KAJIAN KATEKETIK
CINTA YANG MEMBERI HIDUP DALAM PERKAWINAN KRISTIANI TINJAUAN TERHADAP BUKU LIFE-GIVING LOVE JILID I Karya Kimberly Hahn
Karya ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh ujian dan memperoleh gelar S.Pd.
Oleh Agnes Natalia NIM: 2008-033-012
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN TEOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA 2012
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING KAJIAN KATEKETIK
CINTA YANG MEMBERI HIDUP DALAM PERKAWINAN KRISTIANI TINJAUAN TERHADAP BUKU LIFE-GIVING LOVE JILID I Karya Kimberly Hahn
Oleh Agnes Natalia NIM 2008-033-012
Karya ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh ujian dan memperoleh gelar S.Pd.
Pembimbing
Dr. Yap Fu Lan 06 September 2012
ii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah Trinitaris atas penyertaanNya selama proses pembuatan kajian ini. Kajian berjudul “CINTA YANG MEMBERI HIDUP DALAM PERKAWINAN KRISTIANI” ini disusun sebagai salah satu syarat dalam usaha penulis untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu pada Program Studi Ilmu Pendidikan Teologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Proses penulisan kajian ini mengalami berbagai kendala dan hambatan, tetapi berkat bimbingan Allah Trinitaris dan bantuan dari berbagai pihak, kajian ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu, penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan kajian ini baik secara langsung maupun tidak langsung, di antaranya: 1. 2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Komisi Kateketik KAJ, yang memberikan beasiswa kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas ini. Dr. Yap Fu Lan, selaku pembimbing kajian, yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, kesetiaan, dan cinta yang tulus sampai proses kajian ini selesai. Drs. Matheus Beny Mite, M.Hum., Lic.Th., selaku Ketua Jurusan IP Teologi, C. Iman Sukmana, S.Pd., M.Hum., Lic.Th., selaku Pembimbing Akademik 2008, Dra. Liria Tjahaja, M.Si., Drs. V. Felisianus Kama, M.Hum., dan semua dosen Prodi IP. Teologi. Terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang diberikan selama perkuliahan di Universitas ini. Elisabet Listiawati (Mami), Alm. Oendra Rahayu (Emak), dan Alm. Pater. JB. Martosudjito, SJ. Terima kasih atas cinta dan teladan yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan kajian ini. Pater C. Hardosuyatno, MSF dan tim SKK Paroki-Paroki Dekenat JakSel, yang telah memberi dukungan kepada penulis untuk menulis tentang KPP Dekenat Jakarta Selatan. Ibu Lestari Sandjojo, Ibu Rahma Paramitha, Miss A.W. Marlin Hana, Miss Desri Mutiara, Miss Sally, rekan-rekan guru, dan semua malaikat kecil penulis di Cikal, yang telah mendukung proses pembelajaran di Universitas ini. Pater J. Sudrijanta, SJ, Bapak Leo Soekamto, Sdri. Dena Sukito, semua sahabat katekis, dan semua pembimbing bina iman anak di Paroki Sta. Perawan Maria Ratu, Blok Q yang telah mendukung proses pembelajaran di Universitas ini. Para sahabat: Bapak Martinus Hasan, Martha Ully Safitri, Rosa Lujeng Duiri, Viony Fonda, Fr. Hugo Bayu, SJ, Laurentius Jimmy, Bapak Bambang Putut, Ibu Anin Bandono, Sdri. Asthaningroem, Sr. Engelina Diah Wulandari, PK, Pater Antonius Suniwarno, SMM, Pater Yohanes Agus Setiyono, SJ, Pater Antonius Sumarwan, SJ, Pater B.S. Mardiatmadja, SJ, Pater A. Djita Pandrija, SJ, dan Pater Alexander Erwin Santoso, MSF yang iii
9.
10.
telah mau berefleksi bersama dengan penulis terutama saat penulisan kajian ini. Rekan-rekan perkuliahan dari angkatan 2008: Eveline Pandojo, Indah Suzana Aulia Putri, Derry, Robeka Revika, Sr. Twenthy Novenna, PBHK, Ibu Anggit Riesyanti, Ibu Agnes Yunawati, Ibu Fransiska Waniyati, Bapak Oey Djie Siem, Tuhombowo Wau, Aditya Nugroho, Ancella Lioktriani Rante, Cornelius Syahroni, dan F.X. Budi Prasetyo yang telah memberikan motivasi, dukungan semangat, perhatian, dan bantuan dengan tulus selama ini. Rekan-rekan perkuliahan 2009-2011, teristimewa Sr. Dorothea, FSGM yang telah memberikan tempat untuk berefleksi, Sdri. E. Yesi Manik, dan Sdri. Risnawati Nainggolan yang senantiasa memberikan semangat.
Penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca. Namun, menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk memperbaiki dan mengembangkan karya ini.
Jakarta, 4 September 2012 Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………...
i
Halaman Pengesahan …………………………………………....………
ii
KATA PENGANTAR …………………....……………………………...
iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
v
RINGKASAN BUKU LIFE-GIVING LOVE JILID 1 KARYA KIMBERLY HAHN .................................................
1
1.
KEINDAHAN RANCANGAN TUHAN: KETURUNAN DAN KESATUAN ……….........................……………….
2
2.
BUDAYA KEHIDUPAN MELAWAN BUDAYA KEMATIAN .......................................................................
5
3.
BAGAIMANA KITA BISA HIDUP DALAM RANCANGAN INDAH INI? MEMELUK TUBUH KRISTUS ...........................................................................
11
POKOK-POKOK PIKIRAN DAN TANGGAPAN KRITIS UNTUK BUKU LIFE GIVING LOVE JILID I KARYA KIMBERLY HAHN ..................................................................
16
POKOK-POKOK PIKIRAN DALAM LIFE-GIVING LOVE JILID 1.......................................................................
16
a.
Cinta yang Memberi Hidup ....................................
16
b.
Rancangan Indah Allah bagi Sebuah Perkawinan ..
19
TINJAUAN KRITIS ..........................................................
21
CINTA YANG MEMBERI HIDUP .......................................
24
BAB I
BAB II
1.
2. BAB III
1.
CINTA, KEBUTUHAN DASAR MANUSIA....................
24
2.
CINTA YANG MEMBERI HIDUP ..................................
25
3.
UNSUR-UNSUR CINTA YANG MEMBERI HIDUP.......
25
4.
SUMBER DAN TELADAN CINTA YANG MEMBERI HIDUP...................................................................................
30
v
BAB IV
5.
CINTA YANG MEMBERI HIDUP DALAM PERKAWINAN .................................................................
30
6.
TANTANGAN CINTA YANG MEMBERI HIDUP...................................................................................
34
GAGASAN PASTORAL KATEKESE CINTA YANG MEMBERI HIDUP .................................................................
38
LATAR BELAKANG..........................................................
38
1.
a.
Kursus Persiapan Perkawinan (KPP): Sejarah dan Perkembangannya di KAJ .....................................
38
b.
KPP Dekenat JakSel ...............................................
40
c.
Keprihatinan: KPP Hanya Sebagai Syarat .............
42
2.
TUJUAN PROGRAM KATEKESE ...................................
43
3.
PROGRAM KATEKESE ....................................................
43
4.
a.
Pemikiran Dasar Program Katekese ......................
43
b.
Peserta Katekese ....................................................
46
c.
Organisasi Katekese ..............................................
46
CONTOH KATEKESE: Sesi Ke 2: Cinta yang Memberi Hidup ................................................................................
55
a.
Gagasan Pokok .....................................................
55
b.
Tujuan ..................................................................
56
c.
Sumber .................................................................
56
d.
Metode .................................................................
56
e.
Sarana ..................................................................
56
f.
Pokok Pikiran ......................................................
57
g.
Proses ..................................................................
57
vi
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
62
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
66
vii
BAB I RINGKASAN BUKU LIFE-GIVING LOVE JILID 11 KARYA KIMBERLY HAHN
Kimberly Hahn adalah seorang ibu rumah tangga dengan enam orang anak. Ia menikah dengan Scott Hahn pada tahun 1979. Mereka bertempat tinggal di Steubenville, Ohio, Amerika. Hahn berasal dari keluarga Presbiterian. Pengalaman hidup di kemudian hari mengantar Hahn pada tradisi iman Katolik. Pada malam Paskah 1990, Hahn diterima dalam Gereja Katolik, menyusul suaminya yang telah diterima dalam Gereja Katolik pada malam Paskah 1986. 2 Hahn berlatar belakang pendidikan komunikasi dan teologi. Ia meraih gelar Bachelors of Arts di bidang seni komunikasi dari Grove City College di Grove City, Pennsylvania dan Master of Arts dalam bidang teologi dari GordonConwell Theological Seminary. Bersama suaminya, Hahn menulis buku Rome Sweet Home yang mengangkat pengalaman mereka masuk ke dalam Gereja Katolik. Bersama Maria Hasson, ia menulis sebuah buku tentang pendidikan di rumah secara Katolik yang berjudul Catholic Education - Homeward Bound: A Guide to Home Schooling. Selain itu, Hahn sendiri menulis Biblical Wisdom for Your Marriage dan Life-Giving Love: Embracing God’s Beautiful Design for Marriage. Ia juga memberikan kontribusi beberapa tulisan tentang keluarga di Catholic for A Reason.3
1
Seluruh BAB I adalah ringkasan dari Kimberly Hahn, Life-Giving Love (Malang:Dioma, 2007). 2 Scott & Kimberly Hahn, Rome Sweet Home:Our Journey to Catholism, 270, 158. 3 St. Paul center for biblical Theology. “Kimberly Hahn.” diakses tanggal 8 Maret 2012, http://www.salvationhistory.com
1
Kimberly Hahn menulis Life-Giving Love untuk membantu pembaca mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam dan lebih menghargai rancangan Tuhan mengenai perjanjian perkawinan dan perannya dalam panggilan manusia menuju kekudusan.4 Berdasarkan harapan tersebut, Hahn mengawali tulisannya dengan sebuah kesaksian, dilanjutkan dengan pembahasan tentang Tritunggal, serta pembahasan mengenai budaya kehidupan melawan budaya kematian. Akhirnya, ia menutup tulisannya dengan sebuah refleksi yang menghasilkan suatu sikap yang mendukung budaya kehidupan.
1.
KEINDAHAN RANCANGAN TUHAN: KETURUNAN DAN KESATUAN Mengawali Life-Giving Love, Hahn menuturkan pengalamannya yang
terkait dengan penggunaan alat kontrasepsi. Hahn pernah mengalami dampak dari Mini-Pil yang direkomendasikan oleh dokter kandungannya. Kemudian, Hahn juga mendapatkan informasi bahwa Mini-Pil bersifat menggugurkan kandungan. Akhirnya, pengalaman dan informasi tersebut membuatnya beralih menggunakan program Keluarga Berencana (selanjutnya: KB) alami menurut ajaran Gereja Katolik.5
4
Hahn, Life-Giving Love, 14. Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Hasan Alwi dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 536. 5
2
Keputusan yang diambil oleh pasangan suami istri (selanjutnya: pasutri) Hahn didasari oleh ensiklik Humanae Vitae.6 Mengenai keputusan ini, Hahn menulis, Kami percaya bahwa rancangan Tuhan bagi cinta dalam perkawinan pada hakikatnya berupa perkawinan yang tidak dibebani oleh alat atau rancangan yang egois. Pemberian cinta diri haruslah meneladani pengorbanan diri Allah secara total.7
Ia menemukan bahwa banyak keluarga Katolik yang tidak menaati ajaran ensiklik Humanae Vitae.
Penyebab ketidaktaatan itu antara lain: adanya
pandangan dari orangtua untuk memiliki sedikit anak, dan minimnya pengetahuan akan ajaran Gereja. Ketidaktaatan tersebut bisa disebabkan oleh banyaknya pengaruh-pengaruh negatif, seperti tekanan dari teman-teman, kurang berdoa, dan lain sebagainya. Mengenai hal-hal ini, Hahn mengatakan, ―Pengaruh-pengaruh negatif tersebut harus dilawan dengan pengembangan iman dan pengetahuan akan iman.‖8 Selain itu, Hahn menemukan juga bahwa ketaatan terhadap ajaran Gereja Katolik membuat orang lebih menghargai kehidupan dan menyadari kekudusan perkawinan mereka. Menyadari kekudusan perkawinan berarti pasrah terhadap kehendak Tuhan yang menjadi sumber kebahagiaan dalam kehidupan perkawinan. Setelah mengisahkan pengalamannya, Hahn memberikan pemahaman tentang Allah Trinitaris.9 Menurut Hahn, ―Tiap Pribadi dari [ke]-Allah-an
6
Bapa Suci Paulus VI, Surat Ensiklik Humanae Vitae (Hidup Insani): Mengenai Pengaturan Kelahiran, tanpa penerbit, tahun 1968. 7 Hahn, Life-Giving Love, 22. 8 Hahn, Life-Giving Love, 32. 9 Istilah yang sekarang dipakai adalah Allah Trinitaris. Hahn sendiri masih memakai istilah lama ialah Tritunggal.
3
sepenuhnya adalah Allah: suci, bijaksana, adil, benar, penuh kasih.‖10 Hahn juga berpendapat, Kita bisa membedakan Bapa, Putra, dan Roh Kudus dari hubungan ketiganya. Dari seluruh keabadian, Bapa menjadi bapak bagi sang Putra dalam cinta yang penuh pengorbanan diri. Putra, meniru Bapa, mengembalikan diri-Nya kepada Bapa dalam cinta yang penuh pengorbanan diri. Dan ikatan di antara mereka adalah lebih dari sekedar semangat cinta; ikatan itu membentuk Pribadi Roh Kudus.11
Selanjutnya, ketiga Pribadi menciptakan pria dan wanita sesuai dengan gambar kesatuan Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Tidak hanya diciptakan, mereka juga diberkati dan diberi tugas untuk beranak cucu. Melihat kenyataan bahwa manusia diberi tugas untuk beranak cucu, Hahn berpendapat, Tuhan tidak menciptakan pria dan wanita karena Ia kesepian, karena ―Tuhan dalam misteri-Nya yang paling dalam tidaklah ‗sendirian‘, tetapi merupakan sebuah keluarga, karena dalam Diri-Nya Ia memiliki unsur kebapaan, keputraan, dan hakikat keluarga yaitu cinta kasih.‖[Paus Yohanes Paulus II] Lebih-lebih, sebagai ungkapan cinta yang memberi hidup, Allah [Trinitaris] menciptakan kita karena memang Tuhan menghendaki demikian dan membuat kita sebagai kekasih-kekasih yang memberi hidup sebagaimana Diri-Nya.12
Hahn menyadari bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang terbaik dari seluruh ciptaan. Hahn juga menunjukkan bahwa tidak sekali Tuhan meminta manusia untuk beranak cucu. Ada banyak cerita di Alkitab yang menunjukkan bahwa Tuhan ingin manusia beranak cucu. Oleh karena itu, Hahn berpendapat bahwa ―perkawinan adalah ide dari Tuhan.‖ 13 Berdasarkan cerita-cerita Alkitab yang ia temukan, Hahn mengambil kesimpulan bahwa ―perkawinan Kristiani adalah penyerahan total dari pribadi
10
Hahn, Life-Giving Love, 39. Hahn, Life-Giving Love, 39. 12 Hahn, Life-Giving Love, 40-41. 13 Hahn, Life-Giving Love, 42. 11
4
yang satu ke pribadi yang lainnya, dan dari keduanya kepada Kristus.‖ 14 Menurut Hahn, penyerahan total dari pribadi yang satu ke pribadi yang lainnya terwujud pada saat pasutri melakukan sanggama yang memungkinkan lahirnya manusia baru.15 Penyerahan diri suami istri kepada Kristus berarti membiarkan Tuhan yang merencanakan yang terbaik dalam sebuah perkawinan, terutama mengenai keturunan.16 Kesadaran untuk membiarkan Tuhan bekerja dalam perkawinan mereka membuat pasutri Hahn menyadari bahwa alat kontrasepsi merupakan budaya kematian dan harus dilawan dengan budaya kehidupan. 17
2.
BUDAYA KEHIDUPAN MELAWAN BUDAYA KEMATIAN Hahn menyadari ―adanya perang budaya, yaitu budaya kehidupan
melawan budaya kematian.‖18 Kesadaran itu membuat Hahn mengajak para pembaca bukunya untuk ―memilih hidup.‖ 19 Budaya hidup itu yang seharusnya diperjuangkan terutama dalam hal keputusan memiliki anak. Tapi, sayangnya, hasil penelitian dan wawancara Hahn dengan beberapa narasumber menunjukkan bahwa banyak pasutri saat ini memutuskan untuk memiliki seorang anak berdasarkan perhitungan matematis, dan juga berdasarkan kebutuhan. Anak tidak lagi dipandang sebagai anugerah dari Tuhan, sehingga mereka tidak menyadari betapa penting dan berharganya seorang anak. 20
14
Hahn, Life-Giving Love, 48. Hahn, Life-Giving Love, 48-50. 16 Lih. Hahn, Life-Giving Love, 54-59. 17 Lih. Hahn, Life-Giving Love, 63. 18 Hahn, Life-Giving Love, 67. 19 Hahn, Life-Giving Love, 68. 20 Lih. Hahn, Life-Giving Love, 68-72. 15
5
Melihat kenyataan tersebut, Hahn menunjukkan bahwa anak itu berharga dengan mengatakan, ―Anak-anak memiliki nilai, bukan karena kita memberikan nilai tersebut kepada mereka. Anak-anak mempunyai nilai pada diri mereka sendiri karena mereka diciptakan Tuhan dalam gambaran-Nya. Anak-anak adalah murni suatu hadiah.‖21
Oleh karena itu, orangtua harus menerima kehadiran seorang anak dengan penuh rasa syukur dan tidak menganggapnya sebagai beban. Anak sungguh bernilai. Bertolak dari isi pernyataan Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, Gaudium et Spes (selanjutnya: GS) art. 48, Hahn mengakui bahwa, ―Anak-anak memberi kita peluang untuk menjadi suci, dengan menjalani hidup penuh pengorbanan kepada Tuhan dan kepada anak-anak tersebut.‖22 Hahn yakin bahwa kelahiran seorang anak dapat mempererat hubungan pasutri, membuat pasutri lebih menghargai kedua orangtua mereka, dan adanya penerimaan dari kedua orangtua mereka. Ketiga hal itu yang mempererat hubungan seluruh anggota keluarga. 23 Seorang anak bukan saja bernilai bagi kedua orangtuanya, tetapi juga bagi saudara-saudaranya. Keberadaan anak-anak dalam keluarga, membuat seorang anak belajar tentang apa artinya berbagi dan memiliki cinta sehingga ia dapat tumbuh menjadi pribadi yang penuh dengan cinta.24 Hahn juga memberi perhatian terhadap pasangan yang masih menunggu kehadiran seorang anak walaupun mereka sudah lama berkeluarga. Ia mengatakan bahwa sewajarnya sepasang suami-istri berdoa memohon seorang anak kepada
21
Hahn, Life-Giving Love, 72-73. Hahn, Life-Giving Love, 76. 23 Hahn, Life-Giving Love, 79. 24 Hahn, Life-Giving Love, 83-85. 22
6
Tuhan. Untuk dapat memahami alasan Tuhan belum memberikan seorang anak, pasutri harus membuka hati terhadap kehendak Tuhan. Keterbukaan hati dapat membangun kesadaran bahwa memiliki anak tidak harus dengan mengandung dan melahirkan, tetapi dapat dengan mengadopsi anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orangtuanya. 25 Kenyataan yang dipaparkan oleh Hahn mengenai budaya kehidupan berlawanan dengan budaya yang berkembang saat ini, yaitu budaya kematian. Salah satu tanda berkembangnya budaya kematian adalah maraknya penyebaran alat kontrasepsi. Hahn menjelaskan pengertian kontrasepsi sebagai ―suatu tindakan yang dengan sengaja menghalangi kodrat memberi hidup dari sanggama.‖26 Untuk menunjukkan bahwa sejak lama Tuhan menentang penggunaan alat kontrasepsi, Hahn menceritakan kisah dari Kitab Kejadian 38:810, tentang Tuhan yang menghukum mati Onan yang dengan sengaja membiarkan air maninya terbuang. Penggunaan alat kontrasepsi27 juga merupakan perbuatan yang tidak menghargai martabat manusia.
Hahn mempertegas pernyataan ini dengan
menuliskan, [K]ontrasepsi bertentangan dengan martabat manusia dan membatasi kebebasan manusia dengan menganggap bahwa seorang suami dan istri tidak bisa dan tidak mampu mengendalikan diri sendiri atau membuat keputusan yang bertanggung jawab.28 25
Hahn, Life-Giving Love, 85-87. Hahn, Life-Giving Love, 89. 27 Secara umum metode kontrasepsi terbagi atas dua jenis yaitu barrier (pembatas/penghalang), yakni: kondom, female condom, spermisida, diafragma, cap serviks, dan kontrasepsi sponge; dan hormon, yakni: pil, depo provera, lunelle, nuva ring/cincin,ortho evra patch, dan IUD (spiral). Terdapat juga beberapa jenis kontrasepsi yang lain yaitu sterilisasi, KB alami dan abstinence. Sumber dari http://www.seksualitas.net/jenis-jenis-alat-kontrasepsi.htm diakses pada hari Rabu, 5 September 2012. 28 Hahn, Life-Giving Love, 99. 26
7
Dari sharing pengalaman orang-orang yang melakukan pengguguran kandungan, Hahn menemukan bahwa ―beberapa alat kontrasepsi bersifat menggugurkan‖29
dan ―memicu pertumbuhan beberapa
jenis
kanker.‖30
Penemuan ini membuat Hahn berani mengakui sikap tegas Gereja Katolik menolak pemakaian alat kontrasepsi demi mempertahankan budaya kehidupan. Untuk memahami dan mematuhi ajaran Gereja Katolik tentang budaya kehidupan itu, setiap orang hendaknya membentuk suara hatinya menurut kebenaran dan mengikuti suara hatinya itu.31 Hahn berpendapat bahwa alat kontrasepsi berlawanan dengan budaya kehidupan, berlawanan dengan kodrat wanita, dan juga berlawanan dengan cinta. Alat kontrasepsi berlawanan dengan budaya kehidupan karena alat ini mengarahkan seseorang kepada mentalitas pengguguran kandungan yang merupakan budaya kematian. Alat kontrasepsi berlawanan dengan kodrat wanita karena menurut Hahn, ―setiap wanita adalah pembawa kehidupan yang suci.‖ 32 Alat kontrasepsi berlawanan dengan cinta karena manusia diciptakan oleh Tuhan dalam cinta, dan Tuhan menginginkan manusia juga meniru-Nya dalam hal mencinta. Maka, dengan menggunakan alat kontrasepsi, manusia menghancurkan cinta Tuhan tersebut. Hahn mengungkapkan bahwa cinta Tuhan itu nampak dalam penyerahan diri. Penyerahan diri yang paling besar adalah penyerahan diri yang dilakukan oleh Yesus dalam Sakramen Ekaristi. Perayaan Ekaristi membuat umat Tuhan
29
Hahn, Life-Giving Love, 104. Hahn, Life-Giving Love, 106. 31 Lih. Hahn, Life-Giving Love, 111-113. 32 Hahn, Life-Giving Love, 115. 30
8
menjadi satu keluarga. Hubungan kekeluargaan ini makin diperkuat dalam Sakramen Perkawinan. 33 Di dalam Sakramen Perkawinan pasutri saling menyerahkan diri. Pasutri menerima pasangan mereka sebagai hadiah. Proses penyerahan diri ini membuat pasutri menjadi saluran karunia satu sama lain. 34 Hahn memberi makna terhadap penyerahan diri suami-istri dalam perkawinan dengan pernyataan ini: Pemberian seorang suami dan istri dalam perkawinan—hubungan intim dalam perkawinan—menjadi suatu pernyataan cinta kita yang lebih berarti, sembari cinta kita menjadi lebih matang. Kita menjadi saling mengenal dengan lebih baik dengan berjalannya waktu. Kita tidak ―melakukan seks‖; kita saling memberikan diri kita masing-masing. Dan makin banyak kita berbagi—pengalaman, tantangan, kebahagiaan, dan penderitaan—kita menjadi makin saling mengerti dan saling mencintai. Kita hidup menurut cara Alkitab bahwa untuk mengenal seseorang adalah dengan masuk ke dalam perkawinan. 35
Hubungan badan antara suami-istri adalah bagian dari penyerahan diri pasutri dalam perkawinan. Sama seperti seorang imam yang tidak boleh mempersembahkan misa sebelum ditahbiskan, maka hubungan badan tidaklah layak dilakukan sebelum perkawinan. Kesediaan pasangan untuk menunggu saat yang tepat untuk melakukan hubungan badan akan memperkuat hubungan suamiistri yang memberikan modal spiritual bagi kehidupan perkawinan mereka. 36 Penyerahan diri juga berarti pengorbanan. Di dalam Sakramen Ekaristi, pengorbanan yang tampak adalah pengorbanan Yesus Kristus yang memberikan Tubuh dan Darah-Nya. Sedangkan di dalam Sakramen Perkawinan, pengorbanan
33
Lih. Hahn, Life-Giving Love, 125. Lih. Hahn, Life-Giving Love, 120. 35 Hahn, Life-Giving Love, 121-122. 36 Lih. Hahn, Life-Giving Love, 126-127. 34
9
antara suami-istri nampak mulai dari persiapan sebelum perkawinan sampai maut memisahkan mereka. 37 Pengorbanan seringkali diiringi dengan penderitaan. Penderitaan akan bermakna, apabila penderitaan itu diserahkan sebagai persembahan kepada Tuhan. Bagi Hahn, persembahan dirinya kepada Tuhan ialah saat ia melahirkan anakanaknya. Berbagai pengalaman yang dialami saat ia melahirkan menyadarkan Hahn bahwa penderitaan adalah kebahagiaan yang tertunda. Setelah penderitaan berlalu, ada kebahagiaan yang menanti. 38 Kesadaran ini yang membuat orang mampu bersyukur di dalam penderitaan. Hahn juga menyebutkan peran Roh Kudus di dalam pengalaman korban dan syukur. Roh Kudus menanamkan dan memperkuat cinta di dalam hati manusia. Roh Kudus adalah buah dari kedekatan manusia dengan Kristus.39 Komunikasi juga merupakan bagian dari hubungan intim dalam sebuah perkawinan. Ada dua komunikasi yang membawa keharmonisan dalam perkawinan, yaitu komunikasi yang penuh cinta antara pasutri, dan komunikasi pasutri dengan Tuhan. 40 Hahn menutup bagian ini dengan mengajak pembacanya untuk menyadari bahwa ―cinta diberikan dan diterima sebagai suatu hadiah, dan tidak melupakan cinta pertama pasutri, yaitu Yesus.‖ 41 Hahn berharap bahwa dengan merenungkan perbandingan paralel antara Sakramen Ekaristi dan Sakramen Perkawinan, pasutri dapat melihat keindahan rancangan Tuhan dalam perkawinan mereka. 37
Lih. Hahn, Life-Giving Love, 127-129. Lih. Hahn, Life-Giving Love, 132-140. 39 Lih. Hahn, Life-Giving Love, 140-145. 40 Lih. Hahn, Life-Giving Love, 154. 41 Hahn, Life-Giving-Love, 158-159. 38
10
3.
BAGAIMANA KITA BISA HIDUP DALAM RANCANGAN INDAH INI? MEMELUK TUBUH KRISTUS
Tuhan memiliki rencana dan rancangan sendiri dalam setiap perkawinan. Rencana dan rancangan itu bertujuan untuk memperkuat hubungan antara suami dan istri dengan berkah-Nya yang melimpah. Melalui Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi, Tuhan memperbarui manusia. Melalui kesulitan dan penderitaan, Tuhan menempa manusia dan memperkuat niat manusia untuk secara terus menerus pasrah terhadap penyelenggaraan Tuhan. 42 Pengalaman sebagai seorang ibu mendasari pendapat Hahn berikut ini, ―Begitu kita menyerahkan hati kita kepada Tuhan, kita juga perlu menyerahkan tubuh kita kepada-Nya. Dengan menyerahkan tubuh kita sebagai ―korban hidup‖, kita mengalami menjadi spiritual dari sisi fisik.‖43 Korban hidup yang dimaksud Hahn
adalah pengorbanan seorang isteri saat ia hamil, melahirkan, dan memelihara anak-anak yang dipercayakan oleh Tuhan. Pengorbanan yang dilakukan seorang istri dapat membuat pasutri saling mencintai dan terbuka terhadap hidup. 44 Banyak orang berpikir bahwa ibadah berarti mengikuti Perayaan Ekaristi. Tetapi Hahn berpendapat
bahwa ―ibadah adalah mencintai Tuhan dengan
segalanya, termasuk tubuh kita, termasuk kesuburan kita.‖45 Dengan kata lain, menjaga tubuh dan memelihara kesuburan adalah juga suatu ibadah. Kesadaran untuk menjaga tubuh sebagai suatu bentuk ibadah muncul seiring dengan perubahan cara berpikir manusia mengikuti cara berpikir Allah. Manusia diajak
42
Lih. Hahn, Life-Giving Love, 164. Hahn, Life-Giving Love, 164. 44 Lih. Hahn, Life-Giving Love, 165. 45 Hahn, Life-Giving Love, 168. 43
11
untuk menyerahkan hati dan pikirannya kepada kebenaran ajaran Gereja dan Kitab Suci. 46 Kehendak Tuhan dapat terwujud dalam hidup manusia kalau manusia mau melaksanakan kehendak Tuhan bukan kemauan duniawi dalam hidupnya. 47 Dokter adalah orang yang diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk mengusahakan kesembuhan dan kesehatan tubuh manusia. Karena itu, seorang dokter diharapkan untuk selalu menyatakan kebenaran terutama mengenai alat kontrasepsi kepada para pasiennya.48Apabila
ada seorang dokter yang
memberikan resep kontrasepsi, alangkah baiknya apabila ada pasien, yang mengetahui kebenaran ajaran Gereja Katolik, memberitahukan kepada dokter tersebut tentang kebenaran ajaran Gereja. Manusia tidak cukup hanya sehat tubuh saja, tetapi juga memerlukan jiwa yang sehat. Jiwa manusia yang sehat dapat membawa manusia dekat dengan Tuhan, yang berarti membawanya kepada keselamatan. Membantu manusia menjaga kesehatan jiwa adalah salah satu tugas Gereja Katolik, yang diwakilkan oleh pastor. Para pastor hendaknya menyadari perannya sebagai bapa spiritual, sehingga selalu berusaha membawa umat-Nya ke jalan Tuhan dengan mengajarkan ajaran yang Tuhan sampaikan lewat ajaran Gereja Katolik. Seorang pastor harus berani dengan tegas dalam mengajarkan ajaran Gereja Katolik, yaitu membela budaya kehidupan dengan menentang alat kontrasepsi. Keberanian seorang pastor untuk berbicara mengenai kebenaran dapat membuat sebuah keluarga diselamatkan. Atas kesadaran bahwa Gereja 46
Lih. Hahn, Life-Giving Love, 168. Lih. Hahn, Life-Giving Love, 171-173. 48 Lih. Hahn, Life-Giving Love, 173-175. 47
12
Katolik dipanggil untuk mengupayakan keselamatan manusia, maka Gereja Katolik menawarkan peluang untuk pemulihan sebuah keluarga yang telah terlanjur memakai alat kontrasepsi melalui pengakuan dosa kepada pastor.49 Umat Katolik diharapkan menerima kebenaran ajaran Gereja Katolik mengenai keterbukaan terhadap hidup dan setia menjalankannya. Di dalam Alkitab, ada banyak ajaran tentang menerima kebenaran dalam cinta. Santo Paulus mengajak kita menyadari nilai-nilai Kristiani yang perlu manusia hidupi sebagai pengikut Kristus, yaitu iman, harapan, dan kasih. Hahn menyadari bahwa nilai-nilai Kristiani itu tidak hanya penting bagi kehidupan manusia secara pribadi melainkan penting pula diterapkan oleh para pasutri dalam hidup perkawinan mereka. 50 Hahn juga melihat adanya peranan doa dalam sebuah keluarga yang mengikat hubungan manusia dengan Tuhan dan para orang kudus, dengan mengatakan, Doa dalam keluarga, bagi keluarga, dan oleh keluarga memperkokoh hubungan cinta kita: dari Tuhan Bapa, melalui generasi yang setia, sampai keluarga yang ada sekarang, dengan tujuan akhir adalah kembalinya kita kepada Bapa. Eratnya hubungan suami istri menuju komunitas cinta dalam keluarga. Eratnya hubungan antarmanusia menjadi eratnya hubungan para orang kudus. 51
Oleh karena itu, dalam sebuah keluarga diperlukan cinta. Cinta pasutri, yang tampak dalam penyerahan diri antara suami dan istri, membuat mereka dapat menemukan jati diri masing-masing. Mereka juga diminta untuk mengikuti Kristus dengan memberi kesaksian dalam hidup perkawinan mereka.
49
Lih. Hahn, Life-Giving Love, 187-188. Lih. Hahn, Life-Giving Love, 193-202. 51 Hahn, Life-Giving Love, 200. 50
13
Tuhan menginginkan manusia berbagi kebenaran dengan penuh cinta kepada orang lain. Hal ini telah dilakukan oleh Bunda Maria saat ia mengunjungi Elisabet (Luk 1:39-45). Ia mau melayani Elisabet, walaupun saat itu ia juga sedang mengandung. Bagi Hahn, kunjungan Bunda Maria ke rumah Elisabet memberikan inspirasi tentang pentingnya memberikan bantuan kepada calon ibu muda. Perbuatan Bunda Maria membawa kegembiraan kepada Elisabet dan janin dalam rahimnya. Demikian juga bantuan-bantuan yang diberikan kepada calon ibu muda akan menggembirakan banyak orang.52 Hahn juga mengajak umat Katolik untuk meneladani kata-kata Santo Paulus dalam Surat kepada Titus (2:4-5) yang berisi himbauan untuk mendidik perempuan-perempuan muda supaya mereka mengasihi suami dan anak-anak mereka. Pendidikan ini merupakan tugas para wanita yang lebih tua. Mereka menjalankan tugas ini dengan mengajarkan kebijaksanaan hidup, memberi dukungan emosional, dan membangun persahabatan dengan para wanita muda. Tindakan ini bukan hanya untuk anggota keluarga saja, melainkan juga untuk semua orang yang menjadi keluarga di dalam Kristus. Tindakan ini membawa semangat persaudaraan dan persatuan di dalam keluarga Kristus.53 Akhirnya, Hahn menyimpulkan bahwa keibuan adalah ―tugas yang mulia.‖54 Ia mengajak para ibu untuk meneladan Bunda Maria yang memperlakukan Putra-nya dengan hormat. Hahn mengajak para ibu untuk mencintai dan meluangkan waktu untuk anak-anak yang telah Tuhan berikan kepada mereka, dan juga meluangkan waktu untuk merenungkan pengalamannya 52
Hahn, life-Giving Love, 202-207. Hahn, Life-Giving Love, 208-216. 54 Hahn, Life-Giving Love, 216. 53
14
sebagai seorang ibu. Kesadaran bahwa peran sebagai ibu adalah sebuah karunia dari Tuhan dapat membuat seorang ibu menjalankan perannya dengan baik. Kesadaran itu juga dapat membuat seorang ibu menyadari bahwa Tuhan bekerja dalam diri anak-anak yang dipercayakan kepada mereka.55
55
Hahn, Life-Giving Love, 219-220.
15
BAB II POKOK-POKOK PIKIRAN DAN TANGGAPAN KRITIS UNTUK BUKU LIFE-GIVING LOVE JILID 1 KARYA KIMBERLY HAHN Pada Bab I telah disajikan ringkasan buku Life-Giving Love jilid 1 yang menjadi sumber penulisan kajian kateketik ini. Pada Bab II ini penulis 56 menyajikan pokok-pokok pikiran yang penulis dapatkan setelah meringkas buku Life-Giving Love jilid 1 dan tanggapan kritis penulis mengenai buku Life-Giving Love jilid 1.
1.
POKOK-POKOK PIKIRAN DALAM LIFE-GIVING LOVE JILID 1 Pokok-pokok pikiran yang ditemukan oleh penulis dalam buku Life-Giving
Love jilid 1 adalah sebagai berikut: a.
Cinta yang Memberi Hidup Semasa hidupnya manusia tidak pernah bisa lepas dari kata cinta. Manusia
senantiasa membutuhkan cinta. Cinta menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia. T. Krispurwana Cahyadi, SJ menuliskan, dalam bukunya yang berjudul Jalan Pelayanan Ibu Teresa, bahwa, Ibu Teresa mengatakan bahwa yang menghancurkan dunia kehidupan ini bukanlah bom atom ataupun nuklir, senjata biologis atau kimia, tetapi tiadanya kasih. Penyakit yang paling mengancam kehidupan dewasa ini bukanlah penyakit kanker atau jantung, tetapi kerinduan akan cinta. Bila demikian, yang paling dibutuhkan saat ini adalah cinta.57
Hal ini yang menyebabkan manusia berlomba-lomba dalam mendapatkan dan memberikan cinta. 56
Kata penulis dalam bab ini dan bab selanjutnya merujuk pada penulis kajian kateketik ini: Agnes Natalia. 57 T. Krispurwana Cahyadi, SJ, Jalan Pelayanan Ibu Teresa,(Jakarta: Penerbit OBOR, 2003), 138.
16
Cinta adalah kebutuhan manusia bahkan juga merupakan dasar dari segala perbuatan manusia terutama dalam berhubungan dengan sesamanya. Tapi, cinta yang bagaimana yang mendasari perbuatan manusia sehingga perbuatan manusia dapat membawa kehidupan bagi sesamanya? Cinta yang memberi hidup untuk sesamanya. Cinta yang memberi hidup adalah cinta yang membuat manusia menjadi hidup dan berharga; cinta yang memanusiakan manusia. Di dalam cinta yang memberi hidup ada unsur pengorbanan, yakni: pengorbanan untuk memberikan diri dan hidup untuk orang-orang yang dicintai; pengorbanan yang membuat orang lain merasa berharga dan memiliki nilai. Unsur lain dari cinta yang memberi hidup adalah ketaatan menerima dan menjalankan ajaran Gereja Katolik mengenai keterbukaan terhadap hidup. Buah dari ketaatan adalah keberanian, yakni keberanian untuk dengan tegas mengajarkan ajaran Gereja Katolik tersebut dan untuk menentang segala tindakan yang mendukung budaya kematian. Kesadaran bahwa pada saat manusia menghadirkan kehidupan berarti menghadirkan Allah, kiranya membuat manusia menyadari sumber dari segala kehidupan. Penulis Kitab Kejadian (1:1–2:7) menceritakan bahwa Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Ini menunjukkan bahwa Allah yang menghadirkan kehidupan di dunia ini dan Allah adalah sumber kehidupan. Allah melakukan semua itu karena Allah mencintai semua ciptaan-Nya dan Allah adalah cinta (bdk. 1Yoh. 4:17-21). Allah ingin manusia juga memiliki cinta seperti Dia. Yesus adalah teladan manusia dalam mencintai Allah dan manusia. Yesus menyerahkan diri-Nya secara total. Menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya untuk 17
dijadikan santapan keselamatan jiwa manusia. Cinta kasih yang total adalah pemberian diri
bagi kehidupan.58
Pengorbanan Yesus tidaklah sia-sia.
Pengorbanan-Nya membawa kehidupan kepada semua orang yang percaya kepada-Nya dan membuat semua orang yang percaya kepada-Nya dapat terselamatkan. Ketika pasutri menyadari bahwa Allah yang mengadakan perkawinan mereka dan menyerahkan kehidupan perkawinan di dalam rencana Allah, cinta yang memberi hidup tampak dalam perkawinan mereka. Penyerahan diri terhadap penyelenggaraan Allah terwujud di dalam segala hal dalam perkawinan mereka, termasuk saat mereka bersanggama dan menghasilkan kehidupan baru. Sikap penyerahan diri yang dilakukan oleh pasutri Tobia dan Sara membawa kehidupan (Tob. 8:1-21). Penyerahan diri secara total membuat pasutri bergantung pada Allah dan meletakkan doa sebagai salah satu dasar perkawinan mereka. Dasar perkawinan yang lain adalah memahami bahasa kasih pasangannya. Ada banyak tantangan untuk mewujudkan cinta yang memberi hidup. Para pasutri menghadapi budaya yang berkembang saat ini, yaitu budaya kematian. Budaya kematian adalah budaya yang menolak cinta. Penggunaan alat kontrasepsi adalah salah satu contoh budaya kematian. Banyak pasutri, yang memakai alat kontrasepsi, tidak menyadari bahwa dengan memakai alat kontrasepsi mereka mendukung budaya kematian. Tantangan lain dalam memperjuangkan cinta yang memberi hidup untuk zaman sekarang adalah merebaknya kebiasaan melakukan hubungan badan
58
Maurice Eminyan, SJ, Teologi Keluarga, (Yogyakarta:Kanisius, 2001), 28.
18
sebelum menikah. Kenyataan ini disebabkan oleh kekeliruan pandangan kebanyakan kaum muda zaman sekarang tentang kekudusan perkawinan. Kekeliruan itu disebabkan oleh adanya banyak informasi dari media cetak dan elektronik yang berkembang saat ini, tapi kurangnya pendampingan dari orang yang tepat untuk menyikapi informasi-informasi tersebut. Kenyataan budaya kematian yang sedang berkembang dapat dilawan dengan kesadaran untuk membangun budaya kehidupan. Termasuk di dalam kesadaran
akan
budaya
kehidupan
ini
ialah
kesadaran
untuk
tidak
mempergunakan alat kontrasepsi dan tidak melakukan hubungan badan sebelum perkawinan. Pasutri diajak untuk membiarkan rencana Tuhan bekerja dalam sebuah hidup perkawinan dengan mencintai pasangan dan semua anak yang dipercayakan oleh Tuhan kepada mereka.
b.
Rancangan Indah Allah bagi Sebuah Perkawinan Sejak awal penciptaan manusia, Allah telah mempersatukan pria dan wanita
dalam sebuah perkawinan (lih. Kej. 2:24). Allah memiliki suatu rancangan indah saat mempersatukan seorang pria dan seorang wanita dalam sebuah ikatan perkawinan. Maurice Eminyan, SJ, dalam bukunya yang berjudul Teologi Keluarga, berpendapat bahwa ―keluarga dibangun atas cinta yang tidak mementingkan diri sendiri dan sekaligus merupakan perwujudan cinta Allah. Keluarga itu sendiri merupakan gambar dan citra Allah.‖ 59 Eminyan juga mengatakan bahwa dengan perintah beranak cucu, Allah hendak menyertakan
59
Eminyan, SJ, Teologi Keluarga, 28.
19
pasutri menjadi prokreator, “pencipta bersama Allah.‖ Pasutri dijadikan rekan sekerja Allah. 60 Para Bapa Konsili Vatikan II juga mengakui bahwa perkawinan diciptakan oleh Allah. Pengakuan tersebut menunjukkan bahwa nilai perkawinan sangat berharga sebab ia berasal dari Allah. Perkawinan membawa misi dari Allah yakni kebahagiaan pasutri. 61 Buah kebahagiaan pasutri tampak pada hadirnya seorang anak dalam sebuah perkawinan. Anak adalah sebuah anugerah, tanda cinta yang dihadirkan oleh Allah. Tapi Gereja Katolik menyadari bahwa tugas pasutri tidak berhenti pada saat memiliki anak. 62 Memiliki seorang anak tidak hanya dapat melahirkan dan membesarkannya saja, tetapi juga harus memperhatikan pendidikannya sehingga anak tersebut dapat menjadi manusia yang utuh. Oleh karena itu, pendidikan anak adalah sebuah hal yang penting, sebagai tanda syukur atas anugerah Allah. Pendidikan yang dimaksud di sini bukan hanya pendidikan mengenai baca dan tulis melainkan juga pendidikan menjadi insan yang dapat berguna bagi sesama dan alam sekitarnya. Penyerahan diri pasutri terhadap penyelenggaraan Allah dalam hidup perkawinan mereka membuat pasutri dapat memahami rancangan indah Allah dalam perkawinan mereka. Pasutri memahami rancangan indah Allah dalam perkawinan mereka dengan pasrah terhadap kehendak Allah. Kepasrahan adalah buah dari doa yang menjadi sumber berkat dan pemersatu dalam hidup sebuah 60
Eminyan, SJ, Teologi Keluarga, 29. Bapa Konsili Vatikan II, Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini: Gaudium Et Spes, art. 48. 62 Bapa Konsili Vatikan II, Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini: Gaudium Et Spes, art. 48. 61
20
perkawinan. Kepasrahan itu membuahkan sikap hormat terhadap hidup manusia yang terwujud dalam penerimaan rencana Allah dalam hidup perkawinan mereka dan sikap saling menghormati di antara pasutri. 63 Suami menghormati dan menyayangi istrinya sebagai anugerah dari Tuhan dan bagian dari dirinya. Begitu juga istri menghormati dan menyayangi suaminya. Perkawinan menjadi tempat pengejawantahan cinta Allah yang suci dan tulus.
2.
TINJAUAN KRITIS Di dalam Life-Giving Love, Hahn memulai tulisannya dengan merefleksikan
pengalaman pribadinya dalam terang pengetahuan akan Alkitab dan ajaran Gereja Katolik. Hahn membahas tentang Trinitaris sebagai dasar dari refleksi atas pengalaman pribadinya. Pengalaman dan refleksi dipakai oleh Hahn untuk membawa pembaca kepada topik utama buku ini yaitu pembahasan mengenai budaya kehidupan melawan budaya kematian. Isu-isu yang diangkat oleh Hahn adalah sex, cinta, perkawinan, dan keluarga. Hahn berusaha menjelaskan ajaran Gereja Katolik yang berkaitan dengan isu-isu tersebut. Akhirnya, ia menutup tulisannya dengan sebuah refleksi yang menghasilkan suatu sikap yang mendukung budaya kehidupan. Sistematika tulisan yang dipakai oleh Hahn sangat mudah untuk dimengerti oleh pembacanya karena ia memakai alur pemikiran yang jelas dan mudah diikuti. Nilai lebih lainnya ialah adanya lampiran yang berisikan ide-ide untuk memberikan bantuan bagi para Ibu.
63
Lihat ringkasan Bab 1 hlm. 9.
21
Buku ini sangat bermanfaat bagi keluarga-keluarga Katolik di Indonesia terutama mengenai pemahaman tentang ajaran Gereja Katolik tentang KB alami. Namun disayangkan, penulis menemukan adanya ketidaksesuaian kata dalam penerjemahan, misalnya kata berkembang biak pada halaman 40. Kata berkembang biak lazimnya digunakan untuk binatang, bukan manusia. Penulis juga menemukan kesalahan dalam pengutipan dokumen Gereja. Contoh: pada halaman 76 dikatakan kutipan dari GS art. 50, padahal yang benar adalah art. 48. Walaupun begitu, ketidaksesuaian kata dan kesalahan pengutipan tidaklah mengurangi nilai penting dari buku ini sebagai buku acuan pelayanan bagi keluarga-keluarga katolik untuk mengajak mereka berpihak pada budaya kehidupan, antara lain: melalui penggunaan KB alami dan sikap menghargai kehadiran anak. Saat membaca dan meringkas buku Hahn ini, penulis mendapatkan sebuah pencerahan terutama mengenai kekudusan perkawinan, arti seorang anak, dan kesadaran akan pentingnya menjaga kesucian sebelum perkawinan. Menurut penulis, pencerahan ini berguna untuk mendampingi orang-orang yang sedang mengalami masalah perkawinan, terutama mereka yang mengalami dilema mengenai pemakaian alat kontrasepsi dan mengenai kehadiran anak, dan juga kawula muda yang menghadapi budaya hedonisme dewasa ini. Secara keseluruhan isi dari buku Hahn memberikan sumbangan yang besar bagi pelayanan pastoral keluarga, terutama untuk pembinaan orang-orang muda yang mempersiapkan diri untuk kehidupan berkeluarga. Isi dari buku Hahn ini dapat menjadi acuan untuk modul Kursus Persiapan Perkawinan (selanjutnya: KPP), 22
khususnya KPP Dekenat Jakarta Selatan untuk materi Seksualitas dan Keluarga Berencana, Pendidikan Menjadi Orangtua, Teologi Moral Perkawinan Katolik, dan Komunikasi Suami-Istri.64 Ada satu kekurangan lagi yang penulis temukan dalam uraian Hahn di buku ini. Hahn banyak membahas tentang peran dan pengorbanan seorang istri/ibu dalam hidup perkawinan, tapi ia tidak membahas peran dan pengorbanan seorang suami/ayah. Padahal ketika memulai buku ini, Hahn menceritakan pergumulannya bersama suaminya, Scott, dalam menghadapi dilema menggunakan alat kontrasepsi. Penulis berpendapat, di dalam sebuah perkawinan, peran suami/ayah juga penting. Sebuah rumah tangga tidak akan berjalan lancar dan mencapai tujuan dari perkawinan kalau tidak ada kerja sama antara suami dan istri.
64
KPP di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) biasanya dilakukan di dekenat-dekenat. Dekenatdekenat yang menyelenggarakan KPP adalah: dekenat utara, dekenat barat 1, dekenat barat 2, dekenat pusat, dekenat bekasi, dekenat timur, dekenat tangerang dan dekenat selatan.. Penulis adalah aktivis yang membantu di KPP dekenat selatan. KPP dekenat selatan meliputi 6 paroki yaitu: paroki Blok B, paroki Blok Q, paroki Cilandak, paroki Jagakarsa, paroki Pasar Minggu, dan paroki Tebet. Materi-materi yang diberikan di dalam KPP di dekenat selatan mengikuti modul yang diberikan oleh Komisi Kerasulan Keluarga KAJ. Materi-materi tersebut adalah: Teologi Moral dan Hukum Perkawinan Katolik, Spiritualitas Perkawinan Katolik, Liturgi Perkawinan Katolik, Ekonomi Rumah Tangga, Seksualitas dan Keluarga Berencana, Komunikasi Suami-Istri, Peranan dan Tanggungjawab Suami-Istri dalam Pendidikan Anak/Pendidikan Menjadi Orangtua, dan Sharing Kelompok.
23
BAB III CINTA YANG MEMBERI HIDUP Penulis sudah menguraikan dua pokok pikiran yang penulis temukan dalam karya Hahn. Berdasarkan penemuan tersebut, penulis memutuskan untuk memilih satu pokok pikiran yang akan dikembangkan pada bab ini. Pokok pikiran tersebut adalah: cinta yang memberi hidup. 1.
CINTA, KEBUTUHAN DASAR MANUSIA Setiap manusia merindukan untuk dicintai dan mencintai, karena dengan
mencintai dan dicintai, manusia dapat merasakan kebahagiaan dan menjadikan hidupnya lebih berarti, Beata Teresa menguatkan kenyataan bahwa cinta sangat dibutuhkan oleh manusia terutama di zaman sekarang: ―Penyakit terbesar di dunia Barat pada zaman ini bukanlah TBC atau lepra, melainkan tidak dibutuhkan oleh orang lain, tidak dicintai, dan tidak dipedulikan.‖ 65 Cinta dapat membuat hidup manusia menjadi berarti. Paulus, dalam suratnya yang kedua kepada umat di Korintus, pernah mengatakan bahwa sekalipun manusia memiliki segalanya tapi tidak memiliki cinta tidak ada gunanya sama sekali (bdk. 1Kor. 13:1-3). Kalau direfleksikan secara mendalam, dapat dikatakan bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa cinta. Berbagai macam bentuk cinta ada di dalam hidup manusia, seperti cinta di antara orangtua dan anak, cinta antar saudara, cinta antar teman, cinta sepasang kekasih, dan cinta antar suami istri. Banyak bentuk cinta yang mewarnai dan sekaligus mempengaruhi hidup manusia. Diharapkan dengan adanya cinta dalam 65
Lucinda Vardey, Ibu Teresa: A Simple Path, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997),
49.
24
kehidupan seseorang, ia berkembang menjadi manusia yang utuh. Hal itu disebabkan karena cinta melengkapi hidup manusia. Tapi ternyata tidak semua cinta dapat mempengaruhi dan mengubah hidup manusia menjadi lebih baik. Hanya cinta yang memberi hidup yang memungkinkan hal itu terjadi.
2.
CINTA YANG MEMBERI HIDUP Cinta yang memberi hidup adalah cinta yang menghargai kehidupan dan
yang menempatkan kehidupan sebagai prioritas nomor satu dalam segala tindakan manusia. Cinta yang memberi hidup adalah cinta yang menghargai martabat pribadi manusia yang diciptakan sebagai citra Allah. Sebagai citra Allah, manusia sudah selayaknya menunjukkan cinta yang menghidupkan di dalam hidupnya. Manusia hendaknya mencintai sesamanya seperti ia mencintai dirinya sendiri sesuai dengan ajaran yang diberikan oleh Yesus dalam perumpamaan orang Samaria yang murah hati (Luk. 10:25-37). Untuk dapat melakukan ini, manusia perlu menyadari unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah cinta sehingga cinta tersebut menjadi cinta yang menghidupkan.
3.
UNSUR-UNSUR CINTA YANG MEMBERI HIDUP Tidak semua cinta dapat dikatakan cinta yang memberi hidup. Pius Pandor,
CP, di dalam bukunya Ex Latina Claritas, berpendapat bahwa ―cinta itu aktif, ia selalu memberi bukan menerima.‖66
Selanjutnya, Pandor menjelaskan, ―cinta
66
Pius Pandor, CP, Ex Latina Claritas: Dari Bahasa Latin Muncul Kejernihan, (Jakarta: Penerbit OBOR, 2010), 70-71.
25
yang aktif memiliki empat unsur, yaitu perhatian, tanggung jawab, rasa hormat/penerimaan, dan pemahaman akan pribadi pasangan.‖ 67 Selain unsur-unsur yang disebutkan oleh Pandor, penulis menemukan unsurunsur lain dari cinta yang menghidupkan, yakni: penerimaan diri dan cinta terhadap diri sendiri, pengorbanan/penyerahan diri, kesetiaan dan ketaatan, kejujuran dan kepercayaan, pelayanan, dan pengampunan. Unsur pertama adalah penerimaan diri dan cinta terhadap diri sendiri. Penerimaan diri berarti menerima diri dan mencintai diri apa adanya serta berani untuk menunjukkan siapa dirinya. Menerima diri berarti menerima segala kekuatan dan kelemahan dirinya serta menjadikan kelemahannya sebagai kekuatannya menghadapi segala persoalan hidup. Nick Vujicic (dibaca Voy-achich) menuliskan pendapatnya: “Rasa cinta terhadap diri [kita] haruslah menggambarkan cinta Tuhan dan bahwa [kita] adalah [pribadi-pribadi] yang dihadirkan di dunia ini untuk memberikan kontribusi khusus.‖68 Banyak penyandang cacat (selanjutnya penca) dan non penca yang tidak dapat menerima keadaannya sehingga ia tidak dapat memaksimalkan potensi dirinya dan memberikan cinta kepada orang lain. Yesus pernah berkata bahwa di dalam diri seorang penca ada rencana Tuhan dan pekerjaan-pekerjan Tuhan (bdk. Yoh. 9:3). Sudah sepatutnya manusia dapat menerima kondisi dirinya dan mengembangkan potensi yang ada sehingga hidupnya memancarkan cinta kepada
67
Pandor, CP, Ex Latina Claritas, 70-71. Nick Vujicic, Life Without Limits: Tanpa Lengan dan Tungkai Aku bisa menaklukkan dunia, (Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), 87. Vujicic adalah seorang penyandang cacat. Ia tidak memiliki tangan dan hanya memiliki kaki kiri yang mungil. 68
26
semua orang. Louis Braille 69, Helen Keller70, dan Nick Vujicic adalah contohcontoh orang yang memiliki keterbatasan fisik tetapi dapat menerima keadaan mereka. Penerimaan mereka terhadap diri mereka sendiri membawa cinta kepada semua orang yang mengenal mereka. Unsur kedua adalah pengorbanan. Cinta membuat orang mampu memberikan dirinya dan hidupnya untuk orang-orang yang dicintainya. Banyak contoh kisah pengorbanan untuk orang yang dicintai di Alkitab, antara lain: kisah anak perempuan Yefta yang mengorbankan dirinya untuk dapat memenuhi nazar ayahnya (Hak. 11:29-40); Rut yang mengorbankan diri dan hidupnya untuk menemani Naomi, mertuanya (Rut. 1-4); pengorbanan Ratu Ester untuk keselamatan orang Yahudi (Est. 4:15-17); pengorbanan Tobia untuk menikahi Sara yang akhirnya menyembuhkan Sara (Tob. 3:8a; 8:1-21); dan pengorbanan Yusuf untuk menikahi Maria (Mat. 1:18-25). Selain itu juga ada contoh dari orang-orang kudus yang mengorbankan hidupnya untuk orang lain, seperti Santa Monika yang tidak pernah berhenti berdoa untuk pertobatan Agustinus, anaknya dan Patricius, suaminya; Santo Damian yang mengabdikan dirinya untuk para penderita kusta di Pulau Molokai; dan Beata Teresa yang mengorbankan hidupnya untuk melayani orang-orang yang sakit dan menderita di Calcutta.
69
Louis Braille (1809-1852) adalah pencipta huruf Braille, huruf yang dgunakan oleh tuna netra untuk menulis dan membaca. Sumber: Nurmiadi, Louis Braille: Pencipta Tulisan Braille bagi para Tuna Netra, (Jakarta:PT. Elex Media Komputindo, 2010). 70 Helen Keller (1880-1968) adalah seorang perempuan tuna netra dan bisu tuli yang mengabdikan dirinya untuk memperjuangkan hak-hak penca. Sumber: Fiona Macdonald, Helen Keller:Perempuan tuna netra dan bisu tuli yang mengabdikan hidupnya untuk memperjuangkan hak-hak penderita cacat, (Jakarta:Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1996).
27
Unsur ketiga adalah kesetiaan dan ketaatan. Kesetiaan adalah unsur yang membuat seseorang selalu mencintai orang-orang yang dicintai dalam keadaan apapun. Kesetiaan biasanya diikuti juga dengan ketaatan. Di dalam Kitab Suci terdapat cerita tentang tokoh-tokoh teladan kesetiaan dan ketaatan bagi orangorang beriman, seperti Nuh yang taat ketika diminta oleh Yahwe untuk membuat bahtera (Kej. 6:9–9:29), Abraham yang mau mengorbankan anak tunggalnya (Kej. 12-23), Yusuf, yang tetap percaya kepada Yahwe walaupun ia sudah dibuang ke Mesir (Kej. 39-41), Ayub, yang tetap percaya kepada Yahwe walaupun ia sudah kehilangan anak-anak dan hartanya (Ayb. 1:21–2:10), Daniel yang tetap setia walaupun dimasukkan ke dalam gua singa (Dan. 6:1-29), Tobit yang tetap setia kepada Yahwe walaupun ia buta dan berada di tempat pembuangan (Tob. 1-14), seorang ibu dan tujuh orang anaknya (2Mak. 7:1-42), Pasutri Yusuf-Maria yang mau menerima tugas dari Yahwe, menjadi orangtua Yesus (Mat. 1:18-25; Luk. 1:26-38), dan Stefanus yang siap untuk mati dirajam demi kepercayaannya kepada Yesus (Kis. 6:8–7:60). Unsur yang keempat adalah kejujuran dan kepercayaan. Kejujuran biasanya diikuti dengan kepercayaan. Kejujuran dan kepercayaan saling berkaitan satu sama lain. Kejujuran berarti jujur terhadap Tuhan, diri sendiri, dan sesama. Berani mencintai orang lain berarti berani untuk jujur kepada orang-orang yang dicintai. Kepercayaan membuahkan mukjizat seperti yang ditunjukkan oleh Bunda Maria, kepercayaannya membuat ada mukjizat di Kana (Yoh. 2:1-11), perempuan Siro-Fenisia (Mrk. 7:24-30), perempuan yang sakit pendarahan (Mrk. 5:25-34), seorang perwira di Kapernaum (Mat. 7:1-10), dan Bartimeus 28
(Mrk.10:46-52). Saat manusia jujur dan pasrah, penyelenggaraan ilahi datang dan mengubah hidup manusia. Unsur yang kelima adalah pelayanan. Mencintai orang lain berarti mau melayani dan memberikan yang terbaik untuk orang yang dicintainya. Teladan utama dari unsur ini adalah Yesus sendiri yang selalu siap melayani siapa saja yang datang minta pelayanan terutama penca, orang sakit, dan juga anak-anak. Beata Teresa dari Calcutta dan Santo Damian dari Molokai adalah teladan orangorang kudus untuk pelayanan. Beata Teresa mengatakan ―buah cinta adalah pelayanan.‖71 Unsur
yang terakhir adalah pengampunan. Manusia mempunyai
kecenderungan: mudah menyakiti, sulit mengampuni. Pengalaman tidak diampuni dan tidak bisa mengampuni adalah pengalaman yang tidak menyenangkan. Pengampunan dapat menyembuhkan seseorang dari sakit dan dapat membuat seseorang hidup dalam rasa penerimaan yang diikuti oleh rasa damai, seperti yang dirasakan oleh kakak-kakak laki-laki Yusuf72 (Kej. 45:1-28), Zakheus (Luk. 19:110), dan si anak bungsu dalam perumpamaan anak yang hilang (Luk. 15:11-32). Rasa penerimaan dan damai juga dialami oleh Dave Pelzer ketika ia mengampuni ibunya. 73
71
Vardey, Ibu Teresa: A Simple Path, 49. Yusuf adalah anak Yakub yang ke 12 dari 13 bersaudara. Ia memiliki 10 orang kakak lakilaki, satu orang kakak perempuan, dan satu orang adik laki-laki. Nama kakak perempuan Yusuf adalah Dina. Dina di Alkitab hanya disebutkan sebanyak dua kali di Kej. 30:21 dan Kej. 34:1-31. Pada saat Yusuf dijual, tidak dikisahkan bahwa Dina ikut berperan. Dina juga tidak ikut pada waktu kakak laki-laki Yusuf pergi ke Mesir mencari makanan. 73 Dave Pelzer adalah anak ketiga dari lima bersaudara yang mengalami penyiksaan dari ibu kandungnya, tapi ia berhasil selamat sehingga ia akhirnya menjadi anak di bawah asuhan negara Amerika. Cerita pengalaman dan pergumulannya sebagai korban “child abuse”, ia tulis dalam 72
29
4.
SUMBER DAN TELADAN CINTA YANG MEMBERI HIDUP Penulis berpendapat bahwa unsur-unsur cinta yang memberi hidup dapat
dipahami dan dilaksanakan kalau manusia menyadari dan mengerti sumber cinta yang hidup. Allah yang menciptakan cinta dan Allah itu adalah cinta (bdk. 1Yoh. 4:8). Atas dasar cinta, Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Walaupun akhirnya manusia berdosa dan menjauhi Allah, Allah tetap mencintai manusia. Bukti cinta-Nya yang besar adalah dengan mengaruniakan Putra-Nya yang tunggal, Yesus (lih. Yoh. 3:16). Yesus datang ke dunia sebagai wujud Allah yang memberikan hidup-Nya untuk manusia. Ia mengorbankan nyawa-Nya dengan mati di kayu salib. Ia memilih mati dengan cara yang paling hina untuk menyelamatkan manusia. Ia menunjukkan bahwa cinta yang besar adalah pemberian diri seutuhnya untuk orang-orang yang dicintai. Cinta yang menghidupkan yang ditunjukkan oleh Yesus adalah cinta yang penuh dengan pengorbanan. Yesus menginginkan semua manusia meneladan cinta-Nya dalam hidupnya, dalam segala hal. Lalu, apakah cinta yang menghidupkan dapat juga diwujudkan dalam hidup perkawinan?
5.
CINTA YANG MEMBERI HIDUP DALAM PERKAWINAN Perkawinan adalah sesuatu yang indah dan kudus, karena yang mengadakan
perkawinan adalah Allah (lih. Kej. 2:24). Atas dasar itu, Gereja Katolik menjadikan perkawinan sebagai sakramen. Dr. C. Groenen, OFM mengatakan trilogi bukunya yang berjudul: Child Called It (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), The Lost Boy (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), dan A Man Named Dave (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003).
30
bahwa, ―dengan mengembalikan perkawinan kepada Allah Pencipta, tradisi dan Konsili Vatikan menilai perkawinan sebagai sesuatu yang pada prinsipnya baik dan termasuk ke dalam tata penciptaan sebagaimana dikehendaki Allah Pencipta.‖74 Dengan kata lain, perkawinan membuat pasutri menjadi rekan kerja Allah dalam penciptaan manusia. Perkawinan adalah tempat pasutri menampilkan cinta yang meneladan cinta Allah, cinta yang menghidupkan. Berdasarkan kesadaran ini, hendaknya pasutri menampilkan unsur-unsur cinta yang menghidupkan dalam perkawinan, yakni: perhatian, tanggungjawab, rasa hormat, pengenalan diri sendiri dan diri pasangan, pengorbanan/penyerahan diri, kesetiaan dan ketaatan, kejujuran dan kepercayaan, pelayanan, dan pengampunan. Lewat doa bersama dalam keluarga, pasutri dapat menunjukkan unsur-unsur cinta yang menghidupkan sehingga perkawinan mereka dapat
menjadi
pengejawantahan cinta Allah. Doa juga dapat membantu pasutri dalam menghadapi segala permasalahan dalam keluarganya dan juga membawa kehidupan seperti yang dilakukan oleh pasutri Tobia-Sara (Tob. 7-8).75 Menurut Gary Chapman, penulis buku Esensi dari Lima Bahasa Kasih76, manusia dapat menunjukkan cintanya kepada orang lain kalau ia mengetahui bahasa cinta yang dimiliki oleh sesamanya. Setiap orang memiliki bahasa 74
Dr. C. Groenen, OFM, Perkawinan Sakramental: Anthropologi dan Sejarah Teologi, Sistematik, Spiritualitas, Pastoral, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), 303. 75 Tobia adalah anak laki-laki Tobit. Ia menikahi Sara. Sara telah diperistri oleh tujuh orang laki-laki, namun sebelum melakukan persetubuhan, suami-suami Sara meninggal dibunuh oleh setan jahat yang bernama Asmodeus. Tapi tidak demikian dengan Tobia. Tobia tetap hidup, dikarenakan Tobia menuruti nasehat yang diberikan oleh teman seperjalanannya yang bernama Azarya. Azarya adalah malaikat Rafael yang sedang menyamar. Tobia mengajak Sara untuk berdoa pada malam pertama dan menaruh hati dan jantung seekor ikan besar di atas bara pendupaan. 76 Gary Chapman, Esensi dari Lima Bahasa Kasih, (Jakarta: Light Publishing, Juni 2009).
31
cintanya masing-masing. Chapman mendefinisikan lima bahasa cinta, yaitu: katakata penguatan, waktu yang berkualitas, menerima hadiah, tindakan melayani, dan sentuhan fisik.77 Pengetahuan akan bahasa cinta ini hendaknya membantu pasutri untuk senantiasa mengupayakan dan merasakan kedekatan satu dengan yang lain, dan kedekatan itu membuat pasutri dapat mencintai Tuhan lewat perkawinan mereka. Komunikasi memiliki peranan penting dalam sebuah perkawinan. Ketidakadaan dan ketidakberesan komunikasi dapat menghambat terwujudnya cinta yang menghidupkan dalam sebuah perkawinan bahkan menimbulkan perpecahan dalam sebuah perkawinan. Komunikasi tidak mudah untuk dilakukan kalau tidak ada kesadaran untuk mendengarkan dari semua pihak yang terlibat. Untuk bisa mendengarkan dengan baik, diperlukan adanya keheningan. Dalam pesannya untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-46 yang dirayakan pada Minggu, 20 Mei, 2012, Paus Benediktus XVI mengatakan, Keheningan adalah unsur integral dari komunikasi; tanpa keheningan, maka tiada kata yang kaya dalam isinya. Dalam keheningan, kita lebih mampu mendengar dan memahami diri kita sendiri, gagasan-gagasan muncul dan bermakna mendalam; kita memahami dengan lebih jelas apa yang ingin kita katakan dan apa yang kita harapkan dan orang lain; dan kita memilih cara untuk mengungkapkan diri. Dengan keheningan, kita menyilakan orang lain berbicara dan mengungkapkan dirinya; kita terhindar dari keterikatan pada kata-kata dan gagasan kita sendiri tanpa teruji secara memadai. Dengan cara ini, ruang diciptakan untuk saling mendengar dan hubungan manusiawi yang lebih mendalam menjadi mungkin. Seringkali dalam keheningan, misalnya kita melihat komunikasi yang paling otentik terwujud antara orang yang sedang jatuh cinta: gerak tubuh, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh adalah tanda-tanda mereka saling mengungkapkan dirinya. Kegembiraan, kecemasan, dan penderitaan dapat diungkapkan semuanya dalam keheningan. 78
77
Chapman, Esensi dari Lima Bahasa Kasih, 14-52. Paus Benediktus XVI, Keheningan dan Kata: Jalan Evangelisasi, Majalah Hidup, 20 Mei 2012, 14. 78
32
Oleh karena itu pasutri hendaknya menyadari bahwa keheningan sangatlah penting dalam komunikasi, sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan baik. Pembicaraan mengenai perkawinan tidak bisa tidak menyinggung hal hubungan intim antara suami dan istri. Hubungan intim sering diartikan sempit sebagai hubungan badan. Hubungan badan atau persetubuhan adalah bagian kecil dari hubungan intim pasutri. Hubungan intim tampak dalam kedekatan suami-istri dalam menjalani kehidupan berumah tangga, seperti sentuhan, ciuman, kata-kata yang romantis, hubungan badan, dan lain sebagainya. Pernyataan Ign. Wignyasumarta, MSF, dkk dalam buku Panduan Rekoleksi Keluarga memperkuat pendapat tentang arti cinta suami istri yang sesungguhnya, dengan mengatakan bahwa, ―cinta lebih daripada suatu reaksi ketertarikan secara seksual kepada yang lain. [Cinta] menyangkut seluruh pribadi manusia, termasuk juga menyangkut segi-rohani-spiritualnya. Cinta suami-istri adalah total, setia, dan eksklusif.‖79 Cinta suami istri diharapkan terus berkembang dalam hidup perkawinan yang akhirnya mencapai cinta suami-istri yang dewasa yaitu “cinta agape”, cinta yang memberikan diri seutuhnya kepada orang lain, dalam hal ini pasangan hidup. 80 Persetubuhan yang berada dalam sebuah perkawinan adalah kudus, karena sudah diberkati oleh Allah sendiri. Pada saat persetubuhan, ada perayaan antara Kristus dan Gereja-Nya. Persetubuhan adalah sebuah pewartaan akan penyerahan diri Allah dan menunjuk pada kenyataan ilahi bahwa tubuh manusia adalah
79
Ign. Wignyasumarta, MSF, dkk, Panduan Rekoleksi Keluarga, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000), 43. 80 lih. Wignyasumarta, MSF, dkk, Panduan Rekoleksi Keluarga, 44.
33
gambar dan rupa Allah sendiri. 81 Hal ini menunjukkan bahwa dengan melakukan persetubuhan, pasutri telah menjadi rekan Allah dalam penciptaan dan mewartakan Allah yang Maha Cinta.
6.
TANTANGAN CINTA YANG MEMBERI HIDUP Mewujudkan cinta yang memberi hidup berarti berpihak pada budaya
kehidupan. Melaksanakan budaya kehidupan di saat hedonisme berkembang dengan pesat bukanlah hal yang mudah. Ada banyak tantangannya. Seiring dengan perkembangan zaman, budaya kematian juga berkembang dengan pesat. Bentuk budaya kematian yang menjadi tantangan bagi hidup perkawinan antara lain pemakaian alat kontrasepsi dan praktik kekerasan dalam rumah tangga (selanjutnya: KDRT). Banyak orang yang tidak menyadari bahwa pemakaian alat kontrasepsi sama saja dengan melakukan aborsi. Melakukan aborsi berarti berusaha melawan kehendak Allah yang menginginkan manusia untuk beranak cucu. Menurut William Chang, OFM Cap, Aborsi tergolong tindak pembunuhan keji yang merenggut nyawa manusia dan melanggar perintah Allah yang kelima [Jangan membunuh-Sepuluh Perintah Allah Katolik]. Manusia bukan tuan atau pemilik hidup, melainkan penerima anugerah hidup yang diberikan oleh Sang Pencipta. Pencabutan hidup manusia menentang dan melawan (kehendak) Sang Pencipta.82
Adanya alat kontrasepsi menimbulkan permasalahan baru, antara lain pelecehan seksual dan hubungan badan sebelum menikah. Pelecehan seksual 81
Lih. Deshi Ramadhani, SJ, Lihatlah Tubuhku: Membebaskan Seks Bersama Yohanes Paulus II, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius:2009), 176. 82 William Chang, OFM Cap., Bioetika Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009), 46.
34
mengubah makna esensi sesungguhnya dari tubuh serta mengaburkan maksud dan tujuan Tuhan ketika menciptakan manusia. 83 Kebiasaan melakukan hubungan badan sebelum menikah adalah hal yang dianggap wajar saat ini. Kesadaran akan pentingnya menjaga keperawanan sebelum pernikahan mulai surut. Beato Yohanes Paulus II menyadari kenyataan berkembangnya budaya hedonisme yang menyelewengkan arti dari seks yang sesungguhnya di kalangan muda Katolik dan kesadaran itu membuat beliau menyampaikan sebanyak 129 ceramah yang khusus membahas hal-hal relasi antara pria dan wanita, seksualitas, dan cinta. Kumpulan tulisan beliau itu kemudian dikenal dengan istilah theology of the body (Teologi Tubuh).84 Lewat teologi tubuh, Beato Yohanes Paulus II mengajak semua orang akan pentingnya memahami seks yang benar dan menjaga kekudusan perkawinan serta berani untuk berkata ―tidak― terhadap budaya hedonisme yang mengarah kepada budaya kematian. Tujuan-tujuan perkawinan katolik menurut Kitab Hukum Kanonik (selanjutnya: KHK) adalah kesejahteraan suami-istri, kelahiran anak, dan pendidikan. 85 Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, idealnya, setiap pribadi yang masuk ke dalam sebuah perkawinan saling membantu untuk mengembangkan diri pribadi, bukan mematikan salah satu pribadi. Di zaman yang penuh dengan kemajuan teknologi ternyata juga ada banyak cerita tentang KDRT. Pelaku dan korban adalah anggota-anggota keluarga itu
83
Berdasarkan pendapat Yurika Agustina dalam tulisannya yang berjudul Deal or No Deal. Tulisan ini adalah bagian dari sembilan tulisan yang ada dalam buku You Deserve The Truth, Editor: Deshi Ramadhani, SJ, (Jakarta: Penerbit FLAMMA, 2011), 13. 84 Agustina, Deal or No Deal, 12. 85 Gereja Katolik, Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici) Ed. Resmi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Konferensi Waligereja Indonesia, 2009), kan. 1055.
35
sendiri. Siapa saja bisa menjadi pelaku dan korban kekerasan dalam rumah tangga: suami, istri, bahkan juga anak, buah hati mereka. Kisah Dave Pelzer adalah fenomena nyata tentang kekerasan seorang ibu terhadap anak kandungnya, sementara sang ayah tidak dapat berbuat apa-apa. Menurut undang-undang no. 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, Macam-macam kekerasan dalam rumah tangga, yakni: 1. kekerasan fisik; 2. kekerasan psikis; 3. Kekerasan seksual, atau 4. penelantaran rumah tangga.86 Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.87 Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang. 88 Kekerasan seksual meliputi: pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut dan pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersil dan/atau tujuan tertentu. 89 Penelantaran rumah tangga yang dimaksud adalah perbuatan seseorang yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian, ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut dan perbuatan seseorang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.90
Jadi, kekerasan dalam rumah tangga adalah perbuatan-perbuatan yang tidak memanusiakan salah satu atau banyak anggota keluarga. Perbuatan-perbuatan
86
Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, 2004, pasal 5. Undang-undang ini diambil dari www.komnasperempuan.or.id pada hari Minggu, 08 Juli 2012 pk. 23:55. 87 Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, pasal 6. 88 Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, 2004, pasal 7. 89 Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, 2004, pasal 8. 90 Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, 2004, pasal 9.
36
tersebut membuat orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak merasakan cinta yang memberi hidup. Tanpa disadari kebudayaan kematian menjadi sesuatu yang biasa dan lumrah saat ini. Kesadaran akan pentingnya memelihara budaya kehidupan dan menghilangkan budaya kematian harus terus digalakkan dalam situasi dunia saat ini. Pengenalan akan budaya kehidupan sejak masa kecil diharapkan dapat menyadarkan manusia akan budaya kehidupan. Pendidikan dalam keluarga adalah dasar pertama seorang anak menyadari akan pentingnya memelihara budaya kehidupan. Dasar kedua adalah sekolah tempat pertukaran ilmu, dan dasar ketiga adalah masyarakat tempat pertukaran pengalaman. Oleh karena itu pengenalan akan budaya kehidupan dan usaha memerangi budaya kematian menjadi tugas semua orang.
37
BAB IV GAGASAN PASTORAL KATEKESE “CINTA YANG MEMBERI HIDUP”
Uraian ―Cinta yang Memberi Hidup‖ yang telah penulis sajikan dalam Bab III akan penulis olah menjadi isi pastoral katekese dalam bab ini. Penulis bermaksud mengusulkan gagasan pastoral katekese ini untuk menjadi bagian dari Kursus Persiapan Perkawinan di Dekenat Jakarta Selatan (selanjutnya Dekenat JakSel). Usulan ini merupakan sumbangan penulis sebagai anggota pengurus kursus persiapan perkawinan Dekenat JakSel sejak tahun 2002.
1.
LATAR BELAKANG
a.
Kursus Persiapan Perkawinan (KPP): Sejarah dan Perkembangannya di KAJ KPP di KAJ bermula dari dikeluarkannya anjuran dari MAWI (dalam
sidang tanggal 11-21 November 1974) supaya di paroki-paroki diadakan kursuskursus persiapan perkawinan yang sedapat mungkin ditangani oleh tim. 91 Menindaklanjuti anjuran tersebut, Pusat Kehidupan Keluarga (PKK) KAJ, yang didirikan oleh Mgr. Leo Soekoto, SJ, mengadakan persiapan perkawinan. 92 PKK KAJ didirikan untuk membantu uskup dalam karya pastoral keluarga. Programprogram yang dijalankan oleh PKK waktu itu adalah persiapan perkawinan, pendidikan kehidupan keluarga di sekolah (SD, SMTP, dan SMTA), konsultasi 91
MAWI, Perkawinan Campur, Kontak No. 12/Desember 1974, Jakarta: Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta, 9. MAWI adalah nama sebelumnya untuk Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). 92 PKK KAJ, Apa itu, PKK KAJ?, Kontak KAJ No. 5 Tahun XV/Mei 1985, Jakarta: Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta, 9.
38
psikologi, dan konsultasi KBA. 93 PKK KAJ mengadakan KPP yang bertujuan memberikan sedikit bekal bagi kedua mempelai untuk mereka menjalani kehidupan berkeluarga.94 Pada tahun 1995, tanggung jawab menyelenggarakan KPP diserahkan kepada Dekenat-Dekenat. Materi-materi yang diberikan secara umum sama, yaitu terdiri dari 6 topik: moral perkawinan, hukum perkawinan gereja, komunikasi suami istri, pendidikan anak, seksualitas dan KBA, dan ekonomi rumah tangga. 95 Melihat perkembangan zaman, maka komisi keluarga KAJ membuat revisi modul KPP pada tahun 2008. Di dalam revisi tersebut, materi-materi KPP adalah: hukum dan moral perkawinan, panggilan menjadi orangtua, ekonomi rumah tangga, seksualitas dan KBA, komunikasi suami-istri, dan spiritualitas perkawinan.96 Saat ini, menurut informasi dari Pastor Alexander Erwin Santoso, MSF, Ketua Komisi Kerasulan Keluarga KAJ, setiap Dekenat sudah mengadakan KPP.97 Komisi Kerasulan Keluarga KAJ mengadakan KPP dengan tujuan sebagai berikut: memberi kepada muda-mudi bekal dalam hidup keluarga katolik, menambah wawasan dan pengetahuan mereka mengenai perkawinan dan hidup berkeluarga dari sudut pandang teologi, psikologi, moral, seksualitas, kesehatan, ekonomi, gender, dll., dan memberikan pegangan kepada mereka untuk
92
PKK KAJ, Apa itu, PKK KAJ?, Kontak KAJ No. 5 Tahun XV/Mei 1985, 9. PKK KAJ, Pastoral Keluarga Muda, Kontak KAJ No. 9 Tahun XVI/September 1986, Jakarta: Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta, 24. 95 Notulen rapat Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta per tanggal 01 Juli 1997. 96 Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta, Modul Kursus Persiapan Perkawinan, (Jakarta: Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta, 2008), iv. 97 Karena ketebatasan waktu dan kesulitan untuk membuat janji bertemu dengan P. Alexander Erwin Santoso, MSF, maka penulis mengadakan wawancara melalui telepon. Wawancara diadakan pada hari Rabu, 27 Juni 2012 pk. 08:30. 94
39
mengambil tindakan dan mengatur hidupnya sendiri menurut azas moral kristiani. 98
b.
KPP Dekenat JakSel KPP Dekenat JakSel bermula dari penugasan Pastor J.B. Martosudjito, SJ,
selaku Pastor Kepala Paroki Blok Q kepada Pastor P. Gunawan Tjahja, Pr. untuk menangani pembinaan para calon pasutri. Pastor Gunawan lalu memberikan kursus secara pribadi kepada para calon pasutri sebelum melakukan penyelidikan kanonik. Pastor Gunawan kemudian meminta bantuan pasutri F. X Bandono – Monica Anindiati (selanjutnya Bandono-Anin) untuk membantunya memberikan kursus kepada para calon pasutri. Pada waktu itu, kursus diadakan di pastoran. Pasutri Bandono-Anin memberikan materi-materi yang menjadi cikal bakal materi-materi KPP Dekenat JakSel sekarang. Bahan-bahannya diambil dari bahan-bahan yang diberikan oleh KAJ. Peserta yang diberi kursus waktu itu belum banyak, hanya dua pasang. Metode yang dipakai lebih banyak menggunakan metode sharing.99 Dalam perkembangan kemudian, Pastor Martosudjito dengan bantuan Ketua SKK Blok Q, pasutri Antonius Simandjuntak, SH- Dra. Ericca Nainggolan, SH., membentuk KPP Dekenat JakSel menggunakan materi-materi yang diberikan oleh Keuskupan.100 Materi-materi tersebut kemudian dipergunakan sampai sekarang di KPP Dekenat JakSel. Materi-materi yang
98
Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta, “Penjelasan KPP”, diakses tanggal 3 Juli 2012, http://www.kaj.or.id. 99 Wawancara dengan Ibu Anin Bandono pada hari Selasa, 26 Juni 2012 pk. 09:00. 100 Wawancara penulis dengan Sr. Engelina Diah Wulandari, PK (biasa dipanggil Sr. Ina) lewat telepon dikarenakan saat ini Sr. Ina sedang bertugas di Kediri. Sr. Ina adalah mantan sekretariat pertama Paroki Blok Q, pada hari Kamis, 12 Juli 2012 pk. 20:04.
40
diberikan diambil dari materi-materi yang ditetapkan oleh KAJ, yaitu: teologi moral perkawinan katolik, hukum perkawinan katolik, ekonomi rumah tangga, panggilan dan tanggungjawab suami-istri dalam pendidikan anak/panggilan menjadi orangtua, komunikasi suami-istri, seksualitas dan keluarga berencana, liturgi perkawinan, dan spritualitas perkawinan. Tujuan dari KPP ini adalah membantu para calon pasutri membangun keluarga katolik yang bahagia dan sejahtera.101 Para peserta KPP Dekenat JakSel beraneka ragam. Pendataan statistik semester I tahun 2012 menunjukkan bahwa peserta KPP Dekenat JakSel berasal dari paroki-paroki di Dekenat JakSel (39%), paroki luar Dekenat JakSel (42%), dan dari paroki luar Jakarta/Indonesia (19%).102 Hal ini disebabkan beberapa paroki di Dekenat JakSel (Blok B, Blok Q dan Cilandak), berada di lokasi yang strategis, mudah dicapai terutama dari tempat kerja para peserta. Setiap bulan, rata-rata peserta KPP yang terdaftar melebihi 30 pasang. Untuk paroki Blok B, Blok Q, dan Cilandak biasanya peserta mencapai lebih dari 50 pasang. 103 Peserta KPP di Dekenat JakSel berasal dari golongan usia yang berbeda. Statistik KPP Dekenat JakSel membuat pemetaan usia yakni, usia <=20, usia 2125, usia 26-30, dan usia >30. Statistik KPP Dekenat JakSel Semester I Tahun 2012 menunjukkan bahwa mayoritas usia peserta yang mengikuti KPP adalah di
101
Penulis mengambil sumber tujuan KPP dari Formulir Pendaftaran KPP Dekenat JakSel yang dicetak oleh pengurus KPP Dekenat JakSel. 102 Kursus Persiapan Perkawinan Dekenat Jakarta Selatan, Statistik KPP 2012 Terbaru, Jakarta, dibuat pada tgl. 19 Juni 2012. 103 Kursus Persiapan Perkawinan Dekenat Jakarta Selatan, Statistik KPP 2012 Terbaru, Jakarta, dibuat pada tgl. 19 Juni 2012.
41
range usia >30. 104 Selain itu, terdapat juga keanekaragaman peserta dalam hal latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Keanekaragaman merupakan salah satu tantangan dalam penyelenggaraan KPP Dekenat JakSel.
c.
Keprihatinan: KPP Hanya Sebagai Syarat Selain keanekaragaman peserta, penulis juga mendapatkan informasi bahwa
ada keprihatinan-keprihatinan di dalam pelaksanaan KPP Dekenat Jaksel. Tetapi, dalam tulisan ini penulis berusaha untuk fokus hanya kepada satu hal yaitu: keprihatinan terhadap materi KPP. Hasil wawancara penulis dengan tiga orang peserta KPP menunjukkan bahwa pada awalnya mereka mengikuti KPP hanya sebagai syarat administratif dari persiapan perkawinan katolik. 105
Seorang
pengajar KPP juga menyadari keadaan ini dan mengatakan, Peserta KPP mengikuti KPP hanya sebagai syarat. Hal itu terlihat dari suasana dan respon para peserta dalam menanggapi materi-materi di KPP. Mereka kurang antusias dalam menjawab pertanyaan dari Fasilitator KPP. Komunikasi yang terjadi hanya satu arah.106
Menurut penulis, motivasi awal peserta ‗hanya untuk mendapatkan sertifikat‘ dapat berubah kalau peserta dapat merasakan bahwa materi-materi KPP menarik dan bermanfaat. Berdasarkan pendapat ini, penulis hendak menawarkan program katekese yang baru, dengan tema ‖Cinta yang Memberi Hidup.‖
104
Kursus Persiapan Perkawinan Dekenat Jakarta Selatan, Statistik KPP 2012 Terbaru, Jakarta, dibuat pada tgl. 19 Juni 2012. 105 Wawancara penulis dengan Sdri. Rosa Lujeng Duiri, mantan peserta KPP lewat telepon, pada hari Senin, 02 Juli 2012 pk. 15:30. Sdri. Rosa menikah pada tahun 2010. Wawancara penulis dengan salah satu mantan peserta KPP tahun 2008, tapi ia minta untuk tidak disebutkan namanya lewat telepon, pada hari Senin, 02 Juli 2012 pk. 16:07. Penulis memanggilnya dengan nama samaran Nina. Wawancara penulis dengan Sdri. Martha Ully Safitri, peserta KPP lewat telepon, pada hari Selasa, 03 Juli 2012 pk. 10:30. Sdri. Ully menikah pada tahun 2002. 106 Wawancara penulis dengan Bpk. Alfonsus Koeswardiyono, Fasilitator materi ekonomi rumah tangga untuk KPP paroki Blok Q pada hari Minggu, 01 Juli 2012 pk. 20:00.
42
2.
TUJUAN PROGRAM KATEKESE Tujuan program katekese yang penulis tawarkan ini adalah para peserta
KPP memahami dan menyadari arti dan unsur-unsur cinta yang memberi hidup, dan menerapkan cinta yang menghidupkan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di dalam perkawinan yang akan mereka bangun. Dengan program katekese ini, penulis tidak mengubah materi-materi KPP yang sudah ada, karena penulis menyadari bahwa materi-materi KPP yang sudah ada juga penting dan merupakan tantangan-tantangan perkawinan. Program katekese ―Cinta yang Memberi Hidup‖ melengkapi materi-materi tersebut dengan muatan spiritualitas yang lebih mendalam.
3.
PROGRAM KATEKESE
a.
Pemikiran Dasar Program Katekese Beata Teresa pernah mengatakan, ―Penyakit terbesar di dunia Barat pada
zaman ini bukanlah TBC atau lepra, melainkan tidak dibutuhkan oleh orang lain, tidak dicintai, dan tidak dipedulikan.‖ 107 Perkataan Beata Teresa tersebut adalah benar. Cinta dapat membuat manusia merasa bahagia. Hal ini menunjukkan bahwa, cinta merupakan kebutuhan dasar manusia. Tetapi, apakah semua cinta dapat membuat manusia merasa bahagia? Hanya cinta yang memberi hidup yang dapat membuat manusia bahagia. Cinta yang memberi hidup adalah cinta yang menghargai kehidupan dan menempatkan kehidupan sebagai prioritas nomor satu dalam segala tindakan manusia. Manusia
107
Vardey, Ibu Teresa: A Simple Path, 49.
43
dapat memberikan cinta yang memberi hidup kepada orang lain kalau ia menyadari unsur-unsur dari cinta yang memberi hidup, yaitu: penerimaan diri dan cinta terhadap diri sendiri, pengorbanan, kesetiaan dan ketaatan, kejujuran dan kepercayaan, pelayanan, dan pengampunan. Untuk itu manusia dapat belajar dari sumber dan teladan utama dari cinta yang memberi hidup. Sumber cinta yang memberi hidup adalah Allah sendiri, dan Yesuslah teladan utama manusia dalam menerapkan cinta Allah yang memberi hidup. Cinta seperti ini hendaknya ada di semua lapisan kehidupan, terutama di dalam sebuah perkawinan. Hal itu tampak dalam hubungan pasutri dengan Tuhan, antara pasutri itu sendiri, dan anak yang menjadi buah perkawinan mereka. Tetapi, sayangnya, perkembangan zaman menimbulkan berbagai tantangan terhadap cinta yang memberi hidup dalam sebuah perkawinan. Tantangan-tantangan tersebut meliputi segala aspek dalam kehidupan perkawinan seperti dalam hal ekonomi rumah tangga, pendidikan anak, komunikasi suami istri, dan hubungan intim di antara pasutri. Pemakaian alat kontrasepsi yang berarti juga aborsi dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah contoh-contoh tantangan yang serius. Praktek pemakaian alat kontrasepsi, aborsi, dan KDRT membuat usaha mewujudkan cinta yang memberi hidup menjadi tidak mudah tetapi bukan mustahil. Usaha untuk terus memberikan cinta yang memberi hidup haruslah terus diupayakan. Cinta yang memberi hidup bukanlah ajaran yang baru. Penginjil Matius (22:39) menuliskan ajaran Yesus: manusia hendaknya mencintai sesamanya seperti ia mencintai dirinya sendiri. St. Paulus sendiri dalam suratnya yang 44
pertama kepada umat di Korintus (13:3) menyatakan bahwa kalau manusia tidak memiliki cinta, tidak ada gunanya. Di dalam Alkitab juga ada banyak cerita tentang tokoh-tokoh yang menjadi teladan cinta yang memberi kehidupan, seperti kisah anak perempuan Yefta yang mengorbankan dirinya untuk dapat memenuhi nazar ayahnya (Hak. 11:29-40), kisah pengorbanan Tobia untuk menikahi Sara yang akhirnya menyembuhkan Sara (Tob. 3:8a; 8:1-21), dan kisah perempuan Siro-Fenisia (Mrk. 7:24-30). Pengertian tentang arti, unsur, dan tantangan cinta yang hidup hendaknya diajarkan sehingga semua orang terutama para calon pasutri dan pasutri dapat memahami arti dari cinta yang memberi hidup. Pemahaman akan arti cinta yang memberi hidup membuat peserta katekese menyadari unsur-unsur cinta yang memberi hidup. Unsur-unsur cinta yang memberi hidup itu hendaknya membantu peserta dalam berhubungan dengan Tuhan, pasangan, dan anak mereka dalam perkawinan. Selanjutnya, mereka diajak menyadari bahwa ada banyak tantangan dalam menjalankan cinta yang memberi hidup di dalam perkawinan. Untuk dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka penulis menawarkan program katekese yang memiliki delapan tema, yakni: 1. Cinta adalah Kebutuhan Dasar Manusia, 2. Cinta yang Memberi Hidup, 3. Unsur-Unsur Cinta yang Memberi Hidup, 4. Sumber dan Teladan Utama Cinta yang Memberi Hidup, 5. Cinta yang Memberi Hidup dalam Hubungan antara Pasutri dengan Tuhan, 45
6. Cinta yang Memberi Hidup dalam Hubungan antara Pasutri, 7. Cinta yang Memberi Hidup dalam Hubungan antara Pasutri dengan Anak, 8. Tantangan Cinta yang Memberi hidup dalam Perkawinan.
b.
Peserta Katekese Peserta katekese adalah para pasangan yang akan menikah dalam waktu satu
– enam bulan ke depan. Rentang usia mereka ialah antara 20 tahun hingga 40 tahun. Mereka berasal dari berbagai paroki di Dekenat JakSel dan luar Dekenat Jaksel. Penulis memperkirakan jumlah mereka adalah 60 pasang.
c.
Organisasi Katekese Pastoral katekese ini akan diadakan dalam bentuk rekoleksi selama dua hari,
yaitu Sabtu-Minggu, bertempat di Wisma Puspanita di Ciawi. Rekoleksi KPP akan diadakan mulai hari Sabtu, pk. 09:00, dan berakhir pada hari Minggu, pk. 20:00. Panitia penyelenggara adalah SKK paroki-paroki Dekenat JakSel. Para Fasilitator adalah pasutri yang sudah mengikuti kursus dari Komisi Kerasulan Keluarga KAJ, pasutri yang telah mengikuti Marriage Encounter (ME) dan katekis.
46
Program Pastoral Katekese “Mewujudkan Cinta yang Memberi Hidup dalam Perkawinan Kristiani” Sesi Ke 1.
Tema
Tujuan
Pokok- Pokok Iman
Cinta adalah Kebutuha n Dasar Manusia
1. Peserta menyadari bahwa cinta adalah kebutuhan dasar manusia. 2. Peserta memahami arti cinta menurut St. Paulus dalam 1 Kor. 13:1-3. 3. Peserta menyatakan kebutuhannya akan cinta kepada pasangannya.
1. Manusia membutuhkan cinta di dalam hidupnya. 2. St. Paulus pernah mengatakan bahwa sekalipun manusia memiliki segalanya, tapi tidak memiliki cinta, tidak ada gunanya sama sekali. 3. Cinta yang paling dibutuhkan oleh manusia adalah cinta dari pasangannya.
Metode Diskusi Kelompok Ceramah Sharing
Sumber Bahan
Sarana Katekese
Canfield, Jack dan Mark Victor, Chicken Soup for the Soul Graphic Novel: Hadiah terindah dan kisah-kisah nyata menyentuh lainnya, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010 1 Kor. 13:1-3
Cerita bergambar yang berjudul ―Tindakan Kebaikan untuk Hati yang Luka‖ Alkitab Slide powerpoint tentang penjelasan Kertas untuk diskusi dan sharing Lagu ―Arti Kehidupan‖ – Doel Sumbang Lagu ―Karena Cinta‖ – Joy Tobing
47
Sesi Ke 2.
3.
Tema
Tujuan
Pokok- Pokok Iman
Cinta yang Memberi Hidup
1. Peserta memahami arti cinta yang memberi hidup. 2. Peserta memahami teladan ajaran cinta dari Yesus sesuai Luk. 10:25-37. 3. Peserta merefleksikan cinta yang memberi hidup dalam hidup mereka. 1. Peserta menyadari unsurunsur cinta yang memberi hidup yang tampak dalam kehidupan sehari-hari. 2. Peserta memahami unsur-unsur cinta yang memberi hidup berdasarkan salah
1. Cinta yang bermakna menurut pengalaman manusia (Mae Toi) adalah cinta yang memberi hidup. 2. Yesus dalam Injil Lukas mengatakan bahwa manusia hendaknya mencintai sesamanya seperti ia mencintai dirinya sendiri. 3. Cinta yang memberi hidup menurut peserta berdasarkan refleksi Injil Matius.
Menonton film Diskusi Kelompok Ceramah
1. Manusia diharapkan menyadari unsur-unsur cinta yang memberi hidup, sehingga ia dapat mewujudkan cinta yang menghidupkan dalam hidupnya. 2. Di dalam Alkitab terdapat banyak cerita yang menceritakan tentang unsurunsur cinta yang memberi hidup.
Menonton film Diskusi Ceramah
Unsurunsur Cinta yang Memberi Hidup
Metode
Sumber Bahan www.youtube.co m/watch?v=Unn J1sPCVEg Luk. 10:25-37
Sarana Katekese Film ―Mae Toi (Official English Subtitle) TVC Thai Life Insurance.flv‖ Kertas untuk diskusi dan membuat surat untuk pasangan Alkitab Buku ―Life-Giving Love‖ hlm. 132-139 Teks Doa Kasih (1).
http://www.yout ube.com/watch? v=DeTMVq6k QZI Hak. 11:29-40
Film “No arms.., No legs.., No worries! – Nick Vujicic (HK)” Kertas untuk diskusi Alkitab Kertas berbentuk love untuk menuliskan niat-niat
48
satu kisah dalam Alkitab. 3.
Unsurunsur Cinta yang Memberi Hidup
4.
Sumber dan Teladan Utama Cinta yang Memberi Hidup
3. Peserta memiliki keinginan untuk mewujudkan unsur-unsur cinta yang memberi hidup dalam hidup mereka. 1. Peserta menunjukkan orang-orang di sekitar mereka yang menjadi teladan cinta yang memberi hidup. 2. Peserta menyadari sumber dan teladan utama cinta yang memberi hidup berdasarkan 1Yoh. 4:7-16. 3. Peserta meneladan sang teladan cinta yang memberi hidup.
3. Unsur-unsur cinta yang memberi hidup akan menjadi nyata saat diwujudkan dalam perbuatan.
Cinta yang memberi hidup akan tampak dalam perbuatan nyata sehari-hari dan setiap orang dapat menjadi teladan cinta yang memberi hidup. Allah adalah sumber dari cinta yang memberi hidup dan Yesus adalah teladan utama untuk sosok yang mewujudkan cinta yang memberi hidup kepada sesamanya. Manusia dapat menunjukkan cinta yang memberi hidup saat ia mau bersandar dan meneladan sang teladan cinta yang memberi hidup.
Refleksi Pribadi Diskusi Kelompok Ceramah
Pengalaman pribadi tiap peserta 1Yoh. 4:7-16 Hahn, Kimberly, LifeGiving Love jilid 1,Malang:Diom a, 2007, 39-40 CD Instrumental Romantic Music
Kertas untuk refleksi pribadi dan diskusi kelompok Slide power point yang menunjukkan gambar orang-orang yang menjadi teladan cinta di masa kini Video Klip ―Instrumetal Romantic Music‖ untuk mengiringi saat peserta menulis refleksi pribadi. Teks dari 1 Yoh. 4:7-16. Slide powerpoint yang berisikan penjelasan 49
5.
Cinta yang Memberi Hidup Dalam Hubunga n antara Pasutri dengan Tuhan
6.
Cinta yang Memberi Hidup dalam
1. Peserta menyadari doa sebagai sarana hubungan antara pasutri dengan Tuhan. 2. Peserta menyadari hubungan baik dengan Tuhan mengakibatkan mukjizat dalam perkawinan mereka berdasarkan kisah Tobia dan Sara. 3. Peserta menyadari bahwa doa dan kurban dalam perayaan ekaristi membawa berkat dalam perkawinan mereka. 1. Peserta menyadari pentingnya kehadiran satu sama lain. 2. Peserta
Lewat berdoa bersama, pasutri dapat saling merasakan cinta dan kebahagiaan satu sama lain termasuk anak-anak mereka. Buah dari doa bersama adalah mukjizat dan mukjizat itu terjadi setiap saat. Perayaan Ekaristi adalah sarana penyaluran berkat Tuhan kepada pasutri.
Menonton film Diskusi berdua Diskusi kelompok Refleksi pribadi Ceramah
http://www.yout ube.com/watch? v=QjmrUHvn6 AA Tob. 3:8a; 8:121 Hahn, Kimberly, LifeGiving Love jilid 1,Malang:Diom a, 2007, 39-40, 119-159 http://www.yout ube.com/watch? v=E8rpQNEJ6 Y8
Film “Mereka Masih Bisa Bersyukur Walaupun Makan Sisa-Sisa” Teks kisah TobiaSara dari Tob. 3:8a; 8:1-21 Slide powerpoint yang berisikan penjelasan Video Klip Lagu ―Doa Mengubah Segala Sesuatu‖
Cinta dan kehadiran pasangan sangat berarti dalam menjalani kehidupan. Keheningan dapat membuat proses komunikasi berjalan dengan lancar.
Mendengark an lagu Sharing Kuis Bahasa Kasih.
Pesan dari lagu ―Ada Dunia Baru‖ Paus Benediktus XVI,
Teks lagu ―Ada Dunia Baru‖ Lagu ―Ada Dunia Baru‖ dalam bentuk format MP3 50
Hubunga n antara Pasutri
3.
7.
Cinta yang Memberi Hidup Dalam Hubunga n antara Pasutri dengan Anak
1.
2.
3.
menyadari pentingnya keheningan dalam sebuah komunikasi sesuai dengan pesan Bapa Paus Benediktus XVI. Peserta mengetahui dan memahami bahasa kasihnya sendiri dan pasangannya Peserta menyadari betapa berartinya peranan orangtua bagi anaknya. Peserta menyadari bahwa kasih sayang yang tulus dari orangtua mengakibatkan mukjizat seperti pada kisah perempuan SiroFenisia (Mrk. 7:24-30). Peserta
Pengetahuan akan bahasa kasih pasangannya dapat membuat pasutri merasa bahwa diri mereka dimengerti dan dicintai oleh pasangannya.
Ceramah.
Keheningan dan Kata:Jalan Evangelisasi, Majalah Hidup, 20 Mei 2012, 14 http://www.5lov elanguages.com /assessments/pe rsonalprofiles/?profile type=singles
Teks Pesan Bapa Paus Benediktus pada hari Minggu Komunikasi Sedunia Lembar Kuis untuk mengetahui bahasa cinta masing-masing orang Kertas untuk menulis niat Slide powerpoint yang berisikan penjelasan
Orangtua yang baik adalah orangtua yang rela berkorban agar anaknya dapat bertumbuh dengan baik dan penuh dengan kasih sayang. Pengorbanan orangtua dapat membawa mukjizat untuk kehidupan anaknya. Seorang anak meniru semua tingkah laku orangtuanya.
Menonton film Diskusi Kelompok Sharing Ceramah
http://www.yout ube.com/watch? v=YiuLAOauIF Q Hahn, Kimberly, LifeGiving Love jilid 1,Malang:Diom a, 2007, 39-40, 67-86. Mrk. 7:24-30
Film “The Real Iron Man” Teks bacaan dari Mrk. 7:24-30 Kertas untuk diskusi Kertas untuk membuat surat cinta kepada calon anak Slide powerpoint yang berisikan penjelasan
51
menyadari bahwa orangtua harus memberikan teladan yang baik kepada anak.
52
Sesi Ke 8.
Tema
Tujuan
Pokok- Pokok Iman
Tantanga n Cinta yang Memberi Hidup dalam Perkawin an
1. Peserta menyebutkan macam-macam tantangan cinta yang memberi hidup dalam perkawinan. 2. Peserta menyebutkan akibat dari perbuatan aborsi yang dilakukan oleh Onan dalam Kitab Kej. 38:810. 3. Peserta menemukan caracara menghindari tantangan cinta yang memberi hidup dalam perkawinan.
Ada banyak tantangan cinta yang memberi hidup dalam perkawinan di zaman sekarang. Perbuatan aborsi hanya mengakibatkan berkembangnya budaya kematian. Kesadaran akan pentingnya budaya kehidupan dapat membuat pasutri menghindari tantangan cinta yang memberi hidup dalam perkawinan.
Metode Diskusi Kelompok Sharing Membaca Alkitab Ceramah
Sumber Bahan
Sarana Katekese
Pelzer, Dave, Child Called It, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, 313 Kej. 38:8-10 Hahn, Kimberly, Life-Giving Love jilid 1,Malang:Dioma, 2007, 39-40, 89118
Teks kisah Dave mengalami kekerasan dari ibunya Teks Kisah Onan di Kej. 38:8-10 Kertas untuk diskusi Kertas untuk menulis niat. Slide powerpoint yang berisikan penjelasan
53
Tabel Acara Rekoleksi Kursus Persiapan Perkawinan Waktu 09:00-10:00 10:00-10:30 10:30-11:00 11:00-12:00 12:00-13:00 13:00-14:30 14:30-17:30 17:30-18:00 18:00-19:00 19:00-20:30 20:30-22:00 22:00-22:30 22:30-05:00 05:00-06:00 06:00-07:00 07:00-08:00 08:00-09.30 09:30-10:00 10:00-11:30
11:30-13:00 13:00-14:00 14:00-15:30
15:30-16:30 16:30-18:00 18:00-19:00 19:00-20:00 20:00
Acara
Keterangan Sabtu Registrasi dan pembagian kamar Mamiri (Makan Minum Ringan) Perkenalan dan pembagian kelompok Misa pembukaan rekoleksi Mabes (Makan Besar) Sesi 1: Cinta adalah Kebutuhan Lihat Tabel 1: Tema 1 Dasar Manusia Mamiri, istirahat, dan mandi Ibadat sore: Ibadat Taize Mabes Sesi 2: Cinta yang Memberi Hidup Lihat Tabel 1: Tema 2 Sesi 3: Unsur-Unsur Cinta yang Memberi Hidup Ibadat malam Tidur malam Minggu Bangun, mandi dan olahraga Ibadat pagi: Ibadat di alam Mabes Sesi 4: Sumber dan Teladan Utama Cinta yang Memberi Hidup Mamiri Sesi 5: Cinta yang Memberi Hidup dalam Hubungan antara Pasutri dengan Tuhan Sesi 6: Cinta yang Memberi Hidup dalam Hubungan antara Pasutri Mabes Sesi 7: Cinta yang Memberi Hidup dalam Hubungan antara Pasutri dengan Anak Mamiri dan beres-beres Sesi 8: Tantangan Cinta yang Memberi Hidup dalam Perkawinan Misa Penutupan Mabes Sayonara, pulang ke rumah masingmasing
Lihat Tabel 1: Tema 3.
Lihat Tabel 1: Tema 4.
Lihat Tabel 1: Tema 5.
Lihat Tabel 1: Tema 6.
Lihat Tabel 1: Tema 7.
54
4.
CONTOH KATEKESE: Sesi Ke 2: Cinta Yang Memberi Hidup
a.
Gagasan Pokok Manusia dapat membuat orang lain bahagia dengan memberikan cinta.
Cinta akan membawa kehidupan bagi orang di sekitarnya. Cinta tersebut adalah cinta yang memberi hidup. Seorang Ibu di Thailand yang bernama Toi (biasa dipanggil ―Mae Toi‖) ditinggalkan oleh suaminya dan divonis menderita kanker. Mae Toi diperkirakan hanya mampu bertahan hidup dua tahun. Ini tidak membuatnya terpuruk. Ia malahan bersemangat untuk berbuat sesuatu di sisa waktu hidupnya. Ia mengambil dan memelihara anak-anak terlantar. Ia berusaha memberikan kebahagiaan kepada mereka. Pembawaannya yang riang dan selalu optimis membuat orang lain bahagia, termasuk saat ia dirawat di rumah sakit. Yesus mengajarkan bahwa manusia juga seharusnya saling mencintai satu sama lain dengan mendasarkan cintanya seperti cinta terhadap dirinya sendiri lewat perumpamaan orang Samaria yang murah hati (Luk. 10:25-37). Perintah ini sebenarnya adalah pengulangan dari perintah yang ada di dalam Kitab Imamat (19:18). Kitab Imamat merupakan satu dari lima Kitab Taurat Musa, dan Taurat Musa adalah yang menjadi pedoman bagi orang Yahudi. Yesus menegaskan perintah ini untuk mengingatkan bahwa ini adalah perintah yang utama. Yesus menyadari bahwa tidak ada manusia yang tidak mencintai dirinya sendiri dan oleh karena itu Yesus ingin manusia juga mengasihi sesama manusianya sama seperti ia memperlakukan dirinya sendiri. Kalau manusia tidak ingin orang lain berbuat jahat kepadanya, hendaknya ia juga berlaku yang sama kepada orang lain (bdk.
55
Luk. 10:27b). Kesadaran itu akan membuat orang mewujudkan cinta yang memberi hidup kepada sesamanya di dalam hidupnya. Proses katekese ini bertujuan agar peserta KPP memahami arti cinta yang memberi hidup, memahami teladan ajaran cinta Yesus dalam cerita perumpamaan orang Samaria yang murah hati (Luk. 10: 25-37), dan merefleksikan cinta yang menghidupkan dalam hidup mereka.
b.
Tujuan : 1. Peserta memahami arti cinta yang memberi hidup. 2. Peserta memahami teladan ajaran cinta Yesus sesuai Luk. 10:25-37. 3. Peserta merefleksikan cinta yang memberi hidup dalam hidup mereka.
c.
Sumber : 1. www.youtube.com/watch?v=UnnJ1sPCVEg 2. Luk. 10:25-37 3. PS. No. 23: Doa Kasih (1)
d.
Metode : Menonton film, diskusi kelompok, dan ceramah
e.
Sarana : 1.Film ―Mae Toi (Official English Subtitle) TVC Thai Life Insurance.flv” 2. Kertas untuk diskusi dan permainan membuat surat untuk pasangan. 3. Alkitab 56
4. Teks Doa Kasih (1) 5. Buku ―Life-Giving Love‖ hlm. 132-139.
f. Pokok Pikiran : 1. Cinta yang bermakna menurut pengalaman manusia (Mae Toi) adalah cinta yang memberi hidup. 2. Yesus mengajarkan bahwa manusia juga seharusnya saling mencintai
satu sama lain dengan mendasarkan
cintanya seperti cinta terhadap dirinya sendiri lewat perumpamaan orang Samaria yang murah hati (Luk. 10:25-37). 3. Cinta yang memberi hidup menurut peserta berdasarkan refleksi Injil Lukas.
g.
Proses:
Pembukaan (10 menit): -
Doa pembuka dipimpin oleh seorang peserta KPP.
-
Pembagian kelompok oleh panitia. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok berisi maksimal 5 pasangan (10 orang). Pembagian diatur berdasarkan nomor presensi. Pembagian kelompok untuk diskusi kelompok yang akan diadakan pada langkah pertama.
57
Langkah Pertama: Menemukan arti cinta yang memberi hidup berdasarkan pengalaman manusia (40 menit) 1.
Fasilitator menayangkan film “Mae Toi (Official English Subtitle) TVC Thai Life Insurance.flv.”
2.
Peserta diajak secara berkelompok untuk menemukan makna dari film yang sudah ditonton dengan pertanyaan panduan sebagai berikut:
Menurut Anda, mengapa Mae Toi mau merawat anak-anak yang terlantar itu?
Apa yang dialami oleh orang-orang di sekitar Mae Toi?
Apa yang akan Anda lakukan kalau Anda menjadi Mae Toi yang divonis menderita kanker? Berikan alasan Anda!
Menurut Anda, apakah ada orang di sekitar Anda seperti Mae Toi? Tolong ceritakan!
3.
Fasilitator mengadakan pleno dan merangkum jawaban dari peserta dengan memperhatikan hal-hal pokok ini:
Setiap manusia membutuhkan cinta. Perbuatan yang dilakukan oleh Mae Toi adalah perbuatan yang didasarkan oleh cinta.
Perbuatan yang didasarkan oleh cinta dapat menimbulkan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya.
Cinta yang mendasari perbuatan yang dapat membawa kebahagiaan untuk orang lain adalah cinta yang memberi hidup.
Kalau dicermati dan direfleksikan dengan baik ada banyak orang yang berbuat seperti Mae Toi.
58
Langkah Kedua: Belajar dari Sabda Yesus (20 menit) 1.
Peserta diajak untuk membaca perumpamaan orang Samaria yang murah hati dari Injil Lukas 10:25-37 secara bergantian. Ayat-ayat ganjil dibacakan oleh peserta pria dan ayat-ayat genap dibacakan oleh peserta wanita.
2.
Menemukan makna dari bacaan Lukas 10:25-37 dengan pertanyaan panduan sebagai berikut:
Apakah yang dimaksud oleh Yesus ketika ia membenarkan jawaban ahli Taurat yang bertanya kepadanya (lihat Luk. 10:28)?
Mengapa orang Samaria mau memberi pertolongan kepada orang yang dirampok dalam kisah tersebut?
Apakah cinta yang diberikan oleh Mae Toi sesuai dengan teladan perumpamaan yang dikisahkan oleh Yesus?
3.
Fasilitator mengadakan pleno dan merangkum jawaban dari peserta dengan memperhatikan hal-hal pokok ini:
Yesus ingin mempertegas hukum kasih yang sudah diajarkan di dalam kitab Imamat.
Orang Samaria memiliki cinta di dalam hatinya sehingga ia mudah merasa iba dan tergerak untuk menolong orang yang sedang menderita.
Cinta yang diberikan oleh Mae Toi adalah cinta yang memberi hidup dan hal itu sesuai dengan teladan yang diberikan oleh Yesus.
59
Langkah Ketiga: Merefleksikan Cinta yang Memberi Hidup (15 menit) 1.
Peserta diajak untuk berefleksi dan membuat surat cinta kepada calon suami/istrinya dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:
Apakah selama ini aku pernah memberikan cinta yang memberi hidup kepada calon suami/istriku?
Apakah selama ini aku pernah merasakan cinta yang memberi hidup kepada calon suami/istriku?
2. Setelah selesai menulis surat, Peserta diminta untuk memberikan suratnya kepada pasangannya. Kemudian, peserta diberi kesempatan untuk membaca surat dari pasangannya masing-masing.
Penutup (5 menit) Peserta diajak mendoakan Doa Kasih (1) dari PS. No. 23. Peserta saling bergenggaman tangan dengan pasangan selama mendoakan doa ini. Doa Kasih (1) Allah, sumber segala kasih, Engkau mengutus Putra-Mu, Yesus Kristus, agar kasih-Mu menjadi nyata dalam hidupku, dan semakin dikenal oleh banyak orang. Santo Yohanes telah mengajarku, ―Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.‖ Semoga karena karunia kasih-Mu itu, aku mampu mengasihi Engkau lebih dari segala sesuatu, dengan segenap hati, segenap jiwa, dengan segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatan.
60
Karena mengasihi Engkau, semoga aku pun mengasihi orang lain sebagaimana aku mengasihi diriku sendiri. Ya Allah, kobarkanlah selalu kasihku. (Amin.)
61
DAFTAR PUSTAKA
ARSIP: Notulen rapat Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta per tanggal 1 Juli 1997. Kursus Persiapan Perkawinan Dekenat Jakarta Selatan. Terbaru. Jakarta, dibuat pada tgl. 19 Juni 2012.
Statistik KPP 2012
BUKU: Agustina, Yurika. “Deal or No Deal” dalam You Deserve The Truth, Editor: Deshi Ramadhani, SJ. Jakarta: Penerbit FLAMMA, 2011. Alkitab (Deuterokanonika), terj., Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010. Alwi, Hasan, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Cahyadi, T. Krispurwana. Jalan Pelayanan Ibu Teresa. Jakarta: Penerbit OBOR, 2003. Canfield, Jack dan Mark Victor. Chicken Soup for the Soul Graphic Novel: Hadiah terindah dan kisah-kisah nyata menyentuh lainnya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010. Chang, William, OFM Cap. Bioetika Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009. Chapman, Gary. Esensi dari Lima Bahasa Kasih. Jakarta: Light Publishing, 2009. Eminyan, Maurice, SJ. Teologi Keluarga. Yogyakarta: Kanisius, 2001. Gereja Katolik. Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici) Ed. Resmi Bahasa Indonesia, terj. Tim Revisi Terjemahan KHK koord. R. Rubiyatmoko. Jakarta: Konferensi Waligereja Indonesia, 2009. Groenen, Dr. C., OFM. Perkawinan Sakramental: Anthropologi dan Sejarah Teologi, Sistematik, Spiritualitas, Pastoral. Yogyakarta: Kanisius, 1993. Hahn, Kimberly. Life-Giving Love. Malang: Dioma, 2007.
62
Hahn, Scott & Kimberly. Rome Sweet Home: Our Journey to Catholism. Malang: Dioma, 2009 (Cetakan XIII). Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta. Modul Kursus Persiapan Perkawinan. Jakarta: Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta, 2008. Komisi Liturgi KWI. Puji Syukur. Jakarta: Penerbit OBOR, 1992. Konsili Vatikan II. Konstitusi Dokumen Konsili Vatikan II, terj. R. Hardawiryana, SJ. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2008 (Cetakan IX). Macdonald, Fiona. Helen Keller: Perempuan tuna netra dan bisu tuli yang mengabdikan hidupnya untuk memperjuangkan hak-hak penderita cacat. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1996. Nurmiadi. Louis Braille: Pencipta Tulisan Braille bagi para Tuna Netra. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2010. Pandor, Pius, CP. Ex Latina Claritas: Dari Bahasa Latin Muncul Kejernihan. Jakarta: Penerbit OBOR, 2010. Paulus VI, Bapa Suci. Surat Ensiklik Humanae Vitae (Hidup Insani): Mengenai Pengaturan Kelahiran. tanpa penerbit, 1968. Pelzer, Dave. Child Called It. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007 (Cetakan X). __________. The Lost Boy. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002 (Cetakan III). __________. A Man Named Dave. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003 (Cetakan III). Ramadhani, Deshi, SJ. Lihatlah Tubuhku: Membebaskan Seks Bersama Yohanes Paulus II. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009. Vardey, Lucinda. Ibu Teresa: A Simple Path, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997. Vujicic, Nick. Life Without Limits: Tanpa Lengan dan Tungkai Aku bisa menaklukkan dunia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012 (Cetakan VI). 63
Wignyasumarta. Ign., MSF, dkk. Panduan Rekoleksi Keluarga, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000. INTERNET: Film “Mae Toi (Official English Subtitle) TVC Thai Life Insurance.flv,” didownload tanggal 12 Januari 2012, http://www.youtube.com/watch?v=UnnJ1sPCVEg Film “Mereka Masih Bisa Bersyukur Walaupun Makan Sisa-Sisa”, didownload tanggal 22 Juli 2012, http://www.youtube.com/watch?v=QjmrUHvn6AA Film “No arms.., No legs.., No worries! – Nick Vujicic (HK)”, didownload tanggal 22 Juli 2012, http://www.youtube.com/watch?v=DeTMVq6kQZI Film “The Real Iron Man”, didownload tanggal 23 Juli 2012, http://www.youtube.com/watch?v=YiuLAOauIFQ Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta, “Penjelasan KPP”, diakses tanggal 3 Juli 2012, http://www.kaj.or.id Majalah Online Kesehatan Seks, Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi, diakses tanggal 5 September 2012, http://www.seksualitas.net/jenis-jenis-alatkontrasepsi.htm Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, 2004, pasal 5, diakses tanggal 8 Juli 2012, http://www.komnasperempuan.or.id St. Paul center for biblical Theology, “Kimberly Hahn”, diakses tanggal 8 Maret 2012, http://www.salvationhistory.com Teks
“Kuis 5 Bahasa Kasih”, diakses tanggal 23 http://www.5lovelanguages.com/assessments/personalprofiles/?profiletype=singles
Juli
2012,
Video Klip Lagu “Doa Mengubah Segala Sesuatu”, didownload tanggal 7 Agustus 2012, http://www.youtube.com/watch?v=E8rpQNEJ6Y8
64
MAJALAH:
MAWI, Perkawinan Campur, Kontak No. 12/Desember 1974, Jakarta: Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta, 1974. PKK KAJ, Apa itu, PKK KAJ?, Kontak KAJ No. 5 Tahun XV/Mei 1985, Jakarta:Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta, 1985. PKK KAJ, Pastoral Keluarga Muda, Kontak KAJ No. 9 Tahun XVI/September 1986, Jakarta: Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta, 1986. Benediktus XVI, Paus, Keheningan dan Kata:Jalan Evangelisasi, Majalah Hidup, Edisi No. 21 Tahun ke-66, 20 Mei 2012.
65
DAFTAR LAMPIRAN 1. Formulir pendaftaran KPP Dekenat JakSel
2. Statistik KPP Dekenat JakSel Semester I Tahun 2012
3. Teks Injil Luk.10:25-37
4. Verbatim wawancara dengan Bpk. Alfonsus Koeswardiyono
5. Verbatim wawancara dengan Ibu Martha Ully Safitri
6. Verbatim wawancara dengan Ibu Rosa Lujeng Duiri
7. Verbatim wawancara dengan Nina
66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Fomulir Pendaftaran KPP Dekenat JakSel
Lampiran 2
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN - DEKENAT JAKARTA SELATAN (Paroki Blok B, Blok Q, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet) Sekretariat: Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa Jl. Sirsak No. 14, RT. 0012/RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan Telepon: (021) 786-4570; Fax: (021) 786-3845
STATISTIK KPP DEKENAT JAKARTA SELATAN JANUARI - JUNI 2012 1. Statistik Peserta KPP Berdasarkan Jenis Kelamin JANUARI 59 60 119
PRIA WANITA Jumlah
FEBRUARI 47 45 92
MARET 51 53 104
APRIL 31 29 60
MEI 82 85 167
JUNI 45 43 88
JANUARI - JUNI 315 315 630
STATISTIK PESERTA KPP BERDASARKAN JENIS KELAMIN BULAN JANUARI -JUNI 2012 200
167
150
PRIA
119 104
92
100 59 60
47 45
88
82 85 60
51 53
Jumlah
45 43
31 29
50
WANITA
0 JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
Statistik KPP 2012 Terbaru
JUNI
Jakarta, 18 Juni 2012
Lampiran 2
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN - DEKENAT JAKARTA SELATAN (Paroki Blok B, Blok Q, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet) Sekretariat: Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa Jl. Sirsak No. 14, RT. 0012/RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan Telepon: (021) 786-4570; Fax: (021) 786-3845
STATISTIK KPP DEKENAT JAKARTA SELATAN JANUARI - JUNI 2012 2. Statistik Peserta KPP Berdasarkan Jenis Pendaftaran JANUARI 59 1
PASANGAN SINGLE
FEBRUARI 45 2
MARET 51 2
APRIL 29 2
MEI 81 5
JUNI 42 4
JANUARI - JUNI 307 16
STATISTIK PESERTA KPP BERDASARKAN JENIS PENDAFTARAN BULAN JANUARI -JUNI 2012
100
81
80
PASANGAN
59 60
51
45
29
40 20
SINGLE
42
1
2
2
JANUARI
FEBRUARI
MARET
5
2
4
0 APRIL
MEI
JUNI
Statistik KPP 2012 Terbaru
Jakarta, 18 Juni 2012
Lampiran 2
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN - DEKENAT JAKARTA SELATAN (Paroki Blok B, Blok Q, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet) Sekretariat: Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa Jl. Sirsak No. 14, RT. 0012/RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan Telepon: (021) 786-4570; Fax: (021) 786-3845
STATISTIK KPP DEKENAT JAKARTA SELATAN JANUARI - JUNI 2012 3. Statistik Peserta KPP Berdasarkan Agama Peserta JANUARI 94 1 15 5 4 0 0 119
KATOLIK KATEKUMEN KRISTEN ISLAM BUDHA HINDU SIMPATISAN KATOLIK JUMLAH
FEBRUARI 76 1 11 4 0 0 0 92
MARET 88 3 7 2 3 1 0 104
APRIL 47 1 9 3 0 0 0 60
STATISTIK PESERTA KPP BERDASARKAN AGAMA PESERTA BULAN JANUARI - JUNI 2012
100
94 76
88
JUNI 77 1 7 0 3 0 0 88
JANUARI - JUNI 515 12 67 17 17 2 0 630
JANUARI
133
150
MEI 133 5 18 3 7 1 0 167
FEBRUARI MARET
77
APRIL
47
50
MEI
1 1 3 1 5 1
18 15 11 7 9 7
5 4 2 3 3 0
4 0 3 0 7 3
0 0 1 0 1 0
0 0 0 0 0 0
KATEKUMEN
KRISTEN
ISLAM
BUDHA
HINDU
SIMPATISAN KATOLIK
JUNI
0 KATOLIK
Statistik KPP 2012 Terbaru
Jakarta, 18 Juni 2012
Lampiran 2
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN - DEKENAT JAKARTA SELATAN (Paroki Blok B, Blok Q, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet) Sekretariat: Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa Jl. Sirsak No. 14, RT. 0012/RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan Telepon: (021) 786-4570; Fax: (021) 786-3845
STATISTIK KPP DEKENAT JAKARTA SELATAN JANUARI - JUNI 2012
STATISTIK REKAPITULASI JUMLAH PESERTA KPP BERDASARKAN AGAMA PESERTA JANUARI - JUNI 2012
KATEKUMEN 12 2%
KRISTEN 67 10%
ISLAM 17 3%
SIMPATISAN BUDHA KATOLIK HINDU 17 0 2 3% 0% 0%
KATOLIK KATEKUMEN KATOLIK 515 82%
KRISTEN ISLAM BUDHA HINDU SIMPATISAN KATOLIK
Statistik KPP 2012 Terbaru
Jakarta, 18 Juni 2012
Lampiran 2
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN - DEKENAT JAKARTA SELATAN (Paroki Blok B, Blok Q, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet) Sekretariat: Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa Jl. Sirsak No. 14, RT. 0012/RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan Telepon: (021) 786-4570; Fax: (021) 786-3845
STATISTIK KPP DEKENAT JAKARTA SELATAN JANUARI - JUNI 2012 4. Statistik Peserta KPP Pasangan Berdasarkan Agama Pasangan JANUARI 34 1 15 5 4 0 0 59
Katolik >< Katolik Katolik >< Katekumen Katolik >< Kristen Katolik >< Islam Katolik >< Budha Katolik >< Hindu Katolik >< Simpatisan Katolik Jumlah
MARET 35 3 7 2 3 1 0 51
APRIL 17 0 9 3 0 0 0 29
35
34
JUNI 31 1 7 0 3 0 0 42
JANUARI - JUNI 194 10 67 17 17 2 0 307
JANUARI
31
29
FEBRUARI
30 20
MEI 48 4 18 3 7 1 0 81
48
50
40
FEBRUARI 29 1 11 4 0 0 0 45
17
10
15 4 1 1 3 0 1
18 11
7 9
MARET 7
5 4 2 3 3 0
4
0
3
7 0
3
0 0 1 0 1 0
0 0 0 0 0 0
0
APRIL MEI
Katolik >< Katolik
Katolik >< Katekumen
Katolik >< Kristen
Katolik >< Islam
Katolik >< Budha
Katolik >< Hindu
Statistik KPP 2012 Terbaru
Katolik >< Simpatisan Katolik
JUNI
Jakarta, 18 Juni 2012
Lampiran 2
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN - DEKENAT JAKARTA SELATAN (Paroki Blok B, Blok Q, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet) Sekretariat: Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa Jl. Sirsak No. 14, RT. 0012/RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan Telepon: (021) 786-4570; Fax: (021) 786-3845
STATISTIK KPP DEKENAT JAKARTA SELATAN JANUARI - JUNI 2012
Katolik >< Hindu 2 1%
STATISTIK REKAPITULASI JUMLAH PESERTA KPP PASANGAN BERDASARKAN AGAMA PASANGAN Katolik >< Katolik 194 JANUARI - JUNI 2012
Katolik >< Budha 17 6% Katolik >< Islam 17 5%
Katolik >< Simpatisan Katolik 0 0%
63%
Katolik >< Katolik Katolik >< Katekumen Katolik >< Kristen Katolik >< Islam Katolik >< Budha Katolik >< Hindu Katolik >< Simpatisan Katolik
Katolik >< Kristen 67 22%
Katolik >< Katekumen 10 3%
Statistik KPP 2012 Terbaru
Jakarta, 18 Juni 2012
Lampiran 2
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN - DEKENAT JAKARTA SELATAN (Paroki Blok B, Blok Q, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet) Sekretariat: Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa Jl. Sirsak No. 14, RT. 0012/RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan Telepon: (021) 786-4570; Fax: (021) 786-3845
STATISTIK KPP DEKENAT JAKARTA SELATAN JANUARI - JUNI 2012
5a. Statistik Peserta KPP Berdasarkan Paroki/Agama Bulan Januari - Maret 2012 JANUARI
KATOLIK
NON KATOLIK
FEBRUARI
MARET
PRIA
WANITA
PRIA
WANITA
PRIA
WANITA
BLOK B
6
4
4
5
1
2
BLOK Q
0
0
2
1
1
2
CILANDAK
2
4
1
4
7
16
JAGAKARSA
4
2
3
3
3
2
PASAR MINGGU
3
5
2
1
1
3
TEBET
5
3
1
1
2
0
TOTAL PESERTA DARI DEKENAT SELATAN
20
18
13
15
15
25
PAROKI LUAR DEKENAT
19
13
18
11
18
13
PAROKI LUAR JAKARTA
10
14
6
8
12
5
TOTAL PESERTA KATOLIK
49
45
37
34
45
43
KRISTEN
5
10
8
8
2
5
ISLAM
2
3
2
2
1
1
BUDHA
3
1
0
0
2
1
HINDU
0
0
0
0
1
0
AGAMA/KEPERCAYAAN LAIN
0
0
0
0
0
0
KATEKUMEN
1
0
0
1
0
3
SIMPATISAN KATOLIK
0
0
0
0
0
0
TOTAL PESERTA NON KATOLIK
11
14
10
11
6
10
TOTAL PESERTA
60
59
47
45
51
53
Statistik KPP 2012 Terbaru
Jakarta, 18 Juni 2012
Lampiran 2
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN - DEKENAT JAKARTA SELATAN (Paroki Blok B, Blok Q, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet) Sekretariat: Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa Jl. Sirsak No. 14, RT. 0012/RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan Telepon: (021) 786-4570; Fax: (021) 786-3845
STATISTIK KPP DEKENAT JAKARTA SELATAN JANUARI - JUNI 2012
5b. Statistik Peserta KPP Berdasarkan Paroki/Agama Bulan April - Juni 2012 APRIL
KATOLIK
NON KATOLIK
MEI
JUNI
PRIA
WANITA
PRIA
WANITA
PRIA
WANITA
BLOK B
0
1
7
4
6
12
BLOK Q
2
0
2
1
1
0
CILANDAK
2
4
5
10
1
2
JAGAKARSA
3
2
4
6
1
0
PASAR MINGGU
3
2
3
4
0
0
TEBET
5
6
2
2
1
1
TOTAL PESERTA DARI DEKENAT SELATAN
15
15
23
27
10
15
PAROKI LUAR DEKENAT
6
4
29
31
21
20
PAROKI LUAR JAKARTA
4
3
13
10
7
3
TOTAL PESERTA KATOLIK
25
22
65
68
38
38
KRISTEN
4
5
8
10
4
4
ISLAM
1
2
2
1
0
0
BUDHA
0
0
4
3
2
1
HINDU
0
0
1
0
0
0
AGAMA/KEPERCAYAAN LAIN
0
0
0
0
0
0
KATEKUMEN
1
0
2
3
1
0
SIMPATISAN KATOLIK
0
0
0
0
0
0
TOTAL PESERTA NON KATOLIK
6
7
17
17
7
5
TOTAL PESERTA
31
29
82
85
45
43
Statistik KPP 2012 Terbaru
Jakarta, 18 Juni 2012
Lampiran 2
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN - DEKENAT JAKARTA SELATAN (Paroki Blok B, Blok Q, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet) Sekretariat: Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa Jl. Sirsak No. 14, RT. 0012/RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan Telepon: (021) 786-4570; Fax: (021) 786-3845
STATISTIK KPP DEKENAT JAKARTA SELATAN JANUARI - JUNI 2012
5c. Statistik Peserta KPP Berdasarkan Paroki/Agama Jumlah Keseluruhan JANUARI - JUNI
KATOLIK
NON KATOLIK
JANUARI - JUNI
PRIA
WANITA
JUMLAH KESELURUHAN
BLOK B
24
28
52
BLOK Q
8
4
12
CILANDAK
18
40
58
JAGAKARSA
18
15
33
PASAR MINGGU
12
15
27
TEBET
16
13
29
TOTAL PESERTA DARI DEKENAT SELATAN
96
115
211
PAROKI LUAR DEKENAT
111
92
203
PAROKI LUAR JAKARTA
52
43
95
TOTAL PESERTA KATOLIK
259
250
509
KRISTEN
31
42
73
ISLAM
8
9
17
BUDHA
11
6
17
HINDU
2
0
2
AGAMA/KEPERCAYAAN LAIN
0
0
0
KATEKUMEN
5
7
12
SIMPATISAN KATOLIK
0
0
0
TOTAL PESERTA NON KATOLIK
57
64
121
TOTAL PESERTA
316
314
630
Statistik KPP 2012 Terbaru
Jakarta, 18 Juni 2012
Lampiran 2
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN - DEKENAT JAKARTA SELATAN (Paroki Blok B, Blok Q, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet) Sekretariat: Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa Jl. Sirsak No. 14, RT. 0012/RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan Telepon: (021) 786-4570; Fax: (021) 786-3845
STATISTIK KPP DEKENAT JAKARTA SELATAN JANUARI - JUNI 2012
5d. Statistik Peserta KPP Berdasarkan Paroki/Agama Bulan Januari - Juni 2012
Peserta dari Paroki Luar Jakarta 50 20%
STATISTIK REKAPITULASI PESERTA PRIA KATOLIK JANUARI - JUNI 2012
Peserta dari Dekenat Jakarta Selatan 94 37%
Peserta dari Dekenat Jakarta Selatan Peserta dari Paroki Luar Dekenat Peserta dari Paroki Luar Dekenat 109 43%
STATISTIK REKAPITULASI PESERTA WANITA KATOLIK JANUARI - JUNI 2012 Peserta dari Paroki Luar Jakarta 43 17%
Peserta dari Paroki Luar Dekenat 92 37%
Peserta dari Dekenat Jakarta Selatan 115 46%
Peserta dari Dekenat Jakarta Selatan Peserta dari Paroki Luar Dekenat Peserta dari Paroki Luar Jakarta
Peserta dari Paroki Luar Jakarta
Statistik KPP 2012 Terbaru
Jakarta, 18 Juni 2012
Lampiran 2
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN - DEKENAT JAKARTA SELATAN (Paroki Blok B, Blok Q, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet) Sekretariat: Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa Jl. Sirsak No. 14, RT. 0012/RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan Telepon: (021) 786-4570; Fax: (021) 786-3845
STATISTIK KPP DEKENAT JAKARTA SELATAN JANUARI - JUNI 2012
5e. Statistik Peserta KPP Berdasarkan Paroki/Agama Bulan Januari - Juni 2012 STATISTIK REKAPITULASI PESERTA PRIA BERDASARKAN AGAMA JANUARI - JUNI 2012 Islam 8 2%
Budha Agama/Keper cayaan Lain Katekumen 11 3% Hindu 0 5 2 0% 2% Kristen 1% 31 10%
Simpatisan Katolik 0 0%
Katolik
STATISTIK REKAPITULASI PESERTA PRIA BERDASARKAN AGAMA Hindu 0 JANUARI - JUNI 2012 Islam Budha 0% 6 9 Katekumen Simpatisan Katolik Agama/Kepercayaan 2% 3% 7 0 Lain 2% 0% 0 Kristen 0% 42 13%
Kristen
Kristen
Islam Islam
Katolik 259 82%
Katolik
Katolik 250 80%
Budha
Budha Hindu
Agama/Kepercayaan Lain Katekumen
Hindu
Simpatisan Katolik Agama/Kepercayaan Lain
Statistik KPP 2012 Terbaru
Jakarta, 18 Juni 2012
Lampiran 2
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN - DEKENAT JAKARTA SELATAN (Paroki Blok B, Blok Q, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet) Sekretariat: Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa Jl. Sirsak No. 14, RT. 0012/RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan Telepon: (021) 786-4570; Fax: (021) 786-3845
STATISTIK KPP DEKENAT JAKARTA SELATAN JANUARI - JUNI 2012
5f. Statistik Peserta KPP Berdasarkan Paroki/Agama Bulan Januari - Juni 2012
STATISTIK REKAPITULASI PESERTA KPP BERDASARKAN PAROKI PESERTA JANUARI - JUNI 2012 Peserta dari Luar Jakarta/Negeri 93 19%
STATISTIK REKAPITULASI PESERTA KPP BERDASARKAN AGAMA PESERTA JANUARI - JUNI 2012
Peserta dari Dekenat Jakarta Selatan 186 39%
Peserta dari Dekenat Jakarta Selatan Peserta dari Luar Dekenat Jakarta Selatan
Budha 17 Hindu Agama/Kepercaya 2 3% an Lain 0% Katekumen 0 12 0% 2% Simpatisan Islam 0 Kristen 17 0% 73 3% 11%
Katolik Kristen Islam Budha
Peserta dari Luar Jakarta/Negeri
Hindu Katolik 509 81%
Peserta dari Luar Dekenat Jakarta Selatan 201 42%
Statistik KPP 2012 Terbaru
Agama/Kepercayaan Lain Katekumen Simpatisan
Jakarta, 18 Juni 2012
Lampiran 2
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN - DEKENAT JAKARTA SELATAN (Paroki Blok B, Blok Q, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet) Sekretariat: Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa Jl. Sirsak No. 14, RT. 0012/RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan Telepon: (021) 786-4570; Fax: (021) 786-3845
STATISTIK KPP DEKENAT JAKARTA SELATAN JANUARI - JUNI 2012 6a. Statistik Peserta KPP Berdasarkan Usia Peserta USIA <=20 21-25 26-30 >30 Total Total Peserta Keseluruhan USIA <=20 21-25 26-30 >30 Total Total Peserta Keseluruhan USIA <=20 21-25 26-30 >30 Total Total Peserta Keseluruhan
JANUARI Pria 0 2 33 24 59
FEBRUARI Wanita 1 6 41 12 60
Pria 0 3 22 22 47
119
60
Pria 0 6 51 25 82
Wanita 3 51 184 77 315
JUNI Wanita 0 14 48 23 85
167
Wanita 0 8 34 11 53 104
MEI Wanita 0 7 13 9 29
JANUARI - JUNI Pria 0 23 166 126 315 630
Pria 0 6 25 20 51
92
APRIL Pria 0 3 11 17 31
MARET Wanita 0 10 26 9 45
Pria 0 3 24 18 45
Wanita 2 6 22 13 43 88
JANUARI - JUNI JUMLAH KESELURUHAN 3 74 77 203 630
Statistik KPP 2012 Terbaru
Jakarta, 18 Juni 2012
Lampiran 2
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN - DEKENAT JAKARTA SELATAN (Paroki Blok B, Blok Q, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet) Sekretariat: Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa Jl. Sirsak No. 14, RT. 0012/RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan Telepon: (021) 786-4570; Fax: (021) 786-3845
STATISTIK KPP DEKENAT JAKARTA SELATAN JANUARI - JUNI 2012 6b. Statistik Peserta KPP Berdasarkan Usia Peserta STATISTIK PESERTA BERDASARKAN USIA PESERTA PRIA JANUARI - JUNI 2012
Usia <=20 3 1%
STATISTIK PESERTA BERDASARKAN USIA PESERTA WANITA JANUARI - JUNI 2012
Usia 21-25 23 7%
Usia <=20 0 0%
Usia >30 77 25%
Usia >30 126 40% Usia 26-30 166 53%
Usia 21-25 51 16%
<=20
<=20
21-25
21-25
26-30
Usia 26-30 184 58%
>30
Statistik KPP 2012 Terbaru
26-30 >30
Jakarta, 18 Juni 2012
Lampiran 2
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN - DEKENAT JAKARTA SELATAN (Paroki Blok B, Blok Q, Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet) Sekretariat: Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa Jl. Sirsak No. 14, RT. 0012/RW. 007, Jagakarsa, Jakarta Selatan Telepon: (021) 786-4570; Fax: (021) 786-3845
STATISTIK KPP DEKENAT JAKARTA SELATAN JANUARI - JUNI 2012 6c. Statistik Peserta KPP Berdasarkan Usia Peserta Usia <=20 3 1%
STATISTIK REKAPITULASI PESERTA KPP BERDASARKAN USIA PESERTA JANUARI - JUNI 2012
Usia 21-25 74 21% <=20 Usia >30 203 57%
Usia 26-30 77 21%
21-25 26-30 >30
Statistik KPP 2012 Terbaru
Jakarta, 18 Juni 2012
Lampiran 3 Teks Luk. 10:25-37
10:25 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 10:26 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" 10:27 Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." 10:28 Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." 10:29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" 10:30 Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. 10:31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
10:32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. 10:33
Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
10:34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. 10:35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. 10:36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" 10:37 Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
Lampiran 4 VERBATIM WAWANCARA DENGAN BAPAK ALFONSUS KOESWARDIYONO
A: Agnes Y: Bpk. Alfonsus Koeswardiyono
A:
Selamat malam, Mas. Saya mau minta waktu Mas untuk wawancara. Saya sedang mencari data untuk tugas akhir kuliah saya. Saya membuat tugas akhir yang berhubungan dengan KPP. Nah, Mas dan Mbak khan pembicara di KPP di Blok Q materi Ekonomi Rumah Tangga. oleh karena itu saya ingin mewawancarai Mas. Boleh saya tahu nama lengkap Mas dan istri dan kapan Mas menikah?
Y:
Nama lengkap saya: Alfonsus Koeswardiyono. Istri saya namanya Lucia Noviana Purwainingrum. Kami menikah pada tanggal 16 Mei 1996 di Paroki Blok Q.
A:
Apakah waktu itu Mas mengikuti KPP sebelum menikah?
Y:
Iya, kami mengikuti KPP di Paroki Blok B sekitar akhir tahun 1995, atau awal tahun 1996 ya? Saya lupa. Tapi saya ingatnya saya ikut KPP. Kami ikut KPP 3 kali pertemuan setiap hari Sabtu dari jam 09:00-15:00.
A:
Apakah materi-materi di KPP yang Mas ikuti waktu itu sama dengan materi-materi di KPP yang sekarang?
Y:
Seingat saya, materinya hampir sama. Yang saya ingat: Seksualitas, Komunikasi dan Ekonomi.
A:
Apakah menurut Mas, materi-materi KPP waktu itu berguna?
Y:
Menurut saya berguna. Di masa awal perkawinan kami, bukan hal yang indah tetapi didera masalah, karena kami berdua “jobless”. Bagaimana mengatasi itu? Yang timbul adalah pengertian. Anak pertama lahir. Di keluargaku adalah penerus keluarga. Komunikasi kami tidak berbicara tentang komitmen tetapi secara langsung menjalankan komitmen. Kami merasa KPP sangat berpengaruh sekali.
A:
Apakah ada perbedaan antara KPP dulu dengan KPP sekarang?
Y:
Ada, dulu KPP nya lama sehingga komitmen betul-betul dituntut.Jadwal KPP sangat berpengaruh. KPP yang sekarang ada nuansa “meragukan”.
A:
Nah, Mas khan pembicara KPP materi Ekonomi Rumah Tangga. Apa sajakah yang Mas berikan saat mengajar ekonomi rumah tangga?
Y:
Nilai-nilai dalam ekonomi rumah tangga, yaitu:
-
Hubungan antara keinginan dan kebutuhan. Membangun sikap memilah dan meletakkan nilai. Keutamaan-keutamaan yang perlu dibangun, yaitu kejujuran dan keterbukaan.
A:
Apakah menurut Mas, materi-materi KPP itu masih berguna tidak?
Y:
Masih berguna, tapi yang perlu dipikirkan adalah penerimanya. Saya melihat masih ada keprihatinan bahwa peserta mengikuti KPP hanya sebagai syarat.
A:
Mengapakah Mas berpendapat bahwa peserta KPP mengikuti KPP hanya sebagai syarat?
Y:
Yang paling gampang kelihatan dari suasana dan respon mereka dalam mengikuti KPP. Saat saya membawakan materi, ternyata masih terlihat komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah. Menurut saya, seperti ekonomi, saya merasa bahwa pengetahuan ekonomi tidak perlu banyak diberikan karena mereka pun sudah tahu tetapi perlu pendalaman materi. Hal itu dipengaruhi oleh kreativitas para pembicara untuk membuat peserta dapat merasakan bergunanya materi KPP dan pemahaman lebih mendalam, dalam arti refleksi. Hal itu disebabkan karena pendidikan (intelektual) peserta yang beragam dan pengetahuan iman mereka juga beragam. Kenyataan bahwa di dalam lingkungan kita sendiri ada degradasi iman dan moral, maka perlu adanya pendalaman materi KPP. Saya prihatin pendidikan sakramen imamat bisa lama 15 tahun tetapi pendidikan untuk sakramen perkawinan hanya dua hari, padahalkan kedua sakramen ini sama-sama panggilan hidup yang akan berlangsung seumur hidup.
A:
Ok, Mas, untuk sementara segitu saja. Terima kasih banyak atas waktu dan kesediaan Mas. Selamat malam.
Lampiran 5 VERBATIM WAWANCARA DENGAN IBU MARTHA ULLY SAFITRI
A: Agnes U: Ully
A:
Siang, Li. Boleh gue minta waktu elo untuk wawancara untuk tugas akhir kuliah gw? gue mau tanya soal pendapat elo tentang materi KPP. Sebelumnya, Li, elo ikut KPP tahun berapa ya?
U:
Gue ikut KPP tahun 2002 di Paroki Kampung Sawah, jadi 10 tahun yang lalu.
A:
Waktu itu elo ikut KPP alasannya kenapa?
U:
Alasannya ada dua, satu karena sayarat wajib untuk bisa nikah, dan gue berpikir untuk dapat bekal ilmu.
A:
Nah, setelah 10 tahun menikah, apakah elo merasa materi-materi KPP saat itu berguna?
U:
Berguna banget, Nes. Terutama soal pengaturan uang, dan pendidikan anak. Hanya gue merasa materinya kurang mendalam, hanya luar-luarnya saja. Gue ada saran nih. Gimana kalau di KPP materi ditambah tentang teknologi secara saat ini khan masa teknologi komputer.
A:
Ok deh, Li. Nanti saran elo gue sampaikan ke panitia KPP. Tx ya, Li.
U:
Sama-sama, Nes.
Lampiran 6 VERBATIM WAWANCARA DENGAN IBU ROSA LUJENG DUIRI
A:
Agnes
L:
Lujeng
A:
Siang, Jeng. Ganggu nggak? Gue mau mewawancarai elo soal materi KPP untuk tugas akhir kuliah gue. Elo KPP tahun berapa?
L:
Tahun 2010 di Paroki Tebet. Nikah tahun 2010 juga.
A:
Elo ikut KPP motivasinya apa?
L:
Untuk dapat sertifikat. Gue sudah dengar dari Viony sebelumnya, sebenarnya bagus untuk persiapan, tetapi terlalu singkat, kurang mendalam, sebenarnya tema menarik, tapi karena terlalu singkat dan orang datang hanya karena ingin sertifikat jadi tidak terlalu berkesan sehingga mudah dilupakan sama orang. Waktunya juga terlalu singkat.
A:
Materi KPP apa saja yang elo ingat?
L:
Komunikasi suami-istri, seksualitas, ekonomi rumah tangga, lainnya lupa.
A:
Setelah elo menikah, berguna nggak sih materi itu?
L:
Berguna, contohnya materi komunikasi dan ekonomi rumah tangga.
A:
Untuk sementara itu saja. Tx ya, Jeng...
L:
Your welcome.
Lampiran 7 VERBATIM WAWANCARA DENGAN NINA
Narasumber mengiginkan namanya tidak disebut, sehingga oleh penulis ditulis dengan nama samaran Nina A:
Agnes
N:
Nina
A:
Halo Nin... Apa kabar?
N:
Kabar gue baik.
A:
Nin, gue mau minta bantuan, mau mewawancarai elo untuk tugas akhir kuliah gue. Bolehkan?
N:
Boleh, tapi nama gue tolong disamarin ya.
A:
Ok, nggak masalah. Nin, elo pernah ikut KPP khan?
N:
Iya, tahun 2008, khan elo yang ngurusin.
A:
Waktu itu elo ikut KPP kenapa?
N:
Gue ikut KPP sebagai syarat untuk menikah. Tapi setelah ikut gue ngerasa ada gunanya juga, membuka wawasan gue.
A:
Wawasan bagaimana?
N:
Contohnya: di KPP diajarin kalau ada masalah ngadu jangan sama nyokap tetapi sama mertua karena kalau sama nyokap sendiri pasti nyokap belain kita dan masalah jadi panjang. Terus kalau mau kasih duit ke mertua harus menantu bukan anaknya dan gue ngerasain itu benar.
A:
Nah, bagaimana pendapat elo soal materi KPP?
N:
Materi-materinya sebenarnya pas Cuma kurang personal pendekatan. Yang gue rasa pendekatannya personal adalah Discovery. Menurut gue jumlah personal juga mempengaruhi, di KPP harusnya jumlah peserta dibatasi.
A:
Ok, tx, ya, Nin. Untuk sementara ini dulu. Selamat siang. Tuhan memberkati.
N:
Tuhan memberkati juga, sukses buat tugas akhir elo ya.