Daftar Isi Te n tang
Migrant CARE AWARD
P ro f i l e
Yanti Muchtar Sebagai Pioner Gerakan Advokasi Buruh Migran Perempuan (1962 – 2015)
Ke san
Para Sahabat Yanti Muchtar - Yuniyanti Chuzaifah - Wahyu Susilo - Anis Hidayah - Misiyah - Kamala Chandra Kirana - Eva Kusuma Sundari - Edriana Nurdin - Riwanto Tirtosudarmo - Tati Krisnawaty - Damairia Pakapahan - Indri Sembadra - Iva Hasanah - Kasmiati - Veronica Indriani - Sita Aripurnami
Migrant CARE Award Migrant CARE Award adalah bentuk apresiasi yang diberikan oleh Migrant CARE kepada personal atau lembaga yang memiliki komitmen dan kontribusi nyata dalam perlindungan buruh migran. Migrant CARE Award pertama diberikan kepada Presiden Gus Dur pada 18 Desember 2010, karena dinilai telah banyak memberi pelajaran kepada bangsa ini bagaimana semestinya melindungi buruh migran yang teraniaya ketika banyak di antara kita melupakan makna perlindungan bagi mereka. Baginya, perlindungan terhadap buruh migran tak cukup dengan retorika di media massa, sementara sistem yang dibangun sama sekali tidak mencerminkan perlindungan itu sendiri. Baginya, harus ada tindakan nyata yang benar-benar mampu menjelaskan makna perlindungan bagi buruh migran. Dan semua itu telah dibuktikannya dengan sangat nyata, baik semasa menjadi kepala negara maupun�������������������������� �������������������������������� tatkala kekuasaan itu sudah tidak ada di tangannya.�������������������������������������� Gus Dur adalah����������������������� sosok yang mampu menembus dinding keangkuhan Arab Saudi yang berlindung di balik Islam dan hukuman matinya. Gus Dur mampu menjebol dengan diplomasi tingkat tingginya. Tahun ini, Migrant CARE kembali memberikan penghargaan kepada sosok aktifis perempuan yang hingga akhir hayatnya mendedikasikan hidupnya untuk pemenuhan hak-hak perempuan, termasuk buruh migran. Darmiyanti Muchtar, seorang aktivis perempuan pionir gerakan advokasi buruh migran (PRT Migran) sejak akhir dekade 1980-an dan merupakan salah satu inisiator kampanye ratifikasi Konvensi Internasional untuk Perlindungan Hak-hak Buruh Migran dan Anggota Keluarganya sejak tahun 1995 dan konsisten menggunakan perspektif feminis untuk mengkaji dan merumuskan langkah-langkah pemajuan buruh migran, terutama PRT migran Indonesia.
1
Yanti Muchtar Sebagai Pioner Gerakan Advokasi Buruh Migran Perempuan (1962 – 2015)
2
Lahir pada 16 Juni 1962, Yanti Muchtar menempuh studi sosiologi di Universitas Indonesia. Mengawali aktifitas penelitian dengan concern isu perempuan di LP3ES. Kepedulian Yanti Muchtar terhadap isu perempuan mulai tercurahkan dalam tulisan-tulisannya tentang pembebasan perempuan. Salah satunya adalah tinjauan kritis hak-hak konsumen dalam perspektif perempuan yang dimuat Jurnal Prisma pada tahun 1989. Pada tahun 1990, di Indonesia dibentuk Solidaritas Perempuan (SP) sebagai pelembagaan permanen dari Kelompok Kerja Solidaritas Perempuan. Organisasi perempuan ini sejak awal pendirian memfokuskan aktivitas pembelaan pada buruh migran perempuan. Sejak awal secara tegas organisasi yang salah satu pendirinya adalah Yanti Muchtar ini menggunakan perspektif feminist sebagai alat analisis memperjuangkan hak-hak buruh migran perempuan (kala itu Solidaritas Perempuan menyebut mereka sebagai perempuan pekerja migran). Penggunaan istilah ini mengandung makna perlawanan karena negara (bahkan hingga saat ini) menyebutnya sebagai tenaga kerja wanita Solidaritas Perempuan bergiat dalam mengorganisir buruh migran di akar rumput, mengadvokasi hak-hak buruh migran dan membongkar praktek-praktek diskriminasi gender, eksploitasi dan kekerasan yang dialami buruh migran, termasuk kasus ancaman hukuman mati terhadap Nasiroh. Di organisasi ini, Yanti bersama Tati Krisnawaty dan rekan-rekannya bergiat dalam kerja-kerja kolektifnya mulai berkampanye mendorong pemerintah Indonesia untuk meratifikasi konvensi Internasional untuk Perlindungan Hak-hak Buruh Migran dan Anggota Keluarganya hingga inisiatif penerjemahan konvensi tersebut. Kampanye tersebut mulai bergulir secara simultan sejak Konferensi Perempuan Sedunia di beijing tahun 1995. Selain aktif di SP, Yanti Mochtar juga bergiat di Forum Setara (jaringan organisasi perempuan di Jakarta) yang berkampanye tentang Hak Ekonomi Perempuan Indonesia dan Perempuan dan Kerja. Di forum ini, Yanti selalu mendorong agar isu buruh migran tidak dikesampingkan organisasi perempuan. Untuk diketahui pada saat itu, isu buruh migran adalah isu baru yang masih marginal.
3
Tak hanya masalah buruh migran, bersama Ati Nurbaiti dan kawankawan mendirikan Kelompok Perempuan untuk Kebebebasan Pers untuk memprotes pembreidelan Tempo, Detik dan Editor, serta penangkapan aktivis dan jurnalis oleh militer. Langkah dukungan untuk kebebasan pers ini dilakukan karena merekalah yang bisa mewartakan kepada publik kondisi rentan yang dialami buruh migran (terutama PRT migran). Pada masa transisi kejatuhan Soeharto, Yanti Muchtar melanjutkan studi lanjut di Murdoch University, Peth dan menulis mengenai dinamika gerakan perempuan. Salah satu temuannya adalah bahwa gerakan perempuan sangat besar kontribusinya dalam membangun gerakan buruh migran dan langkah-langkah advokasinya. Tak lama setelah studi lanjutnya usai, Yanti Mochtar bersama beberapa aktifis perempuan mendirikan KAPAL Perempuan (Lingkaran Pendidikan Alternatif untuk Perempuan) pada tanggal 8 Maret 2000. Tujuan didirikan KAPAL Perempuanu untuk membangun gerakan perempuan dan gerakan sosial yang mampu mewujudkan keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender serta perdamaian di ranah publik dan privat. Pada awal tahun 2004-2005, KAPAL Perempuan dibawah kepemimpinan Yanti Muchtar menginiasiasi advokasi kolaboratif dengan Migrant CARE, SARI, JALA PRT, Rumpun Tjoet Nya’ Dien, Institue For Ecososc Rights dan SBMI yang di beri nama FOKER (Forum Kerja) PRT Migran. KAPAL sebagai organisasi yang leading untuk memberikan penguatan kapasitas kepada organisasi buruh migran, memiliki kontribusi signifikan terhadap lahirnya IFN (Indonesia Family Network), sebuah organisasi PRT Migran di Singapura. Di Singapura, Yanti Muchtar juga berhasil mendorong keterlibatan mahasiswa dan akademisi Indonesia yang sedang belajar dan mengajar di Singapura untuk menjadi support group bagi aktivitas gerakan PRT migran di Singapura. Bersama FOKER PRT Migran, Yanti Muchtar mendorong pendekatan multipihak dalam advokasi buruh migran, dengan pendekatan feminist. Advokasi ini memperkuat arah gerakan PRT migran melalui training Arah gerakan dengan memperkuat perspektif aktivis penggerak hakhak migran dengan mengembangkan training feminisme. Pada tahun 2006, Yanti Muchtar mengembangkan modul pendidikan pra-migrasi berbasis HAM dan keadilan gender untuk PRT Migran.
4
Pendidikan pra pemberangkatan berbasis gender dan HAM merupakan salah satu strategi pencegahan kekerasan terhadap PRT migran. Selama ini calon PRT migran tidak mendapatkan training pra migrasi yang berkualitas dan konstektual yang dapat menguatkan pemahamannya tentang hak-hak dan meningkatkan posisi tawarnya sebagai upaya pencegahan terhadap kekerasan. Yanti Muchtar juga mengembangkan model pendidikan perempuan melalui pendidikan feminis bagi para aktifis Perempuan terutama di wilayah – wilayah sulit, perempuan dari grassroot di kalangan buruh pabrik, Pekerja Rumah Tangga (dalam dan migran) , korban bencana, konflik, perusakan lingkungan, pertania, dan lain lain. Isu migran mendapat tempat khusus pada dirinya, khususnya berkontribusi dalam membangun arah gerakan buruh migran dengan perspektif feminis, melalui gerakan Pekera Rumah Tangga Migran. Hingga tahun 2015, Yanti Muchtar masih aktif melakukan kampanye ratifikasi konvensi ILO 189 tentang kerja layak bagi PRT dan mendorong pengesahan RUU PRT. Kontribusi Yanti Muchtar juga nyata dalam menyatukan gerakan PRT dalam negeri dengan migran dlm isu buruh migran hingga menemukan perempuan pekerja migran (PRT migran). Apa yang dikembangkan ini menuju impian akan adanya sebuah Resource Center bagi perempuan dari kalangan apapun untuk menumbuhsuburkan komunitas – komunitas belajar perempuan (learning community), mewadahi perempuan untuk berbagi dan membangun pengetahuan baru. Atas kontribusi, dedikasi, dan keteladanannya, tahun ini Migrant CARE memberikan Migrant CARE Award kepada alm. Darmiyanti Muchtar sebagai pioner gerakan advokasi buruh migran di Indonesia. Semoga jejak langkah dan semangat Yanti Muchtar untuk selalu memperjuangkan pemenuhan hak-hak kelompok marjinal, perempuan, tak terkecuali buruh migran Indonesia dan anggota keluarganya, senantiasa menginspirasi setiap langkah kita di masa yang akan datang.
5
Kesan Para Sahabat Yanti Muchtar
Yuniyanti Chuzaifah Yanti Muchtar adalah salah satu ideolog gerakan perempuan yang berjuang mengembalikan hak perempuan untuk berorganisasi melalui analisis teoritik, sejarah dan percakapan mengakar dengan perempuan. Melalui kerja kolektifnya, berusaha membuka ruang perempuan akar rumput untuk berorganisasi, termasuk buruh migran maupun organisasi yang bergerak untuk isu migran. Perannya kuat dalam membangun etos gerakan, terjemahkan feminisme berbasis konteks dan isu, dan tegas dalam merawat konsistensi dan integritas dalam tubuh gerakan perempuan.
6
Wahyu Susilo Ketajaman analisis mengupas masalah buruh migran dari sudut pandang feminist, Yanti Muchtar mampu memperlihatkan wajah buruh migran Indonesia adalah wajah kerentanan perempuan Indonesia. Perempuan yang “diliyankan” dalam kebijakan dan perlakuan.
Anis Hidayah Yanti Muchtar adalah ideolog feminisme dalam gerakan buruh migran. Dia guru saya. Perspektif feminisme sebagai cara pandang, membongkar dan meyakinkan kita semua bahwa persoalan buruh migran adalah persoalan ketidakadilan gender sejak dalam pikiran pembuat kebijakan. Hal ini menjadi gamblang bagaimana persoalan ini seolah langgeng, karena tidak satupun kebijakan migrasi yang kita miliki berperspektif adil gender.
7
Misiyah Yanti Muchtar mendedikasikan hidupnya untuk selalu “Bergerak dan Mengubah” dengan harapan perempuan terutama dari akar rumput mendapatkan keadilan dan kesetaraan. Gerakan perempuan menjadi pilihannya untuk melakukan perubahan sosial. Sikap politiknya adalah bekerja dan berkarya diluar kekuasaan politik formal, melakukan perubahan dengan memperkuat masyarakat sipil mengembangkan pemikiran kritis perempuan. Pemikiran kritis dengan perspektif feminisme dan pluralisme diletakkan sebagai kunci untuk merebut otonomi perempuan, meningkatkan ���������������������������������������������������� leadership perempuan sehingga mampu keluar dari masalah-masalah di ranah publik dan privat. Yanti Muchtar adalah salah satu guru yang menggabungkan pengalaman praktis dengan kemapuan intelektual. Seorang kawan seperjuangan yang gigih, konsisten tak pernah menyerah, sebagai sahabat yang penuh kasih dan empati, menebarkan persaudaraan perempuan (sisterhood) dengan berbagai bentuk. Terima kasih untukmu, peluk dalam kedamaian.
Kamala Chandra Kirana Kesetaraan dan keadilan adalah perisai perjuangan yang tidak pernah Yanti tanggalkan dimana pun ia berada bahkan sedetik pun. Kesetiaan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip perjuangan adalah pijakan berdiri yang tak tergoyahkan bagi Yanti. Kepemimpinan Yanti adalah teladan bagi kita semua: berjalan di samping semua orang yang hak-haknya ia perjuangkan setiap hari.
8
Eva Kusuma Sundari Yanti Muchtar itu seniorku dalam gerakan perempuan, saya yang nasionalis cocok dengan framework Yanti yang memilih aliran feminis sosialis. Dialektik antara analisis struktur dan penguatan kultur berupa pendidikan komunitas perempuan membuat posisinya unik dalam gerakan perempuan Indonesia. Diskursus yang dibangun berlandaskan basis relaitas di kerja pendampingan-pendampingan. Yanti dan kawankawan KAPAL Perempuan. Dia pejuang, dan itu ditunjukkan di saatsaat akhir hidupnya yang mengajarkan bahwa penyakit tidak menghentikannya untuk berpikir dan bekerja. Selamat jalan kawan Yanti, Engkau isnpirasi kami.
Edriana Nurdin Yanti sangat konsisten dengan prinsipnya yang tidak mau kompromi dalam menyikapi kekerasan terhadap perempuan. Yanti adalah figur perjuangan alternatif pendidikan bagi perempuan. Pendidikan kritis bagi perempuan merupakan suatu keharusan kata Yanti.
9
Riwanto Tirtosudarmo Yanti Muchtar merupakan generasi aktifis yang ikut berjuang untuk kesetaraan gender ketika represi politik terhadap kebebasan berpendapat rezim Soeharto Orde Baru masih sangat kuat. Kepergiannya terasa mendadak dan merupakan kehilangan besar bagi gerakan masyarakat sipil, khususnya gerakan perempuanyang meskipun semakin mendapatkan ruang di masa pasca Soeharto ini namun masih jauh dari apa yang kita cita-citakan bersama.
Tati Krisnawaty Sekitar tahun 1993, funding agency menolak proposal Solidaritas Perempuan untuk kegiatan pengorganisasian buruh migran dan menyatakan SP mengganti kegiatannya untuk buruh pabrik di dalam negeri dengan alasan teori untuk masalah buruh migran belum ada. Kami tidak ikuti saran funding agency. Yanti yang mulai bergabung intens dengan SP saat itu meneguhkan pilihan untuk terus melakukan kegiatan pengorganisasian buruh migran meski tak punya dukungan dana. Seingatku Yanti bilang begini: “Terus aja Ti...ngapain funding ngatur-ngatur pilihan kerja SP”.
10
Damairia Pakpahan Yanti Muchtar adalah feminis yang kekeh untuk memastikan buruh migran adalah ���������������������������������������������������������� pekerja rumah tangga perempuan yang berwajah perempuan akibat feminisasi kemiskinan di pedesaan. Inilah yang diadvokasi Yanti.
Indri Sembadra Mba Yanti Muchtar adalah aktifis perempuan yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk memperjuangkan pemenuhan hak perempuan dan kelompok marjinal dengan mengembangkan isu feminisme, plularisme dan pendidikan alternatif di tengah masyarakat Indonesia yang terkotakkotakkan. Mba Yanti sangat concern dalam mendorong organisasi dan jaringan untuk memperjuangkan hak bagi Pekerja Rumah Tangga dan mengembangkan modul-modul pendidikan pra migrasi berbasis HAM dan berperspektif gender untuk PRT Migran. Mba Yanti adalah guru, sahabat, dan orang tua yang berkomitmen untuk menciptakan keadilan dan menjadi inspirasi bagi kami. Kami akan melanjutkan perjuanganmu mbak...
11
Iva Hasanah Mba Yanti Muchtar adalah sosok aktifis perempuan yang meyakinkan saya bahwa kepemimpinan perempuan tidak mudah diwujudkan jika para perempuan tidak disadarkan atas ketertindasan yang dialami. Pendidikan kritis feminis menurut adalah pendidikan untuk melawan penundukan. Kepemimpinan perempuan menurutnya tidak hanya mendorong perempuan menjadi pemimpin di publik, pai perempuan harus punya otonomi terhadap dirinya sendiri.
Kasmiati Mbak Yanti sosok yang sangat pas mendapatkan Award dari Migran Care. Karena sejak awal saya berkenalan dengan almarhum, dia sedang getol-getolnya memperjuangkan perlindungan buruh migran perempuan bersama SP. Selain itu pandangan dia tentang perlindungan, pembebasan dan kemerdekaan perempuan bersifat “harus” dan itu adalah tugas negara terhadap setiap warga negaranya termasuk terhadap buruh migran perempuan. Jadi Award ni sangat pas buat almarhum mbak Yanti.
Veronica Indriani Kontribusi mbak Yanti dalam gerakan perempuan dan Pekerja Rumah Tangga Migran bahwa perempuan harus berkelompok atau berorganisasi untuk bersama-sama memperjuangkan hak-haknya.
12
Sita Aripurnami Yanti Muchtar dikenal sebagai seorang kawan yang sangat kuat pendiriannya. Dirinya tidak akan goyah dan akan tetap berpegang pada apa yang diyakininya. Awal perkenalan saya dengan Yanti adalah ketika pada suatu waktu di awal tahun 90-an, Yanti ketika itu aktif dengan Solidaritas Perempuan, mengundang saya untuk bicara dalam sebuah pelatihan feminis di Pondok Bambu, Jakarta. Perjumpaan itu tidak pernah akan saya lupakan, karena Yanti dengan kritis men-challenge saya mengenai sebuah pernyataan yang saya buat tentang kemungkinan seorang pengambil keputusan di pemerintahan juga dapat menjadi seorang feminis. Saat itu, perjuangan aktivis perempuan adalah bekerja melawan penindasan perempuan di dalam konteks pemerintahan orde baru, sehingga tidak masuk atau terbayang bagi aktivis perempuan bahwa wakil pemerintah bisa menjadi seorang feminis. Namun, ketika disampaikan bahwa selama orang tersebut apapun latar belakangnya bekerja untuk memperbesar ruang partisipasi perempuan dan memampukan mereka untuk merepresentasikan kelompoknya, membuka akses dan kontrol atas sumber daya, maka orang tersebut dapat dikatakan seorang feminis. Pertemuan awal ini kemudian berlanjut dan saya pun diundang kembali pada kegiatan-kegiatan selanjutnya dari organisasi Yanti. Dan, sejak itu kami menjadi teman baik. Saya juga ingat dengan jelas ketika saya dan Yanti diminta utk memfasilitasi terbentuknya Forum tentang buruh migran oleh sebuah lembaga internasional. Sejak saat itu pula, Yanti menindaklanjuti kegiatan tersebut dan aktif membantu pekerja rumah tangga migran. Yanti, bahkan membentuk wadah bagi para migran di Singapura. Yanti teman aktivis yang teguh pendirian, kritis dan berani mengungkapkan pendapat serta giat bekerja membantu para pekerja rumah tangga migran hingga ke Singapura...adalah seorang aktivis yang patut menerima penghargaan ini.
13