Edisi AGUSTUS 2014
DAFTAR ISI PEMIMPIN UMUM Hanny Setiawan TIM AHLI Erie Setiawan Toni Maryana Oriana Tio Parahita N. Satriyo Wibowo Budi Pasadena Yesaya Whisnu Wardhana Yusak Ferianto Tommy Yedija Luwis CREATIVE DESIGNER Mawar Oky KONTRIBUTOR Nabila Inaya Janati
03 07 12
KONTAK IKLAN Kezia Yenny KRITIK DAN SARAN
[email protected] Telepon (0271) 622345
16
EDITORIAL
Musik Pop, Budaya Populer, dan Revolusi Mental PENDIDIKAN
Cyber Teaching SOSOK
Agnez Mo, Tokoh Budaya Populer Indonesia Yang Cukup Berpengaruh LIPUTAN
Identitas Budaya Indonesia Di Tengah-Tengah Budaya Populer BUDAYA
21
Teknologi dalam Budaya Popular: Duel Kebutuhan dan Keinginan
25
TEKNOLOGI
29
Hack Arduino Uno Menjadi Perangkat “semacam” Makey Makey TUTORIAL
Pengenalan Sibelius
COMPUSICIAN MAGAZINE
EDITORIAL
Musik Pop, Budaya Populer, dan Revolusi Mental [ Hanny Setiawan ] Bagaimana revolusi teknologi menyelamatkan Idealisme
S
eruan presiden terpilih Indonesia 2014, Joko Widodo, untuk perlunya sebuah revolusi mental perlu ditanggapi pelaku-pelaku seni dan budaya. Dan ini termasuk para artis yang berkecimpung di musik pop yang terkadang di artikan sebagai musik gampangan, murahan, dan cuma sesaat. Musik pop dikenal sebagai salah satu bahan utama pembentuk budaya populer. Definisi sederhana budaya populer dalam konteks ini adalah budaya kekinian yang didorong oleh industri. Karena didorong industri yang orientasi profit, keinginan pendengar tentunya menjadi pendorong utama lahirnya sebuah karya. Bagaimana keluar dari lingkaran setan profit dan idealisme adalah tantangan bagi arti-artis musik pop supaya bisa ikut serta membangun budaya populer yang pada akhirnya berkontribusi kepada revolusi mental.
Pelajaran dari Pilpres 2014 Konser 2 Jari Jokowi yang digawangi grup musik Slank akan terus menjadi sejarah. Bukan hanya karena kuantitas pendukung yang memadati Gelora Bung Karno, tetapi juga karena konser tersebut membuktikan bahwa “artis” dan “budayawan” mampu mempengaruhi jalannya sejarah sebuah bangsa. Tidak hanya itu, ketika Sherina membuat status di twitter dengan hashtag #AkhirnyaMemilihJokowi membuat sebuah viral movement di media sosial artis-artis yang followernya masing-masing jutaan untuk mengikuti jejak Sherina. Masih belum lagi tercatat Addie MS dan Glend Fredly yang sangat aktif mendukung Jokowi. Ataupun artis pop rohani kristen Sari Simorangkir yang dengan terbuka juga mendukung, membuat fenomena-fenomena sosial yang harus dicermati. Para politikus yang membutuhkan dukungan sosial tidak bisa menganggap enteng lagi kehadiran artis-artis budaya pop ini.
03
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
EDITORIAL
;Kiprah para artis ini tentunya diharapkan tidak hanya berhenti dengan mendukung Jokowi menjadi presiden, tapi lebih dari itu membuat karya-karya yang mampu mendukung program strategis Jokowi, revolusi mental. Revolusi Mental, Sebuah Revolusi Budaya Tanpa Darah Definisi revolusi mental dari sudut sosial budaya adalah revolusi budaya yang tanpa darah. Cultural Revolution (Revolusi Budaya) yang pernah dilakukan Mao Zedong di China 19661976 sangat berdarah dan menimbulkan trauma bangsa sampai hari ini. Yang hendak di capai dengan revolusi mental pada dasarnya adalah sama dengan revolusi
budaya. Dengan bonus demograsi 2025 dalam 10 tahu kedepan Indonesia akan dikuasai oleh generasi muda. 60-70% rakyat Indonesia adalah orang-orang muda yang sangat dekat dengat budaya populer. Jadi boleh dikatakan merubah mental bangsa ini dimulai dari merubah mental anak-anak muda bangsa ini. Kadang dikatakan bahwa generasi muda adalah suku terbesar di dunia. Karena pemuda di seluruh dunia seakan-akan suku bangsa tersendiri, mereka memiliki bahasa, kebiasaan, dan aturan-aturan tersendiri yang bisa dikategorikan sebuah suku bangsa tersendiri. Sangat menarik bukan?
Revolusi Teknologi dan Idealisme Karya Untuk dapat mengikuti revolusi mental, idealisme dalam karya harus tetap dipegang. Di lain sisi, perlu dicermati bagaimana revolusi teknologi sudah berkembang sedemikan rupa. Dan bukan hanya hadrware, tapi revolusi software membuat teknologi semakin menjadi “tongkat ajaib” dalam peradaban manusia. Disisi braniware (orang) perlu direvolusi, sementara dari sudut aplikasi (sofware) sudah terjadi revolusi. Dalam sejarah peradaban manusia, teknologi hadir untuk membantu manusia menghadapi hidup. Pertama-tama untuk survival, tapi kemudian teknologi hadir dan menciptakan kebutuhan yang baru yang sudah semakin jauh dari kebutuhan primer.
04
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
EDITORIAL
Kecepatan perubahan mental yang lebih lamban dari perubahan teknologi adalah tantangan manusia yang paling utama. Manusia harus jadi tuan dari teknologi, atau teknologi yang akan menjadi tuan manusia. Revolusi teknologi yang sudah merubah industri musik dunia, seharusnya dapat menjadi tongkat ajaib para artis untuk tetap dalam idealismenya. Mengapa? Bayangkan artis-artis jaman musik digital sebenarnya mampu memproduksi dan mendistribusikan sendiri karya-karya idealisnya
tanpa harus di jajah oleh label-label yang kapitalis. Teknologi memberi kesempatan para artis untuk membangun konstituennya sendiri bagaikan ulama yang berdakwah dan memiliki pengikutnya sendiri. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah para artis ini mau dengan setia “menggembalakan” para followernya ini dengan cara mengedukasi mereka dengan karya-karya yang estetis sekaligus idealis.
”
Sebagaimana disebutkan bahwa seniman tak bedanya dengan ulama yang memiliki tugas mulia untuk mewartakan pesan kebenaran, kebaikan dan kebajikan dalam hidup. Justru dari sinilah letak tanggungjawab seniman untuk tetap menempatkan nilai estetika sebagai hal perlu mendapat pertimbangan dalam berkarya. Karena di sini seni sebagai ekspresi perasaan dan pikiran tidak hanya sebatas menjadi pengalaman personal sang seniman, tetapi juga mengarungi alam perasaan, pikiran, dan alam kesadaran pendengarnya, penikmatnya . (Alex Palit, anggota Forum Apresiasi Musik Indonesia)
05
Edisi AGUSTUS 2014
TELAH HADIR DI INDONESIA
a t n o c
n o s r e p t c
COMPUSICIAN MAGAZINE
PENDIDIKAN
Cyber Teaching [ Satriyo Wibowo ]
H
al yang paling mutakhir pada masa sekarang ini adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran Maya, yaitu proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin populer saat ini ialah elearning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media Teknologi Komunikasi dan Informasi khususnya Internet. Cukup menarik jika membahas tentang budaya “cyber teaching” dalam dunia pendidikan yang sekarang ini sangat pesat perkembangannya, bahkan kalau kita berbicara tentang budaya digital pasti tidak akan ada habis-habisnya. Banyak yang bisa kita amati mulai dari kapan era digital ini ada, dan tentang perkembangan yang semakin lama semakin mutakhir adanya. E-learning sendiri pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruction ) dan ko m p u t e r b e r n a m a P L ATO. S e j a k i t u ,
perkembangan E-learning dari masa ke masa sangat begitu cepat (1990). Menurut Rosenberg (2001), e-learning merupakan satu penggunaan Tekonologi Internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria, yaitu: a. E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau Informasi. b. Pengiriman sampai kepengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi Internet yang standar. c. Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. Sejalan dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi itu sendiri pengertian e-learning menjadi lebih luas yaitu pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satellite atau komputer.
07
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
PENDIDIKAN
Robin Paul Ajjelo juga mengemukakan secara ilustratif bahwa di masa-masa anak-anak sekolah bukan lagi membawa buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa : a. Komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau di dengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara. b. Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode security untuk masuk rumah, kalkulator dan sebagainya. c. Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV. d. Alat-alat musik. e. Alat-alat olahraga. Yang mana ini semua sudah mulai menjadi budaya yang sedang dan bahkan sudah mulai dibangun, dimana semua masyarakat mengarah ke kehidupan budaya digital.
”
Menurut “Raymond Williams” “Budaya mengacu kepada suatu proses umum perkembangan intelektual, spiritual, dan estetika. Rumusan ini mengacu pada perkembangan kebudayaan Eropa (Barat) yang menonjolkan faktor kreativitas para pemikir, filsuf, seniman, dan tokoh-tokoh besar lainnya. Budaya merujuk pada karya dan praktik intelektual, terutama aktivitas artistik.”
Budaya digital pada dunia pendidikan yaitu bagaimana seorang pendidik atau peserta didik dapat belajar dan mencari pengetahuan dengan bantuan menggunakan media digital. Kemajuan teknologi pendidikan yang sangat pesat telah membuat suatu kebudayaan baru yang disebut Digital Culture atau kebudayaan di dunia digital. Hadirnya ragam method dan gadget telah menciptakan suatu wadah baru bagi pendidikan untuk lebih innovative, creative dan revolusi hingga proses dalam mendidik dimudahkan dan peserta didik mendapat pengetahuan serta bisa mandiri dalam belajar. UNESCO melalui “The International Commission on Education for the Twenty First Century” dalam menghadapi abad ke-21 mereka m e re ko m e n d a s i k a n Pe n d i d i k a n y a n g berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran, yaitu : 1. Learning to know (belajar untuk menguasai pengetahuan) 2. learning to do (belajar untuk mengetahui keterampilan) 3. learning to be (belajar untuk mengembangkan diri), dan 4. Learningto live together (belajar untuk hidup bermasyarakat) Untuk dapat mewujudkan empat pilar pendidikan di era globalisasi informasi sekarang ini, para guru sebagai agen pembelajaran perlu menguasai dan menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran. Sehingga guru-guru perlu adanya pengembangan diri untuk mengikuti era “cyber teaching” dan jangan sampai ketinggalan.
Masih menurut Williams, budaya juga bisa berarti pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode, atau kelompok tertentu. Dalam definisi ini, budaya tidak lagi terbatas pada faktor intelektual dan estetisnya saja, tetapi mencakup juga perkembangan dinamika kemasyarakatan lainnya seperti hiburan, olahraga, dan sebagainya yang lebih bersifat profan.
08
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
PENDIDIKAN
Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail dan lain sebagainya. Interaksi antar guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka dan juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Seperti yang sudah di lakukan oleh beberapa sekolah di negera Amerika dimana mereka menggunakan media online seperti twitter untuk berdiskusi dan mencari berita atau bahan ajar dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak hanya itu siswa dan guru bahkan bisa mendapat materi dalam menggunakan “cyber teaching” tidak terbatas banyaknnya pengetahuan didalamnya. Dengan begitu siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber media cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Dan guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa, hanya melalui email guru dapat menerima hasil kerja dari siswa-siswinya. Hal itu menunjukkan bahwa gejala kelengkapan anak sekolah dimasa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa Internet sebagai alat bantu belajar. “Cyber teaching” sebagai sebuah proses, teknologi pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi pendidikan bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan, melaksanakan, menilai dan mengelola
pemecahan masalah tersebut yang mencakup semua aspek belajar manusia (AECT, 1977), Sejalan dengan hal tersebut, maka lahirnya Teknologi Pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu atau kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan serius yang masih dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah masalah Kualitas tertentu saja, ini dapat dipecahkan melalui pendekatan Teknologi Pendidikan. Teknologi pembelajaran terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan zaman. Dalam pelaksanaan pembelajaran seharihari kita sering jumpai adanya pemanfaatan dari perkembangan Teknologi dalam dunia pendidikan, seperti yang sering dilakukan oleh guru atau dosen yaitu mengkombinasikan alat teknologi dalam peroses pembelajaran. Internet merupakan salah satu alat komunikasi yang murah dimana memungkinkan terjadinya interaksi antara dua orang atau lebih. Kemampuan dan karakteristik internet memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar jarak jauh (E-learning) menjadi lebih efektif dan efisien sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal. Namun demikian, dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak boleh lupa bahwa Teknologi itu tidak hanya mendatangkan manfaat positif, melainkan juga akan dapat mendatangkan dampak negatif, inilah yang harus tetap kita waspadai.
09
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
PENDIDIKAN
;Sebagai seorang manusia kita juga harus bijaksana dalam menyingkapi hal ini, sehingga mampu memanfaatkan teknologi dengan benar, terarah, dan jangan sampai menjadi ketergantungan. Mengingat dimana saat sekarang ini sering kita jumpai dimana-mana banyak para pelajar dan mahasiswa yang sering menggunakan fasilitas Teknologi tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga hal ini dapat mendatangkan dampak yang negatif. Jadi penggunaan tekonologi dalam cyber teaching membawa peserta didik mengalami acceleration – experiments dan belajar mandiri, sehingga menjadi manusia yang utuh. Maka dalam era globalisasi ini kita berdampingan dengan yang namanya teknologi sehingga kita harus menyadari untuk menggunakannya dan hal ini tidak bisa dipisahkan – yaitu masyarakat hidup dalam digital native.
10
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
SOSOK
Agnez Mo, Tokoh Budaya Populer Indonesia Yang Cukup Berpengaruh [ Yesaya Whisnu ]
A
gnes Monica Muljoto atau sekarang disapa sebagai Agnez Mo yang merupakan identitas barunya setelah merilis album internasionalnya, telah megawali karirnya semenjak dia masih kecil. Lahir di Jakarta, 1 Juli 1986 dari pasangan Ricky Muljoto dan Jenny Siswono ini telah menghasilkan begitu banyak prestasi. Saat menjadi artis cilik, dia sudah memiliki 3 album yang ngehits di era 90an. Sebut saja seperti “Si Meong (1992), “Yess!” (1995) dan “Bala Bala” (1996), album kedua agnes yang berjudul 'Yess!' meraih penghargaan sebagai “Album Anak-Anak Terbaik” pada tahun 2009. Saat menjadi penyanyi cilik pun, Agnes merangkap ketenarannya dengan menjadi MC sebuah acara musik anak-anak “Tralala-Trilili” yang dulu tayang disalah satu stasiun televise swasta, RCTI , kemudian ada VAN (Video Anak Anteve) dan “Diva Romeo” dan berkat itupun Agnes kembali meraih penghargaan “MC anak-
anak favorit” di ajang Panasonic Award selama 2 tahun berturut-turut (1999-2000). Setelah beranjak dewasa, Agnespun kembali melebarkan sayap ke dunia akting dimana beberapa sinetron sudah dia bintangi, seperti Lupus Milenia (1999) bersama Irgi Fahrezi, Pernikahan Dini (2000) bersama Syahrul Gunawan dank arena kemampuan aktingnya membuat dia akhirnya kembali meraih gelar artis favorit di ajang yang sama, Panasonic Award tahun 2001 dan kemudian di tahun 2002 di ajang SCTV Award, Agnes juga meraih penghargaan sebagai 'Aktris Ngetop 2002'. Kemudian di tahun 2003, Agnes kembali membintangi sejumlah judul sinetron seperti “Cewekku Jutek”, “Bunga Perawan”, “Cantik”, dan “Amanda”. Tahun 2005, Agnes kembali membintangi sejumlah judul sinetron seperti “Ku T'lah Jatuh Cinta”, “Pink” dan “Kawin Muda” dan di tahun yang sama, dia memulai karir internasionalnya
12
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
SOSOK
dengan bermain di beberapa judul serial Taiwan, seperti “The Hospital” dimana dia bermain bersama aktor dan penyanyi tenar, Jerry Yan yang juga merupakan salah satu personil F4 dimana tahun 2003, band Taiwan ini membuat gempar para pecinta serial dan musik mandarin di Asia, termasuk Indonesia. Saat beranjak dewasapun, Agnes juga merilis album baru. mulai dari “And the Story Goes”( 2003), “Whaddup A” (2005), “Nez” (2008), “Sacredly Agnezious” (2009) dan Agnez is My Name (2011) dan hebatnya lagi, hampir beberapa lagu di albumnya itu ia tulis sendiri. Tanggal 21 November 2010, Agnes mendapat kehormatan sebagai salah satu pembawa acara " A m e r i c a n M u s i c Aw a rd s 2 0 1 0 " y a n g diselenggarakan di Nokia Theatre, Los Angeles, Amerika Serikat. Di acara tersebut Agnes Monica juga berkesempatan menampilkan suaranya emasnya dengan berduet bersama Christian Chavez. Memasuki tahun 2011, Agnes semakin fokus dengan karir internasionalnya. Ia dikontrak
produser berkualitas asal Amerika, Greg Ogan. Tak hanya itu, Agnes juga didaulat menjadi teman duet penyanyi Amerika, Timbaland. Pelantun lagu "Paralyze" ini menjadi salah satu nominator di ajang bergengsi MTV Europe Awards 2011 dalam kategori World Wide Act Asia Pacific Nominees. September 2011, Agnes diundang Michael Bolton sebagai pasangan duetnya dalam lagu "Said I Loved You... But I Lied". Lagu tersebut direkam dalam album Bolton berjudul "Gems: The Duets Album" dan dirilis di seluruh kawasan Asia. Ia juga merilis video klip untuk lagunya yang berjudul "Rindu" di bulan yang sama. Pencapaian cemerlang Agnes berlanjut di tahun 2012. Akhir Februari 2012, namanya tercatat memenangkan dua kategori dalam ajang Shorty Awards 2012 yaitu The Shorty Vox Populi Award dan Best Actress. Ia juga menjadi nominator kategori Favorite Asian Act pada ajang Nickelodeon Kids Choice Awards 2012. Saat itu Agnes harus kalah dari saingannya Charice, penyanyi asal Filipina. Namun kekalahan tersebut tak berlangsung lama. 30 November Agnes didapuk sebagai Best Asian Artist pada ajang penghargaan musik terbesar di Asia yaitu Mnet Asian Music Awards (MAMA) 2012. Ia juga merilis singlenya "Muda" (Le O Le O) di bulan yang sama. 2013 dibuka Agnes dengan kegiatan di luar negeri. Ia menghadiri Shorty Awards sebagai finalis pada 8 April. Agnes juga hadir di premiere "Oblivion" bersama para tamu undangan termasuk Tom Cruise, Morgan Freeman dan Olga Kurylenko. Sekembalinya ke Tanah Air, Agnes meluncurkan merk parfumnya Agnes REVE EDP pada 1 Juni 2013. Tak hanya itu, ia juga mengumumkan perilisan album "Agnez Mo" versi digital di saat yang sama. Selang dua bulan, 1 Agustus, album yang terdiri dari 10 lagu berbahasa Inggris tersebut dirilis dalam bentuk CD. September 2013 Agnes meluncurkan album internasionalnya kembali. Album yang diberi judul "Coke Bottle" tersebut berhasil menarik perhatian fans Agnes di seluruh dunia.
13
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
SOSOK
Hal itu terbukti dari antusiasme fans di Twitter, #AgnezMoCokeBottle jadi trending topic dunia. Album ini berhasil menempati posisi puncak di Top 50 Trending Jams of the Month di situs Daily New Jams. Ia berhasil mengalahkan penyanyi kelas dunia lainnya seperti Shakira, Chris Brown dan Eminem. Agnes Monica atau Agnez Mo ini merupakan aktris dan penyanyi paling berpengaruh di Indonesia, terbuktui dia memiliki follower Twitter terbesar di Indonesia dimana followernya mencapai lebih dari 13 juta follower dan pada tahun 2006, style rambut Agnez juga menjadi trend yang diikuti oleh para kawula muda di tanah air. Dan di tahun 2013 juga, Agnez Mo menjadi pemegang saham sekaligus Brand Ambassador sebuah produk smartphone asal Malaysia, Ninetology dimana dalam smartphone itu dia membuat semacam aplikasi Agnez Mo App, dimana melalui aplikasi itu, Agnez dapat berinteraksi dengan para fans. Selain di bidang entertainment, Agnez Mo juga dikenal sebagai idola yang memiliki prestasi dalam akademik, hal itu terbukti dimana dia menghabiskan masa SMAnya dalam waktu 2 tahun lewat program akselerasi dan saat melanjutkan ke universitas dan mengambil jurusan Ilmu Politik di Universitas Pelita Harapan (UPH), dia memperoleh IPK 3,7 dan meskipun dia memutuskan untuk mundur karena fokus ke karir Internasionalnya, tidak berarti Agnez tidak peduli dengan pendidikannya, hal itu dia buktikan dengan mengambil program Distance Education di Oregon States University, jurusan Political Science. Sumber :wowkeren.com
14
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
LIPUTAN
Identitas Budaya Indonesia Di Tengah-Tengah Budaya Populer [ Yesaya Whisnu ] Kenyataan atas kompleksitas bentuk dan pengaruh budaya populer dalam kehidupan kita di Indonesia sangatlah menarik untuk dikaji secara mendalam. Bentuk dan pengaruh itu hadir secara tidak kasat mata atau invisibly, atau dengan kata lain tanpa kita sadari (unconsciously) karena begitu lekatnya menempel dan membaur dengan kita. Gaya hidup, produkproduk makanan dan minuman lengkap dengan cara penyajian dan penikmatannya, programprogram televisi, iklan, cara berpolitik, film, seni fotografi, teknologi, musik, dan lain sebagainya, adalah bentuk-bentuk budaya populer yang hadir seolah tanpa kompromi dan kebanyakkan orang seringkali begitu saja menerimanya. Alasan yang sering muncul adalah mengikuti tren atau zaman, sehingga jika tidak bergaya atau memiliki barang tertentu bisa dikatakan tidak mengikuti tren atau zaman . Pengertian budaya populer yang sering dihubung-hubungkan dengan budaya masa
adalah bukti betapa keduanya telah melebur sehingga sulit untuk dibedakan lagi. Meskipun MacDonald lebih menyukai istilah budaya massa, atau Gans dan Lowenthal menyukai istilah budaya populer (Budiman, 2002: 46), yang jelas, seperti yang diungkapkan oleh Strinati, perdebatan itu hanya terletak pada ekstensi istilah budaya populer yang merujuk pada produksi budaya tersebut secara massal melalui teknik-teknik industrial dan ditujukan untuk mendapatkan keuntungan dari konsumen umum secara massal. (2004: 10). Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa istilah budaya populer bisa berkembang menjadi budaya massa apabila telah bersinggungan dengan tangan-tangan industri dan konsumen massa. Di sisi lain, perkembangan budaya populer sendiri boleh dikatakan mengalami perkembangan yang semakin tidak terbendung. Menurut Budiman (op. cit. : 54-56), hal ini disebabkan oleh kekuatan kapitalisme dan media massa yang semakin kuat. Secara nyata, kaitan antara kedua
16
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
LIPUTAN
hal ini sangat erat. Kapitalisme bisa dianggap sebagai salah satu ruang tempat media massa bisa tumbuh dan berkembang hingga pada level tertentu memperkuat hegemoni kapitalisme di dunia. Dalam kaitannya dengan perkembangan budaya populer atau budaya massa, kapitalisme atau sosialisme dan media massa adalah dua pengasuh penting yang membesarkannya, diuntungkan tetapi, paling tidak secara teoritis, boleh jadi dirugikan oleh perkembangannya. Dalam banyak hal, kapitalisme dan media massa telah mendorong terjadinya globalisme budaya populer yang akan sangat mudah dikenali gejalanya dengan munculnya sebuah p e rke m ba n g a n ba ru ke a ra h s e m a k in mengecilnya dunia dalam waktu sebagai hasil perkembangan teknologi, transpor tasi, komunikasi dan informasi, sehingga segala bentuk interaksi antar orang, lalu lintas pesan, peristiwa dan gagasan, antara setiap titik dalam peta dunia bisa dilangsungkan secara radikal lebih cepat daripada masa-masa sebelumnya. Lebih lanjut, tulisan ini akan mencoba mengungkap identitas yang boleh jadi muncul atau tergambarkan dalam musik populer Indonesia dewasa ini. Tidak menutup kemungkinan bahwa identitas itu akan muncul dalam berbagai genre musik, mulai dari pop, pop rock, rock 'n roll, bahkan dangdut sekalipun. Identitas menjadi topik penting untuk dibahas, terutama dalam perkembangan musik populer di Indonesia selama ini karena hal itu tidak hanya
mencerminkan karakteristik musik Indonesia, tetapi juga menjadi cermin perkembangan budaya populer di Indonesia.
”
Selain itu, asumsi bahwa musik populer adalah salah satu produk budaya populer, manakala musik itu bergandengan tangan dengan industri musik dan menjadi budaya massa yang dinikmati oleh konsumen massa, maka akan bisa dilihat identitas tertentu yang terdapat di dalam kemasan musik itu. Itulah sebabnya, tulisan ini memfokuskan kajian pada identitas yang terdapat dalam budaya populer di Indonesia dewasa ini, terutama pada musik populer. Identitas selama ini menjadi topik penting dalam setiap kajian budaya populer. Apapun sesuatu yang dihasilkan, bisa dikatakan semua itu bermuara pada upaya pembentukan bahkan penguatan identitas. Setiap individu tidak ingin lagi dikatakan ”sama” atau ”identik” dengan individu yang lain. Setiap individu merasa berhak untuk berbeda dari individu yang lain. Hal ini bisa dikatakan wajar oleh karena semangat moder-nitas dan posmodernitas yang menghargai setiap ekspresi yang dilakukan oleh individu.
17 19EdisiEdisi AGUSTUS JULI 2014 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
LIPUTAN
Selama ini, orang sering mendefinisikan musik populer sebagai musik yang ”easy-listening”, tidak terlalu membutuhkan pikiran untuk menikmatinya. Musik populer juga diasosiasikan dengan musik yang berhasil menjual banyak kepingan CD dan para artisnya memiliki jumlah fan yang sangat banyak. Oleh karenanya, musik populer dianggap sebagai segala jenis musik yang diciptakan dan dinikmati melalui suasana tertentu sebagai cara untuk mengapresiasi identitasnya yang khas. (Wall, 2003: 2). Identitas di sini barangkali lebih merujuk pada ciri-ciri dari musik populer itu sendiri yang memang khas. Sementara itu, keberadaan musik populer tidak bisa dipisahkan dari institusi yang menopangnya, yakni industri budaya. Menurut Adorno (dalam Strinati, 2004: 59), musik populer yang diproduksi oleh industri budaya didominasi oleh dua proses penting, yakni standardisasi (standardization) dan individualisasi semu (pseudoindividualiation). Standardisasi berarti bahwa lagu-lagu populer menjadi lebih sama dan bagian-bagian dari lagu-lagu tersebut, baitbaitnya, dan chorus-chorusnya bersifat ”interchangeable”. Individualisasi semu menyamarkan proses ini dengan membuat lagu terkesan lebih bervariasi dan berbeda satu sama lain.
proses individualisasi semu, maka sebenarnya dalam proses individualisasi semu itu pun bisa terjadi standardisasi. Jadi tidak hanya individualisasi semu itu yang bisa membedakan sesuatu dari yang lain, tetapi kenyataan bahwa di dalam prosesnya juga terjadi standardisasi perlu diperhatikan. Sebagai kritik terhadap teori Adorno tersebut, Gendron menyebut ”inti” (core) sebagai subjek dari standardisasi, sedangkan ”batas luar ” (peripher y) sebagai subjek individualisasi semu. Sementara itu, perkembangan musik populer di Indonesia pada era 1980-an, menurut Henschkel (1994: 57), cukup signifikan, walaupun pada awalnya masih dipandang rendah karena cenderung tidak autentik, terlalu terpengaruh oleh Barat. Di samping itu, musik populer di Indonesia masih dianggap tidak serius dan belum bisa menyentuh kelas atas, seperti yang diungkapkan oleh Kleden (1977: 3). Tesis ini tentu memerlukan tindak lanjut untuk melihat perkembangan musik populer di Indonesia yang sebenarnya dewasa ini.
;Di lain pihak, berkaitan dengan fungsi kapitalisme dalam proses standaridisasi komoditi, Gendron (dalam ibid., 2004: 64-65) mengibaratkan teori Adorno tentang standarisasi dan individualisasi semu sebagai ”inti” (core) dan ”batas luar” (periphery). Jika dalam proses standardisasi bisa terjadi ”interchangebility” (saling menukar) antarbagian bersamaan dengan
18
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
LIPUTAN
industri budaya memiliki keterkaitan yang erat, bagaikan anak dan orang tua. Lebih dari itu, peran industri budaya sebagai tangan panjang kapitalisme dalam komodifikasi budaya, utamanya musik populer, perlu pula dilihat dari fungsinya yang tidak hanya membawa musisi, artis, dan musik itu sendiri kepada konsumennya, tetapi perlu pula dipandang sebagai mesin pendukung terbentuknya identitas pada musik populer.
Pada akhirnya, penghargaan terhadap musik populer memang tidak hanya terletak dari sisi komersialnya, tetapi juga dari sisi musisi dan konsumen. Seperti yang dikemukakan Frith (1991: 106), produser menjembatani ”gap” antara musik populer dan musik avant garde atau klasik melalui sisi produksi dengan membawa para musisi atau kreator musik kepada konsumen mereka. Kritikus menjembatani keduanya dari sisi keilmuan, yakni mengajarkan para penikmat musik tentang cara mendengarkan dan memandang musik, sekaligus sebagai wakil dari penikmat musik dalam kegiatan apresiasi terhadap musik dan artisnya. Selanjutnya, komodifikasi budaya, terutama yang terjadi pada musik populer, harus dipandang dari tiga unsur penting yang membentuknya, yakni kreator/musisi, produser, dan konsumen, serta serangkaian proses evaluasi terhadap misalnya, musik sebagai seni murni dan seni komersial, seni dan keahlian, seni amatir dan seni profesional, dan sebagainya.
Kesimpulan Perkembangan musik populer di Indonesia selama satu dekade terakhir ini memang menunjukkan perkembangan yang baik. Berbagai genre musik, musisi, dan para artis penyanyi pendatang baru muncul bagaikan cendawan di musim hujan. Di satu sisi, di antara perkembangan baik tersebut, fenomena rilis ulang musik populer masih terus berlangsung. Kenyataan ini tidak hanya semakin menguatkan peran industri budaya terhadap perkembangan musik populer, tetapi juga berpengaruh pada pembentukan identitas dari musik tersebut. Otentisitas yang dibungkus dalam kemasan rilis ulang tersebut membawa pengaruh pada pembentukan identitas musik populer tanah air yang hanya bersifat ”daur ulang”. Hal ini terjadi sejalan dengan sifat budaya populer yang memang ”erratic” atau tidak menentu dan akan terus bergerak secara ”up and down” sesuai zaman. Jika hal ini dianggap wajar, maka proses perkembangan musik populer itu pun akan terus bergerak begitu saja, dan kreatifitas dalam bermusik akan berjalan secara stagnan. Sumber: www.ump.ac.id
Dari pendapat-pendapat di atas, sekiranya bisa disimpulkan bahwa antara musik populer dan
19
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
BUDAYA
Teknologi dalam Budaya Popular: DUEL KEBUTUHAN DAN KEINGINAN [ Erie Setiawan ]
A
merika, dengan kota-kota pusat seperti Chicago, Philadelpia, San Fransisco, Boston, dan terutama New York—khususnya pada paruh kedua abad ke20—menciptakan melting-pot besar yang mengawali apa yang kini disebut pop culture, atau budaya populer. Selebihnya, industri rekaman mendongkrak secara besar-besaran segala image yang mampu disulap menjadi bahan konsumsi massal. Musik hanya salahsatunya, selain fashion. Afro-Amerika, sebagai penyumbang terbesar peletusan apa yang kini juga disebut sebagai musik pop, hingga merembet ke banyak genre lain, menegaskan bahwa musik juga terikat dengan dunia politik. Musik adalah pemantik untuk menuju titik-titik pemersatu, sekaligus pemecah hubungan. Dari yang tadinya hanya blues, lantas kita mengenal free jazz, yang harus bertanding dengan cool jazz, padahal samasama bersumber dari blues. Belum lagi jika kita menyinggung rock, heavy metal, rock and roll, dan seterusnya. Elvis Presley dan Jimi Hendrix mewakili dua rasa yang begitu berbeda.
Populer adalah terma yang mempunyai tujuan yang jelas, sementara musik klasik, jazz, dangdut, keroncong, dan rupa-rupa genre yang lain semuanya selalu ambigu, karena tidak jelas dan tidak universal. Sudah tentu, popular, yang kita tambahkan kata “budaya” di depannya, telah menunjuk kepada sebuah hal penting: masyarakat. Masyarakat yang banyak mencintai satu hal yang sama. Sepuluh jenis derajat lombok yang pedasnya bertingkat, kemudian di sisi lain ada satu orang yang mengatakan “lombok tetap pedas”—adalah sebuah positivisme logis, yang meng-unifikasi suatu fakta. Popular adalah seperti itu. Tidak peduli darimana datangnya sebuah fakta, tetap pada intinya orang bisa menyukai, dan ini massif, lebih dari sekadar sekumpulan RT/RW. Tetapi jutaan, ratusan juta, ratusan milyar, di seluruh dunia. ;Musik dalam budaya popular kemudian bertumbuh dengan terikat oleh ekonomi, politik, ras, gender, kelas, dan seterusnya. Dalam buku “Understanding Society Through Popular
COMPUSICIAN MAGAZINE
BUDAYA
Music” (2009) dijelaskan hal tersebut secara padat. Seperti misalnya selera orang akan musik tidak bisa lahir dari dalam diri sendiri, melainkan digerakkan oleh kekuasaan. Dalam hal ini misalnya televisi, atau radio, atau sekarang menjadi semacam gerakan civil society, dunia internet—masyarakatlah yang menggerakkan sendiri apa maunya, apa kehendaknya, apa keinginannya. Fenomena upload and download sudah menjadi kebiasaan sehari-hari masyarakat. Hak cipta sudah tidak berlaku lagi. Apa menariknya musik masa kini, yang ditopang oleh kekuatan besar teknologi jika kita harus meletakkannya pada budaya popular. Ini memang dua hal yang bersandingan, tetapi sebetulnya berbeda watak, namun bisa sejalan. Apakah bisa mengontrol budaya tanpa sebuah konsesi sosial? Perlunya rapat RT atau RW untuk sebuah kesepakatan pembangunan moral sebuah kampung adalah persinggungan dua hal yang berbeda, namun sama. Yaitu kebudayaan dalam konteks perjuangan derajat kemanusiaan, dan sosial dalam konteks konsesi atau kesepakatan. Budaya popular mengontrol dirinya sendiri, hingga menciptakan apa yang popular juga kita sebut sebagai tren, kemudian itu berkembang menjadi histeria. Ribuan orang berduyun-duyun ke ruang per tunjukan, mengabadikan selera yang seragam. Memujamuja yang mereka idolakan kadang tanpa alasan yang jelas: yang penting suka.
Budaya popular menciptakan apa yang disebut selera. Selera ini akan bisa kita petakan lagi ke berbagai macam lapis. Dan konon menurut para ahli sosiologi, selera akan musik sangat bergantung dari kelas sosial, dari tingkat akalbudi manusia, dan dari lingkungan di mana suatu komunitas bertumbuh untuk menemukan dialektikanya sendiri. Di mana posisi teknologi? Apakah dalam hal ini hanya sesempit kita memandang teknologi sebagai piranti (tools)? Apakah memungkinkan kita memaknai teknologi sebagai daya budi yang sistematis, dan bukan lagi alamiah semata? Siapa yang menciptakan komputer kalau bukan kualitas teknologis dari pikiran manusia? Sampai kapanpun komputer tidak pernah bisa lebih hebat dari manusia, karena manusialah yang menciptakan semua itu. Robot juga tidak akan lebih hebat dari otak kiri dan kanan. Ketika karya gamelan Ki Tjokrowasito dikirim ke planet lain, kita sedang melihat diri kita sendiri di antara bayangbayang: antara yang tidak logis dan logis. Tetapi semua itu mungkin. Manusia yang menciptakan, robot yang menjalankan. Masing-masing punya porsinya, tetapi manusia tetap lebih unggul dari sekadar chip atau konsesi biner dalam sistem digital. Menarik sekali membicarakan (teknologi) musik dalam konteks budaya popular yang sifatnya massif ini. Setidaknya inilah topik yang sering digandrungi para mahasiswa yang sedang belajar ilmu budaya, yang tak bisa lepas dari pembelajaran tentang budaya popular. Gaya hidup Dalam perspektif industri budaya, budaya popular bisa dikatakan sebagai budaya yang lahir atas kehendak media. Kenapa media? Karena “organ” itulah yang mampu secara efektif menyedot perhatian publik luas dalam hitungan waktu yang cepat. Hal ini menciptakan gaya hidup. Dalam seni wayang, yang tadinya
22
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
BUDAYA
“ t u n t u n a n ”, t e l a h b e r g e s e r m e n j a d i “tontonan”—muncul pakeliran padet yang muncul di televisi, hanya dua jam. Orang menonton, bukan lagi mengalami langsung secara realitas. Sebetulnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara gaya hidup menonton orang sekarang dan orang dulu; atau—jika kembali ke definisi gaya hidup yang menurut Kotler (1989) adalah pola hidup seseorang dalam kehidupan seharihari—gaya hidup hanya dipahami sebagai rutinitas, seperti halnya orang terbiasa dengan makan, minum, mandi, berbelanja, dan seterusnya. Semua bebas dalam minat, kegiatan, dan opini.
Secara lebih mengerucut lagi, teknologi musik juga menciptakan gaya hidup mengunduh yang luar biasa deras. Tidak jelas kapan terpakainya plug-in plug-in atau effect-effect yang kita sedot dari internet, yang penting itu dikumpulkan terlebih dahulu karena semua itu mungkin dalam hitungan yang cepat. Kualitas kadang-kadang tidak sebanding dengan kuantitas. Daya kreativitas yang sesungguhnya bisa diperoleh dari pemanfaatan yang tepat atas adanya sumber (materi musik), menjadi tergerogoti oleh hasrat (keinginan) mengkoleksinya tanpa batasan manajemen rohani. Kita makin lupa, bahwa kita saat ini sedang dilanda kecamuk besar: sulit membedakan, mana kebutuhan, dan mana keinginan.
Gaya hidup (life style) juga menciptakan sebuah pola kebutuhan dan keinginan sekaligus. Teknologi musik sebagai life style misalnya, adalah gabungan dari hasrat memiliki (alat komunikasi canggih), dan kebutuhan fungsi sebagai komunikasi. Sekarang ini gadget yang tersebar rupa-rupa bentuk dan harganya di Indonesia mewakili sebuah kecenderungan baru dari pola gabungan tersebut. Kadang-kadang keinginan jauh lebih besar daripada kebutuhan. Masyarakat Indonesia sedang dilanda “jamur” ini secara besar-besaran. Budaya popular memang telah berhasil merubah kecenderungan murni dan alamiah dari diri manusia, menjadi artifisial dan banal.
23
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
TEKNOLOGI
Hack Arduino Uno Menjadi Perangkat “semacam” Makey Makey [ Tony Mariyana ] aat ini banyak sekali proyek – proyek inovatif musik teknologi seperti yang diulas di situs compusiciannews.com yang mengulas tentang proyek kreatif menggunakan perangkat Makey Makey untuk ulasannya bisa di lihat di http://compusiciannews.com/detail.cshtml?idnews=1380#.U99Xs17-v1o
S
yang merubah objek atau benda menjadi touchpad (bantalan sentuh). Ini merupakan alat inovasi sederhana untuk pemula sampai dengan professional untuk melakukan proyek seni, engineering, dan atau diantara kedua duanya. Silahkan kunjungi http://makeymakey.com untuk informasi lebih lanjut.
Makey Makey sebagai perangkat keras sumber terbuka (open source hardware) sebagai alat untuk pengendali (controller) yang mengubah sinyal analog yang dihasilkan dari capacitive sebuah objek atau manusia sebagai konduktor yang diubah menjadi data informasi ASCI sehingga komputer akan mengenalinya sebagai Keyboard. Tulisan ini akan membahas bagaimana cara kerja dasar perangkat Makey Makey dengan menggunakan Arduino Uno sebagai perangkat alternatif membuat “semacam” perangkat Makey Makey.
Apa itu Arduino? Arduino merupakan sebuah perangkat untuk membuat komputer dapat menerima dan mengendalikan objek fisik daripada komputer desktop. Arduino merupakan open-source physical computing platform berbasis papan mikrokontroller sederhana, dan sebuah lingkungan pengembangan (IDE ) untuk menulis software untuk papan arduino.
Apa itu Makey Makey ? Makey makey merupakan kit inovasi abad 21
;Arduino dapat digunakan dan dikembangkan sebagai objek interaktif, mengambil beberapa input dari saklar atau sensor, dan mengendalikan berbagai macam lampu, dynamo, dan output fisik lainnya. Arduino dapat digunakan stand alone,
25
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
TEKNOLOGI
atau dapat berkomunikasi dengan software lainnya (seperti Flash, Processing, MaxMSP). Arduino dapat dibuat atau dirakit secara manual atau membeli yang sudah jadi. Silahkan kunjungi http://arduino.cc
Gambar sirkuit untuk arduino
Perangkat dan alat yang dibutuhkan: - 1 buah Arduino Uno
Arduino Uno R3 (sumber photo http://arduino.cc)
Cara kerja Makey Makey Dua objek capit buaya disambungkan ke papan Makey Makey contohnya, orang dan apel. Ketika kita menyentuh apel secara otomatis kita telah membuat sambungan dan Makey Makey mengirim pesan sebagai keyboard sehingga komputer mnegenalinya sebagai regular keyboard. Program komputer dan halaman web mengenali dan mengambil input keyboard.
- 1 buah resistor 1 M Ohm untuk 1 input analog (anda dapat menambahkah sesuai dengan banyaknya input yang diinginkan maksimal 6 input analog)
- kabel jumper - 1 pasang capit buaya kecil untuk satu input
lustrasi koneksi Makey Makey (sumber photo www.makeymakey.com)
Aplikasi sirkuit di Arduino Dari penjelasan mengenai ilustrasi koneksi Makey makey diatas diterjemahkan kedalam sirkuit di arduino untuk satu input.
- 1 buah laptop/pc
26
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
TEKNOLOGI
Langkah Langkah proses 1) Menyusun rangkaian komponen untuk satu input, contoh disini menggunakan satu input walaupun sebenarnya kita bisa membuat lebih dari satu input. 2) Tambahkan Moving-Avarage-Filter-Arduino-Library--master-3 dan UNOHIDKeyboard-Library ke arduino IDE Tambahkan UNO-HIDKeyboard-Library https://github.com/SFE-Chris/UNOHIDKeyboard-Library dan Moving-AvarageFilter--Arduino-Library https://github.com/sebnil/Moving-AvarageFilter--Arduino-Library- dan ke arduino library . Cara menambahkan Library baru ke arduino lihat petunjuknya disini http://arduino.cc/en/Guide/Libraries 3) Upload file sketch makey_makey_one_input_uno_working.ino dari isi folder Makey-makey-using-arduino-uno-r3Multiple-inputs--master yang telah di unduh sebelumnya. https://github.com/BhavyaShukla/Makeymakey-using-arduino-uno-r3-Multiple-inputske arduino IDE silahkan download software Arduino jika belum memilikinya Software Arduino silahkan bisa diunduh di http://arduino.cc/en/Main/Software
4) Rubah Arduino ke mode DFU dengan cara menyambungkan dua pin dengan kabel atau logam, untuk jelasnya silahkan lihat http://arduino.cc/en/Hacking/DFUProgramming 8U2
5) upload firmware Keyboard HID Setelah arduino dalam keadaan mode DFU langkah berikutnya adalah mengisikan firmware keyboard dengan nama file Arduino-keyboard0.3-2.hex. silahkan unduh firmware keyboard di http://hunt.net.nz/users/darran/weblog/b3029/ Arduino_UNO_Keyboard_HID_version_03.html fungsinya agar komputer mengenali arduino sebagai reguler keyboard. Cara Upload Firmware di OS Window - Terlebih dahulu download FLIP di http://www.atmel.com/tools/flip.aspx dan install di komputer. - Pastikan arduino dalam mode DFU dan buka program FLIP
- Klik menu Setting -> Communication -> USB - Klik menu File=>Load HEX - Klik dan Centang Blank Check - Klik Run - Cabut Arduino dari komputer
27
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
TEKNOLOGI
Cara Upload di OS X Macintosh: - Install dfu-programmer dengan cara menginstall MacPort dan ikuti instruksi disana http://www.macpor ts.org/install.php#pkg setelah terinstall ketikan di terminal sudo port install dfu-programmer - Sambungkan arduino ke komputer dan lakukan reset DFU mode seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di langkah no 4 - Ketikan di terminal window cd /direktori dimana file hex disimpan di kom-puter ketikan sudo dfuprogrammer atmega16u2 erase sudo dfuprogrammer atmega16u2 flash Arduino-keyboard-0.3-2.hex sudo dfuprogrammer atmega16u2 reset - Cabut arduino dari komputer Kalibrasi pengaturan sensitivitas dan huruf keyboard Untuk mengatur sensitivitas dan huruf keyboard yang diinginkan dengan cara merubah parameter kode carilah tulisan seperti dibawah ini dalam file makey_makey_one_input_uno_working.ino. if (output < 300 ) {<= silahkan rubah dan sesuaikan dengan sensitivitas yang diinginkan Keyboard.pressKey('w'); <=silahkan rubah huruf yang diinginkan.
Selamat Mencoba Referensi https://github.com/BhavyaShukla/Makeymakey-using-arduino-uno-r3-Multiple-inputs-
28
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
TUTORIAL
Pengenalan Sibelius [ Yusak Ferianto ]
S
ibelius adalah sebuah program software khusus untuk mengetik notasi musik berupa not balok. Program ini dipakai oleh para penggubah lagu, arranger, musisi, videografer, DJ, penerbit lagu. Biasanya digunakan dalam menggubah atau mengedit musik klasik, jazz, pop, band, dan vokal. Sibelius dapat mengedit partitur dan memainkan hasil lagunya sebelum dicetak. Selain itu, not balok juga dapat ditulis tanpa mengetik tetapi dengan cara memainkan piano atau gitar yang terdapat di dalam program tersebut.[1] Jenis musik yang dapat didengar melalui gubahan Sibelius yaitu alat gesek, alat tiup kayu, brass, perkusi, gitar, piano, vocal, dan lain-lain. 1. Untuk membuka program sibelius dalam computer anda pertama-tama adalah Anda harus mengisntall program ini ke dalam computer anda
2. Setelah software ter-install untuk membukanya silahkan tekan start pada computer anda kemudian ketik “ sibelius” dan klik pada gambar dan tulisan sibelius atau lihat pada desktop komputer anda dan pilih gambar Sibelius.
”
Sibelius biasanya digunakan dalam menggubah atau mengedit musik klasik, jazz, pop, band, dan vokal. 29
Edisi AGUSTUS 2014
COMPUSICIAN MAGAZINE
TUTORIAL
3. Setelah computer anda selesai loading untuk membuka program ini maka kita akan mendapati tampilan awal pada program Sibelius ini, kita pilih cancel terlebih dahulu
7. Untuk menutup program ini kita dapat menekan file kemudian tekan pada pilihan terakhir dari file ini, yaitu pada tombol exit, atau tekan tanda sialng pada pojok kanan atas pada layar computer anda
4. Disini kita dapat melihat hanya layar abu-abu saja, kita dapat membuat lembar scooring baru dengan menekan gambar kertas putih diujung kiri kanan layar computer anda, ini adalah untuk membuka new scooring
5. Kemudian apabila kita akan membuka file Sibelius yang sudah pernah dibuat atau berada dikomputer anda silahkan anda menekan gambar buku yang terdapat disamping kanan gambar kertas kosong.
6. Kemudian kita klik pada pilihan file, maka disana kita dapat melihat beberapa pilihan yang dapat kita buka, kita dapat membuat new scooring, open file yang sudah ada atau kita dapat membuka langsung file yang terakhir kita buka atau kita buat.
29 30
Edisi AGUSTUS 2014
MUSIC
TECHNOLOGY LIFESTYLE