DESAIN DAN UJI KINERJA ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) TIPE BATCH UNTUK PERKOTAAN DILENGKAPI DENGAN PEMANAS AIR
SKRIPSI
Oleh : Adia Nuraga Galih Pradipta F14070020
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
DESIGN AND PERFORMANCE TEST OF INCINERATOR BATCH TYPE FOR URBAN WASTE EQUIPPED WITH WATER HEATER Adia Nuraga Galih Pradipta Department of Mechanical & Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology Bogor Agriculturan University IPB Darmaga Campus, PO Box 16680, Bogor, West Java, Indonesia. Phone +628563479865, email:
[email protected]
ABSTRACT Municipal solid waste (MSW) management is very important in order to keep the city clean, beautiful, and health. The waste could be utilized by various process that suitable each kind of waste. Organic waste can be utilized by composting process or biogas generation. While an-organic waste can be recycled. Incinerator was needed for toxic and medical waste utilization, due to its capability to burnt off the toxic materials. Small incinerator seems an important solution for urban household waste management due to the shortage area for composting or other waste utilization. Beside that, heat energy which produced by combustion process in the incinerator could be use for several purposes to fulfill household demand such as drying process or water heater process. The aim of this study is to design an incinerator which can be implemented in the urban household. Those incinerator combined with water heating system as utilization of heat energy produced by the combustion process and smoke cyclone which can be used for drying or carbonization process Result of the performance of the incinerator shows that the incinerator working well. The capacity of the incinerator is 0.294 m3. The weight of the waste that filled the incinerator is 10.5 to 18.3 kg. The maximum burn temperature is 413 to 478 oC. The incineration rates of the incinerator around 2.81 to 6.82 kg/hour. Quality of smoke is good, showed by the colour of the smoke (near white). Heat energy produced by the system has been used for water heating and coconut shell carbonization process. Using water flow rate 3 l/minutes, the temperature of the water can be raised 14-18 oC per batch process. While carbonization process only produce 10% charcoal from 5 kg coconut shell which has been feed in the smoke cyclone room Modification of the gas hole can increasing the temperature of incineration and modification of the length and relocation of pipe can increasing the water heater performance. Keywords: Incinerator, waste, water, heater
ADIA NURAGA GALIH PRADIPTA F14070020. Desain Dan Uji Kinerja Alat Pembakar Sampah (Incinerator) Tipe Batch Untuk Perkotaan Dilengkapi Dengan Pemanas Air. Di bawah bimbingan Sri Endah Agustina. 2011 RINGKASAN Sampah merupakan salah satu masalah yang ada di perkotaan. Karena sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan penimbunan yang menyebabkan ketidaknyamanan masyarakat perkotaan. Pengelolaan sampah sangat penting untuk menjaga kebersihan, kesehatan, dan keindahan kota. Pemanfaatan sampah dapat dilakukan dengan beberapa cara disesuaikan dengan jenis sampah yang ada. Untuk sampah oranik dapat dimanfaatkan untuk kompos, biogas, dan pupuk cair. Sedangkan sampah an organik seperti plastik, kaleng dan kaca dapat di daur ulang untuk keperluan lain. Namun juga terdapat sampah-sampah yang harus dimusnahkan. Sampah-sampah tersebut yaitu, sampah medis yang mengandung bakteri atau virus, serta sampah-sampah kemasan yang bersifat toxic (beracun). Pemusnahan sampah-sampah tersebut dapat dilakukan dengan pembakaran. Incinerator yang telah beredar di masyarakat masih dalam kapasitas yang besar sehingga masih memerlukan tempat penampungan yang besar sehingga masih cukup mengganggu masyarakat sekitar. Karena hal tersebut menyebabkan masyarakat membakar sampah secara bebas yang menyebabkan gangguan di masyarakat. Sehingga diharapkan dengan adanya incinerator dengan kapasitas yang kecil permasalahan tersebut dapat teratasi. Tujuan dari penelitian ini adalah Merancang alat pembakar sampah (incinerator) sebagai pembakar sampah yang baik dan dilengkapi dengan sistem pemanfaatan panas yang dihasilkan. Hasil dari perancangan ini adalah alat pembakar sampah yang baik, serta dapat memanfaatkan energi yang ada pada proses pembakaran untuk kebutuhan rumah tangga. Penelitian ini dilakukan pada awal maret hingga akhir Juli 2011. Metode yang dilakukan terdapat dua tahap, yaitu tahap perancangan dan uji unjuk kerja. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah penyebaran suhu selama pembakaran, laju pembakaran, kualitas asap hasil pembakaran, dan hasil pemanfaatan energi. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengamatan dan pengukuran langsung dalam percobaan yang dilakukan. Hasil perancangan alat pembakar sampah memiliki 6 bagian yaitu, ruang pembakaran, kasa penyulut api, cerobong asap, lubang udara, sistem penukar panas, dan ruang pengendapan zat padat. Hasil uji unjuk kerja yang dilakukan selama pengujian alat pembakar sampah menunjukkan kemampuan ruang pembakaran dalam menampung sampah sebesar 0.294 m3 dengan berat sampah berkisar antara 10.5 hingga 18.3 kg sampah kering. Suhu tertinggi pada pembakaran berkisar antara 413 hingga 748 oC. Sementara itu laju pembakaran sampah berkisar antara 2.81 kg/ jam hingga 6.82 kg/ jam. Semntara itu kualitas asap yang dihasilkan sudah cukup baik karena lebih banyak asap berwarna putih. Sementara itu hasil pemanfaatan energi yang telah dilakukan dapat meningkatkan suhu air sebesar 14 oC hingga 18 oC. Selain itu juga pemanfaatan energi yang di ruang pengendapan zat padat dapat menghasilkan arang sebesar 200 gram hingga 500 gram arang batok kelapa. Untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam sistem pindah panas dapat dilakukan dengan menambah lubang udara sehingga dapat meningkatkan suhu pembakaran dan dapat juga dengan memperpanjang pipa pemindah panas dan meletakkanya lebih dekat dengan sumber api. Selain itu perlu juga pengkajian lebih lanjut mengenai pemanfaatan ruang pengendapan zat padat sehingga alat tersebut lebih effisien.
DESAIN DAN UJI KINERJA ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) TIPE BATCH UNTUK PERKOTAAN DILENGKAPI DENGAN PEMANAS AIR
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : ADIA NURAGA GALIH PRADIPTA F14070020
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi : Nama NIM
Desain dan Uji Kinerja Alat Pembakar Sampah (Incinerator) Tipe Batch Untuk Perkotaan Dilengkapi dengan Pemanas Air : Adia Nuraga Galih Pradipta : F14070020
Menyetujui, Pembimbing,
(Ir. Sri Endah Agustina, M.S) NIP 19590801 198203 2 003
Mengetahui: Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Desrial, M.Eng.) NIP 19661201 199103 1 004
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul “Desain dan Uji Kinerja Alat Pembakar Sampah (Incinerator) Tipe Batch Untuk Perkotaan Dilengkapi dengan Pemanas Air” adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2011 Yang membuat pernyataan
Adia Nuraga Galih Pradipta F14070020
BIODATA PENULIS
Adia Nuraga Galih Pradipta, lahir pada 6 Desember 1988 di Klaten dari ayah Helman bin Suparlan dan ibu Sri Harini Endang S., sebagai putra pertama dari dua bersaudara. Penulis menamatkan SMA pada tahun 2007 di SMA Negeri 1 Gresik. Kemudian melanjutkan sekolah sarjana di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor) dengan memilih program studi Teknik Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi diantaranya adalah menjadi ketua Imajatim Foundation dan KML Foundation, selain itu penulis juga aktif di Badan Pengawas Himateta (Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian), Imatetani (Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia), BEM Fateta, Himasurya (Himpunan Mahasiswa Surabaya), dan Imajatim (Ikatan Mahasiswa Jawa Timur). Pada tahun 2009 penulis meraih prestasi pada ajang PKM (program kreatifitas mahasiswa) dengan didanainya proposal penulis dalam bidang kewirausahaan. Selain itu pada tahun 2009-2010 penulis meraih beasiswa Djarum Bakti Pendidikan. Penulis melaksanakan praktek lapangan pada tahun 2010 di IBEKA (institut bisnis dan ekonomi kerakyatan), di daerah Subang dan Sukabumi dengan judul “Mempelajari Aspek Keteknikan Pertanian dalam Implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Studi Kasus PLTMH Cinta Mekar, Subang”.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Desain dan Uji Kinerja Alat Pembakar Sampah (Incinerator) Tipe Batch Untuk Perkotaan Dilengkapi dengan Pemanas Air” dengan baik. Penelitian ini dilakukan sejak Maret sampai Juli 2011. Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak dapat menyelesaikannya tanpa bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ir. Sri Endah Agustina, M.S. selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.
2.
Bapak Dr. Ir. Leopold O Nelwan, M.Si. dan Ir. Agus Sutejo, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, kritik, serta arahan kepada penulis dalam melakukan penulisan skripsi.
3.
Ayahanda Suparlan, Ibunda Sri Harini Endang S, serta adik tercinta Loita Datu Nindita, atas segala doa, motivasi, dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4.
Bapak Harto (Teknisi Lab. EEP), Mas Fimnan dan Mas Darma (Staff Departemen Teknik Pertanian) yang telah banyak memberikan bantuan dan saran kepada penulis selama penelitian.
5.
Teman-teman Mayor Teknik Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 2007 (TEP 44), khususnya : Mudho, Teguh, Yan, Tika, Dhias, Ayung, Irfan, Waqif, Afni, Spetri, dan Wendi yang telah membantu dan memberikan saran kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi.
6.
Djarum Beasiswa Plus dan KML Foundation, yang telah memberikan bantuan selama masa perkuliahan.
7.
Teman-teman Ensemble, Beswan Djarum, Himasurya, Imajatim, yang telah memberikan arti sebuah kebersamaan dan kekeluargaan.
8.
Teman-teman BP Himateta, Bem Fateta, Imajatim Foundation dan KML Foundation, yang telah memberikan arti kepedulian dan tanggung jawab
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan dan perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Agustus 2011 Adia Nuraga Galih Pradipta
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................................... DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................... DAFTAR TABEL............................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................... DAFTAR NOTASI.............................................................................................................. I. PENDAHULUAN...................................................................................................... A. LATAR BELAKANG....................................................................................... B. TUJUAN............................................................................................................ II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ A. SAMPAH........................................................................................................... B. ALAT PEMBAKAR SAMPAH........................................................................ C. PEMBAKARAN BIOMASSA.......................................................................... D. SISTEM PINDAH PANAS............................................................................... III. METODE PENELITIAN........................................................................................... A. TAHAPAN PENELITIAN................................................................................ B. PERANCANGAN ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR)............ C. UJI UNJUK KERJA ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR)......... D. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN.......................................................... E. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN................................................................. IV. HASIL PERANCANGAN.......................................................................................... V. HASIL UJI UNJUK KERJA....................................................................................... A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR)...................... B. KESEMPURNAAN PEMBAKARAN............................................................... C. LAJU PEMBAKARAN...................................................................................... D. KUALITAS ASAP HASIL PEMBAKARAN..................................................... E. SUHU AIR HASIL PEMANASAN.................................................................... F. PEMANFAATAN ENERGI PADA RUANG PENGENDAPAN ZAT PADAT G. ANALISIS HASIL UJI UNJUK KERJA............................................................. VI. SIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................... A. SIMPULAN.......................................................................................................... B. SARAN................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ LAMPIRAN...........................................................................................................................
viii ix x xi xii xiii 1 1 3 4 4 4 6 8 11 11 11 15 17 17 19 21 21 22 22 24 25 26 27 27 29 29 30 31
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pengelolaan Sampah Perkotaan di Bantar Gebang ...................................................... Gambar 2. Pembakaran Sampah Terbuka...................................................................................... Gambar 3. Diagram Alir Pengelolaan Sampah............................................................................... Gambar 4. Incinerator Tipe Batch.................................................................................................. Gambar 5. Incinerator Tipe Kontinyu............................................................................................. Gambar 6. Bagan Alir Penelitian.................................................................................................... Gambar 7. Titik Pengukuran......................................................................................................... .. Gambar 8. Alat Pembakar Sampah Hasil Perancangan.................................................................. Gambar 9. Dinding Samping.......................................................................................................... Gambar 10. Konstruksi Pipa Pemanas Air...................................................................................... Gambar 11. Ruang Pengendap Zat Padat Asap............................................................................... Gambar 12. Perbandingan Berat Sampah yang Digunakan Dalam Pengujian................................ Gambar 13. Grafik Laju Pembakaran Sampah................................................................................ Gambar 14. Asap hasil Pembakaran................................................................................................ Gambar 15. Perubahan Suhu Air...................................................................................................... Gambar 16. Hasil Pengarangan Batok Kelapa................................................................................. Gambar 17. Jumlah Arang Batok kelapa yang Dihasilkan...............................................................
1 1 2 5 5 11 16 19 19 20 20 21 23 24 26 27 27
DAFTAR TABEL Tabel 1. Komposisi sampah di kota Jakarta, Bandung, dan Surabaya......................................... Tabel 2. Rancangan fungsional alat pembakar sampah.............................................................. Tabel 3. Titik pengambilan data................................................................................................... Tabel 4. Kapasitas alat pembakar sampah.................................................................................... Tabel 5. Nilai tertinggi sebaran suhu ruang pembakaran dan dinding ruang pembakaran............. Tabel 6. Data hasil pengujian alat pembakar sampah.................................................................. Tabel 7. Nilai Suhu tertinggi cerobong dan hasil pengamatan kualitas asap............................ Tabel 8. Nilai tertinggi dari suhu pipa, suhu air masuk dan suhu air hasil pemanasan........... Tabel 9. Nilai suhu tertinggi di ruang pengendapan zat padat dan jumlah arang yang dihasilkan..........................................................................................................................
4 12 17 21 22 23 24 25 26
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar Teknik Alat Pembakar Sampah..................................................................... Lampiran 2. Sebaran Suhu Percobaan I.......................................................................................... Lampiran 3. Sebaran Suhu Percobaan II......................................................................................... Lampiran 4. Sebaran Suhu Percobaan III........................................................................................ Lampiran 5. Sebaran Suhu Percobaan IV........................................................................................ Lampiran 6. Perhitungan Kecepatan Udara..................................................................................... Lampiran 7. Perhitungan Konveksi Sistem Pindah Panas .............................................................. Lampiran 8. Simulasi Desain Pipa Pindah Panas.............................................................................
31 33 35 37 39 40 41 41
DAFTAR NOTASI (Ti –To) = Perbedaan pipa luar dan pipa dalam (oK) (Ts - T∞) = Perbedaan suhu dinding dengan suhu fluida (oK) ̇ = Laju massa bahan bakar (kg/s) A = Luas permukaan dinding (m2) Bbt = Laju pembakaran (kg /jam) C = Kandungan karbon dalam bahan bakar (%) D = Diameter Pipa (m) h = koefisien pindah panas konveksi (Watt/m2 K) H` = Kandungan hidrogen dalam bahan bakar (%) Hc = Tinggi cerobong (m) hd = Tekanan udara dalam ruang pembakaran (mm.air) k = Konduktivitas panas (Watt/mK) L = Panjang pipa (m) m = Bobot bahan bakar (kg) Nkl = Nilai kalor bahan bakar (J/kg) q = Energi panas (Watt) Q = Debit udara perancangan (m3/detik) Qc = Debit gas hasil pembakaran pada cerobong (m3/detik) Qud = Debit udara (m3/jam) ri = Jari-jari dalam pipa (m) sro = Jari-jari luar pipa (m) St = Bilangan Stanton t = Waktu pembakaran (kg/jam). T1 = Suhu diluar cerobong (oK) T2 = Suhu didalam cerobong (oK) T∞ = Suhu pemanasan bahan (K) Tf = Suhu rata-rata (K) TG = Suhu absolut gas (oK) Ti = Suhu fluida saat masuk (K) To = Suhu fluida saat keluar (K) V = Kecepatan gas (m/detik) Wmin = Kebutuhan udara minimum (m3/kg bahan bakar) εG = Emisivitas gas σ = Tetapan Boltzman (95.672 X 10-8 Watt/m2 K4)
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Beberapa kota besar merupakan penyumbang potensial penimbunan sampah. Karena selama ini masih banyak kota-kota yang belum menerapkan sisitem pengelolaan sampah yang baik. Hal tersebut menjadi permasalahan karena sampah perkotaan umumnya menimbulkan timbunan karena memiliki volume yang cukup besar.
Gambar 1. Pengelolaan sampah perkotaan di Bantar Gebang (ainurrizki.wordpress.com) Banyak pandangan yang meyebutkan bahwa pengelolaan sampah merepotkan. Namun hal tersebut dapat menjadi masalah serius di dalam perkotaan ketika timbunan sampah tersebut tidak segera terangkut menuju TPA. Sampah perumahan terdiri atas sampah organik, plastik (plastik keras, plastik lunak), kertas (HVS, boncos, kardus), tekstil, kaca/gelas, kaleng, styrofoam, kayu, logam, dan campuran. Menurut Bank Dunia (1999), sampah perkotaan meemiliki komponen sampah yang paling banyak adalah sampah organik 70.2% dan 29.8% sampah anorganik. Pemanfaatan sampah dapat dilakukan dengan beberapa cara disesuaikan dengan jenis sampah yang ada. Untuk sampah organik dapat dimanfaatkan untuk kompos, biogas, dan pupuk cair. Sedangkan sampah an organik seperti plastik, kaleng dan kaca dapat di daur ulang untuk keperluan lain. Namun juga terdapat sampah-sampah yang harus dimusnahkan. Sampah-sampah tersebut yaitu, sampah medis yang mengandung bakteri atau virus, serta sampah-sampah kemasan yang bersifat toxic (beracun). Pemusnahan sampah-sampah tersebut dapat dilakukan dengan pembakaran.
Gambar 2. Pembakaran sampah terbuka (www.kompas.com)
1
Proses pembakaran sampah pada ruang terbuka (pekarangan rumah atau kebun ) dapat menyebabkan pembakaran tidak terkontrol dan gangguan lingkungan sekitar. Hal tersebut dilakukan oleh masyarakat pada umumnya karena merasa terganggu dengan timbunan sampah. Karena timbunan sampah tersebut juga mengganggu masyarakat dengan bau dan memakan tempat yang cukup besar. Salah satu solusi dalam penanganan sampah berupa pembakaran adalah menggunakan alat atau instalasi pembakar sampah (incinerator). Penggunaan alat pembakar sampah (incinerator) selain dapat mengurangi dampak negatif proses pembakaran (asap,asap, bau, radiasi panas), juga akan membuka kemnungkinan upaya pemanfaatan energi panas hasil pembakaran sampah tersebut. Suhu yang dihasilkan pada proses pembakaran dalam incinerator dapat mencapai 815-1095oC, berpotensi dimanfaatkan untuk sterilisasi alat-alat kesehatan di rumah sakit, air hangat untuk mandi atau kebutuhan lainya, serta proses pengeringan atau pemanasan bahan. Incinerator yang telah beredar di masyarakat masih dalam kapasitas yang besar sehingga masih memerlukan tempat penampungan yang besar sehingga masih cukup mengganggu masyarakat sekitar. Karena hal tersebut menyebabkan masyarakat membakar sampah secara bebas yang menyebabkan gangguan di masyarakat. Sehingga diharapkan dengan adanya incinerator dengan kapasitas yang kecil permasalahan tersebut dapat teratasi.
Sumber Timbulan Sampah Swakelola / Prakarsa Masyarakat Proses Pemisahan
Proses Pemilahan
Sampah Organik
Tak Layak Kompos
Layak Kompos
Residu
Abu Pilihan Campuran
Sampah Anorganik
Tak Layak Daur Ulang
Layak Daur Ulang
Sanitary Landfill
Incinerator
Gambar 3. Diagram alir Pengelolaan Sampah (Murarka,1987)
2
B. TUJUAN Tujuan penelitian ini adalah ; 1. Merancang alat pembakar sampah (incinerator) sebagai pembakar sampah yang baik dan dilengkapi dengan sistem pemanfaatan panas yang dihasilkan. 2. Menguji unjuk kerja alat pembakar sampah (incinerator) yang telah dirancang tersebut.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH
NO. 1 2 3 4 5 7
Sampah adalah sisa-sisa atau residu yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas . kegiatan yang menghasilkan sampah adalah bisnis, rumah tangga pertanian dan pertambangan (Murarka, 1987). Sampah teridri atas sampah dalam bentuk padatan, cairan dan gas. Tabel 1. Komposisi Sampah di kota Jakarta, Bandung, dan Surabaya JENIS SAMPAH PRESENTASE Organik 70.2% Kertas 10.9% Kaca 1.70 % Plastik 8.7% Logam 1.80% Lain-lain 6.2% Sumber: Bank Dunia 1999 Mnurut Kementerian Lingkungan Hidup (2004), setiap harinya sampah yang dihasilkan setiap orang rata-rata sebesar 2.39 liter/kapita/hari. Dengan demikian jika dalam rukun tetangga terdapat 20 rumah dengan masing-masing rumah terdapat 4-5 orang maka setiap rukun tetangga tersebut sudah menghasilkan 239 liter sampah padatan. Sampah padatan sering menjadi masalah bagi beberapa kota besar di Indonesia. Dalam penanganan sampah tersebut kota-kota besar tersebut melakukan pengumpulan dan membuang sampah di daerah pinggiran kota. Penanganan sampah di kota besar meliputi kegiatan pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Namun di beberapa daerah sampah juga dibakar secara langsung. Penanganan sampah menurut Pitchel (2005) yaitu dengan cara penimbunan (sanitary land filling), pembakaran (incineration), dan daur ulang (recycling).
B. ALAT PEMBAKAR SAMPAH Incinerator adalah alat yang digunakan untuk proses pembakaran sampah baik dalam bentuk padatan, cairan atau gas. Alat ini berfungsi untuk merubah bentuk sampah menjadi ukuran yang lebih kecil. Perubahan ukuran tersebut dapat mencapai 50-90% dari volume sebelumnya. Selain itu alat pembakar sampah di beberapa negara juga dijadikan sebagai pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi yang berasal dari pembakaran sampah tersebut dikonversikan menjadi energi listrik. Alat pembakar sampah (incinerator) terdiri dari 2 tipe berdasarkan metode pembakarannya yaitu, tipe kontinyu dan tipe batch. Pada alat pembakar sampah tipe kontiyu sampah diamsukkan terus menerus dan bergerak secara kontinyu dengan melewati proses pembakaran dan pembuangan sisa pembakaran. Sedangkan pada tipe batch, sampah dimasukkan hingga mencapai kapasitas dari alat pembakar tersebut dan akan mengalami proses pembakaran hingga didapat sisa pembakaran dalam satu waktu.
4
Gambar 4. Incinerator tipe batch. (www.ec.gc.ca)
Gambar 5. Incinerator tipe kontinyu (http://www.e-steamboilers.com) Pemanfaatan panas alat pembakar sampah sebagai pemanas air sebelumnya telah dilakukan oleh Budiman (2001), dengan menggunakan pipa penukar panas sepanjang 3 m. Pada alat pembakar panas itu menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga. Alat pembakar sampah yang dirancang Budiman (2001) juga dilengkapi
5
dengan ruang pengendapan zat padat. Namun ruangan tersebut belum dimanfaatkan untuk meningkatkan effisiensi thermal sistem incinerator. Memiliki fungsi untuk membakar sampah sehingga syarat-syarat incinerator adalah mampu membakar sampah secara sempurna dan habis serta tidak meminimalisir dampak negatif untuk lingkungan sekitar. Alat pembakar sampah (incinerator) dalam pengoperasiannya pembakaran yang berlangsung dapat menghasilkan temperatur sebesar 815 oC hingga 1095oC (Pichtel, 2005). Dalam merancang incinerator hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah udara yang diperlukan dalam pembakaran, sistem pembakaran awal, jumlah sampah yang akan dibakar, serta bagaimana pengelolaan asap yang dihasilkan oleh pembakaran agar tidak mencemari lingkungan. C. PEMBAKARAN BIOMASSA Pembakaran adalah proses beraksinya bahan bakar (biomassa, minyak, dll.) dengan oksigen atau dengan istilah lain disebut oksidasi. Pada reaksi pembakaran terjadi 2 jenis pambakaran, yaitu pembakaran sempurna dan pembakaran habis. Pembakaran habis merupakan reaksi pembakaran yang terjadi hingga seluruh bahan bakar mengalami proses pembakaran. Sedangkan pembakaran sempurna terjadi ketika jika semua karbon beraksi dengan oksigen sehingga karbon yang mengalami proses oksidasi akan menjadi CO 2. 1.
Jumlah Udara Pembakaran Pembakaran secara sempurna dipengaruhi oleh jumlah udara yang dibutuhkan untuk proses pembakaran di incinerator. Jumlah udara yang dibutuhkan dapat didekati dengan melalui perbandingan kebutuhan udara dan bahan dalam reaksi pembakaran biomassa dan melalui pendekatan kandungan karbon dan hidrogen dalam bahan bakar. Menurut Pichtel (2005) reaksi pembakaran biomassa secara umum adalah sebagai berikut: aCO2 +b/2H2O + dNO...............................(1) CaHbOcNd + (a+b/4-(c-d)/2 O2 Menurut Perry dan Chilton (1973) kebutuhan oksigen untuk proses pembakaran dipengaruhi oleh presentase kandungan karbon dan hidrogen dalam bahan bakar. Volume O2 yang dibutuhkan untuk pembakaran 1 kg karbon adalah 1.96 m3 sedangkan O2 yang dibutuhkan untuk membakar 1 kg hidrogen adalah 5.85 m3 (Perry dan Chilton, 1973) Dalam pembakaran, oksigen biasanya didapat dari udara bebas. Oksigen yang terkandung di dalam udara adalah 21 % dari total udara bebas. Kebutuhan udara minimum untuk proses pembakaran dapat dihitung melalui persamaan berikut: (( Wmin C H`
)
(
))
( )
= Kebutuhan udara minimum (m3/kg bahan bakar) = Kandungan karbon dalam bahan bakar (%) = Kandungan hidrogen dalam bahan bakar (%)
Laju pembakaran (Bbt) dapat dihitung melalui perbandingan bobot bahan bakar yang akan dibakar (m) dengan waktu pembakaran (t). Bbt = m/t Bbt m t
........................................................................... (3) = Laju pembakaran (kg /jam) = Bobot bahan bakar (kg) = Waktu pembakaran (kg/jam).
Debit udara yang yang dibutuhkan untuk pembakaran dapat dihitung dengan mengalikan jumlah kebutuhan udara minimum dengan laju pembakaran. Qud = Wmin X Bbt ............................................................................ (4)
6
Qud Wmin Bbt
= Debit udara (m3/jam) = Kebutuhan udara minimum (m3/kg bahan bakar) = Laju pembakaran (kg/jam)
Menurut Abdullah et al. (1998) debit udara pada proses perancangan untuk pembakaran perlu ditambahkan kelebihan udara sebesar 40% dari total debit udara yang dibutuhkan secara teoritis. Q = Qud (1+40%) .......................................................................(5) Q = Debit udara perancangan (m3/detik) Dalam pembakaran sampah dalam alat pembakar sampah adalah jumlah oksigen yang harus masuk ke dalam ruang pembakaran. Karena hal tersebut akan mampengaruhi kesempurnaan pembakaran. Selain itu permulaan pembakaran juga harus diperhatikan baik jenis dan panass yang dibutuhkan untuk memulai pembakaran. 2.
Panas Pembakaran Energi panas yang dihasilkan oleh suatu proses pembakaran dapat diduga besarnya melalaui beberapa pendekatan diantaranya melalui pendekatan pancaran panas dari hasil pembakaran dan pendekatan nilai kalor yang dikandung oleh bahan bakar per massa bahan bakar. a. Pendekatan jumlah energi panas pembakaran berdasarkan pancaran gas hasil pembakaran didekati melalui sifat radiasi gas yang menyerap. Menurut McCabe et. al. (1999) gas-gas yang dihasilkan dalam proses pembakaran memiliki kemampuan untuk memancarkan atau meyerap panas. Besarnya energi yqng dipancarkan atau diserap tersebut dapat dicari melalui persamaan berikut: ( ) q σ TG εG A b.
= Energi panas (Watt) = Tetapan Boltzman (95.672 X 10-8 Watt/m2 oK4) = Suhu absolut gas (oK) = Emisivitas gas = Luas permukaan yang menyerap panas (m2)
Pendekatan energi panas yang dihasilkan oleh suatu proses pembakaran adalah melalui nilai kalor yang dikandung oleh bahan bakar. Besarnya energi panas hasil pembakaran tersebut dapat dicari melalui persamaan berikut: ̇ ̇ Nkl
.................................................. (7) = laju massa bahan bakar (kg/s) = Nilai kalor bahan bakar (J/kg)
Energi panas yang dihasilkan pada alat pembakar sampah ini dapat dimanfaatkan untuk menaikkan suhu air dengan mengunakan alat pemindah panas. Pada penelitian ini digunakan pipa besi sebagai alat penukar panasnya. 3.
Penanganan Gas Hasil Pembakaran Dalam proses pembakaran yang dihasilkan gas-gas buang (asap) yang memliki kandungan bahan padat. Untuk itu diperlukan penanganan agar gas buangan tersebut bersih dan tidak mencemari lingkungan. Penanganan gas tersebut dapat dilakukan dengan menambahkan cerobong dan ruangan penyaringan bahan padatan pada gas.
7
Menurut Porges dan Porges (1979) di dalam Budiman (2001) luas cerobong asap dapat didekati dengan persamaan berikut: ( ) A = Luas Lubang Cerobong (m2) Qc = Debit gas hasil pembakaran pada cerobong (m3/detik) V = Kecepatan gas (m/detik) Sedangkan tinggi cerobong dapat dihitung dengan persamaan berikut: )
(
( )
hd =Tekanan udara dalam ruang pembakaran (mm.air) Hc = Tinggi cerobong (m) T1 = Suhu diluar cerobong (oK) T2 = Suhu didalam cerobong ( oK) Suhu yang terjadi umumnya pada alat pembakar sampah berkisar antara 600 oC hingga 800oC. Dengan suhu pembakaran seperti itu maka ruang pengendapan zat padat akan berkisar antara 400 hingga 500oC. Dengan suhu seperti itu dapat digunakan untuk pengeringan sampah yang memiliki kadar air diatas 70% dan disalurkan ke heat exchanger yang dapat digunakan untuk memanaskan fluida yang. Beberapa alat pembakar sampah menggunakan ruang tersebut untuk membakar kembali zat padat yang masih tersisa. D. SISTEM PINDAH PANAS Pindah panas adalah perpindahan energi dari suatu bidang kebidang yang lain dengan disertai perubahan temperatur pada dua bidang tersebut (McCabe et al, 2005). Pindah panas dapat terjadi dengan 3 metode, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Pindah panas pada pipa yang dipanaskan secara langsung akan mengalami proses konduksi dan konveksi. 1. Konduksi Jika dalam suatu bahan mengalir terdapat gradien suhu, maka kalor akan mengalir tanpa disertai oleh sesuatu gerakan zat. Aliran kalor tersebut disebut dengan konduksi. (McCabe et al, 2005). Menurut Ҫengel (2003) secara umum besaran kalor dapat dalam konduksi dapat dihitung melalui persamaan berikut: (
)
Besarnya nilai dT/dr dipengaruhi bentu bidang tempat pindah panas terjadi. Untuk silinder berlubang menurut Singh (1992) dapat nilainya dapat dicari dengan persamaan berikut: (
)
(
)
Dari persamaan diatas maka besarnya kalor yang dipindahkan pada bidang silinder berlubang atau pipa adalah: (
)
(
)
8
ri ro L k (Ti –To)
= Jari-jari dalam pipa (m) = Jari-jari luar pipa (m) = Panjang pipa (m) = konduktivitas panas (Watt/moK) = Perbedaan pipa luar dan pipa dalam (oK)
2. Konveksi Bila arus partikel-partikel utama pembentuk fluida melintas suatu permukaan tertentu, seperti umpamanya, bidang batas suatu volume kendaliarus akan ikut membawa serta jumlah tertentu entalpi. Aliran entalpi tersebut disebut dengan konveksi. (McCabe et al, 2005). Menurut Ҫengel (2003) nilai kalor yang dipindahkan melalui konveksi dapat menggunakan persamaan berikut: ( q h A (Ts - T∞)
)
(
)
= kalor yang dipindahkan (Watt) = koefisien pindah panas konveksi (Watt/m2 K) = luas permukaan dinding (m2) = perbedaan suhu dinding dengan suhu fluida (oK)
Menurut Lienhard IV dan Lienhard V (2011) konveksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu konveksi bebas dan konveksi paksa. Konveksi bebas adalah perpindahan panas yang terjadi dimana aliran fluida bergerak dengan pengaruh gravitasi tanpa pengaruh eksternal yang lain. Sedangkan konveksi paksa adalah proses pindah panas dimana fluida bergerak dengan disengaja dan diatur kecepatan dan debitnya. Berdasarkan jenis aliranya konveksi dapat dabagi menjadi dua, yaitu konveksi pada aliran laminer dan konveksi pada aliran turbulen. Menurut Lienhard IV dan Lienhard V (2011) konveksi pada pipa dipengaruhi oleh bilangan reynold yang dapat dicari dengan persamaan berikut: (
)
Menurut Lienhard IV dan Lienhard V (2011) konveksi pada pipa dengan jenis aliran turbulen secara konveksi paksadipengaruhi NuD dan nilai St melalui persamaan berikut :
(
)
Persamaan tersebut berlaku jika memenuhi syarat sebagai berikut: a. Semua nilai dari sifat panas fluida berdasarkan suhu rata-rata b. Nilai n = 0.3 jika fluida didinginkan, sedangkan nilai n = 0.4 jika fluida dipanaskan. c. Nilai Re harus lebih besar dari 104 d. Nilai Pr terletak antara 0.7 sampai 100 e. Perbandingan antara L dengan D lebih dari 60 Nilai koefisien pindah panas secara konveksi dapat dihitung melalui persamaan berikut: (
)
h = koefisien pindah panas secara konveksi (W/m2oK) k = koduktivitas panas fluida (W/moK) D = Diameter Pipa (m)
9
Suhu rata-rata pindah panas yang terjadi dapat dihitung dengan persamaan berikut (Purwadaria et al. 1996): (
)
(
)
o
Tf = suhu rata-rata ( K) T∞ = suhu pemanasan bahan (oK) Ti = Suhu fluida saat masuk (oK) To = suhu fluida saat keluar (oK) Menurut Purwadaria et al. (1996) panjang pipa dalam suatu sistem pindah panas secara konveksi dapat didekati melalaui persamaan berikut: ( St L D T∞ Ti To
)
(
)
= Bilangan Stanton = Panjang pipa (m) = Diameter pipa (m) = Suhu pemanasan bahan (oK) = Suhu fluida masuk (oK) = Suhu fluida keluar (oK)
10
III.
METODE PENELITIAN
A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch) . Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat prototipenya. Bagan alirnya sebagai berikut: Penentuan parameter perancangan
Perancangan fungsional dan struktural
Pembuatan Alat
Penentuan parameter pengujian Pengujian unjuk kerja alat
Analisa hasil unjuk kerja dan rekomendasi
Selesai Gambar 6. Bagan Alir Penelitian B. PERANCANGAN ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Alat pembakar sampah ini harus mampu membakar secara sempurna dan habis sampah yang masuk ke dalam alat pembakar sampah. Pembakaran secara sempurna berkaitan dengan jumlah oksigen yang masuk ke dalam ruang pembakaran serta ketepatan dalam melakukan pembakaran pertama. Perancangan alat pembakar sampah diawali dengan menentukan parameter-parameter perancangan. Parameter yang harus diketahui yaitu volume ruang pembakaran, jumlah udara yang dibutuhkan dalam pembakaran, jenis sampah yang akan di bakar, serrta jumlah sampah yang akan dibakar. Prinsip kerja alat pembakar sampah ini adalah dengan menempatkan sampah pada ruang pembakaran, kemudian pembakaran awal dimulai dengan menyulut api pada potongan sampah yang mudah terbakar dan menempatkan pada kasa penyulut api. Hal tersebut dilakukan agar pembakaran merata. Kebutuhan udara selama pembakaran akan dipenuhi dengan masuknya udara melalui lubang udara yang telah disesuaikan dengan kebutuhan udara. Diharapkan pembakaran yang terjadi secara sempurna. B.1. PENDEKATAN RANCANGAN Instalasi alat pembakar sampah (incinerator) yang dirancang merupakan salah satu sistem pengelolaan sampah perkotaan terutama di parkantoran dalam hal ini dikhususkan pada Fateta IPB. Sampah perkantoran berupa sampah padat yang terdiri dari, kertas, daun kering, kayu, sisa makanan, plastik dan lain-lain. Proses
11
pembakaran yang diharapkan merupakan proses pembakaran sempurna dan pembakaran habis. Alat yang dirancang diharapkan mempunyai banyak keuntungan yaitu, konstruksinya sederhana sehingga tidak terlalu sulit dalam membuatnya. Bahan konstruksinya mudah didapat sehingga penggantian komponen yang rusak atau aus lebih mudah dilakukan. Bentuk dan ukuran tidak memerlukan ruangan yang besar. Biaya relatif ringan dan meminimalisir dampak terhadap lingkungan. Pembakaran yang berlangsung dalam alat pembakar sampah (incinerator) menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Untuk memanfaatkan panas tersebut maka dirancang alat penukar panas. Sistem ini dimanfaatkan untuk memanaskan air yang dialirkan melalui pipa. Sistem penukar panas yang terjadi adalah konduksi pada permukaan pipa dan konveksi paksa yang terjadi di aliran air dalam pipa. B.2. RANCANGAN FUNGSIONAL Alat pembakar sampah (icinerator) yang akan dirancang adalah alat pembakar sampah tipe batch. Dalam merancang incinerator hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah udara yang diperlukan dalam pembakaran, sistem pembakaran awal, jumlah sampah yang akan dibakar, serta bagaimana pengelolaan asap yang dihasilkan oleh pembakaran agar tidak mencemari lingkungan. Pada prinsipnya model alat pembakar sampah yang dirancang dapat dibagi menjadi 6 bagian yaitu, ruang pembakaran, kasa penyulut api, cerobong asap, lubang udara, sistem penukar panas, ruang pengendapan zat padat dan selang air masuk serta selang air keluar. No 1
2 3
4
5
6
Tabel 2. Rancangan Fungsional Alat Pembakar Sampah Nama Bagian Fungsi Ruang Pembakaran Tempat terjadinya pembakaran yang dilengkapi dengan sistem pemasukan dan pengeluaran hasil pembakaran. Pemasukan melalui bagian atas pembakaran dan pengeluaran melalaui bagian bawah ruang pembakaran Kasa Penyulut Api Tempat penyulutan api pertama agar terjadi pembakaran sempurna Cerobong Asap Tempat pengeluaran asap selama proses pembakaran berlangsung. Dirancang terpisah dari ruang pembakaran agar tidak mengganggu pemasukan sampah dan bahan padat yang terbawa asap dapat diendapkan terlebih dahulu Lubang Udara Sebagai tempat masuknya udara yang dibutuhkan dalam pembakaran. Lubang udara terletak di bagian bawah ruang pembakaran dan terletak di dinding ruang pembakaran. Sistem Penukar Sistem pemanfaatan energi panas yang dihasilkan. Panas Dalam desain ini menggunakan pipa yang dapat menerima panas melalui konduksi dan meneruskan ke aliran air dalam pipa melalui konveksi paksa. Ruang Pengendapan Ruang pengendapan zat padat asap ini berfungsi untuk Zat Padat Asap membuat asap mengalami siklonisasi sehingga zat-zat padat asap mengalami pengendapan di ruang ini. Ruangan ini juga dilengkapi dengan pinti masukan dan pintu keluaran yang dapat digunakan untuk memanfaatkan panas yang ada pada ruangan ini.
12
B.3. RANCANGAN STRUKTURAL Pembakar sampah (incinerator yang akan dirancang memiliki 6 bagian yaitu, ruang pembakaran, kasa penyulut api, cerobong asap, lubang udara, sistem penukar panas, dan ruang pengendapan zat padat. B.3.1. Ruang Pembakaran Sampah yang dihasilkan oleh Rukun Tetangga dalamperumahan perkotaan selama sehari sejumlah 239 liter. Dengan asumsi setiap kapita menghasilkan sampah sebesar 2.39 liter/ hari dan terdapat 20 rumah dalam satu RT dimana masing-masing rumah terdapat 4-5 orang, maka volume ruang pembakaran yang dibutuhkan sebesar:
Dari hasil tersebut maka ukuran ruang pembakaran adalah 70 x 70 x 60 cm. Dinding ruang pembakaran tersebut dibuat dengan menggunakan plat esier dengan ketebalan 2 mm agar ketika ruang pembakaran tersebut dipenuhi oleh sampah bentuk ruang pembakaran tidak mengalami perubahan. Sedangkan bagian lantai diunakan plat esier dengan ketebalan 5 cm agar tidak mudah terkikis selama proses pembakaran. B.3.2. Kasa Penyulut Api Kasa penyulut api ini digunakan sebagai tempat peyulutan api pertama sehingga diharapkan pembakaran dapat terjadi dengan sempurna. Kasa penyulut api berdiameter 100 mm dan tinggi 500 mm. Hal tersebut diharapkan dapat menyebabkan pembakaran sempurna yang merata di setiap bagian dari ruang pembakaran. Kasa yang digunakan adalah kasa baja agar tidak mudah rusak pada suhu tinggi selama pembakaran. Kasa pembakaran ini berbentuk tabung dan diletakkan di tengah-tengah ruang pembakaran aga pembakaran awal yang terjadi merata sehingga menyebabkan pembakaran selanjutnya dapat menyebar ke segala arah. . B.33. Cerobong Asap Cerobong asap sebagai tempat pengeluaran asap ini terpisah dari bagian ruang pembakaran. Selain itu juga terdapat sekat pemisah antara bagian ruang pembakaran dan cerobong asap hal tersebut dimaksudkan agar terjadi pengendapan materialmaterial berat yang terkandung dalam asap. Cerobong asap ini dirancang dengan diameter 150 mm dan tinggi 1800 mm. Cerobong asap dibuat dengan menggunakan plat seng dengan ketebalan 1.5 mm. Hal tersebut dilakukan agar asap yang keluar tidak mengganggu lingkungan sekitar. B.3.4. Lubang Udara Lubang udara sebagai tempat masuknya oksigen yang dibutuhkan selama pembakaran memiliki peran sentral untuk menghasilkan pembakaran yang sempurna. Lubang udara ini dapat didekati dengan kebutuhan udara selama pembakaran yang dihitung dengan jumlah C sebesar 15-30% dan H sebesar 2-5 % (Pichtel, 2005) )
(( ((
)
(
(
)) ))
⁄
13
Laju pembakaran (Bbt) dapat dihitung melalui perbandingan bobot bakar yang akan dibakar (m) dengan waktu pembakaran (t). Diasumsikan massa jenis sampah sebesar 100kg/m3, Maka bobot sampah akan bernilai 25 kg kg/jam Debit udara yang yang dibutuhkan untuk pembakaran dapat dihitung dengan mengalikan jumlah kebutuhan udara minimum dengan laju pembakaran.
⁄ ⁄ Menurut Abdullah et al. (1998) debit udara pada proses perancangan untuk pembakaran perlu ditambahkan kelebihan udara sebesar 40% dari total debit udara yang dibutuhkan secara teoritis. ( ) ( ) ⁄ Dengan perhitungan pada Lampiran 6. kecepatan udara sebesar 1.105 m/detik maka dibutuhkan luasan lubang sebesar:
Lubang udara didesain dengan satu jenis lubang dengan diameter lubang sebesar 0.02 m maka dalam incinerator yang akan di desain memiliki lubang sebanyak 21 buah. Lubang terletak di bagian bawah dan dinding ruang pembakaran. Jumlah lubang yang berada di bawah ruang pembakaran sebanyak 9 buah dan terdapat 4 buah lubang di dinding depan dan 6 buah di masing-masing dinding samping. Lubang udara tersebut diletakkan di berbagai sisi dikarenakan agar udara yang mengandung oksigen dapat masuk dari segala arah sehingga menyebabkan pembakaran yang merata dan sempurna. B.3.5 SISTEM PINDAH PANAS Pada rancangan alat pembakar sampah (incinerator) sistem pindah panas digunakan konveksi dan radiasi. Sistem pindah panas yang digunakan tanpa melalui fluida lain atau secara langsung. Pada rancangan kali ini digunakan untuk debit aliran sebesar 5 liter/ menit. Dengan kecepatan air dalam pipa sebesar 0.658 m/detik dengan diameter pipa sebesar 1.27 cm. Dengan suhu pemanasan pipa sebesar 100 oC, suhu air awal sebesar 27oC dan suhu air hasil pemanasan yang diinginkan sebesar 40oC maka dalam mendesain panjang pipa didekati dengan: 1. Suhu rata-rata (
)
(
)
2.
Bilangan Reynold Melalui nilai suhu rata-rata, ddapatkan nilai v = 0.43385 X 10-6 m2/detik dan nilai Pr adalah 2.6865 (Heldman dan Singh, 2009), bilangan Reynold dapat diketahui dengan:
3.
Nilai Stanton Nilai Stanton dapat dicari dengan persamaan berikut: (
)
14
4.
Panjang Pipa Panjang pipa dapat didekati dengan persamaan berikut: ( (
)
(
)
)
(
)
Pipa penukar panas ini diletakkan pada dinding ruang pembakaran agar pipa-pipa tersebut tidak mengganggu dalam proses pemasukan sampah. Selain itu, pipa-pipa tersebut juga dapat digunakan sebagai pelapis dinding agar panas tidak keluar ke lingkungan. B.3.6. RUANG PENGENDAPAN ZAT PADAT ASAP Ruang pengendapan zat padat didesain dengan ukuran 70 X 20X70. Ruang pengendapan zat padat asap ini dilengkapi dengan lubang pemasukan asap, cerobong yang masuk ke dalam ruang pengendapan zat padat asap, serta pintu masukan dan pintu pengeluaran bahan untuk memanfaatkan panas yang ada. Cerobong asap masuk ke dalam ruang pengendapan zat padat asap diharapkan dapat membuat cyclone pada asap sehingga zat padat asap tidak menuju cerobong namun mengendap pada ruangan ini. C. UJI UNJUK KERJA ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pengujian unjuk kerja alat pembakar sampah (incinerator) meliputi penentuan parameter unjuk kerja alat dan pengujian alat. 1.
Penentuan Parameter Unjuk Kerja Alat Pembakar Sampah (incinerator) Parameter-parameter unjuk kerja alat pembakar sampah yang diukur dalam unjuk kerja alat berdasarkan analisa unjuk kerja alat. Analisa unjuk kerja alat terdiri dari penyebaran suhu, laju pembakaran, kualitas asap hasil pembakaran, suhu air hasil pemanasan. a.
Penyebaran Suhu Hasil dari pengukuran penyebaran suhu ini akan menunjukkan proses pembakaran yang terjadi berlangsung merata atau tidak. Parameter yang diukur meliputi suhu ruang pembakaran suhu pipa sistem pindah panas, suhu dinding alat, suhu cerobong, suhu air masuk dan suhu air keluar.
b.
Laju Pembakaran Parameter yang diukur dalam analisa laju pembakaran adalah bobot sampah sebagai bahan bakar dan lama pembakaran. Laju pembakaran tersebut dihitung dengan membandingkan bobot sampah (m) yang dibakar dengan waktu pembakaran (t). (
c.
)
(
)
Kualitas Asap Hasil Pembakaran Proses pembakaran berlangsung dengan baik atau mendekati sempurna ketika keberadaan asap dapat diminimalisir. Selain itu jika terdapat asap, asap tersebut menimbulkan dampak negatif yang relatif kecil. Kualitas asap pembakaran dapat dilihat dari warna asap, bau asap, dan kadar zat yang dibawa terbang . penentuan kualitas asap akan dilakukan dengan melakukan pengamatan pada proses pembakaran. Parameter yang yang diuji menurut Susanto (2001) adalah warna asap,
15
bau asap, kadar zat terbang, serta gangguan yang ditimbulkan oleh asap yang dihasilkan dari pembakaran. d.
Suhu Air Hasil Pemanasan Suhu air hasil pemanasan digunakan untuk mengetahui effisiensi dari pinah panas yang dihasilkan pada prosess pembakaran. Parameter yang diukur adalah suhu air ketika masuk, suhu air setelah pemanasan dan suhu pipasistem pidah panas. Parameter tersebut diukur dengan menggunakan termokopel dan recorder.
2.
Pengujian Alat Pengujian ini dilakuakan dengan melakukan proses pembakaran pada incinerator. Proses pembakaran dilakukan percobaan sebanyak 6 kali. Data yang dicantumkan merupakan 4 data terbaik. Umpan yang digunakan berupa sampah perumahan berupa sampah kertas, plastik dan daun-daun kering. Air yang digunakan barupa air sumur dengan debit 3 l/menit. a.
Metoda Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan dengan menempatkan alat pengukur suhu (termokopel) pada 8 titik pengukuran yaitu di ruang pembakaran, pipa penukar panas, dinding ruang pembakaran, ruang pengendapan zat padat asap, selang air masuk, selang air keluar, cerobong asap dan lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui sebaran suhu yang dihasilkan selama proses pembakaran sampah. Pada ruang pembakarn terdapat dua titik pengukuran hal tersebut dilakukan agar dapat dilihat perbandingan temperatur pada ruang pembakaran bagian atas dengan ruang pembakaran bagian bawah. Pengukuran suhu pada ruang penegdapan zat padat asap dilakukan untuk mengetahui suhu asap yang berada pada ruangan tersebut sehingga dapat terlihat temperatur ruangan tersebut untuk dapat dianalisis pemanfaatanya.
7
5
4 2
6
1 3
1
Gambar 7. TitikPengukuran
16
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
b.
Tabel 3. Titik Pengambilan Data Bagian Jumlah Titik Pengukuran Ruang Pembakaran 2 Pipa Penukar Panas 1 Dinding Ruang 1 Pembakaran Ruang Pengendapan Zat 1 Padat Asap Selang Air Masuk 1 Selang Air Keluar 1 Cerobong Asap 1 Suhu Lingkungan 1
Prosedur Pengujian 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9.
Memasang alat ukur suhu pada alat pemanas air Menimbang sampah kering yang telah disiapkan untuk dibakar Mengukur kadar air sampel sampah kering yang akan dimasukkan ke dalam alat pembakar sampah dan batok kelapa yang akan di arangkan Memasukkan sampah ke dalam alat pembakar sampah hingga memenuhi deluruh ruang pembakaran. Memasukkan batok kelapa ke dalam ruang pengendapan zat padat asap Mulai membakar sampah dengan menggunakan korek dan memasukkan ke kasa pembakaran. a. Pada percobaan I dan II setelah api menyala pada pagian bawah kemudianmenutup pintu alat pembakar sampah b. Pada percobaan III dan IV setelah api menyala kemudian ditunggu hingga api merata hingga ada jilatan api keluar pintu, kemudian menutup pintu pemasukan. Mengatur laju aliran air. Kemudian mulai menyalakan recorder. Tunggu hingga api pada ruang pembakaran mati kemudian, kemudian lihat suhu pada ruang pengendapan zat padat apabila sudah dibawah 70 oC, maka pintu pengeluaran abu sudah dapat dibuka.
D. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Rancangan alat dan uji unjuk kerja alat pembakar sampah (incinerator) dilakukan di bengkel Departemen Teknik Mesin dan Biosistem dan di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor. Rancangan alat akan dilakukan pada bulan April 2011 sampai dengan bulan Mei 2011. Sedangkan uji unjuk kerja akan dilakukan pada bulan Juli 2011 E. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN 1.
2.
ALAT Peralatan yang digunakan untuk membuat alat adalah peralatan perbengkelan yang menunjang modifikasi alat. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam uji unjuk kerja alat adalah termokopel batang tipe K untuk suhu pembakaran, termokopel tipe CA dan termokopel tipe CC. Recorder tipe MV1000, timbangan, digital moisture tester, anemometer merek Kinomax dan peralatan pelengkap lainnya. BAHAN Bahan yang digunakan dalam desain alat adalah plat esier tebal 2 mm, plat esier tebal 5 mm, pipa dengan diameter 0.5 inchi, plat seng ukuran 1 mm, dan besi siku.
17
Bahan yang digunakan dalam pengujian alat adalah sampah padat (rumah tangga) berupa sampah organik dan sampah anorganik. Dengan kadar air 16-20%. Sampah padat tersebut diperoleh dari rumah tangga di kampung Babakan, Darmaga, Bogor. Sedangkan air yang digunakan mengunakan air yang berasal dari fasilitas kampus IPB Darmaga.
18
IV.
HASIL PERANCANGAN
Dalam hasil perancangan ini telah dihasilkan alat pembakar sampah (incinerator) dengan ukuran ruang 60 X 70 X 70 cm atau memiliki kapasitas sebesar 0.294 m3. Dinding ruang pembakaran di disain dengan mengguankan plat eser dengan ketebalaan 2 mm sedangkan bagian lantai digunakan plat eser dengan ketebalan 5 mm. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan bagian lantai akan mengalami pembakaran yang memiliki suhu diatas 300 oC. Ruang pembakaran ini juga dilengkapi dengan pintu masukan dan pintu keluaran. Pintu masukan berada di atas untuk memudahkan dalam memasukkan bahan. Sedangkan di bagian depan bawah terdapat pintu keluaran untuk memudahkan dalam pengeluaran. Di dalam ruang pembakaran juga dilengkapi dengan kasa pembakaran. Kasa pembakaran berfungsi untuk mempercepat proses pembakaran pertama dan untuk keamanan pada pembakaran pertama.
Gambar 8. Alat Pembakar Sampah Hasil Perancangan
Gambar 9. Dinding Samping Alat pembakar sampah yang dibuat ini juga dilengkapi dengan ruang asap dan cerobong yang masuk ke dalam ruang pengendapan zat padat asap yang berfugsi untuk juga sebagai cyclone sehingga dapat mengurangi zat-zat padat yang terdapat dalam asap sehingga membuat asap yang
19
keluar dari alat pembakar sampah tidak mengandung zat-zat padat yang dapat mengganggu kesehatan. Tinggi total cerobong sebessar 180 cm. Hal tersebut dilakukan agar asap berada di ketinggian 200 cm sehingga tidak mengganggu aktivitas yang ada di sekitar alat pembakar sampah. Dalam ruang asap dilakukan pemanfaatan energi panas untuk melakukan pengarangan pada batok kelapa. Hal tersebut dilakukan karena suhu pada ruang asap mencapai lebih dari 150 oC. Sehingga pada ruang asap ini juga dilengkapi dengan pintu masukan untuk memudahkan dalam memasukkan bahan yang akan diarangkan dan pintu pengeluaran berfungsi untuk memudahkan dalam pengeluaran hasil pengarangan. Selain itu alat pembakar sampah ini juga dilengkapi dengan pipa pemanas air. Pipa ini melewati ruang asap dan melingkar mengelilingi dinding ruang pembakaran. Pipa pemanas air ini memiliki panjang sebesar 4 m. Sehingga air hasil pemanasan dari alat pembakar sampah ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga.
Gambar 10. Konstruksi Pipa Pemanas Air
Gambar 11. Ruang Pengendap Zat Padat Asap
20
V.
HASIL UJI UNJUK KERJA
A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan tersebut digunakan sampah rumah tangga yang berasal dari Kampung Babakan, Darmaga, Kabupaten Bogor. Sampah tersebut terdiri atas sampah plastik, kertas dan daun kering. Kapasitas dari ruang pembakaran adalah 0.294 m3. Pada seluruh percobaan dilakukan dengan mengisi penuh ruang pembakaran Teabel 4. Jumlah, Jenis, dan Kadar Air Sampah yang Digunakan Dalam Pengujian Massa Sampah (kg) Mayoritas Jenis Sampah Kadar Air Rata-rata (%) 18.3 70 % Kertas 14.54 Percobaan I 11 70 % Plastik 15.27 Percobaan II 10.8 70 % Plastik 15.13 Percobaan III 10.5 60 % Plastik 14.52 Percobaan IV Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa kapasitas dari alat pembakar sampah tersebut antara 10.5 kg hingga 18.3 kg. Keberagaman kapasitas dari alat pembakar sampah ini dikarenakan keberagaman sampah yang ada di dalam alat pembakar sampah ini. Pada percobaan pertama sampah yang diamsukkan ke dalam alat pembakar sampah sebagian besar adalah sampah kertas namun jugaa terdapat sampah yang berjenis plastik ataupun daun kering. Massa jenis kertas bernilai 847.62 kg/m3 . Dengan massa jenis seperti yang lebih besar daripada massajenis rata-rata sampah, maka dengan volume 0.297 m3 kapasitas alat pembakar lebih besar dengan desain yang ada dimana dengan kapasitas tersebut diprediksi mampu menampung 15 kg sampah. 20 18 Berat Sampah (kg)
16 14 12 10 8 6 4 2 0 1
2
3 4 Percobaan Gambar 12. Perbandingan Berat Sampah yang Digunakan Dalam Pengujian Pada percobaan kedua dimasukkan sampah ke dalam alat pembakar sampah dengan mayoritas sampah plastik dengan kadar air rata-rata sampah sebesar 15.27%. dari percobaan kedua ini massa sampah yang dapat dimasukkan dengan jumlah volume yang sama sebesar 11 kg. Hal tersebut lebih kecil dari yang perkiraan pada proses perancangan deikarenakan massa jenis sampah plastik yang mendominasi sampah yang dimasukkan lebih kecil daripada rata-rata massa jenis sampah. Sedangkan percobaan II memiliki massa yang lebih besar dibandingkan dengan percobaan III dan IV. Hal tersebut terjadi karena kadar air pada percobaan II lebih besar dibandingkan dengan yang lain. Pada percobaan III sampah yang dimasukkan ke dalam ruang pembakaran sebagian besar adalah sampah plastik. Dari kapasitas alat pembakar sampah tersebut didapatkan
21
jumlah sampah yang dapat diamsukkan sebesar 10.8 kg. Hal tersebut dikarenakan kadar air yang ada pada sampah yang dimasukkan hanya sebesar 15.13%. Pada percobaan IV ini masih tetap didominasi oleh plastik namun pada percobaan IV ini juga terdapat sampah yang berjenis daun kering yang memiliki kadar air yang berkisar antara 10-12% yang cukup banyak juga sehingga kadar air rata-rata yang ada pada sampah yang dimasukkan ke dalam ruang pembakaran sebesar 14.42%. Hal tersebut mempengaruhi jumlah massa yang memenuhi ruang pembakaran sehingga hanya 10.5 kg saja yang dapat masuk dan memenuhi ruang pembakaran yang memiliki volume 0.297 m3. Dari empat percobaan yang telah dilakukan terdapat beberapa hal yang mempengaruhi jumlah massa yang dapat memenuhi ruang pembakaran yang pertama mengenai massa jenis sampah yang mendominasi semakin besar massa jenisnya maka kapasitas alat pembakar sampah ini dapat menampung massa yang lebih banyak. Selain jenis sampah yang mendominasi hal yang mempengaruhi jumlah massa yang dapat memenuhi ruang pembakaran adalah kadar air. Hal tersebut berperan karena dengan semakin besar kadar air sampah yang masuk ke dalam ruang pembakaran maka akan semakin besar massa air yang ikut ke dalam ruang pembakaran. B. KESEMPURNAAN PEMBAKARAN Kesempurnaan pembakaran alat pembakar sampah (incinerator) berkaitan dengan sebaran suhu ruang pembakaran, suhu dinding, dan suhu cerobong. Pada Tabel 5 disajikan nilai tertinggi dari suhu pembakaran dan dinding suhu ruang pembakaran Tabel 5. Nilai tertinggi sebaran suhu ruang pembakaran dan dinding ruang pembakaran Suhu Max. Suhu Max. Suhu Max. Ruang Pembakaran Ruang Pembakaran Dinding Atas Bawah o C o o C C Percobaan I 496 625 123 Percobaan II 413 738 139 Percobaan III 672 472 242 Percobaan IV 635 748 135 Dalam pengujian alat pembakar sampah ini memiliki nilai tertinggi suhu pembakaran pada bagian bawah dan atas pada percobaan IV yaitu 635 dan 748 oC. Hal ini disebabkan pada percobaan IV nilai kalor komponen bahan yang mendominasi cukup besar selain itu kadar air pada bahan yang relatif kecil sehingga energi yang digunakan untuk menguapkan air juga berkurang sehingga menghasilkan suhu pembakaran yang tinggi. Dari percobaan ini dapat dilihat bahwa jumlah lubang udara belum optimum karena suhu pembakaran belum mencapai suhu pembakaran alat pembakar sampah dimana berkisar antara 815oC-1095oC. Hal tersebut terjadi karena penempatan lubang udara yang kurang tepat dan di ruang pembakaran terdapat heat exchanger yang menyebabkan penurunan suhu akibat pemanfaatan panas yang ada. Dari hasil uji unjuk kerja alat pembakar sampah, suhu dinding ruang pembakaran memiliki penyebaran suhu yang hampir sama dengan suhu pembakaran. Tetapi dengan suhu yang lebih rendah. Nilai tertinggi dari dari suhu dinding ruang pembakaran bervariasi antara 123 hingga 242oC. Perbedaan suhu dinding ruang pembakaran dengan suhu ruang pembakaran dikarenakan berkurangnya energi yang dihasilkan dari pembakaran menuju ke sistem pindah panas dan hilang melalui ruang pengendapan zat padat. C. LAJU PEMBAKARAN Laju pembakaran ini diketahui dengan mengetahui jumlah bobot yang terbakar dan lama pembakaran selama pengujian alat pembakar sampah. Pada tabel dapat dilihat nilai kadar air, berat bahan, waktu pembakaran dan laju pembakaran berdasarkan data hasil pengujian alat pembakar sampah.
22
Tabel 6. Data Hasil Pengujian Alat Pembakar Sampah Massa Kadar Air Waktu Sampah Jenis Sampah Rata-rata Pembakaran (kg) Sampah (kg) (menit) 18.3 70 % Kertas 14.54 285 11 70 % Plastik 15.27 235 10.8 70 % Plastik 15.13 95 10.5 60 % Plastik 14.52 95
Percobaan I Percobaan II Percobaan III Percobaan IV
Laju Pembakaran (kg/jam) 3.85 2.81 6.82 6.63
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa pada percobaan I dan percobaan II dimana pada percobaan tersebut tutup alat pembakar sampah langsung ditutup ketika api sudah menyala laju pembakaran yang terjadi adalah 3.85 kg/jam dengan mayoritas sampah yang di bakar dan 2.81 kg/jam ketika sampah yang dibakar mayoritas plastik. Dari kedua percobaan tersebut terjadi perbedaan dikarenakan kadar air dari sampah pada percobaan II bernilai 15.27% sedangkan pada percobaan I kadar air sampah sebesar 14.54%. Hal tersebut mempengaruhi laju pembakaran dengan semakin besar kadar air maka dalam proses pembakaran akan semakin banyak energi yang digunakan untuk menguapkan air yang terkandung dalam bahan. Selain hal tersebut yang mempengaruhi laju pembakaran adalah mudah atau tidaknya bahan terbakar. Dari hal tersebut kertas lebih mudah terbakar sehingga laju pembakaranya akan semkin besar dibandingkan dengan percobaan II yang didominasi oleh sampah plastik. 8 7
kg/jam
6 5 4 3 2 1 0 1
2
3 4 Percobaan Gambar 13. Grafik Laju Pembakaran Sampah Sedangkan pada percobaan III dan IV dimana pada percobaan tersebut tutup alat pembakar sampah ditutup ketika pembakaran sudah merata, laju pembakaran yang terjadi lebih besar. Hal tersebut terjadi karena udara yang masuk karena tutup alat pembakar sampah belum ditutup menyebabkan api mudah menyebar. Dengan penyebaran api tersebut maka sampah akan lebih cepat terbakar. Laju pembakaran yang terjadi lebih dari 2 kali lipat dibandingkan dengan percobaan II. Bantuan udara di awal menyebabkan terjadinya pembakaran yang merata sehingga memudahkan pembakaran selanjutnya. Pada percobaan III dan IV terjadi perbedaan dalam laju pembakaran yang nilainya tidak begitu jauh. Nilai kadar air pada percobaan IV sebesar 14.52% sedangkan nilai kadar air sampah pada percobaan III sebesar 15.13%. Nilai kadar air pada percobaan IV lebih kecil dibandingkan dengan kadar ir percobaan III, namun laju pembakaran percobaan III lebih besar dibandingkan dengan percobaan IV. Hal tersebut terjadi akibat perbedaan kecepatan angin yang terjadi pada percobaan III dan percobaan IV. Pada percobaan III kecepatan angin rata-rata sebesar 0.078 m/s sedangkan kecepatan angin rata-rata pada percobaan IV lebih kecil sebesar 0.076 m/s . Dengan kecepatan yang lebih besar maka kandungan oksigen yang dibutuhkan dalam pembakaran akan semakin besar sehingga semakin mempercepat pembakaran.
23
Dari percobaan diatas dapat terlihat bahwa laju pembakaran yang terjadi pada alat pembakar sampah dipengaruhi oleh berat bahan yang dibakar, kadar air sampah, dan kecepatan angin saat pembakaran. D. KUALITAS ASAP HASIL PEMBAKARAN Alat pembakar sampah (incinerator) dirancang untuk mengurangi polusi yang dapat ditimbulkan oleh pembakaran sampah secara terbuka. Polusi yang dapat ditimbulkan oleh pembakaran secara terbuka adalah zat terbang dalam asap, warna, dan bau asap dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan di sekitar pembakaran. Pada alat pembakar sampah ini dilengkapi dengan ruang pengendapan bahan padat . selain itu cerobong juga didisain masuk ke dalam ruang pengendapan zat padat. Hal tersebut dilakukan agar asap yang membawa partikel-partikel padat tersebut dapat berputar-putar terlebih dahulu (proses siklomisasi) sehingga partikel-partikel padat yang terbawa oleh asap dapat mengendap terlebih dahulu di ruang pengendapan zat padat. Selain itu di ruang pengendapan zat padat ini juga dimanfaatkan untuk proses pengarangan sehingga suhu yang ada di cerobong akan lebih kecil jika dibandingkan dengan suhu pada ruang pembakaran. Kualitas asap dapat diketahui melalui pengamatan yang disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel 7. Suhu dan Kualitas Asap Suhu Tertinggi Pada Cerobong o C Percobaan I 253 Percobaan II 210 Percobaan III 239 Percobaan IV 317
Warna Asap Lebih banyak putih daripada hitam Lebih banyak putih daripada hitam Lebih banyak putih daripada hitam Lebih banyak putih daripada hitam
Bau Asap
Zat Terbang Pada Asap
Bau Asap
Tidak ada zat terbang
Bau Asap
Tidak ada zat terbang
Bau Asap
Tidak ada zat terbang
Bau Asap
Tidak ada zat terbang
Gambar 14. Asap Hasil Pembakaran Berdasarkan data di atas dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan data tersebut sebaran suhu cerobong hampir sama dengan sebaran suhu ruang pembakaran. Perbedaan
24
suhu cerobong dengan sebaran suhu ruang pembakaran diakibatkan dengan adanya ruang pengendapan zat padat yang berfungsi juga sebagai tempat pengarangan. Sehingga suhu asap yang keluar dari cerobong menurun. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kualitas asap, warna asap dan kadar zat terbang asap dapat dilihat bahwa ruang pengendapan bahan padat cukup optimum. Hal ini ditunjukkan dengan bau yang ditimbulkan seperti bau asap pada umumnya, warna asap mendekati putih dan zat terbang pada asap sudah tidak nampak. Hal tersebut sudah menunjukkan bahwa kinerja alat pembakar sampah ini sudah cukup optimum. Namun asap yang ada masih menimbulkan masalah bagi lingkungan. Asap masih membuat pedas pada mata operator. Hal tersebut terjadi karena pembakaran yang terjadi masih belum sempurna. Walaupun telah didesain tinggi cerobong melebihi tinggi manusia pada umumnya. Dengan tinggi dari permukaan tanah sebesar 210 cm namun asap yang dihasilkan pada proses pembakaran masih turun dan cukup mengganggu di lingkungan sekitar sehingga perlu dilakukan perubahan konstruksi. Perubahan konstruksi dapat dilakukan dengan merubah tinggi cerobong. Untuk merubah tinggi cerobong ini dapat didekati dengan persamaan (11), tetapi karena dalam penelitian kali ini tidak dicari nilai draft dari pembakaran sehingga perubahan tinggi cerobong tidak dapat diketahui. E. SUHU AIR HASIL PEMANASAN Uji unjuk kerja sistem pindah panas pada alat pembakar sampah (incinerator) delaksanakan dengan melakukan pengukuran suhu pipa, suhu air yang masuk (awal) dan suhu air hasil pemanasan. Pada pengujian ini dilakukan dengan mengalirkan air dengan debit 3 liter/menit. Data sebaran sebaran suhu pipa, suhu air masuk dan suhu air hasil pemanasan dapat dapat dilihat pada lampiran 2. Pada tabel disajikan nilai tertinggi dari suhu pipa, suhu air masuk, suhu air hasil pemanasan dan perubahan suhu air pada sistem pindah panas yang ada pada alat pembakar sampah. Tabel 8. Nilai Tertinggi dari Suhu Pipa, Suhu Air Masuk dan Suhu Air Hasil Pemanasan Suhu Pipa Suhu Air Suhu Air Δ Energi o C Masuk Keluar Suhu Air Pemanasan o o o C C C Air kJ Percobaaan I 133 29 42 14 16.266 Percobaan II 130 32 47 15 14.452 Percobaan III 140 29 47 18 16.204 Percobaan IV 135 27 44 17 9.9792 Dari data tabel diatas menunjukkan perbedaan suhu air yang dapat dihasilkan pada sistem pindah panas pada alat pembakar sampah dikarenakan penyebaran pembakaran tidak merata selain itu juga dikarenakan keterbatasan pengukuran dimana dalam pengukuran ini hanya dilakukan di satu titik sehingga sebaran suhu pipa tidak dapat diketahui. Dari pengujian yang sistem pidah panas pada alat pembakar sampah mendapatkan suhu maksimum pada 42-47 oC dimana suhu tersebut dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga. Dari hsil pengujian tersebut untuk memanfaatkan untuk keperluan rumah tangga dimana suhu yang dibutuhkan berkisar antara 39 hingga 50 oC. Pada percobaan I untuk dapat memanfaatkan air hangat untuk kebutuhan rumah tangga dicapai pada menit ke-17 hingga menit ke-32. Pada percobaan II suhu yang dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga didapat pada menit ke-9 hingga menit 40. Pada percobaan III suhu pemanasan air yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga dicapai pada menit ke-7 hingga menit ke-52. Sedangkan pada percobaan IV suhu air yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga dapat dicapai pada menit ke 8 hingga menit ke 41.
25
ΔT (oC)
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 1
2 Percobaan 3
4
Gambar 15. Perubahan Suhu Air Maksimum Hasil Pemanasan Dari percobaan tersebut dapat terlihat bahwa kemampuan menaikkan suhu sistem pindah panas juga dipengaruhi nilai kalor bahan yang dibakar. Ketika bahan yang dibakar lebih dominan kertas yang memiliki nilai kalor yang lebih kecil dibandingkan dengan plastik maka suhu kemampuan menaikkan suhu pada sistem pindah panas di alat pembakar sampah juga lebih kecil dibandingkan dengan percobaan II, III dan IV dimana bahan yang dibakar mayoritas plastik. Pemanfaatan energi untuk pemanasan air disini masih minim dan dapat ditingkatkan lagi jika melihat dari hasil pemanfaatan energi yang ada pada pemanas air yang berkisar antara 9.979 hingga 16.266 kJ hal tersebut masih terlalu jauh jika potensi dari nilai kalor biomassa saja sekitar 12000 kJ/kg sehingga pada penelitian kali ini terlihat bahwa masih banyak panas yang terbuang melalaui dinding dan asap hasil pembakaran. Pemanfaatan energi panas yang dihasilkan dapat ditingkatkan dengan menambah panjang pipa atau memperbesar diameter pipa. Pada hasil simulasi (Lampiran 8) didapatkan bahwa dengan menambah panjang pipa menjadi 5 m didapatkan perbedaan suhu sebesar 22oC, sedangkan dengan menambah diamater pipa menjadi 0.0254 m didapatkan perbedaan suhu sebesar 32oC. hal tersebut terjadi karena luas bidang pindah panas semakin lebar sehingga pindah panas yang terjadi akan semakin besar. F. PEMANFAATAN ENERGI PADA RUANG PENGENDAPAN ZAT PADAT Alat pembakar sampah dilengkapi dengan ruang pengendapan zat padat asap. Ruang tersebut digunakan untuk mengendapkan zat padat yang terbawa ole asap sehingga tidak ikut keluar dengan asap melalui cerobong. Ruang ini memiliki suhu yang cukup tinggi sehingga dalam percobaan kali ini dimanfaatkan untuk mengarangkan batok kelapa. Berikut tabel yang menjelaskan mengenai nilai suhu tertingi pada ruang pengendapan zat padat dengan jumlah arang yang dihasilkan. Tabel 9. Nilai Suhu Tertinggi di Ruang Pengendapan Zat Padat dan Jumlah Arang yang Dihasilkan Suhu Ruang Pengendapan Jumlah Arang yang Zat Padat Dihasilkan o C Gram Percobaan I 405 500 Percobaan II 381 400 Percobaan III 390 250 Percobaan IV 317 200
26
Gambar 16. Hasil Pengarangan Batok Kelapa
Jumlah Arang Batok Kelapa (gram)
600 500 400 300 200 100 0 1
2
3 Percobaan Gambar 17. Jumlah Arang Batok Kelapa yang Dihasilkan
4
Dari data di atas terlihat bahwa suhu tertinggi pada ruang pengendapan zat padat berkisar antara 317 hingga 405oC. Suhu tersebut berpotensi untuk mengarangkan suatu bahan. Dari hasil percobaan terlihat bahwa dengan suhu sebesar itu dengan waktu yang berkisar antara 2 jam hingga 4 jam pada pembakaran sampah sudah dapat menghasilkan arang sebanyak 200 hingga 500 gram. Pengarangan banyak terjadi pada batok kelapa yang menempel di dinding. Hal tersebut terjadi karena energi panas yang diterima oleh batok kelapa yang menempel di dinding batok kelapa akan lebih besar karena perpindahan panas melalui radiasi lebih lambat dibandingkan dengan konduksi. Terjadi perbedaan pada hasil arang yang dihasilkan pada percobaan III dan IV dengan percobaan I dan II hal tersebut terjadi karena lama pembakaran pada I dan II lebih panjang dibandingkan dengan percobaan III dan IV dengan lama pembakaran yang berbeda akan berpengaruh pada lama pengarangan sehingga berpengaruh pada hasilnya. G. ANALISIS HASIL UJI UNJUK KERJA ALAT Perancangan alat pembakar sampah (Incinerator) adalah proses perhitungan teoritis sebelum proses pembuatan alat pembakar sampah. Perancangan alat pembakar sampah meliputi perancangan volume ruang pembakaran, lubang udara untuk pembakaran sempurna, ruang pengendapan asap, penyulutan api pertama, dan sistem penukar panas. Berdasarkan hasil perancangan dibutuhkan volume ruang pembakaran sebesar 0.25 m3. Luas lubang udara yang diperlukan sebesar m2 dengan kecepatan udara bebas sebesar 1 m/detik. Selain itu untuk memanfaatkan energi panas yang dihasilkan selama proses pembakaran sampah maka dirancang sautu sistem penukar panas yang terbuat dari pipa besi dengan diameter 1.27 cm dan dibuat berputar-putar di dalam ruang pembakaran sepanjang 400 cm sistem pindah panas tersebut dirancang untuk menaikkan temperatur dari 25 oC menjadi 40 o C dengan suhu pemanasan sebesar 100 oC. Selain itu alat pembakar sampah ini juga
27
memiliki ruang pengendapan zat padat asap yang dapat dimanfaatkan untuk pengarangan. Dengan menambahkan pintu masukan dan pintu pengeluaran. Berdasarkan data hasil pengujian ditunjukkan bahwa suhu maksimal ruang pembakaran sebesar 748oC. Jika dibandingkan dengan incinerator yang dirancang Budiman (2001), incinerator ini memiliki kinerja yang hampir sama dimana pada incinerator rancangan budiman menghasilkan suhu maksimal di ruang pembakaran sebesar 801.8 oC. Perbedaan tersebut terjadi karena luas lubang udara pembakaran pada incinerator yang dirancang Budiman (2001) lebih besar. Pada hasil uji unjuk kerja alat yang telah dilakukan bahwa sistem pindah panas yang dapat menaikkan suhu sebesar 18 oC. Hal tersebut terjadi karena dalam proses perancangan tidak dihitung perpindahan energi dalam bentuk konduksi sehingga terdapat energi yang berasal dari perindahan enrgi tersebut yang tidak terprediksi. Selain sistem pindah panas yang ada pada pipa kurang merata sehingga tidak didapatkan jumlah debit yang sesuai dengan perancangan. Pada hasil simulasi didapatkan bahwa dengan menambah panjang pipa menjadi 5 m didapatkan perbedaan suhu sebesar 22 oC, sedangkan dengan menambah diamater pipa menjadi 0.0254 m didapatkan perbedaan suhu sebesar 32 oC. hal tersebut terjadi karena luas bidang pindah panas semakin lebar sehingga pindah panas yang terjadi akan semakin besar. Pada uji unjuk kerja yang dilakukan terlihat bahwa tinggi cerobong masih kurang optimum karena dalam pengamatan yang dilakukan masih mengganggu aktivitas di lingkungan sekita alat pembakar sampah. Perlu dilakukan pengamatan untuk mendapatkan draft pembakaran sehingga didapatkan tinggi cerobong yang optimum. Sistem pindah panas yang ada sekarang hanya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga seperti mandi dan mencuci. Jika ingin digunakan untuk pasteurisasi ataupun sterilisasi maka sistem pindah panas yang ada masih dapat dioptimalkan kembali dengan memperpanjang sistem pindah panas karena masih terdapat ruang untuk memperpanjang pipa sistem pindah panas.hal yang dapat dilakuakan untuk optimasi sistem pindah panas yaitu dengan meletakkan pipa tersebut menempel pada dinding ruang pembakaran dan lebih dekat denagn sumber api pembakaran. selain itu juga dapat dilakukan dengan menaikkan suhu pembakaran dengan menambah lubang udara.
28
SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Alat pembakar sampah (incinerator) yang dirancang memiliki 6 bagian yaitu, ruang pembakaran, kasa penyulut api, cerobong asap, lubang udara, sistem penukar panas (dalam bentuk pipa pemanas air), dan ruang pengendapan zat padat. 2. Berdasarkan uji unjuk kerja terhadap alat yang dirancang diperoleh data bahwa lama pembakaran yang terjadi dipengaruhi oleh jumlah sampah, jenis sampah yang dibakar dan kadar air sampah yang dibakar. 3. Hasil terbaik unjuk kerja alat pembakar sampah ini temperatur pembakaran yang dihasilkan sebesar 748oC, dengan laju pembakaran sebesar 6.82 kg/ jam perbedaan suhu pemanasan air sebesar 18oC. Waktu yang dibutuhkan dalam pembakaran selama 95 menit dengan kondisi sampah yang dibakar 70% sampah plastik. Sedangkan pengujian pada kondisi sampah yang dibakar 70% kertas, menghasilkan temperatur pembakaran sebesar 625oC, dengan laju pembakaran sebesar 3.85 kg/jam, serta berhasil menaikkan suhu air sebesar 14oC 4. Berdasarkan hasil pengujian unjuk kerja terhadap alat yang dirancang diperoleh hasil bahwa untuk menaikkan suhu air diatas 15oC dibutuhkan debit air yang lebih kecil dibandingkan rancangan. Hal tersebut terjadi karena tidak meratanya pembakaran sehingga menimbulkan tidak meratanya pemanasan pada sistem penukar panas yang ada. Sedangkan dalam proses perancangan diasumsikan terjadi pemanasan yang merata pada pipa. Hasil pemanfaatan energi pada pemanas air yang berkisar antara 9.979 hingga 16.266 kJ. Untuk memperoleh suhu air yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan menambah lubang sirkulasi udara sehingga pembakaran yang terjadi lebih besar dan memperpanjang pipa pemanas air atau mengubah posisi pipa pemanas air. Dengan menambah panjang pipa menjadi 5 m didapatkan perbedaan suhu sebesar 22 oC, sedangkan dengan menambah diamater pipa menjadi 0.0254 m didapatkan perbedaan suhu sebesar 32oC. 5. Ruang pengendapan zat padat asap dapat dimanfaatkan sebagai ruang pengarangan dengan kemampuan mampu mengarangkan 10% dari batok kelapa yang dimasukkan. B. SARAN Dari hasil perancangan alat pembakar sampah (incinerator) dan pengujian uji unjuk kerja alat tersebut disarankan beberapa hal spaling anebagai berikut: 1. Disarankan untuk memodifikasi alat khususnya untuk memperoleh sistem pindah panas yang optimum pada pipa pemanas air, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pasterurisasi atau sterilisasi. 2. Perancangan tutup untuk proses pemasukan dan proses pembuangan abu dan rang hasil pembakaran tidak benar-benar rata. Disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan mengenai perancangan tutup untuk proses pemasukan bahan dan pengeluaran bahan. 3. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk pemanfaatan energi di ruang pengendap zat padat asap. Karena energi yang ada pada ruang tersebut cukup besar jika dimanfaatkan untuk pengering sampah basah atau digunakan untuk pemanfaatan energi lainya. 4. Disarankan untuk memodifikasi penempatan lubang udara agar didapatkan hasil pembakaran yang sempurna.
29
DAFTAR PUSTAKA Abdullah et al.1998.Energi Listrik Pertanian.JICA.Bogor Anonim.2009.Bakar Sampah Langgar UU di Manado.http://matanews.com/2009/10/12/bakar-sampahlanggar-uu-di-manado/(23 Agustus 2011 7:26) Anonim.2010. Technical Document for Batch Waste Incineration. http://www.ec.gc.ca/gddmw/default.asp?lang=En&n=8A09EA04-1(23 Agustus 2011, 7:37) Anonim.incinerator. http://www.e-steamboilers.com/en/incinerator.asp (23 Agustus 2011,8:24) Budiman Arif.2001.Modifikasi Desain dan Uji Unjuk Kerja Alat Pembakar Sampah (Incinerator) Tipe Batch.Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Ҫengel Yunus A. 2003.Heat Transfer.2nd edition.McGraw-Hill.New York, Ҫengel Yunus A, Boles Michael A.2002.Thermodynamics an Engineering Approach. 4th edition. McGraw-Hill NY Heldman Denis R, Singh R Paul.2009.Introduction to Food Engineering.Elsevier.China Hoornweg,D.1999. What a Waste: Solid Waste Management in Asia, Urban Development Sector World Bank Unit, Washington Lienhard IV John H, Lienhard V John H.2011.A Heat Transfer Textbook.Philogiston Press.Massachucetts. McCabe Warren L et al.2005.Unit Operations of Chemical Engineering.7th edition, McGraw Hill.Singapore Murarka I.P.1987.Solid Waste Disposal and Reuse.Volume I.CRC Press.Florida Pichel John.2005.Waste Management Practices Municipal,Hazardous, and Industries.CRC Press. New York Rand T et al.2000.Municipal Waste Incineration.World Bank.Washington D.C. Rizki Ainur.2011.Pembangkit Listrik Tenaga Sampah .http://ainurrizki.wordpress.com/2011 (22 September 2011, 4:14) Singh R Paul.1992.Handbook of Food Engineering : Heating and Cooling Process for Food.Editor: Dennis R Heldman and Daryl B Lund.Marcel Dekker.inc.New York Smith JM et al.2001.Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics.6th edition.McGraw Hill, New York Susanto.2001.Modifikasi Rancangan dan Uji Unjuk Kerja Alat Pembakar Sampah (Incenerator) dengan Fungsi Ganda Sebagai Alat Pemanas Air (Water Heater).Skripsi.Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Zemansky Mark W. 1957. Heat and thermodynamics. 4th edition.McGraw-Hill.New York.
30
Lampiran 1. Gambar Teknik Alat Pembakar Sampah
31
32
Lampiran 2. Sebaran Suhu Percobaan I Wak Suhu Suhu Air Suhu Air tu Lingkunga Masuk Keluar (me n o o C C o nit) C 0 27 27 27
Suhu Ruang Pembakaran Atas o C
Suhu Ruang Pembakaran Bawah o C
Suhu Dinding o C
Suhu Pipa o C
Suhu Ruang pengendapan Zat Padat o C
Suhu Cerobong o C
40
40
27
27
54
79
40
40
28
48
107
159
5
27
27
39
10
27
27
36
46
43
35
72
152
208
15
28
27
38
128
45
33
127
381
236
20
29
28
42
299
61
31
93
405
231
25
29
28
40
486
68
31
98
282
243
30
28
28
40
496
69
35
97
217
214
35
28
28
37
493
75
37
89
218
185
40
29
28
36
432
80
123
69
188
176
45
28
28
35
359
87
115
64
204
166
50
29
28
35
315
94
102
59
147
155
55
29
28
34
304
99
100
60
159
147
60
30
28
34
291
107
97
60
150
142
65
30
28
34
289
111
87
57
141
133
70
30
28
33
286
121
82
51
136
127
75
30
28
33
279
128
77
47
131
123
80
30
28
34
284
190
69
50
131
124
85
30
28
36
291
208
65
49
132
129
90
30
28
35
294
225
62
59
149
126
95
30
28
34
284
240
65
50
123
121
100
31
28
34
279
318
61
53
127
122
105
31
29
34
193
342
61
53
129
119
110
30
29
34
185
356
59
56
129
115
33
115
30
29
34
190
371
54
49
117
113
120
30
29
34
168
385
52
52
129
122
125
31
29
34
156
397
54
52
124
120
130
31
29
34
158
477
56
51
113
109
135
31
29
33
170
414
57
49
106
103
140
31
29
33
176
423
56
45
102
100
145
30
29
33
178
435
52
48
104
100
150
31
29
32
151
442
53
47
104
100
155
32
29
32
153
446
53
47
101
97
160
32
29
32
162
453
51
45
99
94
165
32
29
32
151
460
51
46
95
93
170
33
29
32
151
463
50
45
94
91
175
33
29
32
138
470
49
44
92
90
180
32
29
32
155
472
49
44
89
89
185
32
29
32
159
484
48
44
89
87
190
32
29
32
153
491
47
43
87
85
195
32
29
31
135
500
46
43
86
85
200
32
29
31
131
512
45
43
83
83
205
32
29
31
116
526
45
43
82
82
210
32
29
31
99
524
44
43
83
82
215
33
29
31
99
625
45
42
82
83
220
33
29
31
92
524
44
42
80
80
225
34
29
31
89
512
45
42
79
80
230
36
29
31
88
496
45
42
81
80
235
34
29
31
83
475
43
41
77
79
240
35
29
31
83
449
45
42
78
78
245
34
30
31
87
432
43
41
73
74
34
250
34
29
31
83
371
43
41
72
74
255
35
30
31
81
318
43
41
70
73
260
33
30
31
81
315
42
41
68
73
265
35
30
31
77
307
42
41
67
71
270
31
30
31
73
272
40
41
68
69
275
32
30
31
71
238
39
40
67
66
280
30
30
31
46
226
39
40
65
64
285
30
30
31
44
158
37
40
60
62
Lampiran 3. Sebaran Suhu Percobaan II
Wak tu (Me nit) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Suhu Lingkungan o C
Suhu Air keluar o C
Suhu Air Masuk o C
Suhu Ruang Pembakaran Atas o C
30 29 29 29 29 30 31 30 31 31 31 29 31
30 37 40 44 46 46 46 44 40 38 36 34 34
31 31 31 32 32 32 33 32 32 33 33 33 33
60 104 146 181 152 146 228 203 253 270 306 356 385
Suhu Pembakaran Bawah o C 29 30 45 48 57 74 94 102 106 123 128 131 148
Suhu Dinding o C
Suhu Pipa o C
Suhu Ruang Pengendapan Zat Padat o C
Suhu Cerobong o C
32 32 45 70 86 108 111 136 128 136 125 115 110
106 105 32 93 108 127 142 132 103 92 79 70 62
158 195 232 286 305 327 307 277 223 193 170 156 144
90 153 181 159 178 193 190 184 157 140 124 117 109
35
65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195
31 31 31 32 32 32 31 32 31 31 32 33 34 35 36 36 36 35 35 35 36 36 36 34 34 33 34
34 33 32 32 32 32 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 30 31 31 31 29 30 29 30
32 32 32 32 32 32 32 33 33 33 33 33 33 33 34 33 34 34 34 34 34 34 34 35 35 36 36
413 406 361 308 253 126 87 68 60 65 65 68 60 58 56 56 56 53 51 48 45 45 40 43 45 43 43
160 185 235 269 325 366 392 427 460 498 526 575 594 613 627 644 658 674 703 722 733 736 734 734 736 738 634
103 95 90 87 76 74 70 68 62 63 57 56 53 62 61 60 56 57 53 52 53 53 51 44 48 48 48
61 57 54 53 51 50 47 45 44 44 42 42 41 40 40 40 40 40 40 39 40 40 40 39 39 39 39
140 134 123 121 114 111 101 98 95 91 92 90 86 85 84 83 82 80 79 77 77 77 75 74 76 72 72
104 102 98 93 89 87 81 80 78 74 74 74 73 71 70 71 65 55 52 52 52 51 52 67 68 65 65
36
200 205 210 215 220 225 230 235 240 245
34 33 34 35 34 33 34 34 33 33
30 29 29 30 30 30 30 31 31 30
36 36 37 37 36 36 36 36 36 36
43 43 43 43 43 43 43 43 43 43
563 472 389 344 315 303 289 155 80 60
46 46 46 46 46 46 45 45 43 43
39 38 38 39 38 38 37 37 37 36
71 67 68 67 66 64 62 62 61 58
64 61 61 60 59 57 56 55 53 53
Lampiran 4. Sebaran Suhu Percobaan III
Waktu (menit)
Suhu Lingkungan o C
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
28 28 28 28 29 29 29 29 29 30 30
Suhu Air Keluar o C 28 44 44 46 46 46 47 45 42 39 39
Suhu Suhu Ruang Suhu Ruang Air Pembakaran Pembakaran Masuk Atas Bawah o o o C C C 29 200 29 28 418 40 28 510 102 27 672 243 28 637 460 28 559 639 28 503 592 28 507 571 28 503 536 28 496 524 28 491 517
Suhu Dinding o C 29 54 105 141 178 224 230 229 212 189 170
Suhu Pipa o C 26 120 122 128 129 135 140 120 100 99 98
Suhu Ruang Suhu Pengendapan Cerobong Zat Padat o C o C 51 63 100 139 143 196 178 231 185 227 179 222 189 225 215 239 196 225 164 194 159 183
37
55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175
30 30 29 29 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 31 31 32
37 36 36 35 35 33 33 33 32 32 35 33 33 33 33 33 32 31 31 30 30 30 30 30 30
28 28 28 28 28 28 29 28 29 28 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29
482 475 470 460 472 446 347 313 272 193 143 126 92 82 72 68 68 68 58 58 58 58 48 48 48
507 503 496 484 472 458 380 344 313 238 188 163 111 82 75 51 44 43 43 43 43 43 24 24 24
157 145 130 129 109 99 85 75 69 64 50 56 55 53 53 51 53 51 50 47 48 46 47 48 43
97 87 85 78 78 75 64 60 55 56 70 53 52 53 51 50 48 45 43 43 40 40 39 39 38
147 141 135 250 390 161 158 140 111 119 128 114 124 128 135 141 109 73 70 68 67 64 63 62 62
172 165 162 167 389 152 140 135 135 129 132 118 120 124 119 120 101 72 66 63 61 60 60 59 60
38
Lampiran 5. Sebaran Suhu Percobaan IV Suhu Lingkungan
Suhu Air Masuk
Suhu Air Keluar
Suhu Ruang Pembakaran Atas
Suhu Ruang Pengendapan Zat Padat
Suhu Cerobong
0
26
26
26
107
86
26
5
26
27
37
507
420
31
40
175
177
90
217
248
10
26
27
42
634
460
66
100
275
313
15
27
27
44
672
510
94
117
294
316
20
27
27
45
25
26
27
44
744
601
110
135
306
363
748
635
122
120
309
362
30
26
27
44
703
592
132
118
297
301
35
27
27
40
658
571
134
107
263
264
40 45
27
27
39
627
536
110
105
249
257
28
27
35
604
524
92
88
206
199
50
28
28
32
568
517
84
77
160
151
55
28
28
31
475
507
73
68
129
129
60
28
28
31
479
502
67
65
114
117
65
28
28
31
435
496
63
50
111
116
70
28
28
30
547
484
56
47
113
110
75
28
28
31
474
472
53
42
124
112
80
29
28
31
437
458
50
41
127
111
85
28
28
31
370
380
50
38
128
103
90
28
28
32
344
344
47
38
136
98
95
29
28
30
318
313
48
37
72
80
100
28
28
29
245
238
45
35
62
74
105
29
28
29
238
188
45
34
54
63
110
29
28
29
181
111
43
35
50
54
115
29
28
29
68
51
42
34
47
54
Waktu
Suhu Ruang Pembakaran Bawah
Suhu Dinding
Suhu Pipa
39
Lampiran 6. Perhitungan Kecepatan Udara Tcerobong = 418.1oK Tluar ceronong = 305oK h = 1.5 m Dc = 0.1 m Alubang udara = 0.0106408 m2 √
(
)
√
Lampiran 7. Perhitungan Konveksi Sistem Pindah Panas Tg Ta D2 D1 ρg kg μg Prg
= 692oC = 27oC = 0.0127 m = 0.0147 m = 0.3667 kg/m3 = 0.06557 W/m = 4.0885X 10-5 kg/ms = 0.7082
ρa ka μa Pra
= 332.86 kg/m3 = 0.628 W/m = 0.6798X 10-3 kg/ms = 4.524
40
⁄ ⁄ /W
Karena tidak sesuai maka suhu pemanasan diasumsikan 100 oC ⁄ ⁄ /W
Lampiran 8. Simulasi Desain Pipa Pindah Panas Jika panjang pipa menjadi 5 m maka, ( ⁄ ) ⁄
(
) /W
̇
Jika diameter dalam pipa menjadi 0.0254 m dan panjang pipa 4 m ( ⁄ ) (
⁄
)
/W
̇
41