Desain Sistem Kontrol Dengan Metode Penempatan Kutub (Pole Placement) Pada Motor DC Servo [Fendy Santoso]
Desain Sistem Kontrol Dengan Metode Penempatan Kutub (Pole Placement) Pada Motor DC Servo Fendy Santoso Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra e-mail: fendy @petra.ac.id
Abstrak Ada banyak metode dalam perancangan sistem kontrol. Salah satunya adalah perancangan sistem kontrol menggunakan metode penempatan kutub (pole placement). Setelah model matematika dapat diperoleh, langkah selanjutnya adalah adalah menentukan performansi sistem yang diinginkan. Dari hasil design berdasar criteria performansi yang diinginkan ditentukan lokasi pole yang diperlukan. Dan akhirnya dapat dihitung besarnya gain umpan balik keadaan, dan kompensasi gain masukan. Makalah ini membahas perancangan sistem kontrol dengan metode penempatan kutub, dengan plant motor dc servo. Setelah dilakukan perhitungan dilakukan simulasi sistem dengan program Matlab. Dari hasil simulasi dapat dilihat respon sistem sesungguhnya telah sesuai dengan kriteria perancangan. Hal itu terjadi karena, lokasi pole sistem asal digeser menuju lokasi pole yang diperlukan, sesuai dengan kriteria design, yaitu: nilai lonjakan maksimum dan settling time. Kata kunci : sistem kontrol, penempatan kutub, motor dc servo.
Abstract There are many methods in designing control systems. One of them is pole placement method. After mathematical model is obtained, the next step is to determine the system’s performances that is wanted. Thus poles location can be determined. And Finally, the values of the state feedback gain and input setting gain can be calculated. This paper explained the control system design using pole placement method, applicated in a dc servomotor plan. After calculation has done the next step was to simulate system’s performance with Matlab. From the simulation result could be seen that system’s responses match with design criteria. Those things could be done because system’s pole locations have moved to the location that was needed, based on design criteria: maximum overshoot and settling time. Keywords : control system, pole placement, dc servomotor.
Pendahuluan Kestabilan dan respon sistem yang baik merupakan permasalahan dalam perancangan sistem kontrol. Dengan metode pole placement kita dapat merancang suatu sistem kotrol yang stabil dan memiliki respon dinamis sesuai dengan kriteria perancangan misalnya: maximum overshoot (Mp) dan settling time (ts), asalkan model matematika sistem dapat diketahui.
Teori Kontrol Modern dan Klasik Metode ruang keadaan merupakan suatu metode analisis dalam teori kontrol modern. Teori kontrol modern berbeda dengan teori kontrol konvensional. Teori kontrol modern dapat Catatan: Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Juni 2003. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Jurnal Teknik Elektro volume 3, nomor 2, September 2003.
diterap kan pada sistem multi masukan multi keluaran, yang kondisinya linier ataupun tak linier, dengan parameter sistem konstan atau berubah terhadap waktu. Sedangkan teori kontrol konvensional hanya dapat diterapkan pada sistem satu masukan, satu keluaran, dengan parameter konstan. Dinamika sistem dapat dinyatakan ke dalam bentuk persamaan ruang keadaan (state space) seperti pada persamaan (1). Persamaan equations):
keadaan
sistem
(state
dx = [ A ]x (t ) + [ B ].u (t ) dt
space (1)
.
x1 = a 11 x 1 ( t ) + a 12 x 2 ( t ) + ... + a 1 n x n ( t ) + b 11 u1 ( t ) + b12 u 2 ( t ) + ... + b1 r u r ( t )
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/electrical/
17
Jurnal Teknik Elektro Vol. 3, No. 1, Maret 2003: 17 - 22 .
x 2 = a 21 x1 ( t ) + a 22 x 2 ( t ) + ... + a 2 n x n ( t ) + b 21 u 1 ( t ) + b 22 u 2 ( t ) + ... + b 2 r u r ( t )
U= -[k][x(t)]
M
.
x A B u y c D
: : : : : : :
vektor keadaan (nx1) matriks sistem (nxn) matriks masukan (nxr) vektor masukan (rx1) vektor keluaran (px1) matriks keluaran (pxn) matriks yang menunjukan masukan dan keluaran (pxr)
x(t) + 0 u(t) (5)
y (t ) = [b0 b1 b2 Lbn −1 ] x(t)
(6)
=
1
1 L 0 0 L 0 − a 0 − k1 − a1 − k 2 L (−an −1k n ) 0 0
(A-Bk) =
hubungan
Sedangkan persamaan keluaran sistem: Y = [C]. x(t)
0
1 0 L 0 0 0 0 1 L 0 − a0 − a1 − a2 L − a n−1
dx dt
x n = a n 1 x 1 ( t ) + a n 2 x 2 ( t ) + ... + a nn x n ( t ) + b n 1 u 1 ( t ) + b n 2 u 2 ( t ) + ... + b nr u r ( t )
(4)
(7)
Metode pole placement tersebut menggunakan formula ackerman yang dinyatan dalam persamaan (8) untuk menghitung besarnya gain umpan baliknya. Formula Ackerman:
(2)
y1 = c11 x1 (t ) + c12 x 2 (t ) + ... + c1 n x n (t ) y1 = c 21 x1 (t ) + c 22 x 2 (t ) + ... + c 2 n x n (t ) M y n = c n1 x1 (t ) + c n 2 x 2 (t ) + ... + cnn x n (t ) Hubungan persamaan keadaan dengan fungsi alih sistem: (3) T ( s) = C( sI − A) −1 B + D 1. Sistem Kontrol Dengan Metode Penempatan kutub (Pole Placement)
| sI − A + Bk | = s n + (a n −1 + k n )s n − 1 + L + ( a1 + k 2 ) s + ( a 0 + k1 ) = 0
(8)
αc ( s ) = s n + an −1 s n −1 + L + α1 s + α0 = 0 Dari persamaan diatas diperoleh besarnya nilai gain pengendali state sebesar: k n = αn −1 − a n −1 (9) Kompensasi gain masukan: K = k1 2. Model sistem orde dua Dinamika sistem orde dua dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan differensial orde dua sebagai berikut: d 2 y (t ) dy(t ) (10) + 2ςω n + ω n2 y(t ) = ω 2 x(t ) 2 dt dt Dalam bentuk Transformasi Laplace: n
K1
T (s) =
ωn 2
(11)
s 2 + 2ζωn s + ωn 2
Sedangkan respon sistemkurang teredam (underdamped) untuk masukan fungsi step: −ξω t 1 − ς 2 ; ( t ≥ 0) (12) e y (t ) = 1 − sin ω t + tan −1 n
1 − ς2
Gambar 2. Sistem Kontrol Dengan Umpan Balik Keadaan (state feedback) Gambar 2 merupakan blok diagram sistem kontrol dengam metode penempatan kutub. Tujuan sistem tersebut adalah menentukan vektor kontrol u sedemikian rupa sehingga respon sistem sesuai dengan kriteria design. Sistem diatas dapat dibawa ke model persamaan ruang keadaan dan persamaan keluaran seperti pada persamaan (5) dan (6). 18
ς
d
Performansi sistem: Mp =e
−
σ π wd
* 100 % ; t s = 4 (kriteria 2 %) (13) σ
σ = ς.ωn ; ω d = ω n (1 − ς 2 ) Keterangan: T(s) : fungsi alih sistem ts : settling time Mp : maksimum persen overshoot (%)
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/electrical/
Desain Sistem Kontrol Dengan Metode Penempatan Kutub (Pole Placement) Pada Motor DC Servo [Fendy Santoso]
ζ : redaman sistem ω n : frekuensi alamiah sistem (rad/s)
Motor DC servo Motor dc servo merupakan motor dc yang digunakan pada sistem servo. Sedangkan sistem servo itu sendiri bertujuan mengontrol posisi suatu beban mekanis terhadap suatu posisi acuan. Pada servomotor dc, inersia rotor dibuat sangat kecil, sehingga menghasilkan motor dengan rasio torsi-inersia sangat tinggi. Contoh penggunaan motor dc servo misalnya pada disk drive, tape drive, dll.
konstan, tegangan induksi eb sebanding dengan kecepatan sudut:
ω=
dθ dt
atau eb = k b ω = k dθ , b
dt
dengan eb adalah emf balik, dan k b adalah konstanta emf balik. • Persamaan differensial loop jangkar ialah:
La
di + Ra .i + eb = ea ; e = c1 Φ e i a dt
(14)
• Persamaan differensial loop medan:
Re i e + Ne
dΦ e = Ve ; Φ e = f (ie ) dt
(15)
Arus Jangkar magnet menghasilkan torsi yang bekerja terhadap inersia dan gesekkan , sesuai persamaan :
dω = md − mL ; md = c 2 Φ e ia dt d 2θ dθ J 2 +b = T ; T=K.ia dt dt J
(16) (17)
Diasumsikan semua syarat awal adalah nol, kemudian diambil transformasi Laplace dari ketiga persamaan diatas : Gambar 3 Motor DC Servo Pada servomotor dc kumparan medan dihubung seri atau terpisah dengan jangkar. Bila medan dibangkitkan secara terpisah maka fluks magnet tidak tergantung pada arus jangkar magnet. Pada beberapa servomotor dc medan dihasilkan oleh magnet permanent, karenanya besarnya fluks magnet konstan. Servomotor dc seperti ini dinamakan servomotor dc magnet permanent.
Kb.sθ( s) = Eb (s) ( Las + Ra).Ia( s) + Eb (s) = Ea ( s)
(18)
( Js 2 + bs)θ(s) = T ( s) = KIa( s) Dengan melalui substitusi persamaan diatas, maka diperoleh rumus fungsi alih servomotor dc: Θ(s ) K (19) = 2 E a (s ) s [La Js + ( La b + Ra J )s + R a b + KK b ]
1. Persamaan Umum Motor DC
Gambar 5: Blok Diagram Motor dc Servo
Gambar 4: Motor DC Medan Tetap, kontrol jangkar Medan konstan, fluks konstan dan torsi mempunyai arah sesuai kumparan magnet, sehingga T = K. i a , K = konstanta motor, untuk fluks
Nilai induktansi (La) dalam kumparan magnet biasanya kecil dan dapat diabaikan. Bila La diabaikan, maka dapat mereduksi orde fungsi alih diatas menjadi model sistem orde dua:
Km θ( s ) = E a ( s ) s (Tm s + 1)
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/electrical/
(20)
19
Jurnal Teknik Elektro Vol. 3, No. 1, Maret 2003: 17 - 22
Dari data tersebut dapat dihitung besarnya momen inersia ekivalen (J) dan koefisien gesek liat ekivalen (b) mengacu pada poros motor: 2 −5 −5 −5 J = J m + n 2 J L = 1 * 10 + 4 ,4 * 10 = 5, 4 * 10 kg-m
b = bm + n 2 bL = 4 * 10 −4 Gambar 6. Blok Diagram Motor dc Servo Yang Disederhanakan K • Km = ⇒ konstanta penguatan R a b + KK b motor • Tm = •
Ra J ⇒ konstanta waktu motor R a b + KK b
J = Jm + n 2J L ;
b = bm + n 2 bL
Dari persamaan fungsi alih diatas terlihat bahwa fungsi alih mengandung suku 1 Jadi sistem s
bersifat sebagai integrator.
= La = θ = Ia = T = If = J = Ea = b = K =
GGL (EMF) balik (Volt) induktansi kumparan jangkar (H) perpindahan sudut poros motor (rad) arus kumparan jangkar (A) torsi motor (N.m) arus medan(A) momen insersia ekivalen (kg-m2 ) tegangan masukkan (V) koefisien gesek viskos (N.m/red/sec) konstanta torsi motor
2. Data Besaran-Besaran Motor Servo: [1] Momen inersia motor : Momen inersia beban : Koefisien gesek motor : Koefisien gesek beban : Tahanan jangkar : Induktansi motor : Konstanta EMF balik : Konstanta torsi motor : Rasio roda gigi :
=
Tm = =
K R a b + KK b 6 *10 −5 = 0,72 (0, 2)(4 *10 − 4 ) + (6 *10 − 5 )(5,5 * 10− 2 )
Ra J Ra b + KK b (0, 2)(5,4 * 10 −5 ) = 0,13 (0, 2)(4 * 10− 4 ) + (6 *10 − 5 )(5,5 *10 − 2 )
Θ( s) K = 2 Ea ( s) s [L a Js + ( La b + Ra J ) s + Ra b + K.Kb ]
(21)
dengan mengabaikan nilai Induktansi motor, maka fungsi alih motor menjadi: Θ( s ) K = Km = = 2 Ea ( s ) Ra Js + ( R a .b + K .K b ) s s (Tm s + 1)
Besaran-besaran fisik motor: Ra = tahanan jangkar (Ω)
eb
Km =
-5
-2
Jm=1*10 Kg.m JL =4,4*10-3 kg-m-2 diabaikan bL =4*10-2 N-m/rad/sec Ra= 0,2 Ω diabaikan Kb :0,055 volt-sec/rad K = 6*10-5 N-m/A N1 /N2 =1/10 24 Konstanta detektor kesalahan: k1 = volt / rad π Penguatan amplifier : kp= 10
0,72 s(0,13s + 1)
(22)
Lokasi kutub-kutub (poles): p1=0, p2= -7,692. Persamaan ruang keadaan sistem:
y = x1 = θ ;
dθ =ω dt
(23)
dω = −7, 692ω + 5,538 E a dt 1 θ + 0 d θ = 0 ω 5,538 Ea 0 − 7 , 692 dt ω
|sI-A+Bk|= s
0
0 - 0 s 0
1 + 0 − 7,692 5,538
[k 1 k 2 ]
= s 2 + ( 7,692 + 5,538k 2 ) s + 5,538 k1
Penguatan lainnya: Kl =K detektor kesalahan * K amplifier * K roda gigi Kl = 24/π * 10 * 0,1 =7,64 20
Gmbar 8. Respon Loop Terbuka Motor dc Servo Dengan Input Unit Step
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/electrical/
Desain Sistem Kontrol Dengan Metode Penempatan Kutub (Pole Placement) Pada Motor DC Servo [Fendy Santoso]
Motor dc servo mempunyai kutub (pole) di titik asal sehingga sistem bersifat sebagai integrator. Hal tersebut mengakibatkan keluaran plant perputaran sudut (θ θ ) untuk masukan step menuju tak berhingga.
Program Matlab (Matrix Laboratory) Matlab merupakan program keluaran The Math Works, Inc. Dengan Matlab kita bisa membuat program sendiri, ataupun menggunakan berbagai toolbox - toolbox yang telah ada, misalnya simulink. Simulink merupakan salah satu toolbox yang berguna untuk analisis sistem kontrol linier, time invariant. Dalam Simulink sistem fisik diwakili oleh model matematika dalam bentuk Transformasi Laplace.
Perancangan Sistem Kontrol Metode Penempatan Kutub
dengan
Perancangan performansi sistem meliputi lonjakan maksimum [maximum percent overshoot (Mp)] dan waktu mencapai keadaan mantap [settling time(ts)]. Dari hasil analisis diperoleh data sebagai berikut:
Gambar 9. Respon Motor dc Servo untuk masukan unit step dengan spesifikasi perancangan: Mp=10% untuk berbagai variasi nilai ts Gambar 9 dan 10 merupakan respon sistem untuk kriteria overshoot 10 % dan 25%. Dari gambar terlihat bahwa nilai repon mempunyai nilai variasi settling time, sesuai dengan kriteria desain.
Tabel 1. Hubungan spesifikasi desain dengan parameter sistem
Gambar 10. Respon Motor dc Servo untuk masukan unit step dengan spesifikasi perancangan: Mp=25% untuk berbagai variasi nilai ts
Dari tabel diatas terlihat bahwa redaman sistem hanya berpengaruhi pada nilai lonjakan maksimum (maximum overshoot). Jika nilai Mp tetap dan nilai ts diubah-ubah maka besarnya redaman sistem (ζ ζ ) relatif konstan. Sedangkan jika nilai maksimum overshoot diubah maka nilai redaman sistem juga akan berubah.
Gambar 11. Perbandingan hasil perhitungan nilai k1 untuk Mp=25% dan Mp=10% untuk berbagai variasi nilai ts
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/electrical/
21
Jurnal Teknik Elektro Vol. 3, No. 1, Maret 2003: 17 - 22
Dari gambar 11 terlihat bahwa nilai k1 dan k2 menurun bersamaan dengan bertambahnya nilai ts, hal itu terjadi karena nilai frekuensi alamiah sistem (ω ω n) menurun dengan bertambahnya settling time.
3. Dengan metode penempatan kutub dapat memperbaiki performansi sistem dan dapat mengubah sistem tidak stabil menjadi sistem stabil. 4. Diperlukan suatu kompensasi gain pada input setting sebesar K=k1 , untuk mengkompensasi nilai akhir sistem akibat pergeseran lokasi pole.
Daftar Pustaka
Gambar 12. Perbandingan hasil perhitungan nilai k2 untuk Mp=25% dan Mp=10% untuk berbagai variasi nilai ts
[1] Ogata K., Modern Control Engineering, Prentice Hall International, Inc., 1996. [2] Ogata K., Solving Control Engineering Problems with MATLAB, Prentice Hall International, Inc., 1994 [3] Gopal M., Control System Engineering, Wiley Eastern Limited, New Delhi., 1982 [4] Leonhard W., Control of Electrical Drives, Springer-Verlag, Berlin Heiderberg. New York Tokyo.,1985 [5] Shearer, J. Lowen., Dynamic Modeling and Control of Engineering Systems, Macmillan Publishing Company, New York.,1990 [6] Shahian Bahram, Hassul Michael., Control Sistem Design Using Matlab. Prentice Hall,Englewood Cliffs, New Jersey.,1993 [7] Lewis, F.L., Optimal Control. John Wiley and Sons, Inc.,1996 [8] Houpis D’Azzo, Linier Control Systems Analysis and Design, 1986 [9] Fujinaka Torum, Omatu Sigeru, Pole Placement Using Optimal Regulators, T.IEE., pp. 240-245, 2000.
Gambar 13. Perbandingan hasil perhitungan nilai ωn untuk Mp=25% dan Mp=10% untuk berbagai variasi nilai ts Dari grafik pada gambar 13 terlihat bahwa semakin besar nilai time settling, menyebabkan nilai frekuensi alamiah sistem (ω ω n) semakin menurun.
Kesimpulan Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: 1. Langkah awal dalam melakukan desain sistem kontrol dengan metode pole placement adalah menentukan model matematika plant. 2. Dengan penambahan sistem kontrol metode pole placement akan menggeser lokasi pole plant menuju ke lokasi pole yang diinginkan sesuai dengan kriteria desain. 22
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/electrical/