DAMPAK NEGATIF SISTEM PEMASARAN PADA KONSUMEN Sri Wiyata*
Abstrak : Para konsumen sangat cemas dengan tingginya harga, produk berbahaya dan bermutu jelek dan iklan-iklan yang menyesatkan serta berbagai masalah yang terkait dengannya (Soetomo, 1994) Sistem pemasaran dituduh sebagai penyebab tingginya harga yang lebih tinggi dari harga yang sewajarnya karena gencarnya iklan. Secara umum praktik-praktik penipuan tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok ( Soetomo, 1994) yaitu:Deceptive Pricing, meliputi praktik-praktik seperti iklan tentang harga produk atau harga grosir yang tidak benar atau iklah yang memperlihatkan suatu penurunan harga yang sangat besar Deceptrive Promotion, mencakup terlalu melebih-lebihkan cirri-ciri produk. Menyatakan jaminan yang sebenarnya tdak ada, memperlihatkan foto-foto yang tidak benar Deceptive Packaging yaitu yang melebih-lebihkan isi sebenarnya dari sebuah kemasan melalui desain yang mengelabuhi secara halus, tidak mengisi kemasan Kata Kunci : Sistem pemasaran, tingginya harga, produk berbahaya
PENDAHULUAN Dalam dunia usaha, aktivitas mengejar keuntungan adalah hal yang wajar dilakukan, namun dalam realitanya menunjukkan bahwa aktivitas tersebut cenderung mengabaikan etika bisnis. Dewasa ini dunia bisnis Indonesia mendapat sorotan, hal ini disebabkan terjadinya praktek praktek yang tidak terpuji dari para pelaku bisnis. Adanya kolusi, melakukan mark-up yang pada gilirannya merugikan konsumen.
menyesatkan serta berbagai masalah yang terkait dengannya (Soetomo, 1994) Sistem pemasaran dituduh sebagai penyebab tingginya harga yang lebih tinggi dari harga yang sewajarnya karena gencarnya iklan, misalnya harga 10 tablet obat sakit kepala yang terkenal sama dengan harga 100 tablet obat generic. Para pelaku bisnis sering melakukan praktik-praktik penipuan yang terselubung dengan memanfaatkan perasan
Para konsumen mengeluh tentang bagaimana
konsumen, dengan tujuan memperoleh nilai
system pemasaran memenuhi kepentingan mereka.
keuntungan yang lebih besar dari pada yang
Sebagai perbandingan, sebuah survey yang dilakukan
seharusnya diperoleh. Secara umum praktik-praktik
di Amerika mengungkapkan bahwa para konsumen
penipuan tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok
sangat cemas dengan tingginya harga, produk
(Soetomo, 1994) yaitu:
berbahaya dan bermutu jelek dan iklan-iklan yang
* Staf Pengajar Prodi : PPKn, FKIP UNWIDHA Klaten
Magistra No. 82 Th. XXIV Desember 2012 ISSN 0215-9511
1
Dampak Negatif Sistem Pemasaran Pada Konsumen
1.
2.
Deceptive Pricing, meliputi praktik-praktik
Perlindungan konsumen hanya dapat dilakukan dalam
seperti iklan tentang harga produk atau harga
suatu system yang terintegrasi dan sangat
grosir yang tidak benar atau iklah yang
membutuhkan kepedulian banyak pihak, antara lain
memperlihatkan suatu penurunan harga yang
pihak Pemerintah, lembaga semacam YLKI, WALHI,
sangat besar berasal dari suatu daftar harga yang
LBH, Biro Ilkan, Pemilik Media, kesadaran konsumen
sudah dinaikkan sangat tinggi terlebih dahulu.
sendiri dan yang terpenting adalah kesadaran
Deceptrive Promotion, mencakup terlalu
produsen.
melebih-lebihkan cirri-ciri produk. Menyatakan jaminan
yang
sebenarnya
tdak
ada,
memperlihatkan foto-foto yang tidak benar dan
TANGGUNG JAWAB PRODUSEN DALAM PEMASARAN
merayu konsumen untuk membeli harga yang sangat murah tetapi kualitasnya barang sangat rendah. 3.
Deceptive Packaging yaitu yang melebihlebihkan isi sebenarnya dari sebuah kemasan melalui desain yang mengelabuhi secara halus,
Sebenarnya bagi produsen terdapat tanggung jawab atas konsumennya, Ada tiga tanggung jawab yang seharusnya dilakukan oleh produsen atau pengusaha terhadap konsumen (Sedyono, 1994) yaitu: 1.
Tanggung Jawab Keamanan
tidak mengisi kemasan secara penuh dan
Konsumen akan tergantung semata-mata
menyatakan ukuran kemasan secara dengan
pada produsen tentang keamanan produk-produk
istilah-istilah yang membingungkan.
yang dihasilkan. Ketergantungan yang mutlak ini
Penipuan-penipuan seperti ini hampir selalu terjadi dengan lancar artinya jarang sekali adanya komplain dari konsumen Indonesia, ada anggapan
berarti lebih pentingnya ditekankan kewajiban produsen untuk memastikan keamanan produk yang diproduksinya.
bahwa konsumen Indonesia sebagai konsumen yang
Kenyataannya kepercayaan dan harapan
tidak rewel atau justru masa bodoh terhadap mutu
konsumen yang sedemikian tidak terpenuhi.
atau keadaan barang yang dibelinya. (Sedyono, 1994).
Statistik Pemerintah Amerika menunjukkan
Hal ini diwarnai oleh budaya kita yang sangat
bahwa tiap tahun 20 juta orang terluka, 30.000
mementingkan harmoni ( yang bertentangan dengan
diantaranya meninggal dunia sebagian akibat
gaya konfrontasi bila menuntut seseorang ), sehingga
kecelakaan mobil, sayang sekali angka-angka
sikap mengadukan dianggap sebagai sikap yang tidak
serupa di Indonesia tidak bisa didapatkan tetapi
wajar. Tapi sangat mungkin juga konsumen Indonsia
dapatlah diduga hal ini karena budaya tidak suka
belum tahu tentang hak-haknya.
mengadu yang sampai saat masih berlaku di
Kehadiran lembaga seperti YLKI memang sagt penting dalam upaya menyadarkan konsumen
negara kita, kalaupun angka itu ada, maka tidaklah terlalu tinggi.
Indonesia akan hak-haknya (walaupun dalam kenyataannya harapan tersebut belum tercapai).
2
Magistra No. 82 Th. XXIV Desember 2012 ISSN 0215-9511
Dampak Negatif Sistem Pemasaran Pada Konsumen
Sebagai ilustrasi keadaan di Indonesia
garansi yaitu garansi tersurat dan garansi yang
sehubungan dengan aspek keamanan ini,
tersirat. Garansi yang tersurat mengandung
Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa
jaminan tetang karakteristik produk, daya
produk makanan dan minuman, selain harus
tahannya dan pernyataan-pernyataan yang
memenuhi
termasuk
biasanya tertulis pada kartu garansi, kemasan atau
pencemaran mikroba dan zat kimia terlarang, juga
pada iklan produk tersebut. Bila produk tidak
memperhatikan aspek gizi yang seimbang dan
berfungsi sesuai dengan garansi tersebut maka
sehat bagi konsumenya. Ini didasari pengertian,
produsen harus berbuat sesuatu untuk
konsumen makanan yang tidak memperhatikan
membereskannya , misalnya dengan mereparasi
keseimbangan gizi dapat merugikan kesehatan
atau mengganti produk yang sudah dibeli oleh
terlebih bagi anggota masyarakat yang karena
konsumen tersebut dengan produk baru.
kondisi kesehatannya harus berpantang atau
Sebaliknya
membatasi kandugan lemak dan kalori.
mengandung pernyataan atau clain yang implicit
Ketentuan ini dimaksudkan agar masyarakt
bahwa sebuah produk yang baik untuk suatu
mengetahui dan memilih produk makanan dan
penggunaan tertentu. Dalam hal ini agak lebih bagi
minuman yang tepat dan aman bagi pemeliharaan
konsumen untuk mengklaim suatu ganti rugi bila
kesehatannya. Berdasarkan informasi kandungan
produk tidak berfungsi sebagai mana mestinya.
syarat
keamanan
garansi yang tersirat hanya
bahan ini pula, konsumen dapat menghindarkan diri dari produk-produk yang harus dipantangi
3.
Informasi
karena alas an keagamaan. Namun sering kali
Dalam situasi ekonomi masa kini yang
produsen mengabaikan permasalahan tersebut
sangat komplek tidak mungkin konsumen
sering kali untuk menjadikan makanan menjadi
menjadi ahli tntang segala macam produk atau
awet digunakan bahan pengawet yang sangat
jasa yang diperlukan. Karena perusahaan adalah
berbahaya bagi kesehatan manusia.
satu-satunya sumber informasi, maka perusahaan berkewajiban untuk memberikan informasi
2.
Kualitas Produk Produsen juga memikul tanggung jawab umum bahwa suatu produk sesuai dengan apa yang ditawarkan dan sesuai dengan harapan konsumen yang wajar. Hal ini jelas didasari oleh hak konsumen untuk mendapatkan sesuai dengan apa yang dibayar. Salah satu cara perusahaan untuk memenuhi tanggung jawabnya adalah dengan garansi, yaitu jaminan yang dikeluarkan oleh penjual kepada pembeli. Ada dua macam
Magistra No. 82 Th. XXIV Desember 2012 ISSN 0215-9511
tentang apa yang ditawarkan secara jelas akurat dan memadahi. Berkomunikasi secara jelas artinya hal tersebut dilakukan secara langsung dan lugas, tidak menyesatkan atu mengandalkan pada manipulasi psikologi. Berkomunikasi secara akurat berarti memberitaukan seruruh kebenaran, bukan setengah kebenaran, dan menghindari halhal yang tersamar atau yang berlebih-libihan. Komunikasi yang memadahi berarti memberikan kepada konsumen infrmasi yang benar-benar
3
Dampak Negatif Sistem Pemasaran Pada Konsumen
cukup agar konsumen bisa memberikan pilihan
lebih membutuhkan sarung untuk dipakai sehari-
yang terbaik sehubungan dengan kualitas dan
hari dari pada komputer karena sarung dianggap
harga. Jelas bahwa menentukan apa sebenarnya
lebih bermanfaat dari komputer.
yang dimaksudkan degan komunikasi yang jelas, akurat dan memadahi tidaklan mudah.
2.
Faktor Sosial Faktor sosial dapat mempengaruhi perilaku konsumen yang terdiri dari kelompok
PERILAKU KONSUMEN Konsumen adalah orang atau kelompok yang
referensi, keluarga, status social. a.
Kelompok Primer
menentukan harga. Dari definisi tersebut seharusnya konsumen adalah pihak yang berkuasa namun kenyataannya konsumen Indonesia sering tertindas dan salah kaprah dalam menentukan perilakuknya. Hal inilah yang sering kali menjadi sasaran empuk terhadap penipuan dari strategi pemasaran. Misalnya
Seperti keluarga kawan tetangga, kawan sekerja yang bersifat informal dan kelompok sekunder seperti agama, professional, asosiasi dagang yang bersifat forma.
saja ketika konsumen dirugikan konsumen Indonesia
Tingkat pengaruh kelompok referensi
tidak berdaya, ini disebabkan oleh budaya Indonesia
(reference group) bervariasi antar produk
yang menjunjung harmonitas (tidak suka
dan merk. Dari hasil penelitian yang
berkonfrontasi), nerimo dan budaya-budaya toleran
dilakukan oleh Hedon (Supranto, 1999)
yang lainnya (Sedyono, 1994)
terhadap 200 orang konsumen, kelompok
Untuk mengetahui bagaimana perilaku membeli dan factor apa saja yang mendasari perilaku mereka berikut ini adalah beberapa factor yang mempengaruhi perilaku membeli yang dikemukakan oleh Supranto (1999) : 1.
Faktor Budaya (Culture)
referensi sangat kuat pengaruhnya terhadap pilihan produk dan merk dalam hal mobil dan televisi berwarna, sangat kuat pengaruhnya terhadap produk saja seperti bir dan rokok. Produsen produk dan merk yang pengaruhnya sangat kuat pada kelompok
Budaya sangat mempengaruhi perilaku
referensi harus menentukan bagaimana
dan kebutuhan konsumen. Seorang anak yang
mencapai dan mempengaruhi opinion leader
tumbuh akan memiliki set nilai seperti persepsi,
yang terdapat dalam semua lapisan dan
preferensi dan perilaku keluarganya dan institusi
seseorang akan menjadi opinion leader
lingkungan lainnya seperti panti yatim piatu atau
dalam arena produk tertentu dan menjadi
pesantren. Seorang anak yang tumbuh di Asia
opinion follower dalam area lain.
akan memiliki nilai-nilai seperti hubungan keluarga dan pribadi, kepatuhan pada orang tua, menjadi anak saleh. Misalnya di Jawa Tradisional
4
Magistra No. 82 Th. XXIV Desember 2012 ISSN 0215-9511
Dampak Negatif Sistem Pemasaran Pada Konsumen
Pemasar mencoba untuk mencapai opinion leader dengan mengenali karakter demografi dan karakter psikologis yang berkaitan dengan opinion leadership dan
Faktor Psikologis Yang terakhir keputusan membeli akan dipengarhi olah faktor-faktor psikologis yaitu motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan
mengarahkan pesan-pesan pada opinion
dan sikap. Seseorang mempunyai banyak
leaders
kebutuhan yaitu kebutuhan biologis (fisik) seperti
b. Keluarga Pemasar tertarik pada peranan dan pengaruh relatif pada suami, istri anak-anak dalam pembelian berbagai jenis produk baik barang maupun jasa. Tentu saja hal ini akan berbeda di negara yang berbeda dan kelas
merasa lapar butuh makan, haus butuh minum, udara panas perlu alat pendingin dan keutuhan psikis seperti keinginan untuk mencintai dan dicintai, perlu adanya rasa kasih saying, keinginan untuk jadi terkenal dan keinginan aktualisasi diri.
social yang berbeda. Diantara rumah tangga
Suatu kebutuhan menjadi suatu motif
bangsa cina yang tradisional biasanya suami
kalau dorongan yang cukup intensif. Motif adalah
menyerahkan semua gajinya pada istri, seba
suatu kebutuhan yang cukup memberikan
istrilah yang mengatur pengeluaran rumah
dorongan kepada seseorang untuk bertindak.
tangga untuk pembelian berbagai jenis
Perlu diketahui bahwa dengan memuaskan
kebutuhan hidup.
kebutuhan akan mengurangi rasa tegang. Orang
Ternyata keterlibatan suami istri bervariasi tergantung kategori produk. Secara tradisional istri bertindak sebagai agen utama pembelian, khususnya untuk makanan dan minuman serta kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Dalam hal produk yang mahal keputusan membeli dilakukan bersama oleh suami istri. c.
3.
Peran dan St atus Sosial
yang kaya akan memiliki mobil mewah sebagi symbol yang dapat dengan mudah dikenali bahwa orang tersebut adalah orang kaya. Dia butuh mobil mewah, sebelum memiliki mobil mewah dia meara tegang dan setelah mampu membeli yang diinginkan ketegangannya hilang atau paling berkurang. Abraham Maslow (Hall & Lindzay, 1995) mengatakan bahwa orang mempunyai hirarki kebutuhan fisik seperti makan minum , kebutuhan
Dalam hidupnya seseorang pasti
rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan
berpartisipasi dalam kelompok, misalnya
penghargaan dan kebutuhan mengaktualisasikan
dalam keluarga atau organisasi. Posisi tiap
diri. Apa yang dikatakan oleh Maslow tersebut
orang dalam kelompok bisa dilihat dari
membantu pemasar untuk memahami suatu
peranan dan statusnya. Setiap peranan
produk bisa tepat dengn hirarki kebutuhan
memiliki status. Peranan yang dimiliki akan
konsumen , sebagai contoh Rudi sudah menjabat
mempengaruhi perilaku pembelian.
sebagai kepala bagian di Sebuah bank swasta
Magistra No. 82 Th. XXIV Desember 2012 ISSN 0215-9511
5
Dampak Negatif Sistem Pemasaran Pada Konsumen
memutuskan untuk berlibur di Paris pada saat
Dari faktor-faktor tersebut tampaknya
mendapat kesempatan cuti tahunan. Kita anggap
faktor psikologis yang sering dimainkan oleh
bahwa Rudi memang sudah dapat memenuhi
pihak produsen dalam membuat strategi-strategi
kebutuhan pertama dan kedua. Kalau perginya
pemasaran. Misalnya saja iklan yang
ke Paris bersama-sama kawannya, maka liburan
menggunakan
tersebut dapat memenuhi kebutuhan sosialnya.
menampilkan bintang film yang sebenarnya
Seandainya sewaktu di Paris dia makan di
nggak akan memberi keuntungan langsung pada
restoran yang mahal dan berbelanja barang yang
si konsumen. Parahnya lagi konsumen sendiri
mewah di toko yang terkenal, dia sudah
dalam memutuskan membeli barang sering kali
memenuhi kebutuhan penghargaan, kawannya
tidak melihat fungsinya tapi mengedepankan
akan berkomentar, wah. Rudi hebat….. apa bagi
konsep atau gengsi dan hal inilah yang digunakan
liburan di Paris ia mengajak anak istrinya dan
dalam
tidur di Hotel yang mewah, maka kebutuhan
mengedepankan kemewahan dalam iklanya lebih
aktualisasi diri juga terpenuhi, artinya Rudi akan
laku dari pada mobil Volvo yang mengedepankan
terkenal menjadi orang yang mapan bukan hanya
kekuatan. Dari sinilah dapat dilihat bahwa
sekedar hidup.
konsumen masih belum mature, lebih
iklan,
teori
atribusi,
misalnya
dengan
BMW
yang
Persepsi ialah proses pada orang yang
mengedepankan emosionalnya, kurangnya
memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan
konsep diri hal ini bisa dilihat dari produk yang
informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang
American Minded (missal : CFC) yang laku keras
berguna mengenai dunia nyata. Persepsi ini akan
di Indonesia, pada hal produk tersebut di negara
mendorong orang yang telah termotivasi untuk
asalnya kurang diminati (Kartajaya, 1992)
bertindak artinya memutuskan untuk melakukan pembelian suatu barang dan jasa.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pihak produsen mempunyai kewajiban
Teori belajar memberikan pelajaran bagi
untuk menjaga keamanan produk yang
pemasar agar dapat membangun demand bagi
dikonsumsi oleh konsumen, memberikan info
suatu produk yang berkaitan dengan dorongan
yang tepat dan menjaga kualitas barang. Namun
yang kuat dengan pentunjuk-petunjuk yang dapat
sering kali terjadi pembodohan-pembodohan
memotivasi dan memberikan penguatan yang
terhadap konsumen yang berasal dari hal
positif. Selain itu setiap orang juga mempunyai
seharusnya dilakukan oleh produsen sendiri demi
sikap dan kepercayaan terhadap semua hal seperti
mengejar keuntungan yang berlempah untuk
agama, politik, musik, maj\kanan yang
produsen semata.
kesemuanya berbeda antar satu individu dengan individu lain dan juga sangat mempengaruhi pada keputusan untuk membeli.
6
Magistra No. 82 Th. XXIV Desember 2012 ISSN 0215-9511
Dampak Negatif Sistem Pemasaran Pada Konsumen
4.
SOLUSI
Pemasaran yang mengerti misi Perusahaan.
Guna memberikan keuntungan yang sama besar
Perusahaan harus menetapkan misinya
antara produsen dan konsumen, harus ada pencerahan
dalam hubungannya yang luas ditinjau dari sudut
untuk pemasaran jangka panjang, ada lima hal yang
pandang social dan bukan dalam hubungannya
diusulkan yaitu :
yang sempit untuk perusahaan semata.
1.
Pemasaran
yang
berorientasi
Pada
Konsumen.
5.
Pemasaran Kemasyarakatan Suatu perusahaan harus mempertimbangkan
Dengan berusaha keras memahami,
keinginan konsumen, perusahaan, kepentingan
melayani dan memenuhi serangkaian kebutuhan
masyarakat, misalnya dengan produk yang ramah
tertentu suatu konsumen secara efektif dan
lingkungan.
efisien. Memberitahukan apa adanya tntang suatu produk, hal ini akan menumbuhkan kepercayaan, sehingga konsumen tahu apa yang akan mereka peroleh jika mengkonsumsi produk tersebut. Dan menekankan pada Perusahaan akan usaha peningkatan nilai konsumennya, artinya dengan melakukan
pemberdayaan
konsumen,
membelajaran dan menambah wawasan , sehingga konsumen lebih dewasa dalam
meraup untung besar tanpa melihat kondisi konsumen atau bahkan mencelakakan konsumen. Selain itu dari lain pihak mulai pemegang kekuasaan (Pemerintah), masyarakat (LSM) bahu membahu untuk memberikan wawasan guna meningkatkan konsep diri konsumen, serta konsumen secara pribadi mau melihat apa yang
pemasaran yang Inovatif Perusahaan harus terus menerus mencari produk yang sebenarnya selain sekedar menyempurnakan
pemasaran,
misalnya
melakukan rist apa yang dibutuhkan oleh konsumen saat ini. 3.
pengendalian diri dari perusahaan untuk secepatnya
menjadi keadaanya.
erperilaku secara ekonomi. 2.
Dari kelima solusi pemasaran ini intinya adalah
Pemasaran Nilai Perusahaan harus mealokasikan dananya untuk investasi pembanguna nilai (mutu, kenyamanan, dan siri ) bukan promosi yang hanya akan menghabiskan danan, dengan iklan dengan pujian yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA Hall, C.S & Lindzay, G. 1995. Teori-Teori Hilistik (Organismik Fenomenologik). Yogyakarta : Kanisius. Kartajaya, H. 1992. Konsumen Indonesia Tidak Mature. Usahawan 11 (4) 39-40 Sedyono, C.H. 1994 Etika Bisnis dan Konsumen. Usahawan 12 (2) 44-46 Soetomo, A.I. 1994 Etika Bisnis: Sebagai Bagian Dari Pemasaran Perusahaan. Usahawan. 13 ( 12) 60-61 Supranto, J. 1999. Perilaku Konsumen dalam Era Krisis. Usahawan. 27 (1) 7-11
Magistra No. 82 Th. XXIV Desember 2012 ISSN 0215-9511
7