DESA WISATA BATIK KLIWONAN SEBAGAI PUSAT WISATA SENI DI KABUPATEN SRAGEN
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Progam Studi DIII Usaha Perjalanan Wisata HERU JATMIKO NIM C9405099
DIPLOMA III USAHA PERJALANAN WISATA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pariwisata berperan penting dalam pembangunan negara berkembang, karena pariwisata mampu mendatangkan devisa yang cukup besar untuk membangun perekonomian pada negara yang sedang berkembang. Seperti halnya di Indonesia, sektor Pariwisata mampu mengangkat perekonomian dengan membuka berbagai macam peluang usaha dan membuka lapangan pekerjaan baru, dan di lain pihak, dunia pariwisata juga dapat menciptakan pencintraan bagi sebuah negara. Para wisatawan atau pengunjung yang datang disambut pertama kali oleh para pelaku wisata, dengan sambutan yang ramah tentu akan menciptakan rasa bersahabat bagi wisatawan yang berkunjung dan mencipatakan citra yang baik bagi negara yang bersangkutan. Oleh karena itu, perlu adanya pembekalan untuk para pelaku dalam bidang pariwisata di Indonesia sehingga dapat menciptakan citra yang baik bagi pariwisata di Indonesia kepada wisatawan yang berkunjung, dan ini bukan hanya merupakan tanggung jawab pelaku wisata saja, namun merupakan tanggung jawab semua pihak mulai dari pemerintah sampai kesadaran dari warga masyarakat sendiri.
1
Saat ini di dunia pariwisata di Indonesia sedang mengalami ke tidakstabilan dan pasang-surut, dunia pariwisata melemah sehingga pendapatan masyarakat dan devisa negara pun ikut mengalami penurunan. Pada era 1980-1990an, wisatawan lokal maupun mancanegara telah banyak melakukan kunjungan - kunjungan wisatanya di obyek – obyek wisata yang tersebar di Indonesia. Namun pada sekitar tahun 1997 – 1998 karena terjadi kerusuhan dan akhirnya berdampak dengan krisis moneter, membuat keadaan politik dan pemerintahan di negara ini menjadi tidak menentu. Dampaknya bagi dunia pariwisata di Indonesia lumayan hebat, dan membuat kepariwistaan menjadi lesu dan semakin melemah. Bukan hanya itu saja, dengan adanya perubahan cuaca tidak menentu dan keadaaan alam yang kurang bersahabat pada beberapa tahun terakhir, dunia pariwisata di Indonesia semakin mengalami kemunduran dan semakin meredup, dikarenakan banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang mengurungkan niatnya untuk mengunjungi obyek-obyek wisata di Indonesia. Pemerintah pun mulai mengadakan pembenahan untuk mulai memperbaiki dan berusaha untuk membangun kembali citra dunia Pariwisata di Indonesia. Dengan berbagai cara dan usaha, pemerintah berusaha untuk menjaring dan menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk kembali melakukan perjalanan wisata di Indonesia. Pemerintah mencoba membangun kembali citra bahwa dunia pariwisata di Indonesia yang memiliki banyak potensi wisata, aman, nyaman dan menyenangkan untuk dikunjungi.
Begitu pula di kabupaten Sragen, “ Kabupaten Sragen merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW), dan merupakan salah satu kabupaten di Jawa tengah yang memiliki keanekaragaman daya tarik wisatawan baik yang bersifat budaya maupun alam. Potensi – potensi pariwisata yang cukup banyak dan beragam yang dimiliki kabupaten sragen ini cukup menarik untuk dikunjungi. Karakteristik utama pariwisata di Sragen adalah mengandalkan panorama atau bentang alam yang indah, budaya tradisional yang masih terjaga, disertai dengan ketersediaan pemandu wisata profesional dan berbagai fasilitas berstandar internasional. Beberapa obyek wisata di Kabupaten Sragen antara lain adalah Situs Purbakala Museum Sangiran, Waduk Kedung Ombo, Wisata religi historis Makam Pangeran Samudero di Gunung Kemukus, Pacuan Kuda Nyai Ageng Serang di Ngargotirto, Pemandian air panas Bayanan, Desa Wisata Batik Kliwonan, di Masaran, Dayu Alam Asri di Karangmalang, Ziarah makam Joko Tingkir dan lain sebagainya. Di antara semua itu Kabupaten Sragen juga dikenal sebagai penghasil batik tulis, cap dan printing. Kerajinan tangan warisan nenek moyang yang turun temurun dan bernilai sejarah maupun bernilai seni tinggi ini di daerah Sragen diproduksi di sebuah desa di kecamatan Masaran, Sragen yaitu desa sentra penghasil batik “ Desa Wisata Batik Kliwonan “. Batik yang mengandung nilai filosofi, kearifan lokal khas masyarakat Indonesia, harus kita jaga dan lestarikan sebagai salah satu kebanggaan bangsa Indonesia ditengah mulai memudarnya eksistensi Batik di Indonesia yang kini pamornya mulai terkikis oleh industri pakaian berbasis kapital yang sangat besar,
terutama Industri fashion dari luar negeri. Bahkan, hak kepemilikan batik pun pernah diklaim negara asing sebagai salah satu warisan budaya mereka. Oleh karena itu pemerintah kabupaten Sragen tidak tinggal diam dan merasa harus terlibat untuk mendorong industri batik rakyat agar terus eksis, berkembang, sekaligus melestarikan dan melindungi budaya warisan leluhur kita dari klaim pihak asing. Dalam hal ini masyarakat pelaku bisnis pembuatan kerajinan batik di Sragen dibantu pemerintah setempat ingin mengangkat kembali kebudayaan dan kerajinan tangan yang diwariskan oleh para leluhur ini agar tetap eksis dalam perindustrian baik dalam tingkat daerah, nasional bahkan internasional. Bertolak dari dasar pemikiran, maka perlu dikaji “ Desa Wisata Batik Kliwonan Sebagai Pusat Wisata Seni di Kabupaten Sragen ” sebagai judul laporan penulisan Tugas Akhir, dengan harapan akan diketahui potensi serta kekurangan - kekurangan yang ada dari “ Desa Wisata Batik Kliwonan, Sragen ” serta mengetahui pula upaya beberapa pihak seperti pemerintah, pengusaha dan masyarakat setempat untuk membantu mengembangkannya. Semoga karya tulis ini akan bermanfaat bagi semua pihak, bagi saya sendiri, bagi kemajuan desa wisata batik Kliwonan dan bagi pariwisata di kabupaten Sragen kedepannya, serta dapat menjadi pembelajaran bagi pembaca seluruhnya.
B. Perumusan Masalah Dengan latar belakang masalah yang penulis uraikan, timbul berbagai permasalahan untuk dikaji dan dipecahkan lebih lanjut. Adapun permasalahan yang ada antara lain adalah : 1. Bagaimana potensi desa Kliwonan sebagai Desa Wisata Batik dan Pusat Wisata Seni di Kabupaten Sragen ? 2. Bagaimana usaha dan apa saja yang dilakukan pemerintah untuk membantu pengembangan desa Kliwonan sebagai Desa Wisata Batik dan Pusat Wisata Seni di Kabupaten Sragen ? 3. Hambatan - hambatan apa saja yang dihadapi oleh Pemerintah, Pengelola dan semua pihak yang terkait dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan – hambatan tersebut.
C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah : 1. Mengetahui potensi – potensi yang ada pada desa Kliwonan untuk dijadikan sebagai Desa Wisata Batik dan Pusat Wisata Seni di Kabupaten Sragen ? 2. Mengetahui bagaimana peran pemerintah dan semua pihak yang berkaitan untuk membantu mengembangkan desa Wisata Batik Kliwonan. 3. Mengetahui hambatan yang dihadapi dan usaha berbagai pihak untuk mengatasi hambatan dan mewujudkan desa Kliwonan sebagai Desa Wisata Batik dan Pusat Wisata Seni di Kabupaten Sragen ?
D. Manfaat Penulisan Penulisan tugas akhir ini diharapkan akan bermanfaat dan sebagai acuan bagi semua pihak, demi kemajuan desa Wisata Kliwonan khususnya dan Pariwisata Sragen pada umumnya untuk kedepannya nanti. Manfaat dari penulisan laporan tugas akhir ini antara lain : 1. Manfaat Akademis a. Memperdalam pengetahuan tentang dunia pariwisata terutama potensi dan pengembangan desa wisata batik di desa Kliwonan, Kabupaten Sragen. b. Sebagai referensi untuk penulisan sejenis di lingkungan Program Study Diploma 3 Usaha Perjalanan Wisata. 2. Manfaat Praktis a. Memperoleh informasi riil tentang apa saja potensi yang ada sebagai desa pusat seni wisata batik sehingga berkutnya dapat diambil tindak lanjut. b. Memperoleh solusi untuk meningkatkan potensi dan mewujudkan desa Kliwonan sebagai Desa Pusat Wisata Seni Kerajinan Batik.
E. Kajian Pustaka 1. Pariwisata Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari satu tempat ketempat yang lain, dengan maksud bukan untuk usaha ( bussines ) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata
hanya untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Oka A. Yoeti, 1983 : 109) Pariwisata merupakan aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan kesenangan dan melakukan perjalanan secara bergantian diantara orang - orang dalam suatu negara itu sendiri ( diluar negeri ) dengan orang-orang daerah lain ( daerah tertentu, negara, benua ). Untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam, dan berbeda dari apa yang pernah dialaminya dalam rutinitas pekerjaannya sehari – hari (Oka A. Yoeti, 1983 : 107). 2. Pengembangan Pariwisata Menurut Oka A. Yoeti, pengembangan pariwisata adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk memperbaiki obyek wisata yang sedang dipasarkan ataupun yang akan dipasarkan. Pengembangan tersebut meliputi perbaikan obyek dan pelayanan kepada wisatawan semenjak berangkat dari tempat tinggalnya menuju tempat tujuan hingga kembali ke tempat semula (Oka A. Yoeti, 1983 : 56). Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan pemerintah dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani wisatawan. Karena pariwisata sebagai gejala tuntutan kebutuhan manusia yang wajar dan mempunyai lingkup pengaruh yang menyeluruh sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi segi ekonomi, masyarakat, negara, sosial dan budaya. Perencanaan
tersebut
harus
mengintergrasikan
pengembangan
pariwisata ke dalam suatu program pembangunan ekonomi fisik dan sosial
dari suatu negara. Disamping itu, perencanaan harus mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata. Sesuai dengan instruksi Presiden No.9 Tahun 1969, dikatakan dalam pasal 2 bahwa tujuan pengembangan pariwisata adalah : a. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerjja dan mendorong kegiatan industri penunjang dan industri sampingan lainnya. b. Memperkenalkan
dan
mendayagunakan
keindahan
alam
dan
Nasional
dan
kebudayaan Indonesia. c. Meningkatkan
persaudaraan
atau
persahabatan
Internasional (Oka A. Yoeti, 1983 : 139). 3. Obyek Wisata Menurut Undang – Undang No 9 Tahun 1990, Obyek Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisatawan, wisata dan menurut undang – undang menyatakan kawasan wisata yaitu kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Obyek wisata adalah tempat atau keindahan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan (Musanef, 1995:190). Obyek wisata adalah segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat (Nyoman S. Pendit, 1994 : 16).
Dari pendapat diatas, dapat diketahui bahwa obyek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik. Daya tarik adalah segala sesuatu yang dapat menumbuhkan minat wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata. 4. Potensi Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kemampuan, kesanggupan daya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995 : 784). Potensi di daerah tujuan wisata di pengaruhi adanya 4 pendekatan yang lebih di kenal dengan istilah 4 A, antara lain : a.
Atraksi Atraksi merupakan daya tarik wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan di tempat tujuan yang merupakan sasaran para wisatawan datang berkunjung.
b.
Aksesibilitas ( Kemudahan ) Sarana yang memberikan kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata, yang mana tempat tersebut mudah dijangkau dan sarana yang diperlukan wisatwan mudah ditemukan.
c.
Amenitas Tersedianya fasilitas pendukung ditempat tujuan wisata untuk memudahkan wisatawan selam berkunjung seperti : penginapan, restoran, hiburan, transportasi lokal, alat komunikasi, fasilitas perbankan, fasilitas kesehatan dan lainnya.
d.
Aktivititas Aktivitas adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan selama tinggal di daerah tujuan wisata ( James J Spillane, 1994 ).
5. Daya Tarik Daya tarik menurut Wiwoho, dkk berupa : a. Daya tarik alamiah, yang meliputi iklim, pemandangan alam, lingkungan hidup, flora dan fauna, danau, karang, gua, tebing, lembah, gunung dan sebagainya. b. Daya tarik buatan manusia, misalnya sisa peradaban masa lalu, monumen bersejarah, museum, tempat pemakaman dan sebagainya. c. Daya tarik yang bersifat manusiawi, yaitu daya tarik yang melekat pada penduduk dalam bentuk warisan budaya, seperti tarian, drama, sandiwara, upacara penguburan mayat, upacara perkawinan, dan sebagainya ( Wiwoho, dkk 1990 : 52 ). 6. Desa Wisata Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti,Wiendu, 1993:3). 7. Kebudayaan Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari kata budi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan adalah hal yang bersangkutan dengan akal (Kuntjaraningrat, 1983 : 9).
Kebudayaan
adalah
kompleks
yang
mencakup
pengetahuan,
kepercayaan, kesenian moral hukum adat istiadat dari kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat (Soerjono Soekamto, 198 : 82). Dengan demikian Kebudayaan bisa diartikan juga dengan Suatu kebiasaan tentang kepercayaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat dalam lingkungan alam. 8. Wisata Budaya Wisata budaya adalah suatu gerak atau / kegiatan yang dirasakan oleh adanya obyek-obyek wisata dalam wujud hasil seni budaya, seperti adat istiadat,upacara agama, tata hidup masyarakat, peninggalan sejarah, hasil seni, kerajinan - kerajinan rakyat dan lain sebagainya (Darmardjati, 1989 : 28). Wisata
budaya
merupakan
perjalanan
yang
bertujuan
untuk
mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat-istiadat, cara hidup, budaya dan seni atau kegiatan yang bermotif kesejarahan (Nyoman S. Pendit, 1986 : 36). Dari pengertian tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa wisata budaya adalah Suatu perjalanan yang dilakukan atas dasar untuk memperluas pandangan hidup dengan mengadakan kunjungan / tinjauan ke tempat lain untuk mempelajari keadaan rakyat, kebiaasaan dan adat - istiadat, cara-hidup, dan seni budaya mereka atau perjalanan yang bermotif kesejarahan.
9. Wisata Minat Khusus Wisata minat khusus merupakan wisatawan yang memiliki pemilihan atau permintaan khusus diluar minat wisatawan lainnya. Wisatawan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Wisata minat khusus yang dimiliki seharusnya diminati hanya berkaitan dengan latar pekerjaan, hobi dan intelektualitas wisatawan dan sumber-sumber yang masih ada di wilayah wisata. b. Wisata
minat
khusus
yang popular
di
Indonesia
terrmasuk
pengembangan industry perkebunan dan geologi di Bandung, Pertanian dan Botani di Bogor , Kesenian dan Sejarah di Yogyakarta, Kebudayaan di tanah Toraja, Flora dan Fauna di Taman nasional, Kerajinan tangan di berbagai provinsi dan daerah lainnya. c. Minat khsus ini mengalami perubahan - perubahan dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh trend yang sat ini terjadi. d. Penyelenggaranaan wisata minat khusus diperlukan perencanaan khusus yang melibatkan pemandu wisata yang terlatih dan memiliki pendalaman yang mendalam mengenai obyek dan daya tarik wisata minat khusus yang akan dituju. e. Biaya perjalanan wisata minat khusus ini membutuhkan biaya yang cukup mahal karena membutuhkan waktu yang lama untuk menetap di daerah tujuan wisata (Happy Marpaung, 2002 : 52).
10. Batik Kata batik semula berasal dari kata “ tik “ yang artinya titik. Membuat titik sebagai kata kerja dapat menggunakan kata “ matik “ ( “ ma “ sebagai awalan yang artinya mengerjakan sesuatu). Kata matik berkembang menjadi membatik kemudian berubah lagi menjadi batik. Jadi pekerjaan membuat titiktitik pada kain menggunakan lilin ( malam ) pada kain mori disebut dengan membatik (Achmad Sanussi, 1999 : 1). Batik adalah lukisan atau gambaran pada mori yang dibuat dengan menggnkan alat bernama canting Orang yang melukis, menggamabar atau menulis pada mori memakai canting disebut dengan mematik ( bahasa jawa : mbatik ). Membatik menghasilkan batik atau batikan berupa macam – macam motif dan mempunyai ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh batik itu sendiri (Hamzuri, 1995 : 6).
F. Metode Penelitian Untuk mendapatkan data-data dalam penulisan laporan tugas akhir ini, digunakan beberapa metode, adapun cara tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tempat dan Waktu penelitian Penulisan karya ilmiah ini mengambil lokasi di des Kliwonan, Masaran, Sragen. Desa Kliwonan ini ber jarak kurang lebih tiga kilometer dari jalan raya Solo-Sragen dan lima kilometer dari pusat kota Sragen 2. Teknik Pengumpulan Data Untuk menunjang tercapainya tujuan laporan tugas akhir ini digunakan beberapa metode dalam pengumpulan data, yaitu :
a. Metode Observasi Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan jalan mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Observasi yang dilakukan dengan langsung mendatangi obyek desa Wisata Batik Kliwonan Sragen untuk mengamati secara langsung sehingga dapat diketahui keadaan obyek yang sesungguhnya. Observasi langsung, dilakukan beberapa kali dari tanggal, 10 November 2008 sampai dengan 17 Juni 2009. b. Wawancara Wawancara adalah proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul data dengan responden, Dalam pembuatan karya tulis akhir ini dilakukan wawancara dengan beberapa pihak yang terkait dengan desa Wisata Kliwonan. Adapun nara sumber yang diwawancarai untuk mendapatkan informasi adalah dari pihak pengelola Desa Wisata Batik Kliwonan, Kepala desa Kliwonan, Pemilik Usaha Batik, Staf Kantor Pemasaran dan Investa si Pariwisata Kabupaten Sragen dan Dinas yang terkait, serta pemerhati obyek tersebut. c. Studi Dokumen Studi Dokumen adalah metode pengumpulan data yang ditujukan untuk memperoleh data secara langsung dari tempat penelitian meliputi buku-buku yang relevan atau dokumen tentang obyek yang diteliti untuk memperjelas penulisan.
Adapun data-data tersebut berupa arsip – arsip Kantor Pemasaran, Investasi & Promosi Kabupaten Sragen, arsip Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen, arsip Disperindagkop dan UKM Kabupaten Sragen, Arsip Forum Klaster Pariwisata batik Kliwonan, serta dari alamat web WWW.GOOGLE.COM. d. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan bahan pendukung dari beberapa hasilhasil pengumpulan data diatas sebagai acuan suatu pokok bahasan. Bahan studi pustaka diperoleh dari Perpustakaan Prodi, Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan Pusat. 3. Teknik Analisis Data Setelah mengumpulkan data dan melihat data-data yang terkumpul, selanjutnya menganalisis data dengan metode deskriptif kualitatif, yaitu menguraikan apa yang ada dari permasalahan dalam penelitian.Pada tahap itu dikumpulkan dan dimanfaatkan untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam rumusan masalah. Analisa data yang digunakan deskriptif kualitatif. Metode deskripif kualitatif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan hubungan antara fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual, dan akurat.Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat rician, gambaran sistematif, faktual dan akurat, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Moh. Nazir, 1988 : 63). Berdasarkan pengertian tersebut penelitian disajikan dalam bentuk uraian non statistik mengenai desa Kliwonan dengan cara merekonstruksi kesan –
kesan yang ada dari hasil wawancara, observasi, study pustaka dan bahan dokumen lainnya yang mendukung dalam penulisan laporan tugas akhir ini. Penyajian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang keadaan desa Kliowan yang sebenarnya, dengan melihat dari data-data yang telah diperoleh. Oleh karena itu data yang diperoleh dari pengamatan langsung maupun dari arsip serta dari wawancara akan digabung untuk di jadikan sebagai bahan penulisan laporan tugas akhir ini.
G. Sistematika Penulisan Laporan Penulisan Laporan tugas akhir ini terdiri dari lima bab yang mana setiap bab terbagi menjadi sub–sub bab dengan dengan disertai penjalasan. Adapun penjelasan bab–bab tersebut berisi sebagai berikut : Bab pertama merupakan bagian awal dalam proses penulisan tugas akhir ini yang mana isinya berupa pendahuluan dengan isi didalamnya latarbelakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan laporan. Bab kedua, berisi tentang kabupaten Sragen, keadaan geografis, obyek dan daya tarik wisata, produk unggulan yang dimiliki oleh Kota Sragen Serta jumlah pengunjung yang datang ke kabupaten Sragen Bab ketiga, dalam bab ini berisi tentang profil Desa Wisata Kliwonan dikripsi, riwayat singkat, visi dan misi, sejarah berkembangnya produksi batik mulai terbentuk sampai dengan saat ini, daya tarik obyek, nama pengusaha dan hasil produksi batik, prose pembuatan batik dan struktur organisasi pengelola Forum Klaster desa wisata Batik Kliwonan.
Bab keempat merupakan tahap pembahasan yang berisi tentang potensi yang ada pada desa Kliwonan, analisis yang dilakukan, upaya pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah setempat dan hambatan – hambatan dalam pengembangan desa Kliwonan sebagai Desa Pusat Wisata Seni dan Kerajinan Batik di kabupaten Sragen. Bab kelima merupakan proses akhir dari penulisan laporan, yang berisi tentang penutup dengan pembahasan mengenai kesimpulan dan saran yang bermanfaat bagi pengembangan desa wisata Kliwonan sebagai desa Pusat Wisata Seni dan Kerajinan Batik di Kabupaten Sragen.
BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SRAGEN
A. Sekilas tentang Kabupaten Sragen Sragen, merupakan sebuah kota kecil dari salah satu diantara 35 kota kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah. Kabupaten yang juga merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Timur, dan dialiri air dari sungai bengawan Solo, sungai yang legendaris dan banyak menyimpan cerita-cerita legenda. Terdapat dua legenda yang terkenal pada sungai bengawan Solo sampai dengan sekarang, yaitu Pertama, legenda Jaka Tingkir yang dapat mengalahkan 40 buaya, dengan menaiki gethek ( alat transportasi air yang terbuat dar bambu dan kemudian dikaitkan satu dengan yang lain ) yang juga dikenal dengan
legenda “Sigromilir”. Kedua, Tulang Raksasa ( Balung Buto ) yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit yang kemudian diketahui sebagai fosil-fosil manusia purba atau Manusia Jawa ( java Man / Homo Erectus ). Kabupaten Sragen, masih termasuk di dalam eks karesidenan Surakarta, dikenal juga oleh masyarakat umum dengan sebutan Bumi Sukowati. Secara Administratif, Sragen terbagi menjadi 20 kecamatan, 8 Kalurahan dan 200 desa. Daerah yang memiliki luas wilayah 94.155Ha atau sekitar 2,9 % dari luas wilayah provinsi Jawa Tengah, dan terbagi menjadi beberapa area dan lahan yaitu :
Tabel 1. Pemetaan wilayah di kawasan kabupaten Sragen No
Lahan
18
Luas
1
Sawah
39.759 Ha
2
Pemukiman
23.103 Ha
3
Perkebunan
19.367 Ha
4
Empang / Kolam
35,50 Ha
5
Perkebunan negara dan Tanaman kayu- 1.035 Ha kayuan
6
Hutan negara
5.427 Ha
7
Lain – Lain
5.429 Ha.
(Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen, 2007)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa area persawahan adalah wilayah tebesar di kabupaten Sragen sehingga banyak penduduknya yang bekerja sebagai petani. Sedangkan jumlah penduduk pada kabupaten Sragen tahun 2006, sebanyak 863.914 jiwa dan terdiri dari :
Tabel 2. Jumlah penduduk kabupaten Sragen tahun 2006 No
Gender
Jumlah
1
Laki - laki
426.958 jiwa
2
Perempuan
436.956 jiwa
(Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen, 2007)
Dengan rata-rata laju pertumbuhan 0,66 5 per tahun. Dari struktur umur penduduk, kabupaten Sragen berada pada transisi muda menuju tua dengan jumlah penduduk perempuan lebih besar dari laki-laki. Tingkatan Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2006 mencapai 462.614 orang. Penyerapan tenaga kerja terbanyak terdapat pada sektor usaha pertanian yang menyerap jumlah tenaga kerja terbanyak yaitu 335.650 orang sekitar 56,3% dari lapangan pekerjaan yang ada. Presentasi peneyerapan jumlah tenaga kerja tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 3. Data usaha dan pekerjaan penduduk kabupaten Sragen No
Usaha / Pekerjaan
Jumlah
Presentase
1
Sektor Pertanian
335.650 orang
56,3%
2
Sektor Jasa
112.504 orang
18.9%
3
Sektor Perdagangan
82.656 orang
13,9%
4
Sektor Industri
38.498 orang
6.5%
5
Sektor usaha lain
-
3%
(Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen, 2007)
Yang termasuk dari Sektor usaha lain antara lain, pertambangan/galian, konstruksi, komunikasi, keuangan, kelistrikan.
Kabupaten Sragen memiliki cukup banyak potensi wisata untuk dikembangkan sehingga menghadirkan wisatawan dan meningkatkan pendapatan daerah. Secara garis besar wilayah Kabupaten Sragen bercirikan tanah kapur dan kurang subur di bagian utara sungai bengawan Solo, dikarenakan merupakan bagian dari pegunungan Kendeng yang berkapur. Sedangkan didaerah Selatan sungai bengawan Solo relative lebih subur karena merupakan bagian dari pegunungan Lawu. Pariwisata merupakan sebagai salah satu aset ekonomi Sragen, karena dapat memberikan kontribusi kepada peningkatan pendapatan asli daerah. Sektor pariwisata diharapkan mampu untuk menjadi penggerak ekonomi lokal sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja, karena sektor pariwisata merupakan salah satu sektor “tahan banting” dari berbagai ketidakstabilan situasi dan kondisi sehingga selalu jadi andalan. Pada tahun 2007, pariwisata Kabupaten Sragen mengalami perkembangan yang cukup pesat, itu bisa kita lihat dari tabel berikut : Tabel 4. Data Pengunjung tahun 2006 - 2007 Jumlah Pengunjung Kabupaten Sragen No
1 2
Data
Jumlah pengunjung Jumlah Pendapatan Daerah
2006
2007
Presentase Kenaikan
221.635 orang
239.489 orang
8.1 %.
Rp. 449.593.400,-
Rp. 477.161.131,-
6.1 %.
(Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen, 2007)
Dengan naiknya jumlah pengunjung yang hadir ke obyek wisata di kabupaten Sragen, selain menambah jumlah pendapatan asli daerah juga
menunjukan bahwa minat bekunjung ke kabupaten Sragen mengalami peningkatan dan kabupaten Sragen mulai dikenal dalam bidang pariwisatanya.
B. Keadaan Geografis Kabupaten Sragen Kabupaten Sragen merupakan Kabupaten paling timur sehingga berada di perbatasan yang menghubungkan provinsi Jawa tengah dan Jawa Timur. Secara geografis terletak di antara 70°15° - 70°30° Lintang Selatan dan antara 110° 45° 111° 10° Bujur Timur serta berbatasan langsung dengan : - Sebelah Utara
: Kabupaten Grobogan
- Sebelah Selatan
: Kabupaten Karanganyar
- Sebelah Barat
: Kabupaten Boyolali
- Sebelah Timur
: Kabupaten Ngawi ( Prov. Jawa Timur).
Dengan rata-rata 109 m diatas permukaan air laut, Sragen merupakan dataran rendah beriklim tropis dengan musim kemarau dan hujan. Temperatur udara tergolong sedang, berkisar antara 19 ° – 31° Celcius dan curah hujan dibawah 3000mm/ tahun dengan jumlah hari hujan dibawah 150 hari /tahun (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).
C. Obyek Dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Sragen Sragen merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata di Jawa Tengah, dan memiliki banyak potensi - potensi wisata yang siap untuk dikembangkan untuk mendatangkan pendapatan daerah dan devisa bagi negara.
Adapun potensi – potensi wisata tersebut adalah : 1.
Museum Sangiran Kawasan Sangiran memiliki luas mencapai 56 km persegi. Bentangan kawasan dari barat ke timur sepanjang 7 KM. Di Wilayah ini ditemukan fosil lebih dari 13.000 buah. Temuan fosil-fosil Hominid Purba antara lain homo erectus, Stegodon trigonocephalus (gajah), Buablus palaeokarabau (kerbau). Temuan fosil Homonid Purba di Kawasan sangiran merupakan temuan fosil terbesar, yaitu sekitar 65% dari temuan di Indonesia. Bahkan temuan Hominid di Sangiran merupakan 50% dari temuan Hominid Purba di dunia. Museum yang dibangun pada 1980 ini memiliki koleksi 13.806 buah Fosil, yang terdiri dari fosil Manusia, Hewan Vertebrata, Binatang Air, Batuan, Tumbuhan laut dan Alat-alat Batu. Mueum Sangiran telah ditetapkan sebagai World Heritage No. 593 oleh komite World Heritage pada peringatan ke-20 tahun di Marida, Meksiko. Museum sangiran merupakan situs fosil terlengkap di pulau Jawa. Fasilitas yang ada pada Museum Sangiran sebagai World Heritage, antara lain Menara Pandang untuk menikmati keindahan sekitar Sangiran. Wisma Sangiran jika para pengunjung menginginkan untuk menginap. Ruang Pameran Laboratorium, Aula, Perpustakan, Gudang Penyimpanan, Ruang Audio Visual untuk melihat film documenter tentang kehidupan manusia purba. dan kios-kios souvenir (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).
2.
Waduk Kedung Ombo
Waduk Kedung Ombo ( WKO )merupakan salah satu sumber daya alam buatan seluas 6.576 Ha yang terdiri dari perairan waduk 2.830 Ha dan lahan tidak tergenang 3.746 Ha. Para pengunjung bisa menikmati panorama sekitar waduk, memancing ikan, berbelanja di pasar ikan dan berpetualang dengan perahu motor di daratan serupa pulau yang berada di tengah waduk. Di waduk ini juga dikembangkan pembudidayaan ikan dengan sistem karamba yang bisa menambah penghasilan warga setempat dan sebagai penyedia ikan di Kabupaten Sragen. Selain itu juga terdapat restoran apung yang menyediakan menu-menu khas setelah pengunjung menikmati asyiknya meancing di perairan waduk. Di kawasan waduk kedung ombo juga tersedia beberapa homestay milik Pemerintah Kabupaten Sragen yang tadinya disediakan untuk para perserta
Kejuaraan Pacuan Kuda dari luar kota. Namun
seiring
perkembangannya, diluar event pacuan kuda, bisa dpakai oleh para pengunjung jika ingin menginap. Bagi penyuka ikan bakar atau hobi mengail ikan, di Waduk Kedung Ombo juga tersedia tempat pemancingan sekaligus warung yang menjajakan aneka makanan olahan berbahan ikan (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen). 3.
Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus Obyek wisata Gunung Kemukus merupakan petilasan Pangeran Samudro. Beliau adalah keturunan terakhir yang berguru pada kyai Ageng Guntur di Lereng Gunung Lawu. Beliau mengemban tugas suci menyatukan
saudara-saudaranya
yang bercerai-berai.
Banyak
pengunjung datang
berziarah ke makam Pangeran samudro untuk mendapatkan berkah. Makam ini terletak di desa pendem, kecamatan Sumberlawang, Sragen. Kawasan Gunung Kemukus merupakan sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 300 meter diatas permukaan laut. Letaknya menjorok ketengah Waduk Kedung Ombo. Selain makam Pangeran Samudro didalam komplek makam tersebut juga terdapat makam R.Ay Ontrowulan, Ibu dari Pangeran Samudrao, dan dua abdi setianya. Para pengunjung juga dapat menikmati pohon-pohon langka dengan akar akar yang meliuk-liuk, mandi di Sendang Ontrowulan yang dipercaya dulunya sering dipakai mandi oleh R.Ay Ontro wulan. Pangeran Samudro adalah salah satu anak penguasa terakhir kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan Hindu terbesar di Asia Tenggara pada abad ke13. Kerajaan yang berpusat di Jawa Timur itu wilayah kekuasaannya meliputi kepulauan Indonesia dan membentang hingga bagian selatan India. Memasuki Dukuh Samudro di lereng Kemukus, pengunjung akan menjumpai berbagai aktivitas khas warga pedesaan. Proyek Waduk Kedung Ombo yang diresmikan pada 1990 menyebabkan bukit Kemukus kini dikelilingi oleh air. Dari kejauhan terlihat seperti bukit di tengah telaga. Jika debit
air
sedang
tinggi,
pengunjung
harus
menyeberang
dengan
menggunakan perahu atau rakit yang disediakan penduduk. Ritual yang paling ramai dan diminati pengunjung adalah upacara di bulan Syuro bulan pertama dalam penanggalan Jawa, yang bertepatan dengan dimulainya bulan Muharram dalam kalender Islam. Tiap Kamis malam
diadakan pentas wayang kulit semalam suntuk. Sedangkan pada hari Kamis di pekan pertama bulan Syuro digelar tradisi larap slambu yang merupakan ritual pencucian kain penutup makam Pangeran Samudro. Ritual ini dipercaya memberi berkah bagi pengunjung yang memanfaatkan air bekas cucian slambu dan potongan kain slambunya. Saat ritual Larap Slambu, para bangsawan Kraton Surakarta bisanya turut menghadirinya. Mereka berbusana tradisional Jawa. Pada hari itu wisatawan dapat menjumpai ornamen dan pakaian tradisional Jawa, prajurit dengan senjata khas kraton kuno di setiap sudut Kemukus. Nuansa tradisional Jawa sangat terasa pada ritual Larap Slambu itu. Pola kehidupan, kebudayaan, dan kepercayaan yang berlangsung dalam masyarakat kawasan Gunung Kemukus. Di kawasan tersebut bakal ditemui jejak-jejak perjumpaan antara tradisi Jawa Hindu dan Islam. Lengkap dengan berbagai legenda dan artefak bersejarah yang tersisa (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen). 4.
Pacuan Kuda Nyi Ageng Serang Merupakan arena pacuan kuda yang terletak di desa Ngartgotirto, Kecamtan Sumberlawang. (+ 29 Km dari Solo atau + 31 km dari obyek wisata waduk Kedung Ombo)Panjang lintasanya 600 m dan merupakan miniatur Pacuan Kuda di Pulo Mas Jakarta. Kejuaraan pacuan kuda perdana yang bertaraf nasional memperebutkan Piala Gubernur dilakanakan pada bulan desember dan telah menjdi agenda tahunan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen selain sebagai pengembangan Obyek wisata Waduk Kedung Ombo.
Akses menuju lintasan pacuan kuda Nyi Ageng Serang relatif mudah. Arena pacuan kuda itu berjarak 30 kilometer dari pusat kota Kabupaten Sragen dan dapat ditempuh selama 40 menit dengan mengendarai mobil pribadi. Penduduk disekitar obyek membuka penginapan atau homestay di rumahnya, jadi bagi pengunjung yang ingin bermalam tidak kebingungan. Warung-warung makan dengan menu khas pedesaan juga siap memanjakan lidah siapapun yang datang. Pada saat ini, tengah disusun rute untuk wisata menunggang kuda (horse riding). Di arena pacuan telah tersedia empat kuda hasil persilangan antara kuda Eropa dan lokal. Tunggangan ini siap digunakan berkuda mengelilingi perbukitan dan lembah di sekitar arena pacuan dan waduk Kedung Ombo. Pengunjung yang belum pernah naik kuda tidak perlu khawatir, karena Pengelola pacuan kuda telah menyediakan pemandu dan sekaligus melatih pengunjung menunggang kuda. Selain itu, telah didukung pula oleh fasilitas komplek pacuan kuda juga lengkap. Lintasan pacuan area pit stop dan tribun yang representatif untuk pertandingan internasional, juga terdapat istal atau stable yang terjamin kebersihannya (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen). 5.
Pemandian Air Panas Bayanan dan Ngunut Pemandian Air panas Bayanan terletak 17 km sebelah tenggara Kota Sragen. Tepatnya, di Dusun Bayanan, Desa Jambeyan, Kecamatan
Sambirejo,sedangkan Pemandian Air panas Bayanan Ngunut terletak 17 KM sebelaha tenggara ibukota Kabupaten Sragen, tepatnya didesa Jetis. Selama perjalanan menuju lokasi wisata Bayanan, para pengunjung akan disuguhi pemandangan indah berupa hamparan sawah menghijau dan kerimbunan hutan karet. Akses jalan yang sudah sangat memadai memudahkan aneka macam kendaraan hingga ukuran mikrobus dapat leluasa mencapai lokasi. Sumber air panas Bayanan dipercaya menyimpan khasiat yang bermanfaat
bagi
kesehatan.
Air
panas
Bayanan
diyakini
mampu
menyembuhkan aneka masalah kesehatan, antara lain gatal-gatal, rematik, pegal linu, flu tulang. Bahkan untuk beberapa kasus yang terjadi pada beberapa pengunjung, setelah beberapa kali mandi air panas Bayanan mampu menstabilkan tekanan darah (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen). 6.
Hyang Tirto Nirmolo Mitos yang dipercaya penduduk desa di sekitar sumber air panas Bayanan menyebutkan bahwa sumber air panas Bayanan tersebut dijaga oleh makhluk halus berkekuatan magis. Makhluk itu bernama Hyang Tirto Nirmolo dan suka menolong menyembuhkan orang sakit. Penduduk setempat merasakan bahwa gatal-gatal (bubul-jawa), capek setelah bekerja berat dapat segera sembuh dan segar kembali usai mandi dengan air Bayanan. Oleh sebab itu, sebuah rumah kecil dibangun untuk lokasi upacara adat. Di bangunan yang sekarang dianggap keramat tersebut rutin diadakan upacara merayakan panen. Tradisi turun temurun itu biasanya berlangsung pada hari
Jumat Legi dalam penanggalan Jawa (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen). 7.
Ziarah Makam Joko Tingkir Obyek Wisata Ziarah Makam Joko Tingkir terletak di tepi Sungai Bengawan Solo, yang tepatnya di Desa Butuh, Kecamatan Plupuh, Selain makam Joko Tingkir, diobyek wisata ini wisatawan juga dapat melihat perahu (gethek) yang konon pernah digunakan oleh Pangeran Joko Tingkir sewaktu mengalahkan 40 buaya (legenda sigromilir). Banyak orang-orang yang berziarah ke makam ini terutama pada harihari besar kalender jawa., misalnya 1 suro. Pada satu hari setelah perayaan hari raya Idul Fitri,disini diselenggarakan ritual ” Larung Gethek Joko Tingkir ” yang dimulai dari Taman Jurug ditepi Bengawan Solo dan berakhir di Desa Butuh. Larung Gethek Joko Tingkir merupakan salah satu atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan. Ritual tersebut selalu menarik ribuan pengunjung yang ingin mendapatkan ketupat yang dipercaya membawa berkah (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).
8.
Desa Wisata Mandiri kecik Desa ini memiliki komoditas pertanian unggulan, antara lain semangka, melon, dan bawang merah. Desa ini juga telah memperoleh banyak prestasi dalam bidang sosial-ekonomi masyarakatnya, prestasi tersebut dapat di lihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu Desa Kecik dijadikan salah satu desa unggulan Kabupaten Sragen yang
berpotensi menjadi salah satu daya tarik wisata (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen). 9.
Perkebunan Karet Perkebunan karet yang terletak di Kecamatan kedawung ( 17 KM dari pusat kota Sragen ) ini memiliki nilai ekonomis sebagai penyuplai getah dan karet. Selain keindahan alam, perkebunan ini sering juga dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat wisata. Udara sejuk dan pemandangan alam yang indah dan asri dapat mengembalikan kesegaran tubuh yang lelah beraktifitas. Para pengunjung yang ingin lebih menyatu dengan kehidupan alam, perkebunan karet ini merupakan lokasi tepat untuk berkemah. Ketika musim durian tiba, banyak dijual durian berjajar disepanjang jalan (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).
10. Ndayu Alam Asri Desa Dayu terletak di Kecamatan Karangmalang. Para pengunjung bisa menikmati keindahan alam berupa sungai, hutan, taman, dan kebun binatang mini. Berpepetualang sambil mengembangkan hobi memancing, berperahu, hiking, maupun camping. Setelah selesai mereka bisa melapaskan lelah dan beristirahat di wisma yamg nyaman dan bersih lengkap dengan fasilitas penginapannya (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen) 11. Desa Wisata batik Kliwonan Desa wisata batik kliwonan terletak 13 KM dari pusat kota Kabupaten Sragen dan telah dilengakapi dengan infra struktur yang memadai. Selain
berbelanja, pengunjung juga dapat melihat proses pembatikan secara langsung. Kabupaten Sragen memiliki sentra produksi batik terbesar setelah kota Pekalongan dan Surakarta. Industri batik ini dikenal dengan sebutan Batik GirLi ( Pinggir kali ), kali = Sungai ( dalam bahasa Indonesia ), karena letaknya yang berada di pinggiran sungai Bengawan Solo. Terdapat 4.817 perajin batik dengan menyerap sekurangnya 7.072 tenaga kerja. Walau berupa industri ruamahan dan berlokasi di pedesaan, kapasitas produksi batik yang dihasilkan cukup memadai. Desa
Kliwonan
ini
juga
memiliki
suasana
pedesaan
yang
menyenangkan yang khas dengan pemandangan alamnya. Warga desa wisata Batik masih memelihara kesenian lokal., anatara lain pencak silat, wayang kulit, kesenian rebana. Sebagian besar obyek - obyek tersebut sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas, dan sebagian masih dalam tahap pengembangan (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).
D. Produk Unggulan Kabupaten Sragen Selain memiliki obyek-obyek wisata yang cukup bagus, kabupaten Sragen juga memiliki produk-produk unggulan dan tak kalah bagus dengan produk unggulan daerah lain. Sebagian produk ini juga diproduksi di obyek-obyek wisata, produk-produk tersebut antara lain : 1. Produk Pertanian dan Perkebunan
Beberapa produk unggulan Kabupaten Sragen di bidang pertanian dan perkebunan telah dikenal masyarakat baik dalam sampai dengan keluar wilayah Sragen, produk tersebut antara lain adalah pupuk organic, tananaman garut dan semangka. a. Padi organic Bahan makanan yang aman untuk di konsumsi karena dalam proses penanamannya menggunakan pupuk dan pengendali hama alamiah, dan tanpa menggunakan bahan-bahan kimia. Selain sangat baik untuk kesehatan padi organik membutuhkan biaya produksi yang murah dan nilai jual cukup tinggi. b. Tanaman Garut Merupakan bahan makanan alternative yang banyak di budidayakan di Kabupaten Sragen, terutama di Kecamatan Gesi, Sukodono, dan Jenar. Umbi yang dihasilkan oleh tanaman garut merupakan bahan baku beberapa produk makanan, antara lain emping garut, mie kering, makanan bayi, tepung garut, dan es krim. c. Buah Semangka Berbagai jenis semangka seperti berbiji maupun tanpa biji, baik semangka kuning maupun semagka merah dapat didapatkan disini. Bahkan, semangka menjadi ciri khas salah satu kecamatan di Sragen, yaitu di Kecamatan Masaran (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).
Selain itu Sragen juga merupakan produsen daging, susu, telur dan produk-produk yang lain, yang antara lain pakan ternak dengan merek dagang “materi feed”, kulit, dan pupuk organic yang berasal dari kotoran kandang komunal, serta pertisida alami yang dibuat dari fermentasi urine sapi. Kabupaten Sragen juga mendapat kepercayaan dari provinsi Jawa Tengah sebagai satu-satunya pusat pembimbitan sapi Brangus di Jawa Tengah. Ternak lain yang banyak dibudidayakan adalah ternak cacing dan jangkrik (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).
2. Produk perikanan Diwaduk Kedung Ombo, warga membudidayakan ikan air tawar dengan sistem karamba apung, Ikan air tawar yang di budidayakan antara lain budidaya ikan Nila merah, Karper, dan Patin. Ikan-ikan yang dihasilkan dari Waduk Kedung Ombo ini layak dan aman untuk dikonsumsi masyarakat karena waduk ini terbebas dari pencemaran bahan-bahan kimia (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen) 3. Produk tekstil dan Konveksi Di kabupaten Sragen telah dibangun industri-industri tekstil besar yang menghasilkan produk dalam skala besar, baik digunakan untuk dalam negeri maupun luar negeri. Berupa industri rumah tangga maupun industri dengan skala lebih besar. Industri ini berpusat di daerah Kliwonan dan menghasilkan produk-produk pakaian khususnya batik untuk diekspor antara lain ke
Malaysia, Brunei, Singapura, dan arab Saudi. Selain itu industri konveksi atau pakaian kecil juga banyak berkembang di Kabupaten Sragen (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen). 4. Kerajinan Sangkar burung Kerajinan yang lain adalah sangkar burung,dan ini dapat kita jumpai di desa Karangmalang, Kecamatan Masaran dan Desa Wedi Kecamatan Gondang. Dengan kualitas yang baik, kuat dan dengan model yang bagus. Produk sangkar burung dari dua daerah ini telah dipasarkam ke berbagai kota besar di Indonesia, antara lain Jakarta, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, medan, dan Palembang (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen). 5. Kerajinan batik Kerajinan dan corak kain batik hasil tangan para pengarajin lokal tidak kalah jika dibandingakan dengan produk batik dari daerah lain. Pusat kerajinan batik berada di desa kliwonan, kecamatan Masaran. Kerjinan batik bukan hanya dipasarkan di wilayah Sragen saja, namun juga di pasarkan ke daerah-daerah lain bahkan sampai ke luar negeri (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen). 6. Kerajinan batu indah bertuah Batu bertuah adalah hasil kerajinan khas masyarakat yang berada di kawasan situs Sangiran. Hasil kerajinan bisa ditemukan di lokasi wisata Museum sangiran dengan jenis dan bentuk yang bervariasi (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).
7. Kerajinan wayang beber Wayang beber adalah kerajinan khas desa Gabugan, Tanon. Wayang beber adalah seni kerajinan wayang yang dilukiskan pada kan kanvas dengan menggunakan tangan ini merupakan kerajinan unggulan yang teru dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten sragen untuk melestarikan budaya bangsa Indonesia (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen). 8. Produk Makanan Makan khas yang dihasilkan Kabupaten Sragen antara lain emping Garut yang diproduksi di Gesi, tempe keripik di Jurang Jero dan tempe di Sambung macan, serta kripik buah (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen). 9
Produk Furniture / mebel Sentra penghasill mebel di Kabupaten Sragen berada di kecamatan Kalijambe, Gemolong, Miri, Sumberlawang, dan Sambungmacan. Berbagai bentuk dan desain mebel bisa ditemukan didaerah-daerah tersebut. Produkproduk mebel tersebut terbuat dari berbagai jenis kayu antara lain kayu jati, mahoni, pinus, akasia dll. (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).
E. Kunjungan Wisatawan Dikabupaten Sragen
Kunjungan wisatawan ke kabupaten Sragen mulai meningkat, terutama wisatawan mancanegara, dari tahun 2006 sampai tahun 2008 wisatwan yang hadir selalu bertambah. Itu membuktikan bahwa dunia pariwisata di kabupaten Sragen semakin dikenal oleh masyarakat luas. 1. Data kunjungan wisatawan domestik ke Kabupaten Sragen. Peningkatan jumlah pengunjung yang datang di tiap-tiap obyek wisata di tiap tahunnya, kecuali di obyek wisata gunung kemukus yang mengalamui penurunan jumlah pengunjungnya :
Tabel 5. Data kunjungan wisatawan domestik ke Kabupaten Sragen. KUNJUNGAN WISATAWAN DOMESTIK TAHUN 2004 S.D 2008 No
Obyek Wisata
2004
2005
2006
2007
2008
1
BAYANAN
50.292
50.669
30.471
30.025
32.171
2
KARTIKA
81.294
84.106
86.413
92.691
85.355
3
GUNUNG
50.152
45.630
45.593
45.002
45.354
24.887
30.879
40.774
50.546
55.978
206.625
211.284
203.221
218.264
218.858
KEMUKUS 4
MUSEUM SANGIRAN JUMLAH
(Sumber : Counterpart, Disparbudpor Kab. Sragen, 2009)
2. Data kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Kabupaten Sragen Peningkatan jumlah pengunjung dari manca negara dapat kita lihat melalui tabel dibawah berikut : Tabel 6. Data kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Kabupaten Sragen
Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Kabupaten Sragen TAHUN 2004 S.D 2008 No Negara Asal 2004 2005 2006 2007 2008 1 ASIA PASIFIK 124 222 70 406 1371
2
3
4
Jepang
100
165
83
353
1317
Korea
1
3
Cina Taiwan Malaysia Brunei D Australia Selandia Baru Singapura Thailand Filipina Jakarta Domisili Hongkong Vietnam
2 1 4 1 11 2 2
2
2 -
3 -
1 -
10
13
AMERIKA AS Kanada Meksiko Ekuador Argentina Brazil Uruguay TIMUR TENGAH Maroko Yordania Turki EROPA Italia Belanda Jerman Swiss Spanyol Belgia Denmark Norwegia Inggris Swedia
62 37 15 3 7 3 2 1 59 6 6 23 9 7 2 2 1 2 1
-
-
20 34
-
-
-
27 2 22 1
31
28 1 6
-
26 6 5 2
1 1 3
-
-
1
31 26 1 4 0 110 1 33 2 10 1 3 15 5
84 69 14 1 0 215 6 54 43 19 4 12 8 6 26 1
-
-
25 17 5 1 2 1 1 121 2 21 18 13 5 9 3
49 41 6 2 2 2 104 4 30 13 5 3 16 4 15 11
29 3 Perancis 7 Austria 14 Polandia Cheko Rep. Latvia Rusia 5 19 6 41 LAINNYA 6 41 International School 19 (Sumber : Counterpart, Disparbudpor Kab. Sragen, 2009)
31 5 4 2 2
19 4 2 11 0 -
Peningkatan pengunjung baik wisatawan dalam maupun luar negeri dapat kita lihat dari tabel – tabel diatas. Wisatawan
mancanegara mengalami
peningkatan hampir pada tiap tahunnya menunjukkan bahwa obyek wisata di kabupaten sragen mulai semakin dikenal oleh wisatawan dari luar negeri.
BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATIK KLIWONAN
A. Diskripsi Desa Batik Kliwonan Desa Batik Kliwonan terbentuk sebagai tanda dimulainya perkembangan industri pariwisata di Kabupaten Sragen, terutama perkembangan dalam hal wisata kesenian kerajinan batik. Desa Wisata Batik Kliwonan, adalah kumpulan enam desa pengahasil batik di Sragen, yitu Desa Pilang, Kliwonan, Sidodadi di kecamatan Masaran dan desa Gedongan, Jabung dan Pungsri kemudian dari dua kecamatan itu disatukan. Desa-desa yang terletak sekitar 12 kilometer sebelah selatan pusat kota Kabupaten Sragen atau 15 kilometer sebelah timur laut kota Solo ini, kemudian oleh pemerintah Kabupaten Sragen diresmikan menjadi Desa Wisata Batik tahun 2004.
Tujuan dibentuknya Desa Wisata Batik Kliwonan adalah untuk memaksimalkan potensi masyarakat yang ada, serta menjaga dan melestarikan kesenian warisan nenek moyang yang telah turun-temurun dari jaman dulu. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen lantas menetapkan sentra batik itu sebagai kawasan wisata terpadu, yang dinamakan Desa Wisata Batik Kliwonan. “Kami tetapkan Desa Kliwonan sebagai Desa Wisata Batik sekaligus pusat pengembangan, pelatihan, dan pemasaran batik khas Sragen,” terang Untung (Sumber : http//harianjoglosemar.com, mei 2009). Kabupaten Sragen memiliki dua sub sentra batik yang menjadi tempat produksi batik, yakni kecamatan Plupuh dan kecamatan Masaran. Dua sub sentra batik tersebut memiliki beberapa desa berproduksi, desa tersebut adalah
penghasil batik yang masih aktif 38
desa Jabung dan desa Gedongan
yang berada di kecamatan Plupuh dengan desa Pilang, desa Sidodadi, dan desa Kliwonan yang berada di kecamatan Masaran. Batik dari Sragen juga disebut dengan batik Girli, itu dikarenakan letak desa yang berada di pinggiran sungai yaitu sungai begawan Solo atau kali ( dalam bahasa jawa ), industri batik tersebut dikenal dengan sebutan Batik Girli ( Pinggir 37 terdapat 4.817 pengrajin batik dengan Kali ). Di dua sub sentra batik tersebut menyerap sekurangnya 7.072 tenaga kerja (Sumber : Arsip Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen). Desa Wisata Batik Kliwonan terletak 13 km dari pusat kota Sragen dan telah dilengkapi dengan infrastruktur yang memadai. Wisatawan selain dapat berbelanja kain batik namun juga bisa sekaligus melihat secara langsung proses
pembatikan, mulai dari pemberian motif, pelapisan dengan sejenis parafin, pembatikan, pewarnaan, dan penjemuran. Desa Wisata Batik Kliwonan memilki suasana pedesaan yang khas dan pemandangan alam yang sangat bagus, cocok untuk shooting film yang berlatar belakang alam, fotografi pre-wedding, maupun fun out bound. Warga setempat sangat ramah terhadap pengunjung yang datang ke desa mereka, dan warga setempat masih memelihara kesenian lokal peninggalan para pendahulu mereka dan sampai sekarang masih dijaga dan dilestarikan, yaitu, antara lain kesenian bela diri pencak silat, wayang kulit, dan kesenian rebana. Semua kesenian ini dapat ditampilkan untuk menyambut ketika ada rombongan touris yang ingin menyaksikan secara langsung (Wawancara dengan Johny Adhi Aryawan, November 2008). Batik yang dihasilkan dari Desa Wisata Batik Kliwonan ini cukup banyak dan sangat bervariasi. Batik Kliwonan memiliki motif berbeda dari motif batik daerah lain. Batik Sragen lebih kaya dengan ornament flora dan fauna. Sering kali pengrajin memadukannya dengan motif-motif baku seperti parang, kawung, sidodrajat dan sidoluhur, mereka juga menciptakan inovasi baru dengan merekam aktivitas keseharian masyarakat. Bahkan, batik-batik yang dijual di Solo sebagian adalah produk dari Desa Kliwonan. Batik dari desa Kliwonan ini sudah sangat dikenal oleh masyarakan luas bukan hanya dikenal di daerah sekitar Solo, Jawa Tengah, dan Indonesia saja, namun
telah
menembus
sampai
ke
pariwisatasragen.worrdpress.com, juni 2008).
pasar
Luar
Negeri
(Sumber:
Akses menuju kawasan Desa Wisata Batik Kliwonan dapat ditempuh dengan berbagai alat transportasi darat dengan berbagai kendaraan melalui tiga kota besar di Jawa yaitu; Solo, Semarang dan Surabaya.
B. Riwayat Singkat Desa Batik Kliwonan Usaha Jasa Batik Setro baru yang diperkirakan berdiri tahun 1880, diindikasikan sebagai petilasan sejarah berdirinya batik sragen, adapun pendiri dari usaha Jasa Batik Setro baru kala itu adalah Bp. Setro yang berasal dari Dukuh Kuyang desa Kliwonan. Konon dukuh Kuyang dulunya merupakan tempat pusat kegiatan usaha Batik Setro Baru, tempat usaha batik yang kini dijadikan makam Dukuh Kuyang Desa Kliwonan. Desa Kliwonan dan Pilang kecamatan Masaran, dijaman penjajahan Belanda, merupakan sentra kerajinan batik kebanggaan leluhur dan tetap lestari hingga sekarang ini. Bp suwarno 64 tahun, mengatakan bahwa pengusaha besar batik di desa Kliwonan dan Pilang hingga 8 keturunan, yaitu Bp. Setro, Bp. Pawiro sentono, Bp. Darso Suwito, Bp. Parjan (brotoseno), Bp. Eko Suprihono (brotoseno). (Sumber : Disperindagkop dan UKM Kabupaten Sragen). Kerajinan batik yang tumbuh di kawasan Desa Wisata Batik Kliwonan ini merupakan sentra batik terbesar diluar klaster Surakarta dan Jogjakarta. Dari segi kuantitas produksi batik, kawasan ini berada di urutan ketiga di wilayah Jawa Tengah, setelah Pekalongan dan Surakarta. Desa Wisata Batik Kliwonan ( Batik Sragen ) diresmikan oleh pemerintah kabupaten Sragen pada tahun 2004, setelah melihat potensi – potensi yang bisa
dikembangkan pada desa Kliwonan dan sekitarnya. Selain juga dengan adanya keinginan untuk melibatkan peran serta masyarakat dalam pengmbangan pariwisata ( community-based tourism ) yang bercirikan atraktif, interaktif, kreatif, mengangkat potensi masyarakat lokal, serta tidak mengada-ada atau merekayasa sesuatu yang sebenarnya tidak lahir dari kultur setempat (Sumber : Wawancara dengan Joko, februari 2009).
C. Visi dan Misi dari desa Wisata Batik Kliwonan Dibentuknya desa wisata batik Kliwonan ini memiliki visi dan misi yang dijadikan sebagai acuan untuik pengembangan desa Kliwonan itu sendiri sehingga dapat lebih meju dan berkembang visi dan misi itu adalah : 1. Visi : Menuju Desa Wisata yang beraneka dan kompetititf tahun 2004, yang ekonominya maju, berwawasan lingkungan, didukung obyek wisata yang beragam dan menarik, sektor industri batik, sektor perdagangan hasil bumi, sektor perhubungan dan sektor jasa. 2. Misi : a. Pemberdyaan kelompok usaha. b. Peningkatan usaha batik. c. Pengembangan pertanian tradisional. d. Pengembangan obyek wisata budaya. e. Peningkatan fasilitas umum. f. Pengembangan obyek wisata g. Pengembangan prasarana tradisional. h. Penyediaan praarana komunkasi dan transportasi.
i. Pemberdayaan masyarakat dan stageholder lainnya. Dengan misi tersebut pengelola desa wisata batik Kliwonan mengharapkan akan segera terwujud dukungan pembangunan dari semua pihak terkait, (masyarakat,
swasta,
dan
pemerintah),
sehingga
dapat
meningkatkan
kesejahteraaan masyarakat (Sumber : Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen).
D. Perkembangan Produksi Batik Kesenian batik sudah ada pada masa jaman kerajaan majapahit, pada sekitar tahun 1255. Pada masa itu batik tebagi menjadi dua, yaitu, batik Rakyat dan batik Kraton. Batik kraton pun terbagi menjadi dua, yaitu Kraton Jogjakarta dan kraton Surakarta. Antara Kraton Yogyakarta dan Surakarta memilik ciri khas yang berbeda. Batik Kraton memiliki ciri khas antara lain dengan motif-motif batik Klasik Sampai sekarang motif batik kraton tetap dipertahankan sebagai salah satu khas dan jatidiri batik tersebut. Sedangkan batik rakyat mengalami beberapa perubahan, batik rakyat memiliki ciri khas lebih kepada kehidupan mereka sehari-hari dan yang ada di sekitar mereka. Batik rakyat muncul bersama munculnya batik Kraton, ketika kraton melihat batik rakyat, pihak kraton akhirnya mengangkat para perajin batik dari rakyat jelata tersebut menjadi abdi dalem. Setelah beberapa waktu, kemudian para pekerja tersebut mencoba mengembangkan potensi mereka dengan mengembangkan batik di luar wilayah
Kraton. Dan memembutuhkan pekerja untuk memproduksi batik mereka. Maka mereka merekrut kembali pekerja dan mereka menjadi juragan-juragan baru batik. Pihak Kraton tidak merasa terganggu dan akhirnya menjadikan mereka relasi dalam bisnis batik, batik terus berkembang dan para pekerja yang direkrut kembali lagi ke daarah masing-masing dan mengembangkan batik di daerah mereka. Salah satunya di Sragen, dan sekarang berkembang menjadi desa Batik Kliwonan (Wawancara dengan Johny Adhi Aryawan, November 2008). Desa Wisata Kliwonan merupakan tempat yang tepat bagi wisatawann peminat kerajinan traditional daerah, terutama kesenian batik. Selain bisa membeli segala ornament tentang batik, disini wisatawan juga akan mendapatkan pengalaman yang lain yang mungkin tidak akan didapatkan pada obyek wisata lain. Batik yang dihasilkan oleh pengrajin batik disini lebih bervariasi sehingga berbeda dengan batik dari daerah lain. Batik Sragen kaya akan ornamen Flora dan fauna. Ornamen tersebut sering juga dikombinasikan dengan motif baku, seperti parang dan sidoluhur. Selain itu Pengrajin juga mengembangakan motif baru yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat lokal (Wawancara dengan Johny Adhi Aryawan, November 2008). Seiring dengan berkembangnya batik di Sragen, berbagai perkembangan terjadi, yang antara lain jumlah pengusaha, pengrajin dan hasil batiknya, sehingga sampai dengan saat ini, yaitu : a.
Jumlah pengusaha
Sampai saat ini jumlah pengusaha yang telah resmi adalah 41 pengusaha batik, 12 pengusaha batik dari desa Kliwonan dan 29 Pengusaha batik dari desa Pilang. Tabel 7. Daftar Pengusaha Batik dari desa Kliwonan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Pengusaha Bp. Ramno Bp. H. Sunarsono Bp. Suparno Bp.H.Eko Supriyono Bp.Aris Daryanto Bp. Sulistyanto Aswanda Bp. Surahman Bp. Suprapto Bp. Darjono Ibu Supami Ibu.Endang S.
Nama Perusahaan batik Purnama batik Dewi Arum batik Sadewa batik Brotoseno batik Punto Dewo batik Ramadhan batik Winda Sari batik CengkirWijaya batik Melati batik Mahadewi
( Sumber : Balai Desa Pilang, Masaran Sragen, 2007)
Alamat Dalangan Kliwonan Kuyang Kuyang Kliwonan Bayar Kuyang Kuyang Kliwonan Kuyang Kliwonan Kliwonan
Sedangkan 29 pengusaha batik di desa Pilang yang masih aktif sampai sekarang, yaitu : Tabel 8. Daftar Pengusaha Batik dari desa Pilang No
Nama Pengusaha
Nama Perusahaan Batik
Alamat
1
Bp. Eko Wahyudi
Batik Dewi Brotojoyo
dukuh Jantran
2
Ibu Wartitik
Batik Dewi ratih
dukuh Jantran
3
Bp. Ngadiyono
Batik Pranoto
dukuh Jantran
4
Bp. Sugino
Batik Dewa-dewi
dukuh Jantran
5
Ibu Ruminah
Batik Putri Lestari
dukuh Pilang
6
Bp. Munawar
Batik Mawar Indah
dukuh Pilang
7
Bp. Harjono
Batik Harjono
dukuh Pilang
8
Bp. Mustajab
Batik Mustajab
dukuh Pilang
9
Bp. Sadino
Batik Wahyu Tri Jaya
dukuh Pilang
10
Bp. Wahid Amin
Batik Abimanyu
dukuh Pilang
11
Bp. Nursidi
Batik Nursidi
dukuh Pilang
12
Bp. Slamet R.
Batik Canting Mas
dukuh Pilang
13
Bp. Hadi Marjuki
Batik Marjuki Hadi
dukuh Pilang
14
Bp. Kamah AlAmin
Batik Manunggal
dukuh Pilang
15
Bp. Sofyan
Batik Mahmudah
dukuh Pilang
16
Bp. Santoso
Batik Santoso
dukuh Pilang
17
Bp. Ahmad Rejo
Batik Mukti Ali
dukuh Pilang
18
Bp. Slamet Warisno
Batik Sekar Melati
dukuh Pilang
19
Bp. Al Mubasyir
Batik Sido Mulyo
dukuh Pilang
20
Bp. Ahmadi
Batik Ahmadi
dukuh Pilang
21
Bp.Suharto
Batik Suharto
dukuh Pilang
22
Bp. Harno
Batik Harno (Soga Alam)
dukuh Pilang
23
Ibu Aminah
Batik Aminah
dukuh Pilang
24
Bp. Mulyanto
Batik Wahyu Tumurun
dukuh Jati
25
Bp. Sartono
Batik Nirmalasari
dukuh Pilang
26
Bp. Heru Adi
Batik Mitrasari
dukuh Pilang
27
Ibu. Sunarti
Batik Mira
dukuh Pilang
28
Bp. Wandi
Batik Wandi
dukuh Pilang
29
Ibu. Sri Mulyati
Batik Sri Mulyati
DukuhKlembon
(Sumber : Balai Desa Pilang, Masaran Sragen, 2008)
Jumlah pengusaha ini bukan jumlah akhir karena tidak menutup kemungkinan, dengan adanya segala potensi yang ada jumlah pengusaha akan terus berkembang lagi. Dari jumlah Pengrajin tersebut dihasilkan banyak sekali produk batik. Kapasitas, jenis dan pemasaran produksi batik yang dihasilkan adalah : b.
Kapasitas produksi Dalam berproduksi semua desa berbeda kapasitasnya, tergantung dari banyaknya pengrajin yang dikaryakan. Hasil dari produksi di tiap desa dapat kita lihat pada tabel di bawah ini : Tabel 9. Daftar Pengusaha Batik dari desa Pilang No
Desa
Jumlah
Jumlah
Hasil Produk
Pengusaha
Tenaga Kerja
Perbulan
1
Pilang
39 orang
1377 orang
31865 potong
2
Kliwonan
13 orang
557 orang
5015 potong
3
Sidodadi
3 orang
110 orang
1800 potong
4
Gedongn
15 orang
303 orang
407 potong
5
Jabung
5 orang
92 orang
125 potong
6
Pungsari
10 orang
300 orang
490 potong
Jumlah
85 orang
2739 orang
39702 potong
( Sumber : Arsip Forum Klaster Pariwisata batik Kliwonan, 2008 ) c.
Jenis- jenis yang diproduksi menggunakan bahan katun dan sutera, berupa : 1. Kain Panjang 2. Kemeja 3. Sarung selendang 4. Scraft 5. Dasi
6. Batik seragam Sekolah dan Seragam Kantor 7. Hiasan dinding. a.
Hasil produksi Dari tiap rumah produksi di desa wisata Kliwonan menghasilkan jenis batik yang berbeda- beda, setelah proses pembatikan selesai kemudian menjadi kain-kain yang siap untuk dijadikan beberapa hasil produksi seperti pakaian, pelengkap rumah tangga, souvenir dan lain sebagainya. Jenis hasil produksi tersebut antara lain adalah sebagai berikut : 1) Pakaian a) Bahan Pakaian (1)
Bahan jarik
(2)
Bahan pakaian wanita
(3)
Bahan pakaian laki-laki
b) Pakaian Jadi (1)
Seragam
(2)
Fashion
(3)
Pakian Wanita
(4)
Pakain Laki-laki
c) Pelengkap pakaian 2) Batik untuk interior a) Tirai b) Pelapis kursi c) Sarung bantal kursi
3) Pelengkap rumah tangga a) Bantalan kursi b) Selimut c) Sprei d) Taplak meja e) Tutup lampu hias 4) Suvenir / Merchandise (Wawancara dengan Tiwi Bina Afanti). b.
Pemasaran hasil produksi batik Langkah terakhir adalah pemasaran produk batik, dan produksk batik yang dihasilkan oleh klaster ini di pasarkan di galeri-galeri batik sendiri, pasar lokal sampai dengan pasar international. Penjualan produksi batik ini antara lain di : 1)
Pasar lokal Kabupaten Sragen, Surakarta dan sekitarnya
2)
Yogyakarta
3)
Semarang
4)
Surabaya
5)
Bali
6)
Bandung
7)
Jakarta
8)
Dan diluar pulau jawa Terkadang ada juga pengunjung yang langsung memesan kepada
pengrajin dengan motif sesuai yang mereka inginkan sendiri dan kemudian meminta mengirimkan ke alamatnya langsung (Sumber : Forum Klaster Pariwisata batik Kliwonan).
f.
Pola untuk alternatif pasar Dalam pemasaran ada kiat-kiat khusus yang dilakukan oleh para pengusaha batik Kliwonan, selain untuk memikat para konsumen juga sebagai ikon dan ciri tersendiri sehingga dapat lebih cepat di ketahui oleh konsumen secara sekilas. Kiat ini menjadikan kelebihan tersendiri dari desa Batik Kliwonan karena selain berbeda daipada yang lain juga diharapkan akan dapat menarik konsumen, pola – pola tersebut yang antara lain adalah : 1) Batik pola klasik 2) Batik gabungan pola klasik 3) Batik agraris 4) Batik gabungan pola klasik dan Agraris 5) Batik naratif 6) Batik pola lain (a) China (b) Asmat (c) Pesisiran (Wawancara dengan Tiwi Bina Afanti).
E. Galeri Batik Sukowati dan Sentra Bisnis Batik Sragen Galleri Batik Sukowati dan Sentra Bisnis Batik Sragen (SBBS) terletak di jantung kota Sragen, hanya beberapa puluh langkah kaki dari kantor Pemerintahan Kabupaten. SBBS dan Galeri Batik Sukowati merupakan pusat perbelanjaan dan sirkulasi kerajinan batik Sragen. Dua lokasi itu merupakan gerai penjualan para pelaku bisnis di bidang industri batik.
Harga produk - produk batik di dua gerai itu sengaja dirancang agar terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dua gerai itu akhirnya menjadi pusat perbelanjaan batik yang mampu diakses masyarakat ekonomi lemah maupun golongan kaya. Untuk menarik pembeli dan mengembangkan pasar, di SBBS dan Galeri Batik Sukowati kerap diadakan bazaar batik dan acara yang bertema batik khas Sragen (Sumber : pariwisatasragen.wordpress.com, Mei 2009).
F. Susunan Pengurus Organisasi Batik Kliwonan di kelola oleh Forum Klaster Pariwisatra Batik Kliwonan, sebguah forum pengurus yang bertujuan untuk mengembangkan anggota dan memajukan desa wisata Kliwonan sendiri. Pengembangan klaster dilakukan hingga kebutuhan klaster itu sendiri dapat tercukupi sampai dengan pemasaran produk. Selain untuk mengembangkan UKM (Usaha Kecil Menengah) Klaster juga dimaksudkan untuk mengarahkan ke regenerasi batik dengan cara memberikan pengetahuan dan pendidikan tentang batik. Para pengurus dan anggota klaster terdiri dari pengusaha dan dari dinas pemerintah yang bersama-sama berkeinginan untuk membangun dan memajukan desa wisata Kliwonan. Susunan Pengurus Forum Klaster Pariwisata Batik Kliwonan pada periode ini adalah :
Tabel 10. Susunan Pengurus Forum Klaster Pariwisata Batik Kliwonan No
Nama
Jabatan
1
Sumarsono
Ketua
2
Soffan Sofyan
Sekretaris
3
H.M Slamet TP
Bendahara
4
Kamah Al Amin
Koordinator Desa Pilang
5
Supami
Koordinator Desa Kliwonan
6
Tukiman
Koordinator Desa Gedongan
7
Suraji
Anggota
8
Wartitik
Anggota
9
Raminah
Anggota
10
Juroh
Anggota
11
Suraji
Anggota
12
Muji Lestari
Anggota
13
Suryanto
Anggota
14
Parinem
Anggota
15
Sugiyono
Anggota
16
Sri Ngatini
Anggota
17
BAPPEDA
Anggota
18
Bagian Perekonomian
Anggota
19
Disperindagkop
Anggota
20
Dinas Lingkunagn Hidup
Anggota
21
Disnakertrans
Anggota
22
Badan Diklat
Anggota
23
FEDEP
Anggota
24
KADIN
Anggota
25
BUMD
Anggota
26
Camat Masaran
Anggota
27
Camat Plupuh
Anggota
28
Kepala Desa Pilang
Anggota
29
Kepala Desa Kliwonan
Anggota
30
Kepala Desa Sidodadi
Anggota
31
Kepala Desa Gedongan
Anggota
32
Kepala Desa Jabung
Anggota
(Sumber : Arsip Forum Klaster Pariwisata batik Kliwonan, 2008)
1. Ketua Klaster - Sebagai Koordinator umum klaster dari 4 desa. 2. Sekretaris - Sebagai sekertariat dan dokumentator kegiatan di Klaster. 3. Bendahara - Mengatur tentang sirkulasi keluar masuknya uang dalam Klaster. 4. Koordinator desa - Mengkoordinasi di masing-masing desa. - Memberikan masukan dan bantuan pada desa masing-masing jika mengalami kesulitan. - Memberikan informasi-informasi jika ada berita dari pusat. 5. Dinas pemerintah - Memberikan pembinaan, penyuluhan dan pengembangan jaringan baik dalam bidang produksi maupun dalam bidang pemasaran produk - Memberikan informasi dan solusi dalam bidang teknologi, produksi, pemasran dan permodalan (Sumber : Arsip Forum Klaster Pariwisata batik Kliwonan). Susunan pengurus Forum Klaster Pariwisata desa batik Kliwonan tersebut sampai sekarang masih tetap berjalan untuk memfasilitasi para pengusaha batik yang ada di desa Kliwonan ini. Dengan memberikan informasi jika ada kabar terbaru baik dari pemerintah maupun dari intern organisasi sendiri. Diharapkan dengan adanya Forum ini maka akan terjalin kerekatan antara sesama anggota, pengurus dan instansi pemerintah sehingga keluhan dan hambatan yang ada akan dapat segera diselesaikan bersama.
BAB IV ANALISIS DAN UPAYA PENGEMBANGAN TERHADAP DESA WISATA BATIK KLIWONAN
A. Potensi Desa Wisata Batik Kliwonan Kabupaten Sragen merupakan sentra produksi batik yang cukup besar. Sragen berada pada peringkat ketiga setelah daerah produksi batik Pekalongan dan Surakarta. Produk batik yang dihasilkan dari kabupaten Sragen telah dikenal oleh masyarakat luas karena kualitas batik yang dihasilkan tidak kalah dengan produk batik dari daerah yang lain. Batik-batik yang dihasilkan dari Desa Wisata Batik Kliwonan cukup memadai, meskipun masih berupa industri kecil rumahan dan berlokasi di pedesaan. Produksi batik jenis katun yang dihasilkan pada tahun 2005 mampu menembus angka 50.000 potong. Sementara batik jenis sutera yang di hasilkan dari alat tenun bukan mesin mencapai 365.000 potong dan Pada tahun 2008 naik menjadi 397.02 potong (Sumber : Arsip Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen). Desa wisata Batik Kliwonan memiliki banyak sekali potensi - potensi wisata yang siap untuk di kembangkan. Potensi – potensi ini meliputi berbagai hal, dan dapat kita lihat melalui pendekatan 4 A, yaitu : a.
Atraksi Atraksi merupakan daya tarik wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan di tempat tujuan yang merupakan sasaran para wisatawan datang
53
2
berkunjung. Disini terdapat berbagai atraksi wisata yang cukup menarik untuk disaksikan. Desa wisata Kliwonan selain memliki potensi dalam bidang kesenian batik juga memiliki potensi yang lain yang cukup menarik untuk mendatangkan dan menghibur wisatawan yang berkunjung. Atraksi yang dilakukan oleh penduduk setempat sendiri ini antara lain adalah :
3
1. Pesta Desa Serba Batik Festival Desa Batik yang pada awalnya adalah event bersih desa sebagai wujud syukur warga desa atas panen padi yang melimpah ini, kemudian mengalami perubahan dengan memasukkan unsur batik ke dalam pesta panen. Perpaduan antara dunia agraris dan batik, merupakan fenomena yang menarik dan unik untuk disaksikan. Pada Festival Desa Batik akan dapat disaksikan pula aneka atraksi yang antara lain : pawai hasil pertanian, pawai alat pertanian berhias batik, pawai hewan ternak berhias batik, pawai lampion batik, lomba desain batik, balapan mencanting, pawai orang-orangan (memedi) sawah, pawai caping lukis batik, dan sebagainya. Di samping itu, warga juga menggelar berbagai pertunjukan kesenian seperti sandiwara, kesenian musik kentongan, nasyid (acapela) bocah. Sebagai puncak acara, festival desa batik ditutup dengan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk (Sumber : pariwisata.sragenkab.go.id, Mei 2009). 2. Seni Musik Kentongan tua Guno Tengoro, berguna (Guno) sebagai penanda peristiwa (Tengoro), adalah kelompok kesenian musik kentongan tuwo (tua) yang dipimpin oleh kelompok tani Gemah Ripah Loh Jinawi dan Muda-Mudi Dukuh Jantran Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Kentongan kebanggaan Guno Tengoro berumur 200 tahun. Tingginya 2,25 m dan berdiameter dua pelukan orang dewasa.
4
Kentongan ini berbobot lebih dari 100 kg, dan difungsikan sebagai bas. Kentongan ini terakhir digunakan oleh mantan Lurah Desa Pilang yang menjabat di tahun 1940-an. Guno Tengoro mengusung sedikitnya enam kentongan tua (kasepuhan) sebagai alat musik utama dan dilengkapi seperangkat kentongan bambu (kanoman/balungan) yang berfungsi sebagai pengisi variasi bunyi (isen-isen). Kentongan tersebut dimainkan dengan cara ditalu / ditabuh dengan tongkat kayu dan bambu. Sebagai penghasil melodi, ditambahkan alat musik gamelan jenis demung atau saron. Seni tabuh kentongan telah ada setidaknya 300 tahun yang lalu. Menurut tutur kaum sepuh desa; di masa silam, tetabuhan kentongan (klothekan) dilakukan saat hajatan panen raya dan sedekah bumi, yang kemudian ditutup dengan gelar wayang kulit. Tak ada yang tahu persis kapan mulanya seni kentongan ini muncul. Namun dari cerita rakyat yang beredar, seni kentongan tua ini mulai dikenal warga tak lama setelah pemerintahan Keraton Pajang di Kartasura runtuh. Batik mulai sangat digemari saat ini, hampir semua kalangan sekarang menggunakan batik sebagai trend dan mode. Batik disukai karena motif dan enak saat dipakai. Seragan sekolah, pegawai, bahkan pejabatpun sekarang menggunakan batik. Selain itu, ornamen lain seperti lampion, dan peralatan rumah tangga yang menggunkan bahan batik juga dtersedia di desa wisata batik Kliwonan (Sumber : kaskus.us/showthread, februari 2009).
5
b.
Aksesibilitas ( Kemudahan ) Akses menuju kawasan Desa Wisata Batik Kliwonan cukup mudah dan dapat ditempuh dengan berbagai alat transportasi darat, udara dan air. Semua alat transportasi dapat dijadikan alternatif untuk berkunjung ke desa wisata Kliwonan. Alat transportasi darat, berbagai alat transportasi darat dapat masuk ke desa wisata Kliwonan, mulai dari kandaraan umum, kendaraan pribadi sampai bus pariwisata. Jalan menuju desa wisata batik Kliwonan cukup memadai dan tidak terlalu berbahaya karena tempatnya bukan di daerah pegunungan atau perbukitan. Desa wisata Kliwoanan dapat masuk melalui tiga kota besar di Jawa yaitu, Solo, Semarang dan Surabaya. Pengunjung yang menggunakan kendaraan umum dari Solo dan Surabaya, maka, dari tempat asal kemudian mencari kendaraan umum yang melewati daerah Masaran Sragen, kemudian dari pasar Masaran dapat melanjutkan perjalanannya lagi menuju lokasi menggunakan andong atau jasa ojek. Alat Transportasi Udara, meskipun belum ada tempat landas pesawat ataupun Helicop khusus, namun desa wisata Kliwonan dapat diakses melalui jalur udara dengan menggunakan helikopter dan turun di tanah lapang yang masih banyak tersedia disini. Alat transportasi Air, dapat dilakukan melalui sungai bengawan solo menggunakan perahu, speed booat, atau kapal kecil yang lain. Sarana yang tersedia memang dimaksudkan untuk kemudahan para wisatawann untuk datang dan menikmati kunjungan mereka. Namun dari
6
sekian akses yang bisa dilakukan untuk menuju kesana, hanya Akses melalui jalur darat saja yang baru saat ini tersedia (Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen). c.
Amenitas Tersedianya fasilitas pendukung ditempat tujuan wisata untuk memudahkan wisatawan selama kunjungan seperti : penginapan, restoran, hiburan, transportasi lokal, alat komunikasi, fasilitas perbankan, fasilitas kesehatan dan lainnya. Desa Wisata Batik Kliwonan pun telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti homestay, arena pemancingan, kedai makanan tradisional, warung telekomunikasi, mushola/, masjid, dan rumah-rumah produksi batik tradisional, yang selalu terbuka untuk para wisatawan yang hadir, dan dimaksudkan untuk menciptakan kenyamanan bagi wisatawan yang hadir (Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen).
d.
Aktivitas Aktivitas adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan selama tinggal di daerah tujuan, bagi wisatawan dapat berekspresi dan berintreaksi langsung di tempat tujuan atau obyek wisata adalah suatu hal yang sangat menyenangkan. Maka dari itu, desa wisata Kliwonan memberikan beberapa pilihan kepada wisatawan untuk melakukan kegiatan itu secara langsung, yaitu antara lain :
1. Belajar Membatik
7
Berwisata dan belajar membatik, dapat dilakukan di desa wisata Kliwonan. Belajar membatik bisa dilakukan wisatawan yang berkunjung, wistawan yang beminat untuk belajar diberi waktu selama 3 jam untuk belajar teknik dasar pembatikan, secara singkat dan cepat. Hasil belajar membatik boleh dibawa pulang. Selain itu juga bagi yang berminat untuk lebih mendalami batik lagi secara lebih serius dan untuk kepentingan professional, dapat mengikuti pelatihan membatik
untuk
profesional
selama
5
hari
(Sumber
:
kaskus.usshowthread-,februari 2009) 2. Jelajah desa Jelajah Desa dan menyusuri desa wisata Kliwonan di pagi hari, baik dengan bersepeda maupun jalan kaki (tracking), merupakan aktifitas yang menyenangkan yang dapat dilakukan di desa wisata Kliwonan. Sambil menghirup udara segar tanpa polusi, ketika cuaca cerah, di kejauhan terlihat siluet Gunung Merapi dan Merbabu. Jika menginginkan untuk berkeliling menggunakan sepeda disini disediakan tempat sewa sepeda dengan harga Sewa sepeda angin: Rp.5000 per 3 jam.
Memancing Bagi penggemar olar raga memancing, dapat menyalurkan hobi memancingnyadikolam ikan buatan dan memancing di aliran sungai bengawan solo.
8
4. Wisata pembuatan kerajinan “Tanah Liat Hitam” Menyaksikan dan melihat secara langsung pembuatan kerajinan dari tanah liat hitam yang semakin langka, bagi yang ingin mencoba untuk membuat karya sendiri juga dapat mencoba langsung untuk membuat karyanya sendiri. 5. Edukasi Herbal Bagi yang berminat untuk mempelajari jenis – jenis tanaman herbal (tanaman obat keluarga) dan cara pemanfaatannya akan dapat dibantu. Homestay Mbak Puji Dukuh Kuyang Desa Kliwonan, disini wisatawan akan diberi pembelajaran tentang jenis – jenis tanaman dan manfaat tanaman herbal. Untuk biaya sewa penginapan adalah Rp. 40.000 untuk menginap / orang / hari. 6. Outdoor Photography Keindahan alam maupun keunikan desa sebagai desa wisata batik, memberikan suatu kelebihan tersendiri, suasana desa dan keadaan alam disini sangat layak menjadi tempat pemotretan outdoor. Bagi yang menginginkan untuk foto pre weding dengan suasana yang alami, tempat ini cocok dijadikan pilihan. Dalam pembuatan film Anak Seribu Pulau, Garin Nugroho memilih salah satu lokasi disini sebagai tempat pembuatan filmnya (Sumber : kaskus.us-showthread,-februari 2009).
9
Dengan adanya potensi yang cukup besar ini, diharapkan peran dari berbagai pihak baik dari pemerintah, pengelola Desa Wisata Batik Kliwonan dan masyarakat setempat untuk segera melakukan pembenahan dan memaksimalkan segala potensi yang ada pada desa wisata Kliwonan ini. Pembenahan itu diharapkan langsung mengena sasaran dan dapat membantu pengembangan desa Kliwonan. Pembenahan yang seharusnya dilakukan antara lain pada bidang promosi obyek wisata, meskipun telah banyak upaya yang dilakukan tapi perlu ditambah lagi usaha yang dilakukan, kemasannya pun perlu dibuat semakin menarik. Berikutnya tentang fasilitas pendukungnya, Desa Wisata Kliwonan memiliki peluang pengembangan yang sangat potensial, terutama apabila didukung dengan penataan fisik lingkungan dan tempat pementasan atraksi yang menarik serta pengembangan area sekitar obyek sebagai daya tarik pendukung dengan aktifitas dan fasilitas yang sesuai dengan karakter kegiatan yang ada.
B. Analisis SWOT terhadap Desa Wisata Batik Kliwonan Desa Wisata Batik Kliwonan merupakan Daerah Tujuan Wisata yang sangat menarik dikunjungi bagi wisatawan lokal maupun mancanegara baik bagi pecinta batik maupun untuk berwisata alam. Desa Wisata yang diresmikan oleh pemerintah pada tahun 2004 ini, memiliki potensi wisata yang cukup besar dan siap untuk dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan terwujud Desa Wisata Kliwonan sebagai desa Pusat Wisata Seni dan Kerajinan Batik di
10
Kabupaten Sragen dan diharapkan bisa menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Dalam mewujudkan Desa Wisata Kliwonan sebagai desa Pusat Wisata Seni dan Kerajinan Batik, sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang perlu dilakukan analisis mengenai faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi arus kunjungan wisatawan. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness) suatu obyek wisata dalam menghadapi kesempatan (Opportunities) dan ancaman – ancaman (Threats) dari lingkungan sekitar. Analisis ini lebih dikenal dengan sebutan analisis SWOT. Dari hasil identifikasi tersebut, maka akan dapat diketahui tentang kekuatan dan kelemahan internal obyek wisata serta peluang dan ancaman yang bersumber pada lingkungan sekitar desa Wisata Batik Kliwonan. Adapun hasil analisis dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Strenght ( Kekuatan ) Suatu obyek wisata pasti mempunyai daya tarik tersendiri jika dibandingkan dengan obyek wisata lainnya yang mana daya tarik tersebut dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung dan menikmati apa yang disajikan oleh obyek wisata tersebut. Adapun daya tarik yang dimiliki Desa Wisata Batik Kliwonan sebagai faktor internalnya adalah sebagai berikut : a. Desa Wisata Batik Kliwonan memiliki keindahan alam yang asri dan cukup menarik.
11
b. Desa Wisata Batik Kliwonan memiliki kesenian tradisional asli daerah yang siap ditampilkan untuk menarik wisatawan. c. Desa Wisata Batik Kliwonan merupakan produsen batik terbesar diluar klaster solo dan jogjakarta, juga merupakan sentra produksi batik terbesar setelah Pekalongan dan Surakarta. d. Desa Wisata Batik Kliwonan memiliki motif batik yang unik dan berbeda dari daerah lain. e. Desa Wisata Batik Kliwonan juga terdapat obyek wisata bernilai budaya, sejarah dan religius yaitu makam dan petilasan Joko Tingkir. Selain itu, potensi lingkungan dengan kesenian tradisional yang masih tetap dilestarikan sampai sekarang yaitu, kesenian pencak silat, wayang kulit, kesenian rebana, kentongan yang talah berumur ratusan tahun dan lain sebagainya yang merupakan nilai tambah tersendiri bagi desa wisata Kliwonan. 2.
Weakness ( Kelemahan ) Kelemahan merupakan semua faktor yang tidak menguntungkan bagi sektor pariwisata terutama pada obyek kunjungan. Dalam hal ini, kelemahan yang ada di Desa Wisata Batik Kliwoanan adalah sebagai berikut : a. Letaknya yang kurang strategis, jauh dari pusat keramaian. b. Kondisi lingkungan obyek wisata yang relatif belum tertata, sehingga ketertarikan pengunjung kurang. c. Keterbatasan sumber daya pengrajin, minat para pemuda kurang untuk meneruskan menjadi pengrajin batik.
12
d. Keterbatasan teknologi pengrajin, tidak semua pengarajin bisa mencamupr bahan pembuat batik. e. Keterbatasan akses menuju ke obyek, angkutan yang mengangkut wisatawan yang berkunjung sudah tidak lagi beroperasi. Pengunjung yang datang akan kesulitan, jika tidak membawa kendaraan pribadi. f. Adanya produk yang sejenis dari wilayah lain g. Kurangnya rasa kekeluargaan antar pengusaha batik dilingkungan desa wisata Kliwonan. 3.
Opportunities ( Peluang ) Peluang merupakan faktor yang ada sebagai akibat kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku, kondisi perekonomian nasional atau global yang dianggap dapat memberi peluang bagi pariwisata baik di obyek wisata kunjungan, kota tujuan maupun pariwisata di Indonesia untuk tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. Adapun peluang yang ada di Desa Wisata Batik Kliwonan maupun di Kabupaten Sragen adalah : a. Dapat membuka peluang bisnis industri bagi investor lokal maupn asing. b. Desa Wisata Batik Kliwonan menjadi suatu obyek unggulan di Kabupaten Sragen, dan salah satu obyek andalan di Jawa Tengah. c. Menambah daya tarik wisata yang ada sehingga dapat meningkatkan arus kunjungan wisatawan ke Kabuapten sragen.
13
d. Pemanfaatan area atau kekuatan obyek dalam mempromosikan kabupaten Sragen ke para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. e. Atraksi yang ada di Desa Wisata Batik Kliwonan menjadi suatu agenda rutin atraksi wisata kabupaten Sragen, dan menjdi agenda rutin waiatwan untuk berkunjung. 4.
Threats ( Ancaman atau Tantangan ) Ancaman merupakan hal – hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi pariwisata baik di obyek kunjungan maupun di kota tujuan. Ancaman yang ada di Desa Wisata Batik Kliwonan adalah : a. Persaingan antara para produsen batik yang kurang sehat, sehingga dapat mengurangi rasa kebersamaan. b. Limbah industri yang tidak dikelola dengan baik akan mendatangkan penyakit. c. Hak pengelolaan yang ada di Desa Wisata Batik Kliwonan belum jelas, masih belum ada kepastian tentang organisasi yang mengelola. d. Wilayah lain juga memproduksi batik yang sama sehingga dapat membingungkan wisatawan. e. Dengan mudahnya Industri pakaian dari luar negeri masuk kepasar di Indonesia. Sifat analisis SWOT sangat situasional yang mana artinya adalah hasil
analisis tahun sekarang belum tentu akan sama dengan hasil analisis pada tahun
14
yang akan datang. Hal ini disebabkan karena semua faktor yang mempengaruhi juga berubah. Biasanya hasil analisis akan banyak ditentukan pada faktor – faktor situasi dan kondisi ekonomi, politik, stabilitas keamanan, dan keadaan sosial yang melatarbelakangi. Keempat faktor itu perlu mendapatkan perhatian yang seksama. Kekuatan yang ada harus dipertahankan sebaik baiknya bahakan aklau bisa ditambah. Kelemahan harus segera mendapatkan penanganan segera atau akan segara dihilangkan. Kesempatan yang ada hendaknya untuk segera dimanfaatkan untuk membantu pengembangan obyek. Sedangkan ancaman harus segera diantisipasi supaya tidak menghambat aktifitas atau program yang sudah direncanakan. Dengan cara demikian, dapat diambil langkah – langkah perbaikan sehingga lebih banyak wisatawan yang akan datang, tinggal lebih lama dan membelanjakan uangnya lebih banyak selama mereka melakukan perjalanan wisata di desa wisata Kliwonan. Hasil analisis ini merupakan hasil pengamatan langsung di lapangan, wawancara dengan pengelola dan orang yang berkompeten dengan Desa Wisata Kliwonan, serta dilengkapi dengan beberapa data tertulis dan wawancara dengan pihak Kantor Pariwisata, Investasi dan Promosi Kabupaten Sragen, Dinas Pendapatan Daerah kabupaten Sragen, Pengamat desa wisata Kliwonan serta pengusaha batik lokal.
15
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa, wisatawan yang berkunjung didesa wisata Kliwonan dapat di kategorikan ke dalam kelompok kategori wisata minat khusus yang bertujuan untuk : 1.
Pendidikan Bagi para wisatawan yang datang dan ingin mempelajari tentang batik, tentang history dan tentang produksi secara lebih dalam.
2. Penelitian Karena desa wisata Kliwonan sering digunakan untuk penelitian oleh para pelajar ataupun mahasiswa untuk tugas-tugas sekolah maupun kuliah. 3. Rekreasi Karena wisatawan dapat berlibur dan melupakan sejenak segala aktifitas sehari-hari sambil melakukan berbagai aktifitas yang jarang mereka lakukan. Untuk memenuhi kebutuhan pengunjung tersebut maka diperlukan adanya pendekatan - pendekatan untuk mewujudkannya. Pendekatan yang umum digunakan adalah : 1. Pendekatan estetika, yaitu penyajian materi yang dapat membangun minat khusus para pengunjung sehingga pengunjung semakin tertarik untuk mengunjungi desa wisata Kliwonan. 2. Pendekatan intelektual, yakni sajian materi hasil kajian intelektual.
16
Untuk kedepannya diharapkan desa wisata Kliwonan ini dapat berperan sebagai: 1. Pusat budaya, penggalian dan pengelolaan, karena peninggalan jaman dahulu harus tetap dilestarikan. 2. Pusat kesenian tradisional, oleh karenanya program-program budaya dan seni (pertunjukan kesenian lokal seperti, pencak silat, wayang kulit, kesenian rebana, dan kentongan) perlu terus dilestarikan dan dikembangkan. 3. Sentra pengembangan sosial ekonomi, lingkungan sekitarnya, terutama bila tingkat kunjungan wisatawan dapat terus ditingkatkan. 4. Ikon perkembangan pawisata di kabupaten Sragen. Dalam pengelolaan sebuah daerah obyek tujuan wisata terdapat sejumlah komponen dasar yang harus dipenuhi agar senantiasa menarik pengunjung sehingga pada akhirnya memudahkan proses ”menjualnya”. Untuk itu perlu diperhatikan antara lain : 1. Lokasi serta tata letak berbagai fasilitas yang tersedia ( toilet, cafe, mushola, toko souvenir, bangku duduk, dan sebagainya ) 2. Penempatan khusus dan tata letak kegiatan acara atraksi / pertunjukan wisata penunjang di lokasi obyek desa wisata Kliwonan. 3.
Penampilan (appearance) sambutan ketika memasuki kawasan wisata, gerbang utama dan tanda-tanda petunjuk arah bagi wisatawan, sehingga ketika wisatawan hadir akan merasakan sambutan yang khas dan juga
17
memudahkan
pengunjung
sehingga
memperkecil
kemungkinannya
wisatawan untuk tersesat.
C. Upaya Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Setempat Untuk Pengembangan Desa Wisata Batik Kliwonan Perkembangan desa wisata Kliwonan tidak akan terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Salah satunya adalah dari peran serta campur tangan dari pemerintah yang akan membantu mewujudkan Desa Wisata Kliwonan, disamping peran serta dari masyarakat sendiri. Dalam hal ini pemerintah belum dapat membantu sepenuhnya, namun juga tidak tinggal diam. Pemerintah membantu dengan pendampingan serta pembangunan sarana dan prasarana yang masih belum semuanya bisa terlengkapi. Peran dari pemerintah umtuk membantu pengembangan desa wisata batik kliwonan antara lain, adalah : 1. Pembangunan jalan untuk akses menuju ke desa wisata batik Kliwonan. 2. Pembangunan jembatan gantung sebagai akses penghubung antara kedua kecamatan. 3. Bantuan untuk usaha : a. Pembinaan tentang usaha b. Informasi tentang dana di dinas yang terkait. c. Program dari dinas BLU (Badan Layanan Umum) dalam usaha khususnya modal
18
d. Bantuan peralatan produksi batik, seperti canting dan mesin konveksi e. Klinik bisnis, wadah untuk konsultasi tentang permodalan, teknologi, dan pemasaran. f. Pemasaran 1) Pengusaha memperoleh fasilititas dan informasi tentang pameran baik dalam tingkatan lokal maupun Nasional. 2) Dengan membuka sentra perdagangan batik di pusat kota Sragen 3) Mempromosikan desa wisata batik melalui berbagai media, baik media cetak maupun elektronika Penggalian potensi budaya di lokasi desa wisata Kliwonan dalam bentuk festival budaya lokal seperti, Kentongan, lampion-lampion hias dari batik, lomba desain batik (Sumber : Balai Desa Pilang, Masaran Sragen). Dalam hal ini pemerintah telah memiliki program yang akan dilakukan secara bertahap untuk tahun ke depannya. Program yang rencananya di mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2014 ini, dimaksudkan untuk mengembangkan desa wisata Kliwonan, progam tersebut terbagi menjadi dua periode dan tiap peiode berlangsung selama 5 tahun, program tersebut adalah sebagai berikut :
19
(a) Program pembangunan Desa Wisata ( periode 2005-2009 ) Tabel VIII. Program pembangunan Desa Wisata ( periode 2005-2009 ) N o 1
Sektor FISIK Pariwisata
Program Peningkatan obyek pariwisata
Pekerjaan Pembangunan
a. Baliho b.Penanda c. Parkir
Transportasi
Pengembangan Sistem dan Jaringan Transportasi
Pembangunan Terminal
Bengawan Solo
Tempat Parkir Pembangunan Jalan Inspeksikanan kri sungai
Pengembangan dan Pembangunan Jaringan Drainese Sanitasi dan Pengembangan Air Limbah Sistem Terpusat Drainese
Persampahan
Kehutanan Ekonomi
Pengembangan Sistem Setempat Pengembangan dan Peningkatan Pelayanan Persampahan Penghijauan Pembangunan Sarana Perdagangan
Pembangunan Dermaga Pendaratan, Petilasan Joko Area Tangkap TingkirPembangunan Area Penyeberangan Dengan Gethek Shelter Tempat Parkir Home Stays.
Pembangunan Jembatan Sidodadi-Sidokerto Peningkatan Konstruksi dan Pemeliharaan Jalan Pembangunan Terminal Bantaran sungai–sungai kecil
Pengembangan IPAL komunal
Bantuan Stimulan pembangunan Sanitasi setempat
Penyediaan Street Container
Turus Jalan
Pembangunan Pra-sarana
Tepian Sumgai Pasar Sidodadi Pembangunan Kios
20
Pertanian
Pengembangan Tanaman Agro
Bantuan Stimulan bibit Buahbuahan
Pendidikan
Peningkatan Fisik Gedung Sekolah
Rehabilitasi Gedung SD
Kesehatan
Pengembangan Fasilitas Kesehatan
Penyedia apotik
Bantaran sungai Bengawan Solo
Penambahaban Jaringan listrik.
Peningkatan taman, revitalisasi lapangan olah raga
Pembangunan jaringan telepon
Pembangunan Unit Produksi
Pembangunan Jaringan Pipa Transmisi dan Distribusi
Pembangunan Unit Sambungan Rumah
Pengembangan Pariwisata Pengembangan pendidikan batik
Peningkatan SDM dalam bidang pariwisata
Ekstra kulikuler ke sekolah-sekolah
Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan wilayah Pengembangan Industri Kecil
Sosoialaisasi desa Wisata
Penyusunan Rencana Teknik Ruang (RTR)
Penyuluhan dan bantuan modal
Pelestarian kawasan lindung sempadan sungai Listrik Peningkatan kapasitas jaringan listrik Sarana dan Pengembangan, Prasarana Peningkatan ruang Lingkungan terbuka Telekomunik Pengembangan asi Jaringan telepon Pengairan
Air bersih
II.
Pembangunan Jaringan PDAM
NON FISIK Pariwisata Pendididikan
Tata Ruang Wilayah Industri Kecil
21
Kesehatan
Pertanian
Pencegahan Pencemaran Air Tanah Pengembangan Pertanian ramah lingkungan
Penyuluhan perlunya pengelolaan air limbah
Penyuluhan Pertanian
(Sumber : Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab.Sragen, 2008)
22
(b) Program Pembangunan Desa Wisata ( periode 2009-2014 ) Tabel IX. Program pembangunan Desa Wisata ( periode 2005-2009 ) No 1
Sektor FISIK Pariwisata
Transportasi
Drainese
Sanitasi dan Air Limbah
Persampahan
Ekonomi
Program Peningkatan obyek pariwisata
Pengembangan Sistem dan Jaringan Transportasi Pemeliharaan Jalan Inspeksi kanan kiri sungai Bengawan Solo Pemeliharaan Jembatan SidodadiSidokerto Pemeliharaan Konstruksi dan Pemeliharaan Jalan Pembangunan Jaringan Drainese (lanjutan ) Pengembangan Sistem Terpusat Pengembangan Sistem Terpusat Pengembangan dan Peningkatan Pelayanan Persampahan Pembangunan Sarana Perdagangan
Pekerjaan Pemeliharaan Area Tangkap a.Balho b.Penanda c.Parkir Pemeliharaan Dermaga Pendaratan, Petilasan JokoTingkir Pemeliharaan Area Penyeberangan Dengan Gethek Shelter Tempat Parkir Terminal Tempat Parkir
Pengembangn IPAL komunal ( Lanjutan ) Bantuan Stimulan pembangunan Sanitasi setempat (Lanjutan ) Pemeliharaan Street Container
Pembangunan dan pemeliharaan Pra-sarana Pasar Sidodadi, los pasar dan tempat parkir.
23
Pertanian
Pendidikan
Kesehatan Pengairan
Pengembangan Tanaman Agro (Lanjutan ) Peningkatan Fisik Gedung Sekolah (Lanjutan ) Pengembangan Fasilitas Kesehatan
Bantuan Stimulan bibit Buah-buahan
Pelestarian kawasan lindung sempadan sungai (Lanjutan )
Bantaran sungai Bengawan Solo
Rehabilitasi Gedung SD
Pengembangan Puskesmas
Bantaran sungai–sungai kecil
Peningkatan kapasitas jaringan listrik (Lanjutan)
Listrik
Sarana Prasarana Lingkungan
dan Pengembangan, Peningkatan ruang terbuka hijau (Lanjutan)
Penambahaban Jaringan listrik.
Peningkatan taman, revitalisasi lapangan olah raga
Telekomunikasi
Pengembangan Jaringan telepon (Lanjutan )
Pembangunan jaringan telepon
Air bersih
Pembangunan Jaringan PDAM (Lanjutan )
Pembangunan Unit Produksi Pembangunan
Jaringan Pipa Transmisi dan Distribusi Pembangunan Unit Sambungan Rumah
No 2.
Sektor
Program
Pekerjaan
NON FISIK Pariwisata
Pengembangan Pariwisata (lanjutan)
Peningkatan SDM dalam bidang pariwisata
Pendididikan
Pengembangan pendidikan batik(lanjutan)
Ekstra kulikuler ke sekolah-sekolah
24
Pemberdayaan Masyarakat
Sosoialaisasi desa Wisata
Industri Kecil
Pengembangan Industri Kecil (lanjutan)
Pertanian
Pengembangan Pertanian ramah lingkungan(lanjutan)
Pariwisata
Pengembangan Pariwisata (lanjutan)
Peningkatan SDM dalam bidang pariwisata
Pendididikan
Pengembangan pendidikan batik(lanjutan)
Ekstra kulikuler ke sekolah-sekolah
Penyuluhan dan bantuan modal
(Sumber : Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab.Sragen, 2008)
Program Pembangunan desa Wisata Kliwonan ini belum semuanya dapat terealisasi, sehingga keadaan desa wisata yang diharapkan belum juga terealisasi sesuai dengan Program tersebut.
D. Hambatan – Hambatan Dalam Pengembangan Desa Wisata Batik Kliwonan 1.
Sarana dan Prasarana Desa Kliwonan mengalami hambatan dalam upaya pengembangannya
sebagai Desa Pusat Wisata Seni Kerajinan Batik dan daerah tujuan wisata. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana pariwisata yang tersedia. Pemerintah daerah Kabupaten Seagen dan Instansi – Instansi yang terkait dengan industri pariwisata, masih belum sepenuh hati untuk membangun desa Kliwonan ini sebagai daerah tujuan wisata
25
Sarana dan prasarana pendukung pariwisata adalah : sarana akomodasi, restoran, souvenir, dan segala sesuatu yang dibutuhkan wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Untuk sarana akomodasi dan restoran di Kabupaten Sragen secara global belum cukup memadai dalam menunjung kelancaran pariwisata. Meskipun di Kabupaten Sragen sudah ada beberapa hotel dan restoran, namun kebanyakan berlokasi di pusat kota. Sarana dan prasarana pariwisata di desa wisata Kliwonan sendiri masih kurang memadai. Hal ini dapat dilihat dari tempat parkir khusus untuk wisatawan belum tersedia. Sarana MCK, Akomodasi yang layak, Papan arah dan akses menuju desa yang masuknya lumayan jauh serta tidak adanya kendaraan umum yang menuju kesana. 2.
Keterbatasan Sumber Daya Manusia Keterbatasan sumber daya manusia dikarenakan minimnya minat generasi
muda dalam mengembangkan dan mengelola warisan nenek moyang. Generasi muda merasa enggan untuk menggeluti apalagi terjun didalamnya. Mereka lebih memilih mengembangkan usaha yang lain ( Wawancara dengan Suwanto, maret 2009 ). 3.
Kurangnya kesadaran mayarakat akan pariwisata Masyarakat kurang mempunyai greget atau keinginan yang kuat untuk
memasarkan hasil produksi mereka untuk dipasarkan di desa wisata Kliwonan sendiri, karena belum adanya kepastian atau masih adanya keraguan tentang adanya wisatawan yang akan hadir.
26
Masyarakat tidak sabar apabila harus menunggu lama dan mereka juga belum yakin tentang jumlah wisatawan yang akan masuk, sedangkan masyarakat harus segera menjalankan usaha mereka dan menginginkan permutaran sirkulasi modal yang cepat, akhirnya mereka memilih untuk menjual produk mereka sendiri secara langsung. 4.
Kurangnya keeratan antar pengusaha Bisnis merupakan usaha untuk mendapakan keuntungan, dalam bisnis
akan ada persaingan dan masyarakat desa Kliwonan banyak yang melakukan bisnis yang sama dan terjadi persaingan bisnis diantara mereka. Persaingan bisnis inilah yang mengakibatkan kurangnya greget untuk menuju desa wisata batik Kliwonan. Apabila ini tidak segera didapatkan pemecahannya, kemungkinan akan sulit terwujud desa Kliwonan menjadi Desa Pusat Wisata Seni Kerajinan Batik di Kabupaten Sragen (Wawancara dengan Suwanto, maret 2009) 5.
Pemerintah masih belum terlalu berperan serius dalam membangun desa Kliwonan Pemerintah belum sepenuhnya mendukung terwjudnya desa Kliwonan
sebagai obyek tujuan wisata, itu bisa dilihat dari pembangunan fasilitas serta sarana prasarana sebagai pendukung obyek wisata yang sampai sekarang masih belum terwujud. Menurut Suwanto “…masih ada Pengajuan fasilitas pendukung yang diajukan pengelola kepada pemerintah yang belum diberikan dan direalisasikan oleh pemerintah, seperti Belum adanya kepastian desain…“.
27
Desa wisata batik Kliwonan sendiri belum mempunyai desain atau pola yang baku dan pasti dalam pengembangan desa Wisata Kliwonan sebagai daerah utama tujuan wisata. Pemerintah pun belum juga memberikan arah yang jelas, sehingga warga masyarakat desa wisata batik Kliwonan masih merasa ragu-ragu untuk menuju kesana. Karena belum ada kejelasan dan kepastian yang menyakinkan masyarakat setempat
tersebut,
yang
membuat
masyarakat
setempat
enggan
untuk
menginvestasikan atau memnbangun usaha mereka sendiri di desa mereka sendiri. Mayarakat lebih memilih menginvestasikan ke daerah lain secara langsung, karena sirkulasi perputaran uang lebih cepat, dari pada menunggu pengunjung datang ke desa mereka.
BAB V PENUTUP
Berdasarkan pengamatan dan penelitian langsung terhadap desa wisata batik Kliwonan, maka dapat diambil kesimpulan dan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh pihak – pihak terkait, dalam pengambilan langkah kedepannya untuk memajukan serta usaha pengembangan desa wisata batik Kliwonan. Beberapa kesimpulan dan saran tersebut antara lain sebagai berikut
28
A. Kesimpulan Desa wisata batik Kliwonan merupakan obyek wisata industri, alam dan budaya di kabupaten Sragen yang memiliki potensi yang cukup kuat untuk menarik para wisatawan datang. Adapun sejarah yang ada menjelaskan bahwa Usaha Jasa Batik Setro baru yang diperkirakan berdiri tahun 1880, diindikasikan sebagai petilasan sejarah berdirinya batik Sragen. Perusahaan ini didirikan oleh Bp. Setro yang berasal dari Dukuh Kuyang desa Kliwonan, dan turun temurun kepada anak-anaknya. Dalam beberapa waktu seiring berjalannya industri milik Bp. Setro, kemudian mulai muncul usaha industri batik baru dengan beraneka macam corak warna dan pilihan. Pemerintah kabupaten Sragen melihat itu sebagai potensi yang besar untuk investasi pariwisata. Kemudian dibentuklah desa wisata Kliwonan sebagai salah satu obyek tujuan wisata dan diresmikan pada tahun 2004.
Selain itu, dengan semakin berkembangnya industri batik di Sragen, serta keunikan yang ada di desa wisata Batik Kliwonan, maka, diharapkan akan 78 menarik wisatawan untuk hadir dan berkunjung. Karena masih termasuk muda, maka masih butuh beberapa pembenahan – pembenahan di setiap sisi-sisinya. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah setempat khususnya Kantor Pemasaran, Industri dan Promosi, bekerja sama dengan instansi – instansi pemerintah yang lain untuk berupaya semaksimal mungkin untuk pengembangan desa wisata batik Kliwonan menjadi desa pusat wisata seni di kabupaten Sragen
29
Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap desa wisata Kliwonan adalah dengan cara promosi, bimbingan, pembinaan dan lain sebagainya. Selain itu adapun hambatan yang harus dihadapi adalah terbatasnya sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia yang masih relatif . Dilain pihak, banyaknya saingan dari wilayah lain yang produksi batiknya sudah cukup dikenal, dan banyaknya industri sama dari luar negeri yang bebas masuk dengan harga yang relatif lebih murah. Namun, besarnya potensi Kabupaten Sragen sebagai Daerah Tujuan Wisata dapat dikembangkan sebagaimana kota-kota lain karena banyaknya obyek dan daya tarik wisata yang yang cukup potensial yang dimiliki Kabupaten Sragen.
B. Saran Dari pengamatan yang dilakukan, ada beberapa saran yang dapat dilakukan untuk pengembangan Desa Wisata Batik Kliwonan , yaitu : 1. Untuk meningkatkan dan menarik wisatawan, desa wisata kliwonan diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, Seperti : a. Papan penunjuk arah obyek yang lebih jelas. b. Penambahanan alat transportasi umum menuju ke desa Wisata. c. Menambahkan tempat atraksi atau tempat khusus untuk pertunjukan, seperti gedung atau panggung pagelaran. d. Pembuatan sarana dan prasarana pendukung yang akan membuat wisatawan merasa betah dan nyaman. e. Membuat pasar kecil, atau kios-kios batik di desa wisata Kliwonan.
30
2. Promosi dan publikasi perlu ditingkatkan melalui media cetak, elektronik, dan sebagainya. 3. Mengemas
paket
wisata
yang
menarik
serta
mempromosikan
dan
mempublikasikan event-event wisata lain melalui biro perjalanan dengan bekerjasama dengan pemerintah setempat. 4. Mempereerat tali persaudaran dengan sering adanya pertemuan bersama seluruh pengusaha di wilayah desa wisata batik Kliwonan. 5. Pengadaan pendidikan dan penambahan pengetahuan serta penanaman kesadaran tentang arti pentingnya pariwisata baik pada masyarakat ataupun pemerintah setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Arsip Forum Klaster Pariwisata batik Kliwonan, Kabupaten Sragen 2008. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sragen, 2008. Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa Wisata Kliwonan dan Pilang Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen Disperindagkop dan UKM Kabupaten Sragen. 2007. Buletin Bina Produk IKM. 2007 Sragen. Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kantor Pariwisata Investasi & Promosi Kabupaten Sragen. 2007. Pesona Wisata & Produk unggulan Daerah Kabupaten sragen. _____________. 2007. Profil Potensi & Peluang InvestasiI di Kabupaten Sragen. Musanef. 1995. Manajemen Usaha Perjalanan Di Indonesia. Jakarta : PT. Gunung Agung.
31
Nyoman S. Pendit1994. Ilmu pariwisata ( Sebuah Pengantar Perdana). Jakarta: Pradnya Paramita Oka A. Yoeti. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradya Paramita R.S. Damardjati. 1995. Istilah-Iastilah Dunia Pariwisata. Jakarta. : PT. Pradayana Paramita. Spillane, James J, 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Yogyakarta : Kanisius Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua : Balai Pustaka. Wiwoho, dkk. 1990. Pariwisata Citra Dan Manfaatnya. Jakarta : PT. Binakara Pariwara. ___________. 2006. Pariwisata Budaya Masalah dan Solusinya. Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Pradnya Pramita www.google.com “ Desa wisata batik Kliwonan “ Selasa, 3 mei 2009. pukul 16:30 WIB. _______________ “ Wikipedia.org/wiki/Desa wisata. “ Rabu, 24 juni 2009. pukul 20:30 WIB.