4.1 Teoni Pemawarm Dengan aswnai atruktur pasar adalah bersaing aempurna aerta
perusahaan
bertu juan
memalcsimunrkQn
fungai penawaran produk perusahaan &pat
keuntungan,
dituunkan dari
fungsi keuntungan, dengan memgerhatikan fungai. produksi perusahaan.
Dalam proses produksi diaeunsikan produsen
rasional, dimana produsen selalu memaksimumkan keuntungan pa&
tingkat harga tertentu. Untuk memaksimumkan keuntungan a&
hama
dipenuhi.
yaitu:
"first
asecond order conditiona.
dua syarat yang
order
conditiona dan
Syarat pertama dipenuhi bila
turunan pertama dari fungsi keuntungan aama dengan nol, artinya nilai produktivitas marginal faktor-faktor produksi sama dengan harga faktor tersebut. nuhi bila
fungsi nilai
Syarat kedua dipe-
turunan kedua dari
fungsi ke-
untungan lebih kecil dari no1 (Henderson and Quandt, 1980
dan Koutsoya~is,1 9 7 5 )
.
Dalam analisis penawaran komoditas pertanian terdapat berbagai karakteristik yang berbeda dari komoditas non pertanian.
Secara teoritis &pat
dikemukakan bahwa ting-
kat produksi akan dipengaruhi oleh: (a) harga produk itu sendiri,
(b) harga produk lain yang saling
terhadap input yang sama, dan
berbagai
faktor
non
berkompetisi
dan (c) harga input. ekonomi
Tehnologi
juga akan berpengaruh
terhadap iklim.
tingkat produksi
pertanian
segerti cuaca dan
Faktor tujuan perusahaan juga merupakan faktor
yang dapat meimpengaruhi keputusan
haan.
produksi dari parusa-
Adapun jumlah genawaran di gaaar atau indwtri
untuk kamoditas tertentu,
adalah merupakan genjumlahan
penawaran dari setiap perusahaan yang masuk pasar. Penawaran pasar dari suatu komoditas adalah merupakan fungsi dari harga komoditas itu sendiri dengan koefiaien arah (slope) yang positif.
Artinya, bila terjadi kenaikan
harga
maka
komoditas
tersebut
akan
bertambah
jurnlah
komoditas itu yang ditawarkan di pasar. Sebaliknya kalau harga
komoditas
tersebut
yang
bersangkutan ditawarkan
di
turun, pasar
jumlah a
h
komtoditas berkurang.
Sedangkan pengaruh perubahan harga-harga faktor produksi, harga komoditas saingan, tehnologi, dan tujuan perusahaan adalah merupakan faktor yang menggeser fungsi penawaran. Meningkatnya harga-harga input akan menggeser kurva penawaran
ke
sebelah
kiri
kurva
penawaran
semula,
sedangkan bila harga-harga faktor produksi menurun akan menggeser kurva penawaran ke sebelah kanan kurva penawaran semula.
Artinya, bila harga faktor produksi naik, untuk
tingkat harga output yang sama maka akan berkurang jumlah komoditas bersangkutan yang ditawarkan di pasar. Sebaliknya, bila harga faktor produksi menurun, untuk tingkat harga output yang sama, akan bertambah jumlah komoditas
,
bersangkutan yang
ditawarkan di pasar.
Peningkatan harga
komoditas aaingan akan menggeser kurva penawaran koamditas bersangkutan ke kiri, sebaliknya menurunnya harga kamoditas aaingan aksa menggeaer kurva penawaran k-ditas ban.
ke
Artinya, bahwa bila harga komoditas saingan me-.
ningkat maka akan berkurang jumlah komoditaa bersangkutan yang ditawarkan di pasar untuk tingkat harga yang sama. Adanya peaingkatan kemajuan tehnologi akan menggeser kurva penawaran ke aebelah kanan,
artinya akan
lebih banyak
komoditas bersangkutan yang akan ditawarkan pada tingkat harga yang sama.
Telah diketahui, bahwa produksi karet slam Indonesia bersumber
dari hasil karet perkebunan rakyat, perkebunan
besar swasta,
dan perkebunan
besar produksi
karet
alam
rakyat, perkebunan besar
negara
(BUKN)
yang berasal
swasta
.
Berapa
dari perkebunan
maupun dari perkebunan
negara akan dipengaruhi luas areal produktif
dan tingkat
produktivitasnya. Produktivitas untuk
jenis
demikian juga
pengusahaan antar
produksi yang sama berbeda.
tanaman
karet Yaw
antar sama
jenis pengusahaan
maupun antar
wilayah
daerah produksi dapat
berbeda,
pada wilayah produksi yang
Perbedaan produktivi tas tersebut dapat terjadi
akibat perbedaan iklim, penggunaan teknologi, intensitas pemeliharaan,
clan
rendahnya tingkat
daerah
dengan
faktor
lainnya.
groduktivitaa yang
produksi dengan
terkait nya.
berbagai
Tinggi
dicapai oleh suatu
jenia penguaahaan tertentu, akan
faktor-faktor yang diduga mcmppengaruhi-
Menurut Teken (1971), tingkat groduktivitas tanaman
karet akan tergantung pa&
frekuensi sadap, intensitas
sadap, jumlah pohon yang disadag, jenis lahan tanaman, komposisi umur tanaman, mutu tanah, kondisi tanaman, dan penggundan stimulan. Perkembangan
luas
areal tanaman karet alam
sendiri
tidak terlepas dari kaitannya dengan berbagai kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal, disamping faktor lainnya. Pengaruh dari berbagai kebijakan yang diterapkan, maupun pengaruh
perubahan
berbagai
faktor
internal
maupun
eksternal akan berbeda untuk daerah produsen yang berbeda maupun untuk jenis pengusahaan yang berbeda. Perkebunan
karet
rakyat
pada
-ya
maghasilkan
bahan olahan karet (bokar) &lam
bentuk slab, ojol, screp
dan sebagian daerah menghasilkan
USS.
Perkebunan rakyat
di wilayah Sumatera sebagian menghasilkan lumps, scrap, USS, dan Slab,
Perkebunan rakyat di wilayah Kalimantan
sebagian
menghasilkan
besar
USS,
Screp,
dan
Lumps.
Sedangkan perkebunan rakyat di wilayah Jawa sebagian besar menghas ilkan screp dan
lump.
Sedangkan
perkebunan
besar olahan
swasta karet
Memurut
maupun negara bentuk
dominan
menghasilkan bahan
lateks pekat dan USS.
ketentw~aya, hasil
bahan
olahan
karet
(bokar) yang dihasilkan dari kebun plasma PIR haxu8 d i j w l kepada perusahaan inti.
Bokar ini k m d i a n diolah menjadi
bahan mentah karet &lam pekat. a&
Sedangkan
bentuk
hasil
RSS, SIR atau lateks
perkebunan karet rakyat non PIR,
yang dijual ke pabrik pengolahaan crumb rubber atau
kepada pedagang pengumpul
dalam
bemtuk bahan olahan
seperti ojol, slab, lateks cair dan USS. bahan
olahan
lateks
pekat.
bunan
karet
Selanjutnya
diproses menjadi RSS, SIR
Sedangkan
karet
yang dihasilkan
dan
perke-
besar swasta dan perkebunan negara umumPya diolah
sendiri menjadi bahan mentah karet. Bentuk
karet
alam
beragam, antara lain &lam
Indonesia yang
bentuk SIR, RSS, lateks pekat
dan berbagai bentuk barang jadi dari karet. sar
dieksgor sangat
adalah dalsm bentuk SIR
(crumb rubber),
RSS, barang dari karet, clan lateks pekat. tahapan atau proses produksi
gkspor terbekemudian
Gambaran
umum
hingga ekspor industri karet
alam Indonesia adalah seperti terlihat pada Gambar
4.1.
Berdasarkan sejarah perkembangannya serta penyebaran pusat-pusat produksi tanaman karet, wilayah produksi karet alam di Indonesia dapat dikelompokkan atas tiga wilayah produksi,
yaitu:
(1) wilayah Sumatera, ( 2 ) wilayah Jawa,
.
. . -
AREAL PBRKEBmlm KmBT IMDoBlESU PERKEBWAN RAlCYAT PERIUBUNAH SWASTA PLIUUIBWAN N E W
.PERICEBV#AW =AT
.PERKSBUMAN 8UMTA
PRoDmsI BABAll OLAa lEAillPT ALllll ImmmBSxA
. P e r k d u n a n Rakyat ( S l a b , ojol, USS, Lateks, dll. .Perkebunan Swaista ( L a t e k s , USS) .Perkebunan Negara ( L a t e k s , USS)
t
P E 1 S a O ~ MENJADI BAHAH laE&rl'ALI, 0t
-
I
,
PRODUKSI BAEAH IUIU3TALAY IMDonESIA
- . TSR
+
. RSS . Lateks
7
IblDUSTRI BARANG DARI lCARET D I D A M NEGERI
. PABRIK CRU#B RUBBER . INTI/PERICEB~AH BRSAR . PERKSBVHMl WEI
Pekat
4 0
KIESPOR KARET ALAM
-
PEMASARAU BKSPOR OLKEl i EKSPORTIR RANTOR PEWASARMT BBRsAXA (KPB) P~~
.. .
BESAR
+
Fi PASAR DALAM
. Lateks . Barang
Pekat dari k a r e t
Gambar 4.1 Gambaran Umum Industri Karet Alam Indoeesia
Ban (3) wilayah Kalimantan clan propinsi lainaya.
Dasar
pengelompokkan wilayah produksi karet ini adalah didasar kepada adanya perbedaan sejarah diusahakannya pertanaman karet
di
ketiga
perkembangan
wilayah
tanaman
tersebut,
karet
adanya
&lam
ha1
perbedaan
luas
tam,
produktivitas maupun jenia pengusahaannya.
Menurut Teken (1971), perkebunan rakyat adalah usaha yang
dikelola oleh keluarga dengan unit
operasi yang
kecil, dengan pengelolaan secara tradisional dan dengan produktivitas yang rendah. dikelola
secara
Tanaman karet rakyat yang
tradisional
masih
tetap
ada
hingga
sekarang, tetapi sudah makin sedikit jumlahnya, terutama setelah adanya kebijakan pengembangan perkebunan melalui pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR/NES) dan pola Unit Pelak-
.
sana Proyek (UPP)
Dengan diterapkannya pengembangan perkebunan karet rakyat dengan pola PIR dan UPP, penggunaan input faktor terutama pupuk, terus meningkat.
Oleh karena itu pengam-
bilan keputusan perlwsan perkebunan karet rakyat diduga akan memperhitungkan tingkat harga pupuk. Penerapan kebijakan pengembangan dengan
pola
PIR
umumnya
tanaman di areal baru.
merupakan
perkebunan
karet
kegiatan
perluasan
Sedangkan pola UPP &pat
merupakan
perluasan di areal baru tetapi &pat lama atau berupa peremajaan.
juga di areal yang
Oleh karena itu
dihipote-
sakan bahwa program pengembangan perkebunan pola PIR
akan
mendorong rakyat
peningkatan
areal
tanaman
karet
tanam
perkebunan
perkebunan
.
Perluasan terlepas
dari
areal
kebutuhan
keperluan pembelian tenaga kerja.
modal
kerja
rakyat
tidak
terutanm
untuk
faktor dan pembayaran
input
upah
Xeperluan modal pengembangan perkebumm
rakyat pola PIR dan sebagian pola UPP diperoleh dari pekat kredit dengan suku bunga tetap sebesar 10.5 persen per Sedangkan perkebunan rakyat di luar pola PIR dan
tahun.
pola UPP, meanperoleh modal dari lembaga perkreditan formal maupun yang tidak formal atau modal sendiri,
Oleh karena
itu diduga bahwa tingkat suku bunga uang yang terjadi berpengaruh
terhadap keputusan pengembangan luas areal
tanaman karet perkebunan rakyat. Pelaksanaan - penananman ban,
pemeliharaan tnnrrnan.
dan peremajaan tanaman karet di perkebunan rakyat tidak lagi hanya dilakukan dengan tenaga kerja &ri luarga a&lah
.
&lam
ke-
Sebagian besar tenaga untuk perlwsan tananran
berasal dari luar keluarga yang merupakan tenaga
kerj a upahan.
Keterbatasan modal yang dimiliki petani
perkebunan rakyat akan membatasi pengguuaan tenaga kerja dari luar keluarga bila upah tenaga semakin tinggi, Keputusan
petani
untuk
melakukan
penanaman
karet
baru, tidak terlepas dari tingkat harga karet di pasar dalam
negeri,
Petani
cenderung menpertimbangkan
perkebunan
karet
rakyat
akan
atau responsif terhadap harga
di tingkat FOB atau harga di pasar internasional.
Tetapi
dalam studi ini diasumsikan bahwa terdapat hubungan yang
erst antara harga karet di tingkat usahatani dan h a r p di tingkat peagang
beaar
Jakarta,
yang
&lam
etudi
ini
digunakan sebagai harga domeabik. Dari dirkuai di atae, l w e areal karet porkebuaan
karat rakyat dihipoteaakan merupakan fungai dati harga karet dc~aneatik, harga pupuk, upah tenaga kerja, suku bungs uang, kebijakan pengembangan perkebunan dengan pola PIR, clan peubah be&
kala
(lag) &ri
luas areal perkebunan
karet itu sendiri. Secara teknis total produksi tanaman karet adalah merupakan perkalian antara luas tanaman produktif dengan tingkat
produktivitas.
Tingkat
produktivitas
tanaman
karet perkebunan rakyat Indonesia secara rata-rata masih sangat rendah dibandingkan dengan produktivitae perkebunan besar swasta maupun perkebunan negara.
Rendahnya produk-
tivitas kebun karet rakyat ini karena umumuya kebun karet rakyat terdiri dari tansman yang sudah t w dan bibitnya tidak unggul. Berbagai faktor yang secara teknis &pat
mempengaruhi
tingkat produktivitas tanaman karet antara lain adalah faktor bahan hektar,
tanaman yang digunakan,
tingkat
pemeliharaan
jumlah pohon per
trrnrrmrn,
koslgoaisi
tanaman, cuaca/iklim, f rekuensi sadap, sistean sadap, dan tingkat kesuburan lahan.
Tanaman karet rakyat yang dikem-
bangkan dengan pola PIR dan pola UPP telah dikembangkan dengan menggunakan bibit tanaman yang diokulasi dari jenis unggul.
Sedangkan tanaman karet perkebunan rakyat yang
dikembangkan dengan pola
swadaya
murni,
umumnya masih
,
dominan menggunakan bibit yang berasal dari biji-biji karet yang tidak unggul serta kurang jelan
aaal-usulnya.
Bila diarrum8ikan tingkat pcrmcrliharaan trnrnun dan frekuonni rradap barhubupgap daagan tiogkrt harga jual karet clan modal yang dimiliki, maka dalam 8tudi ini diduga tingkat adalah
tanaman
produktivita8 merupakan
domestik,
fungsi
karet
dari
tingkat suku bunga,
park-
harga
rakyat
karat
jumlah r
di
hujan,
areal tanaman, trend, dan tingkat produktivitaa be&
Sekitar 7.48
pasar luas kala.
prsen dari total .luas areal tanaman
karet dan sekitar 11.07 persen dari total produksi karet alam Indonesia pa&
tahun 1991 adalah berasal dari perke-
bunan besar swasta.
Antara tahun 1977 hingga tahun 1991
tingkat gertambahan areal tanaman karet perkebunan besar swasta hanya 0.06 persen per tahun.
Keadaan ini sejalan
dengan perkembangan harga karet alam yang terjadi di pasar dunia. Perkebunan berkerj a
besar
berdasarkan
dalam membwt karet di pasar.
swasta
adalah
prinsip-prinsip
perusahaan
yang
perusahaan,
maka
keiputusan akan responsif terbsdap barga Dalam memasarkan produksinya, sebagian
besar perusahaan perkebunan besar swasta mengekspor hasil karetnya secara langsung maupun
tidak langsung.
Oleh
karena itu, perusahaan perkebunan
besar swasta akan lebih
responsif terhadap harga di pasar internasional dari pada harga di pasar domestik.
Menurut T e e n (1971), perubahan tingkat harga karet akan berpengaruh terhadap frekusnsi paayadapan, intensitas jumlah pohon yang
paayadapan,
disadag,
clan pamskniaa
Bila harga msaingkat mka frcrkuensi eadap,
stiPnrlan.
intaaaitaa eadap. jtnlah pohon yang diaadap, dan prnullsian crtimulan akan mamingleat.
Sebaliknya, bila harga karet
menurun, mska faktor-faktor di atas akan berkurang. Keputusan peruaahaan perkebunan beaar swasta untuk melakukan paanaman b a a , &lam
studi ini diduga merupakan
fungsi dari harga karet alam di pasar internasional, harga input faktor, upah tenaga kerja, suku bungs w ~ g ,harga minyak sawit (CPO) beda kala, kebijakan pengembangan PIR dan
luas
tanaman
areal
sebelumnya
karet
yang
diusahakan
tahun
.
Dengan
naiknya harga
karet
alam
akan
ditanggapi
perusahaan perkebunan besar swasta dengan penAnrnun baru. Perusahaan perkebunan besar swasta yang umumnya mengekspor sendiri groduksinya akan lebih mentpertimbangkan harga di pasar internasional daripada harga yang terjadi di pasar dalam negeri.
harga yang
Oleh karena itu dalam atudi ini peubah
dimisalkan menduga perssmaan areal perkebunan
besar swasta adalah harga karet di pasar internasional yaitu pasar New York.
Salah satu tanaman kompetitif dari
tanaman karet terhadap penggunaan lahan perkebunan besar swasta adalah tanminyak
sawit
kelapa sawit.
meningkat
maka
akan
Diduga bila harga terj adi
pengalihan
pemanfaa tan lahan perkebunan besar swasta dari tanaman karet ke
tanaman
kelapa sawit, dan sebaliknya bila harga
,
minyak sawit turun maka akan terjadi pengalihan p e n m a a n lahan dari ta~smankelapa sawit ke tanaman karet. Program pengembangan perkdunan karet rakyat dengan pola PIP wlibatkur perkobunan besalt swasta dan perkebunan negara
sebagai
penmahaan
inti.
Dongan
berperannya
perkebunan bearar swasta dan negara sebagai inti, maka perkebunan
beaar
meangun
kebun
hubungan
antara
teraebut inti.
mmpunyai
Oleh
perubahan
karena
luas
peluang itu,
areal
untuk
diduga
tansman
a&
karet
perkebunan besar awasta maupun perkebunan negara dengan pelaksanaan program pengembangan perkebunan pola PIR. Produktivitas tanaman karet perkebunan besar swasta &lam
studi ini diduga merupakan fungsi dari harga karet
di pasar internasional, tingkat suku bunga, jumlah hari hujan, 1 w s areal karet perkebrlnnn besar swasta, peubah trend, &n
peubah beds kala dari produktivitas.
Harga
karet akan memgengaruhi frekuensi sadap, intensitas sadap, jumlah pohon Tingkat
yang
diaadap,
dan
penggunaan
atimultan.
suku bunga akan mempengaruhi penyediaan modal
kerja untuk pemeliharaan, penyadapan, pembelian pupuk, dan stimulan.
Trend waktu dimasukkan dalam persamaan produk-
tivitas untuk menangkap pengaruh berbagai peubah tehnologi maupun peubah lainnya yang belum dimasukkan &lam
persa-
maan.
Perkebunan Sumatera
dan
negara
umumnya
wilayah Jawa.
terpusat
di
wilayah
Untuk tahun 1991, lebih dari
'
60
persen
wilayah
areal
karet
Sumatera,
perkebunan
negara
berlokasi
di
29 persen berlokasi di Jawa, dan hanya
10 persen berlokasi di wilayah Kalimantan, dll.
Dilihat
dari pangsa areal karet perkebunan negata ini hanya 8.49 persen dari areal total karet nasional, dan pangsa produksi sebesar 18.83 persen dari produksi total karet alam Indonesia untuk tahun 1991. Antara
tahun 1977 hingga
tahun
1991
tingkat per-
tumbuhan areal tanaman karet perkebunan negara rata-rata hanya 0.56 per tahun, sedangkan tingkat pertumbuhan produksi mencapai rata-rata 0.72
persen per
tahun.
Per-
tumbuhan areal perkebunan negara diduga ada h u b u n g k y a dengan pelaksanaan program pengembangan perkebunan pols PIR.
Dimana
dalam pelaksanaan program
negara
tennasuk yang
turut berperan
PIR perkebunan
sebagai perusahaan
inti. Sebagai perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip bisnis, perusahaan perkebunan negara dalam membuat keputusan akan responsif terhadap tingkat harga. itu,
dalam
studi
ini diduga bahwa
harga
Oleh karena karet
adalah
merupakan salah satu faktor pertimbangan yang digunakan perkebunan negara dalam mengambil keputusan apakah melakukan penanaman baru atau tidak. Faktor-faktor maupun faktor
untuk biaya yang
ketersediaan
modal
untuk
investasi
operasi perusahaan adalah merupakan
menjadi
pertimbangan
dalam
keputusan untuk melaksanakan penanaman baru.
pengambilan Sedangkan
penyediaan modal akan berhubungan dengan suku bunga uang.
Diduga bahwa bila suku bunga rendah maka meningkatkan permintaan modal
akan semakin
investasi untuk keperluan
penanaman baru. Bila
harga
turun,
pupuk
maka
akan
meningkatkan
kemampuan perusahaan untuk membeli pupuk &lam
jumlah yang
lebih besar untuk digunakan pada areal tanrman yang lebih luas.
Sebaliknya,
berkurang
daya
bila harga pupuk meningkat
beli
perusahaan
untuk
maka akan
membeli
pupuk.
Sedangkan kemampuan untuk pengadaan pupuk oleh perusahan akan menjadi dasar pengambilan keputusan untuk melaksanakan penanaman baru atau tidak.
Oleh karena itu, diduga
bahwa tingkat harga pupuk adalah fungsi dari luas areal tanaman karet pada perkebunan negara. Untuk mengambil keputusan dalam melakukan penanaman baru,
perema jaan
faktor
tanaman, maupun
ketersediaan
tenaga
pemeliharaan
kerja
menjadi
tanaman,
pertimbangan
perusahaan.
Kemampuan perusahaan untuk menyediakan tenaga
kerja
dipengaruhi
akan
Semakin
tinggi
kemampuan Dengan
upah
perusahaan
demikian
besarnya
upah
tenaga
maka
akan
tenaga
kerja
untuk
menyediakan
tingkat
upah
tenaga
kerja.
terbatas kerja .
tenaga
kerja
akan
mem-
pengaruhi besarnya kenmupuan perusahaan untuk melakukan penanaman baru.
Oleh karena itu, studi ini menduga bahwa
perkembangan luas areal tanaman karet di perkebunan negara dipengaruhi tenaga
faktor
kerja
upah
meningkat
tenaga maka
kerja, dimana bila upah luas
areal
tanam
akan
berkurang. Seperti juga pada perusahaan perkebunan besar swasta, tanaman
kelapa
sawit
diduga
adalah
merupakan
tanaman
kompetitif dari tanaman karet dalam ha1 penggunaan lahan. Oleh karena itu, &lam
studi ini dihipotesakan bahwa harga
minyak sawit (CPO) berpengaruh terhadap luas areal tanaman karet perkebunan negara. Dari diskusi di atas dapat dihipotesakan bahwa luas areal
tanaman karet perkebunan negara adalah merupakan
fungsi dari: (1) harga karet di pasar internasional, ( 2 ) harga
pupuk,
(3)
upah
tenaga kerja,
(4) tingkat
suku
bunga, ( 5 ) harga minyak sawit (CPO) beda kala, ( 6 ) pelaksanaan program PIR, dan ( 7 ) luas areal tanaman karet beda kala . Pelaksanaan pemeliharaan yang pupuk
intensif,
dan pemberantasan hama penyakit
penggunaan
secara intensif,
penggunaan stimulan secara tepat, sistem jarak tanam yang sesuai, penggunaan bibit unggul, serta sistem sadap dengan frekuensi dan intensitas sadap yang sesuai, pada u m m y a telah ber jalan dalam mana jemen perkebunan negara.
Keadaan
ini terlihat dari tingkat produktivitas tanaman karet yang dicapai perkebunan negara rata-rata lebih tinggi dari yang dicapai perkebunan rakyat maupun perkebunan besar swasta. Dalam studi ini, diduga tingkat produktivitas tanaman karet perkebunan negara adalah merupakan fungsi dari harga karet di pasar internasional, tingkat suku bunga, jumlah hari hujan
per tahun, luas areal perkebunan karet negara,
trend waktu, dan produktivitas tanaman karet perkebunan' negara beda kala.
kompetitif dari tanaman karet dalam ha1 penggunaan lahan. Oleh karena itu, dalam studi ini dihipotesakan bahwa harga minyak sawit (CPO) berpengaruh terhadap luas areal tan8man karet perkebunan negara. Dari diskusi di atas dapat dihipotesakan bahwa luas areal
tanaman karet perkebunan negara adalah merupakan
fungsi dari: (1) harga karet di pasar internasional, ( 2 ) harga
pupuk,
(3)
upah
tenaga kerja,
(4)
tingkat suku
bunga, ( 5 ) harga minyak sawit (CPO) beda kala, ( 6 ) pelaksanaan program PIR, dan (7) luas areal tanaman karet beda kala . Pelaksanaan pemeliharaan yang pupuk
intensif, penggunaan
dan pemberantasan hama penyakit
secara intensif,
penggunaan st imulan secara tepat, sistem jarak tanam yang sesuai, penggunaan bibit unggul, serta sistem sa&p
dengan
frekuensi dan intensitas sadap yang sesuai, pada umumnya telah berjalan dalam manajemen perkebunan negara.
Keadaan
ini terlihat dari tingkat produktivitas tanaman karet yang dicapai perkebunan negara rata-rata lebih tinggi daxi yang dicapai perkebunan rakyat maupun perkebunan besar swasta. Dalam studi ini , diduga tingkat produktivitas tanaman karet perkebunan negara adalah merupakan fungsi dari harga karet di pasar internasional, tingkat suku bunga, jumlah hari hujan
per tahun, luas areal perkebunan karet negara,
trend waktu, dan produktivitas tanaman karet p e r k e b ~ n a ~ negara beda kala.
Secara teoritis, penawaran ekspor komoditas tertentu dari
suatu negara adalah merupakan kelebihan penawaran
domestik yang
dikonsumsi atau tidak dishpan
tidak
dalam bentuk stock (Labys, 1973; Kindleberger and Lindert, 19 82 1
.
Pada Gambar 4.1 dapat dijelaskan mekanisme derge-
.-
seraa kurva penawaran ekspor dari suatu negara. Gambar 4.2 di
negara
(i) adalah merupakan keseimbangan pasar
pengekspor
dan
Gambar
4.2
(ii) menunjukkan
keseimbangan pasar di negara pengimpor, dan Gambar 4.2 (iii) adalah menunjukkan keseimbangan penawaran dan
(E:)
pexmintaan
impor
antar
kedua
ekspor
negara
yang
melakukan perdagangan komoditas tertentu. Tingkat harga keseimbangan di kedua pasar tersebut adalah pa& OP.
Bila
diasumsikan
tidak
ada
biaya
tingkat
transfer, maka
jumlah ekspor sebesar ab, dan jumlah impor adalah sebesar cd (dimana ab=cd=oe
.
Bila terjadi pergeseran penawaran
ataupun pergeseran permintaan akibat adanya perubahan dari faktor-faktor penggeser faktor
penggeser
akan dapa t sebelah kiri
kurva
kurva permintaan atau penawaran
menggeser kurva
penawaran ekspor semula.
di negara pengekspor
penawaran ekspor
atau ke sebelah kanan
faktor-
( ~ E ~ a t aE:~)u
( B ! )
ke kurva
Dengan bergesernya kurva pena-
waran ekspor tersebut pada kondisi kurva permintaan impor D tetap maka jumlah yang diekspor dapat bertambah atau (EM) berkurang.
Bila juga bila terjadi pergeseran kurva penawaran dan atau kurva permintaan di negara pengimpor akibat perubahan dari faktor-faktor penggeser kurva tersebut, akan mengakibatkan bergesernya kurva permintaan impor negara bersangkutan.. tetap,
( E : )
Dengan asumsi k u m a penawaran ekspor
bergesernya
kurva
permintaan
impor
akan
mengakibatkan berubahnya jumlah yang diekspor atau yang Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa faktor-
diimpor. faktor
yang
permintaan
fungsi
domestik dari
merupakan ekspor
mempengaruhi
faktor-faktor
penawaran
ekspor
fungsi
suatu komoditas adalah juga yang
mempengaruhi
komoditas bersangkutan.
persaxuaan
dan
tersebut
Atau
dapat
penawaran
secara
statistik
dirumuskan
sebagai
berikut :
E
= f(Qt, Ps, P1, ) , 1
Bahwa penawaran ekspor (BE) adalah merupakan fungsi dari produksi
komoditas (PSI,
bersangkutan
(Qt), harga
bersangkutan harga
komoditas
lainnya
komoditas (PI),
dan
tingkat pendapatan (Irn)negara pengimpor. Pada merintah
dasarnya dalam menerapkan
perdagangan
kebijaksanaan
internasional pe-
ekspor
maupun
terhadap komoditas yang diperdagangkan. Berbagai
impor kebi-
jakan yang mungkin ditempuh antara lain pengenaan pajak ekspor,
tarif
pajak/tarif impor,
impor
secara
sedangkan
ekspor/impor
melalui
dan
nilai
langsung nilai harga.
tukar.
akan tukar
Kebi jaksanaan
mempengaruhi akan
Mekanisme
ekspor/
mempengaruhi perubahan nilai
tukar mempcmgaruhi volume ekspor komoditas tertentu dari suatu negara clapat dilihat pads Gambar 4.3. Gambar 4.3
menjelaskan hubungan antara perubahan
nilai tukar terhadap perubrhnn penawaran ekspor ban volume Bila po adalab, nilai tukar mula-mula, dengan
perdagangan.
dan di pasar
danikian harga di pasar pengintpor adalah pengekspor adalah aebesar adalah akibat
#
= @.
e,
dan keseimbangan perdagangan
Bezubahnya nilai tukar uang &ti
devalwsi
mata
wng
dinegara
p0 ke pl
pengekspor,
akan
menyebabkan bergesernya kurva kelebihan penawaran (excess supply) negara pengekspor di negara pengimpor, yaitu dari
$ menjadi
e.
Hal ini menyebabkan harga produk di negara
pengimpor lebih murah dari sebelum deva-luasi, yaitu
$
xnenjadi Pf.
adalah
dan
por adalah uang
dari
Keseimbangan baru di negara pengimpor
$,
dan keseimbangan baru di negara pengeks-
dan
.
Artinya,
akibat
devaluaai mata
di negara pengekspor akan meningkatkan volume ekspor
negara tersebut. Berdasarkan
uraian
yang
telah
dikemukakan,
secara statistik per8rarrrr.l penawaran ekspor &pat
maka
dirumus-
kan menjadi : :E
f
(Qtt Ps, PI, Ym, NT, TAX)
Dimana NT adalah nilai tukar, TAX adalah pajak ekspor, Qt adalah produksi domestik, Ps harga konmditas bersangkutan, P1
adalah
harga
kosroditas
pendapatan negara konsumen. pertimbangan
dalam
lainnya,
dan
Y,
tingkat
Faktor waktu juga menjadi
penyesuaian
penawaran
ekspor,
oleh
'
karena
itu
peubah
be&
kala
(time lag)
diduga
juga
berpengaruh terhadap penawaran ekspor. Sebagian besar groduksi karet
Indonesia ditujukan
untuk ekapor, h m y a sebagian kecil yang dbanfaatkan untuk keperlwn
induatri gengolahan di
&lam
negeri.
Oleh
karena itu diduga bahwa harga karet di pasar internasicmal berpengaruh
terhadap
Indonesia, dan pa&
penawaran
ekspor
karet
alam
sisi lain penawaran ekspor karet alam
Indonesia diduga berpengaruh terhadap tingkat harga di pasar internasional. Dengan m-erhatikan yang digunakan
jumlah produksi karet Indonesia
di dalam negeri sangat sedikit dan dengan
mempertimbangkan fasilitas pergudangan yang terbatas, maka studi
ini
berhipotesa bahwa tingkat produksi karet akan
mempengaruhi besarnya penawaran ekspor.
Diduga srrnakin
tinggi produksi karet nasional maka akan semakin tinggi jumlah ekspor. Dari
diskusi
di
karet Indonesia a&lah
atas,
dihipotesakan bahwa
merupakan fungsi &ri:
eksgor
(1) harga
karet di pasar Internasional, (2) harga karet sintetis, ( 3 ) produksi karet Indonesia, ( 4 ) ( 5 ) nilai tukar, ( 6 )
impor karet alam dunia,
tingkat pendapatan negara pengimpor,
( 7 ) pajak ekspor, dan ( 8 ) jumlah ekspor karet slam Indone-
sia beda kala. Penawaran penawaran
ekspor
ekspor
karet
Indonesia,
alam
dunia
Malaysia,
didominasi
dan
Thailand.
Ekspor karet alam dari ketiga negara tersebut hampir 90 persen dari volume ekspor karet alam dunia.
Untuk tahun
'
1991, pangsa ekspor karet Indonesia sebesar 30 persen, Walayaia sebesar 28 peraen dan Thailand 31 peraen dari total ekspor karet alam dunia. Karena
ketidakaediaan
clan
informasi
data
yang
lengkag yang mempemgaruhi parnawaran ekspor karet Malaysia dan Thailand, maka persamaan penawaran ekspor karet alam kedua
negara
tersebut
merupakan fungsi &ri
&lam
studi
harga karet di
ini
dihipotesakan
pasar internasional,
nilai tukar, produksi karet alam, stok karet alam, dan ekspor karet alam be&
kala dari masing-masing negara.
4.7 Harga Karet Alam di Pllsar Domstik dan Pasar 1.-nal Secara teoritis, harga keseimbangan yang terjadi di pasar domestik maupun di pasar internasional adalah merupakan titik keseimbangan antara kurva permintaan dengan kurva penawaran di pasar bersangkutan.
Dengan demikian,
gersamaan harga karet alam di pasar domestik maupun di pasar
internasional
akan
dipengaruhi
bentuk
permintaan dan kurva penawaran masing-masing pasar.
kurva Dalam
model yang dibangun terdapat dua jenis harga karet yang dimasukkan yaitu harga b e t alam di pasar &lam
negeri
dan harga karet alan di pasar internasional.
Harga dipengaruhi Harga
karet harga
alam di pasar karet
karet di pasar
alam
di
domestik dihipotesakan pasar
internasional.
internasions1 diduga dipengaruhi
penawaran ekspor karet alam Indonesia.
Dengan demikian
terdapat integrasi pasar karet alam domestik dengan pasar karet alam internasional.
Bila
terjadi
peningkatan
produksi
karet
alam
Indonesia maka akan menggerser kurva penawaran ke sebelah kanan kurva penawaran semula.
Dengan mengasumsikan kurva
permintaan tetap, maka peningkatan produksi akibat pergeseran kurva penawaran ke sebelah kanan akan mengakibatkan turunnya harga di pasar bersangkutan. terjadi
penurunan
jumlah uang
yang
Sebaliknya, bila ditawarkan
akibat
pergeseran kurva penawaran ke sebelah kiri dari kurva penawaran semula, pa& menyebabkan
kondisi kurva permintaan tetap akan
meningkatnya
harga
di
pasar
bersangkutan.
Demikian j uga halnya bila terj adi pengurangan atau pe ningkatan permintaan akibat pergeseran kunra permintaan ke sebelah kiri atau kanan dari kurva permintaan semula akan menyebabkan turunnya atau naiknya harga di pasar bersangku tan. Jumlah stok karet alam tidak saja merupakan selisih produksi dikurangi konsumsi dan jumlah ekspor, tetapi juga berfungsi sebagai penyangga penawaran karet alam di pasar domestik maupun di pasar internasional.
Oleh karena itu,
stok karet alam dalam studi ini adalah merupakan peubah eksogen yang diduga mempengaruhi tingkat harga di pasar bersangkutan.
Harga
karet
dipengaruhi oleh besarnya
di
nilai
pasar
domestik
tukar mata uang
juga asing
mitra dagang negara bersangkutan. Dari diskusi dli atas, persamaan harga karet alam di pasar domestik dihipotesakan merupakan fungsi dari:
(1)
harga karet alam di pasar internasional, (2) jumlah pro-
duksi
karet
alam
Indonesia,
(3)
nilai tukar mata uang
asing,
(4) peubah trend, dan (5) harga karet alam beda
kala.
Sedangkan persamaan harga karet alam di pasar
internasional
(pasar New York) dihipoteaakan merupakan
fungsi dari: (11 jumlah impor karet alam dunia, (2) ekspor karet alam Indonesia, (3) ekagor karet slam negara luar Indonesia,
di
(4) stok . karet alam dunia, ( 5 ) peubah
trend, dan ( 6 ) harga karet slam beda kala di pasar internasional
.