Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 48-59
COLLABORATION COUNSELOR AND PARENT FOR DEVELOPING STUDENT SPIRITUAL COMPETENCY TROUGH COMPREHENSIVE GUIDANCE AND COUNSELING SERVICE Agus Supriyanto Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan Email:
[email protected]
Abstract The parents have an important role in the development of student spiritual competence in secondary school because the parents become the main and the first mentor for student, the parents know the spiritual need of the student as a whole, and the parents can control student from deeds that deviates. Therefore, it is reasonable if Permendikbud No. 111 of 2014 was mandate that the implementation of guidance and counseling service in schools one of which with the collaboration counselor with all parents. Collaboration counselor with parents conducted for student spiritual competence development through comprehensive guidance and counseling services. Keywords: parents, spiritual competence, comprehensive guidance and counseling service
program
1. PENDAHULUAN Pengembangan kompetensi siswa
bimbingan
dan
konseling
komprehensif, serta disesuaikan dengan
tidak bisa dilaksanakan dalam waktu
kebutuhan,
singkat, akan tetapi perlu waktu dan
layanan dasar, perencanaan individual
proses panjang. Proses pengembangan
siswa,
kompetensi siswa perlu disiapkan dari
responsif,
dan
akuntabilitasnya.
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Kemudian
dengan
dilaksanakannya
Pertama, dan Sekolah Menengah Atas.
layanan bimbingan dan konseling yang
Salah
komprehensif, maka kompetensi siswa
satu
jenjang
pengembangan
kurikulum
dukungan
kompetensi siswa ada pada jenjang
dapat
Sekolah Menengah.
kompetensi spiritual
Pengembangan kompetensi siswa di
Sekolah
dikembangkan layanan
Menengah melalui
bimbingan
komprehensif
yang
dan
dapat
pelaksanaan konseling
disusun
dalam
berkembang,
bimbingan,
sistem,
salah
layanan
satunya
Hal tersebut juga didukung pula dengan Permendikbud No 111 Tahun 2014
mengenai
Bimbingan
dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, bahwa terdapat
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
48
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 48-59
empat (4) komponen utama dalam
dalam mengembangkan potensi anak
layanan bimbingan dan konseling untuk
bangsa melalui pendidikan. Undang-
mengembangkan
dan
undang Republik Indonesia Nomor 20
kompetensi siswa yaitu layanan dasar,
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
perencanaan
layanan
Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1, telah
sistem.
mengukuhkan
bahwa
proses
pembelajaran
diwujudkan
untuk
responsif,
potensi
individual, dan
Sehingga
dukungan
layanan
bimbingan
dan
konseling dapat dilaksanakan secara
mengembangkan potensi peserta didik
komprehensif, bukan hanya konselor
untuk
sebagai pelaksana, tetapi kerjasama
keagamaan. Maksud kekuatan spiritual
seluruh pihak, salahsatunyya kolaborasi
keagamaan yang
antara konselor dengan orang tua siswa.
Undang-undang tersebut pada Bab II
Menurut Caraka, dkk, (2013),
Pasal 3 adalah manusia yang beriman
dijelaskan bahwa Standar kompetensi
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
siswa di Indonesia tersebut dapat dibagi
Esa.
ke dalam 5 bidang pengembangan, yaitu pengembangan
bidang
pengembangan
spiritual,
bidang
akademik,
memiliki
kekuatan
spiritual
dijelaskan dalam
Inilah
dasar
kompetensi
spiritual
pentingnya bagi
bangsa
Indonesia. Agama adalah pemandu
pengembangan bidang pribadi/ sosial,
dalam
pengembangan
kehidupan yang bermakna, damai dan
bidang
karir,
upaya
mewujudkan
pengembangan bidang sikap warga
bermartabat.
negara
dan
internalisasi agama dalam pendidikan
bertanggung jawab. Oleh karena itu,
menjadi sebuah keniscayaan. Apalagi
dalam
untuk
yang
demokratis
mengembangkan
kompetensi
Oleh
suatu
menghadapi
sebab
itu,
tantangan
masa
siswa, perlulah peran konselor dan
depan yang semakin berat, generasi
seluruh stakeholders dalam pelaksanaan
penerus bangsa mutlak harus memiliki
layanan bimbingan dan konseling yang
kompetensi spiritual yang bersumber
komprehensif.
dari nilai-nilai agama.
Salah satu kompetensi yang perlu
Orang tua memiliki peran dalam
dikembangkan dalam diri siswa, yaitu
pengembangan
kompetensi
spiritual
kompetensi
siswa melalui
pelaksanaan
layanan
spiritual.
Kompetensi
spiritual diyakini sebagai faktor utama
bimbingan dan konseling, sebab perlu
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
49
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 48-59
dikethui bahwa orang tua merupakan
dengan
pembimbing utama dan pertama bagi
penuh
siswa.
Firman Allah Swt dalam Alquran surat
Sehingga
konselor
dan
kerjasama
orang
tua
antara menjadi
spiritual
kasih
tanggung jawab dan sayang.
Sebagaimana
Al-Kahfi ayat 46. Artinya: “Harta dan anak-anak
perhatian utama untuk mengembangkan kompetensi
penuh
siswa
secara
adalah perhiasan kehidupan dunia,
kerjasama
dalam
tetapi amanah-amanah yang kekal lagi
layanan bimbingan dan konseling yang
soleh adalah lebih baik pahalanya di
komprehensif
didiskusikan
sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk)
dengan orang tua. Hal-hal yang menjadi
menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi ayat
perhatian
46).
maksimal.
Pola
perlu
utama
konselor
dalam
melakukan kerja sama dengan orang tua seperti
pengembangan
di
atas
paling
tidak
rencana
mengandung dua pengertian. Pertama,
konseling
mencintai harta dan anak merupakan
komprehensif, (3) pelaksanaan layanan
fitrah manusia, karena keduanya adalah
bimbingan dan konseling komprehensif,
perhiasan dunia yang dianugerahkan
dan (4) evaluasi dari hasil layanan
Sang Pencipta. Kedua, hanya harta dan
bimbingan dan konseling komprehensif.
anak yang shaleh yang dapat dipetik
layanan
(1)
Ayat
bimbingan
dan
Setiap orang tua dalam menjalani
manfaatnya.
Anak
harus
dididik
kehidupan berumah tangga tentunya
menjadi anak yang shaleh (dalam
memiliki
pengertian anfa’uhum linnas) yang
tugas
dan
peran
yang
sangat penting, ada pun tugas dan
bermanfaat bagi sesamanya.
peran orang tua terhadap anaknya,
Oleh karena itu, pengembangan
yaitu (1) melahirkan, (2) mengasuh, (3)
kompetensi spiritual yang dilaksanakan
membesarkan,
melalui
menuju
(4)
kepada
mengarahkan
kedewasaan
layanan
bimbingan
dan
serta
konseling komprehensif pada siswa
menanamkan norma-norma dan nilai-
(remaja) di Sekolah Menengah perlu
nilai yang berlaku. Disamping itu
adanya kolaborasi antara konselor dan
juga harus mampu mengembangkan
orang tua.
potensi yang ada pada diri anak, memberi
teladan
dan
mampu
mengembangkan pertumbuhan pribadi Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
50
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 48-59
2. PEMBAHASAN
merupakan
a. Kompetensi Spiritual Realitas yang dihadapi manusia
tindakan-tindakan
sehari-hari,
antara
kelahiran
dan
kematian, kebahagiaan dan kesedihan, peperangan dan perdamaian, dan semua yang berpasang-pasangan datang silih berganti
dengan
membawa
makna
bisa mengendalikan semua kejadian. Menyadari
kelemahannya,
bersikap untuk mencari kekuatan yang
kejadian
di
dirinya
dan
sekitarnya.
psikisnya.
naluriah
individu
yang
perlu
Tabel 1. Indikator Kompetensi Spiritual No 1.
Indikator Hakikat Iman
2.
Hakikat Takwa
yang sifatnya transcendental tersebut. Menurut Logoterapi, walaupun manusia memiliki kebebasan diri untuk
bertanggung jawab atas eksistensinya manusia
tetaplah
mahluk ruhani (spirituality). Potensi dan sumber daya spiritual ini secara universal dimiliki setiap orang terlepas ras dan agama yang dianut (Bastaman,
salah
siswa, yaitu:
tempat
dan
dikembangkan,
satunya adalah kompetensi spiritual
dari kebergantungan pada kekuatan
(responsibility),
cerdas
Sutoyo, dkk (2013), bahwa terdapat
manusia tidak dapat melepaskan diri
(freedom)
bertindak
Mengacu kepada hasil penelitian
dirinya bergantung. Secara naluriah
berkehendak
spiritual
bermakna.
Eksistensi
kekuatan
Kekuatan
dalam menggapai hidup bahagia dan
potensi fisik dan psikis untuk terus mencari
siswa
memerlukan penajaman sehingga secara
semua
manusia dilengkapi dengan segenap
berusaha
instingtif
beberapa aspek (kompetensi) siswa
manusia secara kreatif menghayati dan
mengendalikan
pengendali
dalam memenuhi kebutuhan fisik dan
(hikmah) di balik kejadian. Manusia adalah mahluk yang lemah dan tidak
kekuatan
Aspek-aspek Siswa memahami hakikat iman kepada Tuhan Memahami kewajibankewajiban yang harus saya lakukan sebagai orang yang beriman Memahami bagaimana mengamalkan ajaran agama Memahami pentingnya memiliki sikap sabar Memahami bagaimana menahan amarah Memahami bagaimana menghormati orang tua Memahami ajaran agama dengan baik Memahami bagaimana melaksanakan syari‟at agama secara benar Memahami hakikat bersyukur Memahami pentingnya saling memaafkan Memahami bagaimana mengelola amarah.
2007: 40). Kompetensi spiritual siswa Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
51
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 48-59
Pengembangan kompetensi
indikator
siswa
bertujuan
konselor sekolah menghabiskan waktu
untuk
antara 1 sampai 88% dari keseluruhan
mewujudkan manusia Indonesia yang taat
waktu bekerja hanya untuk kegiatan-
beragama dan beraklak mulia, serta
kegiatan yang tidak profesional dan
mengembangkan budaya agama dalam
tidak ada kaitanya langsung denngan
komunitas sekolah.
layanan BK. Menurut Sunaryo (dalam Fathur
b. Layanan Bimbingan dan konseling Komprehensif Bimbingan sebagai upaya
2012:11) kegiatan layanan bimbingan dan
konseling
di
sekolah
yang
pendidikan, diartikan sebagai proses
berkembang di Indonesia selama ini
bantuan
untuk
lebih terfokus pada kegiatan-kegiatan
mencapai tingkat perkembangan diri
yang bersifat administratif dan klerikal,
secara optimum di dalam navigasi
seperti
hidupnya
ketidakhadiran
dalam
kepada
secara arti
memfasilitasi
individu
mandiri.
Bantuan
jawab
siswa,
sanksi
individu
untuk
terlambat dan dianggap nakal.
keputusan sendiri.
disiplin
dan
mengenakan
yaitu
mengambil
tanggung
kehadiran
bimbingan
mengembangkan kemampuan memilih dan
mengelola
pada
siswa
yang
Sedangkan menurut tim penulis
atas
buku Penataan Pendidikan Profesional
Kondisi
Konselor dan Layanan bimbingan dan
perkembangan optimum adalah kondisi
Konseling
dinamis yang ditandai dengan kesiapan
Formal, (2008:194) pada saat ini telah
dan
terjadi
kemampuan
individu
untuk
dalam
Jalur
Pendidikan
perubahan
paradigma
memperbaiki diri (self-improvement)
pendekatan bimbingan dan konseling,
agar dia menjadi pribadi yang berfungsi
yaitu dari pendekatan yang berorientasi
penuh (fully-fungctioning) di dalam
tradisional,
lingkungannya (Sunaryo Kartadinata,
terpusat
2011:57).
pendekatan
Menurut Brown & Trusty (dalam Fathur:
2009:8)
Penelitian
dilakukan
oleh
ASCA
School
Counselor
yang
(American Association)
menunjukkan bahwa sebagian besar
remedial, pada
klinis,
konselor, yang
dan
kepada
berorientasi
perkembangan dan preventif. Pendekatan konseling
dan
perkembangan
(Developmental Counseling)
bimbingan
atau
Guidance bimbingan
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
and dan
52
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 48-59
konseling
komprehensif
(Comprehensive
Guidance
and
Counseling) didasarkan pada upaya pencapaian
tugas
pengembangan
perkembangan, potensi,
mengenai
kompetensi
profesional
konselor. Pendekatan
Bimbingan
komprehensif juga mampu menciptakan
dan
iklim belajar yang kondusif bagi siswa
pengentasan masalah-masalah konseli.
di sekolah. Hasil penelitian Norman C.
Tugas-tugas perkembangan dirumuskan
Gysbres
sebagai standar kompetensi yang harus
menjelaskan bahwa : “research has
dicapai konseli, sehingga pendekatan ini
demonstrated that, when middle school
disebut juga bimbingan dan konseling
counselor have time, the structure of
berbasis
standar
(dalam
Juntika,
22:2011)
(Standard
Based
comprehensive guidance program in
Counseling).
Ketika
which to work, they contribute to
pendekatan bimbingan dan konseling
positive academic, personal-social, and
perkembangan
Guidance
and
menggabungkan berorientasi
dipergunakan
akan
career development as well as the
pendekatan
yang
development positive and safe learning
klinis,
remidial,
dan
preventif, (Myrick, 2011:8).
Kemudian implementasi model
Uman Suherman (2011:5) mengatakan
bahwa,
climates in school.”
juga
bimbingan
program
bimbingan
komprehensif
dan
konseling
dapat
disusun,
komprehensif merupakan pandangan
dikembangkan,
mutakhir yang bertitik tolak dari asumsi
dievaluasi
yang positif tentang potensi manusia.
model yang telah ditemukan peneliti
Seiring dengan perkembangan ilmu
terdahulu telah disusun bedasarkan data
bimbingan
konseling,
kebutuhan. Pengumpulan data dubyek
perkembangan program bimbingan dan
tidak hanya siswa, namun termasuk
konseling komprehensif mulai banyak
meliputi orang tua, guru mata pelajaran,
dibicarakan dalam forum ilmiah serta
komite sekolah, dan kepala sekolah.
dan
didukung oleh Permendiknas Nomor 27 Tahun
2008
profesional
dalam
konselor.
kompetensi Di
secara
Kemudian, program
juga
dilaksanakan, sistematis.
dan Sebab
pengembangan disusun
dengan
dalam
melibatkan stakeholders sekolah dan
Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008
disesuikan dengan tugas perkembangan, pengembangan
potensi,
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
dan
53
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 48-59
pengentasan
masalah.
Selanjutnya Layanan Dasar
pelaksanaan model ini juga bukan hanya konselor sekolah saja sebagai pelaksana, melainkan kolaborasi antara
bukan hanya konselor yang dapat melihat perkembangan siswa, tetapi seluruh
komponen
sekolah.
Peserta Didik
Layanan Responsif
konselor dan stakeholders, sehingga Komponen Layanan BK
Layanan Perencanaan Individual
Serta
evaluasi dilakukan bersama yang dapat dilakukan
melalui
diskusi
antara Dukungan Sistem
konselor dan stakeholders. Model bimbingan dan konseling
Pengembangan profesional, konsultasi, kolaborasi, dan kegiatan manajemen.
Komprehensif terdapat tiga unsur dan empat komponen. Tiga Unsur tersebut meliputi isi dari program, kerangka yang organisatoris, dan sumber daya. Isi meliputi kemampuan siswa. Kerangka
Gambar 1 Keterkaitan Komponen Layanan Bimbingan dan Konseling Komprehensif Struktur pengembangan program
mempunyai tiga komponen struktural
berbasis
(definisi, asumsi, dan dasar pemikiran)
sebagai kompetensi yang harus dikuasai
dan empat komponen program (basic
oleh peserta didik. Dalam merumuskan
servive, individual planning, responsive
program, struktur dan isi atau materi
services,
program ini bersifat fleksibel yang
and
Keterikatan
system
support).
komponen
layanan
tugas-tugas
disesuaikan
dengan
perkembangan
kondisi
atau
bimbingan dan konseling komprehensif
kebutuhan peserta didik berdasarkan
pada gambar 1.
hasil penilaian kebutuhan di setiap sekolah, sehingga tersusunlah layananlayanan bimbingan dan konseling yang bermutu dan tepat ses Struktur pengembangan program bimbingan dan konseling komprehensif menurut Montana School Counselor
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
54
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 48-59
Association
dan
American
School
Counselor Association sebagai berikut:
dia
harus
menjadi
dan
berada
(Kartadinata, 2011 : 9). Pendekatan bimbingan dan konseling untuk mengembangkan
IN MP
E ST SI
MI PE KE
K MI
kompetensi spiritual siswa diyakini
AN
AN AH
UB
–D
ER –P
GA UN UK
AKUNTABILITAS Laporan Hasi AN NG Evaluasi Kinarja Konselor U K U Odit/Evaluasi Program –D Badan Penasihat AN IN SISTEM P SISTEM M I MANAJEMEN M PENYAMPAIAN PE Kesepakatan N
tidak akan terjadi pertentangan.
AN AH UB ER –P
AN
IN
MP
N
GA UN UK
–D
SI
ST
IK EM
AN AH UB
SI K MI
E ST
M PE KE
IM
AN IN
hakikatnya
antara
spiritual menyentuh wilayah yang sama
ER –P
N LANDASAN HA BA Filsafat U ER Wilayah: Pendidikan, Karir, –P Pribadi/Sosial AN G N Standar Nasional/ KU Kompetensi DU
pada
bimbingan dan konseling dengan
K MI
MI PE
KE
Kurikulum Bimbingan Perencanaan Individual dengan Siswa Layanan Responsif Dukungan Sistem
Penggunaan Data–Menutup Kesenjangan Monitoring Siswa Penggunaan Waktu Penjadwalan
Sebab,
E ST SI
KE
yakni
kesehatan
mental.
Keduanya juga bergerak menelusuri
–
P
fitrah manusia sebagai mahluk Sang Pencipta. Pengembangan
Gambar 2. School Counseling Program Structure (ASCA, 2005:20)
kompetensi
spiritual siswa bukan hanya menjadi bidang
garapan
guru
agama
saja,
dibutuhkan peran stakeholders terutama c. Kolaborasi Konselor dan Orang Tua dalam Pengembangan Kompetensi Spiritual Siswa Melalui Layanan Bimbingan dan Konseling Komprehensif Bimbingan dan konseling
guru bimbingan dan konseling untuk
komprehensif tidak bisa dilepaskan dari
kompetensi
konteks pendidikan, karena ada dalam
(2007) menjelaskan bahwa “counselors
lingkup
and other mental health clinicians must
pendidikan.
Pendidikan
memberikan pelayanan yang optimal kepada siswa. Oleh sebab itu, konselor hendaknya
mempertimbangkan spiritual
address
mencapai realisasi diri, menemukan
regarding religion and spiritually they
dirinya
mahluk
can help their clients who venture into
individual, sosial dan mahluk Tuhan.
this arena”. Kekuatan dari bimbingan
Pendidikan
dan
manusia
sebagai
bertolak dan
dari
merupakan
hakikat upaya
membantu manusia untuk menjadi apa
konseling
own
personal
Wiggins
bertujuan untuk membantu manusia
sendiri
their
siswa.
komprehensif
issues
adalah
berorientasi pada tim atau kolaborasi antara stakeholders sekolah.
yang bisa dia perbuat dan bagaimana Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
55
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 48-59
Menurut Gysbers dan Henderson (dalam Erford, 2004) menyarankan bahwa
“
Konselor
sekolah
rumah dan Guru adalah orang tua sekolah.
yang
Orang tua dan guru berada pada
menggunakan program bimbingan dan
tempat yang sama anatara pendidikan di
konseling
lebih
sekolah dan pendidikan di rumah,
efektif seyogyanya diberikan melalui
keduanya memiliki tugas dan tanggung
pendekatan tim (sistem).” Konselor
jawab yang sama yaitu mendidik anak.
dalam
tugasnya
Perbedaannya terletak pada sifat dan
berkonsultasi dan kolaborasi dengan
fungsinya. Orang tua berperan sebagai
stakeholders, salah satunya orang tua
pendidik
sebagai pendidik utama dan pertama
logis dari statusnya sebagai orang tua
bagi
yang diwujudkan melalui pernikahan,
komprehensif
agar
melakukan
siswa
dalam
pengembangan
spiritual siswa.
merupakan
konsekensinya,
secara naluriah orang tua akan dan
Di rumah orang tua merupakan
harus mendidik anaknya. Guru menjadi
pendidik pertama dan utama, sementara
pendidik
di sekolah guru merupakan pendidik
konsekuensinya formal dan profesional.
utama.
orangtua
Ketika seseorang memutuskan menjadi
menjadi pendidik bagi anak-anaknya
guru maka otomatis harus berperilaku
dan
mendidik.
Secara
peletak
naluriah,
dasar-dasar
bagi
perkembangan selanjutnya. Sedangkan
timbul
sebagai
Oleh sebab itu, konselor atau guru
guru menjadi pendidik di sekolah
bimbingan
dan
konseling
sebagai
karena penugasan secara formal.
bagian integral dari pendidikan adalah
Namun demikian baik orangtua
upaya memfasilitasi dan memandirikan
maupun guru berada dalam suatu
peserta didik dalam rangka tercapainya
bidang singgung yaitu pendidik anak.
perkembangan yang utuh dan optimal.
Salah satu masalah pendidikan yang
Kerjasama yang baik antara orang tua
sering timbul adalah masalah kegiatan
dan
belajar anak baik di sekolah maupun di
memahami
rumah. Disinilah sangat diperlukan
diperlkan untuk mendukung pendidikan
kerjasama dan adanya keterkaitan antara
di sekolah, dan konselor memperhatikan
orang tua dan guru. Oleh karena itu
aspek perilaku anak di rumah.
konselor
adalah
aspek
apa
orang saja
tua yang
sudahlah pasti orang tua adalah Guru di Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
56
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 48-59
Untuk
mewujudkan
hal-hal
tersebut maka maka komunikasi antara orang
tua
diwujudkan
dan
konselor
dengan
perlu
sebaik-baiknya.
Tabel 2. Peran Orang Tua dalam Pengembangan Kompetensi Spiritual Siswa No 1.
Adapun beberapa cara yang dapat ditempuh antara lain: (1) kunjungan
2.
orang tua ke sekolah, (2) kunjungan konselor ke rumah, (3) rapat orang tua,
3.
(4) catatan kepribadian anak, dan (5) mengkomunikasikan
secara
4.
komprehensif seluruh informasi orang tua dan konselor tentang diri anak. Peran
orang
pengembangan siswa
dapat
5.
tua
dalam
kompetensi
spiritual
dilakukan
melalui
Peran Orang Tua Menjadi teladan bagi anak-anak mereka Memberikan dukungan terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kompetensi spiritual siswa Turut serta dalam memberi masukan yang membangun program untuk mengembangkan kompetensi spiritual anak-anak mereka Membiasakan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan pribadi Keluarga dan masyarakat menyediakan sarana dan prasana ibadah di rumah.
3. PENUTUP Pengembangan
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling komprehensif, dengan guru
spiritual
siswa
bimbingan
layanan
bimbingan
dan
konseling
sebagai
kompetensi
dalam
pelaksanaan
dan
konseling
penanggungjawabnya. Sehingga dengan
komprehensif memerlukan peran aktif
dilaksanakannya
dari orang tua. Sebab orang tua
layanan
bimbingan
dan konseling komprehensif, maka
memiliki
siswa
dapat
pembimbing utama dan pertama bagi
mengembangkan kompetensi spiritual.
siswa serta orang tua mengetahui
Berikut ringkasan peran orangtua untuk
perkembangan anaknya secara detail
mengembangkan kompetensi spiritual
dari sebelum lahir hingga usia siswa.
siswa di Sekolah Menengah.
Pengembangan
secara
mandiri
dalam
peran
dalam
kompetensi
kehidupan
diperlukan
merupakan
bahwa
spiritual
siswa
sangat
setiap
siswa,
setidaknya perlu memiliki kemampuan yang
diperlukan
untuk
menunjang
potensi yang dimiliki setiap peserta didik. Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
57
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 48-59
Pengembangan
kompetensi
spiritual siswa setidaknya dapat diawasi dan dikembangan dengan peran orang tua
dan
konselor
kerjasama
bagi
sebagai
sebuah
perkembangan
kompetensi spiritual sepanjang hayat siswa dan yang disesuaikan dengan setiap tahap-tahap perkembangan siswa di usianya. Kompetensi spiritual yang perlu
dikembangkan
kepada
setiap
siswa, yaitu (1) aspek keimanan dan (2) aspek
taqwa.
Depdiknas. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta : Depdiknas.
Pengembangan
Erford, B. 2004. Professional School Counseling: a Handbook of Theories Programs and Practices. Texas: CAPS Press. Pro-Ed. Inc. Juntika Nurihsan. 2011. Membangun Peradaban Bangsa Indonesia Melalui Pendidikan Dan Bimbingan Komprehensif Yang Bermutu. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Bandung : UPI.
kompetensi tersebut memerlukan peran dari orang tua dalam pelaksanaan layanan
bimbingan
dan
konseling
komprehensif. 4. DAFTAR PUSTAKA American School Counselor Association. (2005). The ASCA National Model: A Frame work For School Counseling Program. Second Edition. Alexandria, VA: Author. Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi (Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Caraka, dkk. 2013. “Standar Kompetensi Siswa di Indonesia (Landasan Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif)”. Makalah. Konvensi Nasional BK XVIII Denpasar. Bali, 14- 16 November 2013.
Myrick, Robert D. 2011. Developmental Guidance and Counseling : A Practical Approach Fifth edition. Minneapolis : Educational Media Corporation. Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Departemen Agama RI. 2006. AlQur‟an dan Terjemahannya “AlJumanatul „Ali.” Bandung: CV Penerbit J-ART (QS. Al-Kahfi ayat 46). Rahman, Fathur. 2012. Manajemen dan Pengembangan Program Bimbingan Konseling. Yogyakarta : Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 111 Universitas Negeri Yogyakarta.
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
58
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 48-59
Sunaryo Kartadinata.2011. Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya Pedagogis. Bandung : UPI Press. Sutoyo, A., DYP Sugiharto, & Suwarjo. 2013. Model Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif di Sekolah Menengah. Semarang: Pascasarjana Universitas negeri Semarang. Uman Suherman. 2011. Pembangun Karakter dan Budaya Bangsa Melalui Bimbingan Komprehensif Berbasis Nilai Alquran (Tinjauan Filosofis tentang Hakikat dan Peran Manusia). Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Bandung : UPI. Undang-Undang No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wiggins, Marsha. 2007. Integrating Religion and Spirituality into Counseling.http://www.mtsu.edu/ ~socwork/frost/interviewing/spirit uality.html (di unduh pada 25 November 2015.
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
59