DAFTAR PROSEDING
Cluster Mechanical Engineering
No 1 2
3
Authors Herdi Susanto Muhammad Tadjuddin, Teuku Firsa dan Muhammad Iqbal M. Ridha, T. Rizki Nanda S, Syifaul Huzni dan Syarizal Fonna
4
Pribadyo, Maidi Saputra
5
Ilham Hasbiullah
6
7
8
Suhaeri, Aziz Murdana, Muhammad Tadjuddin, Udink Aulia Muhammad Prima Syahputra, M. Dirhamsyah, Masri Ibrahim Fransnazoan Sitorus, Nuzuli Fitriadi
9
Syifaul Huzni, Hayyu Al Hadi, M.Ridha dan Syarizal Fonna
10
Pribadyo, Maidi Saputra
11
Darwin
12
13 14 15 16
Syarizal Fonna, Wicaksono Achmad Walid, Syaiful Huzni, dan M.Ridha Teuku Firsa, Muhammad Tadjuddin, Akram, Muhajir
Paper Title Rancang Bangun Alat Uji Impak Tipe Charpy Desain dan Manufaktur Mini Towing Tank untuk Pengujian Karaktristik Dinamik Autonamous Underwater Vehicle (AUV) Pengaruh Annealing dan Normalizing Terhadap Kurva Polarisasi Baja Karbon Sedang The Influence of Mesh Size and Mixture Composition of Raw Materials Due to Various Biomass and Coal for Toughness Briquette at Pressures of 120 lb/in2 Pengembangan Interface Mesin NC Compact 5-PC dengan Pendekatan Algoritma Bresenham Pengujian Kebulatan Produk Hasil Pemotongan Helical Interpolation Menggunakan Pahat Karbida pada Mesin Milling CNC AGMA A-8 Analisis Tingkat Kebisingan Pada Pemotongan Dengan Menggunakan Lingkaran Pola Lurus Pada Mesin Agma A8 Dengan Tiga (3) Jenis Mata Potongan Berbeda Penyelidikan Perilaku Pengelupasan Lapisan Pahat Karbila Berlapis Diamond-Film Pada Pemesinan Ramah Lingkungan Bahan Aluminium Paduan Evaluasi Laju Korosi Bangunan Beton Bertulang Menggunakan Linear Polarization Resistance di Daerah Peukan Bada – Aceh Besar Studi Analisis Potensi Energi Angin Sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Angin Di Kawasan Meulaboh Pengaruh Diameter Tabung Kaca dan Jumlah Pipa Absorber Terhadap Performansi Kolektor Surya Jenis Palung Setengah Silindris
Page 1 16
22
27 34 38
43
47
58
65
72
Resiko Korosi Rumah Penduduk Yang Terendam Tsunami 2004 di Kampung Jawa – Banda Aceh
81
Gaya Pemotongan Pada Proses Menggurdi Papan Lapis Block Board
88
Dinni Agustina, Pengaruh komposisi material absorber terhadap Ahmad Syuhada kinerja kolektor surya Pengaruh parameter resonator terhadap laju Dinni Agustina, Sabri, perubahan suhu pada perangkat pendingin Ratna Sary termoakustik Ratna Sary, Ahmad Kaji Pemanfaatan Energi Surya Untuk Beban Syuhada Listrik
92 96 102
Proseding Seminar Nasional Rekayasa (SNTR) II Tahun 2015
Pengaruh parameter resonator terhadap laju perubahan suhu pada perangkat pendingin termoakustik Influence of the resonator parameters on the rate of change of temperature on the thermoacoustic cooling device Dinni Agustina1, Sabri2, Ratna Sary3 1,2,3
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syech Abdurrauf, No. 7, Darussalam – Banda Aceh 23111, INDONESIA Email :
[email protected]
Abstrak– Teknologi pendinginan konvensional berdampak terhadap lingkungan karena menggunakan bahan bakar fosil dan refrijeran HFC/HCFC yang berbahaya terhadap atmosfir. Salah satu alternatif energi baru yang mulai berkembang adalah sistem pendingin termoakustik yang merekayasa interaksi kalor dan bunyi sehingga mampu mengkonversi energi yang berasal dari gelombang bunyi beramplitudo tinggi menjadi energi kalor yang menghasilkan perbedaan suhu. Sistem ini disebut ramah lingkungan karena menggunakan media pendingin gas mulia atau udara. Perangkat pendingin termoakustik merupakan sistem sederhana yang komponen utamanya adalah tabung resonator dan stack dimana gelombang bunyi yang beresonansi dalam resonator menyebabkan perpindahan kalor dari udara ke stack dan sebaliknya. Panjang, diameter dan material tabung resonator mempengaruhi kinerja perangkat pendingin. Perangkat pendingin termoakustik yang menggunakan stack dari material mika transparan dengan panjang 6 cm telah dirancang dan dioperasikan pada tabung resonator berdiameter 5 cm dan panjang 70 cm. Material tabung divariasikan dua jenis, bahan sintetis dari akrilik dan bahan organik dari bambu. Bambu dipilih karena memiliki nilai konduktivitas termal dan karakteristik akustik yang lebih baik daripada akrilik, disamping harga yang jauh lebih murah. Pengujian dilakukan secara eksperimental menggunakan input energi bunyi dari pengeras suara (loudspeaker) pada frekuensi resonansi tertentu. Perubahan suhu pada ujung-ujung stack direkam dengan Phywe measurement 4TM. . Kata kunci :termoakustik, perangkat pendingin, resonator, bambu, akrilik Abstract- Conventional cooling technologies have an impact on the environment because it uses fossil fuels and HFC / HCFC which are harmful to the atmosphere. One alternative emerging new energy is environmentally friendly thermoacoustic cooling system which manipulates the interaction of heat and sound so as to convert energy derived from high amplitude sound waves into heat energy that produces a temperature difference. This system is called environmentally friendly because it uses a noble gas or air as cooling medium. Thermoacoustic cooling device is a simple system whose main components are the tube resonator and a stack in which the sound waves that resonate in the resonator causes heat transfer from the air to the stack and vice versa. The length, diameter and material tube resonator affects the performance of the cooling device. Thernoacoustic cooling device that uses a stack of transparent mica material with a length of 6 cm have been designed and operated in a resonator tube of 5 cm diameter and a length of 70 cm. There are two types of resonator material being tested, a synthetic material (acrylic) and organic materials (bamboo). Bamboo was chosen because it has a value of thermal conductivity and acoustic characteristics better than acrylic, besides the price which is much cheaper. Tests performed experimentally using energy input sound from the loudspeakers (loudspeaker) at a particular resonant frequency. Changes in temperature at the ends of the stack recorded with Phywe measurement 4TM. Keyword :thermoacoustic, cooling device, resonator, bambu, akrilik pendingin sebagai salah satu dari sepuluh kontributor terbesar terjadinya peningkatan suhu bumi. Meskipun adanya dampak negatif dari teknologi pendinginan, tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan teknologi pendingin yang terus-menerus dan dalam skala besar telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam berbagai bidang kehidupan seperti pengawetan, pendinginan elektronik dan pengkondisian udara. Oleh karena itu, perlu adanya upaya mitigasi dalam teknologi pendinginan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan penggunaan
I.
PENDAHULUAN Dalam pertemuan pada tahun 2007, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) melampirkan bukti bahwa penyebab utama pemanasan global adalah pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi dan penggunaan zat kimia tertentu [1]. Refrijeran konvensional yang digunakan pada alat pendingin disebutkan sebagai salah satu zat berbahaya bagi atmosfir. Alat pendingin ataupun pengkondisian udara juga menggunakan energi listrik yang umumnya berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti gas alam dan batubara. Dua fakta ini menempatkan alat
96
Proseding Seminar Nasional Rekayasa (SNTR) II Tahun 2015 mengembangkan sistem pendingin termoakustik lebih lanjut. Manfaat dari penelitian ini berupa tersedianya data mutakhir untuk komponen resonator dan stack dalam upaya peningkatan kinerja pendinginan perangkat termoakustik yang akan dikembangkan di Jurusan Teknik Mesin. Teknologi pendingin yang umum di masyarakat menggunakan refrijeran dan sumber energi dari bahan bakar fosil yang berbahaya bagi lapisan atmosfir dan mengakibatkan pemanasan global, sehingga perlu dikaji teknologi pendinginan yang memanfaatkan fenomena termoakustik dengan udara sebagai medium pendingin dan energi akustik sebagai penggeraknya.
chlorofluorocarbon/ hydrochlorofluorocarbon (HFC/HCFC) sebagai refrijeran. Salah satu alternatif yang dikembangkan dalam upaya mitigasi pemanasan global adalah sistem pendingin termoakustik. Dua alasan utama pengkajian teknologi baru ini adalah medium pendingin dan energi penggeraknya [2]. Sistem pendingin termoakustik disebut ramah lingkungan karena menggunakan medium pendingin udara atau gas mulia. Disamping itu, sistem pendingin ini bekerja dengan memanfaatkan energi akustik dari gelombang suara beramplitudo tinggi . Teknologi pendingin termoakustik komersial pertama berupa lemari pendingin diperkenalkan pada tahun 2002 di Jepang. Selanjutnya pada tahun 2004 lemari pembeku es krim diuji coba di Amerika Serikat yang dilanjutkan dengan teknologi pencairan gas alam di tahun 2007 [3]. Sementara itu, perkembangan teknologi baru ini di Indonesia masih belum meluas. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman dan penelitian mengenai hal ini di Indonesia. Oleh karena itu penelitian di bidang termoakustik ini perlu terus diperkenalkan dan dikembangkan sebagai salah satu energi alternatif yang tidak hanya ramah lingkungan tapi juga relatif berbiaya rendah dengan minim komponen bergerak. Sistem perangkat pendingin termoakustik terdiri dari empat komponen utama yaitu sumber energi akustik, medium pendingin, tabung resonator dan stack. Pada penelitian ini, sumber energi akustik berupa bunyi dari alat pengeras suara pada frekuensi yang ditentukan oleh geometri resonatornya. Medium pendingin yang berfungsi seperti refrijeran adalah udara yang bergerak dalam resonator bersamaan dengan gelombang bunyi. Geometri dan material resonator yang digunakan adalah tabung dengan material berkonduktivitas rendah. Sedangkan stack yang merupakan inti dari perangkat pendingin termoakustik dibuat berbentuk gulungan dan berpori. Penelitian tentang hubungan ketebalan plat stack dan input energi terhadap kinerja pendingin termoakustik telah dilakukan. Hasilnya menunjukkan kecenderungan meningkatnya kinerja secara signifikan dengan semakin tipisnya ketebalan stack [4], namun belum ada penelitian menjelaskan hubungan material stack terhadap kinerja perangkat termoakustik. Sementara material resonator yang umum digunakan untuk pengujian adalah PVC atau akrilik. Penggunaan material resonator dengan konduktivitas termal yang lebih tinggi dan terbuat dari bambu telah diuji dan menunjukkan potensi sebagai alternatif resonator yang memadai [5]. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk merancang, menguji dan mengkaji suatu sistem pendingin termoakustik dengan memvariasikan material tabung resonator dan desain stack sebagai suatu terobosan dalam teknologi pendingin dengan energi alternatif. Diharapkan hasil penelitian ini akan menyediakan data informasi dan pemahaman tentang pengaruh tabung resonator dan desain stack untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Termoakustik Sistem termoakustik merupakan suatu sistem yang mengkonversi energi dari gelombang bunyi beramplitudo tinggi menjadi energi kalor yang menghasilkan perbedaan suhu atau sebaliknya yang masing-masing dapat dimanfaatkan untuk pompa kalor dan mesin kalor [6]. Gabungan osilasi tekanan dan suhu ini akan menimbulkan fenomena termoakustik, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Input daya akustik, W, diberikan oleh pengeras suara (driver) berupa gelombang suara beramplitudo tinggi. Prinsip kerja dari termoacoustik terdiri dari 4 tahapan. Tahapan kerja termoakustik berdasarkan kondisi kenaikan dan penurunan tekanan dan suhu sebagai berikut : a. Kompresi Adiabatik. Bila gas dikompresi, yang akan terjadi adalah kenaikan suhu dan tekanan. b. Perpindahan panas ireversibel. Kenaikan suhu pada gas menyebabkan perpindahan panas dari gas ke stack karena suhu stack lebih rendah. Sehingga yang terjadi adalah penurunan suhu dari c. Ekspansi adiabatis. Perpindahan panas yang terjadi secara terus menerus menyebabkan penurunan suhu dan tekanan tetap. Kemudian gas akan mengalami ekspansi dan kembali ke keadaan semula sehingga suhu stack akan lebih tinggi dari suhu gas. d. Perpindahan Panas Ireversibel. Pada tahapan ini, panas berpindah dari stack ke gas sehingga suhu dan tekanan kembali ke keadaan awal yaitu T dan P.
Gambar 1 Perpindahan panas antara stack dan gas [3]
93
Proseding Seminar Nasional Rekayasa (SNTR) II Tahun 2015 dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu desain, geometri dan material . Jarak antar dinding stack atau lebar kanal stack haruslah beberapa kali dari besar kedalaman penetrasi termal, δk, dari medium gas. Kedalaman penetrasi termal adalah jarak difusi kalor yang melalui fluida kerja atau gas dalam kasus ini pada selang waktu t = 1/πf dengan persamaan [9]:
Perangkat pendingin termoakustik akan bekerja denngan optimal apabila diberikan input gelombang suara pada frekuensi resonansinya. Persamaan frekuensi resonansi untuk berbagai struktur termoakustik dapat diderivasi dengan metode impedansi fluida. Frekuensi dasar dari pendekatan perangkat pendingin termoakustik biasanya merupakan frekuensi resonansi yang ditentukan oleh konfigurasi rongga (cavity) utamanya [7]. Setiap bagian dari perangkat pendingin termoakustik memiliki frekuensi kerja otonom ketika perangkat yang lengkap bekerja pada keadaan tunak. Frekuensi kerja untuk perangkat yang lengkap akan menentukan frekuensi resonansi perangkat pendingin tersebut. B. Bagian-bagian
Perangkat
δk =
K πρ fc p
(1)
Sementara kedalaman penetrasi viskos adalah :
Pendingin
δv =
Termoakustik.
2µ
(2)
ρmω
dimana f adalah frekuensi gelombang akustik tegak, K adalah konduktivitas termal gas dan ρ adalah kerapatan gas serta cP adalah kalor spesifik isobarik per satuan massa gas, µ adalah viskositas dinamik gas. Material yang digunakan dalam pembuatan stack harus mempertimbangkan panas konduksi yang terjadi pada stack. Bentuk-bentuk stack yang sudah digunakan pada umumnya dikategorikan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk paralel dan bentuk circular [3].
Bagian-bagian dari perangkat pendingin termoakustik termasuk perangkat pembangkit suara, tabung resonansi, stack, dan alat penukar panas. Disamping sangat tergantung pada jumlah partikel gas yang terlibat dalam proses, kinerja sistem juga dipengaruhi oleh empat parameter utama yaitu operasional (berupa rasio penggerak dan frekuensi operasi), fluida kerja (bilangan Prandtl), geometri resonator dan stack serta material stack dan resonator [8].
F. Fluida Kerja
C. Pembangkit Gelombang Bunyi
Fluida kerja merupakan media penghantar gelombang akustik yang akan dikonversikan menjadi perbedaan suhu. Aliran gas yang digunakan sebagai media perantara aliran gelombang akustik yang akan dikonversikan menjadi perubahan suhu, parameter yang harus diperhatikan adalah bilangan Prandlt.
Pada sistem pendingin termoakustik, pengeras suara atau loudspeaker merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan suara yang akan dikonversikan ke dalam perubahan suhu melalui fluida yang mengalir dalam stack. Parameter dan persamaan-persamaan yang digunakan dalam perencanaan loud speaker berhubungan dengan effisiensi, hal ini dikarenakan loudspeaker merupakan komponen yang mengkonsumsi energi listrik[3].
Faktor unjuk kerja pada sistem pendingin termoakustik ini adalah koefisien kinerja pendinginan (COP). COP dapat dituliskan dengan persamaan : (3)
D. Resonator
Rancangan tabung resonator mempengaruhi efisiensi perangkat pendingin termoakustik. Panjang resonator dihitung berdasarkan panjang gelombang, λ. dan dapat digunakan resonator berdasarkan λ/2 atau λ/4. Secara teoritis, resonator dengan panjang, L = λ/4, lebih mudah penanganannya dan hanya mendisipasi setengah energi dibandingkan dengan tabung λ/2 [4] .
COP juga dapat dinyatakan sebagai kinerja karnot atau COPC sebagai berikut : = (4) ∆
!
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah untuk merancang dan menguji sistem pendingin termoakustik untuk mendapatkan informasi pengaruh material resonator dalam hal konduktivitas termal dan properti akustiknya terhadap pendinginan pada perangkat termoakustik.
E. Stack Stack dipandang sebagai bagian fundamental terpenting dari perangkat pendingin termoakustik karena berfungsi sebagai media penukar kalor antara gas yang melintasi kanal-kanal kecil dan dinding stack yang memungkinkan terjadinya fenomena pendinginan. Oleh karena proses perpindahan kalor terjadi di dan sekitar daerah stack maka upaya peningkatan kinerja stack terus dikembangkan. Kinerja stack secara umum
III.
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Termal Jurusan Teknik Mesin Fakultas
94
Proseding Seminar Nasional Rekayasa (SNTR) II Tahun 2015 a)
Teknik Universitas Syiah Kuala selama 6 bulan, Mei – Nopember 2015.
B. Peralatan penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: a) Tabung Resonator Bahan tabung resonator yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 2 jenis yaitu akrilik dan bambu dengan panjang 70 cm dan diameter 5 cm.
Termokopel dan Phywe measure 4TM Termokopel merupakan salah satu jenis termometer yang banyak digunakan dalam laboratorium teknik. Dimana termokopel berupa sambungan ( junction ) dua jenis logam atau logam campuran, yang salah satu sambungan logam tadi diberi perlakuan suhu yang berbeda dengan sambungan lainnya.
Gambar 3. Phywe measure 4TM dan termokopel b) Osiloskop. Dengan menggunakan alat ukur ini, kita dapat mengukur frekwensi, periode dan melihat bentuk-bentuk gelombang seperti bentuk gelombang sinyal audio, sinyal video. c)
Mikrofon Mikrofon yang digunakan adalah tipe elektret kondenser yang berfungsi untuk menangkap suara dari pengeras suara dan menjadi input ke osiloskop.
Gambar 2. Tabung resonator (kiri) dan stack circular (kanan) b) Stack Terdapat dua pengujian dengan dua material stack, yaitu plastik transparan dan plat aluminium dengan ketebalan 1 mm dan panjangnya 5 cm. Diameter stack harus sesuai dengan diameter resonatornya. Jarak antar stack akan dihitung. Gambar desain stack ditunjukkan pada Gambar 2. c)
D. Set-up Eksperimen dan Cara kerja Gambar 4 memperlihatkan bagian-bagian perangkat pendingin termoakustik yang digunakan dalam pengujian, yaitu pengeras suara, resonator, tempat stack dan tutup resonator. Gelombang suara diinputkan dari Function Generator diamplifikasi oleh amplifier menjadi input ke pengeras suara 8 inci berdaya maksimum 80 Watt.
Alat pengeras suara atau Loudspeaker Pembangkit suara yang digunakan pada penelitian ini menggunakan loud speaker dengan daya 80 Watt.
d) Amplifier Amplifier mengamplifikasi sinyal suara berfrekuensi rendah ( 20 – 20000 Hz) hingga ke level amplitude yang diinginkan.
8 Keterangan 1. Tabung Resonator 2. Rumah Loudspeak er 3. Stack 4. Termokop el 5. Amplifier 6. Audio Function
e)
Audio Function Generator Alat ini berfungsi sebagai pembangkit bentuk gelombang suara pada frekuensi dan amplitudo tertentu yang diinputkan ke amplifier.
C. Alat Ukur Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah :
3
1 2
Genera 95 4
Proseding Seminar Nasional Rekayasa (SNTR) II Tahun 2015 Pebedaan suhu , Th-Tc, (oC)
8 7 6 5
D reso = 3.6 cm
4
D reso = 5.4 cm
3 2 1 0 0
2
4
6
8
10 12 14 16 18 20 22
Waktu, t (menit)
Gambar 5. Perbedaan suhu pada resonator dengan diameter berbeda[3] C. Frekuensi resonansi. Dua jenis resonator dengan material berbeda yaitu akrilik dan bambu telah diujikan untuk mengetahui frekuensi resonansi perangkat pendingin termoakustik. Resonator dipasang melekat dengan pengeras suara pada kotak berukuran 5 x 20 x 20 cm. Hasil frekuensi resonansi adalah 310 Hz untuk kedua resonator. Frekuensi yang menghasilkan tegangan tertinggi merupakan kisaran frekuensi resonansi.
Gambar 4. Set-up eksperimen perangkat pendingin termoakustik
E. Pengambilan Data Kaji eksperimental yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan cara mengukur penurunan temperatur dalam perangkat termoakustik, Titik titik yang akan di ukur yaitu: temperatur lingkungan, temperatur kedua ujung stack. Pengukuran suhu ini di lakukan dengan menggunakan software Phywe measure 4TM. Termokopel yang digunakan adalah termokopel jenis k yang dihubungkan dengan data logger yang dapat dihubungkan dengan computer, sehingga perubahan suhu setiap detiknya akan dicatat pada komputer.
D. Hasil Penelitian Resonator akrilik Untuk setiap set data dilakukan pengulangan dua kali pada suhu lingkungan yang relatif sama. Hal ini dilakukan dengan selang waktu 30 menit diantar kedua pengujian. Hasil kedua pengujian yang pada awalnya sama, namun terjadi perbedaan signifikan pada menit kedua. Perbedaan suhu yang signifikan terjadi dalam 4 menit pertama selanjutnya perbedaan suhu terus meningkat stabil. Pada penggunaan resonator material akrilik, terjadi perbedaan suhu sisi panas dan dingin sebesar 4,8 oC dengan penurunan suhu sisi dingin sebesar 1,5 o C. Sedangkan pada penggunaan resonator material bambu, terjadi perbedaan suhu sisi panas dan dingin sebesar 6,1oC dengan penurunan suhu sisi dingin sebesar 1oC. Perbedaan suhu yang dihasilkan menggunakan resonator bambu pada penelitian ini lebih besar menunjukkan fenomena yang sama seperti penggunan resonator akrilik [5].
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Awal Penelitian Data penelitian diambil dengan variasi bahan resonator. Prosedur pengujian sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan untuk lebih menjamin keakuratan data yang direkam. Sebelum melaksanakan pengujian kinerja termal pada perangkat pendingin termoakustik, beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya waktu pengujian, pengaturan suhu lingkungan, penempatan termokopel serta kesesuaian teori dasar yang diaplikasikan dalam set-up eksperimen. B. Dimensi resonator Resonator berdiameter 5cm dengan panjang 70 cm dipilih untuk digunakan pada pengujian perangkat pendingin termoakustik berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, pencapaian perbedaan suhu ujung-ujung stack yang ditunjukkan pada Gambar 4.1[3]. Dua resonator dengan panjang yang sama yaitu 40 cm dengan diameter berbeda, yaitu 3,6 cm dan 5,4 cm diuji dengan dengan input tegangan yang sama dan kedua resonator bekerja pada frekuensi resonansinya. Panjang, ketebalan dan posisi tengah stack pada kedua resonator masing-masing yaitu 6 cm, 0,15 mm dan 8,3 cm.
96
Proseding Seminar Nasional Rekayasa (SNTR) II Tahun 2015 the Acoustical Society of America, vol. 123, issue 5, p. 3546, 2008. [9] T. J. Hofler, “Thermoacoustic refrigerator design and performance ”, PhD thesis, Physics department, University of California, San Diego, 1986.
Gambar 6. Perbedaan suhu yang terjadi pada kedua ujung stack dengan resonator material bambu dan akrilik, hasil penelitian
V.
KESIMPULAN Berdasarkan pengujian yang tlah dilakukan dapat disimpulkan: • Penggunaan material resonator akrilik menunjukkan perbedaan suhu di kedua ujung stack sebesar 4,8 oC. • Penggunaan material resonator bambu menunjukkan perbedaan suhu di kedua ujung stack sebesar 6,1oC. • Potensi laju pendinginan pada resonator bambu lebih baik berdasarkan perbedaan suhu yang terjadi pada kedua ujung stack.
BIODATA PENULIS Dinni Agustina,S.T,MT, adalah staf pengajar pada Jurusan Teknik Mesin Universitas Syiah Kuala sejak tahun 1997. Mendapatkan gelar Magister Teknik Mesin di bidang keahlian Perpindahan Panas dari Universitas Indonesia. Selain mengajar dan membimbing mahasiswa, juga aktif pada penelitian dalam lingkup bidang ilmu perpindahan panas dan mekanika fluida
PENGHARGAAN Ucapan terima kasih kepada Fadhlul Hadi member Lab. Rekayasa Thermal atas pengolahan data penulisan makalah ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA [1]
[2] [3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
C. Moore, “Climate Change Legislation: Current Developments and Emerging Trends”, Handbook of Climate Change Mitigation, Springer US, pp 43 – 87, 2012 Gregory W Swift, "Thermoacoustic", Springer Handbook of Accoustic, pp 239 -254, 2007 Dinni Agustina, “ Kinerja sistem pendingin termoakustik dengan variasi geometri stack dan rasio penggerak”, Tesis, Universitas Indonesia, 2013. Nandy Putra and Dinni Agustina “ Influence of stack plate thickness and voltage input on the performance of loudspeaker-driven thermoacoustic refrigerator”, Journal of Physics, Vol 423, 2013. Hartulistiyoso, E dkk., “Potensi Penggunaan Bambu sebagai Tabung Resonator Thermoacoustics Refrigeration,” Jurnal Keteknikan Pertanian Vol.27, No.2, Oktober 2013. D. Rossing, Thomas, " Introduction to Accoustics", Springer Handbook of Acoustic, page 5-15, 2007. Syeda Humaira Tasnim et.al, "Brinkman– Forchheimer modeling for porous media thermoacoustic system," International Journal of Heat and Mass Transfer 54 , 3811–3821, 2011 Ghorbanian, Kaveh; Hosseini, Hemed; Jafargholi, Mahmoud, “Design road-map for thermoacoustic refrigerators”, The Journal of
97