newman error hierarchy siswa kognitif reflektif dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang berbentuk cerita pada siswa kelas VIII SMP Pesantren IMMIM Putera Makassar Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru. Dengan diketahuinya kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran matematika, dapat digunakan sebagai arahan untuk melakukan usaha perbaikan pembelajaran dan untuk menghindari kesalahan yang sama yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran matematika.
Halaman 506 dari 896
Deskripsi Letak Kesalahan Berdasarkan Newman Error Hierarchy
2. Bagi Peneliti. Menambah wawasan dan hasanah ilmu pengetahuan serta sebagai bahan rujukan dalam pengembangan penelitian selanjutnya 2. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif bersifat kualitatif dengan tujuan mengumpulkan informasi mengenai letak kesalahan siswa reflektif dan impulsive berdasarkan newman error hierarchy dalam menyelesaikan soal cerita secara gamblang dan apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota yakni SMP Pesantren IMMIM Putera Makassar pada semester Genap Kelas Tahun Pelajaran 2015/2016. Pemilihan subjek penelitian berdasarkan teknik pengambilan stratified sampling dan purposive sampling. Pemilihan ini berorientasi kepada pemilihan sampel dimana populasi dan tujuan yang spesifik dari penelitian diketahui oleh peneliti sejak awal. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Pesantren IMMIM Putera Makassar. Dalam hal ini peneliti kemudian memilih kelas VIII.A karena dalam kelas ini siswa-siswi cenderung bervariasi dalam hal gaya kognitif. Pada kelas VIII.A terdapat 20 orang siswa, semua siswa tersebut akan diberikan tes konseptual tempo (MFFT). Siswa-siswa yang ada pada kategori reflektif-impulsif akan dipilih masing-masing 1 orang siswa untuk diberikan tes soal cerita dan wawancara. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti bertugas sebagai perencana, pelaksana, pengamat, pengumpul data, menganalisis data, penafsir data dan pelapor hasil penelitian tersebut. Instrumen pendukung dalam penelitian ini adalah: 1) Lembar tes gaya kognitif konseptual tempo. Tes ini dikembangkan oleh Warli yang diadopsi dari MFFT (Matching Familiar Figures Tes) yang dibuat oleh Jerome Kagan pada tahun 1965. Instrumen ini secara luas banyak digunakan untuk mengukur kecepatan kognitis (kognitif tempo), subjek dikategorikan menjadi 4 klasifikasi, yaitu: impulsif, reflektif, cepat akurat/cermat, atau lambat tidak akurat. 2) Lembar tes diagnostik menyelesaikan soal cerita. Tes diagnostik ini berupa soal cerita yang terdiri dari 5 item soal. Soal yang disusun berdasarkan materi matematika yang telah dipelajari siswa mulai dari kelas VII sampai pada semester ganjil kelas VIII. 3) Pedoman wawancara. Pedoman wawancara yang disusun sifatnya semi terstruktur atau terbuka. Karena pertanyaannya tidak harus sama untuk setiap subjek.
Halaman 507 dari 896
Ulfiana Yusuf
Data-data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008: 91), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Langkah-langkah dalam analisis data yaitu: 1) Reduksi data (data reduction) yaitu kegiatan yang mengacu pada proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok. 2) Pemaparan data (data display) yang meliputi pengklasifikasian dan identifikasi data. 3) Menarik kesimpulan (conclusion) dari hasil analisis data yang telah dikumpulkan dan memverifikasi kesimpulan tersebut. Dalam penelitian ini, pelaksanaan penelitian diawali dengan melakukan orientasi lapangan, merancang instrumen, validasi instrumen dan observasi di tempat penelitian. Langkah selanjutnya adalah memilih kelas yang mewakili populasi untuk diberi tes gaya kognitif yang dikenal nama MFFT (Matching Familiar Figure Test). Pada saat memberikan tes gaya kognitif ini, peneliti akan siap menunggu jawaban dari setiap siswa agar jawaban siswa tidak dipengaruhi oleh perilaku peneliti. Hasil tes kemudian di analisis. Setelah itu, akan diperoleh subjek penelitian yaitu siswa yang bergaya kognitif impulsif dan siswa yang bergaya kognitif reflektif. Peneliti akan memilih dua siswa yang bergaya kognitif impulsif dan dua siswa yang bergaya kognitif reflektif untuk diberi tes diagnostik menyelesaikan soal cerita sekaligus mewawancarai subjek setelah diberi tes. Selain itu, tes soal cerita dan wawancara dilakukan secara berkala. Hasil tes tersebut dianalisis berdasarkan letak kesalahan yang diadopsi dari Newman error hierarchy. 3. Hasil Dan Pembahasan A. Proses dan Hasil Penelitian Tahap Persiapan Observasi lapangan dilakukan dalam rangka menentukan calon subjek penelitian, maka calon subjek ditentukan dengan cara memilih sesuai pertimbanganpertimbangan tertentu yang tidak bertentangan dengan aturan pemilihan subjek. Berdasarkan observasi calon subjek penelitian, maka dibutuhkan instrumeninstrumen sebagai berikut: (1) Tes gaya kognitif konseptual tempo, (2) Masalah soal cerita, (3) Pedoman wawancara semi terstruktur. Untuk menggunakan ketiga instrumen ini, terlebih dahulu divalidasi oleh ahli untuk memvalidasi kelayakan instrumen. Halaman 508 dari 896
Deskripsi Letak Kesalahan Berdasarkan Newman Error Hierarchy
Subjek penelitian dipilih dengan langkah-langkah memberikan tes konseptual tempo kepada 20 siswa yang hadir. Hasil dari tes tersebut menghasilkan empat kategori siswa yakni cepat akurat, reflektif, impulsif, dan lambat tidak akurat. Hasil dari tes konseptual tempo ini ditunjukkan pada diagram berikut. reflektif
Cepat-Akurat
Lambat-tidak akurat
Impulsif
Gambar 2. Diagram Empat kategori siswa Hasil tes konseptual tempo dari 20 siswa di kelas XI IPA menunjukkan 8 siswa reflektif, 8 siswa impulsif, 2 siswa cepat akurat dan 2 siswa lambat tidak akurat. Adapun deskripsi statistik hasil pengukuran gaya kognitif disajikan pada table dibawah. Tabel 1 Deskripsi Statistik Hasil Pengukuran Gaya Kognitif Sekolah
Jml siswa
WAKTU Max
Min
FREKUENSI Med
Max
Jml Jml Anak Anak Min Med Impulsif Reflektif
SMP 8 8 PEST. 20 97.08 16.69 47.19 2.38 1.00 1.81 (40 %) (40 %) IMMIM Hasil tes ini menunjukkan bahwa anak dengan karakteristik reflektif-impulsif lebih banyak dibandingkan dengan anak cepat akurat-lambat tidak akurat. Hal ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian yang dilakukan para ahli. Hasil penelitian yang menunjukkan hal tersebut antara lain adalah penelitian Rozencwajg & Corroyer (Warli, 2010) proporsi anak reflektif-impulsif 76,2%, penelitian Warli (2009) proporsi anak reflektif-impulsif 73,7% , penelitian Warli (2010) proporsi anak reflektifimpulsif 76%. Pada penelitian ini, hasil tes ini menunjukkan bahwa anak dengan karakteristik Reflektif-Impulsif sebanyak 16 orang atau 80%. Dari 16 orang ini dipilih 1 orang dari anak dengan karakteristik reflektif yakni YI dan 1 orang dari anak dengan karakteristik impulsif yakni MA. Karena dalam penelitian ini difokuskan pada siswa yang berkarakter reflektif dan impulsif, maka dipilih 1 siswa reflektif dan 1 siswa Halaman 509 dari 896
Ulfiana Yusuf
impulsif. Subjek yang terpilih mewakili siswa yang lain di masing-masing kategorinya. B. Proses dan Hasil Penelitian Tahap Pelaksanaan dan Pembahasan Berdasarkan rangkuman hasil jawaban tertulis dan wawancara subjek YI pada comperhention error dilakukan sebanyak 2 kali, transformation error sebanyak 5 kali, process skill error sebanyak 5 kali, encoding error 1 kali dan carreles error sebanyak 1 kali. Semua letak kesalahan yang menjadi fokus pada penelitian ini dilakukan oleh objek YI, namun kesalahan yang paling sering dilakukan adalah transpormation error dan process skill error, hal ini menunjukkan bahwa subjek YI sangat lemah dalam membuat model matematika dari setiap soal yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa letak kesalahan yang dilakukan subjek YI adalah transformation error dan process skill error. Siswa reflektif sudah mampu memahami maksud dari soal yang diberikan, hal ini dapat dilihat dari kemampuan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal. Pada transformation error, hal ini terjadi karena siswa reflektif menunjukkan lemahnya kemampuan membuat model matematika dari soal cerita yang diberikan. Pada process skill error, siswa reflektif tidak menggunakan metode yang dianjurkan. Sedangkan rangkuman hasil jawaban tertulis dan wawancara subjek MA pada comperhension error 5 kali, transformation error 5 kali dan process skill error 3 kali. Kesalahan utama MA adalah tidak memahami soal secara menyeluruh sehingga kesalahannya adalah comprehension error, hal ini berakibat pada kemampuan memisalkan dan membuat model matematika yang sangat kurang sehingga kesalahannya transformation error, tidak menggunakan metode yang dianjurkan dan salah menggunakan aturan matematika sehingga kesalahannya process skill error. Jika siswa impulsive sudah mampu menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal, siswa impulsive salah dalam membuat pemisalan dan kurang mampu membuat model matematika dari soal. Pada process skill error, tidak menggunakan metode yang dianjurkan, salah menggunakan aturan-aturan matematika dan tidak menyelesaikan model yang dibuat. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan letak kesalahan yang sama antara siswa reflektif dan siswa impulsive. Kesalahan yang sering dilakukan adalah transformation error dan process skill error, pada transformation error siswa reflektif dan impulsif salah dalam membuat model matematika dari soal, dan process skill error siswa reflektif dan impulsive tidak menggunakan metode yang dianjurkan. Halaman 510 dari 896
Deskripsi Letak Kesalahan Berdasarkan Newman Error Hierarchy
Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan letak kesalahan antara siswa reflektif dan siswa impulsif. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan tidak adanya perbedaan letak kesalahan antara siswa reflektif dan impulsive antara lain: 2.
Soal diagnostik yang digunakan terlalu mudah atau terlalu sulit untuk dipahami oleh siswa yang bersangkutan.
3.
Siswa jarang dilatih dalam menyelesaikan soal cerita, sehingga kesalahan banyak terjadi pada pembuatan model matematika dari soal yang diberikan dan kesalahan menentukan metode yang dianjurkan.
4. Simpulan Dan Saran Kesimpulan terhadap analisis kesalahan menyelesaikan soal cerita siswa kelas VIII sebagai berikut: 1.
Letak kesalahan berdasarkan Newman Error Hierarchy yang sering dilakukan siswa reflektif dalam menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas VIII SMP Pesantren IMMIM Putera Makassar adalah transformation error dan process skill error..
2.
Letak kesalahan berdasarkan Newman Error Hierarchy yang sering dilakukan siswa yang memiliki gaya kognitif impulsif dalam menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas VIII SMP Pesantren IMMIM Putera Makassar adalah transformation error dan process skill error.
3.
Letak kesalahan yang sama-sama dilakukan oleh semua subjek adalah transformation error dan process skill error. Kedua kategori subjek (reflektif dan impulsif) sama-sama mengalami kesulitan dalam mengubah soal cerita ke dalam bentuk kalimat matematika (model matematika) dan salah dalam menentukan metode yang dianjurkan.
4.
Kesalahan yang paling sering dilakukan oleh siswa reflektif dalam menyelesaikan soal cerita adalah salah dalam membuat model matematika.
5.
Kesalahan yang paling sering dilakukan oleh siswa impulsif dalam menyelesaikan soal cerita adalah salah dalam menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal dan salah dalam membuat model matematikanya. Mengacu kepada deskripsi pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan di atas
maka dapat disarankan: (1) Guru hendaknya membiasakan siswa untuk mengerjakan soal secara sistematis yang dimulai dari apa yang diketahui hingga pada kesimpulan jawaban akhir soal, (2) Siswa disarankan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam Halaman 511 dari 896
Ulfiana Yusuf
menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan serta lebih giat belajar dalam membuat model matematika dari soal cerita, (3) Untuk mengatasi kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita guru matematika dapat melakukan penguatan materi pada pembuatan model matematika dari soal, memberikan tugas baik secara individu maupun kelompok, serta membentuk kelompok belajar dimana guru sewaktu-waktu hadir dalam kelompok tersebut, dan (4) Bagi para peneliti untuk menindak lanjuti hasil dan temuan-temuan dalam penelitian ini, khususnya pada kesalahan berdasarkan gaya kognitif konseptual tempo siswa.. Daftar Pustaka [1] [2] [3]
[4]
[5]
[6] [7] [8] [9] [10]
[11] [12]
[13]
[14]
Arikunto, Suharsimi. 1998. Manejemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Anonim. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Clements, M. A. (Ken), & Ellerton, Nerida F. 1996. The Newman Procedure for Analysing Errors on Written Mathematical Tasks (Online). The University of Newcastle: Faculty of Education. http://compasstech.com.au/ARNOLD/PAGES/newman.htm di unduh tanggal 26/12/2012 Hasratuddin. 2008. Permasalahan Pembelajaran Matematika Sekolah dan Alternatif Pemecahannya (Online). http://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras/article/view/688. di unduh tanggal 26/12/2012. Herawati. 2004. Analisis Kemampuan Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam Menerjemahkan Soal Cerita ke dalam Model Matematika dan penyelesaiannya. Tesis pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan. (Online) http://www.repository upi.edu. Diakses 21/10/2012 Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Rahman. 2009. Profil Pengajuan Masalah Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif. Surabaya: PPs UNESA. Russefendi. 1988. Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung Tarsito. Santrock, J.W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Saptuju. 2005. Meningkatkan Kemampuan Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika melalui Belajar Kelompok Kecil dengan Pendekatan Problem Solving. Tesis pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitk an. (Online) http://www.repository upi.edu. Diakses 21/10/2012 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstalasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Departemen Pendidikan Nasional. Pusat sains dan Matematika Sekolah: Universitas Negeri Surabaya. Anonim. 2007. Masalah Konstektual Sebagai Batu Sendi Matematika Sekolah. Departemen Pendidikan Nasional, Pusat sains dan Matematika Sekolah: Universitas Negeri Surabaya. Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Halaman 512 dari 896
Deskripsi Letak Kesalahan Berdasarkan Newman Error Hierarchy
[15] Syafik, Abu. Penerapan Pola Latihan Berjenjang dalam Menyelesaikan Soal Cerita. Program Studi Pendidikan Matematika. FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo. (online). Diakses tanggal 30 Juli 2013. [16] Warli. 2008. Pentingnya Memahami Gaya Kognitif Impulsif Vs Reflektif Bagi Guru. Jember: Lembaga Penelitian IKIP PGRI [17] Anonim. 2009. Jurnal Paedagogi: Proses Berfikir Anak Reflektif dan Anak impulsif dalam Memecahkan Masalah Geometri. UNIROW Tuban [18] Anonim. 2010. Kemampuan Matematika Anak Reflektif dan Anak Impulsif. Malang [19] Anonim.2012. Scaffolding Sebagai Strategi Pembelajaran Matematika Bagi Anak Bergaya Kognitif Impulsif atau Reflektif. Malang [20] White, Alan. L. 2005. Active Mathematics In Classrooms: Finding Out Why Children Make Mistakes – And Then Doing Something To Help Them. University of Western Sydney (Online). http://www.decd.sa.gov.au/northernadelaide/ files/links/newman2.pdf. diunduh tanggal 2 Desember 2012. [21] Witkin, C. A. More. D. R. Goodenough, P. W. Cox. 1977. Field Dependent and Fild Independent Cognitive Styles and Their Educational Implications. Review of Education Research.
Halaman 513 dari 896