DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI
SPESIFIKASI TEKNIS PERANGKAT TELEKOMUNIKASI PENETAPAN PERSYARATAN TEKNIS ALAT/PERANGKAT TELEKOMUNIKASI UNTUK PESAWAT KEY TELEPONE SYSTEM (KTS)
Kelompok
:
A
Nomor Urut :
6
ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI YANG TIDAK MENGGUNAKAN FREKUENSI RADIO
NOMOR SURAT KEPUTUSAN TANGGAL DITETAPKAN
: :
61/DIRJEN/1999 29 MARET 1999
DITERBITKAN OLEH :
DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI JL. MEDAN MERDEKA BARAT N0.17 JAKARTA PUSAT 10110
Hak Cipta DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI Dilarang merubah, menambah atau mengurangi isi dokumen ini dalam bentuk apapun, tanpa seijin tertulis dari penerbit.
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI JL. MEDAN MERDEKA BARAT 17 JAKARTA 10110
TEL : (021) 3838339 3838537
FAX : (021) 3860754 3860781 3844036
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 61/DIRJEN/1999 TENTANG PENETAPAN PERSYARATAN TEKNIS ALAT/PERANGKAT TELEKOMUNIKASI UNTUK PESAWAT KEY TELEPHONE SYSTEM (KTS)
DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI
Menimbang
: a. bahwa dalam rangka pembinaan, perlindungan dan pengamanan penyelenggaraan telekomunikasi, alat/perangkat telekomunikasi diperlukan ketentuan pelaksanaan standar sebagai persyaratan teknis; b. bahwa sehubungan pada butir a. di atas, maka perlu ditetapkan standar persyaratan teknis alat/perangkat telekomunikasi untuk pesawat key telephone system.
Mengingat
: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi; 2. Peraturan Pemerintah RI Nomor : 37 Tahun 1991 tentang Perlindungan dan Pengamanan Penyelenggaraan Telekomunikasi; 3. Peraturan Pemerintah RI Nomor : 8 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi; 4. Keputusan Presiden RI Nomor 362/M Tahun 1997 tentang Pengangkatan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi; 5. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor : KM. 102/OT.001/MPPT-96 tentang Sertifikasi dan penandaan Alat dan/atau perangkat Pos dan Telekomunikasi;
6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 58/HUB98 tentang tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Departemen Perhubungan;
7. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor : KM. 84/OT.001/MPPT-97 tentang Uraian Tugas Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi;
8. Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor : 34/Dirjen/1995 tentang Ketentuan Pelaksanaan Sertifikasi dan Penandaan alat/Perangkat Telekomunikasi.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
:
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI TENTANG PENETAPAN PERSYARATAN TEKNIS ALAT/PERANGKAT TELEKOMUNIKASI UNTUK PESAWAT KEY TELEPHONE SYSTEM (KTS).
PERTAMA
:
Mengesahkan persyaratan teknis alat/perangkat telekomunikasi untuk pesawat key telephone system (KTS) sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini.
KEDUA
:
Memberlakukan standar persyaratan teknis alat/perangkat telekomunikasi sebagaimana tersebut dalam Diktum Pertama sebagai pedoman dalam melaksanakan sertifikasi pengujian alat/perangkat telekomunikasi di Indonesia.
KETIGA
:
Apabila setelah ditetapkannya keputusan ini ternyata dalam perkembangan teknologi pada persyaratan pesawat key telephone system (KTS) terdapat perubahan, maka keputusan ini dapat ditinjau kembali.
KEEMPAT
:
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Pada tanggal
: :
JAKARTA 20 Mei 1999 a
DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI,
TTD SASMITO DIRDJO
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Menteri Perhubungan; Sekjen Dephub; Irjen Dephub; Ka Badan Litbang Dephub; Para Kadit dan Sekditjen di lingkungan Ditjen Postel; Para Direksi Penyelenggara Telekomunikasi; Para Kakanwil Dephub.
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI Nomor : 004/Dirjen/1999 Tanggal : 12 Januari 1999
PERANGKAT KEY TELEPHONE SYSTEM (KTS)
DIREKTORAT BINA STANDAR POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI
PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT KEY TELEPHONE SYSTEM (KTS) 1.
UMUM 1.1.
Judul Perangkat Key Telephone system, disingkat KTS
1.2.
Ruang Lingkup Persyaratan teknis ini meliputi definisi, lambang, singkatan, istilah, spesifikasi, klasifikasi, syarat bahan baku, syarat konstruksi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, syarat keselamatan dan kesehatan, syarat penandaan serta cara pengernasan untuk pesawat Key Telephone System (KTS).
2.
TEKNIS 2.1.
Definisi KTS adalah sistem switching di sisi pelanggan yang dalam operasinya dapat dihubungkan dengan PSTN dan menggunakan pesawat key phone sebagai perangkat terminalnya dapat dikatakan sebagai mini PABX.
2.2.
Lambang
N
2.3.
STK
M>
Singkatan AC dBm Co DC DP DTMF mA OREM
: : : : : : : :
Alternating current Decibel relatifmiliwatt Central Office = Sentral lokal Direct current Decadic Pulse Dual Tone Multi Frequency. Mili ampere Overall Reference Equivalent Measurement
PCB PPS PSTN RLR ROLR RRE SIRE SLJJ SLR SOLR SRE STMIR TOLR VAC VDC
2.4.
Printed Circuit Board : Pulse per second : Public Switch Telephone Network Receive Loudness Rating : Receive Objective Loudness Rating : Receiving Reference Equivalent Side tone Reference Equivalent : Sambungan Langsung Jarak Jauh. : Send Loudness Rating Side tone Objective Loudness Rating Send Reference Equivalent : Side Tone Masking Rating : Transmit Objective Loudness rating : Volt AC : Volt DC
Istilah •
Utas Ekstermal
•
Utas Internal
•
CO line
•
First Digit Block
•
Main equipment
•
On-hook
•
Off-hook
•
Pesawat key phone
•
Sambungan internal
•
Sambungan ekstemal
: Sarana untuk membentuk sambungan/hubungan eksternal. : Sarana untuk membentuk sambungan/hubungan internal. : Unit perangkat (antar muka) KTS yang berhubungan dengan PSTN. : Pencegahan digit awal pada saat pemilihan digit. : Bagian utama dari KTS untuk menjalankan fungsi utama (switching) KTS. Kondisi perangkat membentuk loop arus searah terbuka dan siap menerima panggilan masuk. : Kondisi perangkat membentuk loop arus searah tertutup. : Pesawat telepon khusus yang tersambung dengan saluran cabang KTS. : Sambungan antar perangkat terminal (key phone) dengan satu KTS. : Sambungan antar perangkat terminal (key phone) KTS dengan mitranya di luar KTS.
•
•
2.5.
Sambungan tersamping dan pemindahan : Sambungan yang memungkinkan suatu perangkat terminal dalam kondisi berhubungan dengan perangkat lain dapat melakukan hubungan dengan perangkat lainnya yang kemudian apabila perlu memindahkan hubungan tersebut ke perangkat terminal lain yang dimaksud. Saluran cabang : Saluran yang menghubungkan perangkat terminal dengan KTS.
Spesifikasi 2.5.1. Fungsi Harus mampu berikut : 2.5.1.1. 2.5.1.2. 2.5.1.3.
rnelaksanakan
fungsi
Sambungan Internal Sambungan eksternal Sambungan tersamping pemindahan (transfer).
utama
(inquiry)
sebagai
dan
2.5.2. Catu daya Harus dapat beroperasi menggunakan catu daya yang berlaku umum (110/220 V-ac; 50 Hz) 2.5.3. Signaling 2.5.3.1.
Outgoing KTS harus menyediakan fasilitas signalling DTMF untuk melakukan panggilan keluar (kearah PSTN). Karakteristik DTMF mengacu ke persyaratan mutu butir 2.9.5.2. Apabila perangkat menyediakan fasilitas DP, karakteristik DP mengacu ke persyaratan mutu butir 2.9.5.1.
2.5.3.2.
Incoming KTS harus mampu rnendeteksi karakteristik sinyal panggil masuk (bel) meliputi :
2.5.3.2.1. 2.5.3.2.2. 2.5.3.2.3. 2.5.3.2.4.
Tegangan : 60 Vac Frekuensi : 25Hz. Tahanan pengganti saluran 1500 Ω Periode ring: ≤ 1 detik
2.5.4. Kapasitas utas ekstemal (CO line) Harus menyediakan sirkit utas ekstemal (CO line) minimum 10% dari jumlah pesawat cabang. 2.5.5. Pembatas SLJJ Dalam hal KTS memiliki fasilitas pembatas SLJJ, hanya diijinkan dengan sistem First Digit Block setelah pendudukan utas eksternal. 2.5.6. Indikasi Harus memiliki indikasi sebagai berikut :
2.6.
2.5.6.1.
Pendudukan line : audible atau visual atau keduanya.
2.5.6.2.
Panggilan internal berhasil : 2.5.6.2.1. Pemanggil : audible (ringing tone) 2.5.6.2.2. Yang dipanggil : audible atau visual atau keduanya. 2.5.6.2.3. Panggilan internal gagal : audible (busy tone)
Klasifikasi Penggolongan KTS adalah dengan menyebutkan kapasitas utas eksternal dan utas internal.
2.7.
Syarat Bahan Baku Baik perangkat sisi sentral, perangkat sisi langganan maupun perangkat pengulang harus memenuhi persyaratan-persyaratan bahan baku sebagai berikut : 2.7.1. Perangkat terbuat dari bahan yang kuat dan ringan sesuai dengan iklim tropis, antara lain : bahan anti karat, tahan terhadap suhu dan kelembaban iklim tropis, detergen serta bahan-bahan kimia umum.
2.7.2. Komponen-komponen perangkat mempunyai kualitas tinggi solid state, khusus dirancang untuk perangkat telekomunikasi. 2.7.3. Papan Rangkaian Tercetak (PCB) Papan rangkaian tercetak dibuat dari bahan “Phenol Fiber Copppercladsheet” atau bahan lain yang sama mutunya atau lebih baik. Sistem penyambungan pada terminal penyambungan mudah dilaksanakan dan mempunyai sifat kelistrikan yang baik.
2.8.
Syarat Konstruksi Baik perangkat sisi sentral, perangkat sisi langganan maupun pengulangan harus memenuhi persyaratan-persyaratan konstruksi sebagai berikut : 2.8.1. Bagian-bagian perangkat harus disusun dengan baik, rapi, serasi, disusun dalam bentuk kabinet yang kompak. 2.8.2. Perangkat terlindung dari kemungkinan masuknya bendabenda lain, serangga dan sebagainya; misalnya dengan cara menutup lubang-lubang dengan kasa. 2.8.3. Perangkat harus kedap terhadap air, dalam arti tahan rembesan untuk perangkat yang dirancang untuk dipasang di manhole, tahan semprotan untuk perangkat yang dirancang dipasang di atas tanah. 2.8.4. Perangkat harus tahan terhadap pengaruh panas (khusus untuk perangkat sisi langganan dan/atau perangkat pengulang). 2.8.5. Harus dilengkapi terminal-terminal penyambung seperlunya. 2.8.6. Perangkat harus mudah diinstalasi, dibongkar atau diangkatangkat.
2.9.
Syarat Mutu 2.9.1.
Tahanan isolasi (kebocoran) Tahanan isolasi (kebocoran) CO line dalam keadaan on-hook diukur dengan tegangan 100 Vdc, sebagai berikut :
2.9.1.1. 2.9.1.2. 2.9.1.3. 2.9.2.
Antara kawat a dan b Antara kawat a dan tanah Antara kawat b dan tanah
: ≥1 MΩ : ≥1 MΩ : ≥1 MΩ
Impedansi 2.9.2.1.
Keadaan on-hook Impedansi CO line untuk frekuensi 25 Hz, diukur dengan tegangan 70 Vac, minimal 4000 Ohm.
2.9.2.2.
2.9.3.
Keadaan Off-hook. Impedansi Co line untuk arus searah (DC) maksimum 400 Ohm untuk frekuensi suara (300 – 3400 Hz), pengukuran dilakukan pada kondisi tegangan catu 48 Vdc, arus catu 20 mA dan penggenggaman CO line oleh pesawat cabang keyphone.
Kebocoran tegangan Kebocoran tegangan dan catu daya KTS di CO line dalam keadaan on-hook dan off-hook, maksimum 1 Volt (AC/DC).
2.9.4.
Return Loss Return loss yang disebabkan oleh ketidaksamaan impedensi perangkat terhadap impedensi jaringan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : Untuk frekuensi : 300 ~ 600 Hz ≥ 12 dB. Untuk frekuensi : 600 ~ 3400 Hz ≥ 15 dB. Pendudukan dan penggenggaman CO line oleh pesawat cabang keyphone tanpa interferensi ear piece ke mouth piece atau keadaan mute on, tegangan catu CO line 48 Vdc, arus catu 20 mA, referensi impedensi 600 Ohm (resistif) dan level pengukuran -10 dBm dan 0 dBm.
2.9.5.
Signaling Dengan tegangan catu 48 Vdc dan arus catu 20 mA, output signalling CO line sebagai berikut : 2.9.5.1.
DP 2.9.5.1.1. Kecepatan pulsa : 10 (± 1) pps. 2.9.5.1.2. Make ratio : 40 ±7%.
2.9.5.1.3. Waktu antar digit : 650 ~1300 ms. 2.9.5.1.4. Jumlah make pulse : 1 pulsa untuk angka 1, 2 pulsa untuk angka 2, demikian selanjutnya 10 pulsa untuk angka 0. 2.9.5.2.
DTMF Frekuensi dengan toleransi ± 1,8% : 2.9.5.2.1. High Group Frequency F1 : 1209 Hz (1187~ 1231 Hz) F2 : 1336 Hz (1312 ~ 1360 Hz) F3 : 1477 Hz (1450 ~1504 Hz) 2.9.5.2.2. Low Group Frequency : F1 : 697 Hz (684 ~ 710 Hz) F2 : 770 Hz (756 ~ 784 Hz) F3 : 941 Hz (924 ~ 958 Hz) 2.9.5.2.3. Level Power/level harus berada pada daerah -11 s/d -4 dBm untuk KTS yang levelnya tetap, sedangkan untuk yang levelnya dapat diprogram, harus dapat diprogram pada daerah -11 s/d -4 dBm. 2.9.5.2.4. Beda Level Level kelompok frekuensi tinggi harus lebih besar 2 ± 1,5 dB dari level kelompok frekuensi rendah. 2.9.5.2.5. Panjang dan selang sinyal Panjang sinyal 40 ~ 500 ms. Selang antar sinyal 40 ~ 500 ms.
2.9.6.
Redaman Bicara Silang Redaman bicara silang eksternal-eksternal frekuensi 1000 Hz atau 1026 Hz. minimal 65 dB.
2.9.7.
untuk
Elektro Akustik Persyaratan karakteristik elektro akustik perangkat key phone diukur di CO Iine, harus memenuhi salah satu spesifikasi yang tercantum dalam penjelasan persyaratan elektro akustik di akhir lampiran ini.
2.10. Cara Pengambilan Contoh Pengambilan contoh benda uji dilakukan secara random (acak) oleh instansi penguji dengan jumlah sampel minimal : 2 unit.
2.11. Cara Uji Cara pengujian ditetapkan oleh Institusi Penguji yang disetujui oleh Direktorat Jenderal Pos dan telekomunikasi dan harus mampu memperlihatkan secara kualitatif dan kuantitatif bahwa benda uji memenuhi segala ketentuan dalam persyaratan teknis ini.
2.12. Syarat Lulus Uji Hasil pengujian dinyatakan LULUS UJI, jika sernua benda uji memenuhi ketentuan seperti tercantum dalam persyaratan teknis ini. Jika benda uji dinyatakan TIDAK LULUS UJI, maka semua kelompok yang termasuk dalam benda uji dinyatakan juga tidak lulus.
2.13. Syarat Keselamatan dan Kesehatan Perangkat KTS harus dirancang bangun sedemikian rupa sehingga pemakai terlindung dari gangguan listrik, magnetik maupun elektromagnetik sesuai standar World Health Organization (WHO).
2.14. Syarat Penandaan Setiap terminal ditandai, memuat nama pabrik dan negara pembuat, merk, type dan nomor seri serta memenuhi ketentuan sertifikasi Direktorat Jenderal.
2.15. Cara Pengemasan Ukuran pengemasan tergantung pabriknya, tetapi memperhatikan unsur estetika dan efisiensi ruangan.
harus
PENJELASAN PERSYARATAN ELEKTRO AKUSTIK
1. Loudness rating I 1.a. SLR, RLRdan STMR. Nilai yang dapat ditenma untuk SLR, RLR dan STMR adalah sebagai berikut: 1.a.1 1.a.2 1.a.3
SLR-0.4~ 8.1 (dB) RLR -8.7~ -1.7(dB) STMR 1 ~ 17 (dB)
1 .b. Sending sensitivity Sensitifitas kirim berada dalam koridor (mask) sesuai Gambar 1
dB rel 1 V/Pa 5 0 -5
-10
-15
-20 -25 0
0.5
1
1.5
2
2.5 kHz
3
3.5
4
Gambar 1 : Koridor sensitifitas kirim
4.5
5
1 .c. Receiving sensitivity Sensitifitas kirim berada dalam koridor (mask) sesuai Gambar 2. dB rel 1 V/Pa 5 0
-5 -10
-15
-20 -25 0
0.5
1
1.5
2
2.5 kHz
3
3.5
4
4.5
5
Gambar - 2 : Koridor sensitifitas terima
2. Loudness rating II (Austel Technical Standard) 2.a. SLR, RLR, dan STMR. Nilai yang dapat diterima untuk SLR, RLR, adalah yang berada dalam batas sesuai Tabel - 1, sedangkan untuk STMR adalah Tabel – 2 Tabel – 1
Cable (mm) 0.4 0.64
Zero 7 ± 4.5 7 ± 4.5
SLR (dB)
RLR (dB)
Line Length
Line Length
Average Limit 7 ± 4.5 11 ± 4.5 7 ± 4.5 11 ± 4.5
Zero -6 ± 4.5 -6 ± 4.5
Average Limit -6 ± 4.5 -2 ± 4.5 -6 ± 4.5 -2 ± 4.5
Tabel – 2 STMR (dB) Cable (mm)
Load (Ohm)
0.4 0.64
Line Length Zero 5 5
600 600
Average 6 5
Limit 8 4
Catatan 2.a. 1 Average panjang saluran (tembaga) 1,6 Km, diameter 0,4 mm atau 2,5 Km, diameter 0,64 mm. 2.a.2 Limit : panjang saluran (tembaga) 4,2 Km, diameter 0,4 mm atau 7 Km, diameter 0,64 mm.
2.b. Sending Frequency Response Tanggapan frekuensi kirim untuk simulasi saluran panjang 1.6 kilometer dan diameter 0.4 milimeter, berada dalam koridor (mask) sesuai Gambar 3. dB rel 1 V/Pa 40 35 30 25 20 15 10 5 0 0
1
2
3
4
5 kHz
6
7
8
9
10
Gambar - 3 : Koridor tanggapan frekuensi kirim
2.c.
Receiving Frequency Response Tanggapan frekuensi terima untuk simulasi saluran panjang 1.6 kilometer dan diameter 0.4 milimeter, berada dalam koridor (mask) sesuai Gambar 4. dB 40 35 30 25 20 15 10 5 0 0
1
2
3
4
5 kHz
6
7
8
9
10
Gambar - 4: Koridor tanggapan fekuensi terima
3. OLR (Electronic Industries Association) 3.a. TOLR, ROLR dan SOLR Nilai yang dapat diterima untuk TOLR, ROLR dan SOLR adalah yang berada dalam batas sesuai Tabel 3. Tabel –3
Loop (kFr) 0 -9 -15
LOLR Min. -59 -56 -32
Max. -41 -53 -49
ROLR Min. +54 +54 +54
Max. +38 +40 +43
SOLR Min. 0 0 0
Max. 30 30 30
3.b. Transmitting frequency response Tanggapan frekuensi kirim untuk simulasi saluran panjang 0 kilofeet, berada dalam koridor (mask) sesuai Gambar 5. Level (dB relative to 1 kHz) 15 10 5
0 -5
-10 -15 -20 0
0.5
1
1.5
2
2.5 kHz
3
3.5
4
4.5
5
Gambar - 5 : Koridor tanggapan frekuensi kirim
3.c. Receiving frequency response Tanggapan frekuensi terima untuk simulasi saluran panjang 0 kilofeet, berada dalam koridor (mask) sesuai Gambar 6. Level(dB relative to 1 kHz) 10 5 0 -5 -10 -15 -20 -25 0
0.5
1
1.5
2
2.5 kHz
3
3.5
4
4.5
Gambar - 6 : Koridor tanggapan frekuensi terima
5
4. OREM 4.a. RRE, SRE, dan SIRE Nilai yang dapat diterima untuk RRE, SRE dan SIRE adalah yang berada di dalam batas sesuai Tabel - 4. Tabel – 4 : Artificial Line (Km) 0 4 6
RRE (dB)
RRE (dB)
-3..+6 -3 .. +6 -3.. +6
-5.5..+3 -5.5.. +3 -5.5.. +3
SIRE (dB) -5..+15 -5.. +15 -5.. +15
4.b. Response Frequency Transmit Tanggapan frekuensi kirim harus berada dalam batas sesuai Tabel 5
Tabel –5 : Frequency (Hz) 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600 2000 2500 3150 4000
Lower Limit (dB) -17 -13 -10 -5 -4.5 -4 -3.5 -12 -1.5 0 2.5 4 4 4
Upper Limit (dB) +3 +3 +3 +3 +3 +3 +3 0 +5.5 +9 +12 +15 +15 +12
4.c. Response Frequency Receive Tanggapan frekuensi terima harus berada dalam batas sesuai Tabel 6. Tabel – 6 : Frequency (Hz)
Lower Limit (dB)
Upper Limit (dB)
200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600 2000 2500 3150 4000
-99 -99 -99 -10 -4 -4 -4 0 -4 -4 -8 -9 -12 -99
-7 -3.5 -1 +3 +3 +3.5 +3.8 12 +4.3 +4.5 +4.8 +5 +5 +1.5
Ditetapkan di Pada tanggal
: :
JAKARTA 29 Maret 1999a
DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI,
TTD SASMITO DIRDJO