PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAYA MELARUTKAN FRAKSI AIR DAN ETIL ASETAT DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP KALSIUM BATU GINJAL SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Program Studi Farmasi
Oleh : Natalia Ni Putu Olivia Paramita S.D. NIM : 038114024
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAYA MELARUTKAN FRAKSI AIR DAN ETIL ASETAT DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP KALSIUM BATU GINJAL SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Program Studi Farmasi
Oleh : Natalia Ni Putu Olivia Paramita S.D NIM : 038114024
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya belajar bahwa tidak ada yang instant atau serba cepat di dunia ini, semua butuh proses dan pertumbuhan Saya belajar bahwa untuk menjadi paham sesuatu butuh niat, waktu, dan usaha yang nyata Saya belajar untuk menjadi kuat dalam menghadapi dunia setiap hari Saya belajar untuk menjadi bijaksana dalam memahami bahwa saya tidak mengetahui segala sesuatunya Saya belajar untuk menjadi cukup bodoh ketika suatu keajaiban terjadi Saya belajar untuk selalu yakin akan tujuan akhir saya Saya belajar untuk menjadi terang bukan di tempat yang terang tetapi terang ditempat yang gelap Saya belajar untuk menjadi jawaban dan tidak hanya diam Saya belajar untuk menjadi garam tetapi tidak di tengah lautan Saya belajar untuk menjadi harapan bukan hanya berharap Saya belajar untuk menjadi jawaban bukan hanya ucapan Saya belajar untuk menjadi jawaban bukan menambah beban Saya belajar untuk mencintai setiap orang dengan cara yang sempurna bukan mencintai orang yang sempurna Saya belajar bahwa Tuhan selalu punya rencana dalam hidup dan kadang rencanaNya tidak sesuai dengan harapan saya tetapi Dia akan menjadikan segala sesuatu indah tepat pada waktuNya Saya belajar....belajar....belajar....dan akan terus belajar....
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku Mama Erna, idola dan teladanku
Papa Ketut, pendukungku Bagonk Yoga, teman bermain dan bertengkarku
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA Terima kasih kepada Tuhan yang telah memberi pengetahuan dan kemampuan sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penyelesaian skripsi ini telah melibatkan banyak pihak dan melalui suatu proses yang tidak sebentar. Terima kasih kepada semua yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, secara khusus kepada: 1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak Yohanes Dwi Atmaka, M.Si., selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan masukan hingga terselesaikanya skripsi ini. 3. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas masukan, nasehat dan kritikan yang membangun demi tercapainya hasil terbaik dari skripsi ini. 4. Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji atas masukan, nasehat, dan kritikan yang membangun demi tercapainya hasil terbaik dari skripsi ini. 5. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan segenap pengetahuan, pengalaman, dan gambaran akan masa depan seorang farmasis. Terima kasih untuk selalu membantu sejak dari awal hingga akhir perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Mama, Papa, dan Yoga yang selalu mendukung, mendoakan, dan meyakinkan bahwa segala sesuatu pasti bisa terselesaikan dengan baik karena keikutsertaan Bapa di sorga. 7. Mas Wagiran, Mas Agung, Mas Bimo, Pak Mukmin, Pak Prapto, Pak Parlan, Mas Kunto, Mas Otok, Pak Musrifin, Mas Yuwono, dan semua laboran atas bantuan, canda tawa, dan kesediaanya untuk lembur saat bekerja di laboratorium. 8. Heribertus Rinto Wibowo yang selalu memberi semangat, masukan, dan kritik yang membangun hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih untuk semua hal baru yang boleh penulis dapatkan dari kebersamaan selama mengerjakan skripsi ini. 9. Eyene, Inow, Chemel, Makcik Ditae, Pakcik Indrae, dan Om Ate yang selalu setia memberikan sayap-sayap yang kokoh hingga skripsi ini selesai. 10. Genduut, Melin, Nandute, Bleki, Margamon, yang telah mengenalkan arti sebuah realita dan keajaiban. Terima kasih untuk tambahan pengetahuan, semangat, dan curhat-curhatnya. 11. Gothe, Sita, Ira untuk dukungan moral yang sungguh menguatkan sejak SMA hingga sekarang. 12. Teman-teman kos Difa, Alit, Mamae, Galih, Livi, Monci, Merry, Asyen, Dinae, Tiwi, Ria, Ayu, Grace, Friska, Dini, Sifa, Ami, Sentya, atas segenap perhatian, semangat, dan kebersamaan yang telah diberikan. 13. Mas Mbong, dan teman-teman Cantus Firmus Choir, Esti, Dita Sopran, Mas Beni, Mas Bayu, Danang Kecil, Rondang, Budi, Ferdian, teman-teman
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
altoners, soprano, tenorist, dan bassers atas semangat, doa, dan makna sebuah persahabatan. 14. Semua teman-teman kelas A atas kebersamaan selama hari-hari kuliah dan praktikum. Semangat terus dan sukses selalu. 15. Titan, yang memberi warna di hari-hari akhir penyelesaian skripsi ini. 16. Semua teman dan sahabat yang tak bisa disebutkan satu persatu atas doa, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan demi terselesaikannya skripsi ini Tiada sesuatu yang sempurna, demikian juga dengan skripsi ini. Masukan dan kritikan yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini menjadi kehormatan bagi penulis. Penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermafaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 14 Maret 2007 Penulis
Natalia Ni Putu Olivia Paramita S.D.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat peluruh batu ginjal. Hal ini karena adanya kandungan flavonoid dalam pandan wangi, khususnya di bagian daun. Fraksinasi daun pandan wangi menggunakan air dan etil asetat bertujuan mengetahui pengaruh kedua fraksi terhadap kelarutan kalsium batu ginjal. Penelitian ini termasuk dalam rancangan eksperimental murni lengkap pola searah. Analisis kualitatif kandungan flavonoid dalam daun pandan wangi menggunakan kromatografi lapis tipis. Hasil analisis menunjukkan bahwa fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi mengandung glikosida flavonoid yang mengarah pada golongan flavonol. Subjek uji batu ginjal direndam dalam sembilan kelompok perlakuan yaitu, kontrol negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan konsentrasi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, dan 10% v/v. Filtrat hasil perendaman diukur kadar kalsium terlarutnya menggunakan spektrofotometer serapan atom. Data kadar kalsium terlarut yang diperoleh diuji dengan analisis statistik deskriptif Explore, dilanjutkan uji One Way Anova dan uji post hoc LSD. Hasil analisis menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun pandan wangi mampu melarutkan kalsium batu ginjal lebih tinggi daripada fraksi airnya. Kedua fraksi daun pandan wangi tersebut memiliki daya melarutkan tertinggi pada konsentrasi 10%v/v. Kata kunci : pandan wangi, batu ginjal kalsium, air, etil asetat, spektrofotometer serapan atom
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) is one of the plant that can be used as a drug which decreases the size of the kidney stones. This presumed because of the flavonoids which contained in pandan wangi, particularly in its leaves. Fractionation the pandan wangi leaves using water and ethyl acetate has a purpose to know the influence from both of the fraction in solubilizing the calcium kidney stones. This research is a kind of a complete pure experimental research with one way pattern. Qualitative analysis of flavonoids in pandan wangi leaves carried out by thin layer chromatography. The result of analysis showed that pandan wangi leaves contained glycosides flavonoid which supposed to flavonol group. The test subject, kidney stones, submered in nine treatment groups involved negative control, water and ethyl acetate fraction of pandan wangi leaves in concentration 2,5%v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, 10% v/v. The filtrates after the submersion then measured by atomic absorption spectrophotometer to know the concentration of the soluble calcium. The data of soluble calcium which obtained from the measurement by atomic absorption spectrophotometer tested by Explore descriptive statistical analysis, then continued by One Way Annova and post hoc LSD. The results showed that the fraction of ethyl acetate of pandan wangi leaves could dissolves the calcium kidney stones higher than the fraction of water of pandan wangi leaves. Both of the fractions of pandan wangi leaves gave the highest solubility in concentration 10%v/v. Key words : pandan wangi, calcium kidney stones, water, ethyl acetate, atomic absorption spectrophotometer
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................
v
PRAKATA ............................................................................................
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...............................................
ix
INTISARI .............................................................................................
x
ABSTRACT …………………………………………………………..
xi
DAFTAR ISI ………………………………………………………….
xii
DAFTAR TABEL .................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
xviii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................
1
A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
3
C. Keaslian Penelitian ..................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
3
E. Tujuan Penelitian .....................................................................
4
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ................................................
5
A. Pandan Wangi ..........................................................................
5
B. Flavonoid .................................................................................
6
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Batu Ginjal ...............................................................................
11
D. Kelarutan .................................................................................
15
E. Kromatografi Lapis Tipis .........................................................
17
F. Validitas Metode ......................................................................
19
G. Analisis Kualitatif Batu Ginjal ................................................
20
H. Spektrofotometri Serapan Atom ..............................................
21
I. Landasan Teori ..........................................................................
24
J. Hipotesis ..................................................................................
25
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN........................................
26
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..............................................
26
B. Variabel dan Definisi Operasional …………………………..
26
1. Variabel penelitian ………………………………………..
26
2. Definisi operasional ………………………………………
27
C. Bahan Penelitian …………………………………………….
28
D. Instrumen Penelitian ………………………………………...
28
E. Tata Cara Penelitian …………………………………………
29
F. Tata Cara Analisis Hasil ……………………………………..
33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………..
34
A. Determinasi Tanaman ……………………………………….
34
B. Fraksi Air dan Etil Asetat Daun Pandan Wangi .....................
34
C. Preparasi Batu Ginjal ..............................................................
36
D. Analisis Kualitatif Batu Ginjal ...............................................
36
E. Analisis Kualitatif Flavonoida ................................................
39
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Analisis Kuantitatif Kelarutan Kalsium Batu Ginjal ...............
50
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................
60
A. Kesimpulan .............................................................................
60
B. Saran .......................................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
61
LAMPIRAN .........................................................................................
64
BIOGRAFI PENULIS .........................................................................
93
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman I.
Serapan
filtrat
serbuk
batu
ginjal
yang
diukur
pada
spektrofotomotometer serapan atom ........................................... II.
38
Hasil KLT fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan fase diam selulosa dan fase gerak campuran n-butanol : asam asetat : air (4:1:5 v/v) ....................................................................
III.
Hasil KLT fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan pereaksi semprot AlCl3 dan sitroborat .........................................
IV.
40
44
Penafsiran warna bercak dari segi struktur jenis flavonoid yang mungkin terkandung dalam fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi ...............................................................................
V.
Persamaan kurva baku hasil pengukuran serapan seri larutan baku pada spektrofotometer serapan atom ..................................
VI.
47
50
Nilai perolehan kembali (%) dari tiga replikasi seri larutan baku ......................................................................................................
52
VII. Nilai koefisien variasi (%) ...........................................................
52
VIII. Rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm) setelah pengukuran menggunakan spektrofotometer serapan atom ............................ IX.
54
Rata-rata kadar kalsium terlarut pada fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi.......................................................................
xv
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Struktur umum flavonoid ................................................................
6
2. Ginjal dan batu ginjal ......................................................................
11
3. Instrumentasi spektrofotometer serapan atom ................................
23
4. Kromatogram rutin, fraksi etil asetat, fraksi air daun pandan wangi dengan fase diam selulosa dan fase gerak campuran nbutanol : asam asetat : air (4:1:5 v/v) ...............................................
41
5. Gugus kromofor dan auksokrom pada flavonol .............................
42
6. Reaksi flavonol dengan basa amonia .............................................
43
7. Reaksi flavonol dengan AlCl3 ……………………………………
45
8. Reaksi flavonol dengan asam borat………………………….........
46
9. Kurva baku kalsium hubungan antara konsentrasi larutan baku kalsium versus absorbansi dengan persamaan kurva baku y = 0,009552 x – 0,00147 .....................................................................
51
10. Diagram batang rata-rata kadar kalsium terlarut pada setiap kelompok
perlakuan
setelah
pengukuran
dengan
spektrofotometer serapan atom …………………………………..
54
11. Grafik rata-rata kalsium terlarut (ppm) dalam fraksi air dan etil asetat
daun
pandan
wangi
setelah
pengukuran
pada
spektrofotometer serapan atom ......................................................
xvi
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12. Kompleks glikosida flavonol fraksi etil asetat daun pandan wangi (12.a) dan fraksi air daun pandan wangi (12b.) dengan kalsium .........................................................................................................
59
13. Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) …………………
66
14. Serbuk daun pandan wangi ………………………………….........
67
15. Batu ginjal yang diperoleh dari Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta …….
68
16. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi hasil KLT di bawah sinar UV 365 nm tanpa uap amonia …………………………………………...
75
17. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi hasil KLT di bawah sinar UV 365 nm setelah pemberian uap amonia ……………………………….
76
18. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi hasil KLT di bawah sinar tampak setelah pemberian uap amonia …………………………………...
77
19. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi hasil KLT di bawah sinar tampak setelah disemprot dengan AlCl3 ………………………………….
xvii
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman I.
Determinasi tanaman ......................................................................
64
II. Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan serbuk tanaman pandan wangi …………………………………………...
66
III. Batu ginjal ......................................................................................
68
IV. Seri larutan baku .............................................................................
69
V. Hasil KLT flavonoid ......................................................................
75
VI. Data kalsium terlarut dalam kelompok perlakuan ..........................
79
VII.Hasil analisis statistik .....................................................................
80
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Batu ginjal merupakan penyakit yang terjadi selama ribuan tahun bahkan setiap tahunnya jutaan orang dapat menderita penyakit batu ginjal. Hal ini disebabkan gaya hidup seseorang yang mengkonsumsi berlebih makanan dan minuman yang mengandung kalsium tinggi seperti susu, mentega, keju, emping, melinjo, kacang-kacangan, dan ubi-ubian, konsumsi vitamin C dan D dosis tinggi, faktor genetik, serta kurangnya cairan tubuh. Saat ini banyak cara untuk mengobati batu ginjal, diantaranya yaitu dengan
ESWL
(Extracorporeal
Shock
Wave
Lithotripsy),
Percutaneus
Lithotripsy, konsumsi obat-obatan diuretik, atau dengan konsumsi obat-obatan tradisional. Konsumsi obat tradisional lebih digemari oleh masyarakat karena murah dan bahannya mudah didapat. Beberapa obat tradisional yang dimanfaatkan masyarakat untuk pengobatan batu ginjal antara lain yang berasal dari tanaman tempuyung, meniran, kumis kucing, keji beling. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pramono, Sumarno, dan Wahyono (1993), daun tempuyung mampu melarutkan kalsium batu ginjal. Hal ini diduga terjadi melalui pembentukan kompleks antara gugus hidroksi karbonil dalam molekul flavonoid dengan ion kalsium penyusun batu ginjal. Penelitian lain yang juga menunjukkan kemampuan flavonoid dalam
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 melarutkan kalsium batu ginjal dilakukan oleh Yanti, Anggraeni, dan Yuningsih (1993) pada tanaman meniran (Phyllantus niruri L.). Dalam penelitian Raharjo (2003), infusa daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dapat melarutkan kalsium batu ginjal. Hal ini karena adanya kandungan flavonoid dalam infusa daun pandan wangi. Mursyidi (1990) menyebutkan bahwa di dalam tumbuhan, flavonoid biasanya berikatan dengan gula sebagai glikosida. Molekul yang berikatan dengan gula tadi disebut aglikon. Glikosida flavonoid bersifat polar sehingga lebih mudah larut dalam pelarut polar. Sedangkan aglikon flavonoid bersifat kurang polar sehingga lebih mudah larut dalam pelarut dengan polaritas medium. Ekstraksi flavonoid umumnya dilakukan menggunakan pelarut campuran air dengan etanol, metanol, atau aseton. Kemudian dilakukan pengekstraksian kembali dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air tetapi agak polar. Robinson (1995) menyebutkan bahwa pelarut organik yang umumnya dipakai untuk pengekstraksian kembali ekstrak air tanaman adalah etil asetat. Dari hasil pengekstraksian kembali, glikosida flavonoid akan tertinggal dalam fase air (fraksi air) sedangkan aglikon flavonoid dan kemungkinan sebagian glikosida flavonoid dengan polaritas yang lebih rendah dari yang tersari di fase air akan tersari dalam fase etil asetat (fraksi etil asetat). Namun seberapa banyak flavonoid yang terkandung dikedua fraksi tidak diketahui. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian tentang daya melarutkan fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi terhadap kelarutan kalsium batu ginjal secara in vitro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut di atas maka diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi terhadap kelarutan kalsium batu ginjal secara in vitro? 2. Pada konsentrasi berapakah fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi yang memberikan kelarutan terbesar terhadap kalsium batu ginjal secara in vitro?
C. Keaslian Penelitian Pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh infusa daun pandan wangi terhadap kalsium batu ginjal secara in vitro oleh Raharjo (2003). Sedangkan penelitian tentang daya melarutkan fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi terhadap kalsium batu ginjal secara in vitro belum pernah dilakukan sebelumnya.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah 1. Manfaat umum Mengetahui pengaruh fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dalam melarutkan kalsium batu ginjal sehingga dapat dijadikan tambahan informasi untuk pengembangan obat tradisional peluruh batu ginjal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 2. Manfaat khusus Mendapatkan informasi konsentrasi yang memberikan kelarutan terbesar dari fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dalam melarutkan kalsium batu ginjal secara in vitro.
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi terhadap kelarutan kalsium batu ginjal secara in vitro. 2. Mengetahui konsentrasi dari fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi yang memberikan kelarutan terbesar terhadap kalsium batu ginjal secara in vitro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pandan Wangi 1. Keterangan botani Tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) termasuk dalam famili Pandanaceae. Tanaman ini memiliki beberapa sinonim yaitu Pandanus odorus Lidl., Pandanus latifolius Hassk., Pandanus hasskarlii Merr. (Sugati dan Hutapea, 1991). 2. Pertelaan Perdu, tahunan, tinggi 3-7 m. Helaian daun tunggal, liat , umumnya tidak utuh, warna hijau tua, bentuk garis, panjang 48,2 – 50,3 cm, lebar 3,5 – 4,0 cm, ujung daun lancip, pinggir daun sedikit berduri kecil-kecil, tidak bertangkai, tulang daun sejajar. Permukaan daun yang atas lebih mengkilap daripada permukaan daun yang bawah (Anonim, 1989). Sugati dan Hutapea (1991) menyebutkan batang tanaman pandan wangi bulat dengan bekas duduk daun, bercabang, menjalar, akar tunjang keluar di sekitar pangkal batang dan cabang. Bunga majemuk, bentuk bongkol, warnanya putih. Buahnya buah batu, menggantung, bentuk bola, diameter 47,5 cm, dinding buah berambut, warnanya jingga. 3. Kandungan Kimia Pandan wangi pada bagian daunnya mengandung flavonoida, alkaloida, saponin, tanin, polifenol dan zat warna.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 4. Kegunaan Pandan wangi, khususnya bagian daun, berkhasiat sebagai obat lemah saraf, selain itu bermanfaat juga sebagai penambah nafsu makan dan sebagai bahan baku kosmetika. Kegunaan lain daun pandan wangi, seperti yang disebutkan dalam Materia Medika Indonesia IV, yaitu sebagai bahan pewangi.
B. Flavonoid Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau, kecuali alga dan hornwort. Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, serbuk sari, nektar, bunga, buah, dan biji. Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6 – C3 – C6. Artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 disambungkan oleh rantai alifatik tiga-karbon. Golongan terbesar flavonoid berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga karbon dengan salah satu dari cincin benzena. 8 9
7
1 O
2' 2
1'
3'
B
4'
A 6 5
10
3
6'
5'
4
Gambar 1. Struktur umum flavonoid (Robinson, 1995)
Semua varian flavonoid memiliki jalur biosintesis yang sama sehingga memiliki struktur dasar yang sama. Flavonoid dikelompokkan menjadi beberapa kelas berdasarkan tingkat oksidasi cincin pirannya (Brunetton, 1999). Masingmasing flavonoid dalam tiap kelasnya dibedakan oleh posisi gugus hidroksi, metoksi dan substituen gula pada struktur molekulnya. Umumnya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7 tumbuhan, flavonoid berada dalam bentuk glikosida. Gula yang umumnya terikat pada flavonoid yaitu gula heksosa seperti glukosa, galaktosa, dan ramnosa ; dan gula pentosa seperti arabinosa dan silosa. Molekul-molekul gula tersebut dapat terikat sendirian atau berkombinasi dengan molekul gula yang lain pada molekul flavonoid (Anonima, 2007). Flavonoid yang memiliki sejumlah gugus hidroksi yang tak tersulih, atau suatu gula, sifatnya polar dan disebut sebagai glikosida. Oleh karena sifatnya yang polar, maka glikosida mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH), metanol
(MeOH),
butanol
(BuOH),
aseton,
dimetilsulfoksida
(DMSO),
dimetilformamida (DMF), dan lain-lain. Glikosida flavonoid (flavonoid dengan gula terikat) lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon (flavonoid tanpa gula terikat) yang sifatnya kurang polar, seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter atau kloroform (Markham, 1988). Bentuk glikosida dari flavonoid terdapat pada vakuola, dan tergantung dari spesiesnya, glikosida bisa terdapat pada epidermis daun ataupun tersebar baik di jaringan epidermis maupun mesofil. Pada bunga, glikosida terdapat pada sel-sel epidermisnya. Glikosida tersebut dapat diekstraksi, umumnya pada suhu tinggi, dengan aseton atau alkohol (etanol, metanol) yang dicampur dengan air. Penguapan solven dilakukan jika terdapat fase air hasil ekstraksi menggunakan dua pelarut yang tak saling campur, misalnya: petroleum eter akan mengeliminasi klorofil dan lemak; dietil eter akan mengekstraksi aglikon bebas; etil asetat akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8 melarutkan sebagian besar glikosida. Sedangkan sakarida bebas akan tertinggal dalam fase air bersama glikosida yang paling polar (jika ada) (Bruneton, 1999). Robinson (1995) menyebutkan bahwa glikosida flavonoid dapat larut dalam air dan pengekstraksian kembali larutan dalam air dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air tetapi agak polar sering kali bermanfaat untuk memisahkan flavonoid dari senyawa yang lebih polar seperti karbohidrat. Etil asetat merupakan pelarut yang baik untuk menangani hal ini. Ketika ada flavonoid yang ditemukan dalam kutikula daun biasanya dalam bentuk aglikon. Aglikon ini memiliki sifat lipofilik karena adanya metilasi sebagian atau total pada gugus hidroksinya. Flavonoid yang bersifat lipofilik yang terdapat
pada
jaringan-jaringan
di
permukaan
daun
dapat
diekstraksi
menggunakan pelarut yang memiliki polaritas medium; kemudian dipisahkan dari lemak dan lilin atau pengotor-pengotor lain yang ikut terekstraksi (Bruneton, 1999). Analisis kualitatif flavonoid dapat dilakukan dengan kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Kromatografi lapis tipis (KLT) lebih banyak digunakan karena waktu pemisahan lebih cepat dan hasil pemisahan lebih baik. Fase diam yang dapat dipilih untuk KLT antara lain selulosa, silika, dan poliamid. Pemilihan fase diam didasarkan pada tujuan KLT. Sedangkan untuk fase gerak dapat digunakan air, asam asetat, dan asam klorida maupun campuran pelarut. Untuk campuran pelarut, yang dapat digunakan biasanya n-butanol : asam asetat : air (4:1:5), t-butanol : asam asetat : air (3:1:1), kloroform : asam asetat : air (30:15:2), dan asam asetat : air : asam klorida (30:10:30) (Markham, 1988).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9 Fase gerak campuran n-butanol : asam asetat : air (4:1:5) dipakai fase atas, digunakan untuk memisahkan glikosida, aglikon, dan gula. Kelebihan fase gerak campuran n-butanol : asam asetat : air (4:1:5) dibandingkan t-butanol : asam asetat : air (3:1:1) adalah waktu pengembangan yang lebih pendek per kromatogram (Markham, 1988). Bercak flavonoid hasil kromatografi dapat diamati dengan sinar tampak dan ultraviolet (UV). Sebagian besar bercak flavonoid tidak terlihat pada sinar tampak. Karena alasan tersebut, untuk mendeteksi bercak, kromatogram diperiksa dengan sinar UV 365 nm. Memberikan uap amonium (NH3) pada kromatogram yang sudah benar-benar kering akan meningkatkan kepekaan deteksi dan menghasilkan perubahan warna yang ada kaitannya dengan struktur senyawa yang bersangkutan (Markham, 1988). Penyemprotan kromatogram menggunakan pereaksi yang berlainan dapat memberikan informasi terbatas tentang struktur flavonoid. Ada empat pereaksi semprot yang biasanya digunakan, yaitu: 1. FeCl3. Deteksi kromatogram dengan larutan FeCl3 akan menyebabkan terbentuknya kompleks berwarna yang dapat diamati dengan sinar tampak. 2. AlCl3. Larutan AlCl3 5% yang bisa digunakan untuk spektroskopi UV-tampak bila disemprotkan pada kromatogram kemudian dikeringkan, menunjukkan semua 5-hidroksi-flavonoid sebagai bercak berfluoresensi kuning bila dilihat di bawah sinar UV 366 nm. Selain itu, bercak yang semula tidak tampak menjadi terlihat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10 3. Kompleks difenil-asam borat-etanolamin. Pemakaian larutan 1% dalam metanol menunjukkan semua 3’, 4’-dihidroksi-flavon dan 3’, 4’-dihidroksiflavonol sebagai bercak jingga. 4. Asam sulfanilat yang terdiazotasi. Kromatogram disemprot dengan pereaksi ini kemudian disemprot dengan natrium karbonat 20%. Kebanyakan senyawa yang mempunyai gugus hidroksi fenol akan terlihat sebagai bercak kuning, jingga, atau merah. 5. Vanilin-HCl.
Bercak
merah
atau
merah
lembayung
segera
setelah
penyemprotan dan pemanasan oleh katekin dan proantosianidin, dan terbentuk lebih lambat oleh flavon dan dihidroflavonol (Markham, 1988). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pramono, dkk (1993) menyebutkan pelarutan batu ginjal oleh daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) diduga melalui efek diuretik oleh karena adanya kandungan mineral atau melalui pembentukan kompleks antara kandungan flavonoid dalam daun tempuyung dengan ion kalsium penyusun batu ginjal. Flavonoid yang terkandung dalam daun tempuyung, menurut hasil penelitian Pramono, dkk (1993), mengarah pada apigenin 7-glukosida dan luteolin 7-glukosida. Kedua senyawa ini mempunyai gugus hidroksi karbonil yang terdiri dari gugus hidroksi pada posisi 5 dan gugus karbonil pada posisi 4. Gugus hidroksi karbonil ini mempunyai sifat dapat membentuk kompleks khelat yang stabil dengan logam-logam seperti Pb, Fe, Al. Kebanyakan komposisi batu ginjal terdiri dari kalsium. Adanya ion kalsium ini merupakan agen yang mempunyai kemungkinan membentuk kompleks dengan gugus hidroksi karbonil dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11 flavonoid. Gugus lain yang terdapat pada luteolin 7-glukosida dan mempunyai kemungkinan membentuk kompleks adalah gugus orto dihidroksi pada cincin benzen lateral.
C. Batu Ginjal Batu ginjal adalah material kristalin dan mineral yang keras yang terbentuk di ginjal atau di sepanjang saluran kemih. Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau kurangnya inhibitor pembentukan batu (Anonimb,2007). Penyebab lain terbentuknya batu ginjal yaitu kerusakan tubular pada ginjal, hiperkalsiuria, hiperoksaluria, penurunan volume urin, dan faktor keturunan (Dale, 2003).
Gambar 2. Ginjal dan batu ginjal (Anonim c, 2007)
Menurut Dorland (2000) pembentukan batu di saluran kemih disebut urolithiasis sedangkan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya batu ginjal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12 disebut nephrolithiasis. Dale (2003) menyebutkan pasien penyakit batu ginjal mengalami beberapa gejala seperti nyeri hebat yang tiba-tiba di bagian panggul (flank pain) atau terkadang menyebar sampai ke bagian bawah dekat alat kelamin (groin pain). Nyeri hebat ini dapat disertai dengan nausea dan vomiting. Letak penyumbatan oleh batu menentukan lokasi nyeri yang dialami pasien. Batu yang berada pada pelvis ginjal atau di ureter bagian atas dapat menyebabkan nyeri pada panggul (flank pain). Sedangkan batu yang berada di bagian tengah atau bawah dari ureter menyebabkan nyeri pada bagian bawah dekat alat kelamin (groin pain) dan alat kelamin itu sendiri. Adanya batu pada kantung kemih ditandai dengan nyeri pada bagian bawah perut, berkurangnya volume urin, disuria, dan nyeri saat mengeluarkan urin. Gejala lain dari penyakit batu ginjal adalah terjadi hematuria. Smith dan Guay (1996) menyebutkan bahwa ada tiga teori tentang pembentukan batu ginjal, yaitu: a) Teori matrix, menyebutkan bahwa semua batu ginjal mengandung 2-3% material organik pada komposisi kristalnya. Material organik inilah yang menginisiasi mekanisme pembentukan batu ginjal. Namun setelah penelitian lebih lanjut, material organik tersebut hanya melindungi permukaan kristal batu ginjal sehingga melindungi kristal dari disolusi. b) Teori
defisiensi
inhibitor.
Urin
merupakan
cairan
kompleks
yang
mengandung sejumlah inhibitor kristalisasi, antara lain sitrat, sulfat, pirofosfat, magnesium, glikosaminoglikan. Penurunan aktivitas inhibitor pada urin menyebabkan terjadinya presipitasi yang memicu terbentuknya batu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13 c) Teori presipitasi-kristalisasi. Teori ini berdasar pada pengenalan tingkat kejenuhan suatu larutan yang mengandung mineral. Tingkat kejenuhan suatu larutan didefinisikan dengan dua istilah yaitu solubility product dan formation product. Solubility product adalah tingkat kejenuhan di mana fase cair berada dalam kondisi ekual dengan fase padat. Formation product adalah tingkat kejenuhan di mana terjadi pembentukan kristal secara spontan. Tingkat kejenuhan larutan di bawah tingkat solubility product adalah larutan tidak jenuh (undersaturated). Tingkat kejenuhan larutan diantara solubility product dan formation product merupakan larutan jenuh (supersaturated). Sedangkan tingkat kejenuhan larutan diatas formation product merupakan larutan lewat jenuh dan terjadi pembentukan kristal. Pembentukan kristal inilah yang menginisiasi pembentukan batu ginjal jika kondisi urin lewat jenuh. Jenis batu ginjal ,menurut Heptinstall (1983), bervariasi tergantung dari komponen-komponen penyusunnya. Berikut adalah jenis-jenis batu ginjal: a) Batu Kalsium Batu kalsium biasanya keras dan bentuknya tidak beraturan. Batu berwarna agak gelap pada permukaanya, karena kristal oksalat yang tajam menyebabkan abrasi pada mukosa pelvis sehingga terjadi hemoragi yang melapisi batu. Bentuknya yang tidak beraturan merupakan hasil kristalisasi dan biasanya ditemukan pada urin yang asam. Terkadang ratusan batu ini bergabung menjadi satu di dalam calyx, yang kemudian oleh sinar X terdeteksi sebagai batu tunggal. Jika batu ini bergabung dengan fosfat, batu akan menjadi lebih halus, lebih pucat, dan lebih lunak, dan disebut sebagai batu fosfat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14 b) Batu Struvite Batu struvite berwarna abu-abu atau agak keputihan dan memiliki konsistensi yang bervariasi. Beberapa ada yang keras namun beberapa juga ada yang rapuh dan lunak. Batu ini terbentuk pada urine basa dan juga terbentuk karena adanya infeksi bakteri sehingga sering disebut sebagai batu infeksi. Biasanya batu struvite mengandung campuran kalsium fosfat dan magnesium fosfat, tetapi dapat juga mengandung sedikit kalsium oksalat atau kalsium karbonat. c) Batu Asam Urat Batu asam urat keras dan berwarna coklat kekuningan dengan permukaan yang halus dan bulat. Seringkali batu ini berada dalam bentuk ganda. Menurut Dale (2003), biasanya batu ini ditemukan pada kantung kemih dan terjadi pada kantung kemih yang tidak terinfeksi. Batu ini terbentuk pada urin yang asam dan dapat menjadi besar memenuhi kaliks ginjal. d) Batu Sistin Umumnya berwarna kekuningan dan agak berlemak, menjadi berwarna gelap setelah dioperasi atau otopsi. Batu ini berada dalam bentuk ganda, halus, bulat, dan biasanya kecil. Pembentukan batu ini terjadi pada pasien yang mengalami sistinuria. Dari keempat jenis batu ginjal di atas, batu kalsium merupakan jenis batu yang paling sering ditemukan pada penderita batu ginjal. Jenis batu kedua yang paling sering ditemukan adalah batu fosfat. Batu asam urat berhubungan dengan penyakit gout. Batu sistin ditemukan pada penderita sistinuria. Faktor keturunan mempengaruhi terbentuknya batu sistin pada laki-laki dan perempuan. Sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15 batu infeksi sebagian besar ditemukan pada wanita sebagai akibat dari infeksi saluran urin. Beberapa tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat peluruh batu ginjal yaitu tempuyung (Sonchus arvensis L.), kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.), keji beling (Strobilanthus crispus Bl.), meniran (Phyllantus niruri L.). Infusa daun tempuyung pada percobaan in vivo menunjukkan efek menghambat pembentukan batu kandung kemih buatan pada tikus. Selain itu secara in vitro infusa daun tempuyung mempunyai efek melarutkan kalsium oksalat batu ginjal. Daun kumis kucing digunakan sebagai terapi untuk penyakit kadar urin rendah dan pembengkakkan pada penyakit batu ginjal. Dari hasil penelitian secara praklinis dan klinis, tanaman ini memiliki khasiat sebagai diuretik, menurunkan kadar asam urat, dan pelarut batu kalsium. Penelitian tentang ekstrak air dari herba meniran secara in vitro menunjukkan adanya efek penghambatan terhadap pembentukan kristal kalsium oksalat sehingga herba ini dapat dijadikan obat alternatif dari penyembuhan kencing batu (Anonim, 2000). Tanaman keji beling berbau lemah dan memiliki rasa yang pahit, berkhasiat melancarkan air seni serta menghancurkan batu dalam empedu, ginjal, dan kandung kemih. Untuk pengobatan batu ginjal daun keji beling dapat direbus dengan air dengan jumlah tertentu (Sulaksana, 2005).
D. Kelarutan Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16 didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen (Martin, 1990). Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut (Martin, 1990). Martin (1990) menyebutkan air adalah pelarut yang baik untuk garam, gula dan senyawa sejenis, sedang minyak mineral dan benzena biasanya merupakan pelarut untuk zat yang hanya sedikit larut dalam air. Kelarutan zat dalam pelarut ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya momen dipol pelarut. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain. Selain momen dipol, kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hidrogen, khususnya jika pelarutnya adalah air, merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan polaritas yang direfleksikan dalam dipol momen yang tinggi. Kelarutan zat juga bergantung pada gambaran struktur seperti perbandingan gugus polar terhadap gugus nonpolar dari molekul. Jika suatu molekul banyak memiliki gugus polar maka molekul tersebut akan mudah larut dalam pelarut polar. Sebaliknya, jika suatu molekul lebih banyak memiliki gugus non polar maka molekul tersebut akan larut dalam pelarut non polar (like disolve like). Pelarut berdasarkan polaritasnya dibedakan atas pelarut polar, semipolar, dan nonpolar. Pelarut polar umumnya memiliki tetapan dielektrik yang tinggi, misalnya: air, memiliki tetapan dielektrik 80. Tetapan dielektrik yang tinggi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17 menyebabkan pelarut polar dapat mengurangi gaya tarik menarik antara ion dalam kristal yang bermuatan berlawanan (misal: natrium klorida). Sedangkan pelarut non polar memiliki tetapan dielektrik yang rendah sehingga tidak dapat mengurangi gaya tarik menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah. Pelarut nonpolar dapat melarutkan zat terlarut nonpolar dengan tekanan dalam yang sama melalui interaksi dipol induksi. Pelarut semipolar, seperti keton dan alkohol, dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar. Pelarut semipolar dapat bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan nonpolar, misalnya: aseton menaikkan kelarutan eter dalam air.
E. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode kromatografi cair yang sederhana selain kromatografi kertas. KLT dapat dipakai untuk analisis kualitatif, kuantitatif, dan preparatif. Selain itu dapat juga digunakan untuk menentukan sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai pada kromatografi kolom (Gritter, Bobbit, Schwarting, 1991). KLT digunakan pada pemisahan zat secara cepat, dengan memakai zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan secara merata pada lempeng kaca (Anonim, 1989). Pada KLT pemisahan komponen-komponen terjadi atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan pelarut pengembang atau pelarut pengembang campur. Pemilihan pelarut pengembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18 atau pelarut pengembang campur dipengaruhi oleh macam dan polaritas zat-zat kimia yang dipisahkan (Mulja dan Suharman, 1995). Fase diam yang umum dan banyak dipakai adalah silika gel yang dicampur dengan CaSO4 untuk menambah daya lengket partikel silika gel pada pendukung (pelat). Perlu diperhatikan bahwa ukuran partikel dibuat pada rentang kehalusan tertentu 1-25 µm dalam keadaan seragam. Tujuan dibuat dalam keadaan seragam ini yaitu untuk didapatkannya pemisahan yang baik, laju aliran pelarut pengembangan yang cepat dan merata (Mulja dan Suharman, 1995). Kromatogram pada KLT merupakan bercak-bercak yang terpisah setelah visualisasi dengan cara fisika atau kimia. Visualisasi dengan cara fisika yaitu dengan melihat bercak kromatogram yang mengabsorpsi radiasi ultraviolet atau berfluoresensi dengan radiasi ultraviolet pada π = 254 nm atau π = 365 nm. Sedangkan visualisasi secara kimia yaitu dengan mereaksikan kromatogram dengan pereaksi warna yang memberikan warna atau fluoresensi yang spesifik (Mulja dan Suharman, 1995). Data KLT diberikan dalam bentuk harga Rf senyawa dalam sistem pelarut tertentu. Faktor retardasi atau Rf didefinisikan sebagai: Rf =
jarak titik pusat bercak dari titik awal jarak garis akhir fase gerak dari titik awal
Angka Rf berjangka antara 0,00 sampai 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. Harga hRf ialah angka Rf dikalikan faktor 100 (h) menghasilkan nilai 0 sampai 100 (Stahl, 1985).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
F. Validitas Metode Validasi metode analisis adalah proses terdokumentasi yang menjamin bahwa pelaksanaan metode analisis yang bersifat karakteristik telah sesuai dengan tujuan
pelaksanaannya.
Metode-metode
analisis
yang
digunakan
dalam
laboratorium kimia analisis bisa berupa metode standar, metode komparatif ataupun metode pengembangan. Semua metode analisis yang dipilih untuk penentuan rutin ataupun riset terlebih dahulu mutlak harus divalidasi dengan beberapa parameter validasi (Mulja dan Hanwar, 2003). Menurut Mulja dan Hanwar (2003), pada analisis kuantitatif besarnya batasan angka persyaratan parameter validasi sangat tergantung pada macam sampel yang dianalisis, sedangkan pada analisis kualitatif mempersyaratkan hasil analisisnya harus memberikan kesalahan 0% pada penentuan analit yang menyangkut nasib seseorang. Istilah-istilah parameter analisis yang perlu dipahami adalah: 1. Spesifisitas Spesifisitas merupakan kemampuan suatu metode untuk mengukur dengan akurat respon analit diantara seluruh komponen sampel potensial yang mungkin ada dalam matrik sampel. 2. Linieritas Linieritas dari suatu prosedur analisis merupakan kemampuannya untuk mendapatkan hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi (jumlah) analit di dalam sampel. Persyaratan data linieritas yang bisa diterima jika memenuhi nilai koefisien korelasi (r) > 0,999 atau nilai variasi fungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20 (Vxo) < 2% sedangkan untuk bioanalisis (penetapan hayati/analisis pada matrik sampel biologis) dipersyaratkan nilai Vxo = 5% - 10%. 3. Akurasi Akurasi suatu metode merupakan keterdekatan nilai pengukuran dengan nilai sebenarnya dari analit dalam sampel. Indikasi yang paling umum untuk menyatakan akurasi yang tinggi adalah perolehan kembali (% recovery). Akurasi untuk bahan obat dengan kadar kecil biasanya disepakati 90 – 110%, akurasi untuk kadar obat yang lebih besar biasanya disepakati 95 – 105%, akurasi untuk bahan baku biasanya disepakati 98 – 102%, sedangkan untuk bioanalisis rentang akurasi 80 – 120 % masih bisa diterima. 4. Presisi Presisi suatu metode analisis merupakan sejumlah pencaran hasil yang diperoleh dari analisis berulangkali pada suatu sampel homogen. Presisi biasanya dinyatakan dengan Coefficient of Variation (CV) dan Relative Standard Deviation (RSD). Harga RSD < 20 ppt atau CV < 2% dapat dikatakan metode tersebut memberikan presisi yang bagus, sedangkan untuk bioanalisis CV = 15 – 20% masih dapat diterima.
G. Analisis Kualitatif Batu Ginjal Identifikasi secara kualitatif suatu zat dapat dilakukan dengan mereaksikan zat atau sampel dengan pereaksi kimia. Analisis kualitatif dapat dilakukan pada bermacam-macam skala diantaranya skala makro dan semimikro. Adapun perbedaan antara keduanya didasarkan pada kuantitas zat yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21 Dalam batu ginjal terkandung kalsium yang berada dalam bentuk ion (kation) maka dilakukan analisis kualitatif terhadap keberadaan kalsium tersebut. Kalsium merupakan kation yang terdapat dalam golongan IV bersama barium dan stronsium. Pada golongan ini kation tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III. Reagensia yang bereaksi dengan golongan ini tidak dapat bereaksi dengan kation golongan V (Vogel, 1979). Reagensia yang biasa digunakan dalam identifikasi kualitatif kalsium sehingga terjadi reaksi pengendapan diantaranya adalah amonium karbonat, asam sulfat encer, amonium oksalat, kalium kromat, dan kalium ferosianida. Kalsium dengan amonium karbonat membentuk endapan amorf putih yang merupakan endapan kalsium karbonat, dengan asam sulfat encer membentuk endapan putih yang merupakan endapan kalsium sulfat, dengan kalium kromat kalsium tidak membentuk endapan dari larutan-larutan encer dan juga larutan-larutan pekat dengan adanya asam asetat. Hal inilah yang membedakan dari barium, karena barium membentuk endapan kuning barium kromat. Reaksi kalsium dengan larutan kalium ferosianida menghasilkan endapan putih garam campuran dan hal ini yang membedakan kalsium dengan stronsium (Vogel, 1979).
H. Spektrofotometri Serapan Atom Spektrofotometri serapan atom atau atomic absorption spectrophotometry (AAS) merupakan suatu metode yang digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif pada kurang lebih 70 elemen. Sensitivitas metode ini berada dalam rentang parts-per million hingga parts-per billion (Skoog, 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22 Adapun prinsip dari AAS adalah penyerapan sumber radiasi oleh atom-atom netral dalam keadaan gas yang berada dalam nyala. Radiasi yang diserap oleh atom-atom netral dalam keadaan gas tadi merupakan radiasi sinar tampak (visibel) atau ultraviolet (UV). Namun demikian AAS berbeda prinsip dengan spektrofotometri UV-Vis dalam hal instrumentasi, penanganan sampel, serta bentuk spektrumnya (Mulja dan Suharman, 1995). Penentuan jenis atom menggunakan metode ini hanya dapat dilakukan ketika atom-atom dipisahkan satu dengan yang lainnya dan berada dalam bentuk gas. Oleh karena itu langkah awal dalam prosedur spektrofotometri serapan atom yaitu proses atomisasi, proses di mana larutan sampel diuapkan dan mengalami dekomposisi untuk menghasilkan atom dalam keadaan gas (Skoog, 1994). Dalam spektrofotometri serapan atom hanya ada transisi elektronik pada atom ketika menyerap sumber radiasi. Hal ini karena atom merupakan bagian terkecil dari suatu molekul dan tidak dapat berotasi ataupun bervibrasi seperti yang terjadi pada molekul (Christian, 2004). Dalam AAS, cuplikan yang diukur berupa larutan, biasanya air sebagai pelarut. Metode kerjanya yaitu penyemprotan larutan sampel (larutan garam logam) berupa tetesan-tetesan yang sangat halus ke dalam nyala api, pelarut akan menguap meninggalkan serbuk garam yang halus yang kemudian diatomkan. Nyala api unsur logam akan memancarkan warna yang khas dan memberikan spektrum absorpsi atom yang khas pula. Berbeda dengan spektrofotometri visibel, metode ini tidak mempedulikan warna larutan (Mulja dan Suharman, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23 Secara umum instrumentasi spektrofotometer serapan atom terdiri dari sumber radiasi yang berupa Hollow Cathode Lamp (HCL), kuvet nyala (flame), monokromator, detektor, dan amplifier.
Gambar 3. Instrumentasi spektrofotometer serapan atom (Christian, 2004)
Lampu yang digunakan pada spektrofotometer serapan atom adalah Hollow Cathode Lamp (lampu katoda berongga) merupakan lampu yang memancarkan radiasi pada panjang gelombang yang spesifik sesuai dengan panjang gelombang atom yang akan dianalisis (Christian, 2004). Atom-atom netral suatu unsur di dalam nyala api akan menyerap radiasi yang datang sehingga akan mengalami transisi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Energi akan dipancarkan ketika atom kembali ke tingkat energi dasar dan akan menghasilkan garis-garis spektrum serapan atom. Garis-garis spektrum serapan atom tersebut disebut sebagai garis-garis resonansi. Garisgaris resonansi serapan atom jauh lebih sempit dibandingkan pita spektrum sumber radiasi yang sinambung. Hal ini karena radiasi dari sumber radiasi yang dilewatkan pada garis resonansi atom dalam nyala akan diserap oleh atom-atom tersebut dalam bagian yang sangat kecil (Mulja dan Suharman, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
I. Landasan Teori Pandan wangi memiliki kandungan senyawa flavonoid khususnya dibagian daun. Adanya kandungan flavonoid menyebabkan daun pandan wangi mampu melarutkan kalsium batu ginjal. Hal ini diduga terjadi melalui mekanisme pembentukan kompleks antara ion kalsium penyusun batu ginjal dengan flavonoid. Di dalam tumbuhan, flavonoid biasanya berikatan dengan gula sebagai glikosida. Molekul yang berikatan dengan gula tersebut disebut aglikon. Oleh karena mempunyai sejumlah gugus hidroksi yang tak tersulih, atau suatu gula, flavonoid merupakan senyawa polar dan larut dalam pelarut polar. Bentuk glikosida flavonoid juga mudah larut dalam air. Dengan demikian campuran pelarut seperti etanol, metanol, aseton, dimetilsulfoksida, dan pelarut polar lainnya dengan air merupakan pelarut yang baik untuk menyari flavonoid. Pengekstraksian kembali ekstrak tanaman dalam air menggunakan pelarut organik yang tidak saling campur dengan air tetapi agak polar bermanfaat untuk memisahkan flavonoid dari senyawa yang lebih polar. Etil asetat merupakan salah satu contoh pelarut organik yang umumnya digunakan untuk ekstraksi kembali ekstrak tanaman dalam air. Dari hasil pengekstraksian kembali ini akan didapatkan dua fase, yaitu fase air dan fase etil asetat. Di dalam fase air akan terkandung sejumlah senyawa yang polar yaitu glikosida flavonoid. Sedangkan di dalam fase etil asetat akan terkandung senyawa yang kurang polar yaitu aglikon flavonoid dan kemungkinan glikosida flavonoid yang polaritasnya lebih rendah daripada glikosida yang tersari di fase air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
J. Hipotesis Baik fraksi air maupun fraksi etil asetat daun pandan wangi diduga mampu melarutkan kalsium batu ginjal karena adanya kandungan flavonoid pada kedua fraksi. Oleh karena pada fase etil asetat terdapat flavonoid dalam bentuk aglikon dan glikosidanya sedangkan pada fase air hanya terdapat flavonoid dalam bentuk glikosida, maka fraksi etil asetat daun pandan wangi diduga mampu melarutkan kalsium batu ginjal lebih banyak daripada fraksi airnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental murni lengkap pola satu arah. B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian a. Variabel bebas (Independent variable) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi yaitu: 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, dan 10% v/v. b. Variabel tergantung (Dependent variable) Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar kalsium batu ginjal terlarut dalam masing-masing kelompok perlakuan (ppm/10 ml). c. Variabel pengacau i.
Variabel pengacau terkendali Terdiri dari : a) Derajat halus serbuk batu ginjal (20/50 mesh) b) Suhu lingkungan perendaman batu ginjal (37o C) c) Waktu penggojogan batu ginjal saat perendaman (1 menit) d) Daerah dan waktu pengumpulan tanaman pandan wangi
ii. Variabel pengacau tak terkendali Terdiri dari: a) pH fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2.
Definisi Operasional a. Fraksi air daun pandan wangi adalah sari yang diperoleh dari ekstrak kental etanol-air daun pandan wangi yang dapat larut dalam air. b. Fraksi etil asetat daun pandan wangi adalah sari yang diperoleh dari ekstrak kental etanol-air daun pandan wangi yang dapat larut dalam etil asetat. c. Kadar fraksi air daun pandan wangi adalah jumlah (mililiter) air yang sudah bebas etanol dengan penambahan tween 80 yang kemudian dilarutkan dalam air hingga 100 ml. d. Kadar fraksi etil asetat daun pandan wangi adalah jumlah (mililiter) etil asetat yang sudah bebas etanol dengan penambahan tween 80 yang kemudian dilarutkan dalam air hingga 100 ml. e. Kadar kalsium batu ginjal terlarut adalah jumlah (ppm) kalsium batu ginjal yang terlarut dalam sepuluh mililiter perlakuan setelah direndam selama 6 jam pada suhu 37oC. f. Derajat halus serbuk batu ginjal yang digunakan adalah 20/50. g. Waktu penggojogan batu ginjal saat perendaman adalah selama 1 menit. Batu ginjal yang direndam dalam setiap kelompok perlakuan digojog tiap 30 menit. h. Kadar kalsium batu ginjal terlarut yang terbesar sebatas pada range kadar yang diuji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
C. Bahan penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. daun pandan wangi yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu. 2. batu ginjal yang diperoleh dari Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM. 3. kalsium karbonat (Merck), etil asetat (Merck), petroleum eter (GT Baker), etanol p.a (Merck), n-butanol (Merck), asam asetat (Merck), asam klorida (Merck). 4. tween 80, aquadest, larutan amonium karbonat, larutan asam sulfat encer, larutan amonium oksalat, larutan kalium kromat, larutan kalium ferosianida dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi USD.
D. Instrumen penelitian Instrumen atau alat yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : spektrofotometer
serapan
atom
(Instrumentation
Laboratory
aa/ae
Spectrophotometer 451), mortir dan stamper, ayakan ukuran 12/18 dan 20/50 mesh (Retsch), Soxhlet (Quickfit) , corong Buchner, rotaevaporator (Janke & Kunkel IKA-Labortechnik RV 05-ST), alat-alat gelas (Pyrex), penangas air (Memmert), termometer (Filled), dan bejana KLT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
E. Tata Cara Penelitian 1. Tanaman pandan wangi segar tanpa bunga dan buah dideterminasi di Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu. 2. Pengumpulan bahan Pengumpulan daun pandan wangi dilakukan pada bulan Agustus 2006. Batu ginjal diperoleh dari Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. 3. Penyiapan bahan a. Pembuatan serbuk daun pandan wangi Daun pandan wangi yang digunakan dalam penelitian ini sudah berada dalam bentuk serbuk. Pembuatan serbuk daun pandan wangi dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu. Serbuk daun pandan wangi tersebut diayak sehingga diperoleh derajat halus serbuk daun 12/18. b. Pembuatan serbuk batu ginjal Batu ginjal digerus dengan mortir dan stamper lalu diayak dengan ayakan 20/50 mesh. 4. Pembuatan fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi a. Penghilangan lemak serbuk daun Serbuk daun pandan wangi ditimbang 30,0 gram, dibungkus dengan kertas saring sedemikian rupa sehingga dapat dimasukkan dalam Soxhlet tanpa ada bagian yang bocor. Ekstraksi dengan 150 ml petroleum eter, volume 2 kali sirkulasi, dengan pemanasan pada suhu 40 – 60oC hingga pelarut tidak berwarna. Setelah itu serbuk dikeringkan kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30 b. Penyarian flavonoid Serbuk yang telah dihilangkan lemaknya kemudian dimaserasi dengan 225 ml etanol 70% selama 5 x 24 jam hingga pelarut jernih. Selanjutnya disaring dengan corong Buchner sehingga didapatkan filtrat. Filtrat dipekatkan dengan rotaevaporator sampai sebagian besar etanolnya menguap dan diperoleh ekstrak kental bebas etanol. c. Fraksinasi flavonoid Ekstrak kental bebas etanol yang diperoleh dari hasil penyarian flavonoid, diekstraksi dengan 25 ml etil asetat beberapa kali sampai lapisan etil asetatnya tidak berwarna. Lalu sari etil asetat dipekatkan hingga tidak berbau. Setelah itu sari etil asetat dipipet 10,0 ml kemudian ditambah 1,0 ml tween 80 dan diencerkan dengan aquadest hingga 100 ml. Dengan demikian diperoleh fraksi etil asetat dengan konsentrasi 10% v/v. Ekstrak kental bebas etanol sisa yang telah dipekatkan, dipipet 10,0 ml kemudian ditambah dengan 1,0 ml tween 80 dan diencerkan dengan aquadest sampai 100 ml sehingga diperoleh fraksi air dengan konsentrasi yang sama dengan fraksi etil asetat yaitu 10% v/v. 5. Kromatografi Lapis Tipis Dari fraksi air dan fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% v/v, masingmasing dipipet 10,0 ml, diuapkan di atas waterbath hingga tersisa 5 ml. Selanjutnya kedua fraksi ditotolkan pada lempeng selulosa, dielusi dengan fase gerak n-butanol : asam asetat : air (4 : 1 : 5 v/v), dipakai fase atas, dengan panjang elusi 10 cm, sebagai pembanding digunakan rutin 0,05% b/v. Deteksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31 bercak dengan sinar UV 365 nm, uap amonia, pereaksi semprot AlCl3 dan sitroborat. 6. Analisis kualitatif batu ginjal Serbuk batu ginjal dengan derajat halus 20/50 mesh ditambah dengan aquadest, diasamkan dengan HCl 0,1 M dan disaring. Filtrat yang didapat digunakan untuk uji individual kation kalsium (Ca2+) dan juga diukur menggunakan spektrofotometer serapan atom. Reagensia yang digunakan untuk uji individual kation kalsium (Ca2+) yaitu larutan amonium karbonat, asam sulfat encer, amonium oksalat, kalium kromat, dan kalium ferosianida (Vogel, 1979). 7. Pengelompokan subjek uji dan perlakuannya Subjek uji batu ginjal dibagi menjadi sembilan kelompok perlakuan, yaitu: I. Kontrol negatif (aquadest ditambahkan 1,0 ml tween 80 kemudian diencerkan sampai 100 ml).
II. III. IV. V. VI. VII. VIII. IX.
Fraksi air daun pandan wangi 2,5% v/v Fraksi air daun pandan wangi 5% v/v Fraksi air daun pandan wangi 7,5% v/v Fraksi air daun pandan wangi 10% v/v Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% v/v Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% v/v Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% v/v Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% v/v
Pembuatan fraksi air dan fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, 10% v/v dilakukan dengan mengambil 2,5 ml ; 5 ml ; 7,5 ml ; dan 10 ml fraksi air dan fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% v/v hasil fraksinasi flavonoid kemudian diencerkan dengan aquadest hingga 10 ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32 8. Perendaman batu ginjal dalam kelompok perlakuan Subjek uji batu ginjal direndam pada sembilan kelompok perlakuan. Sebanyak 100,0 mg serbuk batu ginjal dimasukan ke dalam tabung reaksi bertutup. Tabung reaksi diletakkan di atas penangas air pada suhu 37oC selama 6 jam dan digojog setiap 30 menit selama 1 menit. Setelah 6 jam, hasil perendaman disaring dengan kertas saring dan diperoleh filtrat yang digunakan untuk pengukuran kadar kalsium terlarut dengan spektrofotometer serapan atom. 9. Preparasi alat Untuk penetapan kadar kalsium, digunakan spektrofotometer serapan atom dengan kondisi alat sebagai berikut: Sumber Cahaya Arus lampu λ Oksidan Bahan bakar
: Hollow Cathode Lamp : 7-15mA : 422,7 nm : udara (11,4 liter/menit) : asetilena (1,3 liter/menit)
Setelah kondisi alat sesuai, dilakukan pembacaan serapan baku dan sampel. 10. Analisis kadar kalsium batu ginjal yang larut dalam fraksi air dan etil asetat dengan spektrofotometer serapan atom a. Pembuatan kurva baku kalsium Pembuatan kurva baku diawali dengan membuat larutan stok kalsium 1000 ppm. Larutan stok kalsium dibuat dengan melarutkan 249,7 mg CaCO3 dalam 50 ml HCl 0,1M dan ditambah aquadest hingga 100 ml. Larutan standar dibuat dengan mengambil 0,6 ml ; 1,2 ml ; 1,8 ml ; 2,4 ml ; 3,0 ml larutan stok, diencerkan dengan aquadest sampai 100 ml sehingga diperoleh larutan baku kalsium dengan kadar 6 ppm, 12 ppm, 18 ppm, 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33 pmm, 30 ppm. Pembacaan serapan larutan baku menggunakan spektrofotometer serapan atom. b. Pengukuran kadar kalsium batu ginjal yang larut dalam fraksi air dan fraksi etil asetat daun pandan wangi Filtrat hasil perendaman dari masing-masing kelompok perlakuan dipipet 1,0 ml kemudian ditambahkan aquadest hingga 10 ml sebagai larutan sampel.
Pembacaan
serapan
larutan
sampel
menggunakan
spektrofotometer serapan atom.
F.
Tata cara analisis hasil
Data diperoleh dari perendaman batu ginjal berkalsium berupa kadar kalsium yang terlarut dalam fraksi air dan fraksi etil asetat daun pandan wangi serta larutan kontrol negatif. Analisis data dilakukan menggunakan analisis statistik deskriptif Explore untuk mengetahui model distribusinya. Setelah itu dilanjutkan dengan analisis statistik One Way Annova untuk mengetahui adanya perbedaan rata-rata dari setiap kelompok perlakuan. Kemudian untuk mengetahui apakah rata-rata kelarutan kalsium batu ginjal tersebut berbeda bermakna atau tidak maka analisis dilanjutkan dengan uji post hoc Least Significant Difference (LSD).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman Tanaman pandan wangi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu. Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan tidak salah dan benar-benar berasal dari species Pandanus amaryllifolius Roxb. Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan (lampiran I), dapat dipastikan bahwa tanaman pandan wangi yang digunakan dalam penelitian ini benar-benar Pandanus amaryllifolius Roxb.
B. Fraksi Air dan Etil Asetat Daun Pandan Wangi Serbuk daun pandan wangi dengan derajat halus 12/18 dihilangkan dari klorofil dan lemak menggunakan petroleum eter secara Soxhletasi. Lemak dan klorofil dihilangkan agar tidak mengganggu saat fraksinasi flavonoid (Harborne, 1989). Soxhletasi dilakukan hingga petroleum eter tidak berwarna hijau. Hal ini sebagai parameter bahwa klorofil telah hilang. Maserasi serbuk daun pandan wangi dilakukan menggunakan etanol 70%. Hal ini karena flavonoid dalam tanaman umumnya berada dalam bentuk glikosida yang dapat larut dalam campuran air dan pelarut polar. Markham (1988) menyebutkan bahwa metanol, etanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan lain-lain dicampur dengan air merupakan pelarut polar
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35 yang sering digunakan untuk ekstraksi glikosida flavonoid. Beberapa aglikon flavonoid kemungkinan juga dapat terlarut dalam campuran pelarut air-etanol (etanol 70%). Adapun tujuan maserasi yaitu untuk menarik flavonoid dari serbuk daun pandan wangi. Pemilihan metode maserasi ini didasarkan atas zat aktif dalam daun pandan wangi, flavonoid, yang mudah larut dalam cairan penyarinya (etanol-air). Selain itu dipilih metode maserasi karena cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah. Maserat yang diperoleh dipekatkan menggunakan rotaevaporator dengan tujuan untuk menguapkan etanol sehingga didapatkan ekstrak kental bebas etanol. Fraksinasi ekstrak kental bebas etanol menggunakan etil asetat dengan cara ekstraksi berulang. Hasil ekstraksi yang didapat yaitu sari etil asetat dan air. Sari etil asetat yang diperoleh dipekatkan menggunakan rotaevaporator hingga tidak berbau. Pembuatan fraksi etil asetat 10%v/v dengan mengambil 10,0 ml sari etil asetat yang telah dipekatkan, ditambah 1,0 ml tween 80 dan diencerkan dengan aquadest hingga 100 ml. Tween 80 berperan sebagai surfaktan agar etil asetat dapat bercampur dengan air ketika diencerkan. Sedangkan sari air hasil ekstraksi juga diberi perlakuan yang sama dengan sari etil asetat sehingga diperoleh fraksi air dengan kadar 10% v/v. Fraksinasi bertujuan untuk memisahkan flavonoid dari senyawa yang lebih polar yang terdapat dalam ekstrak kental bebas etanol seperti karbohidrat, gula bebas. Sebagian besar gula dan glikosida flavonoid dengan kepolaran yang tinggi akan tertinggal pada lapisan air sedangkan aglikon flavonoid dan kemungkinan glikosida dengan kepolaran yang lebih rendah dari yang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36 terlarut dalam fase air akan terlarut dalam lapisan etil asetat (Brunetton, 1999 ; Harborne, 1989).
C. Preparasi Batu Ginjal Batu ginjal yang digunakan dalam penelitian memiliki bentuk dan ukuran yang tak beraturan, berwarna putih kecoklatan, serta berlapis-lapis. Batu ginjal dihaluskan menjadi serbuk dengan derajat halus 20/50 mesh. Dengan demikian diharapkan akan terjadi interaksi yang sama antara batu ginjal dan zat aktif dalam tanaman pada semua kelompok perlakuan.
D. Analisis Kualitatif Kalsium Batu Ginjal Batu ginjal memiliki jenis yang beragam dengan kandungan yang berbeda-beda pada setiap batu. Dale (2003) menyebutkan persentase insidensi batu ginjal yang mengandung kalsium yaitu sebanyak 70%. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan batu ginjal yang mengandung kalsium. Untuk mengetahui ada tidaknya kalsium dalam batu ginjal yang digunakan dilakukan analisis kualitatif secara kimiawi dan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom. Analisis kualitatif secara kimiawi dilakukan dengan menambahkan reagensia yang meliputi larutan amonium karbonat, asam sulfat encer, amonium oksalat, kalium kromat, dan kalium ferosianida ke dalam filtrat serbuk batu ginjal. Reagensia tersebut merupakan reagensia yang selektif untuk identifikasi kalsium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37 (Vogel, 1979). Analisis kualitatif ini didasarkan pada reaksi pengendapan. Hasil analisis kualitatif kalsium batu ginjal yaitu sebagai berikut: 1. Larutan Amonium karbonat Penambahan larutan amonium karbonat ke dalam filtrat serbuk batu ginjal menghasilkan endapan putih kalsium karbonat. Reaksi yang terjadi yaitu: Ca2+ + CO32- Æ CaCO3(s)↓ 2. Larutan amonium oksalat Larutan amonium oksalat yang ditambahkan ke dalam filtrat serbuk batu ginjal menyebabkan terbentuknya endapan putih kalsium oksalat dengan reaksi sebagai berikut: Ca2+ + (COO-)2Æ Ca(COO)2(s) ↓ 3. Larutan asam sulfat encer Filtrat serbuk batu ginjal dengan penambahan asam sulfat encer tidak membentuk endapan putih kalsium sulfat. Vogel (1979) menyebutkan reaksi kalsium dengan asam sulfat encer membentuk endapan putih kalsium sulfat. Berikut reaksi yang terjadi: Ca2+ + SO42- Æ CaSO4 (s)↓ Tidak terbentuknya endapan putih kalsium sulfat pada reaksi ini kemungkinan disebabkan kurangnya kadar kalsium dalam batu ginjal sehingga tidak cukup mampu untuk membentuk endapan dengan larutan asam sulfat encer. 4. Larutan kalium ferosianida Larutan kalium ferosianida dengan filtrat serbuk batu ginjal tidak membentuk endapan putih garam campuran karena kurangnya kadar kalsium dalam batu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38 ginjal untuk dapat membentuk endapan dengan larutan kalium ferosianida. Endapan putih garam campuran seharusnya terbentuk menurut reaksi di bawah ini seperti yang disebutkan oleh Vogel (1979). Reaksi : Ca2+ + 2K+ + [Fe(CN)6]4 - Æ K2Ca[Fe(CN)6] (s)↓ 5. Larutan kalium kromat Endapan kuning-jingga kalsium kromat terbentuk ketika larutan kalium kromat ditambahkan pada filtrat serbuk batu ginjal. Warna endapan yang terbentuk mengikuti warna anion dari reagen yang ditambahkan. Ion kromat berwarna kuning sehingga endapan kalsium kromat yang terbentuk berwarna kuning-jingga (Vogel, 1979). Ca2+ + CrO42- Æ CaCrO4 (s) ↓ Berdasarkan hasil analisis kualitatif tersebut menunjukkan filtrat mengandung kalsium. Adanya kandungan kalsium dalam batu ginjal yang digunakan dalam penelitian ini juga ditunjukkan dari hasil pengukuran filtrat menggunakan spektrofotometer serapan atom (tabel I). Tabel I. Serapan filtrat serbuk batu ginjal yang diukur pada spektrofotometer serapan atom Replikasi I II III IV V VI
Serapan 0,09582 0,10728 0,11326 0,10614 0,10340 0,09731
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39 Nilai
serapan
yang
diperoleh
dari
hasil
pengukuran
dengan
spektrofotometer serapan atom menunjukkan adanya kalsium dalam filtrat. Dengan demikian dari analisis kualitatif batu ginjal baik secara kimiawi maupun dengan spektrofotometer serapan atom dapat disimpulkan terdapatnya kandungan kalsium dalam subjek uji batu ginjal yang digunakan dalam penelitian.
E. Analisis Kualitatif Flavonoida Analisis kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya flavonoid yang terkandung dalam fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi. Digunakan kromatografi lapis tipis dengan fase diam selulosa dan fase gerak campuran n-butanol : asam asetat : air dengan perbandingan 4 : 1 : 5 v/v dipakai fase atas. Fase atas dari campuran n-butanol : asam asetat : air merupakan nbutanol dan asam asetat yang jenuh dengan air. Sampel fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dielusi berdampingan bersama standar rutin 0,05% b/v. Elusi dilakukan pada jarak 10 cm dari tempat penotolan sampel. Deteksi bercak dilakukan menggunakan uap amonia dan pereaksi semprot AlCl3, sitroborat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40 Tabel II. Hasil KLT fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan fase diam selulosa dan fase gerak campuran n-butanol : asam asetat : air (4 : 1 : 5 v/v) Deteksi
Tanpa uap amonia Sinar tampak
Bercak
Warna
Fraksi Air
Fraksi Etil
a.tidak tampak b.coklat muda
a. tidak tampak b. tidak tampak
UV 365 nm Rf -
tidak tampak
Warna a. agak gelap
0,27 b. tidak tampak -
Asetat Rutin
Dengan uap amonia
-
a. putih redup b. gelap
gelap
Rf 0,38 -
0,88 0,64
0,65
Sinar tampak Warna a. tidak tampak b. coklat muda a. tidak tampak b. kuning muda
kuning
UV 365 nm
Rf 0,27
-
Warna a. gelap b. kuning redup
Rf 0,38 0,27
0,88
0,64
a. putih redup b. gelap
0,65
gelap
0,65
0,64
Pengamatan bercak dilakukan sebelum dan sesudah pemberian uap amonia di bawah sinar tampak dan UV 365 nm. Berdasarkan hasil pengamatan, tiap bercak menunjukkan warna dan Rf yang berbeda (tabel II). Sebelum diuapi amonia dan diamati di bawah sinar tampak, hampir semua bercak tidak terlihat warnanya, kecuali bercak c2 fraksi air daun pandan wangi. Bercak tersebut memperlihatkan warna coklat muda dengan harga Rf 0,27. Perubahan warna bercak terjadi ketika diamati di bawah sinar UV 365 nm. Tanpa uap amonia, masing-masing bercak tampak berwarna gelap. Harga Rf bercak c1 fraksi air daun pandan wangi 0,38 ; 0,64 untuk bercak b2 fraksi etil asetat daun pandan wangi ; 0,65 untuk rutin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
1,00
1,00
0,50
0,50
b1
b2
c1 c2
a
b
c
0,00
a
A
b
c
0,00
B
Gambar 4. Kromatogram rutin, fraksi etil asetat, fraksi air daun pandan wangi dengan fase diam selulosa dan fase gerak campuran n-butanol : asam asetat : air (4:1:5 v/v)
Keterangan: a : rutin b : fraksi etil asetat daun pandan wangi c : fraksi air daun pandan wangi A : deteksi bercak di bawah sinar UV 365 nm setelah diberi uap amonia dan AlCl3 B : deteksi bercak di bawah sinar tampak setelah disemprot sitroborat
Pemberian uap amonia menunjukkan perubahan warna pada bercak rutin dan fraksi etil asetat daun pandan wangi dengan pengamatan di bawah sinar tampak. Kedua bercak tersebut berwarna kuning. Sedangkan bercak fraksi air daun pandan wangi tidak mengalami perubahan warna. Di bawah sinar UV 365 nm setelah diuapi amonia, masing-masing bercak tidak menunjukkan perubahan warna dari sebelum diuapi amonia. Perubahan yang terjadi hampir tidak terlihat karena hanya terjadi perbedaan intensitas warna yang rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42 Bercak yang semula tidak terlihat pada pengamatan di bawah sinar tampak menjadi terlihat ketika diamati di bawah sinar UV 365 nm. Hal ini karena terjadi penyerapan sinar UV oleh molekul flavonoid yang memiliki gugus kromofor. Terikatnya gugus auksokrom pada molekul flavonoid menyebabkan pergeseran batokromik rangkaian kromofor (Mulja dan Suharman, 1995).
OH OH
O
kromofor OH OH
O
auksokrom
Gambar 5. Gugus kromofor dan auksokrom pada flavonol
Penambahan uap amonia yang merupakan basa menyebabkan flavonoid mengalami ionisasi. Reaksi yang terjadi antara amonia dengan flavonoid merupakan reaksi asam basa. Akibat dari ionisasi tersebut molekul flavonoid mengalami resonansi elektron. Terjadinya resonansi elektron memperpanjang rantai karbon terkonjugasi sehingga molekul flavonoid dapat menyerap sinar tampak (gambar 6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
OH
OH OH
OH
O
NH3
O
-H
+
+
+
OH OH
O
NH4+
OH
O-
O
Resonansi
OH OH
O
OH O
O-
kuning
Gambar 6. Reaksi flavonol dengan basa amonia
Deteksi dengan pereaksi semprot AlCl3 di bawah sinar tampak menghasilkan bercak berwarna kuning pada bercak fraksi etil asetat daun pandan wangi dan rutin. Bercak fraksi air daun pandan wangi berwarna kecoklatan. Pengamatan dengan sinar UV 365 nm menghasilkan bercak berwarna kuning berfluoresensi pada bercak fraksi etil asetat daun pandan wangi dan rutin. Demikian juga pada bercak fraksi air daun pandan wangi, berwarna kuning, hanya saja dengan intensitas warna yang lebih rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel III. Hasil KLT fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan pereaksi semprot AlCl3 dan sitroborat Deteksi
Dengan AlCl3 Sinar tampak
Bercak Fraksi Air Fraksi
UV 365 nm
Warna
Rf
a. tidak tampak b. kecoklatan
-
Etil Asetat
a. kekuningan b. kuning
Rutin
kuning
Dengan Sitroborat
0,27 0,88 0,64
0,65
Warna a. kuningcoklat b. kuning muda a. kuninghijau terang b. kuning terang
kuning tua
Sinar tampak Rf 0,38 0,27 0,88 0,64
0,65
Warna
Rf
coklat muda
0,47
kuning muda
0,72
kuning muda
0,70
Timbulnya warna kuning pada bercak disebabkan oleh terbentuknya kompleks antara Al-flavonoid. Ion Al3+ membentuk kompleks dengan gugus hidroksi pada posisi 5 dan karbonil pada posisi 4 (gambar 7). Menurut Markham (1988), pereaksi semprot AlCl3 bila disemprotkan pada plat KLT yang telah dikeringkan
menunjukkan
semua
5-hidroksi-flavonoid
sebagai
bercak
berfluoresensi kuning dengan pengamatan di bawah sinar UV 365 nm. Selain itu bercak yang semula tidak terlihat menjadi terlihat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
OH OH
O
+ AlCl3
2 OH OH
O
OH OH
O
OH O
O
+
Al O
3HCl
O O
O
OH OH
kuning
Gambar 7. Reaksi flavonol dengan AlCl3
Deteksi dengan pereaksi semprot sitroborat menghasilkan warna kuning muda pada bercak fraksi etil asetat daun pandan wangi dan rutin dengan pengamatan di bawah sinar tampak. Pada fraksi air daun pandan wangi, bercak berwarna coklat muda. Harga Rf untuk masing-masing bercak yaitu 0,70 untuk rutin, 0,72 untuk bercak fraksi etil asetat daun pandan wangi, dan 0,47 untuk bercak fraksi air daun pandan wangi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46 Pereaksi semprot sitroborat bereaksi dengan flavonoid membentuk senyawa kompleks pada gugus 3’,4’ orto-dihidroksi. Selain itu, borat juga membentuk kompleks pada gugus hidroksi posisi 5 dan karbonil posisi 4 dari molekul flavonoid. Terbentuknya kompleks antara flavonoid dengan borat menyebabkan bercak berwarna kuning.
OH OH
O OH
O
+
H3BO3
+
OH O
OH O
O
OH
B-
3H2O
OH O
O B
HO
OH
Gambar 8. Reaksi flavonol dengan asam borat
Hasil analisis kualitatif dengan kromatografi lapis tipis menunjukkan adanya flavonoid yang terkandung dalam fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi. Hal ini dapat dilihat dari penampakan bercak dengan deteksi UV 365 nm, uap amonia, pereaksi semprot AlCl3 dan sitroborat. Hasil deteksi bercak dengan masing-masing pereaksi menunjukkan warna bercak yang mirip antara bercak fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan rutin. Kemiripan warna tersebut menunjukkan flavonoid yang terkandung dalam fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi kemungkinan berada dalam golongan yang sama dengan rutin. Harga Rf yang tidak jauh berbeda dari bercak fraksi etil asetat daun pandan wangi dengan rutin menunjukkan adanya flavonoid dalam fraksi etil asetat daun pandan wangi yang memiliki kepolaran yang mirip dengan rutin. Sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47 harga Rf bercak fraksi air daun pandan wangi yang berbeda dengan rutin menunjukkan flavonoid yang terkandung dalam fraksi air daun pandan wangi memiliki kepolaran yang berbeda dengan rutin. Berdasarkan warna bercak yang diperoleh dilakukan penafsiran jenis flavonoid dalam fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi. Tabel IV. Penafsiran warna bercak dari segi struktur jenis flavonoid yang mungkin terkandung dalam fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi (Markham, 1988) Warna bercak dengan UV 365 nm Tanpa NH3 Dengan NH3 Lembayung gelap Perubahan warna sedikit atau tanpa perubahan warna
Kuning redup dan kuning atau fluoresensi jingga
Perubahan warna sedikit atau tanpa perubahan warna
Jenis flavonoid yang mungkin a. biasanya flavon atau flavonol tersulih pada 3-O mempunyai 5-OH tetapi tanpa 4’-OH bebas b. beberapa 6- atau 8-OH flavon dan flavonol tersulih pada 3-O serta mengandung 5-OH c. isoflavon, dihidroflavonol, biflavonil dan beberapa flavanon yang mengandung 5-OH d. khalkon yang mengandung 2’ atau 6’OH tetapi tidak mengandung 2- atau 4OH Flavonol yang mengandung 3-OH bebas dan mempunyai atau tak mempunyai 5OH (kadang berasal dari dihidroflavonol)
Rutin merupakan glikosida flavonoid yang termasuk dalam golongan flavonol. Oleh karena warna bercak dan harga Rf fraksi etil asetat daun pandan wangi menyerupai warna bercak dan harga Rf rutin, flavonoid yang mungkin terkandung dalam fraksi etil asetat daun pandan wangi mengarah pada jenis flavonol. Hasil deteksi dengan uap amonia menunjukkan flavonol yang diduga terdapat dalam fraksi etil asetat daun pandan wangi kemungkinan merupakan flavonol tersulih pada 3-O dan memiliki gugus hidroksi pada posisi 5. Hal ini didukung dari hasil deteksi bercak dengan pereaksi semprot AlC3. Fraksi etil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48 asetat daun pandan wangi menghasilkan bercak berwarna kuning setelah disemprot dengan AlCl3. Sedangkan berdasarkan hasil deteksi dengan sitroborat, maka kemungkinan flavonol yang diduga ada dalam fraksi etil asetat daun pandan wangi mempunyai gugus orto-dihidroksi pada posisi 3’ dan 4’. Dengan demikian flavonoid yang terdapat dalam fraksi etil asetat mengarah pada golongan flavonol tersulih pada 3-O dengan gugus hidroksi pada posisi 5, 3’, dan 4’. Pada fraksi air daun pandan wangi, warna bercaknya menyerupai rutin namun harga Rf bercak fraksi air daun pandan wangi berbeda dengan harga Rf rutin. Kemungkinan flavonoid dalam fraksi air daun pandan wangi berada dalam satu golongan yang sama dengan rutin, yaitu flavonol namun memiliki kepolaran yang berbeda. Deteksi dengan AlCl3 menghasilkan bercak berwarna kuning, sehingga kemungkinan flavonol yang diduga memiliki gugus hidroksi pada posisi 5. Sedangkan deteksi dengan sitroborat menghasilkan warna coklat muda, berbeda dengan rutin yang berwarna kuning, sehingga flavonol yang diduga mungkin tidak memiliki gugus orto-dihidroksi pada posisi 3’, 4’. Dengan demikian jenis flavonoid yang terkandung dalam fraksi air daun pandan wangi mengarah pada flavonol tersulih pada 3-O serta memiliki gugus hidroksi posisi 5. Menurut Seikel (1962), pada fase gerak n-butanol : asam asetat : air (4 : 1 : 5 v/v) glikosida flavonoid memiliki harga Rf yang lebih kecil dari 0,70, dilihat berdasarkan jumlah gugus hidroksi yang terikat pada cincin aromatis, atau pada gula yang terikat pada glikosida tersebut. Semakin banyak jumlah gugus hidroksi yang terikat semakin kecil harga Rf. Sedangkan aglikon flavonoid bergerak lebih cepat pada fase gerak ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49 Baik fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi diduga mengandung glikosida flavonoid yang mengarah pada golongan flavonol. Berdasarkan hasil penafsiran jenis flavonoid yang mungkin terdapat dalam kedua fraksi, gugus hidroksi pada flavonoid yang terkandung dalam fraksi air lebih sedikit jumlahnya daripada yang terdapat dalam fraksi etil asetatnya. Flavonoid dalam fraksi air daun pandan wangi memiliki gugus hidroksi pada posisi 5 sedangkan flavonoid dalam fraksi etil asetat memiliki gugus hidroksi pada posisi 5, 3’ dan 4’. Namun harga Rf flavonoid dalam fraksi air daun pandan wangi lebih kecil daripada harga Rf flavonoid dalam fraksi etil asetatnya. Hal ini karena glikosida flavonoid yang terkandung dalam fraksi air daun pandan wangi kemungkinan memiliki jenis gula terikat yang berbeda dengan glikosida flavonoid pada fraksi etil asetat daun pandan wangi. Molekul gula memiliki gugus hidroksi menyebabkan adanya tambahan gugus hidroksi pada glikosida flavonoid dalam fraksi air daun pandan wangi. Dengan demikian, glikosida flavonoid yang terkandung dalam fraksi air daun pandan wangi diduga lebih polar daripada yang terkandung dalam fraksi etil asetatnya. Rutin yang merupakan glikosida flavonol, memiliki harga Rf yang lebih tinggi daripada glikosida yang diduga terkandung dalam fraksi air daun pandan wangi. Harga Rf yang berbeda antara rutin dan glikosida dalam fraksi air daun pandan wangi disebabkan jenis dan jumlah gula yang terikat pada kedua glikosida flavonoid tersebut. Pada rutin terikat disakarida rutinosa sedangkan pada glikosida dalam fraksi air daun pandan wangi belum diketahui jenis dan jumlah gula yang terikat. Kemungkinan jenis dan jumlah gula yang terikat pada glikosida dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50 fraksi air daun pandan wangi berbeda dengan rutin mengakibatkan bertambah banyaknya gugus hidroksi yang terikat sehingga harga Rf-nya lebih kecil daripada rutin. Selain itu harga Rf yang kecil dari fraksi air daun pandan wangi kemungkinan dapat juga disebabkan oleh kandungan flavonoid yang kurang banyak daripada flavonoid dalam fraksi etil asetatnya. Untuk mengetahui secara pasti jenis flavonoid yang terkandung dalam kedua fraksi perlu dilakukan analisis lebih lanjut secara spektroskopi.
F. Analisis Kuantitatif Kelarutan Kalsium Batu Ginjal Dalam analisis kuantitatif kelarutan kalsium batu ginjal dengan spektrofotometer serapan atom menggunakan larutan baku CaCO3 yang dibuat pada seri kadar 6 ppm, 12 ppm, 18 ppm, 24 ppm, dan 30 ppm. Hasil pengukuran serapan seri larutan baku menghasilkan persamaan kurva baku yang digunakan untuk mengukur serapan kalsium yang terlarut dalam kelompok perlakuan kontrol negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan konsentrasi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, 10% v/v. Adapun persamaan kurva baku yang diperoleh dari hasil pengukuran serapan larutan baku yaitu : Tabel V. Persamaan kurva baku hasil pengukuran serapan seri larutan baku pada spektrofotometer serapan atom Replikasi I II III
Persamaan Kurva Baku y = 0,009552 x – 0,00147 y = 0,009705 x – 0,00301 y = 0,008794 x – 0,00236
Linieritas r = 0,99991 r = 0,99954 r = 0,99960
Ketiga replikasi persamaan kurva baku memiliki linieritas yang mendekati ± 1. Namun dari ketiga persamaan kurva baku tersebut, persamaan kurva baku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51 replikasi I memiliki nilai linieritas yang paling mendekati ± 1. Oleh karena itu, persamaan kurva baku replikasi I dipilih untuk menghitung kadar kalsium terlarut dalam kelompok perlakuan kontrol negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, dan 10% v/v.
0,35 0,3
Absorbansi
0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0 -0,05
0
5
10
15
20
25
30
35
Konsentrasi larutan baku kalsium (ppm)
Gambar 9. Kurva baku kalsium hubungan antara konsentasi larutan baku kalsium versus absorbansi dengan persamaan kurva baku y = 0,009552 x – 0,00147
Validasi suatu metode analisis merupakan suatu proses yang menunjukkan karakteristik suatu metode memenuhi persyaratan untuk diaplikasikan dalam kepentingan analisis (Mulja dan Hanwar, 2003). Suatu metode analisis yang baik harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya nilai perolehan kembali dan kesalahan acak. Nilai perolehan kembali merupakan indikasi untuk menyatakan akurasi suatu metode analisis. Akurasi adalah kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya dari analit dalam sampel. Rentang nilai akurasi yang tinggi yaitu antara 98-102% (Mulja dan Hanwar, 2003). Berdasarkan hasil perhitungan, seri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52 larutan baku Ca kadar 6 ppm, 12 ppm, 18 ppm, 24 ppm, dan 30 ppm memiliki nilai perolehan kembali yang berada dalam rentang 98-102%. Tabel VI. Nilai perolehan kembali (%) dari tiga replikasi seri larutan baku Rata-rata Replikasi I Replikasi II Replikasi III Perolehan kembali 1 98,17% 97,15% 100,77% 98,70% 2 100,33% 95,40% 98,33% 98,03% 3 99,06% 101,28% 98,02% 99,45% 4 99,63% 101,21% 99,08% 99,97% 5 100,60% 99,60% 101,54% 100,58% × 99,346% Keterangan : 1. Larutan baku Ca 6 ppm 2. Larutan baku Ca 12 ppm 3. Larutan baku Ca 18 ppm 4. Larutan baku Ca 24 ppm 5. Larutan baku Ca 30 ppm
Koefisien variasi (KV) merupakan nilai yang digunakan untuk menunjukkan presisi suatu metode analisis. Presisi menunjukkan reprodusibilitas pengukuran yang berarti kedekatan hasil yang diperoleh ketika prosedur yang sama digunakan berulang pada sampel yang homogen. Nilai KV < 2% dapat menunjukkan bahwa metode analisis yang digunakan memberikan presisi yang baik. Berdasarkan hasil perhitungan, seri larutan baku Ca kadar 6 ppm, 12 ppm, 18 ppm, 24 ppm, dan 30 ppm memiliki nilai KV < 2%.
1 2 3 4 5
Tabel VII. Nilai koefisien variasi (%) Kadar rata-rata Koefisien variasi Simpangan baku (ppm) (KV) 0,121 5,91 2,05% 0,327 11,75 2,78% 0,261 17,88 1,46% 0,207 23,96 0,86% 0,351 30,13 1,16%
×
1,66%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53 Keterangan : 1. Larutan baku Ca 6 ppm 2. Larutan baku Ca 12 ppm 3. Larutan baku Ca 18 ppm 4. Larutan baku Ca 24 ppm 5. Larutan baku Ca 30 ppm Oleh karena nilai rata-rata perolehan kembali yang didapat adalah 99,346% yang berarti masuk dalam rentang nilai akurasi yang tinggi dan nilai rata-rata koefisien variasi yang didapat 1,66 % yang berarti kurang dari 2%, maka spketrofotometri serapan atom memenuhi persyaratan validitas metode untuk digunakan dalam analisis kadar kalsium terlarut pada kelompok perlakuan kontrol negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan konsentrasi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, 10% v/v. Subjek uji batu ginjal direndam dalam sembilan kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan konsentrasi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, 10% v/v. Perendaman dilakukan selama 6 jam pada suhu 37oC dan setiap 30 menit dilakukan penggojogan selama 1 menit. Filtrat hasil perendaman kemudian disaring, dipipet 1,0 ml dan diencerkan 10 kali menggunakan aquadest dan diukur kadar kalsium terlarutnya menggunakan spektrofotometer serapan atom. Hal ini agar serapannya dapat terbaca pada spektrofotometer serapan atom dan berada dalam range kurva baku. Penggunaan kontrol negatif bertujuan untuk mengetahui kemungkinan larutnya kalsium dalam pelarut yang digunakan pada fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi. Kontrol negatif yang digunakan yaitu aquadest ditambah 1,0 ml tween 80 diencerkan hingga 100 ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54 Tabel VIII. Rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm) setelah pengukuran menggunakan spektrofotometer serapan atom Kel.
Perlakuan
I
SD
Rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm)
Kontrol negatif
8,7170
0,6186
v
14,2052
1,4082
III
Fraksi air daun pandan wangi 5% /v
15,8121
0,7061
IV
v
20,0964
0,4839
24,4357
1,6570
182,2565
2,1336
II
Fraksi air daun pandan wangi 2,5% /v v
Fraksi air daun pandan wangi 7,5% /v v
V
Fraksi air daun pandan wangi 10% /v
VI
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% v/v v
VII
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% /v
241,6899
3,4267
VIII
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% v/v
281,7353
1,2343
282,5650
0,8114
IX
v
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% /v
Rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm)
300 250 200 150 100 50 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kelom pok perlakuan
Gambar 10. Diagram batang rata-rata kadar kalsium terlarut pada setiap kelompok perlakuan setelah pengukuran dengan spektrofotometer serapan atom
Keterangan : 1. Kontrol negatif v 2. Fraksi air daun pandan wangi 2,5% /v v 3. Fraksi air daun pandan wangi5% /v v 4. Fraksi air daun pandan wangi 7,5% /v v 5. Fraksi air daun pandan wangi 10% /v v 6. Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% /v v 7. Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% /v v 8. Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% /v v 9. Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% /v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55 Rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm) pada fraksi air daun pandan wangi lebih rendah daripada fraksi etil asetat daun pandan wangi. Diagram batang (gambar 10) menunjukkan kenaikan rata-rata kadar kalsium terlarut tidak terlihat jelas pada kelompok perlakuan fraksi air daun pandan wangi di setiap konsentrasi. Pada kelompok perlakuan fraksi etil asetat daun pandan wangi tampak adanya kenaikan rata-rata kadar kalsium terlarut. Namun pada kelompok perlakuan fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% v/v dan 10% v/v kenaikan rata-rata kadar kalsium terlarut tidak terlihat jelas. Terhadap kontrol negatif, kedua fraksi daun pandan wangi memiliki rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm) yang lebih tinggi (tabel VIII). Data kadar kalsium terlarut hasil analisis spektrofotometer serapan atom (lampiran VI) diuji dengan metode analisis statistik deskriptif Explore untuk mengetahui ditribusi data tersebut. Dalam analisis Explore, kenormalan suatu data dilihat dari nilai perbandingan Skewness dengan Standard Error of Skewness; dan nilai perbandingan Kurtosis dengan Standard Error of Kurtosis, harus diantara -2 dan 2 (Trihendradi, 2005). Hasil analisis Explore menunjukkan data kadar kalsium terlarut (ppm) memiliki distribusi yang normal karena nilai perbandingan Skewness dengan Standard Error of Skewness; dan nilai perbandingan Kurtosis dengan Standard Error of Kurtosis masing-masing kelompok perlakuan berada dalam rentang -2 sampai 2 (lampiran VII). Analisis lanjutan dilakukan dengan metode statistik One Way Anova untuk menguji ada tidaknya perbedaan data dari tiap kelompok perlakuan. Hasil analisis menggunakan One Way Anova menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56 Nilai signifikansi 0,000 kurang dari 0,05 (Sig. < 0,05) dan ini berarti bahwa terdapat perbedaan kadar kalsium terlarut dalam kontrol negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan konsentrasi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, 10% v/v. Analisis dilanjutkan menggunakan metode Least Significant Difference (LSD) untuk mengetahui lebih lanjut apakah ada perbedaan yang bermakna atau tidak dari rata-rata kadar kalsium terlarut pada setiap kelompok perlakuan. Dalam analisis LSD adanya perbedaan bermakna rata-rata kalsium terlarut antar kelompok perlakuan ditunjukkan dengan nilai signifikansi kurang dari 0,05. Nilai signifikansi yang diperoleh dari perbandingan rata-rata kelarutan kalsium tiap kelompok perlakuan dalam analisis LSD kurang dari 0,05. Namun hal ini tidak terjadi pada kelompok perlakuan fraksi air daun pandan wangi konsentrasi 2,5%v/v dan 5%v/v ; kelompok perlakuan fraksi air daun pandan wangi konsentrasi 5%v/v dan 7,5%v/v ; dan kelompok perlakuan fraksi etil asetat konsentrasi 7,5%v/v dan 10%v/v. Kelompok-kelompok perlakuan tersebut memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata kelarutan kalsium batu ginjal yang tidak bermakna.
Tabel IX. Rata-rata kadar kalsium terlarut pada fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi
No.
Konsentrasi
1. 2. 3. 4.
2,5% v/v 5% v/v 7,5% v/v 10% v/v
Rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm) Fraksi air Fraksi etil asetat daun pandan wangi daun pandan wangi 14,2052 15,8121 20,0964 24,4357
182,2565 241,6899 281,7353 282,565
Nilai Sig. hasil uji LSD 0,000 0,000 0,000 0,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Rata-rata kalsium terlarut (ppm)
350 300 250 200 150 100 50 0 2,50%
5%
7,50%
10,00%
Konsentrasi fraksi daun pandan w angi Fraksi etil asetat daun pandan w angi Fraksi air daun pandan w angi
Gambar 11. Grafik rata-rata kalsium terlarut (ppm) fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi setelah pengukuran pada spektrofotometer serapan atom
Daun pandan wangi mengandung flavonoida, alkaloida, saponin, tanin, polifenol dan klorofil (Sugati dan Hutapea, 1991). Penelitian terdahulu oleh Rahardjo (2003) menyebutkan bahwa kemampuan infusa daun pandan wangi dalam melarutkan kalsium batu ginjal disebabkan oleh adanya kandungan flavonoid. Oleh karena itu dilakukan ekstraksi flavonoid dari daun pandan wangi menggunakan etanol-air, dilanjutkan dengan pengekstraksian kembali ekstrak kental bebas etanol menggunakan etil asetat. Pada awal proses ekstraksi, klorofil daun pandan wangi dihilangkan terlebih dahulu menggunakan petroleum eter. Dengan demikian diperoleh senyawa flavonoid dari daun pandan wangi yang dapat melarutkan kalsium batu ginjal. Berdasarkan grafik rata-rata kalsium terlarut (ppm) fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi setelah pengukuran pada spektrofotometer serapan atom dapat dilihat bahwa fraksi etil asetat daun pandan wangi mampu melarutkan kalsium batu ginjal lebih tinggi daripada fraksi air daun pandan wangi. Kelarutan kalsium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58 batu ginjal yang lebih tinggi dalam fraksi etil asetat daripada fraksi air daun pandan wangi diduga karena kandungan flavonoid pada fraksi etil asetat daun pandan wangi lebih banyak daripada fraksi air daun pandan wangi. Dalam penelitian tentang flavonoid daun Sonchus arvensis L. senyawa aktif pembentuk kompleks dengan batu ginjal berkalsium (Pramono dkk, 1993) disebutkan kemungkinan mekanisme pelarutan batu ginjal adalah melalui pembentukan kompleks antara gugus hidroksi karbonil dalam molekul flavonoid dengan ion kalsium penyusun batu ginjal. Daun Sonchus arvensis L. mengandung flavonoid yang memiliki gugus hidroksi pada posisi 5 dan gugus karbonil pada posisi 4. Gugus hidroksi karbonil ini mempunyai sifat dapat membentuk kompleks khelat yang stabil dengan logam. Fernandez et al (2002) menyebutkan bahwa adanya gugus karbonil pada posisi 4 dan gugus hidroksi pada posisi 3, 5, 3’, dan 4’ pada flavonoid menyebabkan flavonoid memiliki tiga sisi yang mungkin membentuk kompleks khelat dengan logam, yaitu: antara gugus hidroksi pada posisi 3 dan gugus karbonil pada posisi 4, antara gugus hidroksi pada posisi 5 dan gugus karbonil pada posisi 4, dan antara gugus orto-dihidroksi pada posisi 3’,4’. Flavonoid yang terkandung dalam fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi diduga termasuk dalam golongan flavonol. Kedua fraksi daun pandan wangi mengandung flavonoid golongan flavonol yang memiliki gugus hidroksi pada posisi 5. Namun pada fraksi etil asetat, flavonol yang terkandung di dalamnya selain memiliki gugus hidroksi pada posisi 5 diduga juga memiliki gugus hidroksi pada posisi 3’ dan 4’. Adanya gugus hidroksi inilah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59 menyebabkan flavonoid dalam kedua fraksi dapat membentuk kompleks dengan kalsium dari batu ginjal (gambar 12). O
Ca O
HO
O
HO
O
gula
O
O O
gula
O
O
Ca
O Ca
O
O
O
O
gula
O
O
HO
gula
O
O O
O
(12.a)
Ca
(12.b)
Gambar 12. Kompleks flavonol fraksi etil asetat daun pandan wangi (12.a) dan fraksi air daun pandan wangi (12.b) dengan kalsium batu ginjal
Kalsium yang terkandung dalam batu ginjal akan membentuk kompleks khelat dengan gugus hidroksi pada posisi 5 dan gugus karbonil pada posisi 4 dari flavonol yang terkandung dalam kedua fraksi daun pandan wangi. Pada fraksi etil asetat daun pandan wangi, kalsium yang terkandung dalam batu ginjal juga membentuk kompleks khelat dengan gugus orto-dihidroksi pada posisi 3’, 4’. Oleh karena flavonoid yang terkandung dalam fraksi etil asetat daun pandan wangi diduga lebih banyak daripada dalam fraksi airnya, maka kemungkinan pembentukan kompleks Ca-flavonoid pada fraksi etil asetat lebih banyak daripada fraksi airnya. Hal inilah yang menyebabkan kelarutan kalsium batu ginjal pada fraksi etil asetat daun pandan wangi lebih besar daripada fraksi airnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil analisis data dapat disimpulkan: 1. Fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi mampu melarutkan kalsium batu ginjal secara in vitro. 2. Fraksi etil asetat daun pandan wangi mampu melarutkan kalsium batu ginjal lebih tinggi daripada fraksi air daun pandan wangi secara in vitro. 3. Fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi memberikan kelarutan terbesar pada kalsium batu ginjal pada konsentrasi 10% v/v
B. Saran Beberapa hal yang dapat disarankan dari penelitian ini: 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi flavonoid dari daun pandan wangi. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengujian isolat flavonoid tersebut terhadap kelarutan kalsium batu ginjal 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan jenis flavonoid yang terkandung dalam daun pandan wangi.
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
DAFTAR PUSTAKA Alex, W., 1974, Manual of Urology, 2nd edition, 324, 335-336, A William Heinemann Medical Books Publication, United States of America. Anonim, 1978, Dyeing Reagents for Thin Layer and Paper Chromatography, page 1, 52, E. Merck Darmstadt, Federal Republic of Germany. Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia edisi IV, 90, 95-96, Departemen kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2000, Acuan Sediaan Herbal, edisi 1, 67- 68, 70, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Anonim, 2005, Sriwijaya Post, www. sriwijayapost.com, diakses tanggal 4 Januari 2007. Anonima, 2007, Flavonoid, www.answers.com, diakses tanggal 4 Januari 2007. Anonimb, 2007, Batu Ginjal, http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal, diakses tanggal 24 Februari 2007. Anonimc, 2007, Kidney Stone, http://www.medicinenet.com/kidney stone/article.htm, diakses tanggal 27 Mei 2007. Bruneton, J., 1999, Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants, 2nd edition, translated by Caroline K. Hatton, 311-312, 318-319, Lavoiser Publishing Inc., Paris. Christian, G. D., 2004, Analytical Chemistry, 6th edition, page 522-526, John Willey and Sons, Inc. USA. Dale, D. C., 2003, Scientific American Medicine, volume II, 1993-1998, Web MD Inc., New York. Dorland, W. A. N., 2000, Kamus Kedokteran Dorlan, edisi 29, 424, 652, EGC Medical Publisher, Jakarta. Fernandez, M., Tereza., L.M., Florêncio, H. & Jennings, K.R., 2002, Iron And Copper Chelation By Flavonoids – An Electrospray Mass Spectrometry Study, Departamento de Química e Bioquímica Faculdade de Ciências da Universidade de Lisboa, Edifício C8Campo Grande, 1749-016, Lisboa. http://www.dqb.fc.ul.pt/docentes/tfernandez/publicacoes/FeCu-Flavon-JIB19-06.pdf, diakses tanggal 21 Januari 2007.
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Gritter, R.J., Bobbit, J. M. & Schwarting, A. E., 1991, Introduction to Chromatography, diterjemahkan oleh Dr. Kosasih Padmawinata, hal 107109, Penerbit ITB, Bandung. Harborne, J.B., 1989, Methods in Plant Biochemistry vol. 1, page 290-298, Academic Press, Harcourt Brace Jovanovich Publishers, London. Hargono, D. dkk, 1986, Sediaan Galenik, hal 10-16, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Hatori, S., 1962, Glycosides of Flavones and Flavonols, chapter 11, in T. A. Geismann, The Chemistry of Flavonoid Compounds, page 317, 318, The Macmillan Company, New York. Heptinstall, R. H., 1983, Pathology of The Kidney, 3rd edition, CRC Press, INC. Boca Raton, Florida. Mabry, T. J., Markham, K. R. & Thomas, M. B., 1970, The Systematic Identification of Flavonoids, page 50-55, Springer-Verlag New York Inc., United States of America. Markham, K.R., 1988, Techniques of Flavonoid Identification, alih bahasa Padmawinata, 15-26, ITB Press, Bandung. Martin, A., Swarbrick, J. & Cammarata, A., 1990, Physical Pharmacy, 2nd edition, diterjemahkan oleh Yoshita, hal 558-564, Penerbit UI Press, Jakarta. Mulja & Hanwar, 2003, Prinsip Cara Berlaboratorium yang Baik (Good Laboratory Practice), Majalah Farmasi Airlangga, vol.III, No.2, Agustus 2003, 71-76. Mulja, M. & Suharman, 1995, Analisis Instrumental, hal 107-112, 223-227, Airlangga University Press, Surabaya. Mursyidi, A., 1990, Analisis Metabolit Sekunder, hal 171-175, UGM Press, Yogyakarta. Pramono, S., Sumarno, Wahyono S., 1993, Flavonoid Daun Sonchus arvensis L.: Senyawa Aktif Pembentuk Kompleks Dengan Batu Ginjal Berkalsium, Warta Tumbuhan Obat Indonesia (The Journal on Indonesian Medicinal Plants), volume II, No. 3, hal 5-7, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Price, W.J., 1972, Analytical Atomic Absorption Spectrometry, page 8-15,19-22, Heyden and Son LTD, New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Rahardjo, K.H., 2003, Pengaruh Infusa Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Terhadap Kelarutan Kalsium Batu Ginjal Secara In Vitro Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom, Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, 191, 198, 208-212, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung. Selamihardja, N., 1998, Batu Ginjal, Intisari, dalam www.indomedia.com, diakses tanggal 20 September 2006. Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J. 1994, Analytical Chemistry : An Introduction, 6th edition, page 453-456, 463- 467, Saunders College Publishing, Philadelphia. Smith, C.L. & D. R. P. Guay, 1996, Nephrolithiasis, chapter 48, in J. T. DiPiro, R. L. Talbert, G. C. Yee, G. R. Matzke, B. G. Wells, L. M. Posey, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 3rd edition, page 1033 – 1047, Appleton & Lange, Stamford, Conneticut. Stahl, E., 1985, Drug Analysis by Chromatography And Microscopy : A Practical Supplement To Pharmacopoias, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata & Iwang Sudiro, Penerbit ITB, Bandung. Sugati, S. & Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid I, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Sulaksana, J. 2005, Keji Beling : Mencegah dan Menggempur Batu Ginjal, cetakan 1, hal 11, Penebar Swadaya, Jakarta. Trihendradi, C., 2005, Step by Step SPSS 13 ; Analisis Data Statistik, hal 110119,155- 161, Penerbit Andi, Yogyakarta. Vogel, A. I., 1979, Textbook of Macro And Semimicro Qualitative Inorganic Analysis, 5th edition, hal 518-524, diterjemahkan oleh L. Setiono, A. Handyana, Pudjaatmaka, PT kalman Media Pusaka, Jakarta. Yanti, L., Anggraeni & Yuniningsih, 1993, Daya Larut Infus Meniran (Phyllanthus niruri L.) Terhadap Batu Kalsium, Warta Tumbuhan Obat Indonesia (The Journal on Indonesian Medicinal Plants), volume II, No. 4, hal 23, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN I DETERMINASI TANAMAN
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
LAMPIRAN II PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Gambar 13. Tanaman Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
Gambar 14. Serbuk daun pandan wangi
Kadar air serbuk simplisia daun pandan wangi Replikasi
Kadar air
1 2 3
5,032 5,056 5,049
X ±SD 5,046±0,0123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
LAMPIRAN III BATU GINJAL
Gambar 15. Batu ginjal yang diperoleh dari Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta (perbesaran 4x)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
LAMPIRAN IV SERI LARUTAN BAKU
1. Larutan stok Ca 1000 ppm Untuk membuat larutan stok Ca 1000 ppm menggunakan CaCO3 dilakukan perhitungan sebagai berikut: BM Ca = 40,08 BM CaCO3 = 100,09 1000 ppm = 1000 mg/L = 100 mg% 100 mg % = 100 mg/ 100 ml 100mg 40,08 = x( A) 100ml 100,09 A= 2,4973 mg/ml A=0,24973 gram/100 ml Dari perhitungan tersebut maka CaCO3 yang ditimbang untuk membuat larutan Ca 1000 ppm yaitu 0,24973 gram. Data penimbangan CaCO3 Replikasi I II III
Berat CaCO3 (gram) 0,24995 0,24861 0,24962
Berdasarkan hasil penimbangan dilakukan perhitungan konsentrasi Ca dalam larutan stok dengan cara sebagai berikut, misalnya untuk penimbangan CaCO3 0,24995 gram :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
gram Ca =
40,08 x0,24995 g 100,09
mg Ca = 100,09 mg
Konsentrasi Ca dalam 100 ml aquadest = 100,09 mg/100ml = 1000,90 mg/L = 1000,90 ppm Replikasi I II III
Berat CaCO3 (gram) 0,24995 0,24861 0,24962
Konsentrasi Ca dalam stok (ppm) 1000,90 995,50 999,58
2. Seri larutan baku Ca konsentrasi 6 ppm, 12 ppm, 18 ppm, 24 ppm, 30 ppm Seri larutan baku Ca dibuat dari larutan stok Ca dengan mengambil sejumlah mililiter larutan stok berdasarkan perhitungan C1 . V1 = C2 . V2 , dengan : C1 = konsentrasi larutan stok Ca V1 = volume larutan stok Ca yang diambil C2 = konsentrasi larutan baku Ca V2 = volume larutan baku Ca Contoh perhitungan untuk membuat larutan baku Ca 6 ppm yaitu: C1
. V1 = C2 . V2
1000,90 ppm . V1 = C2 . 100 ml C2 = 0,6 ml Dari setiap replikasi, dicari konsentrasi terhitung larutan baku Ca berdasarkan konsentrasi terhitung larutan stok Ca. Sebagai contoh perhitungan yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
pada replikasi I, dengan konsentrasi terhitung larutan stok Ca 1000,90 ppm, maka konsentrasi terhitung larutan baku Ca 6 ppm yaitu: C1
. V1
= C2 . V2
1000,90 ppm . 0,6 ml = C2 . 100 ml C2 = 6,005 ppm Konsentrasi terhitung larutan baku Ca dan serapannya setelah pengukuran menggunakan spektrofotometer serapan atom No
1 2 3 4 5
Replikasi 1 Konsentrasi Serapan terhitung (ppm) 6,00 0,05475 12,01 0,11366 18,02 0,16900 24,02 0,22708 30,03 0,28715
Replikasi 2 Konsentrasi Serapan terhitung (ppm) 5,97 0,05332 11,95 0,10767 17,92 0,17317 23,89 0,23165 29,87 0,28574
Replikasi 3 Konsentrasi Serapan terhitung (ppm) 5,99 0,05072 11,99 0,10134 17,99 0,15272 23,99 0,20667 29,98 0,26534
Dari hasil pengukuran diperoleh persamaan kurva baku untuk masing-masing replikasi, yaitu: Replikasi I : y = 0,009552 x – 0,00147 ; r = 0,99991 Replikasi II : y = 0,009705 x – 0,00301 ; r = 0,99954 Replikasi III : y = 0,008794 x – 0,00236 ; r = 0,99960 Dari ketiga persamaan kurva baku dari masing-masing replikasi dipilih salah satu yang akan digunakan untuk menghitung konsentrasi terukur dari seri larutan baku Ca. Persamaan kurva baku yang dipilih adalah persamaan kurva baku replikasi I. Berikut contoh perhitungan konsentrasi terukur larutan baku Ca 6 ppm replikasi I:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
persamaan kurva baku y = 0,009552 x – 0,00147, dengan y = serapan x = konsentrasi terukur larutan baku Ca, maka: y
= 0,009552 x – 0,00147
0,05475 = 0,009552x – 0,00147 x
= 5,89 ppm
Perhitungan tersebut dilakukan pada seluruh seri larutan baku Ca dari tiap replikasi sehingga didapatkan data: No
1 2 3 4 5
Replikasi 1 serapan konsentrasi terukur (ppm) 5,89 0,05475 0,11366 12,05 17,85 0,16900 0,22708 23,93 30,21 0,28715
Replikasi 2 serapan konsentrasi terukur (ppm) 5,80 0,05332 0,10767 11,40 18,15 0,17317 0,23165 24,18 29,75 0,28574
Replikasi 3 serapan konsentrasi terukur (ppm) 0,05072 6,04 0,10134 11,79 0,15272 17,63 0,20667 23,77 0,26534 30,44
3. Nilai perolehan kembali (%) Berdasarkan perhitungan konsentrasi terukur dihitung nilai perolehan kembali. % perolehan kembali =
konsentrasi terukur × 100% konsentrasi sebenarnya
Contoh perhitungan % perolehan kembali: pada replikasi I, konsentrasi teoretis larutan baku Ca = 6,00 ppm dan konsentrasi terukurnya = 5,89 ppm, maka % perolehan kembalinya yaitu: 6,00 × 100% = 98,17% 5,89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Setiap seri larutan baku Ca pada masing-masing replikasi dihitung nilai perolehan kembalinya. Nilai perolehan kembali dari masing-masing replikasi yakni sebagai berikut:
Konsentrasi teoretis (ppm) 6,00 12,01 18,02 24,02 30,03
Perolehan kembali Replikasi I Konsentrasi Absorbansi terukur (ppm) 0,05475 5,89 0,11366 12,05 0,16900 17,85 0,22708 23,93 0,28715 30,21
Konsentrasi teoretis (ppm) 5,97 11,95 17,92 23,89 29,87
Perolehan kembali Replikasi II Konsentrasi Absorbansi Terukur (ppm) 0,05332 5,80 0,10767 11,40 0,17317 18,15 0,23165 24,18 0,28574 29,75
Konsentrasi teoretis (ppm) 5,99 11,99 17,99 23,99 29,98
Perolehan kembali Replikasi III Konsentrasi Absorbansi Terukur (ppm) 0,05072 6,04 0,10134 11,79 0,15272 17,63 0,20667 23,77 0,26534 30,44
Perolehan kembali 98,17% 100,33% 99,06% 99,63% 100,60%
Perolehan kembali 97,15% 95,40% 101,28% 101,21% 99,60%
Perolehan kembali 100,77% 98,33% 98,02% 99,08% 101,54%
4. Nilai koefisien variasi (KV) Untuk mencari nilai koefisien reaksi (KV) dilakukan perhitungan sebagai berikut: KV =
simpangan baku × 100% h arg a rata − rata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Contoh perhitungan nilai KV sebagai berikut: Setiap replikasi dihitung harga rata-rata konsentrasi dan simpangan baku dari masing-masing seri larutan baku. Harga rata-rata konsentrasi dan simpangan baku masing-masing seri larutan baku Ca dari ketiga replikasi yaitu Replikasi I (ppm) 5,89 12,05 17,85 23,93 30,21
Replikasi II (ppm) 5,80 11,40 18,15 24,18 29,75
Replikasi III (ppm) 6,04 11,79 17,63 23,77 30,44
Rata-rata kadar (ppm) 5,91 11,75 17,88 23,96 30,13
Simpangan baku 0,121 0,327 0,261 0,207 0,351
Berdasarkan harga rata-rata kadar dan simpangan baku maka diperoleh nilai KV sebagai berikut: misalnya pada larutan baku Ca 6 ppm, 0,1212 × 100% 5,91 = 2,05 %
KV =
Nilai KV untuk masing-masing seri larutan baku dari ketiga replikasi Seri larutan baku Ca 6 ppm 12 ppm 18 ppm 24 ppm 30 ppm
Rata-rata kadar (ppm) 5,91 11,75 17,88 23,96 30,13
Simpangan baku 0,121 0,327 0,261 0,207 0,351
×
% KV 2,05% 2,78% 1,46% 0,86% 1,16% 1,66%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
LAMPIRAN V HASIL KLT FLAVONOID
Gambar 16. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi di bawah sinar UV 365 nm tanpa uap amoni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Gambar 17. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi di bawah sinar UV 365 nm setelah pemberian uap amonia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Gambar 18. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi di bawah sinar tampak setelah pemberian uap amonia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Gambar 19. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi di bawah sinar tampak setelah disemprot dengan AlCl3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
LAMPIRAN VI DATA KALSIUM TERLARUT DALAM KELOMPOK PERLAKUAN
Perlakuan
Kontrol negatif
Fraksi air daun pandan wangi 2,5%v/v Fraksi air daun pandan wangi 5% v/v Fraksi air daun pandan wangi 7,5% v/v Fraksi air daun pandan wangi 10% v/v Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% v/v Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% v/v Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% v/v Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% v/v
Replikasi
Serapan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
0,00578 0,00591 0,00764 0,00809 0,01169 0,01250 0,01537 0,00883 0,01198 0,01518 0,01409 0,01328 0,01908 0,01726 0,01704 0,01752 0,02370 0,02324 0,01713 0,02341 0,16660 0,17422 0,17561 0,17407 0,22292 0,22538 0,23742 0,23187 0,27020 0,26732 0,26459 0,26849 0,26962
Ca terlarut (ppm) 7,59 7,73 9,54 10,01 13,78 14,63 17,63 10,78 14,08 17,43 16,29 15,44 21,51 19,61 19,38 19,88 26,35 25,87 19,47 26,05 175,95 183,93 185,38 183,77 234,91 237,48 250,09 244,28 284,40 281,39 278,53 282,61 283,80
2 3 4
0,26902 0,26897 0,26616
283,17 283,12 280,18
Rata-rata Ca terlarut (ppm)
SD
8,72
1,24
14,21
2,82
15,81
1,41
20,10
0,97
24,44
3,31
182,26
4,27
241,69
6,85
281,74
2,47
282,57
1,62
Keterangan: kadar Ca terlarut (ppm) dalam tabel merupakan hasil perhitungan menggunakan persamaan kurva baku y = 0,009552 x – 0,00147 dan dikalikan 10 sebagai faktor pengenceran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
LAMPIRAN VII HASIL ANALISIS STATISTIK
1. Analisis Explore Analisis Explore berguna untuk mengetahui distribusi suatu data. Beberapa ukuran umum distribusi yang sering digunakan, yaitu: a. Skewness adalah nilai kemiringan distribusi data. Bila bernilai positif maka distribusi data akan miring ke kanan, dan bila negatif sebaliknya. b. Kurtosis adalah nilai keruncingan atau tinggi distribusi data. Kenormalan suatu data dapat dilihat dari nilai perbandingan Skewness dengan Standard Error of Skewness; dan nilai perbandingan Kurtosis dengan Standard Error of Kurtosis, harus diantara -2 sampai 2 (Trihendradi, 2005). Hasil analisis data kelarutan Ca dalam kelompok perlakuan menggunakan analisis Explore menunjukkan bahwa data memiliki distribusi yang normal karena nilai perbandingan Skewness dengan Standard Error of Skewness; dan nilai perbandingan Kurtosis dengan Standard Error of Kurtosis, ada diantara -2 sampai 2.
Kelompok perlakuan Kontrol negatif Fraksi air daun pandan wangi 2,5% v/v Fraksi air daun pandan wangi 5% v/v Fraksi air daun pandan wangi 7,5% v/v Fraksi air daun pandan wangi 10% v/v Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% v/v Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% v/v Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% v/v Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% v/v
Perbandingan Skewness dengan Std. Error of Skewness 0,112 4,93 . 10-3 -0,202 1,712 -1,951 -1,797 0,457 -0,577 -1,751
Perbandingan Kurtosis dengan Std. Error of Kurtosis -1,997 0,402 -0,061 1,190 1,501 1,337 -0,858 0,216 1,295
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Explore Case Processing Summary Cases Valid KADAR
PRLAKUAN Kontrol negatif Fraksi air daun pandan wangi 2,5% Fraksi air daun pandan wangi 5% Fraksi air daun pandan wangi 7,5% Fraksi air daun pandan wangi 10% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
4
100,0%
0
,0%
4
100,0%
4
100,0%
0
,0%
4
100,0%
4
100,0%
0
,0%
4
100,0%
4
100,0%
0
,0%
4
100,0%
4
100,0%
0
,0%
4
100,0%
4
100,0%
0
,0%
4
100,0%
4
100,0%
0
,0%
4
100,0%
4
100,0%
0
,0%
4
100,0%
4
100,0%
0
,0%
4
100,0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
Descriptives
KADAR
PRLAKUAN Kontrol negatif
Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean
8,7170 Lower Bound Upper Bound
10,6856 8,7076
Median
8,6332 1,531
Std. Deviation
1,23721
Minimum
7,59
Maximum
10,01
Range
2,42
Interquartile Range
2,2665
Skewness Kurtosis Fraksi air daun pandan wangi 2,5%
,61861
6,7483
5% Trimmed Mean Variance
Std. Error
,114
1,014
-5,231
2,619
14,2052
1,40822
Mean
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound
9,7236 18,6868
5% Trimmed Mean
14,2049
Median
14,2025
Variance Std. Deviation
7,932 2,81644
Minimum
10,78
Maximum
17,63
Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
6,85 5,3469 ,005
1,014
1,054
2,619
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
KADAR
Fraksi air daun pandan wangi 5%
Mean 15,8121 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
,70609
13,5650
Upper Bound 18,0592 5% Trimmed Mean
15,8182
Median
15,8671
Variance
1,994
Std. Deviation
1,41218
Minimum
14,08
Maximum
17,43
Range
3,35
Interquartile Range
Fraksi air daun pandan wangi 7,5%
2,7245
Skewness
-,205
1,014
Kurtosis
-,161
2,619
20,0964
,48386
Mean
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
18,5566
Upper Bound 21,6363 5% Trimmed Mean
20,0575
Median
19,7457
Variance Std. Deviation
,936 ,96772
Minimum
19,38
Maximum
21,51
Range Interquartile Range
2,14 1,6698
Skewness
1,736
1,014
Kurtosis
3,116
2,619
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
KADAR
Fraksi air daun pandan wangi 10%
Mean 24,4357 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
1,65704
19,1623
Upper Bound 29,7091 5% Trimmed Mean
24,6049
Median
25,9589
Variance
10,983
Std. Deviation
3,31408
Minimum
19,47
Maximum
26,35
Range
6,88
Interquartile Range
5,2029
Skewness
-1,978
1,014
3,930
2,619
182,2565
2,13355
Kurtosis Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5%
Mean
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
175,4666
Upper Bound 189,0464 5% Trimmed Mean
182,4333
Median
183,8478
Variance Std. Deviation
18,208 4,26711
Minimum
175,95
Maximum
185,38
Range
9,43
Interquartile Range
7,1135
Skewness
-1,822
1,014
3,502
2,619
Kurtosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
KADAR
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5%
Mean 241,6899 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
3,42669
230,7847
Upper Bound 252,5952 5% Trimmed Mean
241,6001
Median
240,8812
Variance
46,969
Std. Deviation
6,85339
Minimum
234,91
Maximum
250,09
Range
15,18
Interquartile Range
13,0833
Skewness Kurtosis Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5%
,463
1,014
-2,247
2,619
281,7353
1,23426
Mean
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
277,8073
Upper Bound 285,6633 5% Trimmed Mean
281,7650
Median
282,0023
Variance Std. Deviation
6,094 2,46853
Minimum
278,53
Maximum
284,40
Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
5,87 4,7109 -,585
1,014
,567
2,619
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
KADAR
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
Mean 282,5650 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
,81136
279,9829
Upper Bound 285,1471 5% Trimmed Mean
282,6292
Median
283,1434
Variance
2,633
Std. Deviation
1,62271
Minimum
280,18
Maximum
283,80
Range
3,62
Interquartile Range
2,7297
Skewness
-1,776
1,014
3,391
2,619
Kurtosis
2. Analisis One-Way Annova Analisis lanjutan menggunakan One-Way Annova bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan rata-rata kalsium terlarut antara kelompok perlakuan. Adanya perbedaan rata-rata kalsium terlarut antara kelompok perlakuan ditandai dengan nilai signifikansi < 0,05. Nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil analisis yaitu 0,000, lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing kelompok perlakuan memiliki rata-rata kalsium terlarut yang berbeda.
Oneway ANOVA KADAR
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 499227,30 4 291,842 499519,14 6
df
Mean Square 8
62403,413
27
10,809
35
F 5773,293
Sig. ,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
3. Analisis Least Significant Different (LSD) Adanya perbedaan yang bermakna atau tidak dari rata-rata kalsium terlarut pada setiap kelompok perlakuan dapat diketahui dengan melakukan analisis Least Significant Difference (LSD). Hasli analisis LSD ini menujukkan bahwa rata-rata kalsium terlarut dari masing-masing kelompok perlakuan berbeda bermakna kecuali kelompok fraksi air daun pandan wangi 2,5% v/v dengan kelompok fraksi air daun pandan wangi 5% v/v ; kelompok fraksi air daun pandan wangi 5% v/v dengan kelompok fraksi air daun pandan wangi 7,5% v/v ; kelompok fraksi air daun pandan wangi 7,5% v/v dengan kelompok fraksi air daun pandan wangi 10% v
/v ; kelompok fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% v/v dengan kelompok
fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% v/v.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: KADAR LSD
(I) PRLAKUAN
(J) PRLAKUAN
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound
Kontrol negatif
Fraksi air daun pandan wangi 2,5% Fraksi air daun pandan wangi 5% Fraksi air daun pandan wangi 7,5% Fraksi air daun pandan wangi 10% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
Fraksi air daun pandan wangi 2,5%
Kontrol negatif Fraksi air daun pandan wangi 5% Fraksi air daun pandan wangi 7,5% Fraksi air daun pandan wangi 10% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
Upper Bound
-5,4882*
2,32476
,026
-10,2582
-,7182
-7,0952*
2,32476
,005
-11,8652
-2,3252
-11,3795*
2,32476
,000
-16,1495
-6,6095
-15,7187*
2,32476
,000
-20,4888
-10,9487
-173,5396*
2,32476
,000
-178,3096
-168,7696
-232,9730*
2,32476
,000
-237,7430
-228,2030
-273,0184*
2,32476
,000
-277,7884
-268,2484
-273,8480*
2,32476
,000
-278,6180
-269,0780
5,4882*
2,32476
,026
,7182
10,2582
-1,6069
2,32476
,495
-6,3770
3,1631
-5,8913*
2,32476
,017
-10,6613
-1,1213
-10,2305*
2,32476
,000
-15,0005
-5,4605
-168,0514*
2,32476
,000
-172,8214
-163,2814
-227,4848*
2,32476
,000
-232,2548
-222,7148
-267,5301*
2,32476
,000
-272,3001
-262,7601
-268,3598*
2,32476
,000
-273,1298
-263,5898
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
Fraksi air daun pandan wangi 5%
Kontrol negatif Fraksi air daun pandan wangi 2,5% Fraksi air daun pandan wangi 7,5% Fraksi air daun pandan wangi 10% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
Fraksi air daun pandan wangi 7,5%
Kontrol negatif Fraksi air daun pandan wangi 2,5% Fraksi air daun pandan wangi 5% Fraksi air daun pandan wangi 10% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
7,0952*
2,32476
,005
2,3252
11,8652
1,6069
2,32476
,495
-3,1631
6,3770
-4,2843
2,32476
,076
-9,0543
,4857
-8,6236*
2,32476
,001
-13,3936
-3,8536
-166,4444*
2,32476
,000
-171,2144
-161,6744
-225,8778*
2,32476
,000
-230,6478
-221,1078
-265,9232*
2,32476
,000
-270,6932
-261,1532
-266,7528*
2,32476
,000
-271,5228
-261,9828
11,3795*
2,32476
,000
6,6095
16,1495
5,8913*
2,32476
,017
1,1213
10,6613
4,2843
2,32476
,076
-,4857
9,0543
-4,3393
2,32476
,073
-9,1093
,4307
-162,1601*
2,32476
,000
-166,9301
-157,3901
-221,5935*
2,32476
,000
-226,3635
-216,8235
-261,6389*
2,32476
,000
-266,4089
-256,8689
-262,4685*
2,32476
,000
-267,2385
-257,6985
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Fraksi air daun pandan wangi 10%
Kontrol negatif Fraksi air daun pandan wangi 2,5% Fraksi air daun pandan wangi 5% Fraksi air daun pandan wangi 7,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5%
Kontrol negatif Fraksi air daun pandan wangi 2,5% Fraksi air daun pandan wangi 5% Fraksi air daun pandan wangi 7,5% Fraksi air daun pandan wangi 10% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
15,7187*
2,32476
,000
10,9487
20,4888
10,2305*
2,32476
,000
5,4605
15,0005
8,6236*
2,32476
,001
3,8536
13,3936
4,3393
2,32476
,073
-,4307
9,1093
-157,8208*
2,32476
,000
-162,5908
-153,0508
-217,2542*
2,32476
,000
-222,0242
-212,4842
-257,2996*
2,32476
,000
-262,0696
-252,5296
-258,1293*
2,32476
,000
-262,8993
-253,3592
173,5396*
2,32476
,000
168,7696
178,3096
168,0514*
2,32476
,000
163,2814
172,8214
166,4444*
2,32476
,000
161,6744
171,2144
162,1601*
2,32476
,000
157,3901
166,9301
157,8208*
2,32476
,000
153,0508
162,5908
-59,4334*
2,32476
,000
-64,2034
-54,6634
-99,4788*
2,32476
,000
-104,2488
-94,7088
-100,3084*
2,32476
,000
-105,0784
-95,5384
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5%
Kontrol negatif Fraksi air daun pandan wangi 2,5% Fraksi air daun pandan wangi 5% Fraksi air daun pandan wangi 7,5% Fraksi air daun pandan wangi 10% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5%
Kontrol negatif Fraksi air daun pandan wangi 2,5% Fraksi air daun pandan wangi 5% Fraksi air daun pandan wangi 7,5% Fraksi air daun pandan wangi 10% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
232,9730*
2,32476
,000
228,2030
237,7430
227,4848*
2,32476
,000
222,7148
232,2548
225,8778*
2,32476
,000
221,1078
230,6478
221,5935*
2,32476
,000
216,8235
226,3635
217,2542*
2,32476
,000
212,4842
222,0242
59,4334*
2,32476
,000
54,6634
64,2034
-40,0454*
2,32476
,000
-44,8154
-35,2754
-40,8750*
2,32476
,000
-45,6450
-36,1050
273,0184*
2,32476
,000
268,2484
277,7884
267,5301*
2,32476
,000
262,7601
272,3001
265,9232*
2,32476
,000
261,1532
270,6932
261,6389*
2,32476
,000
256,8689
266,4089
257,2996*
2,32476
,000
252,5296
262,0696
99,4788*
2,32476
,000
94,7088
104,2488
40,0454*
2,32476
,000
35,2754
44,8154
-,8296
2,32476
,724
-5,5996
3,9404
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
Kontrol negatif
273,8480*
2,32476
,000
269,0780
278,6180
Fraksi air daun pandan wangi 2,5%
268,3598*
2,32476
,000
263,5898
273,1298
266,7528*
2,32476
,000
261,9828
271,5228
Fraksi air daun pandan wangi 7,5%
262,4685*
2,32476
,000
257,6985
267,2385
Fraksi air daun pandan wangi 10%
258,1293*
2,32476
,000
253,3592
262,8993
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5%
100,3084*
2,32476
,000
95,5384
105,0784
40,8750*
2,32476
,000
36,1050
45,6450
,8296
2,32476
,724
-3,9404
5,5996
Fraksi air daun pandan wangi 5%
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5%
* The mean difference is significant at the .05 level
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
BIOGRAFI PENULIS
Natalia Ni Putu Olivia Paramita S.D. lahir pada tahun 1986 di Kudus, Jawa Tengah. Mita, panggilan akrabnya, adalah putri pertama dari pasangan Georgegius I Ketut T. Dharmawan dan Floriberta Erna Suswiyandani. Penulis mulai menempuh pendidikan formalnya pada tahun 1990. Berawal dari pendidikan di TK St. Maria Monica pada tahun 1990-1991 kemudian dilanjutkan ke tingkat sekolah dasar pada tahun 1991-1997 di yayasan sekolah yang sama. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Marsudirini, Kemang Pratama, Bekasi. Selama tiga tahun, penulis menempuh pendidikan di sekolah lanjutan tingkat pertama dan lulus pada tahun 2000. Untuk melanjutkan ke tingkat sekolah menengah atas, SMA Stella Duce I, Yogyakarta menjadi pilihan penulis. Sejak saat itu, penulis menetap di Yogyakarta dan bertempat tinggal di asrama Stella Duce Samirono. Tamat dari sekolah menengah atas pada tahun 2003, penulis melanjutkan perjalanan studinya di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Di bangku perkuliahan, penulis terlibat dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan. Tergabung dalam anggota Paduan Suara Cantus Firmus menjadi sebuah kebanggaan bagi penulis. Selain itu, penulis juga pernah tergabung dalam keanggotaan Badan Eksekutif Mahasiswa periode 2004/2005. Keterlibatan penulis dalam kegiatan semasa perkuliahan juga terwujud dengan menjadi asisten praktikum Kimia Organik (2004) dan Spektroskopi (2006).