Desain Optimal Dual Input Power System Stabilizer (DIPSS) Menggunakan Imperialist Competitive Algorithm (ICA) Faiq Ulfi, Imam Robandi, Heri Suryoatmojo Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS
Gangguan pada sistem tenaga listrik memang sering terjadi. Gangguan tersebut dapat berupa putus jaringan (transien) atau perubahan beban (dinamik). Gangguan ini menimbulkan ketidakstabilan pada sistem. Ketidakstabilan pada sistem dapat berupa ketidakstabilan frekuensi, sudut rotor, dan tegangan[1]. Ketidakstabilan dipengaruhi oleh initial condition dan besar gangguan. Gangguan yang timbul berdampak langsung pada perubahan daya elektrik. Perubahan pada daya elektrik selanjutnya berdampak pada daya mekanik. Salah satu masalah yang menyebabkan terjadinya ketidakstabilan yaitu perbedaan kecepatan respon antara respon daya elektrik yang cepat dengan respon daya mekanik yang lebih lambat. Akibat dari permasalahan ini menimbulkan osilasi pada sistem tersebut. Gangguan berupa osilasi daya elektrik biasanya diatasi oleh peralatan Conventional Power System Stabilizer (PSS). PSS akan menambah batas kestabilan dengan memberikan redaman (damping) pada osilasi generator. Redaman PSS diartikan bahwa PSS dapat menghasilkan komponen torsi elektris yang sefase dengan perubahan kecepatan. Namun penggunaan PSS banyak terjadi kesalahan yaitu nilai yang diinginkan berbeda dengan nilai yang terukur dari output PSS. Hal ini disebabkan adanya komponen shaft motion seperti lateral shaft run out atau osilasi torsional[2]. Munculnya komponen tersebut akan menambah pada sinyal eksitasi dan untuk komponen torsinal akan menyebabkan variasi pada torsi elektris. Dengan kondisi diatas maka diusulkan suatu peralatan Dual Input Power System Stabilizer (DIPSS) yang dapat mengurangi sinyal noise agar sistem tetap stabil. Penalaan parameter yang optimal sangat mempengaruhi penggunaan DIPSS untuk menstabilkan sistem. Namun range parameter peralatan sangat beragam dan luas, maka untuk memperoleh nilai parameter secara cepat digunakanlah metode optimisasi. Metode yang digunakan yaitu Imperialist Competitive Algorithm (ICA). ICA adalah metode pencarian nilai optimal berbasis pada kompetisi dan penjajahan antar negara[3]. Dalam Penelitian ini dianalisis penggunaan DIPSS dan ICA dalam memperbaiki respon sistem. Respon dari DIPSS dan ICA diketahui dengan menggunakan nilai overshoot, Settling time, eigenvalue sistem, sedangkan untuk nilai objective function menggunakan Comprehensive Damping Index (CDI).
Absrak—Kestabilan pada sistem tenaga listrik sangat diperlukan dalam menjamin ketersediaan energi listrik. Perbaikan kestabilan pada umumnya menggunakan Power System Stabilizer (PSS), namun penggunaan peralatan tersebut masih memiliki kelemahan dalam pengambilan sinyal input. Kelemahan tersebut menyebabkan respon pencapaian kondisi sistem yang stabil menjadi lama saat terjadi gangguan. Dalam penelitian ini diusulkan Dual Input Power System Stabilizer (DIPSS) yang mampu memperbaiki dalam pengambilan sinyal input, sehingga ketidakstabilan akibat gangguan pada sistem dapat diatasi dengan cepat. Penentuan nilai parameter yang tepat pada DIPSS juga mempengaruhi kestabilan sistem, sehingga perolehan parameter yang sesuai pada DIPSS disini ditala dengan suatu metode optimisasi Imperialist Competitive Algorithm (ICA). Hasil simulasi dalam penggunaan DIPSS yang ditala dengan ICA menunjukkan bahwa respon kestabilan sistem menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari respon Settling time generator satu yang lebih cepat sebesar 6.69 detik dan respon sistem untuk nilai overshoot lebih rendah sebesar 0.00005094 p.u jika dibandingkan dengan sistem yang menggunakan PSS. Kata Kunci—PSS, DIPSS, ICA
I.
PENDAHULUAN
G
angguan sistem tenaga listrik selalu mengakibatkan ketidakstabilan pada sistem, sehingga beberapa peralatan pada umumnya ditambahkan pada sistem untuk menambah batas kestabilan. Penggunaan peralatan tambahan pada sistem tenaga listrik yang tidak tepat dalam menstabilkan sistem justru menimbulkan banyak masalah. Masalah tersebut sering timbul karena kesalahan peralatan sendiri dalam mengambil sinyal referensi atau setting parameter peralatan tersebut yang kurang optimal. Perbaikan pada sistem tenaga listrik yang seharusnya lebih cepat justru mengalami osilasi. Hal ini lebih rumit jika sistem memiliki lebih dari satu mesin atau multimesin. Manuscript received July 4, 2011. Faiq Ulfi is student at electrical Engineering, Sepuluh Nopember Instutut of Technology, Surabaya, Indonesia (corresponding author to provide phone: 0856-450-44089; e-mail: faiq@ elect.eng.its.ac.id). Imam Robandi, was professor at Electrical Engineering, Sepuluh Nopember Instutut of Technology, Surabaya, Indonesia. Heri Suryoatmojo was Doctor at Electrical Engineering Department, Sepuluh Nopember Institut of Technology, Surabaya, Indonesia.
1
7
6 1
9
8
10 11
5
S
3
25 km
S
10 km
10 km
25 km
TR1
G1
P= 719 MW Q=176 MVAR
220 km
L2
L1
TR2
P= 967 MW Q=100 MVAR
4
S
S
G2
TR4
P= 1767 MW Q= 100 MVAR
2 P= 700 MW Q=235 MVAR
G3
TR3
P= 700 MW Q= 185 MVAR
AREA 1
G4
P= 700 MW Q=202 MVAR
AREA 2
Gambar 1. Single Line Diagram Interkoneksi Dua-Area Kundur
II. PEMODELAN SISTEM B. Pemodelan Eksiter Sistem eksitasi berfungsi mengatur variabel output generator berupa nilai tegangan, arus, dan faktor daya[6]. Variabel ini diatur melalui perubahan fluks medan pada generator oleh eksiter. Tipe eksiter yang digunakan yaitu fast exciter. Diagram blok dari exciter ditampilkan pada Gambar 2 berikut [5,7].
Sistem yang digunakan sebagai bahan uji pada penelitian ini yaitu multimesin-dua area yang terdiri dari 11 bus dengan 4 bus generator. Pemasangan PSS dan DIPSS pada setiap generator. Sistem dimodelkan liniear untuk mempelajari respon sistem uji terhadap gangguan dinamik. Model dalam Single line dari sistem ditampilkan pada Gambar 1[4]. A. Pemodelan Generator Sinkron Pemodelan liniear generator sinkron diperlukan untuk menganalisis efek dari perubahan daya terhadap respon frekuensi maupun sudut rotor. Dengan menggunakan Transformasi Park maka generator sinkron dapat dimodelkan kedalam persamaan matematis dan dilinearisasi. State-space hasil linierisasi dari generator sinkron terdapat pada Persamaan 2[5]. r 0 v F 0 0 v L 0 d q 0 0L i Tm q 0 d q 0 0 3 0
0
r F 0
0
0
r D kM 0 D 0 kM i D q0
0
kM 0 F 0 kM i F q0
0 kM i Q d0
3 0
3 0
3 0
0 kM Q 0 0 0 rQ kM Q id 0 3 0
q 0
C. Pemodelan Governor Governor berfungsi untuk mengatur nilai torsi mekanik Tm yang menjadi masukan dari generator. Bentuk diagram blok dari governor ditampilkan pada Gambar 3[5].
0 q
d
r
0 0 0 Lq
0 0 0 kM Q
0 0 0 0
0
kM Q
0
0
0
LQ 0
0
0
0
j 0
0 id 0 iF 0 iD 0 iq 0 iQ 0 1
1 Tgs 1
Kg
Tm
GSC
Gambar 3. Diagram Blok Governor
D. Power System Stabilizer Power System Stabilizer (PSS) merupakan peralatan yang digunakan untuk memperbaiki kestabilan dengan memberi redaman pada osilasi pada rotor mesin sinkron[8,9]. Redaman yang dimaksudkan yaitu PSS memproduksi komponen torsi elektris yang sesuai dengan deviasi kecepatan rotor. Sinyal input PSS berupa perubahan kecepatan rotor sedangkan ouput PSS berupa sinyal tegangan yang berfungsi sebagai sinyal kontrol tambahan pada exciter. Diagram blok gain (Kpss), washout (Tw) dan lead-lag (TA-TD) dapat dilihat di Gambar 4.
0
kM D MR LD 0
VR min
Gambar 2. Diagram Blok Exciter
id 0 0 i F 0 0 i D d 0 0 iq 0 0 i Q D 0 1 0
kM F Ld kM LF F kM D M R 0 0 0 0 0 0 0 0
E fd
KA 1 TA s Vref
L
0
v d
VR max Vt
K PSS
Tw s 1 Tw s
1 TA s 1 TB s
1 TC s 1 TD s
(1) Gambar 4. Diagram Blok PSS
2
VS max
VS min
Vs
E. Dual Input Power System Stabilizer Dual Input Power System Stabilizer (DIPSS) merupakan PSS tipe-2 yang manpu mengurangi kesalahan dalam pengambilan sinyal pada sistem. Kesalahan tersebut diakibatkan oleh adanya sinyal noise. Sinyal noise tersebut berasal dari lateral shaft run out atau osilasi torsional[2]. Input stabilizer yaitu perubahan kecepatan sudut rotor (∆ω) dan perubahan daya elektris (∆Pe). Sinyal input dilewatkan ke dalam rangkaian washout (Tw) dan transducer (T6-T7). Rangkaian washout berfungsi untuk memberikan kondisi secara kontinyu pada output stabilizer sedangkan transducer digunakan untuk merubah sinyal input menjadi sinyal tegangan. Model DIPSS diambil dari IEEE tipe PSS2B[2,10]
𝜉𝑖 = 𝐶𝐷𝐼 =
s Tw1 1 Tw1
sTw 2 1 sTw 2
1 1 sT6
1 sT 8 m 1 sT9
Σ
n
∆Pe
Ks3 sTw3 1 Tw3
sTw4 1 sTw4
1 − 𝜉𝑖
(5)
a. Inisialisasi Empire Inisialisasi empire merupakan tahap awal proses komputasi dengan inisialisasi dibagi menjadi dua yaitu imperialist dan colony. Rumus normalisasi dan kekuatan imperialist dapat dilihat pada persamaan 6 dan 7.
Σ
Min Max
𝑛 𝑖=1
(4)
B. Imperialist Competitive Algorithm Metode optimasi yang digunakan dalam penalaan parameter DIPSS adalah Imperialist Competitive Algorithm (ICA). Algoritma ini menerapkan pada konsep kompetisi untuk memperoleh kekuasaan terbesar[3]. Proses awal algoritma dimulai dengan inisialisasi populasi yang mengindikasikan solusi dari permasalahan sedangkan tujuan tahap akhir yaitu dicapainya nilai kekonvergenan colony dengan nilai yang global optimum dari permasalahan. Konsep dan tahap komputasi ICA yaitu:
Max ∆ω
𝜎𝑖 𝜎 𝑖 2 +𝜔 𝑖 2
Ks2 1 sT7
𝐶𝑛 = 𝑐𝑛 − max {𝐶𝑖 }
(6)
Min
𝑃𝑛 =
Vmax
Ks1
1 sT1 1 sT2
1 sT3 1 sT4
1 sT10 1 sT5
𝑖=1
(7)
b. Pergerakan Colony ke Imperialist pergerakan colony ke imperialist merupakan pencarian dari nilai parameter yang lebih optimum. Hal ini terjadi karena cost imperialist lebih baik dari cost colony.
Gambar 5. Blok Digram DIPSS
F. Reduksi Admitansi Jaringan Reduksi matriks admitansi jaringan merupakan metode untuk mengurangi bus-bus selain bus generator dengan fungsi mempermudah dalam analisis keadaan antar generator. Persamaan reduksi yaitu
c. Revolusi Revolusi diartikan sebagai penyimpangan dari karakteristik awal. Dalam program disini dianalogikan dengan pergerakan antara variabel berbeda dalam satu country.
(2)
d. Pertukaran Posisi Pertukaran posisi terjadi karena nilai cost dari colony lebih baik dari imperialist, sehingga terjadi pertukaran posisi dan cost antara imperialist dengan colony.
Dengan Yred merupakan admitansi jaringan yang telah direduksi. III. METODOLOGI
e. Penggabungan Empire Penggabungan empire terjadi jika jarak antara dua imperialist melewati batas yang telah ditetapkan dalam komputasi. Persamaan batas kedekatan antar imperialist dideskripsikan pada persamaan 8 berikut,
A. Proses Optimisasi Nilai respon sistem dalam proses optimisasi dapat diketahui dengan nilai overshoot, Settling time, dan eigenvalue. Overshoot merupakan simpangan pertama dari respon sistem setelah terjadi gangguan, sedangkan Settling time merupakan waktu dari sistem yang tidak mengalami osilasi. Untuk nilai eigenvalue sistem dapat memberikan informasi apakah sistem stabil atau tidak. Melalui hasil eigenvalue maka performansi sistem dapat diamati melalui persamaan Comprehensive Damping Index (CDI) yang ditampilkan pada Persamaan (3), (4), dan (5) berikut. 𝜆𝑖 = 𝜎𝑖 ± 𝑗𝜔𝑖
𝐶𝑖
VDIPSS
Vmin
𝐼 = [𝑌𝑟𝑒𝑑 ]𝐸
𝐶𝑛 𝑁 𝑖𝑚 𝑝
𝑇ℎ𝑟𝑒𝑠ℎ𝑜𝑙𝑑 𝐷𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒 = 0.02 𝑥 𝑁𝑜𝑟𝑚 𝑃𝑟𝑜𝑏. 𝑝𝑎𝑟𝑚. 𝑣𝑎𝑟. 𝑚𝑎𝑥 − 𝑃𝑟𝑜𝑏. 𝑝𝑎𝑟𝑚. 𝑣𝑎𝑟. min …….(8)
f. Kekuatan Total Empire Kekuatan total dari empire ditentukan dari kekuatan imperialist dan colony yang dimiliki. Nilai kekuatan dirumuskan dalam persamaan 9.
(3)
3
T .C. n cos t (imperialis t n )
mean {Cost (colonies of empiren )}
kapasitas sistem dan diamati dalam waktu 20 detik. Hasil penalaan parameter DIPSS-ICA ditampilkan pada Tabel.1
(9)
TABEL 1 HASIL PENALAAN PARAMETER DIPSS
g. Kompetisi Imperialist kompetisi antar imperialist bertujuan untuk memperoleh colony. Hal ini digunakan untuk memperbaiki nilai dari total cost empire. h. Eliminasi Empire penghilangan empire karena colony yang dimiliki empire tersebut telah habis.
Pembangkit
Ks1
T1
T3
G1 G2 G3 G4
105.7098 149.4599 149.5294 135.3703
126.6797 15 0.6254 0.7042
0.09 0.5283 0.6722 0.8122
i. Konvergensi konvergensi ditandai dengan empire yang tersisa hanya satu. Pada kondisi ini cost dari imperialist dengan colony sama. Metode optimasi ICA digunakan untuk menala parameter K1 , T1, dan T3 pada DIPSS[10], sehingga menghasilkan nilai Settling time, overshoot, dan, eigenvalue yang minimum dari sistem. Diagram alir komputasi ICA dalam penalaan parameter DIPSS dapat dilihat dalam Gambar 6. Start
A
Inisialisasi Empire Sebagai Konstanta DIPSS
Menghitung total cost semua empire B
Gambar 7. Grafik Konvergensi Pergerakan colony menuju imperialist
Ambil colony yang terlemah dari empire yang terlemah dan berikan pada empire yang lebih kuat
Pada Gambar 7 ditunjukkan tentang kurva konvergensi ICA dalam penalaan parameter DIPSS. Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa konvergensi tercapai pada iterasi ke 17 dengan nilai cost 12.47. Hasil penerapan DIPSS yang ditala dengan ICA dapat mengurangi nilai overshoot dan mempercepat nilai Settling time sistem jika dibandingkan dengan sistem lain. Hal ini dapat dilihat dari respon frekuensi generator satu yang ditunjukkan pada Gambar 8.
Perhitungan eigenvalue pada sistem dengan DIPSS Apakah ada empire yang tidak memiliki colony ?
Tidak
real(i ) 0 Ya
Tidak
Ya Eliminasi empire tersebut Perhitungan o.f.: n min . f ( z ) CDI 1 i i 1
Gabungkan empire yang sama
-3
3 Cost colony < cost imperialist
Tidak
Tidak
Berhenti jika sudah memenuhi / k < MaxDecade
Respon Frekuensi G1
x 10
uncontrol PSS DIPSS DIPSS-ICA
2
Ya
Ya
1
k=k+1 KS1, T1, T3
Amplitudo(pu)
Pertukaran posisi antara colony dan imperialist
B Stop A
0
-1
Gambar 6. Diagram Alir ICA
-2
IV. SIMULASI DAN ANALISIS
-3
Hasil dari simulasi Penelitian ditunjukkan dengan nilai overshoot, Settling time, dan nilai eigenvalue sistem. Pengujian dilakukan pada sistem uncontrol, PSS, DIPSS, dan DIPSS-ICA. Gangguan yang diberikan sebesar 0.05 p.u dari
-4
0
2
4
6
8
10 t(detik)
12
14
Gambar 8. Respon Frekuensi Generator 1
4
16
18
20
Gangguan pada generator satu menyebabkan perubahan respon frekuensi pada semua pembangkit terutama pada generator satu sendiri. Perubahan frekuensi pada generator satu memiliki nilai overshoot tertinggi jika dibandingkan dengan overshoot generator yang lain. Dari Gambar 4.1 dapat diketahui nilai overshoot sistem uncontrol yaitu sebesar 0.003141 p.u, sistem dengan PSS sebesar 0.00137 p.u, sistem dengan DIPSS sebesar -0.001219 p.u, dan Sistem dengan DIPSS yang ditala dengan ICA memiliki nilai overshoot terendah yaitu sebesar -0.0008606 p.u. Nilai Settling time dari generator satu uncontrol bernilai lebih dari 20 detik, sistem dengan PSS sebesar 11.53 detik, sistem dengan DIPSS sebesar 5.478 detik, dan Sistem dengan DIPSS yang ditala dengan ICA memiliki Settling time terbaik yaitu sebesar 4.84 detik. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan DIPSS yang ditala dengan ICA mampu meredam perubahan frekuensi dari sistem. Respon overshoot frekuensi keseluruhan generator dapat dilihat pada Tabel 2 dan untuk Settling time pada Tabel 3.
Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa terjadi perubahan respon sudut rotor. Respon perubahan pada generator 1 merupakan perubahan terbesar untuk nilai overshoot jika dibandingkan dengan generator yang lain. Hal ini dikarenakan bahwa terjadinya perubahan pada generator 1. Hasil respon sistem akibat ganguan dapat dilihat nilai overshoot uncontrol sebesar -0.3915 pu, jika menggunakan PSS sebesar -0.3291 p.u, jika menggunakan DIPSS sebesar -0.3128 p.u, dan nilai yang terbaik sebesar -0.3122 p.u jika menggunakan DIPSSICA. Sedangkan untuk nilai Settling time uncontrol bernilai lebih dari 20 detik, sebesar 18.08 detik jika menggunakan PSS, sebesar15.99 detik jika menggunakan DIPSS, dan nilai yang terbaik sebesar 13.78 detik jika menggunakan DIPSSICA. Keseluruhan data overshoot dari respon sudut rotor dapat dilihat di Tabel 4 dan nilai Settling time dapat dilihat di Tabel 5.
Gen
TABEL 2 NILAI OVERSHOOT DARI GENERATOR uncontrol PSS DIPSS DIPSS-ICA (p.u) (p.u) (p.u) (p.u)
Gen
G1 G2
-0.003141 0.00133
-0,00137 0,0006445
-0.001219 0.0002979
G3 G4
0.0001604
0,000304
0.0004557
0,0001056
0.0003787
0.0001903
0.0000368
0,00008091
G1 G2
-0.0008606 0,0001423
>20
15.9
5.07
4.798
G4
>20
17.93
7.105
5.025
G3
0.01774
0.006389
0.001063
0,004758
G4
0.035
0,01195
0.004137
0.005982
TABEL 5 SETTLING TIME RESPON SUDUT ROTOR GENERATOR Gen uncontrol PSS DIPSS DIPSS-ICA (det) (det) (det) (det)
TABEL 3 NILAI SETTLING TIME RESPON FREKUENSI DARI GENERATOR Gen uncontrol PSS DIPSS DIPSS (p.u) (p.u) (p.u) ICA (p.u) G1 >20 11.53 5.478 4.84 G2 >20 15.84 6.021 5.025 G3
TABEL 4. OVERSHOOT RESPON SUDUT ROTOR uncontrol PSS DIPSS DIPSS (p.u) (p.u) (p.u) ICA (p.u) -0.3915 -0.3291 0.3128 0.3122 0.1317 0.04062 0.03597 0.01594
G1 G2
>20 >20
18.08 17.93
15.99 11.71
13.78 9.575
G3
>20
18.53
15.38
11.81
G4
>20
17.93
13.53
12.01
Selain pengamatan pada nilai respon frekuensi dan respon sudut rotor, nilai dari eigenvalue sistem juga menjadi lebih baik. Nilai eigenvalue sistem dapat dilihat pada Tabel 6.
Respon perubahan sudut rotor Generator dapat dilihaat pada Gambar 9.
TABEL 6 NILAI EIGENVALUE SISTEM
Respon Rotor G1 0.2
Uncontrol
uncontrol PSS DIPSS DIPSS-ICA
0.1
-6.78e-002+ 2.61e+000i -3.41e-001 7.02e+000i
Amplitudo(pu)
0
PSS -2.86e-001 + 6.51e+000i -5.22e-001 + 5.75e-001i
DIPSS -2.63e-001+ 2.34e-001i -3.20e+000 + 3.41e+000i
DIPSS ICA -3.33e-001+ 3.13e-001i -3.85e+000+ 4.20e+000i
-0.1
Dari Tabel 6 ditunjukkan bahwa terjadi perbaikan pada nilai eigenvalue. Posisi dari nilai eigenvalue yang lebih bergeser kekiri mengindikasikan bahwa sistem dalam kondisi stabil. Sebagai contoh salah satu eigenvalue tanpa PSS dan DIPSS adalah -6.78e-002+2.61e+000i. Dengan menggunakan PSS maka terjadi peningkatan pada nilai eigenvalue sistem menjadi -2.86e-001+6.51e+000i, dengan DIPSS nilai eigenvalue bernilai -2.63e-001+2.34e-001i dan jika menggunakan DIPSSICA nilai eigenvalue bernilai -3.33e-001+3.13e-001i.
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
0
2
4
6
8
10 t(detik)
12
14
16
18
20
Gambar 9. respon sudut rotor
5
TABEL 9 NILAI PARAMETER PSS
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1) DIPSS dapat diterapkan pada multimesin-interarea untuk memperbaiki respon sistem terhadap gangguan. 2) Penggunaan DIPSS-ICA dalam sistem tenaga listrik dapat lebih baik dalam memperbaiki kestabilan sistem tersebut dari pada PSS. Hal ini dapat dilihat dari nilai eigenvalue dan damping ratio dari generator 1. Nilai eigenvalue sistem menjadi lebih baik yaitu dari -2.86e-001 + 6.51e+000i menjadi 3.33e-001+ 3.13e-001i dan damping ratio dari 4.39e002 menjadi 7.29e-001. 3) Penerapan metode optimisasi ICA dapat mengoptimalkan nilai parameter DIPSS. Hal ini dapat dilihat dari nilai overshoot generator satu yaitu sebesar -0.0008606 p.u jika menggunakan DIPSSICA dan -0.001219 p.u jika menggunakan DIPSS tanpa optimisasi, sedangkan untuk Settling time sebesar 4.84 detik jika menggunakan DIPSS-ICA dan sebesar 5.478 detik jika menggunakan DIPSS tanpa optimisasi.
100 10
Revolution Rate
0.3
Koefisien Asimilasi
2
Koefisien sudut Asimilasi Zeta
0.5 0.02
TABEL 8 PARAMETER YANG AKAN DIOPTIMISASI Parameter
G4
Kpss TA
35.2 0.0331
26.72 0.0347
35.2 0.0331
26.72 0.0347
TC
2.049
4.003
2.049
4.003
Faiq ulfi lahir di Surabaya pada tanggal 11 Oktober 1988 dan merupakan putra Fauzan Syamsul Ma’arif dan Dra. Munsifah. Penulis memulai studi di SDI Tarbiyatul Athfal dan lulus pada tahun 2001. Penulis kemudian melanjutkan jenjang studi di SMPN 17 Surabaya dan kemudian di SMAN 16 Surabaya. Setelah lulus dari SMAN 16 Surabaya pada tahun 2007, penulis melanjutkan studi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan kosentrasi pada Bidang Studi Sistem Tenaga. Beberapa kegiatan di kampus yang pernah diikuti yaitu Divisi Workshop, staf LCEN, Staf SEagaf, dan member Lab. PSOC, dan tercatat sebagai pemustaka terbaik ke-3 dalam Dies Natalis ITS ke-50. Sedangkan community diluar yaitu Autodeks Student Community. Penulis dapat dihubungi melewati email:
[email protected] atau
[email protected] .
Nilai
50
G3
REFERENSI
TABEL 7 PARAMETER ICA
Jumlah Dekade
G2
Machowski, J., Bialek, J.W., Bumby, James R.,”Power System Dinamics Stability and Control Second Edition”, John Wiley & Sons, Ltd, 2008.. [2] Basler, M.J., Schaefer, R.C., ”Power System Stability”, Basler Electric Company, illionis, USA. [3] Gargari, E.A., Lucas, C., “Imperialist Competitive Algorithm: An Algorithm for Optimization Inspired by Imperialistic Competition”, IEEE Congress on Evolutionary Computation, pp.4661–4667, 2007. [4] Kundur P., “Power System Stability and Control,” McGraw-Hill, Inc, New York, Ch. 12, 1994. [5] Anderson P.M., Fouad, A.A., “Power System Control and stability,” IEEE Press Power System Engineering Series, Ch.2, 1993. [6] Tse, C.T., Tso, S.K.,”Approach to The Study of Small-Perturbation Stability of Multimachine System”. IEE Proceding, Vol 135, No 5, pp. 396-405, 1988. [7] Robandi, I., “Desain Sistem Tenaga Modern”, Penerbit ANDI, Yogyakarta, Ch. 1, 2006. [8] Larsen, E.V., Swann, D.A., “Applying Power System Stabilizers Part I : General Concept”, IEEE Transaction on Power Apparatus and System, Vol PAS-100. pp 3017-3024, 1981. [9] Kundur, P., Klein, M., Rogers, G.J., Zywno, M.S., ”Applications of Power System Stabilizer for Enhancement of Overal System Stability”, IEEE Transactions on Power System, Vol.4, May 1989. [10] Bhattacharya, K., Nanda, J., kothari, M.L., ”Optimization and Peformance Analysis of Conventional Power System Stabilizer”, Electric Power and Energy System, Vol 19, pp. 449-458, 1997.
APPENDIKS
Jumlah Country Jumlah Emperialis
G1
[1]
B. Saran 1) Penggantian peralatan PSS dengan DIPSS untuk memperbaiki respon sistem. 2) Penalaan parameter parameter DIPSS juga dapat dilakukan dengan metode optimisasi yang lain. 3) Pengujian dapat dilakukan dalam kondisi gangguan transient.
Parameter ICA
Parameter PSS
Batas Bawah
Batas Atas
Ks1 T1
75 0.5
200 150
T3
0.1
0.6
6