KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Alah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah maka Jurnal TEKNOMATIKA Volume 5 Nomor 2 ini dapat kami terbitkan. Pada terbitan edisi ini kami menyajikan berbagai tulisan tentang informatika dan komputer dalam ruang lingkup yang luas. Dalam edisi ini para pembaca akan dapat menyimak tulisan-tulisan sebagai berikut: Penerapan Metode Elman Recurrent Neural Network dan Principal Component Analysis (PCA) untuk Peramalan Konsumsi Listrik, Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard untuk Pengukuran Kinerja Manajemen pada STMIK Bina Mulia Palu, Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin Menggunakan LVQ (Learning Vector Quantization), Pengembangan Media Belajar IPA Biologi Menggunakan Augmented Reality (Studi Kasus: Siswa MTs Pondok Pesantren Pabelan), Metode-Metode Penentuan Replika untuk Replikasi Data pada Sistem Terdistribusi, Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO (Search Engine Optimization) untuk Mempromosikan Produk-Produk UMKM, Penanggulangan Pornografi di Internet: Tinjauan Hukum dan Teknologi, serta Perencanaan Strategis Teknologi Informasi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah. Semoga apa yang kami sajikan dalam edisi ini dapat menjadi referensi para peminat bidang-bidang terkait dan bisa memberi manfaat dalam arti seluasluasnya kepada para pembaca. Tidak lupa kami berharap saran, kritik serta tulisan dari para pembaca untuk peningkatan penerbitan edisi selanjutnya.
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5 No. 2 Januari 2013
DAFTAR ISI
Penerapan Metode Elman Recurrent Neural Network dan Principal Component Analysis (PCA) untuk Peramalan Konsumsi Listrik (Titik Rahmawati)
1 – 11
Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard untuk Pengukuran Kinerja Manajemen pada STMIK Bina Mulia Palu (Hasrul, Abidarin Rosidi, Emha Taufiq Lutfi)
13 – 31
Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin Menggunakan LVQ (Learning Vector Quantization) (Evaliata Br. Sembiring, Luh Arida Ayu Rahning Putri)
33 – 49
Pengembangan Media Belajar IPA Biologi Menggunakan Augmented Reality (Studi Kasus: Siswa MTs Pondok Pesantren Pabelan) (Danang Tejo Kumoro, Abidarin Rosidi, Emha Taufiq Luthfi)
51 – 60
Metode-Metode Penentuan Replika untuk Replikasi Data pada Sistem Terdistribusi (Adkhan Sholeh)
61 – 66
Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO (Search Engine Optimization) untuk Mempromosikan Produk-Produk UMKM (Fatsyahrina Fitriastuti)
67 – 82
Penanggulangan Pornografi di Internet: Tinjauan Hukum dan Teknologi (Arif Himawan, Leo Agung Cahyono)
83 – 90
Perencanaan Strategis Teknologi Informasi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah (Licantik, Abidarin Rosidi, Andi Sunyoto)
91 – 105
PENERAPAN METODE ELMAN RECURRENT NEURAL NETWORK DAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) UNTUK PERAMALAN KONSUMSI LISTRIK Titik Rahmawati Program Studi S2 Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Konsumsi listrik di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu prakiraan kebutuhan listrik di Indonesia sangat diperlukan agar dapat menggambarkan kondisi kelistrikan saat ini dan masa mendatang. Pada peneltian ini bertujuan membangun suatu aplikasi sistem yang dapat membantu meramalkan kebutuhan listrik menggunakan metode Elman Recurrent Neural Network dan Principal Component Analysis (PCA). Teknik peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Arima Box Jenkins yang digunakan untuk menentukan lag-lag yang berpengaruh terhadap peramalan dan Principal Component Analysis (PCA) digunakan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan (mereduksi) dimensinya. Jaringan Syaraf Tiruan Elman Recurrent Neural network digunakan untuk memodelkan hubungan yang kompleks antara input dan output untuk menemukan pola-pola datanya. Faktor-faktor yang menjadi masukan JST adalah faktor pertumbuhan PDRB, jumlah penduduk, pertumbuhan industri dan data demografi konsumsi listrik yang meliputi pelanggan rumah tangga, industri, bisnis, sosial dan publik. Dari sistem yang telah dibangun menunjukkan bahwa penerapan metode Principal Component Analysis (PCA) secara efisien dapat mengetahui faktorfaktor dominan yang mempengaruhi konsumsi listrik dan pemodelan Arima Box Jenkins sudah dapat digunakan untuk menentukan lag-lag data input. Metode Elman Recurrent Neural Network digunakan untuk mensimulasikan parameter yang dibentuk kemudian dilakukan training dan validasi sehingga didapatkan nilai Mean Square Error (MSE) jaringan. Pada penelitian ini rata-rata nilai Mean Square Error (MSE ) jaringan untuk peramalan konsumsi total 1, konsumsi total 2, rumah tangga, industri, bisnis, sosial dan publik adalah 0.00078802. Akurasi hasil peramalan diukur dengan Mean Absolute Percentange Error (MAPE) dan nilai dari MAPE in sample untuk peramalan konsumsi total1, konsumsi total 2, rumah tangga, industri, bisnis, sosial dan publik dengan periode ramalan 5 tahun sebesar 2.28 %. Kata Kunci: Forecasting, ARIMA Box-Jenkins, Principal Component Analysis (PCA), Elman Recurrent Neural Network.
1. Pendahuluan Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu prakiraan kebutuhan listrik di Indonesia sangat diperlukan agar dapat menggambarkan kondisi kelistrikan saat ini dan masa mendatang. Listrik adalah kebutuhan pokok
1
2
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
dalam kehidupan manusia modern. Segala hal pasti secara langsung maupun tidak langsung akan membutuhkan tenaga listrik. Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan kemajuan sektor industri nasional, kebutuhan tenaga listrik akan terus meningkat sesuai dengan tingkat industrialisasi. Pertumbuhan sektor industri dan sektor-sektor perekonomian lain pada umumnya akan membutuhkan suplai energi listrik untuk memenuhi kebutuhan proses produksinya. Agar kebutuhan listrik di semua sektor ini dapat terpenuhi maka perlu adanya penghematan listrik yang dilakukan oleh pengguna listrik, baik dari industri maupun pengguna listrik rumah tangga. Penghematan listrik ini perlu digencarkan melihat keadaan berkembangnya gaya hidup di Indonesia yang semakin tinggi sehingga membuat kebutuhan energi listrik nasional pun meningkat. Selain dengan melakukan penghematan listrik agar kebutuhan listrik di semua sektor dapat terpenuhi maka perlu adanya sistem distribusi tenaga listrik yang efisien, hal ini dapat dilakukan dengan cara penempatan travo harus disesuaikan dengan kebutuhan real-time suatu wilayah. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan di atas maka diperlukan sebuah sistem yang dapat membantu meramalkan kebutuhan listrik berdasarkan pada suatu area (wilayah) dan periode tahun tertentu sehingga dapat membantu pihak PLN dalam melakukan distribusi travo yang lebih efisien dan dapat membantu pihak-pihak terkait dalam usaha melakukan kampanye hemat listrik.
2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Merancang sebuah sistem yang dapat membantu meramalkan konsumsi listrik pada suatu area (wilayah) pada periode tahun tertentu. 2. Membuat suatu aplikasi sistem dengan menerapkan metode Elman Recurrent Neural Network dan Principal Component Analysis (PCA) untuk proses peramalannya. 3. Mengimplementasikan hasil dari aplikasi sistem yang dibuat dengan melakukan proses training dan validasi pada data yang diujikan. 4. Mencocokan hasil ramalan dengan data aktual yang diujikan dengan menggunakan Mean Squared Error (MSE) untuk dapat mengukur akurasi jaringan dan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) untuk mengukur akurasi ramalan.
Titik Rahmawati ................. Penerapan Metode Elman Reccurent Neural Network
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
3
3. Landasan Teori 3.1 Peramalan (Forecasting) Peramalan
merupakan
suatu
unsur
penting
dalam
memprediksi
ketidakpastian masa depan sebagai upaya membantu perusahaan untuk mengambil keputusan yang lebih baik. Untuk melakukan peramalan, dibutuhkan data lampau (historis) dan memanipulasi data tersebut untuk mencari polanya yang secara efektif sehingga dapat ditarik ke masa depan. Salah satu teknik peramalan yang digunakan yaitu Metode Box-Jenkins (ARIMA – Autoregressive Integrated Moving Average). Model Arima berasal dari gabungan antara AR (Autoregressive) dan MA (Moving Average) yang sudah didiferen. Konsep ini mendasarkan pada asumsi bahwa “data speak for themselves”, karena nilai data pada masa sekarang dipengaruhi oleh nilai data pada masa-masa sebelumnya. Metode ARIMA dinotasikan sebagai: ARIMA (p, d, q) dengan:
p = orde atau derajat autoregressive (AR),
d = orde atau derajat differencing (pembedaan), dan
q = orde atau derajat moving average (MA). Untuk memecahkan masalah ini Box-Jenkins memberikan pedoman yang
terdiri atas empat langkah seperti diperlihatkan pada Gambar 1.
Rumuskan model umum dan uji stasioneritas
Identifikasi model tentatif (model ARIMA)
Estimasi parameter atas model tentatif
Uji diagnostik (apakah model sudah tepat?) Tidak
Ya
Gunakan model untuk peramalan
Gambar 1 Metodologi Box-Jenkins untuk model ARIMA (Kardoyo dan Kuncoro, 2002)
Penerapan Metode Elman Reccurent Neural Network ................. Titik Rahmawati
4
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
3.2 Principal Component Analysis (PCA) Problem dalam Principal Component Analysis (PCA) adalah menemukan eigenvalue dan eigenvector. Prosedur PCA pada dasarnya adalah bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan (mereduksi) dimensinya. Hal ini dilakukan dengan cara menghilangkan korelasi diantara variabel bebas melalui transformasi variabel bebas asal ke variabel baru yang tidak berkorelasi sama sekali atau yang biasa disebut dengan principal component. Eigenvector dengan eigenvalue yang besar memiliki peranan yang paling penting dalam proses transformasi. Oleh karena itu mereduksi dimensi dengan cara membuang eigenvector dan eigenvalue yang sangat kecil tidak akan membuat kehilangan data yang penting (Smith, 2002). Cara untuk mendapatkan Principal Component dari sebuah matriks dilakukan dalam beberapa langkah. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengurangi setiap nilai dari matriks dengan rata-rata nilai dari setiap masingmasing dimensi. Langkah berikutnya adalah menghitung matriks kovariannya dan dilanjutkan dengan mencari eigenvector dan eigenvalue dari matriks kovarian tersebut. Kemudian eigenvector yang ada diurutkan berdasarkan eigenvalue dari yang paling besar ke yang paling kecil. Dengan memilih eigenvector yang memiliki eigenvalue terbesar maka telah didapatkan Principal Component dari matriks awal dan dapat dibentuk feature vector.
3.3 Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan (JST) atau disebut juga dengan Neural Network (NN), adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. Jaringan syaraf tiruan merupakan sistem adaptif
yang
dapat
merubah
strukturnya
untuk
memecahkan
masalah
berdasarkan informasi eksternal maupun internal yang mengalir melalui jaringan tersebut. Secara sederhana, JST adalah sebuah alat pemodelan data statistik non-linier. JST dapat digunakan untuk memodelkan hubungan yang kompleks antara input dan output untuk menemukan pola-pola pada data. Sebuah jaringan syaraf adalah sebuah prosesor yang terdistribusi paralel dan
mempuyai
kecenderungan
untuk
menyimpan
pengetahuan
yang
didapatkannya dari pengalaman dan membuatnya tetap tersedia untuk digunakan. Hal ini menyerupai kerja otak dalam dua hal yaitu: 1. Pengetahuan diperoleh oleh jaringan melalui suatu proses belajar. 2. Kekuatan hubungan antar
Titik Rahmawati ................. Penerapan Metode Elman Reccurent Neural Network
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
5
sel syaraf yang dikenal dengan bobot sinapsis digunakan untuk menyimpan pengetahuan (Haykin, 1994). Jaringan Syaraf Tiruan menjadi salah satu pilihan ketika rumusan persoalan-persoalan yang dihadapi tidak bisa diselesaikan secara analitik, dan dengan mengasumsikan suatu black box yang tidak diketahui isinya maka jaringan syaraf tiruan menemukan pola hubungan antara input dan output melalui tahap pelatihan (Santosa, 2007). Backpropagation adalah salah satu metode dari jaringan syaraf tiruan yang dapat diaplikasikan dengan baik dalam bidang peramalan (forecasting). Backpropagation melatih jaringan untuk mendapatkan keseimbangan antara kemampuan jaringan mengenali pola yang digunakan selama training serta kemampuan jaringan untuk memberikan respon yang benar terhadap pola masukan yang serupa namun tidak sama dengan pola yang dipakai selama pelatihan (Siang, 2005). Recurrent Neural Network adalah salah satu bagian dari model artificial neural network yang mempunyai feedback dari keluaran hidden layer ke masukan input layer. Recurrent Neural Network mempunyai struktur dan algoritma pelatihan yang lebih kompleks dibandingkan feed-forward neural network. Pada Recurrent Neural Network, output dari network digunakan kembali sebagai input network.
Gambar 2 Struktur Elman Recurrent Network (Khan and Ondrusek, 2002)
Penerapan Metode Elman Reccurent Neural Network ................. Titik Rahmawati
6
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Elman Recurrent Neural Network merupakan variasi dari Multi Layer Perceptron. Akan tetapi pada Elman Recurrent Neural Network terdapat beberapa node yang posisinya berdekatan dengan input layer yang berhubungan dengan hidden layer. Node-node tersebut mengandung isi dari salah satu layer yang telah dilatih sebelumnya. Pada prinsipnya, masukan disebarkan secara feed forward yang kemudian diberikan suatu learning rule. Jaringan jenis ini dapat memelihara suatu urutan keadaan dan mengijinkannya untuk melakukan beberapa pekerjaan sekaligus, contohnya seperti sequence prediction yang berada diluar kemampuan Multi Layer Perceptron. Masukan tidak hanya nilai dari luar jaringan, tetapi ditambah dengan nilai keluaran dari neuron tersebunyi dari propagasi sebelumnya.
4. Cara Penelitian Penelitian selanjutnya dilakukan dengan mengembangkan aplikasi sistem peramalan konsumsi listrik dengan menggunakan metode Elman Recurrent Neural Network dan Principal Component Analysis (PCA) dengan menggunakan bahasa pemrograman Matlab dan MySQL. Selain itu karena proses peramalan membutuhkan data time series dari faktor yang berpengaruh dalam peramalan konsumsi listrik, pada aplikasi yang akan dikembangkan akan digunakan data time series dari pertumbuhan PDRB, jumlah penduduk, pertumbuhan industri, jumlah dan data demografi konsumsi listrik yang meliputi pelanggan rumah tangga, industri, bisnis, sosial dan publik.
5. Hasil Penelitian dan Pembahasan Sistem dibangun dengan menggunakan Jaringan syaraf tiruan Elman Recurrent Neural Network dan Principal Component Analysis (PCA). Sistem ini dirancang sebagai perangkat lunak yang bertujuan untuk membantu pengguna dalam meramalkan konsumsi listrik berdasarkan suatu area (wilayah) dan periode tahun tertentu. Tahapan proses sistem peramalan konsumsi listrik dapat dilihat pada Gambar 3. Data input yang menjadi faktor dalam peramalan konsumsi listrik adalah data time series jumlah penduduk, pertumbuhan PDRB, pertumbuhan industri, dan data demografi konsumsi listrik yang meliputi pelanggan rumah tangga, industri, bisnis, sosial dan pelanggan publik. Proses reduksi faktor dengan Principal Component Analysis (PCA) digunakan untuk mengetahui variabel/faktor utama yang berpengaruh terhadap proses peramalan. Pemodelan ARIMA Box-
Titik Rahmawati ................. Penerapan Metode Elman Reccurent Neural Network
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
7
Jenkins (p, d, q) digunakan untuk menentukan lag-lag yang berpengaruh terhadap peramalan. Setelah diperoleh model ARIMA Box-Jenkins kemudian digunakan untuk proses training dan validasi dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan Elman Recurrent Neural Network. Dari proses training dan validasi setelah diperoleh model jaringan yang optimal kemudian model tersebut digunakan untuk forecasting/peramalan dan output dari proses tersebut berupa hasil peramalan. Start
Menentukan data input
Proses Reduksi Faktror (PCA)
Pemodelan ARIMA Box Jenkins (p,d,q)
Proses JST Elman-RNN (Training & Validasi)
Forecasting
Hasil Forecasting
Stop
Gambar 3 Tahapan proses sistem peramalan konsumsi listrik
5.1 Proses PCA, ARIMA Box-Jenkins dan Elman-RNN Pada proses PCA data asli yang akan diinputkan ke proses PCA harus diseimbangkan dulu dengan menggunakan perintah: [a b c] = princomp(zscore(TS)); Hasil dari proses PCA kemudian dilakukan pemodelan ARIMA BoxJenkins untuk mendapatkan lag-lag yang berpengaruh terhadap peramalan. Proses Normalisasi dilakukan untuk menyetarakan range dari data asli agar sama dengan range dari arsitektur jaringan yang dipakai. Sehingga data yang
Penerapan Metode Elman Reccurent Neural Network ................. Titik Rahmawati
8
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
telah dinormalisasi sesuai dengan permintaan input layer dari jaringan. Perintah untuk membuat normalisasi data adalah sebagai berikut: [Xn, minX, maxX, Yn, minY, maxY] = premnmx(P', T'); Untuk membuat desain neural dan training dengan unit hidden layer menggunakan parameter tansig, dan unit output layer menggunakan parameter purelin dan parameter pembelajaran yang digunakan adalah traingdx. Perintah untuk membuat desain jaringan Elman adalah sebagai berikut: net = newelm(minmax(Xn1), [S1 S2], {'tansig' 'purelin'}, 'traingdx'); net.trainParam.goal = str2num(get(handles.edit3, 'string')); net.trainParam.min_grad = str2num(get(handles.edit8, 'string')); net.trainParam.show = 20; net.trainParam.epochs = str2num(get(handles.edit5, 'string')); net.LW{2, 1} = net.LW{2, 1} * 0.01; net.b{2} = net.b{2} * 0.01; net.performFcn = 'mse'; net.trainParam.epochs = 50000; net.trainParam.mc = 0.95; net.trainParam.lr = 0.1; net.trainparam.min_grad = 1e-50;
5.2 Proses Pembelajaran Parameter pembelajaran meliputi maksimal epoch 50000. Dengan parameter learning rate 0.1 dan nilai gradien traingdx 1e-50. Prosedur training adalah prosedur untuk melakukan pembelajaran terhadap pola-pola yang akan dikenali. Proses ini dilakukan dengan menggunakan data training. Proses ini berhenti jika Mean Square Error (MSE) lebih kecil dari error yang ditetapkan atau epoch yang telah ditentukan user telah tercapai sehingga didapatkan bobotbobot neuron yang diharapkan. Beberapa epoch diperlukan untuk pembelajaran sehingga kesalahan mendekati 0 (nol).
5.3 Pengujian Parameter jumlah neuron pada unit hidden layer akan sangat mempengaruhi keakuratan dari sebuah prediksi atau diagnosis pada penelitian yang dilakukan. Pengujian untuk mencari berapa jumlah neuron hidden unit yang cocok untuk peramalan konsumsi listrik diuji melalui proses training. Kinerja tujuan adalah target nilai fungsi kinerja. Iterasi akan dihentikan apabila fungsi kinerja kurang dari atau sama dengan kinerja tujuan.
Titik Rahmawati ................. Penerapan Metode Elman Reccurent Neural Network
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
9
Tahap pembelajaran adalah tahap bagaimana sistem belajar mengenali pola-pola data yang di-input-kan. Tahap pembelajaran ini diuji dengan merubah neuron pada hidden layer dan error goal untuk mendapatkan MSE terkecil. Parameter kedua yang berpengaruh terhadap keakuratan dari sebuah prediksi untuk konsumsi listrik adalah nilai learning rate. Pengujian untuk mencari berapa jumlah learning rate yang cocok dapat diuji melalui proses training. Dari hasil pengujian jaringan dengan menggunakan parameter hidden layer, error goal dan learning rate diperoleh rata-rata nilai MSE jaringan sebesar 0.00078802.
Akurasi
peramalan
diukur
menggunakan
Mean
Absolute
Percentage Error (MAPE) dihitung dengan menggunakan kesalahan absolute pada tiap periode dibagi dengan nilai observasi yang nyata untuk periode itu. Kemudian merata-rata kesalahan persentase absolute tersebut. Pendekatan ini berguna ketika ukuran atau variabel ramalan itu penting dalam mengevaluasi ketepatan ramalan. Dari pengujian forecasting in sample diperoleh nilai rata-rata MAPE sebesar 2.28 % untuk periode peramalan 5 tahun.
6. Kesimpulan dan Saran Dari hasil penelitian, analisis dan perancangan sistem, serta implementasi dan pengujian terhadap aplikasi sistem peramalan konsumsi listrik yang telah dikembangkan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil perancangan menunjukkan bahwa aplikasi sistem peramalan konsumsi listrik sudah dapat dimplementasikan menggunakan software MySQL dan MATLAB sehingga dapat digunakan untuk melakukan forecasting konsumsi listrik pada suatu area (wilayah) dengan periode tahun tertentu. 2. Penerapan metode PCA (Principal Component Analysis) secara efisien dapat mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi konsumsi listrik dan pemodelan ARIMA Box-Jenkins sudah dapat digunakan untuk menentukan lag-lag data input sedangkan metode Elman Recurrent Neural Network digunakan untuk mensimulasikan parameter yang dibentuk kemudian dilakukan training dan validasi sehingga didapatkan nilai MSE (Mean Square Error) jaringan. 3. Dari hasil implementasi proses training dan validasi pada data yang diujikan diperoleh nilai rata-rata Mean Square Error (MSE) jaringan sebesar 0.00078802.
Penerapan Metode Elman Reccurent Neural Network ................. Titik Rahmawati
10
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
4. Dari hasil pengujian forecasting in sample untuk periode peramalan 5 tahun diperoleh nilai rata-rata Mean Absolute Percentage Error (MAPE) sebesar 2.88 %. Dari sistem yang telah dibangun terdapat beberapa saran untuk pengembangan lebih lanjut dari implementasi sistem ini, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengoptimalkan suatu peramalan disarankan menggunakan data dengan periode yang banyak (input yang digunakan sebaiknya ratusan periode). 2. Output ramalan masih bersifat MISO (Multi Input Single Output) sehingga sebaiknya dapat dikembangkan ke dalam ramalan yang bersifat MIMO (Multi Input Multi Output). 3. Untuk sistem yang terpadu sebaiknya menggunakan aplikasi sistem yang dapat memfasilitasi sistem database sesungguhnya (Matlab tidak didesain untuk aplikasi database tetapi digunakan untuk komputasi). 4. Setiap jenis peramalan memiliki data input yang berbeda sehingga parameter neural juga berbeda. Untuk dapat melakukan optimasi parameter neural sebaiknya sistem dibantu oleh optimasi GA (Genetic Algorithm).
Daftar Pustaka Faisal, F. dan Rizal, J., 2008, Penerapan Model Analisis Time Series Dalam Peramalan Pemakaian Kwh Listrik Untuk n-Bulan Ke depan Yang Optimal Di Kota Bengkulu, Jurnal Gradien, Vol.4 No.1 Januari 2008. Fausett, L., 1994, Fundamentals of Neural Networks, Architecture, Algorithms, and Applications, Prentice Hall. Hanke, J.E., 2000, Business Forecasting, Prentice Hall. Haykin, S., 1994, Neural Network, a Comprehensive Faundation, Prentice Hall. Kardoyo, H. dan Kuncoro, M., 2002, Analisis Kurs Valas dengan Pendekatan Box-Jenkins: Studi Empiris Rp/US$ dan Rp/Yen, 1983.2-2000.3, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7, No. 1, ISSN: 1410 – 2641. Khan, M.R., dan Ondrusek, C., 2002, Short Term Load Forecasting With Multilayer Perceptron and Recurrent Neural Networks, Journal of Electrical Engineering, Vol. 53. No. 1-2. Kuncoro, A.H. dan Dalimi, R., 2005, Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Peramalan Beban Tenaga Listrik Jangka Panjang Pada Sistem
Titik Rahmawati ................. Penerapan Metode Elman Reccurent Neural Network
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
11
Kelistrikan Di Indonesia, Jurnal Teknologi, Edisi No. 3. Tahun XIX, September 2005, 211-217 ISSN 0215-1685. Kusumadewi, S., 2004, Membangun Jaringan Syaraf Tiruan (Menggunakan Matlab dan Excel Link), Graha Ilmu, Yogyakarta. Lesmana, T., 2009, Aplikasi Elman Neural Network dengan LMA pada prediksi Data Time Series Beban Listrik Jawa-Bali, Skripsi, Universitas Kristen Petra, Surabaya Makridakis, 1999, Metode dan Aplikasi Peramalan, Erlangga, Jakarta. Pressman, R.S., 1997, Software Engineering A Pratitioner’s Approach, McGraw Hill Book Co, Singapura. Santoso, Effendi, U., dan Fauziya, C., 2007, Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Peramalan Permintaan Komoditas Karet di PT.Perkebunan Nusantara XII Surabaya, Jurnal Teknologi Pertanian, Vol.8 No.1 April 2007, 46-54. Siang, J.J., 2005, Jaringan Syaraf Tiruan & Pemrogramannya Menggunakan Matlab, Penerbit Andi, Yogyakarta. Smith, L.S., 2002, A Tutorial on principal Component Analysis, http://www.cs. otago.ac.nz/cosc453/student_tutorials/principal_components.pdf., diakses pada tanggal 14 Februari 2012. Suhartono dan Endharta, A.J., 2009, Peramalan Konsumsi listrik Jangka Pendek Dengan Arima Musiman Ganda dan Elman-Recurrent Neural Network, Jurnal Teknologi Informasi, Volume 7, Nomor 4, Juli 2009: 185–192. Warman, E. (2004), Pemilihan dan Peningkatan Penggunaan/Pemakaian serta Management Trafo Distribusi, Digitized by USU digital library, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1417/1/elektro-eddy2.pdf, diakses pada tanggal 14 Maret 2012.
Penerapan Metode Elman Reccurent Neural Network ................. Titik Rahmawati
Halaman ini memang sengaja dikosongkan
PERANCANGAN ALAT BANTU ACADEMIC SCORECARD UNTUK PENGUKURAN KINERJA MANAJEMEN PADA STMIK BINA MULIA PALU Hasrul, Abidarin Rosidi, Emha Taufiq Lutfi Magister Teknik Informatika Program Pasca Sarjana STMIK AMIKOM Yogyakarta
[email protected];
[email protected];
[email protected]
Abstrak Untuk menjamin dan meningkatkan kinerja manajemen STMIK Bina Mulia Palu, dalam merealisasikan visi dan misinya, diperlukan sebuah rancangan sistem pengukuran kinerja. Oleh karena itu peneliti mencoba merancang sebuah alat Bantu pengukuran kinerja dengan melibatkan indikator kinerja finansial dan non finansial. Proses perancangan alat bantu pengukuran kinerja menggunakan model Balance Scorecard, yaitu keseimbangan antara finansial dan non finansial yang didasarkna pada penentuan sasaran strategis dan indikator kinerja utama (IKU) dari masing-masing perspektif Balance Scorecard yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pertumbuhan dan pembelajaran. Dalam merancang alat bantu pengukuran kinerja digunakan metode penelitian Action Research untuk menentukan tahapan-tahapan dalam penelitian. Hasil penelitian adalah sebuah alat bantu pengukuran kinerja yang disebut dengan Academic Scorecard. Kata Kunci: Pengukuran kinerja, Balance Scorecard, sasaran strategis, indikator kinerja utama, Action Research.
1. Pendahuluan Pada kurun waktu 10 – 15 tahun ke depan, Perguruan Tinggi Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan besar yang perlu direspon dengan bijaksana. Globalisasi ekonomi dan revolusi adalah dua kekuatan besar yang amat mempengaruhi dunia Perguruan Tinggi Indonesia. Kalau lembaga pendidikan tinggi nasional tidak mampu menghadapi tantangan globalisasi ini dengan
memadai,
diperkirakan
lembaga
tersebut
tidak
akan
mampu
mempertahankan eksistensinya di masyarakat dan secara pelan pasti akan kehilangan peranannya. Menurut Prof. Dr. Sofian Effendi
1
globalisasi perdagangan ini telah
membawa implikasi positif maupun negatif yang amat besar pada dunia perguruan tinggi baik dalam pembiayaan, populasi calon mahasiswa serta perubahan peranan perguruan tinggi. Perubahan ini harus direspon dengan baik
1
Mantan rektor Universitas Gadjah Mada
13
14
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
oleh perguruan tinggi agar dapat tetap memainkan peranan pentingnya dalam masyarakat Indonesia. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen DIKTI) menyadari pentingnya pengukuran kinerja dalam pengelolaan pendidikan tinggi. Atas kesadaran ini, maka Dirjen DIKTI memasukkannya dalam format manajemen baru yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara berkelanjutan. Peningkatan mutu pendidikan tinggi secara berkelanjutan dilakukan dengan memasukkan penilaian, akreditasi dan evaluasi diri institusi yang dilakukan terhadap Perguruan Tinggi baik Perguruan Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta (Soehendro, 1996). STMIK Bina Mulia Palu dalam menyelenggarakan program pendidikan yang berkualitas sesuai dengan Visi dan Misinya, dibutuhkan dukungan manajemen internal yang efektif dan efesien. Jika dilihat, kondisi internal STMIK Bina Mulia Palu saat ini belum menerapkan sistem manajemen yang tepat dalam kehidupan organisasi. Dampaknya terlihat dari lemahnya pengembangan sistem manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil strategi dan program-program yang telah diimplementasikannya. Dalam era yang semakin kompetitif, STMIK Bina Mulia Palu dituntut mampu menyusun menajemen strategis dalam rangka mengembangkan organisasinya agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan. Berangkat dari permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menentukan sasaran strategis dari setiap perspektif yang dapat digunakan oleh STMIK Bina Mulia Palu, menentukan ukuran kinerja (measures) yang biasa disebut Indikator Kinerja Utama (IKU), dan membuat alat bantu berupa Academic Scorecard untuk mengukur kinerja manajemen STMIK Bina Mulia Palu.
2. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini meliputi: a) Menentukan sasaran strategis dari setiap perspektif yang dapat digunakan oleh STMIK Bina Mulia Palu; b) Menentukan ukuran kinerja (measures) yang biasa disebut Indikator Kinerja Utama (IKU); c) Membuat alat bantu berupa Academic Scorecard untuk mengukur kinerja manajemen STMIK Bina Mulia Palu;
Hasrul, dkk.....................................Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
15
d) Menghasilkan suatu rancangan atau cetak biru Sistem Pengukuran Kinerja (SPK) STMIK Bina Mulia Palu yang dapat memberikan informasi kepada stakeholder dan pengambil keputusan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerjanya dari masing-masing tingkatan organisasi di STMIK Bina Mulia Palu
3. Landasan Teori 3.1 Pengukuran Kinerja Menurut Mahsun (2009) pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang
telah
ditentukan
sebelumnya,
termasuk
informasi
atas:
efisiensi
penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan menurut Widayanto (1993), pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. Di dalam sistem pengendalian manajemen pada suatu organisasi bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk mengevaluasi hasilhasil
kegiatan
yang
telah
dilaksanakan
oleh
masing-masing
pusat
pertanggungjawaban yang dibandingkan dengan tolak ukur yang telah ditetapkan. Jadi pengukuran kinerja adalah proses untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja dari suatu organisasi agar menghasilkan manajemen yang lebih efisien dan terjadi peningkatan kinerja.
3.2 Balance Scorecard Pada tahun 1990, Nolan Norton Institute, bagian research dari KPMG, mensponsori studi di beberapa perusahaan untuk mencari cara mengukur kinerja perusahaan yang lebih tepat untuk masa mendatang. David Norton, CEO dari Nolan Norton Institute, bertindak sebagai pimpinan tim studi dan Robert Kaplan dari Harvard University bertindak sebagai konsultan akademik. Dengan dibantu oleh beberapa perwakilan dari berbagai perusahaan, mereka mengembangkan model yang paling tepat untuk mengukur kinerja untuk masa mendatang. Balance Scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran dan pengendalian yang secara cepat, tepat dan konferhensif dapat memberikan kepada manajer tentang performance bisnis.
Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard .................................... Hasrul, dkk
16
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Menurut Kaplan dan Norton (1996) Balance Scorecard terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu: 1. Scorecard – yaitu kartu yang digunakan utuk mencatat skor hasil kinerja seseorang yang nantinya digunakan untuk membandingkan dengan hasil kerja yang sesungguhnya. 2. Balance – menunjukkan bahwa kinerja personel atau karyawan diukur secara seimbang dan dipandang dari 2 (dua) aspek yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang dan dari segi intern maupun ekstern.
3.3 Empat Dimensi Ukuran Balance Scorecard 3.3.1
Perspektif Keuangan Ukuran
finansial
sangat
penting
dalam
memberikan
ringkasan
konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran kinerja finansial memberikan
petunjuk
apakah
strategi
perusahaan,
implementasi
dan
pelaksanaannya memberikan konstribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Tujuan finansial biasanya berhubungan dengan profitabilitas, yang diukur oleh laba operasi, return on capital employed (ROCE). Tujuan lainnya mungkin berupa pertumbuhan penjualan yang cepat atau tercapainya arus kas. (Grant, 2007) Menurut Kaplan dan Norton, siklus bisnis terbagi dalam 3 (tiga) tahap, yaitu: a. Bertumbuh (Growth) Merupakan tahap awal dalam siklus suatu bisnis. Pada tahap ini diharapkan suatu bisnis memiliki produk baru yang potensial. Untuk memanfaatkan potensi ini, perusahaan/perguruan tinggi harus melibatkan sumber
daya
yang
sangat
banyak
untuk
mengembangkan
dan
meningkatkan berbagai produk dan jasa baru, membangun kemampuan operasi. Tujuan finansial keseluruhan perguruan tinggi dalam tahap pertumbuhan adalah presentase tingkat pertumbuhan pendapatan. b. Bertahan (Sustain) Setelah melalui tahap pertumbuhan, perusahaan/perguruan tinggi akan berada dalam tahap bertahan, situasi dimana unit bisnis masih memiliki daya tarik bagi penanaman investasi dan investasi ulang, tetapi diharapkan mampu menghasilkan pengembalian modal yang cukup
Hasrul, dkk.....................................Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
17
tinggi. Kebanyakan unit bisnis di tahap bertahan akan menetapkan tujuan finansial yang terkait dengan profitabilitas. Ukuran ini menganggap investasi modal di dalam unit bisnis sudah tetap (givens/exogenous). Ukuran yang digunakan untuk unit bisnis seperti ini menyelaraskan laba akuntasi dengan tingkat investasi yang ditanamkan, ukuran seperti pengembalian investasi, return on capital employed dan nilai tambah ekonomis yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja unit bisnis tahap ini. c. Menuai (Harvest) Di mana suatu organisasi atau badan usaha akan berusaha untuk mempertahankan bisnisnya. Tujuan finansial dari tahap ini adalah untuk meningkatkan aliran kas dan mengurangi aliran dana. 3.3.2
Perspektif Pelanggan Perspektif pelanggan biasanya terdiri atas beberapa ukuran utama atau
ukuran generik keberhasilan perusahaan dari strategi yang dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik. Ukuran utama tersebut terdiri atas kepuasan pelangggan, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan baru, profitabilitas pelanggan, dan pangsa pasar di segmen sasaran. Perspektif pelanggan juga mencakup berbagai ukuran tertentu yang menjelaskan tentang proposisi nilai yang akan diberikan perusahaan kepada pelanggan segmen pasar sasaran. Untuk dapat memahami hakikat kepuasan para pelanggan atau mengetahui nilai yang diharapkan dan dihargai pelanggan terhadap jasa dan mutu perguruan tinggi, yaitu dengan menggunakan pendekatan nilai bagi pelanggan. Ada semacam dalil yang menjelaskan bahwa nilai suatu produk adalah fungsi atribut atau layanan (kegunaan, mutu, harga, dan waktu), fungsi kesan dan reputasi, serta fungsi hubungan pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto, 2006) 3.3.3
Perspektif Proses Internal Perspektif proses internal mengungkapkan 2 (dua) perbedaan ukuran
kinerja yang mendasar antara pendekatan tradisional dengan pendekatan Balance
Scorecard.
Pendekatan
tradisonal
berusaha
memantau
dan
meningkatkan proses bisnis yang ada saat ini. Sedangkan pendekatan Balance Scorecard pada umumnya akan mengidentifikasi berbagai proses baru yang harus dikuasai dengan baik oleh sebuah perusahaan agar dapat memenuhi berbagai tujuan pelanggan dan finansial (Indrajit dan Djokopranoto, 2006).
Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard .................................... Hasrul, dkk
18
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
3.3.4
Perspektif Pertumbuhan Dan Pembelajaran Perspektif
pembelajaran
dan
ISSN: 1979-7656
pertumbuhan
mengidentifikasikan
infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Sumber utama pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan adalah manusia, sistem, dan prosedur perusahaan. Untuk mencapai tujuan perspektif finansial, pelanggan, dan proses bisnis internal, maka perusahaan harus melakukan investasi dengan memberikan pelatihan kepada karyawannya, meningkatkan teknologi dan sistem informasi, serta menyelaraskan berbagai prosedur dan kegiatan operasional perusahaan yang merupakan sumber utama perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. (Kaplan dan Norton, 2006)
Gambar 1 Balance Scorecard (Indrajit dan Djokopranoto, 2006)
3.4 Keunggulan Balance Scorecard Menurut Mangkunegara (2004) Balance Scorecard memiliki keunggulan yang menjadikan sistem manajemen strategik sekarang berbeda secara signifikan dengan sistem manajemen strategik dalam manajemen tradisional. Keunggulan pendekatan Balance Scorecard dalam sistem perencanaan strategik adalah mampu menghasilkan rencana strategik yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Komprehensif Balance
Scorecard
memperluas
perspektif
yang
dicakup
dalam
perencanaan strategik, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan meluas ke tiga perspektif yang lain: pelanggan (customer), proses bisnis/intern, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan perspektif rencana strategik ke perspektif non keuangan tersebut menghasilkan manfaat sebagai berikut:
Hasrul, dkk.....................................Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
19
1. Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang, dan 2. Memampukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis kompleks. b) Kohern Balance Scorecard mewajibkan personal untuk membangun hubungan sebag akibat (causal relationship) diantara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran strategik yang ditetapakan dalam perspektif non keuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung maupun tidak langsung. c) Seimbang Keseimbangan
sasaran
strategik
yang
dihasilkan
oleh
sistem
perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan berjangka panjang. d) Terukur Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem tersebut.
3.5 Balance Scorecard Sebagai Sistem Manajemen Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2006) Dalam perkembangannya, Balance Scorecard tidak hanya digunakan untuk sistem ukuran kinerja, tetapi juga
digunakan
sebagai
suatu
sistem
manajemen.
Alasannya
adalah
pengembangan sistem pengukuran sekaligus dapat digunakan sebagai sarana, yang pada hakikatnya menyangkut suatu elemen manajemen, khususnya manajemen strategis. Sarana di mana Balance Scorecard dapat digunakan ialah: 1) Menjelaskan dan memperoleh consensus mengenai strategi. 2) Mengkomunikasikan strategi diseluruh organisasi. 3) Menyelaraskan tujuan pribadi dan bagian dengan strategi. 4) Menghubungkan tujuan strategi dengan target jangka panjang, rencana danm anggaran tahunan. 5) Mengenal dan menyelaraskan inisiatif mengenai strategi. 6) Melakukan peninjauan secara sistematis dan periodik mengenai strategi. 7) Memperoleh umpan balik untuk menilai dan memperbaiki strategi.
Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard .................................... Hasrul, dkk
20
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Sarana-sarana di atas dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) hal pokok, yaitu: 1) Menjelaskan dan menerjemahkan visi dan strategi. 2) Mengomunikasikan dan menghubungkan tujuan strategi dan ukuran. 3) Merencanakan, menetapkan target dan menyelaraskan inisiatif strategi. 4) Melancarkan umpan balik dan penyempurnaan strategi. Keempat hal pokok dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.
Gambar 2 Balance Scorecard sebagai kerangka kerja strategi (Indrajit dan Djokopranoto, 2006)
4. Action Research Dalam penelitian ini menggunakan metode Action Research (AR) atau penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk rancangan penelitian, dalam penelitian
tindakan
peneliti
mendeskripsikan,
menginterpretasikan
dan
menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi. Action Research dalam pandangan tradisional adalah suatu kerangka penelitian pemecahan masalah dimana terjadi kolaborasi antara peneliti dengan client dalam mencapai tujuan (Lewin, 1973 disitasi Sulaksana, 2004). Davison, Martinsons dan Kock (2004), membagi Action Research dalam 5 (lima) tahapan yang merupakan siklus, yaitu: 1) Melakukan Diagnosa (Diagnosing) Melakukan identifikasi masalah-masalah pokok yang ada guna menjadi dasar kelompok atau organisasi sehingga terjadi perubahan untuk pengembangan kinerja dan mengidentifikasi kebutuhan stakeholder, dilakukan dengan wawancara.
Hasrul, dkk.....................................Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
21
2) Membuat Rencana Tindakan (Action planning) Peneliti memahami pokok masalah yang ada kemudian dilanjutkan dengan menyususn rencana tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada. 3) Melakukan Tindakan (Action taking) Peneliti mengimplementasikan rencana tindakan dengan harapan dapat menyelesaikan masalah. 4) Melakukan Evaluasi (Evaluating) Setelah implementasi (Action taking) dianggap cukup selanjutnya peneliti melaksanakan evaluasi hasil dari implementasi. 5) Pembelajaran (Learning) Tahap ini merupakan bagian akhir siklus yang telah dilalui dengan melaksanakan review tahapan-tahapan yang telah berakhir kemudian penelitian ini dapat berakhir.
Gambar 3 Action Research dalam tahapan yang merupakan siklus (Davison, Martinsons, dan Kock, 2004)
5. Hasil dan Pembahasan Rancangan alat bantu Academic Scorecard STMIK Bina Mulia Palu menggunakan 5 tahapan dalam Action Research yang akan dijelaskan pada bagian berikut.
5.1 Melakukan Diagnosa (Diagnosing) Hasil diagnosa (diagnosing) penelitian untuk Manajemen STMIK Bina Mulia Palu dapat dilihat pada Tabel 1.
Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard .................................... Hasrul, dkk
22
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Tabel 1 Hasil Diagnosa Manajemen STMIK Bina Mulia Palu No
Unit
Indikator
1
Ketua
Belum efektifnya evaluasi yang berkelanjutan terhadap manajemen STMIK Bina Mulia Palu.
2
Ketua I (Bidang Akademik)
Kurangnya Pelaksanaan dan pengembangan bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta pelaksanaan pengembangan dan perencanaan implementasi teknologi informasi dan kerja sama antara STMIK Bina Mulia Palu dengan pihak lain.
3
Ketua II (Bidang Administrasi Umum)
Belum efektifnya pelaksanaan dan pengembangan bidang administrasi umum, keuangan, bidang perencanaan, pemeliharaan, perbaikan, pengembangan sarana serta prasarana yang dimiliki oleh STMIK Bina Mulia Palu.
4
Ketua III (Bidang Kemahasiswaan)
Kurangnya pelaksanaan bidang kemahasiswaan.
dan
pengembangan
5.2 Membuat Rencana Tindakan (Action planning) 5.2.1
Membuat Peta strategis dan menyusun Sasaran Strategis Peta strategis adalah suatu dashboard (panel instrument) yang
memetahkan sasaran strategis (SS) organisasi dalam suatu kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan strategi organisasi. Peta strategi memudahkan organisasi untuk mengkomunikasikan keseluruhan strateginya kepada seluruh anggota organisasi dalam rangka pemahaman demi suksesnya pencapaian tujuan organiasi. Unit organisasi yang menyusun peta strategi adalah unit organisasi yang mendefinisikan visi dan misinya dengan jelas serta memiliki proses manajemen yang lengkap (input/sumber daya, proses internal dan output/outcome), dalam hal ini adalah Ketua dan Pembantu Ketua I, Pembantu Ketua II dan Pembantu Ketua III STMIK Bina Mulia Palu. Tabel 2 Rancangan Perspektif dan Sasaran strategis (SS) untuk Peta Strategis STMIK Bina Mulia Palu No
Perspektif
Sasaran Strategis
Penanggung Jawab
1
Keuangan
1. Kinerja Operasi. 2. Nilai Perguruan tinggi. 3. Tertib keuangan.
1. Ketua 2. Pembantu Ketua II (Bidang administrasi umum)
2
Pelanggan
1. Mutu dan jasa. 2. Hubungan pelanggan. 3. Peningkatan pertumbuhan mahasiswa.
1. Pembantu Ketua I (Bidang akademik) 2. Pembantu Ketua II (Bidang administrasi umum)
Hasrul, dkk.....................................Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
1. Peningkatan produktifitas dan efektivitas. 2. Mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan dunia kerja. 3. Menyelenggarakan program pendidikan yang berkualitas dan relevan. 4. Meningkatkan proses belajar mengajar.
23
3
Proses Internal
1. Pembantu Ketua I (Bidang akademik) 2. Pembantu Ketua II (Bidang administrasi umum)
4
Pembelajaran 1. Pengembangan kompetensi 1. Pembantu Ketua I dan karyawan. (Bidang akademik) pertumbuhan 2. Peningkatan produktifitas karyawan. 2. Pembantu Ketua II 3. Pengembangan jaringan informasi (Bidang administrasi dan penggunaan teknologi umum) informasi. 3. Pembantu Ketua III 4. Penggunaan teknologi informasi. (Bidang Kemahasiswaan)
Rancangan Peta Strategi STMIK Bina Mulia Palu dapat dilihat pada Gambar 4. Ketua
Perspektif Keuangan
Kinerja Operasi
Puket II
Nilai Perguruan Tinggi
Tertib Keuangan
Puket I
Puket II
Perspektif Pelanggan Mutu Dan Jasa
Peningkatan Pertumbuhan Mahasiswa
Hubungan Pelanggan
Puket I Perspektif Proses Bisnis Internal
Puket II
Mengembangkan Kurikulum Sesuai Kebutuhan Dunia Kerja
Peningkatan Produktivitas dan Efektivitas
Puket I Perspektif Pertumbuhan Dan Pembelajaran
Pengembangan Kompetensi Karyawan
Menyelenggarakan Program Pendidikan Yang Berkualitas dan Relevan
Puket II
Peningkatan Produltivitas Karyawan
Meningkatkan Proses Belajar Mengajar
Puket III
Pengembangan Jaringan Informasi
Penguasaan Teknologi Informasi
Gambar 4 Peta Strategis STMIK Bina Mulia Palu
5.2.2
Menentukan indikator kinerja utama (IKU) Indikator kinerja utama (IKU) merupakan sebuah metric (terukur dan
dapat diukur) yang digunakan untuk membantu organisasi menentukan dan mengukur kemajuan terhadap sasaran organisasi.
Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard .................................... Hasrul, dkk
24
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Dalam perumusan IKU, harus memenuhi karakteristik indikator kinerja yang baik dan cukup memadai guna pengukuran kinerja menggunakan prinsip SMART-C, yaitu: a) Spesific, IKU harus mampu menyatakan sesuatu yang khas/unik dalam menilai kinerja suatu unit kerja. b) Measurable, IKU yang dirancang harus dapat diukur dengan jelas, memiliki satuan pengukuran, dan jelas pula cara pengukurannya. c) Achievable, IKU yang dipilih harus dapat dicapai oleh penanggungjawab atau Unit In Charge. d) Relevant, IKU yang dipilih dan ditetapkan harus sesuai dengan visi dan misi serta tujuan strategis organisasi. e) Time-Bounded, IKU yang dipilih harus memiliki batas waktu pencapaian. f)
Continuously improve, IKU yang dibangun menyesuaikan dengan perkembangan strategi organisasi. Penentuan suatu IKU harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Menganut prinsip SMART-C. b) Memiliki relevansi yang sangat kuat dengan sasaran strategisnya. Yang dimaksud dengan relevansi adalah adanya keterkaitan yang erat antara IKU yang disusun dengan sasaran strategis (SS) yang telah ditetapkan. c) Kalimat yang disusun bersifat definitif bukan normatif. Yang dimaksud dengan definitif adalah kalimat IKU yang disusun harus konkret dan tidak menimbulkan pengertian ganda. Sedangkan IKU yang bersifat normatif adalah IKU yang dapat menimbulkan lebih dari satu interpretasi. d) Memiliki penanggung jawab yang jelas. e) Mencerminkan keseluruhan tugas dan fungsi organisasi. Kualitas Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat dari beberapa faktor berikut: a) Tingkat Validitas Indikator Kinerja Utama (IKU) Validitas suatu indikator kinerja utama (IKU) ditentukan berdasarkan tingkat kedekatan indikator kinerja utama (IKU) dengan sasaran strategis (SS). Tingkat validitas IKU dapat dibagi menjadi: a. Exact - Ukuran yang ideal untuk mengukur hasil pencapaian sasaran strategis (SS) yang diharapkan. b. Proxy - Indikator yang mengukur hasil tidak secara langsung, tetapi lewat sesuatu yang mewakili hasil tersebut.
Hasrul, dkk.....................................Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
25
c. Activity - Indikator kinerja utama (IKU) yang mengukur jumlah, biaya dan waktu dari kegiatan-kegiatan yang berdampak pada sasaran strategis (SS) yang bersangkutan. Validitas IKU dapat dibedakan berdasarkan gap antara IKU dan SS yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5 Tingkat validitas IKU
b) Degree Of Controllability Menunjukkan
sejauh
mana
kemampuan
suatu
organisasi
dalam
mengontrol atau mengelolah pencapaian target IKU: a. High – Pencapaian target secara dominan ditentukan oleh unit. b. Moderate – Pencapaian target juga dipengaruhi unit c. Low – Pencapaian target sangat dipengaruhi secara dominan oleh unit c) Polarisasi Data Menunjukkan ekspektasi arah nilai actual dari indikator kinerja utama (IKU) dibandingkan relatif terhadap nilai target: a. Maximize – Nilai aktual atau realisasi atau pencapaian indikator kinerja diharapkan lebih tinggi dari target. b. Minimize – Nilai aktual atau realisasi atau pencapaian indikator kinerja diharapkan lebih kecil dari target. c. Stabilize – Nilai aktual atau realisasi atau pencapaian indikator kinerja diharapkan berada dalam suatu rentang target tertentu.
Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard .................................... Hasrul, dkk
26
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Tabel 3 Jenis polarisasi data Polarisasi Status Maximize
Minimize
Stabilize
X < 80 %
X > 120 %
X < 80 % atau X > 120 %
Merah / Kurang
80 % ≤ X < 100 %
100 % < X ≤ 120 %
80 % ≤ X < 90 % atau 120 % ≥ X > 110 %
Kuning / Baik
X ≥ 100 %
X ≤ 100 %
90 % ≤ X ≤ 100
Hijau / Sangat Baik
Sumber: Pusat analisis dan harmonisasi kebijakan sekretariat jenderal kementrian keuangan
5.2.3
Penetapan target capaian atau inisiatif strategis (IS) Suatu kegiatan atau beberapa langkah kegiatan yang digunakan sebagai
cara untuk mencapai target indikator kinerja utama (IKU) dan ditetapkan selama satu tahun ke depan. Tabel 4 Daftar lengkap Perspektif, Sasaran strategis (SS), Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Inisiatif Strategis (IS) PERSPEKTIF KEUANGAN Sasaran Strategis (SS) 1
Kinerja Operasi
2
Nilai perguruan tinggi
3
Tertib keuangan
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Inisiatif Strategis (IS)
a. Tercapainya nilai surplus realisasi anggaran
Meningkatkan rasio surplus dan pendapatan tunai melalui pemasukan dari mahasiswa maupun dari sumber yang relevan.
b. Tercapainya nilai ideal ratarata biaya per mahasiswa
Meningkatnya rasio surplus dan pendapatan tunai melalui sumbangan dari mahasiswa maupun sumber lain yang relevan.
c. Tercapainya nilai ideal rasio sumbangan mahasiswa
Menghitung jumlah sumbangan/pendapatan yang diterima dari mahasiswa dan seluruh pendapatan.
Terselenggaranya laporan nilai aset tahunan
Menghitung nilai seluruh aset dari tahun ke tahun
a. Terselenggaranya pembuatan laporan neraca keuangan tahunan.
Membuat neraca keuangan per tahun.
b. Terselenggaranya pembuatan laporan laba tugi tahunan
Membuat laporan laba rugi per tahun
c. Terselenggaranya pembuatan laporan arus kas tahunan
Membuat laporan keuangan dari setiap unit per tahun
d. Terselenggaranya
Menyusun perencanaan
Hasrul, dkk.....................................Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
27
pembuatan anggaran tahunan
kerja dan anggaran per tahun.
a. Terealisasinya nilai akreditasi min. B untuk setiap program studi
Menyusun instrument akreditasi program studi
PERSPEKTIF PELANGGAN 1
Mutu dan jasa
2
Hubungan pelanggan
3
Peningkatan pertumbuhan mahasiswa
b. Rata-rata nilai masuk mahasiswa baru minimal 7,5
Menentukan standar nilai bagi calon mahasiswa baru
c. Rata-rata IPK lulusan di atas 3,0
Mengevaluasi dan meningkatkan IPK lulusan
a. Tercapainya tingkat kepuasan mahasiswa terhadap institusi sebesar 95 %
Menyusun kuesioner survey dan melaksanakan survey per tahun
b. Tercapainya tingkat kepuasan alumni terhadap proses belajar
Menyusun kuesioner survey dan melaksanakan survey per tahun
c. Tercapainya tingkat kepuasan pengguna alumni
Menyusun kuesioner survey dan melaksanakan survey per tahun
Tercapainya peningkatan jumlah mahasiswa baru sekitar 25 % setiap tahun.
Mengevaluasi dan meningkatkan jumlah mahasiswa baru per tahun
PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL 1
Peningkatan produktivitas dan efektivitas
a. Tercapainya target rata-rata IPK 3,0
Mengevaluasi rata-rata IPK mahasiswa per semester
b. Tercapai rata-rata waktu studi 4 tahun
Mengevaluasi lama studi mahasiswa tiap program studi
c. 10 % lulusan tepat waktu
Menghitung rasio jumlah lulusan per tahun
2
Mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan dunia kerja
3
Menyelenggarakan a. 90 % dosen menerapkan Eprogram pendidikan Learning dalam proses yang berkualitas dan belajar mengajar relevan b. Terselenggaranya evaluasi proses belajar mengajar di setiap akhir semester
Mengembangkan proses belajar mengajar berbasis teknologi informasi.
Meningkatkan proses belajar
Mengevaluasi tingkat kehadiran dosen per
4
85 % lulusan bekerja sesuai dengan bidangnya dan waktu tunggu minimal 6 bulan
a. Rata-rata kehadiran dosen
Menyusun kuesioner survey dan melaksanakan survey
a. Monitoring perkuliahan b. Evaluasi akhir semester
Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard .................................... Hasrul, dkk
28
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
mengajar
dalam per kuliahan > 85 %
ISSN: 1979-7656
semester
b. 95 % mata kuliah memiliki SAP
Mengevaluasi ketersediaan SAP setiap mata kuliah
c. Rata-rata kehadiran mahasiswa > 85 %
Mengevaluasi absensi setiap mahasiswa per semester
d. Tersedianya jumlah ruang kuliah
Ketersediaan jumlah ruang kuliah yang memenuhi standar (0,5 m2 per mahasiswa)
e. Tersedianya labolatorium yang memenuhi standar
Tersedia hardware dan software yang memadai
f. Tersedia buku teks dan jurnal
Menyediakan buku teks dan jurnal ilmiah yang up to date
g. Jumlah pengunjung perpustakaan
Menghitung rasio kunjungan mahasiswa per semester
PERSPEKTIF PERTUMBUHAN 1
2
Pengembangan kompetensi karyawan
Peningkatan produktivitas karyawan
a. Tercapai nilai ideal rasio dosen per mahasiswa 1:22
Perbandingan antara dosen dan mahasiswa adalah 1:3
b. Menurunnya jumlah dosen S1
0 % dari total jumlah dosen
c. Meningkatnya jumlah dosen S2
80 % dari total jumlah dosen
d. Bertambahnya jumlah dosen S2
20 % dari total jumlah dosen
a. Meningkatnya jumlah penelitian atau publikasi ilmiah
≥ 0,5 publikasi per dosen per tahun
b. 95 % karyawan hadir tepat waktu
Mengevaluasi tingkat kehadiran pegawai
3
Pengembangan jaringan informasi
Jumlah kegiatan lokakarya/seminar ≥ 3 kali per semester
Membuat rencana dan jadwal lokakarya/seminar per semester
4
Penggunaan teknologi informasi
a. Rasio komputer per karyawan
Mengevaluasi kebutuhan komputer untuk karyawan
5.3 Melakukan tindakan (Action taking) Tindakan yang dilakukan adalah membuat rancangan sistem academic scorecard yang meliputi: Diagram konteks, data flow diagram (DFD), bagan alir (flowchart), Entity Relational Diagram (ERD), perancangan database dan struktur tabel.
Hasrul, dkk.....................................Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
29
5.4 Melakukan Evaluasi (Evaluating) Tahapan evaluasi terdiri atas pengujian program dan pengujian sistem academic scorecard STMIK Bina Mulia Palu.
5.5 Pembelajaran (Learning) Tahapan ini merupakan bagian akhir dari siklus yang telah dilalui dengan melaksanakan review tahap-pertahap yang meliputi: a) Review rancangan peta strategi. b) Review sasaran strategis (SS), indikator kinerja utama (IKU) dan inisiatif strategis (SS) dari setiap perspektif Balance Scorecard. c) Review rancangan sistem Academic scorecard STMIK Bina Mulia Palu. d) Review hasil pengujian aplikasi.
Gambar 6 Tampilan utama alat bantu pengukuran kinerja Academic Scorecard STMIK Bina Mulia Palu
Hasil penelitian dan pembuatan aplikasi academic scorecard STMIK Bina Mulia Palu akan dikomunikasikan dan dilaporkan secara lengkap kepada pihak STMIK Bina Mulia Palu. Alat bantu pengukuran kinerja Academic Scorecard STMIK Bina Mulia Palu menghasilkan pengolahan data yang meliputi: a. Perhitungan nilai sasaran strategis (NSS); b. Perhitungan nilai kinerja perspektif (NKP); dan c. Perhitungan nilai kinerja unit (NKU).
Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard .................................... Hasrul, dkk
30
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
6. Penutup Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan judul “Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard Untuk Pengukuran Kinerja Manajemen Pada STMIK Bina Mulia Palu”, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil evaluasi dan perencanaan menggunakan model Balance Scorecard yang terdiri dari 4 (empat) perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, menghasilkan 14 (empat belas) sasaran strategis dan 38 (tiga puluh delapan) indikator kinerja utama (IKU) dan masing-masing IKU memiliki inisiatif strategis yang akan direalisasikan melalui alat bantu academic scorecard. 2) Dalam
membuat
rancangan
alat
bantu
Academic
Scorecard
menggunakan 5 (lima) tahapan atau siklus dari Action Research yang meliputi: Diagnosa (Diagnosing), membuat rencana tindakan (Action Planning), melakukan tindakan (Action taking), melakukan evaluasi (Evaluating), dan pembelajaran (Learning). 3) Penelitian ini menghasilkan alat bantu pengukuran kinerja yang disebut dengan Academic Scorecard yang berfungsi untuk mengukur kinerja manajemen STMIK Bina Mulia Palu. 4) Alat bantu pengukuran kinerja Academic Scorecard dapat berfungsi dengan baik setelah melakukan simulasi perhitungan Nilai Sasaran Strategis (NSS), Nilai Kinerja Perspektif (NKP) dan Nilai Kinerja Unit (NKU). Penelitian yang dilakukan masih terdapat kekurangan, sehingga penulis memberikan saran untuk peneliti selanjutnya, sebagai berikut: 1) Perlu melakukan riset SWOT Balance Scorecard dan analisis resiko menggunakan Key Risk Indicator (KRI). 2) Penelitian ini perlu ditambahkan ukuran kinerja dan indikator kinerja utama (IKU) dari setiap perspektif Balance Scorecard.
Hasrul, dkk.....................................Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
31
Daftar Pustaka Davison, R., Martinson, M.G., Kock, N., 2004, Principles of Canonical Action Research, Information Systems Journal, 14, 65-86. Effendi, S., 2003, Pengelolaan Perguruan Tinggi menghadapi tantangan Global, http://sofian.staff.ugm.ac.id/artikel/Effendi-MENGELOLA-PERGURUANTINGGI-DALAM-MENGHADAPI-TANTANGAN-GLOBAL.pdf, diakses pada tanggal 1 Desember 2012. Grant, R.M., 1997, Analisis Strategi Kontemporer, Konsep, Teknik, Aplikasi, Erlangga, Jakarta. Indrajit, E.R. dan Djokopranoto, R., 2006, Manajemen Perguruan Tinggi Modern, Andi Offset, Yogyakarta. Kaplan, R.S. dan Norton, D.P., 1996, Balance Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, Erlangga, Jakarta. Kaplan, R.S. dan Norton, D.P., 1996., The Balanced Scorecard, Translating Strategy Into Action, Harvard Business School Press, Boston. Mahsun, M., 2009, Pengukuran Kinerja Sektor Publik, BPFE – Yogyakarta, Yogyakarta. Mangkunegara, P.A., 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Sirait, A., 2010, Pedoman Pengelolaan Kinerja Berbasis Balanced Scorecard di Kementerian Keuangan, Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan, Jakarta. Sulaksana, U., 2004, Manajemen Perubahan, Cetakan I, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta. Soehendro, B., 1996, Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang 1996-2005, Proyek Pengembangan Staf dan Sarana Perguruan Tinggi (PPS2PT), Jakarta. Widayanto, G., 1993, EVA/NITAMI: Suatu terobosan dalam pengukuran kinerja perusahaan, Usahawan, No. 12.
Perancangan Alat Bantu Academic Scorecard .................................... Hasrul, dkk
Halaman ini memang sengaja dikosongkan
APLIKASI DIAGNOSIS AWAL PENYAKIT PADA SISTEM URIN MENGGUNAKAN LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) Evaliata Br. Sembiring, Luh Arida Ayu Rahning Putri Program Studi S2 Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
[email protected];
[email protected]
Abstrak Salah satu langkah penting dalam mengetahui penyakit yang menyerang organ tubuh manusia adalah dengan melakukan diagnosis awal berdasarkan gejala-gejala yang dialami. Berdasarkan gejala-gejala tersebut dapat diklasifikasi jenis penyakit yang sesuai atau di bidang kedokteran lebih familiar dengan istilah diagnosis penyakit. Dalam penelitian ini terdapat enam jenis gejala yang digunakan untuk melakukan proses klasifikasi penyakit yang menyerang sistem urin (Urinary System Diseases). Penyakit yang diklasifikasi merupakan dua jenis penyakit yaitu Inflammation of urinary bladder dan Nephritis of renal pelvis origin. Berdasarkan enam gejala tersebut dapat dilakukan diagnosis awal, apakah seorang pasien menderita salah satu dari kedua penyakit, menderita keduanya atau bahkan tidak mengalami kedua penyakit tersebut. Dalam melakukan diagnosis awal penyakit pada sistem urin ini, digunakan sebuah metode jaringan syaraf tiruan. Metode yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang terkait dengan klasifikasi yaitu LVQ (Learning Vector Quantization). Implementasi sistem diagnosis ini menggunakan bahasa pemrograman Delphi 7 dan penyimpanan data-data yang digunakan seperti bobot, data pelatihan dan data pengujiannya menggunakan Microsoft Access. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa persentase tingkat akurasi pelatihan dan pengujian dengan rata-rata akurasinya di atas 90% bahkan dapat mencapai 100% untuk learning rate =0.1, dengan delta learning rate = 0.0001 dan kondisi berhenti = 0. Selain itu hasil diagnosis yang diperoleh cukup valid. Kata Kunci: Sistem urin, diagnosis, LVQ.
1. Pendahuluan Sistem urin adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan uretra (Wikipedia, 2013). Dari beberapa bagian organ pada sistem urin tersebut, sering diserang penyakit-penyakit tertentu. Penyakit yang diklasifikasikan dalam penelitian ini merupakan dua jenis penyakit yang menyerang sistem urin (Urinary System Diseases), yaitu Inflammation of urinary bladder dan Nephritis of renal pelvis origin (UCI, tanpa tahun). Inflammation of urinary bladder adalah peradangan/infeksi atau pembengkakan pada kandung kemih sedangkan Nephritis of renal pelvis origin adalah peradangan pada ginjal yang sumbernya dari bagian pelvis pada ginjal. Proses klasifikasi penyakit dilakukan berdasarkan pada enam jenis gejala (symptom), yaitu:
33
34
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
a. Temperature of patient: suhu atau temperatur pasien b. Occurrence of nausea: timbulnya rasa mual c. Lumbar pain: nyeri pada pinggang d. Urine pushing (continuous need for urination): keinginan untuk buang air kecil secara terus-menerus e. Micturition pains: nyeri saat buang air kecil f.
Burning of urethra, itch, swelling of urethra outlet: pembakaran uretra, gatal dan pembengkakan saluran uretra Berdasarkan enam gejala tersebut dapat dilakukan diagnosis awal
apakah seorang pasien menderita salah satu dari kedua penyakit tersebut, menderita keduanya atau bahkan tidak mengalami kedua penyakit tersebut. Aplikasi ini dibuat untuk melakukan klasifikasi atau diagnosa awal terhadap dua jenis penyakit pada sistem urin dengan menggunakan metode Learning Vector Quantization (LVQ).
2. Landasan Teori 2.1 LVQ (Learning Vector Quantization) LVQ merupakan salah satu metode dalam jaringan syaraf tiruan yang bisa digunakan untuk penyelesaian masalah klasifikasi. Pada proses klasifikasi setiap unit keluaran mempresentasikan sebuah kelas atau target (Fausett, 1994). Jumlah kelas atau kelompok sebagai target sudah ditentukan sebelumnya. LVQ sebagai salah satu jaringan syaraf tiruan merupakan algoritma pembelajaran kompetitif terawasi yang merupakan versi dari algoritma Kohonen Self-Organization Map (SOM) (Fausett, 1994). Algoritma ini bertujuan untuk mendekati distribusi kelas vektor sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam pengklasifikasian. LVQ melakukan pembelajaran pada lapisan kompetitif yang terawasi (Ranaldhi, 2006). Suatu lapisan kompetitif akan secara otomatis belajar untuk mengklasifikasikan vektor-vektor input. Kelas-kelas yang diperoleh sebagai hasil dari lapisan kompetitif ini hanya tergantung pada jarak antara vektor-vektor input. Jika 2 (dua) vektor input mendekati sama, maka lapisan kompetitif akan meletakkan kedua vektor input tersebut ke dalam kelas yang sama, dengan kata lain jaringan LVQ belajar mengklasifikasikan vektor masukan ke kelas target yang ditentukan oleh pengguna.
Sembiring & Putri ...................Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
35
2.2 Arsitektur LVQ Learning Vector Quantization (LVQ) merupakan jaringan lapisan tunggal (single-layer net) di mana lapisan masukan terkoneksi secara langsung dengan setiap neuron pada keluaran. Koneksi antar neuron tersebut dihubungkan dengan bobot/weight. Neuron-neuron keluaran pada LVQ menyatakan suatu kelas atau kategori tertentu. Bobot merupakan nilai matematis dari koneksi yang mentransfer data dari satu lapisan ke lapisan lainnya, yang berfungsi untuk mengatur jaringan sehingga dapat menghasilkan output yang diinginkan. Bobot pada LVQ sangat penting, karena dengan bobot ini input dapat melakukan pembelajaran dalam mengenali suatu pola. Vektor bobot berfungsi untuk menghubungkan setiap neuron pada lapisan input dengan masing-masing neuron pada lapisan output.
2.3 Parameter LVQ Secara umum parameter-parameter yang digunakan pada metode LVQ adalah sebagai berikut: 1. Alpha (α) – Parameter ini lebih umum disebut dengan Learning Rate. Alpha didefinisikan sebagai tingkat pembelajaran. Jika alpha terlalu kecil, maka prosesnya akan terlalu lama. Nilai alpha adalah 0 < α < 1. 2. Decrement Alpha (∆α) – Parameter ini merupakan penurunan tingkat pembelajaran. 3. Minimal Alpha (parameter untuk kondisi berhenti, dimana pada aplikasi variabel diberi nama “stop”) – Parameter ini merupakan minimal nilai tingkat pembelajaran yang masih diperbolehkan.
2.4 Algoritma Pembelajaran LVQ Algoritma pembelajaran LVQ bertujuan untuk mencari nilai bobot yang sesuai untuk mengelompokkan vektor-vektor ke dalam kelas tujuan yang telah diinisialisasi pada saat pembentukan jaringan LVQ. Sedangkan algoritma pengujiannya adalah untuk menghitung nilai output (kelas vektor) yang terdekat dengan vektor input, atau dapat disamakan dengan proses pengklasifikasian (pengelompokan). Berikut ini adalah algoritma pembelajaran LVQ: Langkah 0: inisialisasi vektor referensi (sebagai bobot awal: x1, x2, ..., x6), learning rate (α), decrement alpha (∆α), kondisi berhenti, dan jumlah kluster yang diinginkan.
Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin .................. Sembiring & Putri
36
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Langkah 1: ketika kondisi berhenti (stop) adalah bernilai salah, maka lakukan langkah 2 sampai 6. Langkah 2: untuk setiap input pelatihan vektor x, lakukan langkah 3 dan 4. Langkah 3: temukan jarak terpendek (minimum) xi dengan bobot yang ditandai dengan indeks vektor bobot sebagai j. Langkah 4: perbaharui bobot w sebagai berikut: Jika class reference = class input, maka w(baru) = w(lama) + α[xi-w(lama)] Jika class reference ≠ class input, maka w(lama) - α[xi-w(lama)] Langkah 5: kurangi Learning Rate. Langkah 6: tes kondisi berhenti (stop), yaitu kondisi yang mungkin menetapkan sebuah jumlah tetap dari iterasi atau rating pembelajaran mencapai nilai kecil yang cukup. Setelah dilakukan pelatihan, akan diperoleh bobot-bobot akhir (w). Bobot-bobot ini selanjutnya digunakan untuk melakukan pengujian dalam hal ini adalah untuk diagnosis jenis penyakit. Algoritma pengujian LVQ adalah sebagai berikut: Langkah 1: masukkan input (xi) dan bobot akhir (hasil training). Langkah 2: hitung jarak Langkah 3: pilih neuron dengan jarak minimum Langkah 4: memberikan hasil klasifikasi (sebagai diagnosis awal penyakit).
3. Perancangan dan Implementasi 3.1 Perancangan Arsitektur y2
y1
y4
y3
w11 w63
w12 w13 w14
wi2 wi1
x1 xi
w64
w62
wi3 wi4 1
w61
…………….
x6
Gambar 1 Arsitektur LVQ Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin
Sembiring & Putri ...................Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
37
Langkah awal yang dilakukan untuk membangun aplikasi diagnosis awal penyakit pada sistem urin ini adalah merancang arsitekturnya. Secara umum dapat ditetapkan input dan output yang mempengaruhi proses klasifikasi untuk mendiagnosis penyakit. Terdapat enam variabel dari vektor input yaitu gejala yang disimbolkan dengan x = (x1, x2, x3, x4, x5, x6) dan empat jenis diagnosis yang akan menjadi keluarannya yang disimbolkan dengan kelas y = (y1, y2, y3, y4). Selain itu terdapat empat vektor bobot yang diwakili oleh variabel w. Arsitektur tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.
3.2 Normalisasi Data Set Data gejala yang diperoleh hanya bernilai ”yes” dan ”no” sehingga sebelum disimpan pada database terlebih dahulu dinormalisasi dengan mengubah nilai ”yes menjadi 1” dan nilai ”no menjadi 0”. Data seluruhnya yang digunakan berjumlah 120 data. Data tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu data pelatihan dan data pengujian.
Gambar 2(a) Tabel Update Bobot
Gambar 2(b) Tabel Data Pelatihan
Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin .................. Sembiring & Putri
38
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Gambar 2(c) Tabel Data Pengujian
Masing-masing data disimpan dalam tabel sehingga terdapat 5 tabel untuk data pelatihan (diberi nama Training1, Training2, Training3, Training4, Training5) dan 5 tabel untuk data pengujian (diberi nama Uji1, Uji2, Uji3, Uji4, Uji5). Selanjutnya bobot akhir dari pelatihan juga disimpan dalam satu tabel yaitu tabel Bobot. Sehingga terdapat 11 tabel yang digunakan dalam Sistem Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin ini dimana masing-masing tabel diwakili oleh satu tabel seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
3.3 Proses Pembelajaran Implementasi
algoritma
pembelajaran
LVQ
dijelaskan
mulai
dari
inisialisasi bobot vektor yaitu dengan mengambil vektor pelatihan pertama dan menggunakannya sebagai bobot vektor. Vektor yang tersisa digunakan untuk pelatihan. Selain vektor bobot, beberapa parameter yang diinisialisasi adalah learning rate, perubahan learning rate dan kondisi berhenti pelatihan. Berikut ini implementasinya: for i := 1 to 4 do begin // mengambil empat vektor for j := 0 to 7 do begin // mengambil 6 vektor input GridBobot.Cells[j, i] := GridData.Cells[j, i]; end; end; // nilai parameter dimasukkan oleh user alpha := StrToFloat(edtLR.Text); // learning rate delta := StrToFloat(edtDelta.Text); // perubahan learning rate stop := StrToFloat(edtStop.Text); // kondisi berhenti
Sembiring & Putri ...................Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
39
Langkah berikutnya adalah menemukan jarak minimum vektor input dengan bobot. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk merubah bobot. // step 1 kondisi berhenti epoch := 0; while alpha >= stop do begin // step 2 for i := 5 to jmldata do begin // step 3: hitung jarak data training // ke masing-masing vector bobot for j := 1 to 4 do begin jarak1 := 0; for m := 1 to 6 do begin jarak1 := jarak1 + Sqr( StrToFloat(GridData.Cells[m, i]) StrToFloat(GridBobot.Cells[m, j]) ); end; jarak2 := RoundTo(Sqrt(jarak1), -2); d[j] := jarak2; end; // step 4: cari jarak minimum kemudian update bobot minD := MinValue(d); // fungsi minimum k := 1; while k < 5 do begin if MinD = d[k] then begin indeksD := k; // ambil indeks jarak minimum k := 5; end else k := k + 1; end; Ketika jarak minimum sudah ditemukan maka dilakukan perubahan bobot, dengan memeriksa kondisinya terlebih dahulu, dimana vektor input sama dengan vektor bobot maka bobot baru ditambah dengan hasil perkalian learning rate dengan selisih vektor input dan vektor bobot yang lama. Sebaliknya jika tidak sama, maka dilakukan pengurangan. // update bobot // cek class reference dengan class input sama atau tidak // jika sama bobot ditambah if GridBobot.Cells[7, indeksD] = GridData.Cells[7, i] then begin edtTrainAcr.Text := ''; for n := 1 to 6 do begin tempB := StrToFloat(GridBobot.Cells[n, indeksD]);
Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin .................. Sembiring & Putri
40
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
tempD := StrToFloat(GridData.Cells[n, i]); updB := alpha * (tempD - tempB); tempB := RoundTo((tempB + updB), -2); GridBobot.Cells[n,indeksD] := FormatFloat('0.00', tempB); end; end // jika berbeda, bobot dikurangi else begin edtTrainAcr.Text := ''; for n := 1 to 6 do begin tempB := StrToFloat(GridBobot.Cells[n, indeksD]); tempD := StrToFloat(GridData.Cells[n, i]); updB := alpha * (tempD - tempB); tempB := RoundTo((tempB - updB), -2); GridBobot.Cells[n, indeksD] := FormatFloat('0.00', tempB); end; end; end; Setelah perubahan bobot dilakukan, maka learning rate dikurangi. Sampai suatu saat kondisi berhenti akan bernilai benar yaitu kondisi yang mungkin menetapkan sebuah jumlah tetap dari iterasi atau rating pembelajaran mencapai nilai kecil yang cukup. // step 5: update alpha alpha := alpha - delta; epoch := epoch + 1; end; // akhir perulangan while {kondisi STOP} Hasil training atau pelatihan adalah bobot akhir, jumlah iterasi selama pelatihan dan juga akurasi pelatihannya. edtEpoch.Text := IntToStr(epoch); // menampilkan jumlah epoch GridData.ColCount := 9; GridData.ColWidths[0] := 40; GridData.ColWidths[1] := 70; GridData.ColWidths[8] := 55; for n := 2 to 6 do begin GridData.ColWidths[n] := 55; end; GridData.Cols[8].Text := 'Diagnosis'; // cek akurasi kemampuan memori
Sembiring & Putri ...................Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
41
tracr := 0; // untuk setiap data training for i := 1 to jmldata do begin // hitung jarak ke masing-masing vektor bobot for j := 1 to 4 do begin jarak1 := 0; for m := 1 to 6 do begin jarak1 := jarak1 + Sqr( StrToFloat(GridData.Cells[m, i]) StrToFloat(GridBobot.Cells[m, j]) ); end; jarak2 := RoundTo(Sqrt(jarak1), -2); d[j] := jarak2; end; // cari bobot dengan jarak minimum minD := MinValue(d); // fungsi minimum k := 1; while k < 5 do begin if MinD = d[k] then begin indeksD := k; // ambil indeks jarak minimum k := 5; end else k := k + 1; end; // cek apakah hasil diagnosis/prediksi // sama dengan class awal if GridBobot.Cells[7, indeksD] = GridData.Cells[7, i] then begin GridData.Cells[8, i] := IntToStr(indeksD); tracr := tracr + 1; end else begin GridData.Cells[8, i] := IntToStr(indeksD); end; end; // akurasi = (jml prediksi benar/jml data)*100% edtTrainAcr.Text := FormatFloat('0.00', (tracr/jmldata)*100) + ' %'; Bobot akhir akan disimpan ke tabel Bobot pada database, sehingga ketika melakukan diagnosis maka pengguna tidak perlu melakukan proses pelatihan lagi tetapi cukup menggunakan hasil pelatihan yang sudah dilakukan sebelumnya.
Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin .................. Sembiring & Putri
42
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
3.4 Proses Pengujian Proses selanjutnya adalah pengujian terhadap hasil pelatihan yang sudah selesai dilakukan. Dalam hal ini menggunakan data pengujian yang sudah disimpan pada Tabel Uji1, Uji2, dst. Selanjutnya akan dihasilkan persentase akurasi. tracr := 0; // untuk setiap data training for i := 1 to jmldata do begin // hitung jarak ke masing-masing vektor bobot for j := 1 to 4 do begin jarak1 := 0; for m := 1 to 6 do begin jarak1 := jarak1 + Sqr( StrToFloat(GridData.Cells[m, i]) – StrToFloat(GridBobot.Cells[m, j]) ); end; jarak2 := RoundTo(Sqrt(jarak1), -2); d[j] := jarak2; end; // cari bobot dengan jarak minimum minD := MinValue(d); // fungsi minimum k := 1; while k < 5 do begin if MinD = d[k] then begin indeksD := k; // ambil indeks jarak minimum k := 5; end else k := k + 1; end; // cek apakah hasil diagnosis/prediksi // sama dengan class awal if GridBobot.Cells[7, indeksD] = GridData.Cells[7, i] then begin GridData.Cells[8, i] := IntToStr(indeksD); tracr := tracr + 1; end else begin GridData.Cells[8, i] := IntToStr(indeksD); end; end; // akurasi = (jml prediksi benar/jml data)*100% edtTestAcr.Text := FormatFloat('0.00', (tracr/jmldata)*100) + ' %';
Sembiring & Putri ...................Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
43
3.5 Proses Diagnosis Akhir dari proses pada sistem adalah melakukan diagnosis terhadap penyakit berdasarkan gejala-gejala yang sudah di-training oleh sistem jaringan syaraf tiruan menggunakan metode LVQ ini. Data masukan yang diberikan oleh user berdasarkan pertanyaan gejala-gejala yang dialami hanya dengan memilih jawaban Ya dan Tidak, kecuali temperature memang wajib diisi. for i := 1 to 7 do input[i] := 0; input[1] := RoundTo(((StrToFloat(edtSuhu.Text) - 35)/7), -2); if UpperCase(cmbNausea.Text) = 'YA' then input[2] := 1 else input[2] := 0; if UpperCase(cmbLumbar.Text) = 'YA' then input[3] := 1 else input[3] := 0; if UpperCase(cmbUrine.Text) = 'YA' then input[4] := 1 else input[4] := 0; if UpperCase(cmbMict.Text) = 'YA' then input[5] := 1 else input[5] := 0; if UpperCase(cmbUrtra.Text) = 'YA' then input[6] := 1 else input[6] := 0; with ADOTable3 do begin Active := True; for i := 1 to RecordCount do begin bobot[1, i] := FieldByName('Temperature').AsFloat; bobot[2, i] := FieldByName('Nausea').AsFloat; bobot[3, i] := FieldByName('Lumbar').AsFloat; bobot[4, i] := FieldByName('Urine').AsFloat; bobot[5, i] := FieldByName('Micturition').AsFloat; bobot[6, i] := FieldByName('Urethra').AsFloat; bobot[7, i] := FieldByName('Class').AsFloat; Next; end; end; Selanjutnya menghitung jarak masing-masing vektor bobot dan mencari bobot dengan jarak minimum. // hitung jarak ke masing-masing vektor bobot for j := 1 to 4 do begin jarak1 := 0; for m := 1 to 6 do begin jarak1 := jarak1 + Sqr(input[m] - bobot[m, j]); end; jarak2 := RoundTo(Sqrt(jarak1), -2);
Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin .................. Sembiring & Putri
44
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
d[j] := jarak2; end; // cari bobot dengan jarak minimum minD := MinValue(d); // fungsi minimum k := 1; while k < 5 do begin if MinD = d[k] then begin indeksD := k; // ambil indeks jarak minimum k := 5; end else k := k + 1; end; Terakhir adalah menampilkan hasil diagnosis. if indeksD = 1 then form1.lblHasil.Caption := 'Anda tidak menderita kedua jenis penyakit' else if indeksD = 2 then form1.lblHasil.Caption := 'Anda menderita Inflammation of Urinary Bladder' else if indeksD = 3 then form1.lblHasil.Caption := 'Anda menderita Nephritis of Renal Pelvis Origin' else form1.lblHasil.Caption := 'Anda menderita kedua jenis penyakit';
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Antarmuka Sistem
Gambar 3(a) Antarmuka Proses Training
Sembiring & Putri ...................Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
45
Gambar 3(b) Antarmuka Proses Diagnosis
Antar muka sistem yang seperti ditunjukkan pada Gambar 3 dibagi menjadi dua bagian yaitu antarmuka untuk proses training atau pelatihan dan yang kedua adalah antarmuka untuk proses diagnosis.
4.2 Hasil Uji Coba Vektor Referensi sebagai bobot awal yang digunakan adalah empat data awal pada data training yang disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Bobot Awal Pembelajaran menggunakan LVQ
Persentase tingkat akurasi training dan testing berdasarkan nilai parameterparameter yang digunakan disajikan pada Tabel 1. Salah satu tampilan antarmuka proses training atau pelatihan dan pengujiannya ditunjukkan pada Gambar 5. Bobot akhir yang dihasilkan akan disimpan pada tabel Bobot, dengan menekan tombol Save dan akan ditampilkan pesan verifikasi bahwa data bobot sudah berhasil disimpan seperti ditunjukkan pada Gambar 6.
Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin .................. Sembiring & Putri
46
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Tabel 1 Persentase Tingkat Akurasi Pelatihan dan Pengujian
Parameter Learning Rate Delta Stop Condition
Nilai
Data
0.1 0.0001 0
1 2 3 4 5
0.1 0.0001 0
1 2 3 4 5
92.63 92.71 100 95.83 100 96.234
88 87.5 100 91.67 100 93.434
0.1 0.0001 0
1 2 3 4 5
92.63 92.71 90.63 92.71 89.69 91.674
88 87.5 95.83 87.5 100 91.766
Rata-rata Learning Rate Delta Stop Condition
Rata-rata Learning Rate Delta Stop Condition
Rata-rata
Akurasi (%) Training Testing 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Gambar 5(a) Antarmuka Hasil Pelatihan
Sembiring & Putri ...................Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
47
Gambar 5(b) Antarmuka Hasil Pengujian
Gambar 6 Antarmuka Penyimpanan Bobot Akhir ke Tabel Bobot
Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin .................. Sembiring & Putri
48
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Dalam pengujian diagnosis ini, diberikan temperatur dengan nilai 37 dan gejalagejala yang dialami hanya Urine Pushing, maka hasil diagnosis seperti pada Gambar 7 yang menunjukkan bahwa proses diagnosis berhasil dilakukan dengan benar atau sesuai.
Gambar 7 Hasil Diagnosis
5. Kesimpulan Berdasarkan hasil implementasi yang sudah diuraikan sebelumnya bahwa persentase tingkat akurasi pelatihan dan pengujian menggunakan metode LVQ untuk kasus Diagnosis penyakit pada sistem Urin cukup tinggi. Hal ini berdasarkan hasil rata-rata akurasinya di atas 90% bahkan dapat mencapai 100% untuk learning rate = 0.1 dengan delta learning rate = 0.0001 dan kondisi berhenti = 0. Selain itu hasil diagnosis juga dapat dihasilkan dengan benar. Oleh karena itu metode LVQ ini dianggap cocok digunakan untuk masalah diagnosis, selain prosesnya cukup cepat dengan arsitektur yang sederhana dan juga hasil cukup memuaskan.
Sembiring & Putri ...................Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
49
Daftar Pustaka Fausett, L.V., 1994, Fundamentals of Neural Networks Architecture, Algorithms, and Applications, Prentice Hall Publishers, New Jersey. Ranaldhi, D., 2006, Implementasi Learning Vector Quantization (LVQ) untuk Pengenalan Pola Sidik Jari pada Sistem Informasi Narapidana LP Wirogunan, Jurnal Media Informatika, Vol.4, No.1, hal. 51-65. UCI, tanpa tahun, Data Sets, http://archive.ics.uci.edu/ml/datasets.html, diakses pada tanggal 11 Mei 2012. Wikipedia, 2013, Sistem Urin, http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_urin, diakses pada tanggal 11 Mei 2012.
Aplikasi Diagnosis Awal Penyakit pada Sistem Urin .................. Sembiring & Putri
Halaman ini memang sengaja dikosongkan
PENGEMBANGAN MEDIA BELAJAR IPA BIOLOGI MENGGUNAKAN AUGMENTED REALITY (STUDI KASUS: SISWA MTS PONDOK PESANTREN PABELAN) Danang Tejo Kumoro, Abidarin Rosidi, Emha Taufiq Luthfi Magister Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak IPA Biologi adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Materi yang diajarkan terkait dengan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Sebagai sebuah subyek yang mengajarkan materi yang ada di alam, IPA Biologi memerlukan media atau perangkat pembelajaran yang dapat menampilkan simulasi data benda tiruan yang berbentuk seperti suatu obyek yang dipelajari. Augmented Reality sebagai sebuah bagian dari multimedia adalah perangkat yang menyajikan visual ke dalam dunia nyata dapat dimanfaatkan menjadi perangkat pembelajaran yang menampilkan materi dalam subyek IPA Biologi yang dipelajari karena teknologi 3D memungkinkan membentuk beragam materi alam dalam versi maya. Kata Kunci: Augmented Reality, IPA Biologi, Media Pembelajaran.
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm, 1977). Multimedia adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk salah satu keperluan media pembelajaran. Salah satu kelebihannya terlihat dari memungkinkannya untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan penyajian materi presentasi. Hal ini dapat dibuktikan dari hampir semua keperluan baik audio maupun visual yang dapat dikreasikan menggunakan perangkat multimedia. Salah satu faktor yang membentuk multimedia dan dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran adalah Augmented Reality. Augmented Reality adalah sebuah gagasan yang memberikan model belajar alternatif kepada para pelaku pendidikan, yaitu sebuah gambaran yang lebih lengkap secara perspektif dan komunikasi kepada para penggunanya. Augmented Reality (AR) adalah variasi dari Virtual Reality (VR). Augmented Reality memungkinkan pengguna melihat dunia nyata, dengan virtual ditumpangkan pada benda yang ditambatkan dengan dunia nyata (Azuma, 1997).
51
52
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
IPA Biologi sebagai subyek yang mengajarkan alam menggunakan perangkat sebagai simulasi karena setiap bab dalam pelajaran IPA Biologi membutuhkan peraga atau visual yang dapat menjelaskan apa yang ditulis dalam buku. Untuk itu, penelitian ini akan mencari tahu apakah augmented reality dapat menjadi media pembelajaran di sekolah atau tidak.
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumya maka yang menjadi pertanyaan adalah apakah AR dapat digunakan sebagai media pembelajaran IPA Biologi?
1.3 Batasan Masalah Permasalahan yang dikaji dibatasi pada hal berikut: 1. Sistem yang dibuat sebagai preliminary design 2. Lingkup penelitian di MTs Pondok Pabelan Magelang 3. Aplikasi AR menggunakan ARToolkit 4. Evaluasi ditekankan pada aspek usability 5. Pengguna sistem adalah siswa kelas VII MTs Pondok Pabelan Magelang
1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menciptakan media pembelajaran berbasis AR dan meninjau aspek usability dari media tersebut.
2. Tinjauan Pustaka 2.1 Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin, yaitu Medium yang secara harfiah diartikan pengantar. Media pembelajaran dapat diartikan alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada pelajar. Briggs (1991) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran, seperti buku, film, video, dan sebagainya. Kriteria utama dari media pembelajaran adalah harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang harus dicapai.
2.2 IPA Biologi Mata pelajaran Biologi di sekolah mengkaji permasalahan yang terkait dengan fenomena alam, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan penerapannya untuk membangun
Danang Tejo Kumoro, dkk ................... Pengembangan Media Belajar IPA Biologi
ISSN: 1979-7656
teknologi
guna
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
mengatasi
permasalahan
dalam
kehidupan
53
masyarakat.
Fenomena alam dalam mata pelajaran Biologi dapat ditinjau dari obyek, tema, dan tempat kejadiannya.
2.3 Augmented Reality Teknologi Augmented Reality adalah teknologi yang memungkinkan penambahan citra sintetis ke dalam lingkungan nyata. Berbeda dengan Virtual Reality (VR) yang sepenuhnya mengajak pengguna ke dalam lingkungan maya, AR memungkinkan pengguna melihat obyek virtual 3D yang ditambatkan ke dalam lingkungan nyata. Kaufmann menyatakan ada tiga karakteristik AR, yaitu: kombinasi dunia nyata dan maya, interaksi berlangsung secara realtime, berbentuk 3D. Data kontekstual ini dapat berupa komentar audio, data lokasi, konteks sejarah, atau bentuk-bentuk lainnya. AR telah banyak diimplementasikan di berbagai bidang, di antaranya kedokteran, militer, manufaktur, hiburan, museum, dan game pendidikan. AR dan VR merupakan bagian dari rangkaian yang disebut Mixed Reality (MR). Lingkungan MR menampilkan obyek virtual dan nyata ke dalam tampilan yang sama secara realtime.
Gambar 1 Mixed Reality
2.4 Usability ISO (1998) mendefinisikan usability sebagai sejauh mana suatu produk dapat digunakan oleh pengguna untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien dan apakah produk tersebut memberikan kepuasan kepada penggunanya.
3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam pelaporan ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan
Pengembangan Media Belajar IPA Biologi................... Danang Tejo Kumoro, dkk
54
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
secara obyektif. Sedangkan kuantitatif adalah penggambaran penelitian akan dilakukan dengan mengambil data berupa angka dan mengolahnya dalam proses matematis. Untuk mengetahui persepsi siswa terhadap variabel efektivitas, efisiensi, dan kepuasan, maka penulis membagikan angket kepada 33 orang siswa sebagai sampel. Nilai pernyataan yang dibuat adalah 4 untuk pernyataan sangat setuju dan nilai 1 untuk pernyataan sangat tidak setuju. Tabel 1 Tabel Penilaian
Kategori Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)
Nilai 4 3 2 1
Untuk uji validitas dan realibilitas data digunakan software SPSS 15. Setelah itu pengujian dilakukan dengan menggunakan skala interval untuk mengetahui posisi dalam kategori tiap variabel.
4. Tahap Perancangan Proses pembuatan media didasarkan pada model Life Cycle Multimedia Development, yaitu mendefinisikan masalah, studi kelayakan, analisis kebutuhan sistem, merancang konsep, merancang isi, merancang naskah, merancang grafik, memproduksi sistem, menguji sistem, menggunakan sistem, dan memelihara sistem. Untuk menyingkat proses pelaporan maka perancangan dibatasi pada tahap konsep, isi, grafik, dan produksi.
4.1 Merancang Konsep Merancang konsep adalah merancang gagasan terkait dengan media pembelajaran yang dibuat. Merancang konsep sangat tergantung dari kreativitas dan inovasi yang diperoleh dari proses studi baik lapangan maupun pustaka. Studi berkaitan dengan lapangan penulis lakukan dengan melihat mode yang berjalan dan teknologi yang berkembang saat ini. Apakah teknologi yang berkembang saat ini dapat diimplementasikan pada subyek IPA Biologi. Sedangkan studi pustaka berkaitan dengan proses pencarian sumber-sumber teori, seperti jurnal – melihat penggunaan AR yang telah dilakukan dalam subyek berbeda.
Danang Tejo Kumoro, dkk ................... Pengembangan Media Belajar IPA Biologi
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
55
Gambar 2 Use case model pembelajaran
4.2 Merancang Isi Merancang isi adalah proses desain konten yang akan disajikan. Dalam hal ini hal yang disajikan meliputi teks, grafik, dan 3D. Merancang isi meliputi mengevaluasi dan memilih daya tarik, gaya dalam mengeksekusi pesan, nada dalam mengeksekusi pesan dan kata dalam mengeksekusi pesan (Suyanto, 2005) Materi yang disajikan adalah bentuk saduran dari buku pelajaran IPA Biologi yang digunakan di kelas VII MTs Pondok Pesantren Pabelan dan bab yang dipelajari mengenai virus, sel hewan dan tumbuhan, jaringan batang dan daun. Pada bab virus diterangkan mengenai pengertian, ancaman, Human Immunodeficiency Virus, dan cara hidup virus. Pada bab sel hewan dan tumbuhan diterangkan mengenai pengertian, ukuran, dan struktur yang terbentuk di dalam sel. Sedangkan pada bab jaringan tumbuhan diterangkan mengenai pengertian dan jenisnya.
4.3 Merancang Grafik Proses merancang grafik meliputi proses kreatif desain pada buku dan model 3D-nya. Desain buku mencakup pemilihan shape, tipografi, warna dan layout. Untuk mendesain buku penulis menggunakan aplikasi berbasis vector menggunakan Corel Draw X3. Proses desain diawali dengan menentukan ukuran
Pengembangan Media Belajar IPA Biologi................... Danang Tejo Kumoro, dkk
56
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
buku dan tema yang akan digunakan, kemudian menuangkan ide dan isi yang sudah dilakukan sebelumnya.
Gambar 3 Rancangan Layout Magicbook
Proses desain 3D dilakukan menggunakan aplikasi 3DsMax 9. Proses desain meliputi penentuan model, material, jumlah polygon, dan animasi. Untuk model yang digunakan adalah mengikuti bentuk asli anatomi yang dipelajari, sedangka material adalah karakter pelapis bentuk meliputi warna dan tekstur. Jumlah polygon disesuaikan dengan kemampuan kerja komputer, karena semakin banyak menggunakan polygon maka semakin besar resource yang dibutuhkan.
4.4 Produksi Sistem Tahap produksi sistem meliputi tiga bagian, yaitu tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap paska produksi. Masing-masing tahap perlu dilakukan dengan baik agar media pembelajaran yang diinginkan dapat dihasilkan. 4.4.1
Pra Produksi Pada tahap pra produksi yang dilakukan adalah meninjau setiap materi
yang dipelajari siswa. Kemudian dari seluruh materi yang dipelajari diambil beberapa model sebagai materi media pembelajaran berbasis AR. Selain itu pada tahap ini termasuk menentukan aspek teknis baik cara membuat dan perangkat apa saja yang digunakan, dalam hal ini penulis menentukan software pengolah grafis Corel Draw X3 untuk mendesain buku dan 3Ds Max 9 untuk mendesain model 3D. 4.4.2
Produksi Tahap produksi adalah periode selama multimedia diproduksi secara
komersial (Suyanto, 2005). Pada tahap ini seluruh ide yang dirancang sebelumnya diproduksi dengan bantuan perangkat lunak yang ditentukan sebelumnya. Proses produksi diawali dengan mendesain magicbook. Desain yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah pemilihan bentuk (shape), warna, dan
Danang Tejo Kumoro, dkk ................... Pengembangan Media Belajar IPA Biologi
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
57
tipografi. Untuk bentuk meliputi desain marker dan beberapa variasi kecil lainnya. Warna didominasi putih agar menampakkan gambar atau foto dengan lebih jelas, dan tipografi penulis pilih jenis San Serif. Proses selanjutnya adalah mendesain 3D tiap obyek yang dipilih. Desain diawali dengan memilih bentuk primitif yang dilanjutkan dengan menentukan banyaknya jumlah polygon. Kemudian kustomisasi dilakukan agar bentuk primitif tersebut berubah mendekati obyek aslinya.
Gambar 4 Memproduksi sistem
5. Pengujian Proses pengujian sistem dipecah menjadi dua bagian, yaitu unit dan sistem. Unit pengujian terdiri dari pengujian atas masing-masing program secara terpisah dalam sistem multimedia (Suyanto, 2005). Sedangkan penerimaan adalah jaminan kualitas yang menjadi sertifikasi akhir yang menunjukkan bahwa sistem sesuai dengan standar kualitas yang diharapkan dan sistem sudah dapat digunakan (Suyanto, 2005)
5.1 Pengujian Unit Tahap ini adalah proses dimana penulis menguji fungsi dari masingmasing perangkat, yaitu bekerjanya kamera, aplikasi, dan kesesuaian marker. Teknik yang digunakan dengan menjalankan aplikasi dan melihat apakah model 3D yang dirancang dapat muncul atau tidak. Hal tersebut dilakukan untuk setiap model 3D yang ada pada halaman Magicbook.
Gambar 5 Pengujian Tiap Unit
Pengembangan Media Belajar IPA Biologi................... Danang Tejo Kumoro, dkk
58
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
5.2 Pengujian Penerimaan Pengujian sistem dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari siswa dengan mengisi kuesioner yang dibagikan. 5.2.1
Variabel Efektivitas Skor tertinggi =
4x9
=
36
Skor terendah =
1x9
=
9
Jarak
=
36 / 9
=
27
Interval
=
27 / 4
= 6,75
Dari perhitungan tiap interval yang diperoleh dari indikator variabel efektivitas maka terhadap 33 responden dikelompokkan dalam beberapa kategori sebagai berikut: Tabel 2 Kategori Pencapaian Skor Efektivitas
No 1 2 3 4
Pencapaian Skor 9 – 15,75 >15,75 – 22,5 >22,5 – 29,25 >29,25 – 36
Kategori Skor Sangat Tidak Efektif Tidak Efektif Efektif Sangat Efektif
Total perhitungan jumlah jawaban kuesioner: 975 / 33
=
29,54
Maka merujuk pada nilai interval yang ditentukan angka 29,54 berada pada 29,25 ≤ - ≤ 36 yang dapat dikategorikan sangat efektif. 5.2.2
Variabel Efisiensi Skor tertinggi =
4x2
=
8
Skor terendah =
1x2
=
2
Jarak
=
8-2
=
6
Interval
=
6/4
=
1,5
Tabel 3 Kategori Pencapaian Skor Efisiensi
No 1 2 3 4
Pencapaian Skor 2 – 3,5 >3,5 – 5 >5 – 6,5 > 6,5 – 8
Kategori Skor Sangat Tidak Efisien Tidak Efisien Efisien Sangat Efisien
Total jawaban / jumlah responden: 227 / 33
=
6,87
Danang Tejo Kumoro, dkk ................... Pengembangan Media Belajar IPA Biologi
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
59
Maka merujuk pada nilai interval yang ditentukan angka 6,87 berada pada 6,5 – 8 yang berarti sangat efisien. 5.2.3
Variabel Kepuasan Skor tertinggi =
4x4
=
16
Skor terendah =
1x4
=
4
Jarak
=
16 - 4 =
6
Interval
=
16 / 4
4
=
Tabel 4 Kategori Pencapaian Skor Kepuasan
No 1 2 3 4
Pencapaian Skor 4–7 >7 – 10 >10 – 13 >13 – 16
Kategori Skor Sangat tidak memuaskan Tidak memuaskan Memuaskan Sangat memuaskan
Total jawaban / jumlah responden: 442 / 33
=
13,39
Maka merujuk pada nilai interval yang ditentukan angka 13,39 berada pada 13 – 16 yang berarti sangat memuaskan.
6. Kesimpulan Augmented Reality sebagai bagian dari teknologi multimedia merupakan gagasan dalam penerapan model pembelajaran khususnya pada subyek IPA Biologi. Melihat hasil uji sistem yang telah dilakukan menunjukkan Augmented Reality memenuhi syarat usability sebagai media pembelajaran IPA Biologi kelas VII MTs Pondok Pesantren Pabelan. Penulis akui bahwa penelitian ini tidak terlepas dari kekurangan, seperti obyek 3D yang masih kurang detail dan minim animasi. Diharapkan hal tersebut menjadi perhatian bagi peneliti yang ingin mengembangkan penelitian ini, sehingga proses belajar dengan magicbook menjadi lebih atraktif.
Pengembangan Media Belajar IPA Biologi................... Danang Tejo Kumoro, dkk
60
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Daftar Pustaka Azuma, R., 1997, A Survey of Augmented Reality, Presence: Teleoperators and Virtual Environments, 6(4), hal. 355-386. Briggs, L.J., 1991, Instructional design: Principles and applications, Educational Technology. ISO, 1998, ISO 9241-11:1998, Ergonomic requirements for office work with visual display terminals (VDTs) – Part 11: Guidance on usability, International Organization for Standardization. Rokhmat, Y., 2008, Desain Augmented Reality Volcano Sebagai Alat Peraga di Museum Geologi Bandung, Thesis, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Schramm, W., 1977, Big Media Little Media: Tools and Technologies for Instruction, Sage Publications, Inc., London. Silitonga, H., 2009, Perancangan dan Implementasi Interaksi Media Pembelajaran Hidrokarbon Berbasis Teknologi Augmented Reality, Thesis, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Suyanto, M., 2005, Multimedia – Alat Untuk Meningkatkan Kemampuan Bersaing, Penerbit Andi, Yogyakarta. Syamsuri, I., 2007, IPA Biologi Untuk SMP Kelas VII, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Danang Tejo Kumoro, dkk ................... Pengembangan Media Belajar IPA Biologi
METODE-METODE PENENTUAN REPLIKA UNTUK REPLIKASI DATA PADA SISTEM TERDISTRIBUSI Adkhan Sholeh Program Studi Manajemen Informatika STMIK Jenderal A. Yani Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Jaringan komputer telah berkembang baik dari sisi jumlah node yang tersambung maupun pada ragam layanan yang ditawarkan. Layanan-layanan jaringan komputer ini bertumpu pada sejumlah data yang dikelola oleh node pemilik data. Pada jaringan yang besar seperti Internet, besarnya jumlah node pengakses data dan sebaran pengakses data dari seluruh dunia menjadikan penyedia layanan mengalami overload dan kualitas layanan menurun. Hal ini melatarbelakangi diciptakannya sistem terdistribusi, suatu rancangan sistem komputer yang antara lain bertujuan membagi beban komputasi dan beban pelayanan terhadap client ke banyak node. Guna membagi beban permintaan layanan berbasis data, telah dibuat berbagai metode untuk mereplikasikan data, dengan maksud agar ada banyak node yang dapat menyediakan data dimaksud. Replikasi data dilakukan pada node-node yang kemudian disebut node replika. Penentuan node mana yang akan menjadi replika harus mempertimbangkan faktor-faktor tertentu agar replika yang dibuat dapat memberikan layanan secara optimal. Kata Kunci: replika, replikasi data, sistem terdistribusi.
1. Pendahuluan Pertumbuhan jaringan komputer, khususnya Internet, terlihat jelas berdasarkan jumlah node yang tersambung ke internet dan berdasarkan ragam layanan/aplikasi yang diakses melalui jaringan ini. Terdapat banyak situs internet yang populer dan layanannya diakses dari seluruh dunia sepanjang waktu. Volume permintaan layanan yang tinggi, beragamnya kualitas layanan jaringan, serta jauhnya jarak node pengakses terhadap penyedia layanan – baik letak geografis maupun berdasarkan koneksi jaringan, merupakan faktor-faktor yang menyebabkan turunnya kualitas layanan kepada node pengakses. Sistem terdistribusi dibuat dengan sasaran membagi beban komputasi dan mendekatkan node penyedia data kepada node pengakses layanan. Sistem terdistribusi berusaha mengatasi masalah tersebut, salah satunya dengan membuat mekanisme replikasi data. Makalah ini menyajikan metode-metode penentuan node replika dalam sistem terdistribusi. Node replika adalah node dalam jaringan komputer yang akan digunakan untuk replikasi data.
61
62
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
2. Replikasi Data dalam Sistem Terdistribusi Replikasi data dilakukan dengan menyalin dan mendistribusikan data dari node pemilik data ke node lain yang memerlukan. Replikasi data juga menyangkut sinkronisasi data untuk menjamin konsistensi data tersebut. Melalui teknik replikasi ini, data dapat didistribusikan ke node yang berbeda melalui koneksi jaringan lokal maupun internet. Dengan adanya replika tersebut maka layanan berbasis data ini tidak lagi ditangani oleh satu komputer. Pada akhirnya, replikasi file ini berupaya meningkatkan reliabilitas sistem dan meningkatkan kinerja sistem secara keseluruhan (Gunadarma, 2010). Peningkatan reliabilitas sistem dapat dirasakan ketika file utama mengalami kerusakan atau tidak dapat diakses, maka dimungkinkan untuk mengakses salinan file tersebut pada node yang lain (replika). Sedangkan peningkatan kinerja sebagai efek replikasi file antara lain dapat ditunjukkan ketika sistem memperoleh beban permintaan akses dalam volume besar. Apabila file hanya dimiliki oleh satu komputer/server, maka akan terjadi antrian yang panjang. Sebagian permintaan akses tersebut tidak bisa dilayani secara cepat. Replikasi file memungkinkan permintaan tersebut disebar ke dan dipenuhi oleh banyak node yang mempunyai file yang sama. Kinerja yang lebih baik – berupa waktu respon yang lebih cepat – juga diperoleh pada replikasi file ke komputerkomputer yang secara geografis maupun secara koneksi jaringan lebih dekat dengan komputer-komputer yang mengajukan permintaan akses.
3. Manfaat Replikasi Manfaat teknik replikasi tergantung dari jenis replikasi yang dilakukan dan pada tingkat mana user mengakses suatu data. Secara umum replikasi mendukung ketersediaan data dan meningkatkan kinerja. Berikut ini beberapa contoh (Tanenbaum dan Steen, 2006) manfaat yang bisa diperoleh dari replikasi: 1. Memungkinkan beberapa node memiliki data yang sama. Hal ini secara tidak langsung berfungsi sebagai back up atau cadangan. Selain itu, bila akses ke satu node tidak menemukan data yang dimaksud, maka dimungkinkan untuk menemukan data tersebut di node yang lain. 2. Memungkinkan rancangan aplikasi transaksi online yang memisahkan bagian antarmuka sistem dengan bagian yang mengelola data. 3. Dapat menghemat biaya akses. Contohnya sudah dilakukan oleh situssitus web luar negeri yang membuat replika web service di dalam negeri,
Adkhan Sholeh .............Metode-Metode Penentuan Replika untuk Replikasi Data
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
63
sehingga penggunaan bandwidth jaringan ke luar negeri yang biayanya lebih mahal bisa dikurangi. 4. Meningkatkan kualitas layanan, antara lain dengan mempersingkat waktu respon terhadap permintaan akses data. Meski
meningkatkan reliabilitas
dan
kinerja,
replikasi
data
juga
memunculkan masalah. Salah satunya terkait dengan konsistensi data. Jika salah satu data mengalami perubahan secara sah/valid, maka replika data lainnya akan menjadi tidak valid. Hal ini memaksa modifikasi dilakukan ke seluruh replika.
4. Replica Hit Efektifitas suatu replika dinyatakan dengan angka replica hit. Replica hit terjadi ketika satu permintaan akses terhadap file justru dipenuhi oleh komputer/node replica, bukan node pemilik file orisinalnya. Suatu metode replikasi yang efektif akan menghasilkan angka replica hit yang tinggi. Replica hit dihitung sebagai persentase dari jumlah query yang diselesaikan oleh replika dibagi dengan total jumlah query (Shen, 2010).
5. Metode-Metode Replikasi Hingga saat ini terdapat beberapa metode replikasi, yang diklasifikasikan menjadi tiga kategori. Ketiganya adalah ServerSide, ClientSide, dan Path (Shen, 2010). Metode ServerSide mereplikasikan suatu file berdekatan dengan node pemilik file tersebut. Cara ini memiliki kelebihan pada pencapaian replica hit yang baik dan efisiensi query untuk mengakses file. Kerugiannya, metode ini tidak memperpendek jarak node pengakses menuju node penyedia file secara signifikan. Menempatkan replika hanya pada node yang berdekatan dengan pemilik file dengan sendirinya juga membatasi jumlah node yang bisa menjadi replika. Akibatnya, hanya akan diperoleh jumlah node yang terbatas dan nodenode tersebut rentan menerima permintaan dalam jumlah yang masih cukup besar. Beberapa metode yang termasuk dalam kategori ServerSide adalah PAST, CFS, Backlash dan Overlook. Metode PAST merupakan fungsi penyimpanan pada jaringan P2P global berbasis Internet. Metode ini dilengkapi manajemen penyimpanan dan sistem caching. PAST akan mereplikasi setiap file ke sejumlah node yang ID node-nya paling dekat/mirip dengan ID node pemilik
Metode-Metode Penentuan Replika untuk Replikasi Data ............ Adkhan Sholeh
64
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
file asal. Jumlah replika dipilih sesuai kebutuhan atas keberadaan suatu file, secara relatif terhadap tingkat kegagalan yang mungkin terjadi pada tiap node. Selain itu, PAST juga mengantisipasi kondisi apabila operasi mereplikasi file gagal
dilakukan.
Guna
memperkecil
kelambatan
(latency)
query
dan
menyeimbangkan beban query, PAST menerapkan caching file di sepanjang jalur pencarian (lookup path). Seperti PAST, Cooperative File System (CFS) juga digunakan pada jaringan P2P. CFS melakukan replikasi untuk tujuan pengaksesan secara readonly (tidak untuk dimodifikasi). CFS dikembangkan dari teknik Chord dengan mereplikasi blok-blok sebuah file ke node-node lain segera setelah pemilik blok muncul dalam ring Chord. CFS juga membuat cache penunjuk lokasi file di jalur pengaksesan untuk meningkatkan efisiensi query dan menghindari overload pada server yang menyimpan file-file populer. Metode Backlash dibangun pada overlay jaringan P2P terstruktur dan secara agresif melakukan caching pada sebuah file yang tinggi permintaannya. Node-node Backlash membagi storage yang tersedia ke dalam dua kategori, yaitu replica space untuk menampung replika dalam waktu lama dan temporary cache space untuk penampungan sementara. Replika-replika ditempatkan dalam overlay dengan menyisipkan tabel hash terdistribusi. Cache temporer merupakan salinan dokumen yang ditempatkan secara oportunis pada suatu node. Metode
Overlook
dikembangkan
dari
metode
Pastry.
Overlook
menempatkan replika sebuah file pada node yang paling banyak menerima permintaan pencarian. Overlook melakukan hal ini dengan memilih node yang paling sering mem-forward permintaan yang diterimanya kepada node pemilik file. Node pemilik file akan mengirim permintaan kepada node tersebut untuk membuat replika. ClientSide membuat replikasi pada node yang dekat dengan atau pada node pengakses file tersebut. Ketika file yang direplikasi suatu node diakses sendiri oleh node tersebut atau oleh komputer-komputer di dekatnya, maka akan diperoleh efisiensi query yang sangat tinggi. Sayangnya, hal ini tidak sering terjadi. Penyebabnya adalah bervariasinya permintaan node terhadap file yang ada. Oleh karena itu, ClientSide tidak dapat menjamin replica hit dan utilisasi replika yang tinggi. Gnutella, salah satu yang menerapkan ClientSide, mereplikasikan file-file pada node yang mengalami kelebihan permintaan ke node-node yang meminta
Adkhan Sholeh .............Metode-Metode Penentuan Replika untuk Replikasi Data
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
65
file-file tersebut. Node hanya akan menyimpan dan melayani file yang pernah dia minta. Selain Gnutella terdapat juga FarSite, sebuah sistem file tradisional yang tingkat reliabilitas dan ketersediaannya bagus. FarSite mereplika jumlah file yang sama di komputer client untuk mencapainya. Metode LAR juga termasuk kategori ClientSide. LAR merupakan protokol replikasi yang ringan, adatif, dan netral terhadap sistem. Dia mengukur tingkat overload sebuah server untuk memutuskan apakah sebuah file perlu direplikasi kepada client. Selain mereplikasi file kepada client yang memintanya, LAR juga mereplikasi petunjukpetunjuk lokasi file di sepanjang jalur lookup. Ketika sebuah replika baru dibuat, LAR akan memasang status cache pada jalur dari replika baru ke node yang membuat replika tersebut. Adapun metode Path, akan membuat replika pada node yang ada di jalur (path) yang menghubungkan pengakses dengan pemilik file tersebut. Prinsip Path adalah menghindari masalah-masalah yang dijumpai pada metode ServerSide dan ClientSide. Dengan beragamnya node asal yang melakukan permintaan, maka jalur yang terbentuk antara node-node pengakses file menuju node pemilik file juga beragam. Path berupaya agar replica hit tetap tinggi dan memperpendek jalur pencarian. Akibat banyaknya variasi jalur, maka efektivitas Path harus dibayar dengan keharusan melakukan replikasi dan memelihara replika dalam jumlah yang lebih besar dibanding dua metode sebelumnya. Kekurangan lain dari Path adalah munculnya replika-replika yang tingkat pemanfaatannya rendah (underutilized). Salah satu yang menerapkan Path adalah Freenet, yang mereplikasi file pada jalur antara peminta file dengan pemilik file. Mekanisme permintaan Freenet akan secara transparan mereplikasikan data yang populer dan menempatkannya di jalur yang lebih dekat dengan node-node peminta. Controlled Udate Propagation atau CUP merupakan protokol untuk memelihara cache metadata pada jaringan-jaringan P2P. Propagasi atau penyebaran dilakukan dengan membuat pohon CUP yang mirip dengan pohon multicast pada level aplikasi. Sebuah node secara proaktif menerima pembaruan untuk item-item metadata dari node tetangga hanya jika node tersebut mengirim permintaan atas data yang diinginkannya pada node tetangga tersebut. Sebaliknya, node-node perantara di sepanjang jalur yang menerima indeks yang sudah diperbarui meski node perantara itu tidak memerlukannya.
Metode-Metode Penentuan Replika untuk Replikasi Data ............ Adkhan Sholeh
66
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Dynamic tree-based Update Propagation atau DUP dibuat untuk meningkatkan CUP. DUP membangun pohon propagasi pembaruan dinamis di atas struktur pencarian indeks yang sudah ada. Karena pohon penyebaran update hanya melibatkan node-node yang penting untuk penyebaran update, overhead DUP sangat kecil dan kelambatan query dapat dikurangi secara signifikan. Teknik lain dalam kategori Path adalah LessLog. LessLog menggunakan sebuah pohon template untuk membuat pohon pencarian binomial yang unik pada tiap node. Pohon pencarian tersebut berhubungan dengan waktu pencarian pada O(log N) dalam suatu jaringan P2P N-node. Berdasarkan data pada pohon pencarian template itu kemudian ditentukan node-node mana yang akan menjadi replika atas node yang mengalami overload. Penentuan ini tidak memerlukan akses informasi kepada client (pengakses file) (Huang, dkk, 2004).
6. Penutup Hingga saat ini telah dilakukan berbagai percobaan dan implementasi metode replikasi data untuk sistem terdistribusi. Berdasarkan penentuan letak node yang akan dijadikan replika, terdapat tiga jenis node replika: ServerSide, ClientSide, dan Path. ServerSide menempatkan replika tidak jauh dari pemilik data, sehingga dicapai tingkat replica hit yang baik namun tidak signifikan dalam mengurangi jarak tempuh akses client terhadap penyedia data. Sebaliknya, ClientSide memperpendek jarak akses dengan menempatkan replika lebih dekat atau pada client. Terlalu dekatnya replika pada ClientSide menimbulkan kerugian rendahnya tingkat penggunaan replika (underutilized). Metode Path berusaha mengambil jalan tengah dari kedua metode sebelumnya, dengan menempatkan node-node replika di sepajang rute akses client kepada penyedia data.
Daftar Pustaka Gunadarma, 2010, Modul Pelatihan AS/400, Universitas Gunadarma, Jakarta. Huang, K.L., Huang, T.Y.H. and Chou, J.C.Y., 2004, LessLog: A Logless File Replication Algorithm for, Proceeding International Parallel and Distributed Processing Symposium. Shen, H., 2010, An Efficient and Adaptive Decentralized File Replication Algorithm in P2P File Sharing Systems, IEEE Transactions On Parallel and Distributed Systems, vol. 21, no. 6, hal. 827-840. Tanenbaum, A.S. dan Steen, M.V., 2006, Distributed Systems Principles and Paradigms, Pearson Education Inc.
Adkhan Sholeh .............Metode-Metode Penentuan Replika untuk Replikasi Data
APLIKASI WEBSITE PEMASARAN DENGAN TEKNIK SEO (SEARCH ENGINE OPTIMIZATION) UNTUK MEMPROMOSIKAN PRODUK-PRODUK UMKM Fatsyahrina Fitriastuti Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Penelitian ini merancang dan membangun suatu aplikasi yang berbasis website yang digunakan untuk memasarkan produk-produk Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) yang ada di wilayah Kota Yogyakarta. Hasil rancangan aplikasi ini tidak hanya sekedar sebuah website tetapi juga dilengkapi dengan beberapa teknik-teknik optimalisasi website atau lebih dikenal dengan Search Engine Optimization (SEO) yaitu teknik yang bisa membuat website berada pada posisi-posisi atas suatu search engine ternama. Terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang dapat diterapkan pada teknik SEO ini. Obyek penelitian dipilih daerah pengrajin perak di Kotagede. Pemilihan ini berdasarkan bahwa syarat untuk optimalisasi website, adalah kekhasan atau ciri khas content website. Aplikasi website yang dihasilkan memungkinkan untuk setiap showroom atau pengrajin perak mempunyai satu atau lebih akun untuk memasarkan produk dan hak untuk mengelola halamannya sendiri sehingga ketergantungan terhadap administrator bisa berkurang. Aplikasi website ini dapat diterapkan pada produkproduk UMKM yang lain yang mempunyai ciri khas Yogyakarta seperti batik, makanan khas atau hasil-hasil kerajinan lainnya. Website dirancang dengan bahasa pemrograman PHP dan database server MySQL. Kata Kunci: website pemasaran, Search Engine Optimization, PHP, MySQL.
1. Pendahuluan Peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia pada dasarnya sudah besar sejak dulu. Namun demikian sejak krisis ekonomi melanda Indonesia, peranan UKM meningkat dengan tajam. Data dari Biro Pusat Statistik (BPS), menunjukkan bahwa persentase jumlah UKM dibandingkan total perusahaan pada tahun 2001 adalah sebesar 99,9%. Pada tahun yang sama, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor ini mencapai 99,4% dari total tenaga kerja. Demikian juga sumbangannya pada Produk Domestik Bruto (PDB) juga besar, lebih dari separuh ekonomi kita didukung oleh produksi dari UKM (59,3%). Data-data tersebut menunjukkan bahwa peranan UKM dalam perekonomian Indonesia adalah sentral dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan menghasilkan output (Adiningsih, 2008). Potensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Yogyakarta juga cukup besar. Terdapat 4.545 IMKM (Industri Menengah Kecil dan Mikro) yang tersebar di 14
67
68
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
kecamatan dengan 5 cabang jenis usaha (sumber: http://umkm.jogjakota.go.id/). Hal ini diharapkan akan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat Yogyakarta sehingga perlu untuk didorong dan dikembangkan agar menjadi pelaku ekonomi yang tangguh dan berdaya saing. Masalah utama dalam pengembangan UMKM pada umumnya adalah terkait dengan masalah pemodalan dan pemasaran (Primiana, 2011). Untuk masalah pemodalan bisa teratasi dengan adanya kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengucuran kredit untuk para UMKM. Sementara untuk permasalahan pemasaran, baik pemerintah maupun pihak swasta sering menggelar pameran-pameran untuk mempromosikan hasil-hasil produksi dari UMKM. Selain itu pemasaran juga masih bersifat konvensional, melalui face to face atau melalui media telepon. Akan tetapi cara-cara demikian dinilai belum terlalu efektif untuk memaksimalkan pemasaran produk-produk UMKM karena hanya diselenggarakan pada waktu-waktu tertentu, produk-produk yang ditawarkan masih terbatas dan cakupan area pemasaran yang juga masih terbatas. Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat dihandalkan untuk mempromosikan produk-produk UMKM. Terlebih munculnya perkembangan internet yang begitu cepat dan semakin mudah dan murahnya mengakses internet melalui berbagai media komunikasi mulai dari komputer desktop, laptop, netbook bahkan telepon seluler. Statistik penggunaan internet di dunia mengalami pertumbuhan yang luar biasa pada sepuluh tahun belakangan ini (tahun 2000-2010) yaitu 480,4%. Pemasaran produk-produk dari para UMKM yang dilakukan melalui media website memberikan banyak keuntungan baik bagi pemasarnya maupun bagi pemakai atau customer. Dari sisi pemasarnya yang dalam hal ini para UMKM, pemasaran melalui media website memberi keuntungan diantaranya, promosi bisa dilakukan 24 jam nonstop tanpa dibatasi ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja, dapat digunakan untuk menyediakan informasi selengkap dan sedetil mungkin dan dapat selalu di-update, merupakan jalur distribusi baru dalam mempromosikan hasil-hasil produksinya, dan mengurangi anggaran pemasaran. Bagi para pemakai atau customer pemasaran melalui media website dapat mengurangi gangguan terhadap salesman yang saat ini begitu maraknya, dapat melihat produk-produk yang ditawarkan kapan dan dimana saja juga tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Fatsyahrina Fitriastuti............... Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
69
Penelitian ini akan merancang dan membangun sebuah website pemasaran yang disediakan untuk mempromosikan produk-produk dari para UMKM yang ada di Kota Yogyakarta. Setiap UMKM akan mempunyai satu atau lebih account atau analogi dengan satu tempat di website untuk mempromosikan produknya. Untuk lebih meningkatkan peran website dalam memasarkan produk, akan dilakukan dengan pendekatan SEO (Search Engine Optimization) yaitu website dapat ditampilkan pada halaman utama/halaman atas pada setiap search engine yang populer seperti Google, Yahoo, MSN dan lainnya. Obyek penelitian yang dipilih adalah UMKM yang berada di wilayah Kota Yogyakarta,
khususnya
yang
menghasilkan
produk-produk
yang
khas
Yogyakarta. Dari berbagai alternatif pilihan produk UMKM yang ada di Kota Yogyakarta yaitu kerajinan dan umum, kimia dan bahan bangunan, logam dan elektronika, pengelolaan pangan, sandang dan kulit, diambil sampel kerajinan perak di Kecamatan Kotagede. Pemilihan kerajinan perak ini dengan pertimbangan
untuk
membuat
sebuah
website
yang
digunakan
untuk
pemasaran, diperlukan content yang spesifik sehingga mudah dikenali oleh mesin pencari (search engine).
2. Tujuan dan Manfaat Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Merancang dan membangun website pemasaran untuk mempromosikan produk-produk UMKM. 2. Melengkapi website pemasaran dengan pendekatan teknik SEO (Search Engine Optimization) sehingga sering dikunjungi banyak orang. 3. Mencari teknik-teknik SEO yang yang tepat untuk meningkatkan rating website pemasaran tersebut. Manfaat yang akan diperoleh perusahaan setelah pengimplementasian rancangan sistem ini adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan sarana untuk mempromosikan produk-produk dari para UMKM melalui media website dengan pendekatan teknik SEO (Search Engine Optimization) untuk mengembangkan usaha dari para UMKM. 2. Memberikan kemudahan kepada pembeli untuk melakukan transaksi pembelian. 3. Pembeli dapat melakukan transaksi setiap saat dan di mana pun juga. 4. Memperluas jangkauan daerah pemasaran dengan pangsa pasar.
Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO ............... Fatsyahrina Fitriastuti
70
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
3. Tinjauan Pustaka Penelitian yang telah dilakukan oleh Buliali, dkk (2005), menghasilkan Penjualan Mobil Berbasis Web dan Manajemen Data Pembayaran di Showroom Mobil XYZ. Dalam penelitian tersebut telah dilakukan pengembangan suatu sistem showroom virtual pada suatu showroom mobil sehingga dapat dilakukan pemasaran dan penjualan mobil disertai dengan informasi pembayaran customer-nya melalui web. Sistem dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna terhadap sistem dan prosedur penjualan pada showroom tersebut. Padahal kondisi satu showroom dengan showroom yang lain kemungkinan besar berbeda, sehingga sistem hanya dapat diterapkan pada showroom tersebut. Penelitian menghasilkan
serupa
Analisis
telah dan
dilakukan
Perancangan
Indayani Sistem
dan
Selly
Informasi
(2007),
Penjualan
Berbasiskan Web pada PT. Dairyfood Internusa yang difokuskan pada sistem informasi penjualan online yang terdiri dari penerimaan pesanan dari pelanggan, pengiriman barang ke pelanggan, retur penjualan dan penyediaan laporan. Dalam penelitian tidak ditonjolkan bagaimana mekanisme memasarkan produk melalui media internet dan hasil penelitian ini hanya disesuaikan dengan kondisi PT. Dairyfood Internusa sehingga tidak dapat diterapkan untuk perusahaan lain. Purnomo (2009) telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan website pemasaran. Penelitian tersebut menghasilkan Perancangan Sistem Informasi Pemasaran Handycraft Berbasis Website. Hasil penelitian ini adalah website
e-commerce
yang
digunakan
untuk
memasarkan
handycraft.
Perancangan dan pembuatan website e-commerce ini menggunakan software Joomla Virtuemart. Keunggulan dari penggunaan Joomla adalah kemudahan dalam hal perancangannya dan perawatannya karena Joomla adalah sebuah framework untuk pembuatan website. Tetapi kelemahannya adalah banyaknya tabel pada basis data dan masalah keamanan. Hurryati, dkk (2009) melakukan penelitian dengan judul Strategi Pemasaran, Usaha Kecil, Web 2.0 dan Daya Saing Industri Kecil. Penelitian dilakukan di wilayah kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, di mana pada tahap awal dirancang kriteria model strategi pemasaran usaha kecil berbasis web 2.0 yang akan dijadikan percobaan melalui need assesment. Kemudian dilanjutkan dengan membuat rancangan sistem web 2.0 berdasarkan model strategi pemasaran usaha kecil yang akan diterapkan. Pada tahap selanjutnya dilakukan uji coba implementasi pada sistem
Fatsyahrina Fitriastuti............... Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
71
web 2.0 dengan menggunakan model strategi pemasaran usaha kecil yang akan diterapkan pada satu industri kecil. Kemudian dilakukan juga uji coba pada sistem pemasaran konvensional dengan model strategi pemasaran usaha kecil pada usaha kecil yang membuat produk dan pada industri yang sama. Pada proses uji coba implementasi baik pada sistem pemasaran berbasis web 2.0 maupun sistem pemasaran konvensional. Dari uraian di atas, nampak bahwa sebagian besar penelitian adalah membangun website dengan tujuan untuk memasarkan suatu produk dan menyediakan tempat pemesanan secara online. Website yang dihasilkan hanya dapat digunakan untuk memasarkan produk dari suatu perusahaan dan website dirancang sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut. Sehingga website yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk perusahaan lain. Berdasarkan referensi dari penelitian-penelitian tersebut, maka pada penelitian ini dirancang dan dibangun suatu website interaktif dan dinamis yang dapat digunakan untuk memasarkan produk UMKM dan memberikan sentuhan-sentuhan pendekatan teknologi SEO agar supaya website lebih optimal penggunaannya dalam pemanfaatannya sebagai alat pemasaran produk UMKM. Website menyediakan tempat untuk setiap UMKM mempunyai halaman sendiri yang digunakan untuk memasarkan produk. Dengan demikian website dapat dimanfaatkan oleh banyak pengrajin untuk memasarkan produknya.
4. Metode Penelitian Metodologi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Studi Literatur, SDLC (System Development Life Cycle) yang meliputi tahap Analysis, Design, Implementation, Testing dan Maintenance (Pressman, 2002). 1. Studi Literatur Tahap ini merupakan tahap pengumpulan informasi dan literatur yang diperlukan untuk pembuatan sistem. 2. Analisis dan Perancangan Pada tahap ini dilakukan analisis serta desain yang diperlukan dalam membuat sistem, diantaranya perancangan DFD, perancangan basis data, dan perancangan user interface. 3. Coding Rancangan sistem yang telah dibuat akan diimplementasikan dengan melakukan coding program menggunakan web editor, image editor,
Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO ............... Fatsyahrina Fitriastuti
72
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
bahasa pemrograman PHP, database server MySQL, dan Cascading Style Sheet (CSS). 4. Uji coba dan evaluasi Pada tahap ini, akan dilakukan uji coba dan evaluasi terhadap sistem serta akan dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Uji coba dilakukan dengan memasang aplikasi pada server lokal. 5. Implementasi Tahap terakhir adalah mengimplementasikan aplikasi yang telah dibuat dan telah diuji server lokal. Aplikasi akan disimpan dalam hosting dengan nama domain tertentu.
5. Hasil dan Pembahasan Langkah awal dilakukan penelitian ini adalah pemilihan produk UMKM yang tepat untuk ditonjolkan dalam website yang akan dirancang ini. Dari berbagai alternatif pilihan produk UMKM yang ada di Kota Yogyakarta yaitu kerajinan dan umum, kimia dan bahan bangunan, logam dan elektronika, pengelolaan pangan, sandang dan kulit, diambil sampel kerajinan perak di Kecamatan Kotagede. Pemilihan kerajinan perak ini dengan pertimbangan untuk membuat sebuah website yang digunakan untuk pemasaran, diperlukan content yang spesifik sehingga mudah dikenali oleh mesin pencari (search engine). Setelah penentuan jenis produk kerajinan UMKM yang akan ditampilkan dalam website, dilanjutkan melakukan survey ke para pengrajin perak di wilayah Kotagede. Survey dilakukan dengan mendatangi secara acak para pengrajin perak di Kotagede. Tujuan dari survey ini adalah mengetahui sejauh mana pemasaran produk yang telah dilakukan dan sejauh mana pemahaman para pengrajin tentang teknologi internet terutama pemanfaatanya dalam memasarkan produk. Responden dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu: a. Kelompok I melakukan promosi tidak melalui media internet. b. Kelompok II melakukan promosi melalui media internet tapi tidak pernah di-update/dirawat. c. Kelompok III melakukan promosi melalui media internet dan di-update. Hasil survey (dilakukan terhadap 25 pengrajin secara acak): a. 90% pasar produk adalah dalam negeri. b. 50% pemasaran sudah melalui media internet seperti social networking atau sekedar email.
Fatsyahrina Fitriastuti............... Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
73
c. 50% pemasaran sama sekali belum tersentuh media internet. d. 78,5% pengrajin tidak mempunyai anggaran khusus untuk promosi. e. 50% pengrajin buta dengan teknologi internet. f.
Ada beberapa masukan dari pengrajin.
Dari hasil survey di atas, ada beberapa kesimpulan yang bisa diperoleh : a. Kesempatan untuk membuka pasar lebih luas ke pasar internasional. b. Dibutuhkan kegiatan promosi tanpa biaya yang tinggi tapi cakupan pemasaran menjadi lebih luas. c. Perlu
adanya
pengenalan/sosialisasi
pemasaran
produk
dengan
memanfaatkan teknologi internet. d. Perlu untuk melakukan perancangan website pemasaran yang sederhana sehingga dipergunakan baik bagi para pemula maupun yang sudah biasa.
5.1 Relasi Tabel Relasi tabel pada website pemasaran produk perak seperti pada Gambar 1. Pada gambar relasi tabel dapat dilihat bahwa terdapat 3 tabel utama yang saling berelasi yaitu tabel galeri, tabel kategori dan tabel pemilik.
Gambar 1 Relasi Antar Tabel
5.2 Context Diagram Context diagram atau diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks merupakan level tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem. Context diagram memberi gambaran tentang
Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO ............... Fatsyahrina Fitriastuti
74
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
keseluruhan sistem. Dalam diagram konteks hanya ada satu proses, dan tidak ada store di dalam Context diagram. Context diagram pada website pemasaran ini menjelaskan secara garis besar alur data yang terjadi. Diagram ini merupakan context diagram yang telah dipecah menjadi bagian yang lebih rinci, kemudian diagram level 0 dipecah menjadi diagram level 1, diagram level 2, dan seterusnya sesuai dengan kompleksitas. Context diagram website pemasaran dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Context Diagram Sistem
Pada context diagram di atas terdapat tiga entitas eksternal yang berhubungan dengan aplikasi, yaitu: a. Admin adalah orang yang mempunyai hak tertinggi dalam aplikasi dan berperan sebagai pengelola website. Admin dapat melakukan semua proses pengelolaan data yang ada dalam website, menyaring data-data yang tidak perlu, dan merawat website. b. Toko/showroom
adalah
pemilik
toko/showroom/pengrajin
yang
mempunyai hak untuk mengelola halaman website yang dapat digunakan untuk mempromosikan produk. Toko/showroom dapat membuat akun yang berupa username dan password untuk mempromosikan produk. c. User adalah orang yang dapat mengakses website atau bisa dikatakan sebagai pengunjung website.
5.3 DFD Level 1 DFD (Data Flow Diagram) level 1 menjelaskan lebih rinci proses-proses yang terjadi pada context diagram. Pada website pemasaran ini terdapat 10 proses yaitu proses validasi login, proses pengelolaan toko, proses pengelolaan kategori perak, proses pengelolaan galeri, proses pengelolaan header, proses pengelolaan pesan, proses pengelolaan testimoni, proses pengelolaan order, proses pengelolaan penjualan perak, proses pengelolaan toko/showroom dan informasi penjualan perak. DFD Level 1 pada dilihat pada Gambar 3.
Fatsyahrina Fitriastuti............... Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
75
Gambar 3 DFD Level 1
Penjelasan DFD level 1 pada gambar 3, adalah sebagai berikut: a. Admin dapat melakukan sembilan proses pengelolaan pada website. b. Pemilik Toko/showroom hanya dapat melakukan psoses pengelolaan toko yang terdiri pengelolaan data profil, data pesan baik pesan masuk maupun keluar, data pesan dan data produk. c. User atau pengunjung mendapatkan informasi produk perak.
Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO ............... Fatsyahrina Fitriastuti
76
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
5.4 Desain Antarmuka Sistem Modul digunakan untuk memudahkan pemrogram dalam menyusun menu, menggolongkan proses dan mengatur hak akses. Modul dalam sistem ini terbagi menjadi 2 bagian utama yaitu halaman admin (back_system) dan halaman user (front_system). Untuk mempermudah pembuatan antarmuka, terlebih dahulu dirancang HIPO (Hierarchy Plus Input-Process-Output) atau HIPO Chart untuk menentukan fungsi-fungsi program. 5.4.1
Desain Menu Back_System Desain menu back_system untuk website pemasaran perak ini disusun
berdasarkan jenis user (user group) yang mengakses. User group dibedakan menjadi 2 yaitu admin dan pemilik toko/showroom. Masing-masing group memiliki hak akses yang berbeda-beda. Pembagian menu masing-masing user group dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.
Gambar 4 HIPO untuk Admin
Dari kedua gambar desain menu di atas, dapat diketahui bahwa untuk group Admin memiliki hak akses penuh mengelola semua menu-menu yang ada pada sistem, sementara untuk group OPERATOR hanya dapat mengelola menu toko miliknya sendiri.
Gambar 5 HIPO Untuk Pemilik Toko/Showroom
Fatsyahrina Fitriastuti............... Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO
ISSN: 1979-7656
5.4.2
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
77
Desain Menu Front_System Desain menu pada front_system (halaman user) untuk untuk aplikasi
pemasaran berbasis web ini terdiri dari 8 menu utama yaitu Beranda, Tentang Kami, Daftar Toko, Peta, Hubungi Kami, Kategori, Produk Terbaru dan Testimoni. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 HIPO Untuk User
5.5 Implementasi Sistem Pada tahap implementasi dilakukan beberapa tahap proses uji coba untuk mengetahui apakah sistem dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Implementasi merupakan tahap dimana sistem sudah siap dioperasikan pada keadaan yang sebenarnya, di sini akan kelihatan apakah sistem yang dibuat benar-benar dapat menghasilkan informasi yang diharapkan dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Karena apabila terjadi kesalahan dapat diketahui terlebih dahulu, maka dapat dilakukan perbaikan sebelum program
digunakan
untuk
selanjutnya.
Aplikasi
website
pemasaran
ini
mempunyai alamat di www.yogyakartasilver.com dan aplikasi ini dibuat dalam dua bahasa yaitu Indonesia dan Inggris. 5.5.1
Halaman Awal User Halaman awal user merupakan link menuju halaman-halaman yang lain,
yaitu: Sign-In, Beranda, Artikel, Showroom, Peta, Kategori, Produk Terbaru, dan Testimonial. Bentuk tampilan halaman awal user ditunjukkan pada Gambar 7. Keunggulan dari rancangan website ini adalah bahwa setiap showroom perak atau pengrajin perak dapat mendaftarkan showroom mereka di website ini dan kemudian mempunyai hak untuk mengatur profil dan menawarkan produkproduk. Bahkan setiap showroom perak bisa memiliki lebih dari satu akun (username dan password). 5.5.2
Halaman Awal Admin Halaman awal admin merupakan halaman untuk melakukan setup data
sistem ini, yaitu: Beranda, Pesan, Testimonial, Pengaturan Panel, Daftar Toko,
Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO ............... Fatsyahrina Fitriastuti
78
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Tambah Kategori, Ubah Peta, Ubah Produk, Ubah Header, Ubah Sidebar Kanan, Ubah Sidebar Kiri, Ubah Password, dan Ubah Kontak Kami. Bentuk tampilan halaman awal admin ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 7 Halaman Awal User
Gambar 8 Halaman Awal Admin
5.6 Teknik Search Engine Optimization (SEO) Dalam bahasa Inggris disebut Search Engine Optimization (SEO), adalah cara yang harus ditempuh agar website berhasil menduduki posisi atas untuk
Fatsyahrina Fitriastuti............... Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
79
keyword yang diharapkan. Ada dua faktor utama yang harus diperhatikan pada proses SEO, yaitu:
Faktor Internal (berhubungan dengan penulisan content website dan HTML)
5.6.1
Faktor Eksternal (berhubungan dengan link popularity) Faktor Internal Teknik-teknik yang berkaitan dengan faktor-faktor internal dalam teknik
SEO yang diterapkan dalam peneltian ini adalah: Content Web Dalam menentukan rangking, search engine sangat memperhatikan content website sebagai salah satu acuan untuk menentukan tingkat relevansi. Maka dari itu content berupa teks murni wajib dipakai agar website mudah dilisting. Oleh karena itu dalam perancangan website ini, untuk setiap gambar produk yang ditampilkan selalu dilengkapi dengan nama dan keterangan produk, baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris. Keyword Menempatkan keyword pada tag
dan pada attribut ALT dalam tag . Jika pengoptimalan website untuk keyword salah bisa berakibat fatal.
Meskipun website berada di posisi paling atas pada halaman pertama, tetap saja tidak berguna sebab keyword yang dipakai tidak pernah dicari orang. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini dengan menggunakan alat bantu seperti yang disediakan WordTracker.com. WordTracker.com memiliki database keyword populer berdasarkan data dari beberapa search engine utama. Dengan mengetikkan topik dari content website dan dalam beberapa saat WordTracker bisa memberikan keyword-keyword yang berhubungan dengan topik tersebut. Dalam penelitian ini, keyword yang digunakan adalah silver, kotagede, yogyakarta dan alternatif keyword yang diberikan WordTracker.com adalah sebagai berikut: pusat silver, centre silver, silver jogja, jogja silver, silver yogyakarta, buy silver, beli silver, perak kotagede, pusat perak, kerajinan perak, silver center, kotagede, hand made, kemasan. Keyword tersebut ditempatkan pada source code program.
Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO ............... Fatsyahrina Fitriastuti
80
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
5.6.2
Faktor Eksternal
ISSN: 1979-7656
a. Link Popularity Faktor yang dimaksud adalah link popularity, yaitu banyaknya link dari website lain yang mengarah ke website. Dalam perancangan website ini, disediakan Daftar Link yang mengacu kepada alamat-alamat website tertentu. b. Content Yang Menarik Secara alami link akan didapat jika website memiliki sesuatu yang berguna bagi pengunjung. Jika hendak memasang link ke website lain, tentu ingin menunjukkan suatu informasi untuk pengunjung situs. Tidak mungkin memasang link hanya untuk iseng, atau tanpa tujuan. Dalam perancangan website ini terdapat satu menu Artikel yang disediakan untuk meng-update berita-berita atau informasi seputar perak, Kotagede atau Yogyakarta. c. Iklan di iklan-iklan baris di internet d. Pendaftaran account di Facebook dan Twitter e. Pendaftaran URL website di search engine (Google, Yahoo!, Bing, MSN)
6. Penutup 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Perkembangan teknologi internet yang semakin mudah dan murah diakses oleh
siapa,
kapan
dan
dimana
saja
dapat
dimanfaatkan
untuk
mengembangkan usaha UMKM dalam hal pemasaran. 2. Mempromosikan produk-produk UMKM melalui website pemasaran dapat meningkatkan penjualan jika website selalu dikelola dan di-update isinya secara terus menerus. 3. Agar supaya website sering dikunjungi banyak orang, maka perlu dilakukan strategi, dengan pendekatan teknik SEO (Search Engine Optimization), yaitu optimalisasi website baik secara intenal maupun eksternal. 4. Diperlukan Sumber Daya Manusia yang konsen dalam perawatan dan pengelolaan website pemasaran ini agar hasil yang diperoleh bisa optimal.
Fatsyahrina Fitriastuti............... Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
81
6.2 Saran 1. Pemerintah Kota Yogyakarta diharapkan memberikan fasilitas-fasilitas untuk menyediakan tempat (hosting) bagi website pemasaran sebagai sarana promosi bagi produk-produk para UMKM dengan bandwidth yang memadai. 2. Pemerintah Kota Yogyakarta diharapkan memberi bantuan kepada para UMKM berupa akses internet terutama bagi yang produk-produknya merupakan ciri khusus Kota Yogyakarta. 3. Pemerintah Kota diharapkan sering menyelenggarakan pelatihan-pelatihan teknologi informasi kepada para pemilik UMKM supaya mereka mempunyai pengetahuan yang selalu ter-update mengenai teknologi informasi sehingga dapat mengembangkan usaha para pelaku UMKM dengan memanfaatkan perkembangan TI. 4. Pendampingan dalam melakukan pemasaran melalui website secara berkelanjutan. 5. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui model aplikasi website yang efektif dan tepat untuk memasarkan produk baik dari sisi pemasar maupun user yang memanfaatkan aplikasi website pemasaran ini. 6. Teknik-teknik optimalisasi website pemasaran ini masih dapat diteliti lebih jauh, karena keterbatasan waktu sehingga belum semua teknik optimalisasi website dapat diujicobakan. 7. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk masalah keamanan website karena menyangkut pemesanan dan pembelian secara online.
Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO ............... Fatsyahrina Fitriastuti
82
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Daftar Pustaka Adiningsih, S., 2008, Regulasi dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, http://lfip.uscschooloflaw.org/english/pdf/bali-seminar/Regulasi %20dalam%20revitalisasi%20-%20sri%20adiningsih.pdf, diakses pada tanggal 1 April 2011. Buliali, J.L., Handojo, A., dan Wiharjo, F.S., 2005, Penjualan Mobil Berbasis Web dan Manajemen Data Pembayaran di Showroom Mobil XYZ, Jurnal Informatika Universitas Kristen Petra, Vol. 6, No. 1, hal. 31-40. Hurriyati, R., Wibowo, L.A., dan Wijananta, B., 2009, Model Strategi Pemasaran Usaha Kecil Berbasis WEB 2.0 Sebagai Upaya Dalam Meningkatkan Daya Saing Industri Kecil, Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Indrajani dan Shelly, 2007, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Penjualan Berbasiskan Web pada PT. Dairyfood Internusa, Seminar Nasional Sistem dan Informatika 2007, Bali, 16 November 2007. Jogiyanto, H.M., 2001, Analisis dan Desain Sistem Informasi, Andi Offset, Yogyakarta. Kadir, A., 2001, Dasar Pemrograman Web Dinamis dengan Menggunakan PHP, Andi Offset, Yogyakarta Ladjamudin, A.B., 2005, Analisis dan Desain Sistem Informasi, Graha Ilmu, Yogyakarta. Pressman, R., 2002, Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi, Andi Offset, Yogyakarta. Primiana, I., 2011, Mengembangkan Alternatif Pembiayaan Dan Pemasaran UKM, http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/mengembangkan-alter natif-pembiayaan-dan-pemasaran-ukm, diakses pada tanggal 2 April 2011. Purnomo, S., 2009, Perancangan Sistem Informasi Pemasaran Handycraft Berbasis Website, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sutanta, E., 2004, Sistem Basis Data, Graha Ilmu, Yogyakarta. Sutarman, 2007, Membangun Aplikasi Web Dengan PHP dan MYSQL, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Fatsyahrina Fitriastuti............... Aplikasi Website Pemasaran dengan Teknik SEO
PENANGGULANGAN PORNOGRAFI DI INTERNET: TINJAUAN HUKUM DAN TEKNOLOGI Arif Himawan, Leo Agung Cahyono Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada arif.himawan_s2te12@mail.ugm.ac.id, leo_s2te12@mail.ugm.ac.id
Abstrak Pornografi telah sangat marak di internet, penetrasinya telah mencapai taraf yang sangat mengkhawatirkan. Dampak pornografi terutama bagi generasi muda sangatlah berbahaya. Penanggulangan pornografi sendiri belum dapat dikatakan efektif, beberapa penyebabnya antara lain adalah belum satunya definisi atas pornografi sehingga memudahkan pelaku pornografi berkelit dari konsekuensi hukum dan masih tertinggalnya teknologi penanggulangan pornografi dibanding penetrasi pornografi sendiri. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan alternatif penanggulangan pornografi ditinjau dari sisi hukum dan teknologi. Kata kunci: Pornografi, Internet, Hukum, Teknologi.
1. Pendahuluan Perkembangan teknologi informasi khususnya internet telah menyentuh banyak aspek kehidupan mulai bidang komunikasi, perdagangan, pendidikan, pemerintahan hingga hiburan. Pengguna internet telah meningkat dengan sangat drastis. Seperti dilansir dari internetworldstats.com, pada tahun 2012 pengguna internet di Indonesia diperkirakan mencapai 55 juta orang dengan lebih dari 64 persennya adalah remaja. Ini berarti ada 32,5 juta orang remaja yang mengakses internet. Data penggunaan internet di Indonesia pada tahun 2012 dapat terlihat sebagai berikut: Jumlah populasi: 248.645.008, Pengguna Internet: 55.000.000, Penetrasi (% populasi): 22.1 %, Pengguna Facebook: 51.096.860. Mengakses internet membawa berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Dampak positif yang didapat antara lain adalah efektifitas dan efiensi interaksi, pertukaran pengetahuan dan informasi, kemudahan pencarian data dan lain sebagainya (Soekartanto, 2010). Selain dampak positif, mengakses internet juga menimbulkan dampak negatif. Dari berbagai dampak negatif yang timbul, dampak negatif terbesar dari mengakses internet adalah pornografi. Pornografi di internet sendiri telah menyebar ke berbagai belahan dunia dan berbagai tingkatan umur. Sabina, Wolak dan Finkelhor (2008) menyatakan hanya 3% anak laki-laki dan 17% anak perempuan di bawah 18 tahun yang belum pernah sekalipun melihat materi porno. Berdasar data dari riset yang sama menunjukkan
83
84
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
bahawa 93% anak laki-laki dan 62% anak perempuan sudah terpapar materi pornografi di internet sebelum berusia 18 tahun. Fenomena ini tentu saja sangat memprihatikan mengingat bahaya pornografi yang sangat besar dimana salah satunya adalah dapat menimbulkan kerusakan pada otak dengan jejak ingatan permanen yang berpotensi menimbulkan ketagihan (Reisman, 2000). Oleh karenanya diperlukan langkahlangkah konkret untuk dapat melindungi pengguna internet khususnya anak-anak dari bahaya pornografi.
2. Pornografi di Internet Pornografi di internet telah menjadi konten yang cukup dominan, hal ini terbukti dari pada tahun 2006 saja telah ada 12% dari total jumlah website atau setara dengan 4,2 juta website di dunia mengandung konten pornografi (Family Safe Media, 2007). Dari sumber yang sama menunjukkan bahwa 25% kata kunci pencarian di search engine adalah kata-kata yang berkaitan dengan pornografi. Data lain yang cukup mencengangkan adalah setiap detik terdapat 28.258 orang pengguna internet yang mengakses konten pornografi. Dan setiap detik 372 orang pengguna internet mengetikkan kata kunci yang terkait dengan pornografi dan enam kata kunci pencarian paling populer terkait pornografi adalah “sex”, “adult dating”, “adult DVD”, “porn”, “sex toys” dan “teen sex”. Maraknya industri pornografi dapat dilihat dari setiap 39 menit sebuah video porno dibuat di Amerika Serikat (Family Safe Media, 2007). Pendapatan finansial dari industri pornografi secara global pada tahun 2006 mencapai 97,06 milyar dollar atau setara dengan 970 Trilyun Rupiah atau setara 155% dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) Indonesia pada tahun 200-2007. (Departemen Keuangan Republik Indonesia, 2007) Data lain yang didapat adalah pendapatan dari pornografi ternyata lebih besar dari gabungan pendapatan perusahaan teknologi informasi paling top seperti Microsoft, Google, Amazon, Yahoo, eBay, Appple, Netflix dan EarthLink (Family Safe Media, 2007) dan juga melebihi pendapatan gabungan dari jaringan televisi terpopuler di Amerika Serikat, yakni ABC, CBS dan NBC. Dari data di atas menunjukkan bahwa penetrasi pornografi di dunia sudah sedemikian besar. Penetrasi ini diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna internet yang mencapai 10% per tahun dan tentu saja potensi keuntungan yang bisa diraup dari industri pornografi ini.
Himawan & Cahyono ................................ Penanggulangan Pornografi di Internet
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
85
3. Dampak Pornografi Fenomena maraknya pornografi ini mengundang kekhawatiran dan keprihatinan yang sangat dalam mengingat besarnya bahaya pornografi terutama bagi generasi muda. Beberapa dampak dari pornografi antara lain adalah kecanduan pornografi yang melebihi bahaya kecanduan narkotika, pergeseran perilaku dan emosi sosial (Eberstadt dan Layden, 2010) dan bahaya emosi dan perilaku lainnya. Bukti dari bahaya pornografi ini adalah meningkatnya pelecehan dan kekerasan seksual hingga hampir tiga kali lipat tertutama di daerah yang pendidikan seks-nya masih rendah (Tribunnews.com, 2013). Pelecehan dan kekerasan seksual ini tidak hanya dialami oleh wanita dewasa namun juga dialami oleh anak-anak. Anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual ketika dewasa cenderung akan menjadi pelaku kekerasan seksual seperti diungkapkan oleh psikolog dan pemerhati anak Seto Mulyadi (Lubis dan Astuti, 2011). Selain kekerasan seksual, meningkatnya aborsi juga menjadi faktor yang menandai bahaya pornografi. Dr. Boyke Dian Nugraha Sp.OG., MARS mengungkap fakta bahwa 2,3 juta remaja melakukan tindakan aborsi di Indonesia (JPPN, 2013). Para pelaku aborsi ini adalah pelaku seks sebelum nikah yang terpaksa melakukan aborsi karena hamil di luar nikah.
4. Tinjauan Hukum Pada awalnya pornografi hanya didefinisikan sebagai tulisan dan atau gambar yang menggambarkan tentang pelacur seperti definisi asalnya dari Bahasa Yunani “Porne” yang berarti pelacur dan “Grape” yang berarti lukisan atau gambar (Armando dalam Wulandari, 2010). Selanjutnya definisi pornografi berkembang menjadi materi baik lukisan, gambar, film, pertunjukan dan ucapan yang dimaksudkan untuk merangsang nafsu birahi (Tukan dalam Wulandari, 2010) sedangkan Drowkin dalam Wulandari (2010) mendeskripsikan pornografi sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik benang merah bahwa kata pornografi telah mengalami pengembangan makna dari sekedar gambar atau karya tulis hingga alat kekerasan khususnya terhadap wanita. Hal ini belum lagi jika memasukkan diskursus antara pornografi dan seni yang seringkali ditempatkan dalam definisi dan implikasi yang berbeda walaupun dengan materi yang sama (Wulandari, 2010).
Penanggulangan Pornografi di Internet................................ Himawan & Cahyono
86
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Sesungguhnya Negara Republik Indonesia telah memiliki perangkat hukum tentang pornografi yang setelah melalui berbagai dinamika akhirnya disahkan menjadi Undang-undang nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi. Menurut Undang-undang tersebut yang dimaksud dengan pornografi adalah: “gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara/bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat”. Secara umum Undang-undang nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi bertujuan untuk mewujudkan dan memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang beretika,
berkepribadian luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta
menghormati harkat dan martabat kemanusiaan; memberikan pembinaan dan pendidikan terhadap moral dan akhlak masyarakat; memberikan kepastian hukum dan perlindungan bagi warga negara dari pornografi,
terutama bagi anak dan perempuan; dan mencegah berkembangnya pornografi dan komersialisasi seks di masyarakat. Dengan keluarnya UU nomor 44 tahun 2008 maka seharusnya perbedaan pendapat mengenai definisi dan deskripsi pornografi dapat diminimalkan demikian juga definisi tentang jasa pornografi. Dengan semakin menyempitnya definisi mengenai pornografi maka setiap materi terutama yang ada di ruang publik seharusnya sudah lebih mudah dikategorikan apakah termasuk pornografi atau bukan. Hal ini perlu dilakukan agar penentuan apakah sebuah materi termasuk pornografi atau bukan akan lebih mudah ditentukan sehingga implikasi secara hukum juga akan lebih mudah ditentukan.
5. Konsekuensi Hukum Pornografi Pelaku pornografi dan penyedia jasa pornografi di dalam Undang-undang nomor 44 tahun 2008 dapat dijerat dengan hukuman minimal kurungan 6 bulan penjara hingga maksimal kurungan 12 tahun dengan denda minimal 250 juta rupiah hingga maksimal 6 milyar rupiah. Daftar jenis pelanggaran dan jumlah hukuman dan denda tentang pornografi di UU nomor 44 tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 1. Walaupun sudah mencantumkan pelanggaran dan hukuman yang cukup eksplisit, sebagian pihak masih menganggap bahwa hukuman bagi pelaku pornografi yang tertera dalam UU nomor 44 tahun 2008 masih terlalu ringan mengingat dampak yang ditimbulkan (Sofwan dalam Gapura Dua Tujuh, 2013).
Himawan & Cahyono ................................ Penanggulangan Pornografi di Internet
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
87
Tabel 1 Jenis pelanggaran dan jumlah hukuman dan denda tentang pornografi
Pasal 29
30
31 32
33
34
35
36
38
Jenis Pelanggaran Memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi Menyediakan jasa pornografi
Meminjamkan atau mengunduh pornografi Memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi Mendanai atau memfasilitasi jasa perbuatan pornografi
Dengan sengaja atau atas persetujuan dirinya menjadi objek atau model yang mengandung muatan pornografi Menjadikan orang lain sebagai objek atau model yang mengandung muatan pornografi Mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi seksual, persenggamaan, atau yang bermuatan pornografi lainnya Mengajak, membujuk, memanfaatkan, membiarkan, menyalahgunakan kekuasaan, atau memaksa anak dalam menggunakan produk atau jasa pornografi
Kurungan Paling singkat: 6 bulan Paling lama: 12 tahun
Denda Paling sedikit: Rp 250.000.000,00 Paling banyak: Rp 6.000.000.000,00
Paling singkat: 6 bulan Paling lama: 6 tahun Paling lama: 4 tahun Paling lama: 4 tahun
Paling sedikit: Rp 250.000.000,00 Paling banyak: Rp 3.000.000.000,00 Paling banyak: Rp 2.000.000.000,00 Paling banyak: Rp 2.000.000.000,00
Paling singkat: 2 tahun Paling lama: 15 tahun Paling lama: 10 tahun
Paling sedikit: Rp 1.000.000.000,00 Paling banyak: Rp 7.500.000.000,00 Paling banyak: Rp 5.000.000.000,00
Paling singkat: 1 tahun Paling lama: 12 tahun Paling lama: 10 tahun
Paling sedikit: Rp 500.000.000,00 Paling banyak: Rp 6.000.000.000,00 Paling banyak: Rp 5.000.000.000,00
Paling singkat: 6 bulan Paling lama: 6 tahun
Paling sedikit: Rp 250.000.000,00 Paling banyak: Rp 3.000.000.000,00
Sofwan juga berpendapat bahwa untuk mengurangi dampak pornografi haruslah melibatkan masyarakat. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Yee Fen Lim, seorang Dosen senior dari Macquarie University dalam makalahnya yang
Penanggulangan Pornografi di Internet................................ Himawan & Cahyono
88
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
berjudul Law and Regulation in Cyberspace (2003) yang menyatakan bahwa regulasi diperlukan di dunia cyber untuk menjaga dan menegakkan hak-hak di dunia nyata dan di dunia cyber. Bentuk dari regulasi tersebut seharusnya tidak murni legalistik atau hanya berupa norma sosial yang tanpa sanksi. Namun, yang terbaik adalah kombinasi dari aspek legal dan norma sosial dengan mempertimbangkan kontekstualnya.
6. Tinjauan Teknologi Merebaknya pornografi di internet beserta modus operandinya telah dibahas pada bagian terdahulu. Pada bagian ini akan khusus dibahas mengenai bagaimana cara pencegahan pornografi di internet sehingga tidak menimbulkan dampak yang berbahaya bagi masyarakat khususnya anak-anak. Cara menangkal pornografi di internet seperti dikutip dari tulisan Soekartanto (2010) yang dimuat di www.tonz94.wordpress.com dapat menggunakan beberapa metode antara lain yaitu: 1. OnlineFamily Norton. Produk ini menyediakan segala hal yang dibutuhkan untuk melindungi keluarga dari bahaya Internet dan konten yang tak layak. Untuk memasang produk ini, perlu adanya komunikasi terlebih dahulu antara orangtua dengan anak. Sebab produk ini memang mengajak anak untuk bersama orangtuanya turut menjaga aktifitasnya saat online. Produk ini mengedepankan transparansi antara orangtua dan anak. 2. K9 Web Protection. Produk ini dapat membantu orang tua untuk memfilter penggunaan Internet di rumah dan juga untuk melindungi keluarga dari konten yang tidak diinginkan. Melalui produk ini, orang tua secara diam-diam bisa memantau catatan aktifitas anaknya saat berselancar di Internet. Orangtua juga bisa memblokir atau mengijinkan situs-situs tertentu dan mengatur penjadwalan penggunaan Internet. 3. DNS Nawala Project. DNS Nawala Project adalah sebuah layanan yang bebas digunakan oleh pengguna internet yang membutuhkan saringan konten negatif dengan cara mengatur IP DNS komputer/server. Layanan ini dapat digunakan untuk di rumah, warnet, sekolah/kampus dan perkantoran (www.nawala.org). Caranya adalah dengan menggunakan DNS: 180.131.144.144 dan 180.131.145.145. 4. Trust positif (http://www.trustpositif.depkominfo.go.id), yang meliputi: (1) Perlindungan Terhadap Domain, yaitu Penyaringan terhadap Top-Level
Himawan & Cahyono ................................ Penanggulangan Pornografi di Internet
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
89
Domain (TLD), (2) Perlindungan Terhadap URL (Link), (3) Perlindungan Terhadap Isi Informasi (Content), yaitu penyaringan ekspresi (kata-kata atau konten) tertentu di dalam informasi yang sedang diakses. 5. Parental software lainnya. Tersedia berbagai jenis parental software yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Selain metode di atas dapat juga digunakan metode melokalisir seluruh website dengan konten pornografi dalam sebuah TLD yang sama misalnya .xxx. Dengan melokalisir konten pornografi ini diharapkan semua konten pornografi terkumpul dalam tempat yang sama sehingga tidak membuat website lain terpapar pornografi. Dengan cara ini pula akan mempermudah apabila sesorang atau suatu instansi ingin mengeblok konten pornografi, kemudahan ini dikarenakan tidak harus membuat blokade yang terlalu beragam, cukup membuat blokade atas situs .xxx. Namun cara ini dapat pula menimbulkan perdebatan jika dikaitkan dengan UU 44 tahun 2008 karena terkesan permisif terhadap pornografi. Namun demikian jika dibandingkan dengan upaya blokade atas pornografi yang terlihat belum cukup berhasi dan dihadapkan pada kenyataan bahwa konten pornografi semakin marak, maka lokalisasi atas konten pornografi
dan
blokade
atasnya
dapat
menjadi
alternatif
solusi
atas
penanggulangan pornografi di internet.
7. Kesimpulan Pornografi dan penetrasinya di media termasuk di internet sudah masuk dalam taraf yang sangat membahayakan. Dibutuhkan langkah konkret untuk menanggulanginya. Dari sisi hukum dibutuhkan keseragaman pendefinisian atas pornografi sehingga tidak menimbulkan bias dalam mencegah pornografi dan menjatuhkan hukuman atas pelaku dan penyedia jasa pornografi. Dengan keseragamanan definisi maka debat atas pornografi dapat diminimalisir dan fokus terhadap penyelamantan generasi muda dari bahaya pornografi dapat digalakkan. Dari sisi teknologi tersedia berbagai macam cara untuk menangkal munculnya pornografi di media internet. Lokalisir atas konten pornografi perlu dilakukan untuk menghindari website lain terpapar pornografi selain itu mempermudah pemblokiran atas konten pornografi. Selain sisi hukum dan teknologi peran masyarakat dan pemerintah sangatlah penting dan dibutuhkan dalam menanggulangi pornografi di intenet.
Penanggulangan Pornografi di Internet................................ Himawan & Cahyono
90
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Daftar Pustaka Departemen Keuangan Republik Indonesia, 2007, Data Pokok APBN-P 2006 dan APBN 2007, http://www.anggaran.depkeu.go.id/Content/07-01-10,%20Da ta%20Pokok%20APBN%202007%20-%20ina.pdf, diakses pada tanggal 27 Maret 2013. Family Safe Media, 2007, Pornography Statistics, http://www.familysafemedia. com/pornography_statistics.html, diakses pada tanggal 27 Maret 2013. Gapura Dua Tujuh, 2013, Pornografi Merusak Moral dan Otak, tapi Sanksi Hukumnya Terlalu Ringan, http://gapuraduatujuh.com/pornografi-merusakmoral-dan-otak-tapi-sanksi-hukumnya-terlalu-ringan, diakses pada tanggal 23 Maret 2013. Internet World Stats, 2013, Internet Usage in Asia, http://www.internetworldstats. com/stats3.htm, diakses pada tanggal 27 Maret 2013. JPNN, 2013, Seks Bebas, Aborsi Meningkat, http://www.jpnn.com/read/2013/02/ 24/159906/Seks-Bebas,-Aborsi-Meningkat-, diakses pada tanggal 27 Maret 2013. Lim, Y.F., 2003, Law and Regulation in cyberspace, International Conference on Cyberworlds 2003, Proceedings, hal. 34 - 39. Lubis, P. dan Astuti, L.D.P., 2011, Alasan Seseorang Bisa Jadi Pelaku Sodomi, http://m.news.viva.co.id/news/read/200626-alasan-seseorang-bisa-jadi-pe laku-sodomi, diakses pada tanggal 27 Maret 2013. Reisman, J., 2003, The Psychopharmacology of Pictorial Pornography Restructuring Brain, Mind & Memory &
Subverting Freedom of Speech, The Institute for Media Education. Sabina, C., Wolak, J., dan Finkelhor, D., 2008, The Nature and Dynamics of Internet Pornography Exposure of Youth, CyberPsychology & Behaviour, Desember 2008, 11(6), hal. 691 - 693. Soekartanto, 2010, Bahaya Pornografi Di Internet & Handphone & Pemanfaatan Internet Bagi Siswa, http://tonz94.files.wordpress.com/2010/11/bahayapornografi-di-sma-yadika-depok-30-oktober-2010.pdf, diakses pada tanggal 27 Maret 2013. Tribunnews.com, 2013, Internet Pemicu Pelecehan Seksual Anak di Garut, http://www.tribunnews.com/2013/02/10/internet-pemicu-pelecehan-seksu al-anak-di-garut, diakses pada tanggal 27 Maret 2013. Wulandari, B.T., 2007, Perempuan dan Pornografi Sebuah Seni Ataukah Eksploitasi, Jurnal Legality Universitas Muhamadiyah Malang, Vol. 14 No. 2, September 2006 – Februari 2007. Eberstadt, M. dan Layden, M.A., 2010, The Social Costs of Pornography: A Statement of Findings and Recommendations, Witherspoon Institute.
Himawan & Cahyono ................................ Penanggulangan Pornografi di Internet
PERENCANAAN STRATEGIS TEKNOLOGI INFORMASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNG MAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Licantik, Abidarin Rosidi, Andi Sunyoto Magister Teknik Informatika, Program Pasca Sarjana STMIK AMIKOM Yogyakarta herbayuli_2005@yahoo.com, abi@amikom.ac.id, andi@amikom.ac.id
Abstrak Telah banyak adopsi Teknologi Informasi (TI) untuk membantu proses birokrasi pada instansi pemerintahan. Adopsi tersebut menghasilkan peningkatan signifikan dalam hal peningkatan citra, PAD dan kinerja. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Ward & Peppard dan metode penelitian Action Research untuk merumuskan portofolio organisasi untuk kemudian dibuat sebuah rencana strategis masa depan TI jangka menengah dari portofolio tersebut. Kata kunci: Rencana Strategis, TI, Ward & Peppard, Action Research, Perizinan.
1. Pendahuluan Dengan bergulirnya program Pemerintah yang dikenal dengan eGovernment ditambah dengan adanya fakta bahwa dengan tata kelola pemerintahan secara elektronis mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, maka
Pemerintah
Kabupaten
Gunung
Mas
berkeinginan
untuk
dapat
mengadopsi tatakelola pemerintah yang mengoptimalkan teknologi informasi. Pemkab telah memiliki Rencana Strategis yang telah didokumentasikan dalam bentuk buku pedoman “Rencana Strategis Pemerintah Kabupaten Gunung Mas 2009 – 2013”. Namun begitu, pembahasan khusus mengenai perencanaan strategis di bidang Teknologi Informasi (TI) dalam buku pedoman tersebut tidak ditemukan, sedangkan implementasi TI sendiri telah dilakukan di lingkungan Pemkab. Hal ini berakibat kurang optimalnya implementasi TI sehingga efektifitas TI kurang terasa. Akibat lain adalah, pemkab mengalami kerugian akibat investasi yang buruk di sektor TI. Berangkat dari hal tersebut ditambah dengan tuntutan dan kebutuhan Pemkab Gunung Mas akan nilai tambah adopsi TI, maka penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk membuat sebuah rencana strategis di bidang TI di lingkungan pemerintah Kabupaten Gunung Mas khususnya pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu. Berangkat dari permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah rencana strategis di bidang TI di lingkungan pemerintah
91
92
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Kabupaten Gunung Mas khususnya pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu. Untuk mendapatkan hasil optimal mengenai gambaran keseluruhan (portofolio) dan rancangan rencana strategis penulis menggunakan metode Ward & Peppard. Pendekatan metodologi versi Ward & Peppard ini dimulai dari kondisi investasi SI/TI di masa lalu yang telah dilakukan yang dirasa kurang bermanfaat bagi tujuan bisnis organisasi dan menangkap peluang bisnis di masa mendatang dengan harapan mampu meningkatkan keunggulan kompetitif suatu organisasi dengan jalan penyelarasan strategi bisnis yang ada dengan analisis renstra TI dan pemanfaatan SI/TI dengan maksimal.
2. E-Government E-government
adalah
penggunaan
teknologi
informasi,
teknologi
informasi dan komunikasi dan teknologi-teknologi komunikasi berbasis web lainnya untuk meningkatkan dan/atau meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyajian layanan di sektor pelayanan publik (Jeong, 2007). E-government atau pemerintahan digital didefinisikan sebagai penggunaan Internet dan World Wide Web sebagai sarana penyampaian informasi dan pelayanan oleh pemerintah kepada masyarakat. (United Nations, 2006; AOEMA, 2005). Menurut Keppres No. 20 tahun 2006, e-government adalah pemanfaatan teknologi dan komunikasi dalam proses pemerintah untuk meningkatkan efisiensi,
efektivitas,
transparansi,
dan
akuntabilitas
penyelenggaraan
pemerintahan. Peranan TI dalam proses bisnis adalah membuat organisasi berusaha untuk mengimplementasikan TI dalam proses terintegrasi. Menurut Heeks (2001), e-government lahir karena revolusi informasi dan revolusi pemerintahan. Berbagai kendala implementasi e-government di Indonesia baik fisik maupun sosial ekonomi yang menjadi penyebabnya. Indonesia harus mampu mendayagunakan potensi teknologi untuk keperluan: 1. Memberikan kesempatan yang sama serta meningkatkan ketersediaan informasi dan pelayanan publik yang diperlukan untuk memperbaiki kehidupan
sosial
dan
ekonomi
masyarakat,
serta
memperluas
jangkauannya agar dapat mencapai seluruh wilayah negara. 2. Memperbesar kesempatan bagi usaha kecil dan menengah untuk berkembang dengan teknologi yang mampu memanfaatkan pasar yang lebih luas.
Licantik, dkk ....................................... Perencanaan Strategis Teknologi Informasi
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
93
3. Meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kemampuan inovasi dalam sektor produksi, serta memperlancar rantai distribusi, agar daya saing ekonomi nasional dalam persaingan global dapat diperkuat. Meningkatkan transparansi dan memperbaiki efisiensi pelayanan publik, serta memperlancar interaksi antar lembaga-lembaga pemerintah, baik pada tingkat pusat maupun daerah, sebagai landasan untuk membentuk pemerintahan yang efektif, bersih, dan berorientasi pada kepentingan rakyat.
3. Metode Perencanaan Strategis SI/TI Versi Ward & Peppard Pendekatan metode Ward & Peppard (2002) menyediakan analisis mendalam mengenai perencanaan strategis sebuah organisasi. Model ini terdiri dari tiga bagian utama, masukan, keluaran dan aktifitas utama. 1. Masukan terdiri atas: a. Lingkungan
bisnis
internal:
Strategi
bisnis
yang
sedang
digunakan, tujuan, sumberdaya, proses-proses dan budaya dan nilai dari bisnis. b. Lingkungan bisnis eksternal: Iklim ekonomi, industri dan kompetisi di dalam organisasi. c. Lingkungan TI internal: perspektif TI dalam organisasi saat ini, kematangan, cakupan bisnis dan kontribusi untuk mencapai tujuan organisasi, kemampuan, sumberdaya, dan infrastruktur teknologi. Portofolio sistem saat ini atau sistem yang sedang dibangun, dianggarkan namun belum dilaksanakan juga termasuk dalam lingkungan TI internal. d. Lingkungan TI eksternal: tren teknologi dan peluang dan penggunaan TI oleh pengguna selain organisasi antara lain pelanggan, pesaing dan supplier. 2. Keluaran terdiri atas: a. Strategi manajemen TI: elemen-elemen umum dari strategi yang dijalankan dalam sebuah organisasi. b. Strategi Sistem Informasi Bisnis: pedoman bagaimana setiap unit atau fungsi menjalankan TI dengan baik untuk mencapai tujuan bisnis. c. Aplikasi Portofolio: penggambaran arsitektur informasi dari setiap unit. Portofolio digunakan juga untuk menggambarkan bagaimana
Perencanaan Strategis Teknologi Informasi....................................... Licantik, dkk
94
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
TI akan digunakan pada masa yang akan datang untuk menolong unit-unit mencapai tujuan masing-masing. d. Strategi TI: kebijakan dan strategi untuk pengelolaan teknologi dan sumberdaya khusus. Penelitian pembuatan rencana strategis TI ini dilakukan pada sebuah institusi pemerintah daerah yang telah memiliki rencana strategis secara umum yang telah disarikan dari visi dan misinya. Beberapa program kerja telah dilaksanakan dan telah terimplementasi beberapa kebijakan-kebijakan dalam hal teknologi informasi namun belum memiliki rencana induk yang memberikan gambaran pelaksanaan strategi TI tersebut secara mendetail. Gambar 1 menunjukkan kerangka kerja penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.
Gambar 1 Kerangka Kerja Penelitian
Penyusunan rencana strategis TI yang telah dilakukan oleh Kristian Telambanua (2008) yang dilakukan pada sebuah institusi pendidikan tinggi telah menyediakan sebuah kerangka kerja yang bagus dan terstruktur mengenai kerangka kerja penelitian yang berdasarkan pada metode Ward & Peppard. Penulis mengambil secara teori metodologi dan struktur yang digunakan pada penelitian tersebut dengan penyesuaian-penyesuaian tertentu. Penyesuaianpenyesuaian tersebut mengenai metode-metode analisis yang diambil. Penulis menggunakan analisis Value Chain dan tidak menggunakan analisis Boston Constulting Group (BCG’s Matrix) dikarenakan obyek penelitian yang berbeda. Kerangka ini adalah sebuah kerangka referensi kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan Rencana Strategis TI disertai dengan proses yang dilakukan. Kerangka kerja Rencana Strategis TI bisa dilihat pada Gambar 2.
Licantik, dkk ....................................... Perencanaan Strategis Teknologi Informasi
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
Tahap 1 Inisiasi Renstra
95
Persiapan Perencanaan Strategis SI/TI
Identifikasi Visi, Misi Tujuan, Sasaran Organisasi
Tahap 2 Memahami KebutuhanBisnis Organisasi
Analisis Lingkungan Bisnis Organisasi Internal
Analisis SWOT
Analisis Value Chain
Analisis Lingkungan Bisnis Organisasi Eksternal
Analisis PEST
Analisis CSF
Analisis Lingkungan SI/TI Internal
Analisis 5 Porters
Identifikasi Peluang Bisnis dari Eksternal Organisasi
Identifikasi Masalah Internal Bisnis
Analisis Lingkungan SI/TI Eksternal
Identifikasi Sumber Daya SI/TI (SWOT)
Aplikasi Portofolio saat ini
Identifikasi Perkembangan Teknologi Informasi dan analisis kebutuhan saat ini
Aplikasi Portofolio saat ini
Analisis Gap Kebutuhan Informasi Tahap 3 Menentukan Target SI/TI
Membuat Landasan Kebijakan SI/TI
Membuat Strategi SI/TI
Strategi TI
Strategi Bisnis SI/TI
Tahap 4 Menentukan Strategi SI/TI
Strategi Manajemen SI/TI
Aplikasi Portofolio masa depan
Rencana Implementasi Strategi SI/TI
Tahap 5
Gambar 2 Kerangka Kerja Renstra TI
4. Perumusan Rencana Strategis Teknologi Informasi Menggunakan Metode Ward & Peppard Hasil penerapan kerangka kerja rencana strategis TI beserta analisisanalisinya adalah sebagai berikut:
4.1 Tahap 1: Analisis Lingkungan Bisnis Eksternal Analisis lingkungan bisnis eksternal KPPT yang digunakan adalah analisis PEST dan Analisis Porter’s Five Force. 4.1.1
Analisis PEST Proses bisnis memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar. Faktor-
faktor tersebut antara lain Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi. Analisis PEST menganalisis
faktor-faktor
tersebut
sehingga
mampu
mengenali
dan
mengevaluasi peluang dan ancaman dari luar, mampu mengembangkan visi dan misi dengan menggunakan pendekatan strategis yang tepat guna mencapai sasaran jangka panjang. Berikut hasil analisis PEST pada KPPT Pemkab Gunung Mas: Faktor Politik (dan Hukum) Sesuai dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004, Pemerintah daerah dalam hal ini adalah pemerintah kabupaten Gunung Mas diwajibkan melakukan pertanggunjawaban secara langsung kepada Presiden RI melalui Menteri Dalam
Perencanaan Strategis Teknologi Informasi....................................... Licantik, dkk
96
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Negeri dan melalui Gubernur satu kali dalam satu tahun, serta menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada DPRD dan disebarluaskan kepada masyarakat. Faktor Ekonomi Tren perkembangan ekonomi di Indonesia dengan diterapkanya otonomi daerah, sehingga setiap daerah mengalami perbaikan dalam pengelolaan keuangan yang secara tidak langsung terjadi peningkatan pelayanan publik ke masyarakat termasuk didalamnya adalah pelayanan permohonan perizinan. Adanya
perbaikan
sektor
perhubungan
dan
telekomunikasi
turut
meningkatkan perekonomian di Gunung Mas. Selain itu, peningkatan kegiatan penambangan di Kabupaten Gunung Mas turut menyumbang peningkatan kegiatan perkonomian di Gunung Mas. Hal ini ditanggapi oleh pemerintah kabupaten Gunung Mas dengan pendataan lokasi penambangan dan peta potensi tambang serta peningkatan pelayanan di bidang penerbitan permohonan perizinan tambang. Faktor Sosial (dan Ekologi) Seiring dengan majunya sebuah daerah, semakin bervariasi pula keragaman penduduknya. Banyak penduduk pendatang yang menjadi penduduk tetap dan membawa serta budaya serta kebiasaan di kampung halamannya dulu. Hal ini menambah keragaman corak sosial di kabupaten Gunung Mas serta membuka peluang ekonomi yang cukup besar. Secara geografis lokasi pemukiman dan pusat perekonomian masih sangat terpencil dan terisolasi. Sehingga adanya pemenuhan kebutuhan melalui jalur perintis masih diperlukan. Pembukaan jalur komunikasi diharapkan mampu menjembatani antara daerah-daerah ini. Faktor Teknologi Perkembangan Teknologi Informasi telah merambah ke Kabupaten Gunung Mas. Hal ini ditandai dengan pengembangan situs resmi kabupaten di Internet. Jalur komunikasi swasta melalui operator-operator telekomunikasi telah membuka jalur di Gunung Mas sehingga aliran informasi menuju dan berasal dari Gunung Mas semakin meningkat.
Licantik, dkk ....................................... Perencanaan Strategis Teknologi Informasi
ISSN: 1979-7656
4.1.2
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
97
Analisis Porter’s Five Force Analisis Porter’s Five Force digunakan untuk memetakan lingkungan
eksternal organisasi yang nantinya akan dihadapi. Analisis ini menggunakan Lima Kekuatan (force) yang mempengaruhi posisi KPPT Pemkab Gunung Mas dalam usahanya melayani masyarakat bertujuan untuk mengungkap peluang peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Analisis Lima Kekuatan Porter’s digambarkan pada Gambar 3. Ancaman pesaingpesaing baru (2)
Kekuatan menawar para pemasok (5)
Pesaing-pesaing yang sudah ada (1)
Kekuatan menawar para Pelanggan (4)
Ancaman produkproduk atau jasajasa subtitusi (3)
Gambar 3 Analisis Lima Kekuatan Porter’s
4.2 Tahap 2: Analisis Lingkungan Bisnis Internal Analisis lingkungan internal KPPT dilakukan dengan beberapa analisis, antara lain adalah Analisis SWOT dan Analisis Value Chain. Tabel 1 Analisis SWOT Kekuatan (S) Visi & Misi Terukur dan jelas.
Memiliki landasan hukum dan legal standing yang kuat Berhubungan langsung dengan masyarakat Kesadaran aparatur dalam peningkatan kemampuan, keahlian dan keterampilan 23 Unit perizinan yang telah dilimpahkan
Kantor yang representatif
Kelemahan (W) Proses pengurusan izin yang rumit Prasarana penunjang kurang memadai sehingga pemohon merasa kurang nyaman. Kurangnya jumlah SDM yang mendukung proses bisnis Kurangnya sarana transportasi untuk operasional lapangan Kurangnya insentif kerja
Kerja sama dengan tim teknis kurang optimal sehingga pembuatan dokumen izin memakan waktu lama. Lokasi kantor yang jauh dan kurang strategis.
Perencanaan Strategis Teknologi Informasi....................................... Licantik, dkk
98
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
Peluang (O) Telah terbit peraturan pemerintah tentang pemakaian software legal Meningkatnya jumlah investor untuk berinventasi PAD dari Sektor perizinan meningkat Masih banyaknya daerah yang belum dijangkau oleh KPPT
Ancaman (T) Kurangnya kesadaran pimpinan daerah akan arti penting TI
SKPD terkait yang tidak sepenuhnya merelakan perizinan dilimpahkan kepada KPPT
ISSN: 1979-7656
Strategi SO Mengarahkan solusi TI ke arah Open Source Software
Strategi WO Peningkatan mutu sarana dan prasarana sehingga meningkatkan kenyamanan bagi para pemohon izin
Peningkatan penyebaran informasi mengenai arti penting Perizinan. Penguatan kelembagaan dan pemberian wewenang yang penuh pada KPPT sebagai penyelenggara penerbitan permohonan izin. Penyelenggaraan pelatihanpelatihan yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan, keahlian dan keterampilan. Penyelenggaraan KPPT keliling sehingga masyarakat tidak perlu mendatangi kantor, namun KPPTlah yang mendatangi mereka. Strategi ST Kajian sejumlah peraturan dan kebijakan serta penyusunan perda yang mendukung wewenang KPP sebagai pelayanan publik dalam menerbitkan surat perizinan. Perlunya pengawasan langsung dari Pejabat daerah.
Penataan ulang aturan kerja sama dan koordinasi tim teknis Menfasilitasi antara kantor dinas yang berhubungan dengan investasi guna meningkatkan kepastian berinvestasi Penyediaan sarana transportasi dan komunikasi yang memadai. Penambahan insentif kerja dan penghargaan secara moral.
Strategi WT Penyelenggaraan seminar success story e-govenment dalam pemanfaatan TI untuk pimpinanpimpinan daerah.
4.3 Tahap 3: Analisis Lingkungan SI/TI Internal 4.3.1
Keberadaan Perangkat Keras & Jaringan Pada
tabel
2
merupakan
keberadaan
perangkat
keras
yang
terdokumentasikan di KPPT Pemkab Gumas. Tabel 2 Keberadaan perangkat keras No 1
2
Unit Kerja Teknis Badan Lingkungan Hidup Dinas Peternakan
Jml Komputer 11 Unit
10 Unit
Sistem Operasi Windows XP, Windows 7 Windows XP, Windows 7
Prosesor
Printer
Intel Core, Dual Core
HP, Canon, Epson
AMD, INTEL
HP, Canon, Epson
Device Lain Scanner, Ploter Peta Scanner
Licantik, dkk ....................................... Perencanaan Strategis Teknologi Informasi
ISSN: 1979-7656
3 4
Dinas Kesehatan Dinas Perhubungan
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
9 unit 7 unit PC 6 unit notebook 7 unit PC 8 unit notebook 10 unit
5
Dinas Pertambangan
6
Dinas Perindag
7
Dinas PU
7 unit
8
Dinas Perizinan
3 unit
99
Windows 7, XP Windows 7, XP
Intel Core, Dual Core AMD, Intel
HP, Canon, Epson HP, Canon, Epson
Scanner
Linux. Windows XP
Intel Core, Dual Core
HP, Canon, Epson
Scanner, ploter peta
Windows XP dan win 7
-
HP, Canon, Epson
Scanner
Windows XP dan win 7 Win 7
Intel Core, Dual Core Intel Core, Dual Core
HP, Canon, Epson HP, Canon, Epson
Scanner
Scanner
Scanner
Tabel 3 memberikan informasi mengenai keberadaan jaringan. Tabel 3 Keberadaan jaringan No 1 2 3 4 5 6 7 8
4.3.2
Unit Kerja Teknis
LAN
Badan Lingkungan Hidup Dinas Pekerjaan Umum Dinas Perindag Dinas Pertambangan Dinas Perhubungan Dinas Kesehatan Dinas Peternakan Dinas Perizinan
Ada Tidak Ada Ada Ada, Internet unlimited LAN,WAN,USAT/MPLIK Ada Tidak ada Tidak ada
Ada Komputer yang Terhubung ke Internet Ada/Telkomsel Ada/Speedy Telkom Ada/Speedy Telkom Speedy Telkom Speedy Telkom Ada/Speedy Telkom Ada/Telkomsel Ada/Speedy Telkom
Keberadaan Perangkat Lunak & Fasilitas Penyimpanan Data
Tabel 4 Keberadaan Perangkat Lunak & Fasilitas Penyimpanan Data No
Unit Kerja Teknis
Cara Penyimpanan Data
Aplikasi/SI Terkait Perizinan Wajib Data Perusahaan Tidak ada
Aplikasi/SI Lainya Keuangan
Tidak ada
Keuangan
1
Dinas Perizinan
2
Dinas PU
3
Dinas Peternakan
Excel, Word, Hardcopy, Access Excel, Word, Hardcopy, Autocad Excel, Word, Hardcopy
4
Dinas Kesehatan
Excel, Word, Hardcopy
Tidak ada
SIMDA
5
Dinas Perhubungan
MS.Office, photoshop, corel draw, map
Xampp, simantik
6
Dinas pertambangan
MS.Office, photoshop, corel draw, map
7
Dinas Perindag
Excel/word
Peta IUP dan database wilayah pertambangan Tidak ada
SIMBA BMD 2013 SIMDA Tidak ada.
8
Dinas BLH
Excel, Word, Hardcopy,
Tidak ada
Keuangan
SIMDA, Keuangan Keuangan
Perencanaan Strategis Teknologi Informasi....................................... Licantik, dkk
100
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Pada tabel 4 merupakan dokumentasi mengenai perangkat lunak aplikasi yang ada di KKPT Gumas dan fasilitas penyimpanan data yang digunakan oleh KPPT. Terdapat lima unit kerja teknis yang belum memiliki aplikasi atau sistem informasi terkait dengan perizinan yaitu: Dinas PU, Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan, Dinas Perindag dan Dinas BLH. Aplikasi yang terkait dengan perizinan yang telah berjalan dan digunakan oleh KPPT antara lain adalah Wajib Data Perusahaan di Dinas Perizinan, Simantik di Dinas Perhubungan, Peta IUP dan Database wilayah pertambangan di Dinas Pertambangan. Aplikasi Keuangan Daerah telah ada di masing-masing dinas perizinan dan telah operasional kecuali di Dinas Pertambangan. 4.3.3
Dukungan SDM Teknologi Informasi pada Unit Kerja Teknis Seperti terlihat di Tabel 5, dukungan sumber daya di bidang teknologi
informasi masih sangat kurang. Tabel 5 Dukungan SDM TI No
Unit Kerja Teknis
Jumlah Staf TI
1 2 3 4 5 6
Dinas Perizinan Dinas Pekerjaan Umum Dinas BLH Dinas Perhubungan Dinas Pertambangan Dinas Kesehatan
Tidak ada Tidak ada Tidak ada 2 orang 2 orang Tidak ada
7
Dinas Peternakan
Tidak ada
8
Dinas Perindag
Tidak ada
4.4 Tahap 4: Analisis Lingkungan SI/TI Eksternal Analisis
lingkungan
eksternal
SI/TI
berguna
untuk
mengetahui
perkembangan teknologi di luar organisasi dan menelaah teknologi tersebut guna dimanfaatkan
dalam
mendukung
strategi
bisnis
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya. Adapun proses-prosesnya antara lain adalah : 1. Pembahasan Perkembangan Teknologi Perkembangan dunia open source telah mencapai ke lingkungan pemerintahan daerah, namun masih kurangnya kesadaran akan arti pentingnya open source bagi sebuah institusi pemerintahan daerah. 2. Pembahasan peluang pemanfaatan Teknologi
Licantik, dkk ....................................... Perencanaan Strategis Teknologi Informasi
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
101
Dengan mendorong pemakaian dan kesadaran akan arti pentingnya open source software di lingkungan pemerintahan daerah maka akan tercipta sebuah peluang penghematan anggaran dan meningkatkan peran serta masyarakat bagi kemajuan TI.
4.5 Tahap 5: Menentukan target SI/TI Dengan perbaikan sistem yang telah ada maka akan didapatkan peluang bisnis eksternal organisasi. a. Perbaikan sarana prasarana KPPT Dengan perbaikan sarpras maka minat pemohon dokumen perizinan akan meningkat, sehingga tingkat partisipasi masyarakat akan lebih meningkat juga. b. Pembuatan sistem informasi penerbitan dokumen perizinan online. Dengan Sistem Informasi yang akan dikembangkan ini maka akan mampu menciptakan beberapa peluang baru, yaitu: 1. Proses permohonan bisa dilakukan dengan mobile, artinya cukup menempatkan dua orang staf dan satu komputer serta jalur komunikasi antara KPPT dengan lokasi terpencil maka proses permohonan izin bisa dilakukan di lokasi-lokasi yang jauh dan terisolasi. 2. Citra bersih akan tercipta. Dengan adanya sistem informasi ini maka pungutan-pungutan liar dan biaya-biaya hantu akan terkurangi sehingga biaya penerbitan dokumen perizinan akan lebih transparan dan murah. 3. Kemudahan dalam proses permohonan izin. Dengan adanya sistem informasi ini maka beban kerja staf pelayanan dan teknis akan lebih rendah sehingga produktifitas akan meningkat.
4.6 Tahap 6: Menentukan Strategi TI 4.6.1
Strategi manajemen SI/TI Pengelolaan SI/TI di masa mendatang sebaiknya dibawahi oleh sebuah
unit teknis tersendiri. Unit teknis ini dipimpin oleh seorang ketua unit yang berkompetensi dalam hal pengembangan sistem aplikasi berbasis web dan mengenal bagaimana perancangan dan implementasi jaringan skala lokal. Ketua unit ini pada gilirannya akan melakukan koordinasi dengan kepala kantor dan juga sekretaris daerah dengan harapan mampu menjembatani keselarasan antara teknologi informasi dengan strategi bisnis yang ada. Migrasi sistem operasi dan aplikasi harus segera diatur agar kemudian hari setelah beberapa aplikasi inti telah berjalan dan telah mampu diintegrasikan.
Perencanaan Strategis Teknologi Informasi....................................... Licantik, dkk
102
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Pelatihan dan bimbingan teknis diperlukan agar dalam implementasi TI yang baru tidak ada permasalahan-permasalan yang timbul. Outsourcing dirasa menjadi pilihan bijak namun harus dilakukan dengan transparan dan bisa dipertanggungjawabkan. Outsourcing bisa dalam bentuk pembuatan software, konsultasi, pelatihan maupun seminar. 4.6.2
Strategi Bisnis SI/TI Strategi bisnis yang perlu dilakukan oleh KPPT Kabupaten Gunung Mas
antara lain adalah: a. Secara terus menerus dan berkelanjutan melakukan pelayanan yang prima terhadap para pemohon. b. Melakukan sosialisasi pentingnya perizinan melalui berbagai macam media. c. Memberikan pelayanan perizinan mobile yang dilakukan secara periodik di kecamatan-kecamatan yang terpencil. d. Pencantuman informasi yang jelas dan pencantuman infografis yang menarik di situs resmi KPPT. Informasi persyaratan, biaya-biaya dan lama proses penerbitan dokumen izin disertakan juga. e. Membuka kotak saran dan keluhan lewat email, form Internet ataupun telepon. f.
Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM melalui penyaringan CPNS yang ketat dan berbasis pada kompetensi calon.
g. Pengadaan transportasi yang memadai yaitu dengan mobil yang mampu menangani medan yang berat serta mampu membawa peralatan komunikasi dan operasional KPPT saat digunakan di daerah terisolir. 4.6.3
Strategi SI/TI
1. Perancangan ulang infrastruktur jaringan komputer dan server di lingkungan KPPT Kabupaten Gunung Mas beserta kantor dinas terkait sebagai prioritas utama sebagai penunjang kebutuhan SI/TI di masa datang. 2. Terus mengembangkan sistem informasi perizinan sehingga sebagian proses permohonan izin bisa dilakukan secara online. 3. Pengadaan sistem absensi sidik jari agar meningkatkan kedisiplinan staf.
Licantik, dkk ....................................... Perencanaan Strategis Teknologi Informasi
ISSN: 1979-7656
4.6.4
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
103
Portofolio aplikasi SI mendatang Sebagaimana hasil analisis yang telah berhasil dirumuskan, maka untuk
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan pada subbab sebelumnya maka Pemerintah Kabupaten Gunung Mas dalam hal ini diwakili oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu diharapkan menjalankan program-program berikut seperti terlihat pada Tabel 6. Tabel 6 Portofolio Aplikasi Masa yang akan Datang • • • • • • •
Strategis Perancangan ulang jaringan komputer di KPPT Pelayanan Perizinan Mobile. Pelayanan perizinan Online (internal) Pelayanan Perizinan Online.
Baru
•
Upgrade Baru Baru
•
Baru
• • • •
Seminar best-practice implementasi TIK Situs resmi KPPT Pembentukan unit TIK
•
Ada Baru
High Potential Sistem Informasi Perizinan Terpadu (SIPT) Pengadaan kotak saran & keluhan Informasi investasi di situs resmi Kendaraan operasional Pelatihan-pelatihan Sarpras Sidik jari
Key Operational
Baru Baru Baru
Upgrade Baru Upgrade Baru
Support
4.7 Tahap 7: Rencana Implementasi Tabel 7 Kegiatan-kegiatan dalam 5 tahun mendatang 2012 No
Nama Kegiatan
1.
Infrastruktur jaringan Komputer - Perancangan ulang - configuring Pengembangan SIPT - Perancangan - Implementasi Lokal - Implementasi Online Internet Pengadaan Perizinan Mobile Transportasi Komunikasi Pelatihan SDM Pengadaan Unit TIK Sarpras KPPT
2.
3.
4. 5. 6.
Okt
Nov
2013 Des
Jan
Peb
Mar
2014 Apr
Mei
Sem 1
Sem 2
2015 Sem 1
2016 Sem 1
Sem 2
5. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis dan identifikasi yang telah dilakukan pada babbab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil perancangan dalam penelitian ini adalah sebuah portofolio yang diperoleh melalui sebuah kerangka kerja yang mengambil pedoman dari
Perencanaan Strategis Teknologi Informasi....................................... Licantik, dkk
104
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
ISSN: 1979-7656
Ward & Peppard dan menggunakan metode penelitian Action Research. Portofolio tersebut dapat digunakan pada kantor pelayanan perizinan terpadu pada sebuah institusi pemerintah daerah serta telah sesuai dengan tujuan penelitian. Namun begitu terdapat beberapa hal yang masih membutuhkan pembahasan lebih mendalam sehingga mampu menghasilkan gambaran anggaran serta indikator kinerja secara spesifik. 2. Kerangka kerja yang digunakan telah mampu menghasilkan sebuah rencana strategis di bidang TI yang selaras dengan dengan rencana strategis secara umum di Pemerintah Kabupaten Gunung Mas. 3. Penelitian ini menghasilkan sebuah rekomendasi pembentukan unit TIK (Teknologi Informasi Komputer) sebagai bagian dari sebuah KPPT. Adapun saran-saran yang dapat diberikan dan sekiranya bermanfaat adalah: 1. Penulis mengusulkan dibuatnya sebuah panduan pemakaian Rencana Strategis TI yang berisi penjelasan secara mendetail mengenai cara, batasan dan manfaat untuk menerangkan tahap-tahap yang ada di dalam portofolio tersebut. 2. Penulis menemukan kesulitan saat menemukan fakta tidak adanya rencana strategis TI di level Pemerintah Kabupaten. Penulis berpendapat rencana strategis TI di KPPT ini akan lebih fokus dan terukur jika dalam pembuatan rencana strategis ini mengambil acuan dari rencana strategis TI Pemerintah Kabupaten. 3. Penggunaan metode Action Research dapat diterapkan secara lebih intensif karena dalam prakteknya metode ini bisa memberikan instant impact dan continuous improvement dalam sebuah penelitian bidang sosial.
Licantik, dkk ....................................... Perencanaan Strategis Teknologi Informasi
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 5, No. 2, JANUARI 2013
105
Daftar Pustaka Hasibuan, Z.A., 2007, Langkah-Langkah Strategis dan Taktis Pengembangan EGovernment untuk Pemda, Jurnal Sistem Informasi MTI UI, Vol. 3, No.2, April 2007. Telaumbanua, K., 2008, Perancangan Rencana Strategis Sistem Informasi dan Teknologi Informasi (SI/TI), Tesis, Magister Informatika, Teknik Elektro dan Informatika, ITB, Bandung. Ward, J. dan Peppard, J., 2003, Strategic Planning for Information System, Third Edition, John Wiley & Son’s Ltd. Cranfield, Bedfordshire, UK. Wedhasmara, A., 2007, Langkah-langkah Perencanaan Strategis Sistem Informasi dengan Menggunakan Metode Ward dan Peppard, Jurusan Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya. Wedhasmara, A., 2008, Perencanaan Strategis Sistem Informasi pada Organisasi Pemerintah Daerah (Studi Kasus: Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta), Tesis, Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Jakarta.
Perencanaan Strategis Teknologi Informasi....................................... Licantik, dkk
Halaman ini memang sengaja dikosongkan