Karya Tulis
ANALISIS RENCANA KERJASAMA PEMBIAYAAN OPERASIONAL PENERBANGAN ANTARA SUTERA AIRLINES DENGAN PT. DIRGANTARA INDONESIA DI KAWASAN PANTAI BARAT PROVINSI SUMATERA UTARA
Murbanto Sinaga
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2002
Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN ........................................................................
1
II.
MANFAAT SUMATERA UTARA AIRLINES........................
2
III.
PRINSIP KERJASAMA OPERASI (KSO) ANTARA SUMATERA UTARA AIRLINES DENGAN OPERATOR PT. DIRGANTARA INDONESIA .............................................
2
A. B. C. D. E.
Prinsip Kerjasama ................................................................ Rute, Frekuensi Penerbangan dan Harga Tiket ................ Sewa (JOP Kerugian) ........................................................... Total JOP ............................................................................... Alokasi JOP ...........................................................................
2 4 4 4 4
PERHITUNGAN BOBOT DAERAH ........................................
6
IV.
A. Pengelompokkan Rute Penerbangan .................................. 6 B. Perhitungan Bobot Daerah Berdasarkan Pengelompokkan Rute Penerbangan................................................................. 7 C. Distribusi Total Beban JOP per Rute ................................. 15 V.
PENUTUP.....................................................................................
6
1 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
ANALISIS RENCANA KERJASAMA PEMBIAYAAN OPERASIONAL PENERBANGAN ANTARA SUTERA AIRLINES DENGAN PT. DIRGANTARA INDONESIA DI KAWASAN PANTAI BARAT PROVINSI SUMATERA UTARA
I.
PENDAHULUAN Pembentukan Penerbangan Sumatera Utara Air pertama kali
dicetuskan pada Rapat Koordinasi Gubernur dengan Bupati/Walikota se Sumatera Utara pada tanggal 26 Maret 2002. Disamping itu adanya kesepakatan kerjasama Pembentukan Forum Kerjasama Pembangunan Pengembangan Kawasan Pantai Barat Sumatera Utara dan sekitarnya yang ditanda tangani oleh 7 (tujuh) Kepala Daerah sekawasan Pantai Barat pada tanggal 26 Maret 2002. Isinya antara lain adalah para Bupati/Walikota pada kawasan pantai barat memahami bahwa untuk mengejar
ketertinggalan
kawasan
pantai
barat,
maka
diperlukan
pembangunan yang bersinergi antara lain dengan meningkatkan peranan pelabuhan laut Sibolga dan pelabuhan udara Pinang Sori. Propeda Sumatera Utara pada Bab Pembangunan Daerah juga menegaskan betapa pentingnya peningkatan peranan pelabuhan udara perintis dalam rangka mengejar ketertinggalan suatu kawasan. Berdasarkan kenyataan di atas, maka Bappeda Sumatera Utara telah menjajaki perusahaan penerbangan yang mau bekerja sama dengan pemerintah Sumatera Utara akan mengoperasikan penerbangan pesawat ke
2 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
Pantai Barat dengan nama Sumatera Utara Airlines disingkat menjadi “Sutera Airlines”.
II.
MANFAAT SUMATERA UTARA AIRLINES
1. Meningkatkan pelaksanaan otonomi daerah karena terjadi peningkatan kemudahan hubungan ke ibukota provinsi dan ibukota R.I. 2. Meningkatkan perekonomian berupa peningkatan nilai tambah komodisi pantai barat berupa ikan dan hasil bumi potensial karena Sumatera Utara Airlines juga bisa mengangkut kargo. 3. Meningkatkan arus wisatawan ke Pantai Barat termasuk pulau Nias karena adanya jadwal penerbagan yang reguler.
III. PRINSIP KERJASAMA OPERASI (KSO) ANTARA SUMATERA UTARA AIRLINES DENGAN OPERATOR PT. DIRGANTARA INDONESIA A. Prinsip Kerja Sama 1. Bentuk Kerjasama Operasi Bentuk kerjasama operasi penerbangan pesawat CN-235-10 adalah kerjasama antara 2 (dua) pihak yaitu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bersama-sama dengan 7 (tujuh) kabupaten/kota di kawasan Pantai Barat sebagai Pihak Pertama yang menyewa pesawat CN-235-10 dari PT.
3 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
Dirgantara Indonesia sebagai Pihak Kedua yang bekerja sama dengan PT. Merpati Nusantara Airlines (PT. MNA). 2. Biaya Biaya sewa pengoperasian Sutera Airlines adalah tanggung jawab Pihak Pertama dengan Pihak Kedua. Pihak Pertama; yaitu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bersama-sama dengan 7 (tujuh) Kabupaten/Kota di kawasan pantai barat akan menanggung jaminan operasional penerbangan sampai tercapai break even point load factor penumpang sebesar 62% dari kapasitas 36 penumpang, atau sampai rata-rata penumpang mencapai 22 orang untuk setiap penerbangan yang diprediksi akan tercapai pada bulan ke-13 (catatan: sebab pasar masih baru, prediksi bisa tercapai bisa tidak). Total jam terbang untuk seluruh rute penerbangan per bulannya adalah 67,44 jam. Oleh karena ada persyaratan minimum jam terbang sebesar 80 jam per bulan, sisanya sebesar 12,56 jam dapat digunakan atau disewakan untuk kargo. Harga sewa per jam yang ditawarkan adalah US$ 1,100 dengan demikian sewa pesawat per bulannya adalah US$ 74,184. Ratarata JOP yang harus ditanggung oleh pihak pertama (Pemprovsu + 7 kab/kota) adalah US$ 24,789 atau sebesar 33,42% dari jumlah sewa per bulannya. Selisihnya sebesar US$ 45,395 diharapkan diperoleh dari hasil penjualan tiket pesawat.
4 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
B. Rute, Frekuensi Penerbangan dan Harga Tiket Rute dan frekuensi penerbangan Sutera Airlines dengan operator PT. Dirgantara Indonesia adalah sebagai berikut : 1) Medan – Gunung Sitoli
3 kali/minggu
Rp. 500.000,-
2) Medan – Sibolga
3 kali/minggu
Rp. 415.000,-
3) Medan – P. Sidempuan
3 kali/minggu
Rp. 485.000,-
C. Sewa (JOP Kerugian) Sewa (JOP kerugian) per bulan sampai titik break even point (13 bulan) adalah sebagai berikut: No
Rute
1 2 3
Medan – G. Sitoli Medan – Sibolga Medan – P. Sidempuan Total JOP
Frek. per minggu 3x 3x 3x
Total JOP (13 bulan) US$ 117,299 US$ 94,509 US$ 110,451 US$ 322,259
Rata-rata JOP per bulan US$ 9,023 US$ 7,270 US$ 8,496 US$ 24,789
D. Total JOP Berdasarkan penawaran PT. Dirgantara Indonesia total JOP untuk satu tahun adalah US$ 315,275.
E. Alokasi JOP Distribusi alokasi JOP antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan 7 kabupaten/kota yang dibagi berdasarkan rute adalah sebagai berikut: 5 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
1. Rute Medan – Gunung Sitoli PP (3 kali per minggu) a. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menanggung ¾ bahagian. b. Pemerintah Kabupaten Nias menanggung ¼ bahagian. c. Distribusi alokasi JOP kerugian sebagai berikut: No
Provinsi/Kabupaten
1 2
Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Nias Total Asumsi: US$ 1 = Rp. 10.000,-
Total JOP (13 bulan) JOP per tahun (12 Rp. bulan) Rp. 879.740.000 812.070.000 293.250.000 270.690.000 1.172.990.000 1.082.760.000
2. Rute Medan – Sibolga PP (3 kali per minggu) a. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menanggung ¼ bahagian. b. Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga menanggung ¾ bahagian. c. Distribusi alokasi JOP sebagai berikut: No
Provinsi/Kabupaten/Kota
1 2
Provinsi Sumatera Utara Tapanuli Tengah + Sibolga + Tapanuli Utara Total Asumsi: US$ 1 = Rp. 10.000,-
Total JOP (13 bulan) JOP per tahun (12 Rp. bulan) Rp. 236.270.000 220.410.000 708.820.000 661.210.000 945.090.000
881.600.000
Distribusi alokasi beban JOP kerugian antara Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga berdasarkan bobot daerah masing-masing.
6 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
3. Rute Medan – Padang Sidimpuan PP (3 kali per minggu) a. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menanggung ¼ bahagian. b. Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidimpuan dan Kabupaten Madina secara bersama-sama menanggung ¾ bahagian. c. Distribusi alokasi kerugian sebagai berikut: No
Provinsi/Kabupaten/Kota
1 2
Provinsi Sumatera Utara Tapanuli Selatan + P. Sidempuan + Madina Total Asumsi: US$ 1 = Rp. 10.000,-
Total JOP (13 bulan) JOP per tahun (12 Rp. bulan) Rp. 276.130.000 254.890.000 828.380.000 764.660.000 1.104.510.000
1.019.550.000
Distribusi alokasi beban JOP kerugian (pembagian JOP) antara 3 kabupaten/kota (Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidimpuan dan Madina) berdasarkan bobot daerah masing-masing.
IV.
PERHITUNGAN BOBOT DAERAH
A. Pengelompokkan Rute Penerbangan Sesuai dengan rute yang ditawarkan oleh PT. Dirgantara Indonesia yang terdiri dari 3 rute, perhitungan pembobotan daerah juga dihitung berdasarkan 3 (tiga) pengelompokkan daerah sebagai berikut: 1. Rute Medan – Padang Sidimpuan Pengelompokkan daerah kabupaten/kota yang sharing JOP terdiri dari:
7 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
a. Kabupaten Tapanuli Selatan b. Kabupaten Madina c. Kota Padang Sidimpuan Perhitungan bobot daerah dapat dilihat pada tabel 1 s/d 10. 2. Rute Medan – Sibolga Pengelompokkan daerah kabupaten/kota yang sharing JOP terdiri dari: a. Kabupaten Tapanuli Tengah b. Kota Sibolga c. Kabupaten Tapanuli Utara Perhitungan bobot daerah dapat dilihat pada tabel 11 s/d 20. 3. Rute Medan – Gunung Sitoli Kabupaten Nias dikecualikan dari perhitungan bobot daerah, sharing JOP hanya antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Nias.
B. Perhitungan Bobot Daerah berdasarkan Pengelompokkan Rute Penerbangan Perhitungan bobot daerah untuk menghitung alokasi pembagian JOP untuk masing-masing kabupaten/kota dan dikelompokkan berdasarkan rute penerbangan dapat dilihat pada tabel berikut.
8 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
1. Perhitungan bobot daerah untuk rute Medan – Padang Sidimpuan (Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidimpuan dan Kabupaten Madina) Tabel 1. PDRB 3 Daerah Kabupaten dan Kota Tahun 2000 atas Dasar Harga Berlaku PDRB Persentase Angka Bobot No Kabupaten/Kota (Rp. Jutaan) Komposisi (%) PDRB 1 Tapanuli Selatan 3.052.642,37 62,54 0,6254 2
Mandailing Natal
1.252.508,83
25,66
0,2566
3
Padangsidimpuan
575.790,46
11,80
0,1180
4.880.941,66
100
1,0000
Total PDRB
1
Tabel 2. APBD 3 Daerah Kabupaten dan Kota Tahun 2000 Persentase Angka Bobot Kabupaten/Kota APBD (Rp) Komposisi (%) APBD Tapanuli Selatan 86.416.377.492 48,21 0,4821
2
Mandailing Natal
77.641.021.115
38,82
0,3882
3
Padangsidimpuan
35.939.431.508
17,97
0,1797
Total APBD
199.996.830.115
100
1,0000
No
1
Tabel 3. PAD 3 Daerah Kabupaten dan Kota Tahun 2000 Persentase Kabupaten/Kota P A D (Rp) Komposisi (%) Tapanuli Selatan 1.306.574.746 27,86
2
Mandailing Natal
2.400.589.000
50,31
0,5031
3
Padangsidimpuan
1.064.258.254
22,30
0,2230
4.771.422.000
100
1,0000
No
Total PAD
Angka Bobot PAD 0,2786
9 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
Tabel 4. Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang 3 Daerah Kabupaten dan Kota Jumlah Persentase Angka Bobot No Kabupaten/Kota Perusahaan Komposisi (%) Jlh Perush 1 Tapanuli Selatan 12 66,67 0,6667 2
Mandailing Natal
0
0
0
3
Padangsidimpuan
6
33,33
0,3333
18
100
1,0000
Total Perusahaan
1
Tabel 5. Jumlah Penduduk 3 Daerah Kabupaten dan Kota Tahun 2000 Jumlah Persentase Angka Bobot Kabupaten/Kota Penduduk (jiwa) Komposisi (%) Jlh Pendk Tapanuli Selatan 613.147 54,79 0,5479
2
Mandailing Natal
355.285
31,75
0,3175
3
Padangsidimpuan
150.652
13,46
0,1346
1.119.084
100
1,0000
No
Total Penduduk
1
Tabel 6. Jumlah PNS 3 Daerah Kabupaten dan Kota Tahun 2000 Jumlah Persentase Angka Bobot Kabupaten/Kota PNS (jiwa) Komposisi (%) Jlh PNS Tapanuli Selatan 8.650 51,44 0,5144
2
Mandailing Natal
4.667
27,75
0,2775
3
Padangsidimpuan
3.499
20,81
0,2081
Total P N S
16.816
100
1,0000
No
10 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
Dari tabel 1 s/d 6 diperoleh perhitungan pembobotan daerah sebagai berikut: Tabel 7. Angka Bobot 3 Daerah Kabupaten dan Kota
0,4821
Angka Bobot Jlh Jlh PAD Perush Pendk 0,2786 0,6667 0,5479
Jlh PNS 0,5144
3,0780
0,2566
0,3882
0,5031
0
0,3175
0,2775
1,7532
0,1180
0,1797
0,2230
0,3333
0,1346
0,2081
1,1688
1
1
1
1
1
1
6
Kabupaten/ Kota
PDRB
APBD
1
Tap. Selatan
0,6254
2
Madina
3
P.Sidimpuan
No
Total
Total
Tabel 8. Bobot Daerah / Koefisien Bobot Bandara Aek Godang No
Kabupaten/Kota
Jumlah Angka Bobot
Koefisien Bobot
1
Tapanuli Selatan
3,078
0,513
2
Mandailing Natal
1,7532
0,2922
3
Padangsidimpuan
1,1688
0,1948
6,0000
1,0000
Total
Tabel 9. Bobot Daerah berdasarkan Karakteristik Wilayah (Penghematan waktu tempuh) No
Kabupaten/Kota
Koefisien Wilayah
1
Tapanuli Selatan
0,80
2
Mandailing Natal
0,70
3
Padangsidimpuan
1,00
Total
2,50
11 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
Setelah setiap bobot dikalikan dengan koefisien wilayah maka diperoleh bobot final dan koefisien JOP final dalam Tabel 10.
No
Kabupaten/Kota
Tabel 10. Koefesien Bobot Final Koefisien Bobot Wilayah 0,513 0,80
Bobot Final 0,4104
Koefisien Bobot Final 0,5070
1
Tapanuli Selatan
2
Mandailing Natal
0,2922
0,70
0,2045
0,2525
3
Padangsidimpuan
0,1948
1,00
0,1948
0,2405
1,0000
2,50
0,8097
1,0000
Total
2. Perhitungan bobot daerah untuk rute Medan – Sibolga (Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Utara)
Tabel 11. PDRB 3 Daerah Kabupaten dan Kota Tahun 2000 atas Dasar Harga Berlaku PDRB Persentase Angka Bobot No Kabupaten/Kota PDRB (Rp. Jutaan) Komposisi (%) 1 Tapanuli Tengah 971.163,72 32,03 0,3203 2
Sibolga
480.452,32
15,85
0,1585
3
Tapanuli Utara
1.579.540,30
52,12
0,5212
Total PDRB
3.031.156.34
100,00
1,0000
12 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
Tabel 12. APBD 3 Daerah Kabupaten dan Kota Tahun 2000 Persentase Angka Bobot No Kabupaten/Kota APBD (Rp) Komposisi (%) APBD 1 Tapanuli Tengah 60.244.642.310 30,01 0,3001 2
Sibolga
27.929.006.000
13,91
0,1391
3
Tapanuli Utara
112.579.502.600
56,08
0,5608
Total APBD
200.753.150.910
100,00
1,0000
1
Tabel 13. PAD 3 Daerah Kabupaten dan Kota Tahun 2000 Persentase Angka Kabupaten/Kota P A D (Rp) Komposisi (%) Bobot PAD Tapanuli Tengah 1.547.871.000 26,40 0,2640
2
Sibolga
1.361.841.000
23,23
0,2323
3
Tapanuli Utara
2.652.793.000
50,37
0,5037
Total PAD
5.562.505.000
100,00
1,0000
No
Tabel 14. Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang 3 Daerah Kabupaten dan Kota Tahun 2000 Jumlah Persentase Angka Bobot No Kabupaten/Kota Perusahaan Komposisi (%) Jlh Perush 1 Tapanuli Tengah 10 90,91 0,9091 2
Sibolga
1
9,09
0,0909
3
Tapanuli Utara
0
0,00
0,0000
Total Perusahaan
11
100,00
1,0000
13 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
1
Tabel 15. Jumlah Penduduk 3 Daerah Kabupaten dan Kota Tahun 2000 Jumlah Persentase Angka Bobot Kabupaten/Kota Penduduk (jiwa) Komposisi (%) Jlh Pendk Tapanuli Tengah 244.091 33,39 0,3339
2
Sibolga
81.718
11,18
0,1118
3
Tapanuli Utara
405.323
55,43
0,5543
Total Penduduk
731.132
100,00
1,0000
No
1
Tabel 16. Jumlah PNS 3 Daerah Kabupaten dan Kota Tahun 2000 Jumlah PNS Persentase Angka Bobot Kabupaten/Kota (jiwa) Komposisi (%) Jlh PNS Tapanuli Tengah 3.836 28,19 0,2819
2
Sibolga
2.240
16,46
0,1646
3
Tapanuli Utara
7.534
55,35
0,5535
Total P N S
13.610
100,00
1,0000
No
Tabel 17. Angka Bobot 3 Daerah Kabupaten dan Kota
0,3001
Angka Bobot Jlh Jlh PAD Perush Pendk 0,2640 0,9091 0,3339
Jlh PNS 0,2819
2,4093
0,1585
0,1391
0,2323
0,0909
0,1118
0,1646
0,8972
0,5212
0,5608
0,5037
0,0000
0,5543
0,5535
2,6935
1
1
1
1
1
1
6
Kabupaten/ Kota
PDRB
APBD
1
Tap. Tengah
0,3203
2
Sibolga
3
Tap. Utara
No
Total
Total
Dari tabel 11 s/d 17 diperoleh perhitungan pembobotan daerah seperti pada tabel 18 berikut. 14 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
Tabel 18. Bobot Daerah / Koefisien Bobot No
Kabupaten/Kota
Jumlah Angka Bobot
Koefisien Bobot
1
Tapanuli Tengah
2,4093
0,4016
2
Sibolga
0,8972
0,1495
3
Tapanuli Utara
2,6935
0,4489
Total
6,0000
1,0000
Tabel 19. Bobot Daerah berdasarkan Karakteristik Wilayah (Penghematan waktu tempuh) No
Kabupaten/Kota
Koefisien Wilayah
1
Tapanuli Tengah
1,00
2
Sibolga
1,00
3
Tapanuli Utara
0,20
Total
2,20
Setelah setiap bobot dikalikan dengan koefisien wilayah maka diperoleh bobot final dan koefisien JOP final dalam Tabel 20 berikut.
No
Kabupaten/Kota
Tabel 20. Koefesien Bobot Final Koefisien Bobot Wilayah 0,4016 1,00
Bobot Final 0,4016
Koefisien Bobot Final 0,6266
1
Tapanuli Tengah
2
Sibolga
0,1495
1,00
0,1495
0,2333
3
Tapanuli Utara
0,4489
0,20
0,0898
0,1401
1,0000
2,20
0,6409
1,0000
Total
15 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
C. Distribusi Total Beban JOP per rute Perhitungan distribusi total beban JOP untuk masing-masing kabupaten/kota yang dikelompokkan berdasarkan rute penerbangan dapat dilihat sebagai berikut.
1. Rute Medan – Padang Sidimpuan
-
Total JOP (13 bln) Rp. 276.130.000
JOP per tahun (12 bln) Rp. 254.890.000
165.678.500
1
Provinsi/ Kabupaten/ Kota Sumatera Utara
2
Tap. Selatan
0,5070
419.990.000
387.680.000
251.992.000
3
Madina
0,2525
209.170.000
193.080.000
125.502.000
4
P. Sidimpuan
0,2405
199.220.000
183.900.000
119.535.000
No
Koefisien Bobot
Total 1,0000 1.104.510.000 1.019.550.000 Keterangan: 1. Asumsi US$ 1 = Rp. 10.000,2. Biaya JOP 6 bulan = 65% dari JOP per tahun
JOP 6 bln Rp.
662.707.500
2. Rute Medan – Sibolga
-
Total JOP (13 bln) Rp. 236.270.000
JOP per tahun (12 bln) Rp. 220.410.000
143.266.500
1
Provinsi/ Kabupaten/ Kota Sumatera Utara
2
Tap. Tengah
0,6266
444.146.612
409.981.488
266.487.967
3
Sibolga
0,2333
165.367.706
152.647.113
99.220.623
4
Tap. Utara
0,1401
99.305.682
91.666.783
59.583.409
Total 1,0000 945.090.000 881.600.000 Keterangan: 1. Asumsi US$ 1 = Rp. 10.000,2. Biaya JOP 6 bulan = 65% dari JOP per tahun
568.561.500
No
Koefisien Bobot
JOP 6 bln Rp.
16 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
3. Rute Medan – Gunung Sitoli
1
Provinsi/ Kabupaten/ Kota Sumatera Utara
2
Nias
No
0,75
Total JOP (13 bln) Rp. 879.740.000
JOP per tahun (12 bln) Rp. 812.070.000
527.845.500
0,25
293.250.000
270.690.000
175.948.500
Koefisien Bobot
Total 1,0000 1.172.290.000 1.082.760.000 Keterangan: 1. Asumsi US$ 1 = Rp. 10.000,2. Biaya JOP 6 bulan = 65% dari JOP per tahun
V.
JOP 6 bln Rp.
703.794.000
PENUTUP Sebagai penutup tulisan ini disampaikan saran dan rekomendasi
sebagai berikut:
1. Mengadakan pertemuan dengan pemerintah kabupaten/kota pada kawasan pantai barat untuk memperoleh kesepakatan sebagai berikut: a. Pendirian Sumatera Utara Airlines atau yang disebut Sutera Airlines. b. Alokasi dari besarnya block seat untuk provinsi dan masing-masing kabupaten/kota. c. Mekanisme pencairan dana karena setiap penerbangan yang belum mencapai block seat harus dibayar. d. Mekanisme
pemasaran
seat
apakah
secara
bersama
dan
didistribusikan sesuai bobot atau daerah memasarkan seatnya masingmasing.
17 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
e. Kuasa kepada Gubernur Sumatera Utara menandatangani perjanjian kerjasama dengan operator penerbangan. f. Masing-masing Bupati/Walikota meminta persetujuan DPRD.
2. Pemerintah provinsi membentuk tim negosiasi untuk mempersiapkan Surat Perjanjian Kerjasama dengan operator penerbangan dari unsur Bappeda, Dinas Perhubungan, Biro Hukum, dan lain-lain, serta seorang pakar penerbangan dari Departemen Perhubungan. Tim negosiasi ini antara lain akan memfinalkan: a. Besarnya block seat yang lebih realistis. b. Besarnya penumpang yang dianggap telah mencapai titik impas, misalnya 30. c. Pembagian keuntungan di atas titik impas. d. Pembagian keuntungan biaya angkut kargo. e. Apa jaminan dari operator penerbangan bahwa mereka akan mengadakan operasi secara kontiniu sesuai kesepakatan, karena dalam operasi ini mereka juga masih harus menjual 10 seat.
3. Setelah kesepakatan dengan kabupaten/kota dan operator penerbangan telah tercapai maka pemerintah provinsi segera membentuk BUMD Sutera Airlines dengan tugas: a. Mengurus izin usaha penerbangan. b. Mengawasi
operasi
penerbangan
yang
dilakukan
operator
penerbangan.
18 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006
c. Mengkoordinasikan promosi penjualan dan mengadakan evaluasi penjualan seat secara berkala dalam rangka penagihan biaya JOP pada kabupaten/kota. d. Mengkoordinasikan modal angkutan yang terkait dengan penerbangan ini. e. Mempersiapkan
rencana
pengembangan
kedepan
agar
tidak
tergantung pada perusahaan penerbangan dan kalau mungkin memiliki pesawat sendiri dari tipe yang paling cocok misalnya 20 seat.
19 Murbanto Sinaga : Analisis Rencana Kerjasama Pembiayaan Operasional Penerbangan Antara…, 2002
USU Repository © 2006