Dampak Peliputan Traumatik pada Masyarakat Umum dan Wartawan Oleh:
Cinintya Dewi, YAYASAN PULIH Untuk Pemulihan dari Trauma dan Penguatan Psikososial
© Yayasan Pulih 2011
Sekilas program Jurnalisme dan Trauma (2003-2011)
Merupakan pengembangan dari program pendampingan untuk korban bom Marriot dan Kantor Kedubes Australia di Kuningan Jakarta tahun 2003, 2004. Media sangat efektif dalam memberitakan peristiwa kepada masyarakat luas, sebaliknya Media yang tidak sensitif terhadap pemulihan memberikan dampak buruk bagi korban dan keluarga maupun masyarakat umum Tujuan dari program adalah untuk memberikan penyadaran awal mengenai dampak peliputan persitiwa traumatik kepada jurnalis, korban dan keluarga serta masyarakat luas.
Peristiwa Traumatik merupakan peristiwa yang terjadi secara tiba-
tiba (mendadak), mengguncang (mengagetkan) dan mengerikan (menyakitkan) yang mengancam keutuhan fisik dan mental dan menimbulkan dampak fisik, pikiran, perasaan dan perilaku yang amat membekas bagi yang mengalami atau menyaksikan.
Mereka yang Mengalami… Kesiagaan terus menerus Perasaan seperti mengalami kembali
peristiwa Matirasa, kosong, spt tidak tersambung dg realitas Ingatan terus menerus ttg kejadian Gangguan2 fisik (termasuk gangguan makan, tidur dll) Emosi (sedih, marah, cemas) yang intens
Karateristik Konflik Bencana , bisa disebabkan oleh alam bisa juga oleh manusia
Yang disebabkan oleh manusia seperti konflik
biasanya lebih sulit diterima . Ada perasaan marah, dendam, tidak percaya, karena dilakukan oleh sesama manusia dan secara sengaja dilakukan untuk melukai pihak lain
Liputan Konflik, Adakah dampaknya bagi penyintas, masyarakat umum dan wartawan?
Akibat tayangan pemberitaan peristiwa bom di hotel J.W. Marriott 2009, seorang penyintas peledakan bom .W Marriott di tahun 2003 kembali kesulitan untuk memakan daging karena hal tersebut selalu mengingatkannya akan kejadian
Anak seorang penyintas bom Mega Kuningan yang baru berusia delapan tahun, menangis dengan sedihnya saat melihat ayahnya diliput di televisi dengan berbagai jahitan di kepala dan tubuhnya, dan minta diantar segera ke rumah sakit. Sebelumnya si anak tidak tahu jika ayahnya dirawat di rumah sakit dengan luka berat akibat peristiwa Marriott. Si ibu mengatakan ayahnya sedang bekerja.
Seorang perempuan bercerita bahwa sampai saat ini masih sedih jika mendengar lagu yang biasanya dikumandangkan bersama tayangan-tayangan dampak dari tsunami. Ketika ada liputan bencana lain seperti situ gintung, ledakan bom, atau gempa Sumatra Barat 2009, ia selalu menangis dan merasa tidak bisa mengendalikan kesedihannya.
Menurut anak saya, setelah pulang dari Aceh saya sudah kayak tentara, padahal saya tidak merasa demikian. Katanya ‘Bapak kok sekarang begini sih, serem! Seperti tentara’. Di Aceh saya memang setiap hari ketemu tentara
Bagaimana Peliputan dan Pemberitaan Peristiwa Traumatik Mempengaruhi Mereka?
Trauma Sekunder… Reaksi stres paskatrauma juga bisa dialami
oleh mereka yang tidak mengalami secara langsung peristiwa traumatik Wartawan, Polisi, Petugas kesehatan, Pekerja kemanusiaan Konsumen media (cetak, elektronik, multimedia)
Dampak dari Peristiwa Traumatik Fisik-biologis Mual, gangguan pencernaan, gemetar, keringat dingin, sakit kepala, merasa lelah Emosi marah, sedih, cemas, merasa bersalah Kognisi Gagasan balas dendam, dihantui peristiwa traumatik, mudah lupa, sulit konsentrasi
Tingkah Laku
Mudah terkejut, mudah marah, sering melamun, menarik diri Moral-Spiritual
Kehilangan kepercayaan terhadap Tuhan, berubahnya standar baik-buruk dalam kehidupan
Reaksi Normal terhadap Peristiwa yang Abnormal
Berbagai macam reaksi yang disebutkan adalah
reaksi yang normal setelah peristiwa yang mengguncang
Sebagian besar orang mungkin dapat melewati
situasi sulit dengan baik; meskipun ada pula yang menghadapi kesulitan. Namun setiap orang memiliki kekuatan alamiah untuk bangkit dari situasi sulit.
Dukungan keluarga atau orang terdekat lainnya
dapat membantu mengatasi proses adaptasi setelah peristiwa sulit.
Retraumatisasi yaitu ketika penyintas kembali terpapar dengan stimulus yang mengingatkan mereka dengan peristiwa traumatik (suara, benda, tayangan berulang tentang peristiwa yang sama atau serupa, pertanyaan yang sama dari wartawan dsb) dan menampilkan reaksi yang mungkin mirip dengan reaksi sebelumnya.
Teror seorang penyintas ledakan bom di Hotel J.W. Marriott, Jakarta. diwawancarai wartawan dalam keadaan belum sepenuhnya sadar. Ternyata kemudian hasil wawancara berbeda dengan apa yang dia sampaikan. Ia yang sebenarnya korban dikatakan sebagai saksi mata peristiwa yang melihat kendaraan dan pengemudi yang diduga membawa bom. Luka-luka yang dideritanya tidak seberapa, tetapi setelah pemberitaan itu dia merasa ketakutan. Takut dimintai keterangan oleh polisi dan takut jiwanya diancam oleh kelompok pelaku, sehingga ketika sebuah media elektronik mau mewawancarainya, dia langsung menolak. Bagaimana kalau kelompok pelaku melihat wajahnya di televisi? Ia pun sempat mempunyai rasa curiga yang kuat apabila ada orang-orang yang bertanya kepadanya.
Copycat Peristiwa kekerasan yang diduplikasi di tempat lain: motif, cara, sasaran dsb Copycat Suicide
Subyek berita sebagai korban bukan penyintas Mereka yang mengalami persitiwa traumatik
memiliki dua sisi: ketidakberdayaan namun juga kekuatan Peliputan yang kurang sensitif terhadap kekuatan mendorong ke arah kontinum ketidakberdayaan menghambat pemulihan
Trauma akibat Viktimisasi Selalu ada dua pihak atau lebih dalam sebuah
konflik Tidak proporsional mendorong salah satu pihak di korban /di persalahkan atas kejadian yang sebetulnya menempatkan dirinya pada posisi yang sulit sehingga menambah kesulitan hidup
Setiap orang merespon dengan caranya sendiri terhadap trauma. Tergantung pada kepribadian kita dan pengalaman kita di masa lalu. Banyak diantara kita mengalami saat-saat yang sulit segera setelah kejadian -khususnya ketika kita mulai meninggalkan situasi traumatis. Dalam jangka yang lebih panjang sebagian besar orang akan mampu menghadapinya dengan baik. Tetapi akan ada sekelompok orang, kesulitan untuk mengatasinya…
Gangguan Stres PaskaTrauma (PTSD) Mereka yang selamat tetapi mengalami trauma seringkali menjadi depresi atau cemas dan mengalami masalah dengan pekerjaan dan hubungan keluarga. Orang mungkin tidak dapat memahami apa yang menimbulkan gejala-gejalanya dan tidak pernah di diagnosa. Akibatnya, mereka menderita dalam kesendirian, barangkali selama bertahun-tahun.
Gangguan Stres PaskaTrauma Flashbacks yang sulit dikendalikan Respon-respon fisik seperti dada berdebar,
munculnya keringat dingin, lemas tubuh atau sesak nafas saat teringat atau berada dalam situasi yang mengingatkan pada kejadian
Gangguan makan: mual dan muntah,
kesulitan makan, atau justru kebutuhan sangat meningkat untuk mengkonsumsi makanan
Gangguan Stres PaskaTrauma Ketakutan, merasa kembali berada dalam bahaya Kesulitan mengendalikan emosi atau perasaan,
misalnya menjadi sensitif, cepat marah, tidak sabar Kesulitan untuk berkonsentrasi atau berpikir jernih
Kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari butuh bantuan profesional kesehatan mental
Apa yang bisa kita dilakukan?
Fokuskan gambar anda pada sisi manusianya. Jika memungkinkan, cobalah untuk tidak etrbatas pada sisi mengenai reruntuhan bangungan, kehanuran – baik fisik maupun psikis – dan temukan makna yang lebih dalam mengenai selutuh kehidupan kita Tom French dari The St. Petersburg Times (pointer.org)
Berita yang Mendorong Pemulihan
Sensitifitas dan Empati sejak pencarian
berita hingga pemberitaan Mencari sumber alternatif lain sebagai sumber berita (narsum lain atau observasi) Fokus pada sisi kemanusiaan, penyintas adalah manusia biasa yang menderita akibat situasi konflik namun juga memiliki kekuatan-kekuatan nilai jurnalistik dan eksploitasi adalah garis tipis. Tanyakan hati kecil anda
Industri media memerlukan waktu yang sangat lama untuk menyadari bahwa sangatlah alami bagi para wartawan, seperti halnya orang lain, untuk merasakan dampak/efek trauma…Media perlu menyadari tekanan traumatis sebagai subyek yang perlu diperdebatkan. Para pemilik bisnis media harus menerima eksistensinya dan mengambil langkah-langkah untuk menyediakan konseling sukarela dan rahasia kepada staf di setiap tingkatan. Chris Cramer, President of CNN International Networks
Panduan untuk Pekerja media dan Manajemen
Kenali dan Akui! (tahu batasan, pindah ke liputan lain, perubahan pada bawahan) Pentingnya dukungan rekan kerja, keluarga,
manajemen Ekspresikan! (bercerita, menulis, menggambar, melukis bahkan menangis) Lakukan hal menyenangkan (hindari bepergian/libur sendirian dalam waktu yang lama) Hal-hal kecil membuat perbedaan besar Konselor/Psikolog Pengetahuan mengenai trauma
TERIMA KASIH YAYASAN PULIH Hotline: 021 782 30 21, 0888 181 68 60 Email:
[email protected] E counseling:
[email protected]