Dar Almady
Almady’s List: Indahnya Kasih Sayang oleh Abdullah Gymnastiar
Segala puji bagi Allah, yang memperindah kehidupan dengan menanamkan sifat kasih sayang di hati hamba-hamba-Nya. Dan Maha Suci Allah yang kasih sayangnya melimpah tiada bertepi. Membuat orang-orang yang berlumur dosa memiliki harapan meraih ampunan-Nya. Bagi orang-orang yang mengalami kegelapan, mendapat cahaya-Nya, bagi orang-orang yang tersesat mendapatkan tuntunan-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw. Yang kasih sayangnya terhadap sesama hamba Allah juga makhlukmakhluk lainnya memancar bagai pancaran matahari yang tiada terputus, menerangi bumi.
*** Saudara-saudaraku, kita sudah merasakan getirnya hidup, ketika kasih sayang sudah mulai menipis dan bahkan sirna dalam kehidupan bermasyarakat. Bangsa yang kaya raya seperti negera kita ini akhirnya terpuruk menjadi negara miskin penuh hutang, negara yang dianggap brutal dan keji’, yang saling menganiaya satu sama lain, juga menjadi bangsa yang hilang kemampuan untuk bisa mengangkat harkat dan martabatnya sendiri. Semua ini disebabkan kasih sayang berubah menjadi kebencian.
KEBENCIAN MENYEBABKAN KESENGSARAAN Bila kebencian telah menguasai hati seseorang, maka ia akan menjadi sumber aneka penyakit hati dan perbuatan buruk lainnya. Hati akan amat mudah berburuk sangka. Selalu menilai buruk terhadap apapun yang diperbuat, selalu saja disikapi dengan kecurigaan. Raut muka akan enggan untuk tersenyum, bahkan terbentuk senyum sinis, memalingkan muka dengan sengaja, mendustkan kata-katanya. Pikiran berupaya untuk mencari aib dan kekurangan serta merancang untuk mempermalukan dan merusak nama baiknya. Lebih jauh dari itu, akan jatuh pula kepada dosa, ghibah, yaitu menebarkan keburukan dan kekurangan demi memuaskan kebenciannya. Dan tidak berat pula untuk menyebar fitnah, untuk menghancurkan orang yang tidak disukainya. Sungguh perbuatan yang teramat keji dan nista. Andaikata rasa dendam sudah tidak terkendali biang kekejian yang lebih parah. Memukul, menghancurkan, membunuh, dan inilah yang sekarang banyak kita saksikan sehari-hari. Sungguh memilukan, sesama hamba Allah saling menghancurkan satu sama lainnya.
KERUGIAN AKIBAT KEBENCIAN Disadari atau tidak, kebencian yang membara akan menghancurkan tidak hanya diri sendiri, namun juga keluarga, lingkungannya bahkan yang lebih luas bagi umat dan bangsa ini. Kita akan kehilangan potensi kesuksesaan yang kita miliki hanya karena meladeni kebusukan hati yang penuh kebencian. Waktu? Dia akan terkuras habis untuk berfikir buruk, merencanakan perbuatan jahat, pikiran sangat kacau dan tidak sempat lagi untuk memikirkan hal-hal positif yang membawa manfaat
bagi dunia dan akhirat. Batin selalu gelisah, marah membara, menjadikan hidup penuh dengan ketenangan, penuh kedongkolan, dan sudah barang tentu ini akan terekspresi dari raut muka yang jauh dari keramahan dan kelembutan juga tutur kata yang amat kasar, kotor, dan hina. Tenaga pun terkuras habis untuk memuaskan rasa dendamnya. Tidak ada tenaga yang tersisa untuk kebaikan. Lahir batin akan benar-benar memikul kerugian. Naudzubillahimindzalik! Hal lain yang tak kalah meruginya adalah hilangnya ketentraman bersama, hidup akan selalu tercekam ketakutan, tegang dan cemas. Semua kenikmatan yang ada tidak bisa dinikmati, pun kenikmatan yang Allah berikan kepada kita. Tidak ada lagi kenyaman dalam belajar dan meraih ilmu, yang tentu semua ini amat merugikan masa depan siapapun. Juga tidak bisa lagi bekerja dengan baik dan tenang. Akibatnya, penghasilan akan sulit didapat, kemampuan ekonomi menjadi sangat melemah, tak ada lagi biaya untuk makan dengan teratur, menjaga kesehatan dengan baik dan ini akan menjadikan tubuh rentan terkena penyakit, baik oleh keterbatasan fisik maupun stres akibat situasi penuh permusuhan. Pendidikan dalam keluarga menjadi tidak normal, bahkan tidak jarang nuasa kebencian dan kedendaman menjadi benihbenih kehancuran di masa yang akan datang. Dengan kata lain kebencian menimbulkan kehancuran lahir batin, dir maupun orang lain, bahkan dunia maupun akhirat. Akankah hidup kita yang hanya sekali-kalinya didunia yang singkat ini, harus kita jalani dengan kehinaan seperti ini? Jawabanya adalah tidak! Kita harus memiliki dunia baru yang membuat hidup kita indah, berkah dan bermartabat.
INDAHNYA KASIH SAYANG Bila kita menyaksikan seorang ibu yang begitu menikmati pengorbanan terus-menerus, mulai dari hamil yang berat, melahirkan yang amat sakit, mengurus bayi yang merepotkan, mendidik anak kecil yang memusingkan, mengurus anak remaja yang mengawatirkan dan terus menerus sampai anaknya menjadi dewasa. Pengorbanan yang tiada terputus tanpa harapan balas budi, tanpa keinginan untuk dibalas dengan ucapan terimakasih, rela bersabar dalam situasi yang amat sulit, amat pemaaf ketika trsakiti dan selalu berusaha membela dalam situasi yang paling berbahaya sekalipun. Apa rahasia yang mendasari sikap penuh kemuliaan ini? Ternyata tiada lain adalah fitrah kasih sayang yang melimpah pada hati seorang ibu, maka bisa aku bayangkan, bagaimana indahnya jika kasih sayang ini melimpah, tak hanya kepada anak kandung saja tapi juga kepada anak yatim, anak saudaranya atau anak jalanan, kepada tetangga, kepada fakir miskin, bahkan kepada orang yang berbuat keburukan kepada kita sekalipun, niscaya yang ada adalah keindahan hidup saling berjuang dalam membahagaiakan dan memuliakan serta saling membela dalam kebaikan satu salam lainnya. Saling memaafkan kesalahan, saling melengkapi untuk kemajuan bersama. Tidakkah kehidupan seperti ini yang kita rindukan? Dan ini pula yang kita rasakan semakin sirna di sekitar kita.
Sedih sekali ketika kasih sayang telah pupus didalam sebuah keluarga. Suami yang begitu bengis dan kasar kepada istri dan anaknya. Ibu yang bersikap ketus dan galak kepada putraputrinya. Seorang anak yang berani menghardik, bermuka masam dan menyakiti orang tuanya. Keadaan keluarga yang seperti ini tentu akan seperti neraka mini yang menyensarakan. Bayangkan pula bila kasih sayang sirna diperkantoran. Jika ada pemimpin yang sombong, merasa berkuasa serta bersikap merendahkan dan mengeploitasi karyawannya. Bermewah dan bermegah-megahan sedang karyawannya yang terkuras tenaganya harus hidup dengan gaji kecil dan terbatas. Kedengkian antara karyawan dan pejabat yang tak suka melihat kesuksesaan temannya, yang dilanjutkan saling mendengki, menyebar fitnah dan saling menjatuhkan. Belum lagi kebencian terhadap pemimpinnya yang dianggap tidak adil, memeras tenaga dan keringat untuk memperkaya diri, maka bisa kita bayangkan sendiri suasana kerja yang horor, yang akan membuat kesengsaraan dan pasti kontra produktif, tiada kebahagiaan, tiada ketenangan dan tiada kesuksesaan. Dimana saja dirumah, dikendaraan, dijalan, bertetangga, dimasjid, dikampus, di kantor atau dimana saja jika kasih sayang telah sirna maka bencanalah yang akan terasa. Na’udzubillah! a. Kasih sayang itu fitrah Mengapa? Karena kasih sayang itu menjadi kebutuhan fitrah setiap insan. Kita sangat merindukan kasih sayang dari orang tua. Begitupun orang tua amat bahagia bila anak menyayanginya. Suami dan istri saling merindukan kasih sayang satu sama lain. Para murid berharap kasih sayang dari guru-gurunya, begitupun sebaliknya para guru merasa sangat berarti disayangi murid-muridnya. Bawahan merasa sangat dihargai bila disayangi atasannya dan sebaliknya atasan pun merasa amat bermakna bila karyawannya menyayangi dengan tulus. Rakyat amat tersentuh dan merasa terhormat dengan kasih sayang para pemimpinnya, begitupun para pemimpin, dia akan mulai dan sukses dalam mengemban amanahnya bila dicintai rakyatnya. Begitulah, suasana saling sayang-menyayangi dalam setiap sisi kehidupan akan terasa indah. Bahkan orang yang jahat sekalipun tetap saja dihatinya tersembunyi kerinduan disayangi dan dimaafkan. Kita membutuhkan kasih sayang tapi yang aneh, kita jarang bahkan pelit sekali menebar kasih sayang yang kita miliki kepada orang lain, bahkan kepada orang terdekat sekalipun. Kita baru banyak menuntut tapi belum banyak memberi. Akibatnya selain akan banyak merasa kecewa, juga tuntutan itu akan membuat sikap yang tak nyaman, tidak menghasilkan kasih sayang melainkan sebaliknya mendatangkan kekecewaan pula bagi yang lain. b. Kasih sayang itu indah dan mulia Bila kasih sayang melekat pada kita, maka akan benar-benar memperindah lahir dan batin kita . Hati yang penuh kasih sayang akan merasa lapang dan kaya, selalu bahagia dengan kebahagiaan orang lain, ikuti merasa sukses dengan kesuksesaan
orang lain, sehingga kebahagiaannya begitu lebar dan melimpah dan kebahagiaan hati ini akan menghasilkan pancaran sikap yang indah dan penuh kemuliaan. Semua ini akan membuat kehidupan akan terasa lebih indah dan menyenangkan, nuansa kehidupan yang tak akan dimiliki oleh orang yang hidupnya penuh kebencian dan kedendaman. c. Kasih sayang itu kunci sukses dunia dan akhirat Dengan melimpahnya kasih sayang, kita akan sangat gemar mendengar nasehat orang lain. Bila belajar banyak dari kesuksesan orang lain, bisa menikmati kritik dan saran orang lain. Tak ada kedengkian dan kebencian membuat kita memiliki waktu dan energi yang melimpah untuk kreatif dan produktif dan kita pun akan berjuang keras untuk bisa menykseskan orang yang kita sayangi. Bahkan ini merupakan ciri kesuksesaan hakiki yaitu kita menjadi jalan kesuksesaan sebanyak mungkin hambahamba Allah lainnya, seperti para nabi dan rasul yang berjuang siang dan malam tak kenal lelah agat umatnya mendapat tuntunan dalam mengarungi hidup ini dengan cara yang benar, agar sejahtera dunia dan akhirat. Kasih sayang tulus merupakan amalan yang dicintai Allah, “Sayangilah orang yang ada dibumi, niscaya engkau akan disayang oleh yang ada di langit” (HR. At Tirmidzi). Keberuntungan mana lagi selain menjadi orang yang disayang Allah penguasa alam semesta ini?
BAGAIMANA MARAIH KASIH SAYANG Andaikata kita merindukan hidup ini indah dan bermakna serta mulia bermartabat, maka tak bisa tidak, kita harus berjuang keras menghidupkan hati kita, menghidupkan kasih sayang yang menjadi fitrah kita semua dengan beberapa cara sederhana. a. Merasa Bersaudara Sungguh berbeda perasaan dan sikap kita andaikata kita merasa bersaudara kecenderungan ingin menolong, membela, berkorban dan memaafkan lebih besar dibanding bila kita tidak merasa bersaudara dengan orang lain. Kini saatnya kita gelorakan semangat bersaudara seiman bagi yang seakidah, saudara sesuku, saudata sebangsa bahkan saudata seketurunan nabi Adam dan Hawa. Jika perasaan ini berusaha kita tanamkan dan menghujam di hati kita, maka bila kita memandang orang lain niscaya akan ada perasaan orang lain niscaya akan ada perasaan kasih sayang, melihat anak jalanan merasa sebagai saudara kita yang belum mendapat hidayah, melihat orang yang berbuat buruk kepada kita sebagai saudara yang sedang khilaf, kita akan lain dalam menyikapinya, cenderung lebih memaklumi, memaafkan dan lebih bersemangat membalas dengan kebaikan. “Tidak beriman diantara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim), tentu saja kebatilan tetap
harus diberantas namun hanya kepada kekejiannya bukan benci kepada manusianya. b. Mengenang budi baik Entah mengapa, jikalau kita teringat keburukan sikap seseorang terhadap kita maka serta merta hati ini akan dongkol serta marah, perasaan tak enak dan gelisah serta ingin membalas. Namun jika kita mengenang jasa baik orang tua yang sudah mengandung kita selama 9 bulan, melahirkan, menyusuim menjaga kita siang dan malam, dan seterusnya. Rasanya kesedihan akan menyeruakan dalam hati kita, semakin terasa hutang budi kepada mereka dan menjadi sangat ingin membalas dengan segala kebaikan yang mampu kita lakukan. Demikian pula bila kita kenang jasa baik para ulama, guru-guru, teman-teman, aparat, atau siapapun yang berbuat baik, yang nyata ataupun tersembunyi. “Yang paling pandai bersyukur kepada Allah ialah orang yang paling pandai bersyukur kepada manusia.” (HR. Athabrani) c. Meraba derita Salah satu upaya kita lainnya dalam melembutkan hati ini adalah dengan belajar meraba dan merasakan derita saudara kita lainnya yang sedang ditimpa kemalangan. Cobalah hidupkan hati ini dengan memikirkan bagaimana anak yatim yang amat merindukan kasih sayang orang tuannya yang telah tiada. Bagaimana para pengemis dan keluarganya harus menahan lapar siang dan malam, bagaimana perasaan gelandangan yang sedang sakit dan berbaring dipingir jalan atau kolong jembatan, tak ada selimut, tak ada yang memberi obat, tak ada yang menengok. Raba pula saudara kita yang berada di pengungsian yang harus menenangkan anak-anaknya yang menangis lapar meminta makan sedang tak ada orang yang sedang dipenjara, amat kesepian, rindu kepada anak-anaknya, atau bahkan yang tersiksa teraniaya. Bila saja kita melihat dan mendengar musibah yang menimpa seseorang, lalu kita berusah empati, meraba perasaan dan deritanya, insya Allah niscaya akan tersentuh dan tergerak hati ini untuk berbuat sesuatu, minimal turut merasa pedih dan ingin berbuat sesuatu, atau paling tidak, sebait doa buat mereka tenti lebih bermakna. d. Silaturahmi Silaturahmi adalah penyambungan kasih sayang. Percaya atau tidak, bila kita rajin sekali bersilaturahmi akan menimbulkan perasaan akrab, saling mengerti, saling memahami, komunikasi yang baik akan memupus kecurigaan atau prasangka, dan akan timbul pula sinergi saling memberi ilmu, wawasan tak jarang terjalin kerjasama. Bisa saja menjadi jodoh silaturahmi yang dilakukan dengan tulus karena Allah semata, akan berdampak besar sekali untuk menghidupkan fitrah kasih sayang kita. Oleh karena itu milikilah program bersilaturahmi denngan sungguh-sungguh sebagai asset untuk kebahagiaan dan kesuksesaan kita. Tak hanya kepada saudara
tapi juga kepada orang lain, tak hanya dengan atasan atau orang kaya atau orang yang kita segani tapi juga kepada karyawan kecil dan orang papa. Tak hanya kepada orang yang berbuat baik, tapi juga kepada orang yang pernah menyakiti, yang kikir, yang menjalin bahkan yang tak menyukai kita. Berkata, saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda.” Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya dan diperpanjang umurnya, maka hendaklah ia melakukan silaturahmi (HR.Bukhari dan Muslim) e. Berkirim hadiah Bagaimana perasaan kita jikalau ada orang yang berbuat baik, menolong dan berkirim hadiah kepada kita, tentu amat senang dan kian menyayanginya. Rasulullah pun bersabda untuk saling berkirin hadiah. “Dari Aisyah r.a. katanya: Rasulullah saw. Sering menerima hadiah dan membalasnya.” Tampaknya hal ini harus pula menjadi program kehidupan kita, carilah terus kemampuan agar kita bisa membahagiakan orang lain baik berupa senyuman dan wajah ceria, hadiah berupa ucapan yang baik, hadiah berupa barang yang bermanfaat, atau paling tidak hadiah berupa doa yang tulus kita panjatkan kepada Allah agar orang lain selalu mendapat perlindungan kasih sayang Allah. Wallahu’alam bishswhowab! (Sumber: Gymnastiar, Abdullah. 2002. Indahnya Kasih Sayang. Bandung: MQP Pustaka Grafiti.)
Dapatkan eBook Gratis lainnya di www.thedarmogandul.wordpress.com Terima kasih dan semoga bermanfaat. Dar Almady