DAMPAK PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DALAM INSEMINASI BUATAN (TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DI INDONESIA)
Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
INNA NUR LANA NIM: 1050 4310 12 78
KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M
DAMPAK PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DALAM INSEMINASI BUATAN (TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DI INDONESIA)
Skripsi Diajukan Kepada FSH untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh:
INNA NUR LANA NIM: 1050 4310 12 78
Di bawah Bimbingan
Dr. H. AFIFI FAUZI ABBAS, MA NIP: 195609061982031004
KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “DAMPAK PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DALAM INSEMINASI BUATAN (TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DI INDONESIA)” Telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Mei 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum. Jakarta, 20 Mei 2010 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012 PANITIA UJIAN 1. Ketua
: Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM ( .. . . . . . . . . . . . . . .) NIP. 1957031219851003
2. Sekretaris
: Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag NIP. 196511191998031002
(. . . . . .. . . . . . . . . . )
3. Pembimbing : Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, MA NIP. 195609061982031004
(.. . . . . . . . . . . . . . . )
4. Penguji I
: Drs. H. A. Basiq Djalil, SH NIP. 195003061970031001
(.. . . . . . . . . . . . . . . )
5. Penguji II
: Dr. H. Fuad Thohari, M.Ag NIP. 197003232000031001
(.. . . . . . . . . . . . . . .)
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 April 2010
INNA NUR LANA
KATA PENGANTAR ¯2lµo G¡+Ýo ¯2Ù{´
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat-Nya yang tak terhingga. Dengan sifat-Nya al-Ghaffar telah menutupi banyak aib yang dirahasiakan sehingga manusia bisa tampak mulia dalam pandangan sebagian manusia lainnya. Dan dengan sifat-Nya al-Afuww telah menangguhkan sanksi hukum atas dosa-dosa manusia di dunia dan memberikan kesempatan untuk bertaubat padaNya, sekaligus mengajarkan kepada manusia untuk menjadi pemaaf, mau memberi maaf pada sesamanya atas segala kekurangan dan kesalahan. Shalawat beriring salam senantiasa ditujukan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Mudahmudahan dengan izin Allah, syafaat beliau dapat menjadi penolong bagi siapa saja yang mau bershalawat kepadanya, mengamalkan sunnah-sunnahnya, dan meneladani budi pekertinya yang terpuji. Skripsi ini kiranya bagian kecil yang dapat penulis buat sebagai partisipasi dalam mengamalkan sunnah Rasul tersebut. Penulis meyakini bahwa inti dari ajaran agama ialah syukur yaitu berterima kasih kepada yang berjasa. Oleh sebab itu, menyadari segala keterbatasan yang ada, penulis pantas mengucapkan terima kasih terhadap berbagai pihak yang telah banyak berperan dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain dialamatkan kepada Bapak: 1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. 2. Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. A. Mukri Aji, MA., dan vi
Sekretaris Jurusan Dr. Muhammad Taufiki, M. Ag., yang selalu memberikan motivasi dan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, MA., sebagai pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, serta petunjuk-petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah memudahkan setiap langkahnya. Amin. 4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan tidak lupa pula terima kasih yang sebesar-besarnya kepada staff perpustakaan, karyawan-karyawati yang banyak membantu penulis dalam memfasilitasi penyelesaikan penulis skripsi ini. 5. Teristimewa buat ayahanda tersayang Drs. H. Ahmad Nuri dan ibunda tercinta Oom Komsah Komala Sari, S.Pd serta adik-adikku Maulidinnur dan Syifa Nur Fauziah. Terima kasih banyak atas bantuan kalian terutama dari segi keuangan dan dukungan kalian, serta doa dan pengorbanan kalian yang tidak terhingga yang senantiasa selalu memberi semangat tanpa jemu hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah SWT menempatkan kalian di tempat orang-orang yang soleh dan solehah. 6. Seluruh rekan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mahasiswa Perbandingan Mazhab Fiqih yang selama ini telah menjadi teman yang baik, semoga ilmu yang kita dapat bisa bermanfaat dan membawa maslahat. vi
7. Kawan-kawan HMI Komfaksy, BEMJ PMH, dan Remaja Karang Taruna Lembah Gria Indah yang telah memberikan motivasi serta supportnya kepada penulis. 8. Seluruh rekan kerja Interlife University Ciputat, terimakasih atas support, dispensasi waktu dan penggunaan peralatan kantor kepada saya, demi memfokuskan pada penyelesaian skripsi ini. 9. Tidak lupa juga kepada cahaya hatiku, insan yang selalu dicintai dan mencintai, karena senantiasa memberi semangat dan dukungan. Semoga doaku dan doamu di makbulkan oleh yang Maha Kuasa.
Akhirnya, dengan penuh harap dan doa yang dapat penulis persembahkan, Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan bagi penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini akan memberikan manfaat bagi penulis pribadi dan masyarakat luas pada umumnya.
Jakarta:
11 April 2010 M 26 Rabi’ul Akhir 1431 H Penulis
vi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
iv
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
vii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 D. Studi Kajian Terdahulu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8
E. Objek Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
9
F. Metode Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11 G. Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14 BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG KESEHATAN A. Pengertian Bioteknologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16 B. Ruang Lingkup Bioteknologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19 C. Implikasi Bioteknologi Bagi Kesejahteraan Manusia . . . . . . . . . . . 22
BAB III
DESKRIPSI PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN DALAM LINGKUP TEORI DAN FUNGSI A. Pengertian dan Teknik Inseminasi Buatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28 B. Proses Pelaksanaan Inseminasi Buatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
viii
C. Sejarah Singkat dan Perkembangan Bioteknologi Inseminasi Buatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35 D. Motivasi dilakukan Inseminasi Buatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 BAB IV
TINJAUAN HUKUM INSEMINASI BUATAN DAN DAMPAK PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI A. Inseminasi Buatan pada Manusia menurut Hukum Islam . . . . . . . . 44 B. Inseminasi Buatan pada Manusia menurut Tinjauan Hukum Perdata di Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50 C. Dampak Perkembangan Bioteknologi dalam Inseminasi Buatan . . . 54 1. Dampak Inseminasi Buatan terhadap Perwalian Anak Perempuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56 2. Dampak Inseminasi Buatan terhadap Kewarisan . . . . . . . . . . . . 58 3. Dampak Inseminasi Buatan terhadap Kesehatan . . . . . . . . . . . . . 62
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
65
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
67
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Undang-undang No. 21 Tahun 2004 tentang Keamanan Hayati atas Konvensi Keanekaragaman Hayati. 2. Gambar Proses Fertilisasi in Vitro (FIV)
viii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang berfikir yang membedakan dirinya dengan hewan. Manusia mempunyai potensi akal sehat sehingga mampu membedakan antara yang benar dan yang salah, sedangkan hewan sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk membedakan kedua hal tersebut. 1 Kehidupan
sosial
manusia
selalu
berubah-ubah
dan
mengalami
transformasi, membawa dampak positif dan negatif. Hal ini merupakan tantangan bagi umat Islam untuk menjawab permasalahan yang muncul, karena agama Islam sesuai dengan perubahan zaman. Salah satu dari kemajuan atau perubahan tersebut adalah upaya seorang isteri menghamilkan suatu benih laki-laki bukan melalui cara alami melainkan dengan memasukkan sperma laki-laki ke dalam rahim isteri dengan pertolongan dokter, di antaranya dengan melalui cara suntikan atau operasi, benih laki-laki itu ditempatkan ke dalam rahim isteri sampai mengandung. Karena benih laki-laki disedot dari zakar laki-laki itu dan disimpan lebih dulu dalam tabung,
1
Rohadi Abdul Fatah dan Sudarsono, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1980), h.24.
1
2
kehamilan seperti itulah disebut inseminasi buatan. 2 Pengembangbiakan buatan dikerjakan manusia semenjak dahulu, dan diketahui sejak periode pertama dari sejarah manusia yang dilakukan pada hewan dan tumbuh-tumbuhan, dan tercapailah hasil yang baik berupa jenis hewan yang baik dan buah-buahan yang tinggi mutunya. Sukses yang dicapai ini mendorong manusia untuk mengadakan percobaan pernghamilan buatan pada wanita dengan memasukkan air mani laki-laki dan ini pun berhasil sehingga dengan penghamilan buatan ini dapat ditumbuhkan janin menurut prosesnya yang wajar dalam rahim. Akhirnya lahirlah sebagai seorang anak sempurna. Inseminasi buatan pada hakikatnya tidak bertentangan dengan sunnatullah, malahan justru membuktikan kebenaran sunnatullah, bahwa terciptanya manusia itu dari sperma yang bercampur dengan sel telur wanita. Berfirman Allah SWT:
(2 : 76 / ج) اﻹﻧﺴﺎن ٍ إِﻧﱠﺎ ﺧَﻠَﻘْﻨَﺎ اﻟْﺈِﻧْﺴَﺎنَ ِﻣﻦْ ُﻧﻄْ َﻔ ٍﺔ َأﻣْﺸَﺎ Artinya: Sesungguhnya kami telah menciptakan yang bercampur. (Al-Insan/76: 2)
manusia
dari
setetes
mani
Ayat ini dapat dipahami, bahwasannya tidak mutlak kehamilan
harus
melalui persetubuhan langsung, melainkan kehamilan bisa terjadi tanpa hubungan kelamin, asal ada percampuran sperma dengan sel telur wanita. Kenyataan inipun sejak lama dimaklumi ahli fikih, sehingga mereka berkata,
2
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah (Pada Masalah Kontempore Hukum Islam), (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2000), cet. pertama, h.71.
3
“Kehamilan mungkin terjadi dengan sampainya mani laki-laki ke dalam rahim walaupun tanpa persetubuhan”. 3 Produk-produk bioteknologi memang selalu menimbulkan keterkejutan, keheranan, dan akhirnya memunculkan kekaguman, karena tidak pernah terbayangkan sebelumnya produk-produk bioteknologi dapat dibuat manusia. Bioteknologi merupakan penerapan prinsip Illmiah dan rekayasa pengolahan bahan oleh agen biologi untuk menyediakan barang dan jasa. 4 Berbicara tentang perkembangan teknologi yang sarat dengan etika dan moral, hal itu tidak lain pada kajian tentang bioteknologi, yang mempunyai cakupan yang sangat luas baik pada tumbuhan maupun hewan yang nantinya membawa ke trans genetic (perpindahan sel dari satu makhluk ke makhluk lain) pada manusia. Pada bidang inilah kaum muslimin berhadapan dengan rangkaian masalah etika yang memiliki implikasi hukum. Jika diamati dengan seksama, apa yang terjadi pada bioteknologi justru membuka misteri alam. Jika dahulu tanda-tanda itu datang lewat mukjizat, maka kini setelah sudah tidak ada Nabi dan Rasul tanda-tanda itu datang lewat ilmu pengetahuan, 5 sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-Mu’min/40 ayat 81:
3
Mahmoud Syaltout, Al-Fatâwa, jilid II. Penerjemah H. Bustami A. Gani dan Zaini Dahlan (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), cet. pertama, h. 84. 4
Sarjono, Bioteknologi Latar Belakang dan Beberapa Penerapannya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 2. 5
M. Nurcholis Bakry, et. all, Bioteknologi dan Al-Qur’an Refrensi Dakwah Da’I Modern, (Jakarta: Gema Insan Press, 1996), h. 58.
4
(٨١ :٤٠ /ت اﻟﻠﱠﻪِ ُﺗﻨْ ِﻜﺮُون ) اﻟﻤﺆﻣﻦ ِ ي ءَاﻳَﺎ وَ ُﻳﺮِﻳ ُﻜﻢْ ءَاﻳَﺎ ِﺗ ِﻪ َﻓَﺄ ﱠ Artinya: Dan dia memperlihatkan kepada kamu tanda-tanda (kekuasaan kekuasaannya). Maka tanda-tanda (kekuasaan) Allah yang mana yang kamu ingkari?. (Q.S Al-Mu’min/40: 81) Kemajuan ilmu dan teknologi menuntut penghayatan etnik yang lebih luas dan dalam ilmu pengetahuan dapat mempengaruhi penghidupan sehari-hari dan mengakibatkan sesuatu yang sangat merugikan bagi kehidupan seluruhnya, hak asasi, kesehatan, keluarga dan privacy seseorang. Akan sangat menguntungkan individu dan masyarakat kalau di samping etika ilmiah, agama dapat berfungsi sebagai pelindung dan tambatan harapan manusia terhadap proses dehumanisasi perkembangan teknologi yang terkendali. Peran agama dalam hal ini akan berlainan dan lebih mendalam dari pada etika dan hukum. 6 Meskipun inseminasi buatan memiliki daya guna tinggi, namun juga sangat rentan terhadap penyalahgunaan dan kesalahan etika apabila dilakukan orang yang tidak beragama, beriman, dan beretika sehingga sangat potensial berdampak negatif dan fatal. Kaidah dan ketentuan syariah merupakan pemandu etika dalam penggunaan teknologi ini, sebab penggunaan dan penerapan teknologi belum tentu sesuai menurut agama, etika, dan hukum yang berlaku di masyarakat. 7 Perkembangan bioteknologi dalam inseminasi buatan yang walaupun membawa pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia, tak dapat 6 7
T. Jacob, Etika dan Kesehatan, (Jakarta: Rajawali Press, 1985), h. 11.
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer), (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), Cet. Pertama, h. 188.
5
dihindarkan memiliki potensi untuk mendatangkan kerugian. Oleh sebab itu seringkali timbul pro dan kontra terhadap teknologi tersebut. Dari pendapat yang pro dan kontra, memunculkan masalah etis, di antaranya bagaimana inseminasi buatan dapat dibenarkan, dan bagaimanakah status hukum anak yang lahir dari inseminasi buatan tersebut, dan apa dampak hukum yang ditimbulkan nantinya. Berdasarkan alasan di atas, penulis tertarik untuk menjadikan kajian dalam skripsi ini dengan judul: “DAMPAK PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DALAM INSEMINASI BUATAN (TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DI INDONESIA)”, yang berkisar tentang pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif dalam menanggapi perkembangan zaman, khususnya di bidang bioteknologi dalam inseminasi buatan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.
Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, ruang lingkup permasalahan sangatlah luas. Seperti halnya perkembangan bioteknologi yang berbagai macam ruang lingkupnya, yaitu yang meliputi beberapa bidang, di antaranya; bioteknologi dan hak atas kekayaan intelektual, bioteknologi dan perdagangan internasional, bioteknologi pertanian dan peternakan, bioteknologi dalam produksi energi dan sebagainya. Inseminasi buatan merupakan salah satu dari jenis perkembangan bioteknologi yang amat berpengaruh bagi masyarakat luas. Meskipun membawa pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia,
6
tak dapat dihindarkan memiliki potensi untuk mendatangkan kerugian. Oleh sebab itu seringkali timbul pro dan kontra terhadap teknologi tersebut pada permasalahan perkembangan inseminasi buatan yang ada. Oleh karenanya, agar pokok permasalahan inseminasi buatan tidak terlalu meluas dan tetap pada jalurnya, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penulisan skripsi ini hanya berkisar pada perkembangan bioteknologi dalam inseminasi buatan yang termasuk dalam bidang bioteknologi ini. Penulisan skripsi ini difokuskan kepada dampak yang terjadi atas perkembangan bioteknologi dalam inseminasi buatan, baik itu dampak positif maupun negatif yang ditinjau dari segi Hukum Islam dan Hukum Perdata di Indonesia.
2. Perumusan Masalah Bioteknologi dalam inseminasi buatan yang sarat dengan etika dan moral, kaum muslimin berhadapan dengan suatu rangkaian masalah etika yang memiliki implikasi hukum. Meskipun inseminasi buatan memiliki pengaruh yang sangat besar untuk membantu pasangan suami isteri memperoleh keturunan, namun ada saja pro dan kontra terhadap teknologi tersebut yang menimbulkan implikasi hukum bagi status anak yang lahir dan dampak hukum yang ditimbulkan nantinya. Oleh karenanya untuk mempertegas arah pembahasan dalam skripsi ini, penulis merinci masalah tersebut dalam bentuk pertanyaan:
7
a.
Apa yang dimaksud dengan bioteknologi dalam inseminasi buatan dan bagaimana implikasinya bagi kesejahteraan manusia?
b.
Apa yang dimaksud dengan inseminasi buatan dan bagaimana kedudukan hukumnya dalam Hukum Islam dan Hukum Perdata di Indonesia?
c.
Bagaimana perkembangan bioteknologi dalam inseminasi buatan saat ini?
d.
Bagaimana dampak perkembangan bioteknologi dalam inseminasi buatan menurut Hukum Islam dan Hukum Perdata di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Untuk mengetahui pengertian bioteknologi dalam inseminasi buatan dan implikasinya bagi kesejahteraan manusia.
b.
Untuk mengetahui pengertian inseminasi buatan dan kedudukan hukumnya dalam Hukum Islam dan Hukum Perdata di Indonesia.
c.
Untuk mengetahui perkembangan bioteknologi dalam inseminasi buatan saat ini.
d.
Untuk mengetahui dampak perkembangan bioteknologi dalam inseminasi buatan menurut Hukum Islam dan Hukum Perdata di Indonesia.
8
2.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: a.
Memberikan kejelasan kepada masyarakat tentang dampak yang terjadi pada perkembangan bioteknologi dalam inseminasi buatan.
b.
Untuk menambah ilmu dan wawasan bagi siapa saja yang membaca hasil penelitian ini.
c.
Untuk meraih gelar sarjana Syariah (S1) dalam bidang Hukum Islam di Fakultas Syariah dan Hukum, Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum,
Konsentrasi
Perbandingan
Mazhab
Fiqih,
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta.
D. Studi Kajian Terdahulu Literatur dalam Islam umumnya memaparkan bahwa praktek inseminasi buatan adalah diperbolehkan dalam Islam jika benihnya tersebut berasal dari pasangan suami isteri yang sah. Sebagaimana dikemukakan dalam pendahuluan, bahwa inseminasi buatan memang dibenarkan hanya saja perlu batasan-batasan khusus. Sepanjang pengamatan penulis, karya-karya mengenai persoalan serupa berupa dampak perkembangan bioteknologi dalam inseminasi buatan belum ada. Sebagai bahan perbandingan, maka penulis cantumkan studi kajian terdahulu pada skripsi di Fakultas Syariah dan Hukum, yaitu:
9
NO.
REVIEW STUDI TERDAHULU
1
Identitas: Rini Kartini, “Studi Perbandingan Tentang Kedudukan Anak Dalam Kandungan Sebagai Hasil dari Zina dan Inseminasi Buatan Untuk Menerima Harta Warisan Menurut Hukum Islam dan BW (KUH Perdata)”. Fakultas Syari’ah dan Hukum, Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, 2004.
PERBEDAAN
Penulis Menjelaskan dampak perkembangan bioteknologi dalam inseminasi buatan yang berpengaruh pada kedudukan anak dalam menerima warisan, perwalian bagi anak perempuan dan dampak kesehatan bagi umat manusia yang di tinjau dari sudut pandang Hukum Islam, Substansi Pembahasan: - Menjelaskan status anak dalam kandungan kesehatan dan KUH Perdata. yang berasal dari anak di luar nikah dan inseminasi buatan. - Menjelaskan anak dalam kandungan melalui proses inseminasi buatan secara alamiah. - Menjelaskan kedudukan anak yang lahir di luar nikah dan inseminasi buatan dalam menerima harta warisan menurut perbandingan Hukum Islam dan KUH Perdata Pendekatan: Kualitatif Sumber yang digunakan: - UU No. 1 Th. 1974 Tentang Perkawinan, KHI, KUH Perdata (BW).
2
Menjelaskan perkembangan bioteknologi dalam inseminasi buatan yang berimplikasi pada kesejahteraan manusia, termasuk pada kedudukan anak dalam hal perwalian bagi pernikahan anak Substansi Pembahasan: - Menjelaskan pengertian inseminasi buatan perempuan dari sudut dan kedudukannya dalam Hukum Islam. pandang Hukum Islam dan Identitas: Mayumi Bunga, “Kedudukan Anak Hasil Inseminasi Buatan Dalam Perwalian Menurut Perspektif Hukum Islam”. Fakultas Syariah dan Hukum, Program Studi Administrasi Keperdataan Islam, 2006.
10
- Menjelaskan tentang wali nikah dan KUH Perdata. kedudukannya dalam Hukum Islam. . - Menjelaskan kepastian hukum tentang hak wali nikah anak hasil inseminasi buatan menurut Hukum Islam. Pendekatan: Kualitatif
Sumber yang digunakan: - UU No. 1 Th. 1974 Tentang Perkawinan, KHI, Al-Qur’an, Hadist dan Kitab-kitab karangan para ahli. - Interview (wawancara) dengan para ahli bidang Hukum Islam.
E. Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang berjudul Dampak Perkembangan Bioteknologi dalam Inseminasi Buatan (Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Perdata di Indonesia), dalam hal ini penulis mencoba mengkaji dampak apa yang terjadi apabila perkembangan bioteknologi dalam inseminasi buatan terus menerus dipraktekkan di masyarakat luas, meskipun inseminasi buatan tersebut terdapat keuntungan bagi pasangan suami isteri khususnya yang memang sulit memperoleh anak sehingga memiliki keturunan. Perkembangan bioteknologi dalam inseminasi buatan ini akan ditinjau berdasarkan Hukum Islam dan Hukum Perdata di Indonesia (KUH Perdata).
11
Objek penelitian dalam penelitian adalah buku-buku ataupun kitab-kitab para ahli di bidang Hukum Islam yang berkaitan dengan hukum dilakukannya inseminasi buatan dari perkembangan bioteknologi yang terjadi saat ini.
F. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 8 Penelitian
ini
adalah untuk mengetahui bagaimana dampak dari
perkembangan bioteknologi dalam inseminasi buatan. Penelitian skripsi ini menggunakan metode yang terinci sebagai berikut: 1.
Pendekatan Masalah Pendekatan masalah penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan analisa isi, menguraikan dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan isi dari data-data yang penulis dapatkan, kemudian menghubungkan dengan masalah yang diajukan sehingga ditemukan kesimpulan objektif, logis, konsisten dan sistematis sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dalam penulisan skripsi ini.
8
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2005), h. 234.
12
2.
Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis sumber data, diantaranya: a.
Data Primer 1). Data primer yakni bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah yang baru atau mutakhir, ataupun pengertian baru tentang fakta yang diketahui maupun mengenai suatu gagasan. 9 Di antaranya adalah dari Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Kompilasi Hukum Islam (KHI), dan KUH Perdata (BW), Kitab “al-Halâl wa al-Harâm Fi al-Islâm” Dr. Syaikh Yusuf al-Qardawi, Kitab al-Fatâwa karangan Mahmud Syaltout, Kitab “al-Fiqh Al Islâmy wa Adillatuh” Karangan Dr.Wahbah Zuhaili. 2). Wawancara dan konsultasi kepada pihak yang dianggap kompeten.
b. Data Sekunder Sumber data sekunder yakni bahan pustaka yang berisikan informasi tentang bahan primer. 10 Dengan jalan mengadakan studi kepustakaan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang
9
Sorjono Soekanto dan Sri Mamudji, Peranan dan Penggunaan Perpustakaan Di dalam Penelitian Hukum, (Jakarta: Pusat Dokumentasi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1986). h.34 10
Ibid., h. 35
13
diajukan. Dokumen yang dimaksud adalah Al-Qur’an, Hadist, Kitabkitab karangan para ahli dalam bentuk karya Ilmiah, buku-buku serta artikel-artikel di internet dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diajukan.
3.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara
membaca dan mengutip dari data-data yang berkaitan dengan
permasalahan
yang
dibahas.
Setelah
proses
pengumpulan
data
dikumpulkan, data yang sudah ada akan diolah dan dianalisis untuk mendapatkan hasil akhir yang ada korelasinya dengan penelitian ini.
4.
Teknik Analisa Data a.
Induktif Metode induktif ini dilakukan dengan cara menganalisa data yang bersifat khusus untuk kemudian ditarik kesimpulan umum.
b.
Komparatif Yaitu metode yang membandingkan antara Hukum Positf dan Hukum Islam, untuk mengetahui bagaimana keduanya menyikapi masalah inseminasi buatan pada perkembangan bioteknologi saat ini.
14
Teknik penulisan skripsi ini, berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan Di dalam
Penyusunan penulisan skripsi ini, penulis menyusun
pembahasannya menjadi 5 (lima) bab. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi kajian terdahulu, objek penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II
Tinjauan Teoritis Tentang Bioteknologi dalam Bidang Kesehatan. Bab
ini akan menerangkan tentang pengertian bioteknologi, ruang lingkup bioteknologi dan implikasi bioteknologi bagi kesejahteraan manusia. BAB III Deskripsi Perkembangan Bioteknologi Inseminasi Buatan Dalam Lingkup Teori dan Fungsi. Bab ini akan membahas perkembangan bioteknologi inseminasi buatan yang meliputi pengertian dan teknik inseminasi buatan, proses pelaksanaan inseminasi buatan, sejarah dan perkembangan bioteknologi inseminasi buatan, motivasi dilakukan inseminasi buatan. BAB IV Tinjauan Hukum Inseminasi Buatan dan Dampak Perkembangan Bioteknologi. Bab keempat ini akan menjabarkan inseminasi buatan pada manusia menurut tinjauan Hukum Islam dan Hukum Perdata di Indonesia. Serta dampak
15
perkembangan bioteknologi Inseminasi Buatan, yang meliputi dampak terhadap perwalian anak perempuan, dampak terhadap kewarisan, dan juga dampak terhadap kesehatan bagi umat manusia. BAB V
Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan implikasi dari keseluruhan
pembahasan yang telah diteliti dan saran yang dapat mendukung kesempurnaan skripsi. Skripsi ini pada urutannya akan diakhiri dengan daftar bacaan sebagai rujukan dalam penjelasannya.
16
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG KESEHATAN
A. Pengertian Bioteknologi Bioteknologi bukan merupakan suatu kegiatan yang baru. Berabad-abad yang lalu orang menemukan secara tidak sengaja, bagaimana menggunakan proses biologi yang terjadi setiap saat pada sel-sel hidup. Mereka tidak mengerti prosesnya, tetapi mereka dapat melihat hasilnya. Mereka menemukan beberapa mikroba tertentu. Seperti bakteri dan jamur, akan menghasilkan cuka, bir, atau anggur jika ditumbuhkan dalam gentong yang besar. Proses ini dinamakan fermentasi. Dengan mencoba-coba, mereka belajar mengendalikan proses ini dan membuat dalam jumlah besar beberapa produk yang tertentu jenisnya. 1 Ilmuwan kini telah mengerti apa saja proses biologi ini dan bagaimana terjadinya. Hal ini telah memungkinkan mereka mengembangkan teknik-teknik baru untuk mengubah atau meniru beberapa proses alami ini sehingga mereka mampu membuat berbagai produk. 2 Berbagai definisi tentang bioteknologi telah diajukan berbagai Negara atau perhimpunan ilmu pengetahuan yang bersifat internasional. Di antaranya 1
Roestamsjah, Apresiasi Perkembangan dan Penerapan Teknologi, (Jakarta: LIPI Press, 1998),
h. 7. 2
Ibid., h. 7.
16
17
Bioteknologi merupakan ilmu biologi molekuler berikut teknik dan aplikasinya yang digunakan untuk memodifikasi, memanipulasi atau merubah proses kehidupan normal dari organisme-organisme
dan jaringan-jaringan guna
meningkatkan kinerjanya bagi keperluan manusia. Bioteknologi memiliki kekhasan dalam hal kemungkinan transfer yang memiliki ciri-ciri organisme melalui proses rekayasa biologi yang tidak mungkin terjadi secara alamiah. 3 Secara umum bioteknologi juga dapat diartikan sebagai
ilmu terapan
proses biologi. Akan tetapi pembatasan ini masih terlalu luas yang pada akhirnya membawa pembatasan-pembatasan dengan definisi-definisi yang berlainan di setiap wilayah yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan alam yang dimiliki. 4 Bioteknologi juga merupakan suatu teknik modern untuk mengubah bahan mentah melalui transformasi biologi sehingga menjadi produk yang berguna. Selain itu, bioteknologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungsi, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. 5 Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari
3
Amran Saru, dkk, Bioteknologi dan Aplikasinya di Berbagai Bidan: Suatu Tinjauan Umum, Makalah diakses pada 10 Desember 2004 dari http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/9145_9.pdf. 4
Sthefany Avonina, Perkembangan Bioteknologi dalam Inseminasi Buatan (Bayi Tabung) Di Tinjau Dari Hukum Perdata Di Indonesia. artikel diakses pada 31 Juli 2004 dari http://ikht.net/artikel_lengkap.php?Id=2-25k. h. 1 5
Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia, http://bioteknologi.blogspot.com/2007_08_01_archive.htm-114k-Cached.
18
pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia,
komputer,
biologi
molekuler,
mikrobiologi,
genetika,
kimia,
matematika, dan sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa. Perhimpunan Kimia Murni dan Terapan (IUPAC = International Union of Pure and Applied Chemistry) mengemukakan rumusan bahwa bioteknologi adalah penerapan biokimia, biologi, mikrobiologi dan rekayasa kimia dalam proses industri, pembuatan produk (di sini termasuk produk pelayanan kesehatan, energi, dan pertanian), dan pada lingkungan. 6 Organization For Economic Cooperation and Development (OECD), mendefinisikan bioteknologi sebagai suatu penerapan prinsip ilmiah dan rekayasa pengolahan bahan oleh agen biologi untuk menyediakan barang dan jasa. 7 Menurut konvensi keanekaragaman hayati pada pasal 2, bioteknologi dinyatakan sebagai penerapan teknologi yang menggunakan sistem-sistem hayati, makhluk hidup atau derivatnya untuk membuat atau memodifikasi produk-produk atau proses-proses penggunaan khusus. 8
6
Sardjoko, Bioteknologi Latar Belakang dan Beberapa Penerapannya, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 3. 7
Sthefany Avonina, Perkembangan Bioteknologi Dalam Inseminasi Buatan, h. 1
8
Ibid., h. 2
19
Supriyatna memberi batasan tentang arti bioteknologi secara lebih lengkap, yakni: pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah dan kerekayasaan terhadap organisme, system atau proses biologis untuk menghasilkan dan atau meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi kepentingan hidup manusia. 9 Pada hakikatnya bioteknologi untuk memaksa suatu agen bioteknologi untuk menghasilkan barang dan jasa di luar kodrat alami. Sebagai contoh klasik adalah insulin yang dihasilkan agen biologi Escherichia Coli yang telah direkayasa, dan secara alami hal tersebut mustahil dapat terjadi. Adapun tujuan dari adanya bioteknologi adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan manusia yang lebih baik. 10
B. Ruang Lingkup Bioteknologi Pada dasarnya, bioteknologi sangatlah luas, namun untuk memudahkan bagi para pihak di luar bidang ilmu alam yang terkadang digunakan istilah yang tidak dimengerti oleh pihak awam, bioteknologi dipilah-pilah ke dalam beberapa bidang. Bidang-bidang bioteknologi tersebut antara lain: 1.
Bioteknologi dan hak atas kekayaan intelektual.
2.
Bioteknologi dan perdagangan internasional.
9
W. Marlene Nalley, Tinjauan Filosofis Bioteknologi. Artikel diakses pada 1 Mei 2001 dari http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/wm_nalley.htm. 10
Salim, Bayi Tabung; Tinjauan Aspek Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1993), h. 5.
20
3.
Rekayasa genetika yang meliputi kloning dan eugenika.
4.
Pencangkokan (transplantasi) organ.
5.
Bioteknologi pertanian dan peternakan.
6.
Bioteknologi dalam produksi pangan.
7.
Bioteknologi dalam dunia medis.
8.
Bioteknologi dan pengolahan limbah.
9.
Bioteknologi dalam produksi energi.
10.
Bioteknologi pertambangan.
11.
Bioteknologi dan militer.
12.
Bioteknologi inseminasi buatan (bayi tabung). 11 Bidang-bidang tersebut di atas yang tercakup dalam ruang lingkup
bioteknologi menurut ukuran orang awam, bila diperhatikan sebagian besar berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah inseminasi buatan (bayi tabung) di mana bidang ini mau tidak mau menyentuh sisi personal atau pribadi dari kehidupan manusia. Telah diketahui bersama bahwa segala sesuatu yang bersinggungan dengan sisi personal atau pribadi dari kehidupan manusia selalu menimbulkan pro dan kontra apapun itu masalahnya. 12 Penggunaan bioteknologi guna meningkatkan produksi peternakan ini meliputi: teknologi produksi, seperti inseminasi buatan, embrio transfer,
11
Sthefany Avonina, Perkembangan Bioteknologi Dalam Inseminasi Buatan, h. 1
12
Ibid., h. 3
21
kriopreservasi embrio, fertilisasi in vitro, sexing sperma maupun embrio, cloning dan splitting. 13 Teknologi reproduksi atau inseminasi buatan yang telah banyak dikembangkan adalah transfer embrio berupa teknik multiple ovulation and embrio transfer (MOET). Teknik ini telah diaplikasikan secara luas di Eropa, Jepang, Amerika, dan Australia untuk menghasilkan anak (embrio) yang banyak dalam satu kali siklus reproduksi. 14 Apabila dilihat dari kemajuan zamannya, bioteknologi dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: (1) bioteknologi kuno (berumur ribuan tahun, seperti pembuatan roti dan minuman anggur), (2) bioteknologi konvensional (yang berkembang sejak perang dunia I, seperti pembuatan ajinomoto dan alkohol), dan (3) bioteknologi modern. Bioteknologi modern pada prinsipnya merupakan aplikasi serangkaian peralatan penelitian biologi mutakhir yang merupakan kegiatan multidisiplin (interdisipliner). 15 Dewasa ini banyak hasil penemuan di bidang bioteknologi modern yang banyak membantu manusia, yang pertama terjadi di bidang perawatan kesehatan, di mana para ilmuwan telah mengubah tikus dan domba untuk menghasilkan
13
W. Marlene Nalley, Tinjauan Filosofis Bioteknologi. Artikel diakses pada 1 Mei 2001 dari http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/wm_nalley.htm. 14
15
Ibid.,
Joedoro Soedarsono, Penguasaan Ilmu dan Teknologi Sebagai Modal Pembangunan Nasional: Bioteknologi.” Makalah Pada Seminar Nasional, 20 Januari 1990, (Yogyakarta: Keluarga Mahasiswa Asrama Darmaputra dan Keluarga Alumni UGM 1990), h. 2-3.
22
protein dan zat kimia yang berguna bagi manusia, sebuah obat untuk menolong penderita hemophilia dan TPA untuk memecah bekuan darah. 16 Di Samping itu, dewasa ini berkembang dengan pesat manipulasi genetic dari tanaman dan hewan. Pupuk dan pencegah serangga dipasang di dalam benih. Bioteknologi juga dapat mengakhiri kelaparan melalui revolusi hijau yang baru. Kemajuan dibuat dalam teknik genetika untuk membuat ikan dan sapi bertumbuh lebih cepat dan memasukkan protein lebih banyak di dalam kentang dan beras. Spesies yang nyaris punah dapat dicegah dari kepunahan melalui transplantasi embrio ke dalam ibu pengganti. 17 Adapun cara untuk membantu spesies yang hampir punah adalah dengan menggunakan teknik bayi tabung, di mana sperma dan ovum dari pasangan suami isteri dimasukkan ke dalam tabung gelas kemudian dipindahkan ke dalam rahim ibu pengganti. Jadi ibu pengganti inilah yang akan mengandung dan melahirkan bayi tersebut, dan kemudian menyerahkan kepada orang tua yang menitipkan embrio tersebut.
C. Implikasi Bioteknologi Bagi Kesejahteraan Manusia Penggunaan bioteknologi, sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya kadangkadang bersifat embigu, yakni di satu sisi dapat bermanfaat untuk meningkatkan
16
Salim, Bayi Tabung; Tinjauan Aspek Hukum, h. 5
17
John Naisbitt dan Patricia Aburdene, Megatrends 2000, Alih Bahasa FX Budijanto, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1990), h. 227-228.
23
kesejahteraan hidup manusia, tetapi di sisi lain dapat dimanipulasi untuk tujuan destruktif. Teknik rekayasa genetika misalnya, menjanjikan kepada kita antara lain
dapat
menghilangkan
berbagai
jenis
penyakit
keturunan
melalui
‘penggantian gen’. Pada kondisi yang sama pembelokan teknik ini bisa saja terjadi akibat munculnya godaan, sehingga manusia melalui percobaannya dapat menciptakan manusia super atau bahkan menciptakan monster maupun penjahat demi mencapai tujuannya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dampak bioteknologi terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia yaitu mengenai inseminasi buatan. Seperti diketahui, kemampuan berfikir dan bernalar membuat manusia menemukan berbagai pengetahuan baru. Pengetahuan itu kemudian digunakan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari lingkungan alam yang tersedia. Bioteknologi memang memiliki potensi yang sangat besar, tetapi pengekangan diri sangat penting untuk menahan diri agar tidak melanggar hukum alam dengan menghancurkan lingkungan alam atau dengan mengubah bentuk makhluk hidup. 18 Oleh karena itu, penggunaan bioteknologi untuk kehidupan merupakan salah satu dilema dalam zaman modern. Hal ini menyangkut manfaat potensial teknologi modern yang berhadapan dengan bahaya potensialnya. Penggunaan obat-obatan antibiotik
dan insektisida
misalnya yang semakin meningkat juga dapat menimbulkan dampak negatif yaitu 18
Kazuo Murakami, The Divine Message Of The DNA: Tuhan dalam Gen Kita, (Bandung: Mizan, 2007), h. 195-196.
24
kenaikan resistensi organisme. Jika resistensi organisme meningkat terus, maka penggunaan obat-obatan akan meningkat pula. Koloni bakteri merupakan salah satu contoh terjadinya seleksi alam berdasarkan resistensi. Secara alamiah ada bakteri yang resisten (bersifat resesif) dan ada yang tidak resisten (bersifat dominan) sehingga populasi yang tidak resisten mendesak yang resisten. Dengan pemberian antibiotik, populasi bakteri yang tidak resisten menurun, sedangkan yang resisten tetap hidup dan menghasilkan keturunan yang resistensinya lebih tinggi. 19 Bakteri berperan penting dalam evolusi melalui simbiosis. Bila bakteri kecil tertentu bergabung secara simbiotik dengan sel-sel besar dan terus hidup di dalamnya sebagai organel-organel, hasilnya adalah terciptanya sel-sel tumbuhan dan hewan yang bereproduksi seksual dan akhirnya berevolusi menjadi organisme-organisme hidup. 20 Demikian pula penentangan terhadap instalasi tenaga nuklir yang merupakan ilustrasi yang baik. Ketakutan-ketakutan serupa akan timbul apabila rekayasa genetika diketahui oleh masyarakat umum, dan sebagian besar ketakutan ini dirasakan oleh para ilmuwan. Satu hal yang terpenting adalah pengetahuan bioteknologi semestinya dapat memberi manfaat bagi manusia untuk memberi pilihan dan penilaian.
19
Diah Aryulina dkk., Biologi SMA dan MA untuk Kelas XII, ( Jakarta: Esis, 2008), h. 211-212.
20
Fritjof Capra, The Hidden Connections: A Science for Sustainable Living, (London: Flamingo,2003), h. 41.
25
Selain mendasarkan pada pertimbangan untung dan rugi, pemanfaatan dan penerapan bioteknologi dalam pandangan Islam juga harus mempertimbangkan ketetapan-ketetapan hukum halal dan haram serta aspek moralitas. 21 Kiranya sudah tidak dapat terbendung lagi derasnya arus bioteknologi yang semakin hari keberadaannya semakin kokoh. Menurut beberapa informasi, sangat banyak manfaat bioteknologi ini bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan kesejahteraan dan perbaikan hidupnya, di antaranya memperoleh suatu keturunan dalam proses inseminasi buatan. Menghadapi pesatnya kemajuan bioteknologi ini, apa yang sebenarnya harus dilakukan dalam mengantisipasinya, terutama dampak negatif yang mungkin ditimbulkan. Pengkajian mendalam melalui dasar-dasar pengetahuan, penalaran, logika, moral, agama, serta kriteria kebenarannya, tentunya akan sangat membantu menuntun kita pada tujuan pengembangan IPTEK yang sebenarnya. Selaras dengan kemajuan peradaban, boteknologi dapat dijadikan tolak ukur perkembangan otak manusia yang luar biasa saat ini. Manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi akan memperbesar kekuasaan kita atas alam dan masyarakat dan atas diri kita sendiri, sehingga akan muncul lagi bahaya dari teknologi yaitu semakin meningkatnya ilmu pengetahuan, teknologi dan
21
Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ Jakarta, Al-Islam dan Iptek I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 267.
26
bioteknologi justru akan melayani nafsu terhadap kekuasaan atau keinginan irrasional untuk mendominasi. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi akan memperbesar kekuasaan kita atas alam dan masyarakat dan atas diri kita sendiri, sehingga akan muncul lagi bahaya dari teknologi yaitu semakin meningkatnya ilmu pengetahuan, teknologi dan bioteknologi justru akan melayani
nafsu
terhadap
kekuasaan
atau
keinginan
irrasional
untuk
mendominasi. 22 Untuk mengurangi bahaya yang mungkin timbul akibat teknologi maupun bioteknologi, maka sebagai manusia yang bertuhan, Nasution mengatakan, setiap kali seorang ilmuwan akan mengadakan penelitian ia harus sadar akan kedudukannya sebagai manusia di bumi ini. Ia harus sadar bahwa ilmu pengetahuan yang dapat dikuasainya hanyalah sebagian kecil saja dari Al’Ilm, ilmu yang dikuasai Tuhan Yang Maha Kuasa, dan bahwa ia hanya pesuruh-Nya di bumi ini yang diminta untuk menjaga keseimbangan antar makhluk yang ada di bumi ini. 23 Dalam mengembangkan bioteknologi, etika bioteknologi harus mendapat perhatian yang utama. Bagaimanapun juga, perkembangan dalam bioteknologi tidak terlepas dari tanggung jawab manusia sebagai perilaku sekaligus makhluk
22
W. Donald R. Pokatong, “Bioteknologi: Ekspektasi, Realita dan Kendala”. Artikel diakses pada 11 Januari 2010 dari http://kilasbiologi.blogspot.com/2010/01/bioteknologi-ekpektasi-realita-dan.html. 23
Ibid.,
27
etis. Maka dari itu refleksi etis terhadap apa yang sedang dilakukan manusia menjadi sangat diperlukan. Manusia hendaknya dapat merefleksikan prinsipprinsipnya sendiri dalam seluruh aktivitasnya, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
28
BAB III DESKRIPSI PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN DALAM LINGKUP TEORI DAN FUNGSI
A. Pengertian dan Teknik Inseminasi Buatan Inseminasi Buatan merupakan terjemahan dari Artificial Insemination. Artificial artinya buatan atau tiruan, sedangkan Insemination berasal dari kata latin, Inseminatus yang artinya pemasukan atau penyampaian. Dalam kamus, Artificial Insemination adalah penghamilan atau pembuahan buatan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa inseminasi buatan adalah pembuahan atau penghamilan yang dilakukan dengan memasukkan (menyuntikkan dengan menggunakan sebuah pipet) sperma ke dalam alat kelamin betina yang sedang birahi. 1 Dalam Bahasa Arab disebutkan Talqîh al-Sinâ’I (ﺼﻨَﺎﻋِﻰ اﻟ ﱢ
ﺢ ُ ْ)اﻟ ﱠﺘﻠْ ِﻘﻴ.2
Pemakaian lafazh ini dapat dijumpai dalam Kitab al-Fatâwa karangan Mahmud Syaltout:
ﺸ ِﺮﻳْ َﻌ ِﺔ ِﻓﻴْﻬَﺎ ﺣﻜْ ِﻢ اﻟ َﱠ ُ ْﻋﻦ َ س ُ ل اﻟ َّﻨﺎ ُ اَﻣﱠﺎ اﻟ ُﻤﺸْ ِﻜَﻠ ُﺔ اﻟ ﱠﺜﺎِﻟ َﺜ ُﺔ اﱠﻟ ِﺘﻲ َﻳﺴَْﺄ.ﺼﻨَﺎﻋِﻰ ﺢ اﻟ ﱢ ُ ْاﻟ ﱠﺘﻠْ ِﻘﻴ ﻲ ِ ب ﻋَﻨْﻬَﺎ ﻣَﺎ َﻳﻠ َ ﺠﻮَا َ ﺢ اﻟ ُ َﻓ ُﻨ َﻮﺿﱢ
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 333. 2
M. Saheb Tahar, Inseminasi Buatan Menurut Hukum Islam, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1987), cet. pertama, h. 3.
28
29
Artinya: Pembuahan buatan. Adapun masalah pelik yang ketiga, yang orangorang menanyakan mengenai segi hukum syara’nya, maka kami jawab sebagai berikut. 3 Dapat juga dijumpai dalam kitab al-Halâl wa al-Harâm fil Islâm karya Syaikh Yusuf Qardawi: 4
ج ِ ْﺢ ِﺑ َﻐﻴْ ِﺮ ُﻧﻄْ َﻔ ِﺔ اﻟ ﱠﺰو ُ ْن اﻟﺘﱠﻠ ِﻘﻴ َ ﺼﻨَﺎﻋِﻰ( ِاذَا آَﺎ ﺢ اﻟ ﱢ ُ ْف )اﻟ ﱠﺘﻠْ ِﻘﻴ ُ َﻓِﺎ ﱠﻧ ُﻪ ُﻳﺤْ َﺮ ُم ﻣَﺎ ُﻳﻌْ َﺮ
Artinya: Sesungguhnya diharamkan apa yang dikenal (pembuahan buatan) jika pembuahan tersebut tidak berasal dari sperma seorang suami yang sah. Sementara itu dokter Sofwan Dahlan memberikan uraian yang lebih jelas lagi, yaitu: Inseminasi buatan adalah suatu cara memasukkan sperma ke dalam alat kelamin seorang wanita tanpa melalui senggama (coitus). Mula-mula sperma dikeluarkan lebih dahulu dengan cara masturbasi atau senggama terputus dan dengan suatu alat sperma tadi dimasukkan ke dalam vagina atau uterus. Maksudnya kehamilan yang tidak mungkin dapat terjadi melalui hubungan kelamin, akibat suatu penyakit kelamin. Dengan cara tersebut kehamilan diharapkan bisa terjadi. 5 Inseminasi buatan memiliki banyak arti yang dikemukakan oleh para ahli. Seperti Djamalin Djanah mengemukakan inseminasi buatan dengan pekerjaan memasukan mani (sperma) ke dalam rahim dengan menggunakan alat khusus dengan maksud terjadinya pembuahan. Suryo memberikan batasan terhadap 3
Mahmud Syaltout, al-Fatâwa, Jilid II. Penerjemah Bustami A. Gani dan Zaini Dahlan, cet.pertama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 325. 4
Syaikh Yusuf al-Qardlawi, al-Halâl wa al-Harâm Fil Islâm, cet. 14, (Beirut: al-Maktab alIslami, 1985), h. 209. 5
M. Shaheb Tahar, Inseminasi Buatan Menurut Hukum Islam,. h. 4
30
inseminasi buatan yaitu suatu cara untuk menempatkan sperma di dalam atau di dekat saluran servik dari uterus dengan menggunakan suatu alat dan bertujuan supaya terjadi kehamilan. Nukman Moeloek mengartikan inseminasi buatan lebih spesifik lagi, yaitu suatu cara atau teknik untuk memasukkan air mani suami ke dalam kandungan isteri secara buatan. Sementara Ali Akbar memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan inseminasi buatan ialah membuahi isteri tanpa junub yang dilakukan dengan pertolongan dokter. Pada kesempatan lain ia juga menjelaskan bahwa inseminasi buatan adalah memasukkan sperma ke dalam alat kelamin perempuan tanpa persetubuhan untuk membuahi telur atau ovum wanita. 6 Jadi yang dimaksud dengan inseminasi buatan secara umum dapat diambil kesimpulan yaitu penghamilan buatan yang dilakukan terhadap seorang wanita tanpa melalui cara alami, melainkan dengan cara memasukkan sperma laki-laki ke dalam rahim wanita tersebut dengan pertolongan dokter. Istilah lain yang semakna adalah kawin suntik, penghamilan buatan dan permanian buatan. 7 Selain dari istilah inseminasi buatan, dalam hal ini terdapat pula teknik atau cara dilakukannya inseminasi buatan, di antaranya adalah sebagai berikut: 1.
Fertilisasi in Vitro (FIV) Fertilisasi in Vitro (In Vitro Fertilization) ialah usaha
fertilisasi yang
6
Chuzaemah Tahido Yanggo dan Anshary A. Hafiz, Problematika Hukum Islam Kontemporer,
h. 4-5. 7
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah Al-Haditsah (Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam), cet.I. (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2000), h. 70.
31
dilakukan di luar tubuh, di dalam cawan biakan (petri disk), dengan suasana yang mendekati alamiah. Jika berhasil, pada saat mencapai stadium morula, hasil fertilisasi ditandur-alihkan ke andometrium rongga uterus. Teknik ini biasa dikenal dengan “bayi tabung” atau pembuahan di luar tubuh. 8 2.
Tandur Alih Gamet Intra Tuba (TAGIT) Tandur Alih Gamet Intra Tuba (Gamette Intra Fallopian Transfer) ialah usaha mempertemukan sel benih (gamet), yaitu ovum dan sperma, dengan cara menyemprotkan campuran sel benih itu memakai kanul tuba ke dalam ampulla. Metode ini bukan metode bayi tabung karena pembuahan terjadi di saluran telur (tuba fallopi) si ibu sendiri. 9 Di luar negeri teknik TAGIT lebih berhasil dibanding dengan FIV. Teknik yang terbaik dari keduanya tergantung pada keadaan pemilik sperma dan ovum serta keadaan kandungan.
3.
Embrionasi Buatan (AE) Embrionasi Buatan (AE) membutuhkan pembilasan sebuah embrio dari wanita yang telah diinseminasi secara buatan oleh
sperma
donor,
kemudian embrio ditanamkan ke dalam rahim isteri donor. 10 8
Chuzaemah Tahido Yanggo dan Anshary A. Hafiz, Problematika Hukum Islam Kontemporer,
h. 5 9
Ibid., h. 5
10
Abul Fadl Muhsin Ebrahim, Biomedical Issues Islamic Perspective. Penerjemah Sari Meutia. (Bandung: Mizan, 1997), h. 99.
32
4.
GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer) GIFT yang merupakan singkatan dari Gamete Intrafallopian Transfer yang merupakan teknik yang mulai diperkenalkan sejak tahun 1984. Tujuannya untuk menciptakan kehamilan. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium atau indung telur wanita lalu dipertemukan dengan sel sperma pria yang sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan ke dalam tuba fallopi atau tabung fallopi wanita melalui irisan kecil di bagian perut melalui operasi Laparoskopik. Sehingga diharapkan langsung terjadi pembuahan dan kehamilan. 11
5.
ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer) ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer) merupakan pemindahan Zigot atau sel telur yang telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sel telur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar tubuhnya. Kemudian setelah sel telur dibuahi dimasukkan kembali ke tuba fallopi atau tabung falopi melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi
laparoskopik. Teknik ini
merupakan kombinasi antara IVF
dan GIFT. 12
11
Di akses pada tanggal 4 Maret 2009 dari http://info.kesehatan.com
12
Di akses pada tanggal 4 Maret 2009 dari http://info.kesehatan.com
33
Sumbangan ilmu biomedis dalam menemukan faktor-faktor penting yang mengakibatkan kemandulan benar-benar tidak dapat diabaikan. Begitu juga, langkah-langkah biomedis yang disebut di atas jelas memberi harapan kepada pasangan yang sulit memperoleh anak, tetapi tidak dapat dibantah bahwa teknik-teknik untuk mengatasi persoalan kemandulan tersebut memang memunculkan beberapa masalah atau persoalan etika dan hukum yang tidak dapat disetujui begitu saja dalam kerangka agama Islam. 13
B. Proses Pelaksanaan Inseminasi Buatan Untuk menjalankan proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim, perlu disediakan ovum (sel telur) dan sperma. Ovum diambil dari tuba fallopi (kandung telur) seorang ibu dan sperma diambil dari ejakulasi seorang ayah. Sperma tersebut diperiksa terlebih dahulu apakah mengandung benih yang memenuhi persyaratan atau tidak. Begitu juga dengan sel telur seorang ibu, dokter berusaha menentukan dengan tepat saat ovulasi (bebasnya sel telur dari kandung telur), dan memeriksa apakah terdapat sel telur yang masak atau tidak pada saat ovulasi tersebut. Bila pada saat ovulasi terdapat sel-sel yang benarbenar masak, maka sel telur itu dihisap dengan sejenis jarum suntik melalui sayatan pada perut. Sel telur itu kemudian ditaruh di dalam suatu tabung kimia
13
Abul Fadl Muhsin Ebrahim, Biomedical Issues Islamic Perspective,. h. 100
34
dan agar telur tetap dalam keadaan hidup, sel telur tersebut disimpan di laboratorium yang diberi suhu menyamai panas badan seorang wanita. 14 Lebih tepatnya di dalam proses pelaksanaan inseminasi buatan pada teknik fertilisasi in virto (FIV) transfer embrio khususnya, terdiri dari beberapa tahapan, 15 yaitu: Tahap Pertama: Pengobatan merangsang indung telur. Pada tahap ini isteri diberi obat yang merangsang indung telur, sehingga dapat mengeluarkan banyak ovum dan cara ini berbeda dengan cara biasa, hanya satu ovum yang berkembang dalam setiap siklus haid. Obat yang diberikan kepada isteri dapat berupa obat makan atau obat suntik yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan baru dihentikan setelah ternyata sel-sel telurnya matang. Pematangan sel-sel telur dipantau setiap hari dengan pemeriksaan darah isteri, dan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Ada kalanya indung telur gagal bereaksi terhadap obat itu. Tahap Kedua; Pengambilan Sel Telur. Apabila sel telur isteri sudah banyak, maka dilakukan pengambilan sel telur yang akan dilakukan dengan suntikan lewat vagina di bawah bimbingan USG. Tahap
Ketiga;
Pembuahan
atau
fertilisasi
sel
telur.
Setelah
berhasil mengeluarkan beberapa sel telur, suami diminta mengeluarkan sendiri sperma. Sperma akan diproses, sehingga sel-sel sperma suami yang baik saja
14
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah Al-Haditsah,. h. 71.
15
Sudraji Sumapraja, et. All, (Eds.), Penuntun Pasutri Program Melati, Program Melati RSAB “Harapan Kita” Jakarta, Jakarta, 1990. h. 47.
35
yang akan dipertemukan dengan sel-sel telur isteri dalam tabung gelas di laboratorium. Sel-sel telur isteri dan sel-sel sperma suami yang sudah dipertemukan itu kemudian dibiakan ke dalam lemari pengeram. Pemantauan berikutnya dilakukan 18-20 jam kemudian. Pada pemantauan keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembelahan sel. Tahap Keempat; Pemindahan Embrio. Kalau terjadi fertilisasi sebuah sel telur dengan sebuah sperma, maka terciptalah hasil pembuahan yang akan membelah menjadi beberapa sel, yang disebut embrio. Embrio ini akan dipindahkan melalui vagina ke dalam rongga rahim ibunya 2-3 hari kemudian. Tahap Kelima; Pengamatan terjadinya kehamilan. Setelah implantasi embrio, maka tinggal menunggu apakah akan terjadi kehamilan. Apabila 14 hari setelah pemindahan embrio tidak terjadi haid, maka dilakukan pemeriksaan kencing untuk menentukan adanya kehamilan. Kehamilan baru dipastikan dengan pemeriksaan USG seminggu kemudian.
C. Sejarah dan Perkembangan Bioteknologi Inseminasi Buatan Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi di masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik dan insulin walaupun
36
masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreactor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal. 16 Di dalam inseminasi buatan, Daniel Rumondor memberikan isyarat bahwa inseminasi buatan agaknya diilhami oleh keberhasilan syeikh-syeikh Arab memperanakkan kuda sejak tahun 1322. Praktek inseminasi buatan pada manusia secara tidak langsung terkandung dalam cerita “Midrash” di mana Ben Sirah dikandung secara tidak sengaja karena ibunya memakai air bak yang sudah tercampur sedikit air mani. John Hubter, seorang guru dari Edward Jenner (penemu vaksinasi) dan P.S. Physick dari Philadelphia pada tahun 1785 berhasil mengadakan inseminasi buatan terhadap isteri seorang pedagang kain di London. Kemudian, eksperimen yang berhasil di Perancis diikuti oleh laporan dokter Amerika pada tahun 1866 bahwa ia berhasil melakukannya sebayak 55 pada 6 orang wanita dan mendapatkan bayi inseminasi buatan pertama di Negara itu. 17 Agaknya pengembangan teknologi kedokteran dalam bidang ini sejak Bonner berkomentar terhadap penemuan Abbe Lazaric Spallanzani yang pada tahun 1784 berhasil untuk pertama kali mengawinkan serangga, binatang amphibi, dan kemudian anjing, yang melahirkan 3 ekor anak anjing. Atas 16
Defri, “Sejarah dan Perkembangan Bioteknologi”, artikel diakses pada tanggal 15 desember 2009 dari http://id.shvoong.com/exact-sciences/1955061-sejarah-dan-perkembangan-bioteknologi/. 17
Daniel Rumondor, Jangan Membunuh: Tinjauan Etis Terhadap Beberapa Praktek Kedokteran, (Jakarta: Andi, 1988), h. 40.
37
keberhasilan ini Bonnet memberikan komentar, “Akan datang waktunya penemuan ini yang amat penting buat masyarakat manusia”. 18 Karena Rusia sangat mencemaskan akibat perang atom, maka Stalin menyetujui gagasan yang dilontarkan oleh I.I Kuperin untuk mendirikan bank ayah atau bank sperma. Bahkan pada tahun 1968 Khruschov, dengan adanya Bank Sperma itu, ingin mengumpulkan sperma orang-orang yang jenius dalam lapangan ilmu pengetahuan, peperangan, sastra, dan lain-lain yang akan dikembangbiakan kepada gadis-gadis yang sehat, cantik serta ber-IQ tinggi agar nantinya terbentuk generasi orang jenius. 19 Pada abad ke-20 inseminasi buatan pada manusia dipelopori oleh keberhasilan Patrick Steptoe yang dibantu oleh Robert Edwards dan Barry Bavister dari Inggris atas lahirnya Louise Brown pada 25 Juli 1978 dari pasangan suami isteri Jhon Brown dan Leslie. Sperma dan ovum yang digunakan berasal dari suami isteri, kemudian embrionya di transplantasikan ke dalam rahim isterinya, sehingga lahirlah bayi tabung yang pertama yang bernama Louise Brown di Oldham Inggris dengan berat badan 2.700 gram. 20 Steptoe menolak anggapan bahwa ia menginginkan monster Frankenstein, tetapi ia sekedar membantu wanita-wanita mandul. 18
Ali Akbar, “Masalah Inseminasi Terhadap manusia”, Mimbar Ulama, No. 21, Tahun III, Juli 1978, h. 24 19 20
Ibid., h. 25 Salim HS, Bayi Tabung Tinjauan Aspek Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1992), h. 6.
38
Setelah keberhasilan P.C Steptoe dan R.G. Edward maka berturut-turut telah lahir bayi tabung yang kedua bernama Candice Reid di Australia pada tahun 1980, yang ketiga bernama Elizabet Can di Amerika pada bulan Desember 1981. Menurut American Medical Association, dalam pertengahan tahun 1983 tercatat sebanyak 100 bayi tabung di sebelas Negara. Kesebelas Negara itu adalah Inggris, Amerika Serikat, Australia, Belanda, Perancis, Swiss, India, Jerman, Belgia, Jepang, dan Singapura. Sedangkan menurut John Naisbite dan Patricia Abudene bahwa menjelang awal tahun 1989 lebih dari 100 anak dilahirkan oleh ibu pengganti yang menggunakan teknik bayi tabung. 21 Di Indonesia, keberhasilan inseminasi buatan ditandai dengan lahirnya Akmal dari pasangan Lindan-Soekotjo pada 25 Agustus 1987 dengan teknik GIFT, dan Dimas Aldila
Akmal Sudiar, Lahir pada 2 Oktober 1988, dari
pasangan Wiwik-Sudirman dengan teknik IVF. Keduanya adalah hasil kerja tim Makmal Terpadu Imuno Endokrinologi Fakultas Kedokteran UI. Latar belakang dikembangkannya inseminasi buatan di Indonesia, sebagaimana dinyatakan oleh H. Enud J. Surjana (Ketua Makmal Terpadu FKUI) dan Asri Rasad (Dekan Fakultas Kedokteran UI) adalah semata-mata untuk membantu pasangan suami isteri yang sulit memperoleh keturunan. 22 Menurut Mahmud Syaltout, Inseminasi buatan mempunyai sejarah yang
21
Ibid., h. 7
22
Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary Az, Problematika Hukum Islam Kontemporer, h.3.
39
cukup panjang, diantaranya sebagai berikut: Pengembangbiakan dengan perkawinan buatan sudah dipraktekkan oleh manusia semenjak dulu. Sebenarnya perkawinan buatan, yakni pengembangbiakkan dengan jalan buatan sudah dikerjakan oleh manusia semenjak dahulu, dan sudah diketahui sejak periode pertama dari sejarah manusia yang dilakukan pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, dan tercapailah hasil yang baik berupa jenis hewan yang baik dan buah-buahan yang tinggi mutunya. Sukses yang dicapai ini mendorong menusia untuk mengadakan percobaan penghamilan pada wanita dengan memasukkan air mani laki-laki, dan ini berhasil pula, sehingga dengan penghamilan buatan itu dapat ditumbuhkan janin menurut prosesnya yang wajar dalam rahim. Akhirnya lahirlah ia sebagai anak yang sempurna. 23 Perkembangan bioteknologi dalam dasawarsa terakhir sangat pesat, suatu kondisi yang diprediksikan John Naisbitt (Futurolog terkemuka dunia) tentang abad 21 sebagai abad bioteknologi. 24 Sesuai dengan kemajuan teknologi, maka inseminasi buatan pun dalam prosesnya mengalami kemajuan-kemajuan, misalnya sperma yang dipakai tidak harus secepatnya dimasukkan ke dalam rahim. Melainkan bisa disimpan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, baru kemudian dipergunakan pada waktu kapan kehamilan itu dikehendaki. Penyimpanan itu bisa dilakukan oleh klinik-klinik khusus ataupun oleh bank sperma yang didirikan special untuk urusan-urusan yang berkaitan dengan inseminasi buatan dan sejenisnya. 25
23
Mahmud Syaltout, al-Fatâwa,. h. 8.
24
Amran Saru, dkk, “Bioteknologi Dan Aplikasinya Di Berbagai Bidang; Suatu Tinjauan Umum”, artikel di akses pada 10 Desember 2004 dari http://www.rudyct.com/PPS702ipb/09145/9145_9.pdf. 25
M. Shaheb Taher, Inseminasi Buatan Menurut Hukum Islam,. h.7.
40
Bank sperma atau yang juga kadang-kadang disebut bank ayah, mulai tumbuh pada awal tahun 1970, berkembang setelah banyaknya laki-laki yang menjarangkan anak dengan vasektomi, maksudnya dengan menyimpan spermanya di bank sebagai cadangan seseorang yang dapat sewaktu-waktu kelak memanfaatkannya, bilamana mereka membutuhkan anak lagi.26 Di dalam perkembangan bioteknologi ini, terdapat beberapa era yang meliputi 4 (empat) era bioteknologi, di antaranya: 1.
Era bioteknologi generasi pertama / bioteknologi sederhana. Dalam hal ini, penggunaan mikroba masih secara tradisional, dalam produksi makanan dan tanaman serta pengawetan makanan. Sebagai contoh, pembuatan tempe, tape, cuka, dan lain-lain.
2.
Era Bioteknologi Generasi Kedua Pada era bioteknologi generasi kedua ini, proses berlangsung dalam keadaan tidak steril. Contohnya, produksi bahan kimia (aseton, asam sitrat), pengolahan air limbah, pembuatan kompos.
3.
Era Bioteknologi Generasi Ketiga Bioteknologi ini dilakukan pada proses dalam kondisi steril, contohnya produksi antibiotik dan hormon.
4.
Era Bioteknologi Generasi Baru Contoh dari bioteknologi pada generasi baru adalah produksi insulin,
26
Ibid., h.7
41
interferon, dan antibody monoclonal. 27 Demikianlah kemajuan di bidang bioteknologi dalam inseminasi buatan dan perkembangannya dari generasi ke generasi yang tidak lepas dari berbagai kontroversi yang melingkupi perkembangan teknologinya.
D. Motivasi Dilakukan Inseminasi Buatan Tujuan dari suatu perkawinan di antaranya adalah untuk meneruskan keturunan atau dengan kata lain untuk mendapatkan anak dari darahnya sendiri. Adalah wajar bilamana pasangan suami isteri yang mandul berusaha dengan segala daya dan upaya serta kemampuannya yang ada agar dapat memperoleh anak, mengingat begitu penting anak, baik bagi kesenangan duniawi maupun sebagai salah satu simpanan untuk di akhirat nanti. 28 Di Indonesia, pasangan suami isteri yang mandul sering dianggap seolaholah memiliki kesalahan sehingga tidak jarang mereka didorong untuk bercerai saja. Kemandulan sebagai alasan bercerai yang cukup tinggi di kalangan masyarakat. Keturunan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan perkawinan. Perkawinan yang tidak menghasilkan keturunan, tidak saja menjadi persoalan suami isteri itu sendiri tetapi juga menjadi persoalan keluarga besar.29 27
Defri, “Sejarah dan Perkembangan Bioteknologi”, artikel diakses pada tanggal 15 desember 2009 dari http://id.shvoong.com/exact-sciences/1955061-sejarah-dan-perkembangan-bioteknologi/. 28
M. Shaheb Taher, Inseminasi Buatan Menurut Hukum Islam,. h.73.
29
Sjechul Hadi Parmono dan Moh. Haitomi Ibnu Hambal, Bayi Tabung dan Rekayasa Genetika dalam Pandangan Islam, cet. II, (Surabaya: Wali demak Press, 1995), h.5.
42
Inseminasi buatan pada awalnya dimaksudkan untuk menolong keluarga yang mandul yang menginginkan kehadiran anak sebagai hasil buah cinta kasih mereka dan motivasi itulah yang paling penting dari inseminasi buatan itu. Akan tetapi seiring waktu berjalan dalam perkembangannya motivasi atau tujuan pelaksanaan inseminasi sudah semakin jauh dari tujuan awal, di antaranya dimaksudkan untuk menciptakan manusia secara cepat dan berkualitas tinggi. Tujuan lainnya adalah untuk menciptakan generasi jenius atau manusia-manusia unggul yang sel spermanya diambil dari sperma varietas unggul milik orang lain yang bukan pasangannya secara sah yang diperoleh dari bank sperma. 30 Berkat kemajuan teknologi yang canggih, khususnya di bidang kedokteran telah ditemukan cara penghamilan buatan yang disebut inseminasi buatan yang sedarhana, ilmiah dan mudah dilaksanakan sebagai salah satu alternatif bagi pasangan yang mandul. 31 Tanpa disadari pada saat ini teknik inseminasi buatan telah dimanfaatkan oleh sebagian wanita yang ingin memiliki anak, namun tidak mau adanya ikatan pernikahan. Dengan inseminasi buatan, seorang wanita dapat hamil dan mempunyai keturunan tanpa harus menikah atau mempunyai keturunan tanpa harus
menikah atau
30
mempunyai suami, tanpa pula harus
melakukan
Ahmad Abdullah Assegaf, Islam dan KB, (Jakarta: Lentera, 1997), cet. pertama, h. 223.
31
Ibid., h. 223
43
persetubuhan. 32 Pada kasus seperti ini para wanita merasa lebih beruntung, sebab dapat memilih bibit unggul yang diinginkan dari bank sperma, sehingga dapat dihasilkan keturunan yang unggul. Dari penjelasan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa di antara motivasi dilakukan inseminasi buatan pada masa sekarang ini tidak hanya menolong pasangan yang mandul, tapi juga mengandung motivasi lain di antaranya: 1.
Untuk mengembangbiakan manusia secara cepat.
2.
Untuk menciptakan manusia jenius dan ideal sesuai keinginan.
3.
Untuk mencegah pasangan suami isteri dari kemungkinan perceraian, akibat suami isteri tersebut tidak mendapat keturunan.
4.
Pada saat ini, menjadi cara alternatif bagi wanita yang ingin punya anak tetapi tidak mau adanya ikatan pernikahan.
5.
Untuk percobaan ilmiah 33
32
Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Biomedical Issues, Islamic Perspectiv,. h. 97
33
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah Al-Haditsah,. h. 73-74.
44
BAB IV TINJAUAN HUKUM INSEMINASI BUATAN DAN DAMPAK PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI
A. Inseminasi Buatan Pada Manusia Menurut Hukum Islam Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi umat Islam, yang tidak hanya berisi hal-hal yang berkaitan dengan spiritual semata, tetapi merupakan kitab yang lengkap yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan persoalan dunia dan akhirat, baik itu yang berkaitan dengan ibadah, muamalah, hukum-hukum, ilmu dan teknologi maupun yang berkaitan dengan proses kejadian manusia. Ada beberapa surat di dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang proses kejadian manusia, di antaranya pada surat Al-Mu’min/40 ayat 67:
ﺷﺪﱠ ُآ ْﻢ ُ ﺟ ُﻜﻢْ ﻃِﻔْﻠًﺎ ُﺛﻢﱠ ِﻟ َﺘﺒُْﻠﻐُﻮا َأ ُ ﻋَﻠ َﻘ ٍﺔ ُﺛﻢﱠ ُﻳﺨْ ِﺮ َ ْب ُﺛﻢﱠ ِﻣﻦْ ُﻧﻄْ َﻔ ٍﺔ ُﺛﻢﱠ ِﻣﻦ ٍ ﺧَﻠ َﻘ ُﻜﻢْ ِﻣﻦْ ُﺗﺮَا َ ُه َﻮ اﱠﻟﺬِي َ ﺟﻠًﺎ ُﻣﺴَﻤًّﻰ َوَﻟ َﻌﱠﻠ ُﻜﻢْ َﺗﻌْ ِﻘﻠُﻮ َ ﻞ َوِﻟ َﺘﺒُْﻠﻐُﻮا َأ ُ ْﺷﻴُﻮﺧًﺎ َو ِﻣﻨْ ُﻜﻢْ َﻣﻦْ ُﻳ َﺘ َﻮﻓﱠﻰ ِﻣﻦْ َﻗﺒ ُ ُﺛﻢﱠ ﻟِﺘَﻜُﻮﻧُﻮا ) ن ( ٦٧ :٤٠ /اﻟﻤﺆﻣﻦ Artinya: Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). (QS. AlMu’min/40: 67)
ن َأﺣَﺪ ُآﻢْ ُﻳﺠْﻤَﻊ ِإ ﱠ: َو ُه َﻮ اﻟﺼﱠﺎدِق اﻟْ َﻤﺼْﺪُوق، ﺳﱠﻠ َﻢ َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ رَﺳُﻮل اﻟﻠﱠﻪ َ ﻚ َ ُﺛﻢﱠ َﺗﻜُﻮن ﻓِﻲ َذِﻟ، ﻚ َ ﻋَﻠﻘَﺔ ِﻣﺜْﻞ َذِﻟ َ ﻚ َ ُﺛﻢﱠ َﺗﻜُﻮن ﻓِﻲ َذِﻟ، ﻦ َﻳ ْﻮﻣًﺎ َ ﺧﻠْﻘﻪ ﻓِﻲ َﺑﻄْﻦ ُأﻣّﻪ َأرْ َﺑﻌِﻴ َ
44
45
Artinya: Rasulullah SAW menceritakan kepada kami, Dia adalah orang yang jujur dan dipercaya: Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya dalam waktu 40 (empat puluh) hari, kemudian menjadi segumpal darah selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama itu juga (40 hari), kemudian diutuslah Malaikat kepadanya dan ditiupkan ruhnya, kemudian diperintahkan untuk menuliskan 4 perkara; rejeki, ajal, amal perbuatan dan nasibnya celaka atau bahagia. Apabila diperhatikan proses kejadian manusia seperti dikemukakan di atas, ternyata sama dengan prosedur bayi tabung. Yang berbeda hanyalah dalam proses pembuahan saja. Di dalam teknik bayi tabung, pembuahan antara sperma dan ovum terjadi dalam tabung gelas, lalu dipindahkan ke dalam rahim isteri. Sedangkan di dalam firman Allah tersebut proses pembuahannya terjadi dengan sendirinya di dalam rahim. Masalah inseminasi buatan ini sejak tahun 1980-an telah banyak dibicarakan di kalangan Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional. Seperti Majelis Tarjih Muhammadiyah dalam mukhtamarnya tahun 1980 mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor. Lembaga Fiqih Islam OKI (Organisasi Konferensi Islam) di Amman tahun 1986 mengharamkan bayi tabung (inseminasi buatan) dengan sperma atau ovum donor, dan membolehkan pembuahan dengan sel sperma dan ovum dari isteri sendiri. Vatikan secara resmi
1
Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain an-Nawawi, Sahîh Muslim Bi Syarh An-Nawawi, (T.tp: al-Matba'ah al-Misriyyah, 1930 M), juz. 16, cet. 1, h. 189-190.
46
tahun 1987 ini telah mengecam keras pembuahan buatan, bayi tabung, ibu titipan, dan seleksi jenis kelamin anak, karena dipandang tidak bermoral dan bertentangan dengan harkat manusia. 2 Untuk inseminasi buatan pada manusia dengan sperma suami sendiri, baik dengan cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau uterus isteri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan di luar rahim (bayi tabung), maka dalam hal ini dibolehkan asal keadaan suami dan isteri tersebut benar-benar membutuhkan untuk memperoleh keturunan. Hal ini telah disepakati para ulama dan sesuai dengan kaidah hukum fiqh Islam:
.ت ِ ﻈﻮْرَا ُ ْﺢ ﻟ َﻤﺤ ُ ْل َﻣﻨْ ِﺰَﻟ َﺔ اﻟﻀﱠ ُﺮ ْو َر ُة ُﺗ ِﺒﻴ ُ ﺟ ُﺔ َﺗﻨْ ِﺰ َ اﻟﺤَﺎ Artinya: Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperbolehkan seperti dalam keadaan terpaksa, padahal keadaan darurat atau terpaksa itu membolehkan melakukan hal-hal yang terlarang. 3 4
.اﻟﻀﺮورات ﺗﺒﻴﺢ اﻟﻤﺤﻈﻮرات
Artinya: Kedharuratan itu membolehkan hal-hal yang dilarang.
Berdasarkan Firman Allah:
2
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, cet. VII, (Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1994), h. 156.
3
M. Ali Hasan, Fiqhiyyah Al-Haditsah (Pada Masalah Kontemporer Hukum Islam), cet.I. (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2000), h. 76. 4
Gurrat Abid al-Di’as, al-Qawaid al-Fiqhiyyah Ma’a al-Syarh al-Wajiz, (Dimasyq: Dar alTurmudzi, 1989), cet. 3. h. 43.
47
غ ٍ ﻏﻴْ َﺮ ﺑَﺎ َ ﻄﺮﱠ ُ ْﻦ اﺿ ِ ﺨﻨْﺰِﻳ ِﺮ وَﻣَﺎ ُأ ِهﻞﱠ ِﺑ ِﻪ ِﻟ َﻐﻴْ ِﺮ اﻟﻠﱠﻪِ َﻓ َﻤ ِ ْﻋَﻠﻴْ ُﻜ ُﻢ اﻟْ َﻤﻴْ َﺘ َﺔ وَاﻟ ﱠﺪ َم َوَﻟﺤْ َﻢ اﻟ َ ﺣ ﱠﺮ َم َ إِ ﱠﻧﻤَﺎ (١٧٣ : ٢/ ﻪ ﻏَﻔُﻮرٌ رَﺣِﻴﻢٌ) اﻟﺒﻘﺮة َ ن اﻟﱠﻠ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ ِإ ﱠ َ وَﻟَﺎ ﻋَﺎ ٍد ﻓَﻠَﺎ ِإﺛْ َﻢ Artinya: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. AlBaqarah/2: 173) Hukum Islam cukup menaruh perhatian terhadap keadaan-keadaan khusus yang kesukarannya perlu dikurangi bagi orang-orang yang terpaksa, sebagaimana dinyatakan Al-Qur’an: ( ١٨٥ :٢ / ﺮ… ) اﻟﺒﻘﺮة َ ْاﻟْ ُﻌﺴ
… ُﻳﺮِﻳ ُﺪ اﻟﻠﱠ ُﻪ ِﺑ ُﻜ ُﻢ اﻟْ ُﻴﺴْ َﺮ وَﻟَﺎ ُﻳﺮِﻳ ُﺪ ِﺑ ُﻜ ُﻢ
Artinya: Allah menghendaki kelonggaran bagimu dan tidak kesempitan bagimu. (QS. Al-Baqarah/2: 185)
menghendaki
Menurut Mahmud Syaltout, penghamilan itu menggunakan air mani suami untuk isterinya, maka yang demikian itu masih dibenarkan hukum dan syariat yang diikuti masyarakat beradab. Lebih lanjut beliau katakan “…..Dan tidak menimbulkan dosa dan noda”. Di samping itu, tindakan yang demikian dapat dijadikan sebagai suatu cara untuk memperoleh anak yang sah menurut syari’at yang jelas ibu bapaknya. 5 Inseminasi buatan dengan sperma donor, di samping sebagiannya dilakukan karena ada kelainan pada perangkat dalam, dan sebagiannya lagi dilakukan karena alasan kesehatan melainkan karena alasan dan motivasi lain. 5
Ibid., h. 83
48
Sementara ahli pikir memperluas teori mereka sebagai usaha memperbanyak jumlah manusia, untuk tujuan perluasan daerah atau sebagai ganti dari manusia yang banyak meninggal karena wabah atau penyakit atau peperangan. Dengan tujuan itu, maka penghamilan buatan menurut para ahli pikir yang ceroboh itu, dianggap sebagai tindakan yang diperbolehkan. Dengan demikian mereka telah menyamakan kedudukan
pengembangbiakan pada
hewan
dan tumbuh-
tumbuhan dengan penghamilan buatan pada manusia. 6 Ulama mengharamkan inseminasi sperma
buatan
dengan
menggunakan
donor, seperti pendapat Yusuf el-Qardlawi. Lebih tegas lagi Mahmud
Syaltout menyatakan, “…Setelah ditinjau dari beberapa segi penghamilan buatan adalah pelanggaran yang tercela dan dosa yang besar, perbuatan itu setaraf dengan zina, dan akibatnya pun sama pula, yaitu memasukkan mani orang asing ke dalam rahim perempuan yang antara kedua orang tersebut tidak ada hubungan nikah secara syara’ yang dilindungi hukum syara’. 7 Karena inseminasi buatan dengan sperma donor diharamkan, maka sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi buatan tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. 8 Jumhur ulama pun menghukumi haram karena sama hukumnya dengan zina yang akan mencampuradukan nasab. Hal ini didukung oleh firman Allah SWT: 6
Ibid., h. 76
7
Ibid., h. 77
8
Mahmud Syaltout, Al-Fatâwa, Jilid II. Penerjemah H. Bustami A. Gani dan Zaini Dahlan, cet.I. (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 326
49
( ٤ : ٩٥ / ﻦ َﺗﻘْﻮِﻳ ٍﻢ ) اﻟﺘّﻴﻦ ِﺴ َ َْﻟ َﻘﺪْ ﺧَﻠَﻘْﻨَﺎ اﻟْﺈِﻧْﺴَﺎنَ ﻓِﻲ َأﺣ Artinya: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya. (QS. At-Tiin/95: 4)
ْﻀﻠْﻨَﺎ ُهﻢ ﻦ اﻟﻄﱠﻴﱢﺒَﺎتِ وَﻓَ ﱠ َ َوَﻟ َﻘﺪْ َآ ﱠﺮﻣْﻨَﺎ َﺑﻨِﻲ ءَا َد َم وَﺣَﻤَﻠْﻨَﺎ ُهﻢْ ﻓِﻲ اﻟْ َﺒ ﱢﺮ وَاﻟْ َﺒﺤْ ِﺮ َو َر َزﻗْﻨَﺎ ُهﻢْ ِﻣ ٍ ﻋﻠَﻰ َآﺜِﻴ َ ( ٧٠ : ١٧ / ﺮ ِﻣ ﱠﻤﻦْ ﺧَﻠَﻘْﻨَﺎ ﺗَﻔْﻀِﻴﻠًﺎ ) اﻹﺳﺮاء Artinya: Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam, kami angkat mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan. (QS. Al-Israa’ /17: 70)
ﻦ َ ﻏﻴْ ُﺮ َﻣﻠُﻮﻣِﻴ َ ْﺟ ِﻬﻢْ أوْ ﻣَﺎ َﻣَﻠ َﻜﺖْ َأﻳْﻤَﺎ ُﻧ ُﻬﻢْ َﻓِﺈ ﱠﻧ ُﻬﻢ ِ ﻋﻠَﻰ َأزْوَا َ ن إِﻟﱠﺎ َ ﺟ ِﻬﻢْ ﺣَﺎ ِﻓﻈُﻮ ِ ﻦ ُهﻢْ ِﻟ ُﻔﺮُو َ وَاﱠﻟﺬِﻳ َ ﻚ ُه ُﻢ اﻟْﻌَﺎدُو َ ﻚ َﻓﺄُوَﻟ ِﺌ َ ﻦ اﺑْ َﺘﻐَﻰ َورَا َء َذِﻟ ِ َﻓ َﻤ (٧ -٥ : ٢٣ / ن ) اﻟﻤﺆﻣﻨﻮن Artinya: Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu Maka mereka Itulah orangorang yang melampaui batas. (QS. Al-Mu’minuun/23: 5-7) Menurut ulama, ayat-ayat ini menunjukkan manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai manusia yang mempunyai kelebihan atau keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, sudah seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya sendiri dan juga menghormati martabat sesama manusia. Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia yang sejajar dengan hewan yang diinseminasi. Allah memerintahkan kepada seluruh hambanya agar menjaga kemaluannya dari perbuatan-perbuatan yang melampaui batas (perbuatan tercela).
50
Dalam hukum Islam AID (inseminasi buatan oleh donor) diharamkan, karena dilakukan oleh seorang donor dan bukan oleh suami si wanita. Apabila seorang wanita melahirkan seorang anak melalui AID, maka anak tersebut bernasab hanya kepada ibunya saja. Tentang hubungan nasab antara anak dan ayah, kebanyakan ulama mutakhir menyatakan dengan jelas bahwa anak itu dipandang sebagai anak yang punya donor tersebut, anak itu menjadi ahli warisnya dan bermahram dengan isterinya dan anak-anak yang lain. 9
B. Inseminasi Buatan Pada Manusia Menurut Hukum Perdata di Indonesia Upaya inseminasi buatan yang merupakan bukti adanya kemajuan dalam ilmu kedokteran, selalu memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tata aturan yang hidup dan senantiasa dijalankan oleh masyarakat Indonesia. 10 Di dalam Hukum Perdata (BW) memang tidak ada suatu ketentuan yang mengatur secara khusus tentang praktek dilakukannya inseminasi buatan yang melahirkan seorang anak melalui proses bayi tabung, tetapi yang ada hanyalah mengatur tentang kedudukan anak yang dilahirkan secara alamiah. Namun tidak berarti bahwa ketentuan tersebut tidak dapat diterapkan terhadap anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang menggunakan sperma suami. Caranya yaitu dengan mengkaitkan dengan kedudukan yuridis anak tersebut. 9
Sayyid Muhammad Ridwi, Perkawinan dan Seks dalam Islam, cet. II, (Jakarta:Lentera, 1996), h. 123. 10
Safiuddin Shidik, Hukum Islam Tentang Berbagai Persoalan Kontemporer, (Jakarta: Inti Media Cipta Nusantara, 1978), h. 142.
51
Karena kedudukan yuridis mempunyai pengaruh dalam menentukan berhak atau tidaknya seorang anak memperoleh haknya yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Inseminasi buatan menurut hukum perdata memiliki pemberlakuan hukum sendiri. Di antaranya jika inseminasi buatan sumber benihnya berasal dari suami isteri, dan dilakukan proses fertilisasi in vitro transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim isteri maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik) dari pasangan tersebut. Lain halnya jika ketika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat ibunya telah bercerai dari suaminya, maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian mempunyai status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan setelah masa 300 hari, maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak memiliki hubungan keperdataan apapun dengan bekas suami ibunya. Hal ini telah ditentukan sesuai dengan dasar hukumnya pada Pasal 255 KUH Perdata, “Anak yang dilahirkan 300 hari setelah bubarnya perkawinan adalah tidak sah”. Jika suami mandul dan istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi in vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur istri akan di buahi dengan sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim isteri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan
52
keperdataan lainnya sepanjang si suami tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukumnya tertuang pada pasal 250 KUH Perdata yaitu, “Anak yang dilahirkan atau dibesarkan selama perkawinan, memperoleh suami sebagai bapaknya”. Apabila penggunaan sperma donor itu tidak mendapat izin dari suaminya, maka suami dapat menyangkal keabsahan anak yang dilahirkan oleh isterinya. Di dalam pasal 44 UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, disebutkan juga bahwa: a. b.
Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh isterinya bilamana ia dapat membuktikan bahwa isterinya telah berzina dan anak itu sebagai akibat dari perzinahan. Pengadilan memberikan keputusan tentang sah/ tidaknya anak yang dilahirkan atas permintaan yang berkepentingan. 11 Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami
maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukumnya tertera pada pasal 42 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Pasal 250 KUH Perdata. Sel sperma maupun sel telurnya yang berasal dari orang yang tidak terikat pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan suami istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah. 11
M. Darudin, Reproduksi Bayi Tabung Ditinjau dari Hukum Kedokteran, Hukum Perdata, dan Hukum Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1997), h. 119.
53
Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak tersebut memiliki status sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat perkawinan secara sah dan pada hakekatnya anak tersebut bukan pula anaknya secara biologis kecuali sel telur berasal darinya. Jika sel telur berasal darinya maka anak tersebut sah secara yuridis dan biologisnya sebagai anaknya. Di dalam Teknik Reproduksi Buatan atau Inseminasi Buatan di Indonesia juga diatur dalam pasal 16 Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang menyebutkan: 1) 2)
3)
Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk membantu pasangan suami isteri mendapatkan keturunan. Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami isteri yang sah dengan ketentuan: a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami isteri yang bersangkutan, ditanam dalam rahim isteri dari mana ovum berasal. b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. c. Pada sarana kesehatan tertentu. Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan di luar cara alami sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Selain dari Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan yang
mengatur teknik inseminasi buatan, ada juga dari Keputusan Menteri Kesehatan No. 72/Menkes/Per/II/1999 tentang penyelenggaraan teknologi reproduksi buatan, yang berisikan tentang: ketentuan umum, perizinan, pembinaan dan pengawasan, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.
54
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan di atas, maka dibuat Pedoman Pelayanan Bayi Tabung di Rumah Sakit oleh direktorat khusus dan swasta, departemen kesehatan RI yang menyatakan bahwa: a. b. c.
d. e. f. g. h. i. j.
Pelayanan teknologi buatan hanya dapat dilakukan dengan sel telur dan sperma suami yang bersangkutan. Pelayanan reproduksi buatan merupakan bagian dari pengelolaan pelayanan infertile, sehingga kerangka pelayanannya merupakan bagian dari pengelolaan pelayanan infertilitas secara keseluruhan. Embrio yang dapat dipindahkan satu waktu ke dalam rahim isteri tidak lebih dari tiga; boleh dipindahkan empat embrio pada keadaan: 1) Rumah sakit memiliki tiga tingkat peralatan intensif BBL 2) Pasangan Suami isteri sebelumnya sudah mengalami sekurangkurangnya 2 kali prosedur teknologi reproduksi yang gagal 3) Isteri berumur lebih dari 35 tahun Dilarang melakukan surogasi dalam bentuk apapun Dilarang melakukan jual beli embrio ovum dan spermatozoa Dilarang menghasilkan embrio manusia semata-mata untuk penelitian. Penelitian atau sejenisnya terhadap embrio manusia hanya dilakukan kalau tujuan penelitiannya dirumuskan dengan sangat jelas. Dilarang melakukan penelitian terhadap atau dengan menggunakan embrio manusia yang berumur lebih dari 14 hari sejak tanggal fertilisasi. Sel telur manusia yang dibuahi dengan spermatozoa manusia tidak boleh di biak invitro lebih dari 14 hari (tidak termasuk hari-hari penyimpanan dalam suhu yang sangat rendah atau simpan beku). Dilarang melakukan penelitian atau eksperimentasi terhadap atau dengan menggunakan embrio, ovum atau spermatozoa manusia tanpa izin khusus dari siapa telur atau spermatozoa itu diperoleh. Dilarang melakukan fertilisasi transpesies kecuali apabila fertilisasi transpesies itu diakui sebagai cara untuk mengatasi atau mendiagnosis infertilitas pada manusia. Setiap hybrid yang terjadi akibat fertilisasi transpesies harus segera diakhiri pertumbuhannya pada tahap biasa. 12
C. Dampak Perkembangan Bioteknologi dalam Inseminasi Buatan Manakala manusia mengembangkan teknologi-teknologi baru, dampak dari
12
Dewi Rokhanawati, dkk. Case IV, Makalah didapat dari http://mkia.files. wordpress.com/ 2007/05/case-iv- human-right.doc.
55
pengembangan dan penerapan teknologi tersebut di dalam kehidupan manusia dapat menjadi tantangan tersendiri yang amat penting bagi masyarakat secara keseluruhan. Hal yang sama juga berlaku dalam hak perkembangan di dunia biologi dan kesehatan (medis) selama paruh akhir abad ke-20. Seperti halnya Penemuan teknologi inseminasi buatan yang telah menjadi tantangan dan masalah etis bagi kemanusiaan yang berujung kepada perdebatan besar bahkan pada tingkat pembuatan hukum internasional terkait. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan modern dan teknologi kedokteran dan biologi yang canggih dewasa ini, inseminasi buatan pada manusia yang kalau ditangani oleh orang-orang yang benar-benar tidak beriman dan bertaqwa dikhawatirkan dapat merusak peradaban umat manusia, bisa merusak nilai-nilai agama, moral dan budaya bangsa serta akibat-akibat negatif lain yang tidak terbayangkan oleh kita sekarang. Sebab apa yang bisa dihasilkan oleh teknologi belum tentu bisa diterima dengan baik oleh agama, etika, dan hukum yang ada dalam masyarakat. 13 Taraf penghormatan terhadap martabat sesama manusia ini akan mengimplementasikan menjadi suatu nilai moral yang mulia. Adapun nilai moral yang mulia ini akan berefleksi dalam suatu bentuk kewajiban hidup. Seperti dalam kehidupan berumah tangga, nilai moral ini akan tercermin dalam perilaku
13
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah,. h. 156
56
seorang laki-laki sebagai seorang ayah, anak atau suami untuk memenuhi kepentingan hajat hidup anak, isteri, ibu ataupun saudara permpuannya. 14 Oleh karena itulah nilai moral mulia yang hendak dicapai dalam kehidupan manusia ini sedikit terusik dengan terciptanya teknologi-teknologi baru yang diciptakan oleh manusia, yang sedikit banyak telah merusak tatanan moral kehidupan manusia, seperti dalam hal terciptanya teknologi inseminasi buatan pada manusia ini untuk menghasilkan manusia dengan jalan pintas yaitu tanpa melalui proses hubungan seks (yang halal) antara laki-laki dan perempuan. Seiring perkembangan inseminasi buatan ini, selalu timbul persoalan dimana semula program ini dapat diterima oleh semua pihak, karena tujuannya yang mulia menjadi pertentangan. Banyak pihak yang kontra dan pihak yang pro. Pihak yang pro dengan program ini sebagian besar berasal dari dunia kedokteran dan mereka yang kontra berasal dari kalangan alim ulama. 15 Dari permasalahan yang ditimbulkan dalam inseminasi buatan, penulis akan membahasnya mengenai aspek hukum perdata dan aspek hukum Islam yang menekankan pada status hukum dari si anak dan segala akibat ataupun dampak yang mengikutinya. 1.
Dampak Inseminasi Buatan Terhadap Perwalian Anak Perempuan 14
Muhammad Al-Bani, Langkah Wanita Islam Masa Kini; Gejala-gejala dan Sejumlah Jawaban, (Jakarta: Gema Insani Press, 1991), h. 39. 15
Sthefany Avonina, Perkembangan Bioteknologi Dalam Inseminasi Buatan (Bayi Tabung) Di Tinjau Dari Hukum Perdata Di Indonesia, artikel diakses pada 31 Juli 2004 dari http://ikht.net/artikel_lengkap.php?Id=2-25k. h. 3.
57
Inseminasi buatan sebagaimana telah dikemukakan di atas, pokok permasalahan yang harus dibedakan bila nasab atau keturunan anak yang lahir nanti harus disesuaikan dengan asal spermanya. Apakah sperma tersebut berasal dari sperma suami sendiri atau berasal dari sperma donor. Jika wanita yang menerima sperma donor itu kelak benar-benar melahirkan anak, maka dengan sendirinya status anak itu menjadi masalah yang musykil. Masyarakat luas, apalagi yang tidak mengetahui asal muasal anak itu tentu akan mengira anak itu adalah anak sah dari suami isteri, akan tetapi hukum akan menilai bukan hanya apa yang tampak mata, melainkan apa dan bagaimana sesungguhnya yang terjadi. Untuk mengetahui status anak hasil sperma donor itu perlu dikemukakan lebih lanjut bentuk inseminasi dengan sperma laki-laki donor itu sesuai dengan fakta yang telah terjadi. Sperma yang berasal (bersumber) dari orang lain (donor), bukan dari suami sendiri, status anak hasil inseminasi itu sama dengan anak zina, yaitu bernasab kepada ibunya saja. Status anak dari sperma donor dipandang sebagai anak zina, bukan karena cara yang dilakukan sebagai suami isteri. Tetapi dilihat dari segi kekaburan keturunan anak itu, yang sama sekali tidak dapat diketahui siapa bapaknya (donor) karena donor itu mesti dirahasiakan. Kalau kita perhatikan, nasab anak hasil inseminasi adalah lebih kabur dari pada anak zina. Anak hasil inseminasi,
58
tidak dapat diketahui laki-laki (donor) itu dan memang harus tetap dirahasiakan, dan hanya dokter saja yang mengetahuinya. 16 Ketika anak yang lahir hasil inseminasi buatan dari sperma donor adalah perempuan, jika anak tersebut sudah beranjak dewasa dan ingin melangsungkan pernikahan maka harus memenuhi rukun dan syaratnya, di antaranya adanya seorang wali yang akan menikahkannya. Seorang bapak tidak berhak menikahkan atau menjadi wali anak perempuannya, apabila anak tersebut adalah anak tidak sah, yaitu anak hasil hubungan zina ataupun anak hasil dari sperma yang tidak sah (selain bapak kandungnya). Penguasa adalah wali nikah bagi perempuan yang tidak memiliki wali nikah. (HR. Abu Daud). Karena inseminasi buatan dari sperma donor dapat dikatakan sebagai perzinahan, maka anak yang lahir pun dapat dikatakan sebagai anak zina. Dan anak zina tersebut hanya bernasab kepada ibunya saja, maka yang akan menjadi wali dalam pernikahannya nanti adalah wali hakim, bapak atau kakek atau seterusnya ke atas tidak berhak menikahkannya. Namun sebaliknya, apabila anak perempuan tersebut terlahir dari sperma yang berasal dari sperma bapaknya atau suami dari ibu dengan perkawinan yang sah, maka tidak ada masalah dalam perwaliannya yaitu yang berhak mewalikan (menikahkan) adalah bapak dan seterusnya ke atas, karena anak tersebut bernasab ke bapak dan ibunya. 16
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah Al-Haditsah,. h. 84
59
2.
Dampak Inseminasi Buatan Terhadap Kewarisan Kedudukan hukum anak yang dilahirkan melalui proses inseminasi buatan yang menggunakan sperma suami, tidaklah bermasalah seperti apa yang telah dikemukakan di atas. Anak yang terlahir dari proses inseminasi buatan yang menggunakan sperma suami dapat disamakan sebagai anak kandung. Anak kandung berhak mendapatkan warisan dari orang tua kandungnya, apabila orang tuanya (pewaris) telah meninggal dunia. Pada pasal 830 KUH Perdata dikatakan “Pewarisan hanya terjadi karena kematian”. Menurut hukum waris Islam bahwa anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri adalah sebagai anak sah dan dapat disamakan dengan anak yang dilahirkan secara alami. Anak sah dengan sendirinya berhak untuk mewaris dari orang tuanya (pewaris). Syekh Hasanain Muhammad Mahluf memberikan komentar tentang berhak atau tidaknya anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang menggunakan sperma suami. Ia mengatakan: Apabila sperma yang dimasukkan ke dalam rahim isteri dari sperma suaminya, maka cara seperti ini dibolehkan dan anak yang lahir itu mempunyai keturunan (nasab) dari ayahnya serta mendapat hak waris seperti anak yang lahir dari proses biasa. 17 Di dalam kedudukan anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang menggunakan sperma donor dan ovum dari isteri kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim isteri selalu mendatangkan mudharat dari pada 17
Muhammad Shaheb Tahar,. Inseminasi Buatan Menurut Hukum Islam, cet.I. (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1987), h.29
60
maslahah. Maslahah yang dibawa inseminasi buatan memang membantu suami isteri yang mandul, baik keduanya maupun salah satunya, untuk mendapatkan keturunan atau yang mengalami gangguan pembuahan normal. Namun mudharat dan mafsadahnya jauh lebih besar pada inseminasi buatan yang menggunakan sperma donor, antara lain sebagai berikut: a.
Pencampuran nasab. Islam sangat menjaga kesucian atau kehormatan kelamin dan kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan kemahraman dan kewarisan.
b.
Bertentangan dengan Sunnatullah atau Hukum Islam. Karena anak yang terlahir dari inseminasi buatan dengan sperma donor dapat dikatakan sebagai anak hasil zina.
c.
Inseminasi pada hakikinya sama dengan prostitusi, karena terjadi pencampuran sperma pria, dan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah.
d.
Kehadiran anak hasil inseminasi buatan dengan sperma donor bisa menjadi sumber konflik dalam rumah tangga.
e.
Anak hasil inseminasi buatan lebih banyak unsur negatifnya dari pada anak adopsi.
f.
Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bagi bayi tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada
61
pasangan suami isteri yang punya benihnya sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara alami. 18 Anak dalam kandungan melalui proses inseminasi buatan menurut Hukum Islam dan KUH Perdata yang menggunakan sperma donor hanya mendapatkan hak waris dari ibunya saja. Kecuali jika suami ibunya mau mengakuinya sebagai anak sah, maka menurut KUH Perdata anak tersebut mendapat hak waris dari kedua orang tuanya. Hal ini didasarkan pada pasal 280 KUHPerdata yang mengatakan, antara anak luar nikah dan orang tuanya mempunyai hubungan hukum (hubungan hukum perdata) apabila si bapak dan si ibu mengakuinya. Begitu pun dengan Hukum Islam dikatakan anak tersebut hanya mempunyai hubungan waris-mewarisi dengan ibunya dan keluarga ibunya saja, sebagaimana yang ditegaskan pada Pasal 186 Kompilasi Hukum Islam : “Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan saling mewarisi dengan ibunya dan keluarga dari pihak ibunya”. Dengan demikian, maka anak tersebut secara hukum tidak mempunyai hubungan hukum saling mewarisi dengan ayah/bapak alami (genetiknya). Inseminasi buatan dengan sperma donor sejak awal hingga akibatnya yang terakhir tidak ada kebaikannya jika dibanding mafsadah dan bahaya serta kesulitan-kesulitan yang ditimbulkannya. Satu-satunya hal yang mungkin dianggap baik oleh sementara kalangan adalah terlahirnya anak, akan tetapi apalah artinya anak itu jikalau menimbulkan berbagai masalah. Seperti 18
Setiawan Budi Utomo, Fikih Aktual Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, h. 190.
62
kekacauan nasab dan keturunan, lenyapnya harkat dan martabat kemanusiaan, sirnanya kasih sayang yang murni, hapusnya nilai-nilai luhur perkawinan dan rumah tangga dan lain-lain akibat buruk yang sangat bertentangan dengan citacita mulia insani.
3.
Dampak Inseminasi Buatan Terhadap Kesehatan Selain dampak yang ditimbulkan dari hal perwalian bagi anak yang dilahirkan dari proses inseminasi buatan dan kewarisan. Di dalam Ilmu Kedokteranpun
proses bayi tabung atau inseminasi buatan yang merupakan
proses yang tidak alami dapat menimbulkan dampak atau efek samping bagi yang mempraktekan inseminasi buatan tersebut. Dalam hal ini, ilmu kedokteran beranggapan bahwa sesuatu yang tidak alami biasanya ada efek sampingnya. Diantaranya: a.
Ovarium Hyperstimulation Syndrome (OHSS) yang merupakan komplikasi dari proses stimulasi perkembangan telur, akan banyak menghasilkan folikel sehingga hal ini dapat terjadi akumulasi cairan di perut. Cairan ini bisa sampai ke rongga dada dan yang paling parah harus masuk rumah sakit karena cairan harus dikeluarkan dengan membuat lubang di bagian perut. Kalau tidak dikeluarkan bisa mengganggu fungsi tubuh yang lain. Ovarium Hyperstimulation Syndrome (OHSS) yang parah ini, sedikitnya dialami oleh sekitar 1% dari pasien yang melakukan inseminasi buatan.
63
b.
Di dalam proses bayi tabung, bukan merupakan hal yang sulit lagi untuk mendapatkan bayi kembar dengan mudah. Akan tetapi, melahirkan bayi kembar memiliki resiko yang lebih tinggi. Salah satunya adalah tidak jarang bayinya dapat masuk ICU karena prematur.
c.
Tingkat keguguran pada wanita yang hamil dengan cara inseminasi buatan sekitar 20% dari wanita yang hamil dengan cara alami.
d.
Kehamilan di luar kandungan atau kehamilan ektopik, dapat tejadi sekitar 5%.
e.
Resiko pendarahan pada saat pengambilan sel telur (Ovum Pick Up), sangat jarang terjadi. Karena prosedurnya menggunakan jarum khusus yang dimasukkan ke dalam rahim, resiko pendarahan bisa terjadi yang tentunya membutuhkan perawatan lebih lanjut. 19 Dampak negatif inseminasi buatan terhadap kesehatan akan benar-benar
berbahaya jika asal sperma tersebut berasal dari donor. Hal ini dapat menyebabkan penularan dari berbagai macam penyakit yang dapat mengancam kesehatan isteri dan akan mengancam keselamatan anak yang akan lahir. Seperti penyakit AIDS dan SPILIS, yang kedua penyakit ini sangat berbahaya dan banyak muncul disebabkan dari perzinahan (free sex) dan sperma donor yang digunakan.
19
“Efek Samping atau Komplikasi Bayi Tabung”, artikel diakses pada 8 September 2007 dari http://bayi-tabung.com/efek -samping-atau-komplikasi-bayi-tabung.html.
64
Inseminasi buatan yang menimbulkan dampak negatif khususnya terhadap kesehatan, juga dapat menimbulkan dampak negatif dalam kejiwaan seseorang yang bersangkutan, di antaranya: a.
Bagi suami yang sah, kehadiran anak itu akan mengganggu pikirannya. Suami akan merasa lemah dan kerdil jika anak tersebut dapat tumbuh dan berparas cantik, sebab dia tidak dapat membohongi dirinya sendiri bahwa anak itu bukanlah anaknya.
b.
Bagi isteri yang telah menimang seorang bayi mungil, pada umumnya akan semakin mencintai suaminya, karena telah memberinya yang sangat dicintainya. Tetapi anak tersebut adalah hasil inseminasi buatan yang bukan berasal dari suaminya. Jika nanti anak itu tumbuh subur, gagah dan brilian, tentu isteri ingin mengetahui laki-laki hebat yang telah memberinya anak, untuk menyatakan terima kasih dengan caranya sendiri atau untuk hal-hal lain yang mungkin dapat mengiringnya kearah perzinahan.
c.
Bagi si anak secara naluriah lambat laun akan merasakan ada ketidak beresan pada dirinya. Jika ia telah mengetahuinya, maka ia akan mengalami kegoncangan jiwa yang lebih hebat dari yang dialami anak pungut.
65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1.
Bioteknologi dalam inseminasi buatan merupakan teknologi reproduksi dengan memasukkan mani (sperma) ke dalam rahim yang mengunakan alat khusus dari kedokteran tanpa melalui senggama (coitus). Hal ini berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan manusia jika didasarkan pada petimbangan untung dan rugi serta ketetapan-ketetapan hukum halal haramnya dan aspek moralitasnya.
2.
Menurut Hukum Islam, kedudukan hukum inseminasi buatan yang menggunakan benih dari pasangan suami isteri yang sah adalah diperbolehkan. Dasar hukum Al-Baqarah ayat 173 dan 185. Sedangkan inseminasi buatan dengan sperma donor adalah haram. Dasar hukum surat Al-Isra’ ayat 70. Menurut Hukum Perdata di Indonesia, kedudukan hukum inseminasi buatan yang dikaitkan dengan kedudukan anak yang dilahirkan secara alamiah, yang sumber benihnya berasal dari suami isteri adalah diperbolehkan, karena anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak sah. Sedangkan inseminasi buatan dengan 65
66
sperma donor adalah dapat diakui anak tersebut sebagai anak sah, dengan syarat si suami tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukumnya pada pasal 250 KUH Perdata. 3.
Bioteknologi dalam inseminasi buatan pada saat ini berkembang sangat pesat, di antaranya sperma bisa disimpan berbulan-bulan di sebuah tabung petri
sampai
berbulan-bulan
bahkan
bertahun-tahun
dan
dapat
dipergunakan pada waktu kapan kehamilan itu dikehendaki melalui proses inseminasi buatan. 4.
Dampak perkembangan bioteknologi dalam inseminasi buatan, di antaranya: a. Dampak yang dilihat dari segi hukum Islam; anak tidak akan mendapatkan hak perwalian bagi perempuan jika menikah, dan hak kewarisan jika bapaknya meninggal. Status anak tersebut dianggap sebagai anak zina apabila sperma buatan tersebut berasal dari sperma donor. b. Dampak inseminasi buatan dari segi hukum perdata; Anak yang berasal dari sperma donor hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibunya, kecuali jika suami ibunya mau mengakuinya sebagai anaknya, maka anak tersebut dianggap sebagai anak sah pasangan tersebut. c. Dampak inseminasi buatan dari segi kesehatan; dapat terjadinya akumulasi cairan di perut yang harus dikeluarkan dengan membuat
67
lubang di bagian perut. Kalau tidak dikeluarkan bisa mengganggu fungsi tubuh yang lain. Selain itu, dapat menyebabkan penularan penyakit AIDS dan SPILIS apabila sperma buatan tersebut adalah sperma donor.
B. Saran Semestinya bioteknologi harus berawal dari hasrat untuk belajar dari alam, ketimbang menguasai dan menundukkan alam. Tipe baru bioteknologi tidak akan melibatkan modifikasi genetika makhluk hidup, melainkan akan menggunakan teknik-teknik rekayasa genetika untuk memahami “desain” halus alam dan menggunakannya sebagai model teknologi baru manusia. Dengan demikian, dalam penerapan bioteknologi dari berbagai aspek meniscayakan untuk menjadi perhitungan dan pertimbangan berdasar pada rambu-rambu dan prinsip-prinsip yang telah digariskan dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Karenanya, para akademisi yang menggeluti bidang bioteknologi sebaiknya dapat selalu memanfaatkan peluang-peluang itu demi kesejahteraan manusia. Tetapi, bagaimanapun canggihnya teknologi sudah barang tentu dapat memunculkan dampak dalam penerapannya. Maka dengan mengacu pada pengalaman-pengalaman penerapan teknologi pendahulunya, dapatlah digunakan bioteknologi ini secara proporsional dengan memasukkan norma-norma etik secara moral. Etika diperlukan untuk menentukan arah perkembangan bioteknologi, serta penerapannya secara teknis, sehingga tujuan yang
68
menyimpang dan destruktif bagi kemanusiaan dapat dihindarkan. Yang terpenting, dalam perkembangan bioteknologi ini pemerintah perlu terapkan aturan resmi dalam pelaksanaan dan penerapan bioteknologi, sehingga ada mekanisme pengawasan yang intensif terhadap bahaya potensial yang mungkin timbul akibat kemajuan bioteknologi ini khususnya di bidang bioteknologi inseminasi buatan.
DAFTAR PUSTAKA Akbar, Ali. “Masalah Inseminasi Terhadap manusia”, Mimbar Ulama, No. 21, Tahun III, Juli 1978 Ali Hasan, Muhammad. Masail Fiqhiyah Al-Haditsah (Pada Masalah Kontemporer Hukum Islam), cet.I. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2000. Aryulina, Diah. dkk. Biologi SMA dan MA untuk Kelas XII . Jakarta: Esis, 2008. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2005. Assegaf, Ahmad Abdullah. Islam dan KB, Cet. I. Jakarta: Lentera, 1997. Avonina, Sthefany. Perkembangan Bioteknologi Dalam Inseminasi Buatan (Bayi Tabung) Di Tinjau Dari Hukum Perdata Di Indonesia. Artikel diakses pada 31 Juli 2004 dari http://ikht.net/artikel_lengkap.php?Id=2-25k, Bani, Muhammad. Langkah Wanita Islam Masa Kini; Gejala-gejala dan Sejumlah Jawaban. Jakarta: Gema Insani Press, 1991. Bakry, Muhammad Nurcholis. et. all. Bioteknologi dan Al-Qur’an Refrensi Dakwah Da’I Moderen. Jakarta: Gema Insan Press, 1996. Bunga, Mayumi. “Kedudukan Anak Hasil Inseminasi Buatan Dalam Perwalian Menurut Perspektif Hukum Islam.” Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006. Capra, Fritjof. The Hidden Connections: A Science for Sustainable Living. London: Flamingo, 2003. Darudin, M. Reproduksi Bayi Tabung Ditinjau dari Hukum Kedokteran, Hukum Perdata, dan Hukum Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 1997. Defri. “Sejarah dan Perkembangan Bioteknologi”. artikel diakses pada tanggal 15 desember 2009 dari http://id.shvoong.com/exact-sciences/1955061-sejarah-danperkembangan-bioteknologi/. Ebrahim, Abul Fadl Muhsin. Biomedical Issues Islamic Perspective. Penerjemah Sari Meutia. Bandung: Mizan, 1997. Fatah, Rohadi Abdul dan Sudarsono. Ilmu dan Teknologi Dalam Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 1980.
Hasan, M. Ali. Masail Fiqhiyyah Al-Haditsah (Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. Ke-4. Jacob, T. Etika dan Kesehatan. Jakarta: Rajawali Press, 1985. Kartini, Rini. “Studi Perbandingan Tentang Kedudukan Anak Dalam kandungan Sebagai Hasil Dari Zina dan Inseminasi Buatan Untuk Menerima Harta Warisan Menurut Hukum Islam dan BW (KUH Perdata).” Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006. Murakami, Kazuo. The Divine Message Of The DNA: Tuhan dalam Gen Kita.. Bandung: Mizan, 2007. Muslehuddin, Muhammad. Hukum Darurat Dalam Islam (Terjemahan). Bandung: Pustaka, 1985. Naisbitt, John dan Aburdene, Patricia. Megatrends 2000, Alih Bahasa Drs. FX Budijanto. Jakarta: Binarupa Aksara, 1990. Nalley, W. Marlene. Tinjauan Filosofis Bioteknologi. Artikel diakses pada 1 Mei 2001 dari http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/wm_nalley.htm. Parmono, Sjechul Hadi dan Hambal, Moh. Haitomi Ibnu. Bayi Tabung dan rekayasa Genetika dalam Pandangan Islam, cet. II. Surabaya: Wali demak Press, 1995. Pokatong, W. Donald R. “Bioteknologi: Ekspektasi, Realita dan Kendala”. Artikel diakses pada 11 Januari 2010 dari http://kilasbiologi.blogspot.com/2010/01/bioteknologi-ekpektasi-realitadan.html. Qardawi, Syaikh Yusuf. Al-Halal wal Haram Fil Islami, cet. 14, Beirut: al-Maktab al-Islami, 1985. Rokhanawati, Dewi, dkk. “Case IV”. Makalah didapat dari http://mkia.files. wordpress.com/ 2007/05/case-iv- human-right.doc. Roestamsjah, Apresiasi Perkembangan dan Penerapan Teknologi. Jakarta: LIPI Press, 1998.
Rumondor, Daniel. Jangan Membunuh: Tinjauan Etis Terhadap Beberapa Praktek Kedokteran. Jakarta: Andi, 1988.
Salim. Bayi Tabung; Tinjauan Aspek Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 1993. Sardjoko. Bioteknologi Latar Belakang dan Beberapa Penerapannya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991. Saru. Amran. dkk. “Bioteknologi Dan Aplikasinya Di Berbagai Bidang; Suatu Tinjauan Umum”. artikel diakses pada 10 Desember 2004 dari http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/9145_9.pdf. Shidik, Safiuddin. Hukum Islam Tentang Berbagai Persoalan Kontemporer. Jakarta: Inti Media Cipta Nusantara, 1978. Soedarsono, Joedoro, ”Penguasaan Ilmu dan Teknologi Sebagai Modal Pembangunan Nasional: Bioteknologi.” Makalah Pada Seminar Nasional, 20 Januari 1990. Yogyakarta: Keluarga Mahasiswa Asrama Darmaputra dan Keluarga Alumni UGM. 1990. Soekanto, Sorjono dan Mamudji, Sri. Peranan dan Penggunaan Perpustakaan Di dalam Penelitian Hukum. Jakarta: Pusat Dokumentasi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1986. Sudraji Sumapraja at.al., (Eds.), Penuntun Pasutri Program Melati, Program Melati RSAB “Harapan Kita” Jakarta, Jakarta, 1990. Sudraji Sumapraja. et. All, (Eds.). Penuntun Pasutri Program Melati, Program Melati RSAB “Harapan Kita” Jakarta, Jakarta, 1990. Syaltout Mahmoud. Al-Fatawa, Jilid II. Penerjemah H. Bustami A. Gani dan Zaini Dahlan, cet.I. Jakarta: Bulan Bintang, 1973. Tahar, Muhammad Shaheb. Inseminasi Buatan Menurut Hukum Islam, cet.I. Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1987. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ Jakarta. Al-Islam dan Iptek I. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998. Utomo, Setiawan Budi. Fiqih Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer), cet.I. Jakarta: Gema Insani Press, 2003.
Yanggo , Chuzaemah Tahido dan Anshary A. Hafiz, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Jakarta: Lembaga studi Islam dan Kemasyarakatan, 1999. Zuhdi, Masjfuk. Masail Fiqhiyyah, cet. VII. Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1994.