PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) (Studi Pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011) Cici Ratnasari Darminto Siti Ragil Handayani Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan EVA. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Obyek penelitian adalah PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2009-2011. Hasil penelitian ini menunjukkan pertama, bahwa dalam perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan aktivitas terjadi fluktuatif dimana hal ini menunjukkan adanya inefisiensi. Kedua, dalam perhitungan rasio profitabilitas ROI mengalami kenaikan setiap periode. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh laba dan sesuai dengan standar umum pedoman. Dalam analisis EVA selama tiga periode yaitu tahun 2009-2011 diperoleh informasi bahwa perusahaan memperoleh nilai tambah ekonomis setiap periode yang terus meningkat. Hal ini tentunya akan menarik minat investor dalam menanamkan sahamnya pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan. Kata Kunci: Financial Performance, Financial Ratio, Economic Value Added (EVA)
1. PENDAHULUAN Perusahaan sebagai pelaku ekonomi dituntut untuk menerapkan prinsip ekonomi dalam pencapaian keuntungan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya perusahaan harus melakukan kegiatan operasional yang integrasi, terpadu, dan tepat. Perusahaan diharuskan untuk meningkatkan kemampuan atas kualitas operasional dan mengelola keuangannya secara efektif dan efisien. Pengelolaan keuangan yang efektif dan efisen dapat dilakukan dengan cara melakukan perhitungan analisis rasio keuangan. Manajemen keuangan mempunyai peran yang penting dalam pengelolaan keuangan perusahaan, sehingga manajemen keuangan dituntut
untuk menjalankan fungsinya secara efektif. Pihak manajemen perusahaan dalam melaksanakan usahanya memerlukan suatu alat pengukur kinerja keuangan untuk mengevaluasi perusahaannya. Menurut Munawir (2002:50), kinerja keuangan adalah “Kemampuan dari suatu perusahaan dalam menggunakan modal yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mendapatkan hasil yang maksimal”. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan timbul sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen. Hal ini merupakan pekerjaan yang lebih kompleks karena akan menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi dan rentabilitas dari perusahaan. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
202
Dalam melakukan pengukuran kinerja keuangan, setiap perusahaan memiliki ukuran yang bervariasi sehingga antara perusahaan yang satu dan perusahaan yang lainnya berbeda. Ukuran yang sering digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Menurut Munawir (2007:64), rasio keuangan adalah “suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa yang berupa rasio akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik dan buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standart”. Berdasarkan pengertian tersebut analisis rasio keuangan adalah salah satu teknik analisis laporan keuangan yang menggambarkan hasil perbandingan antara pos satu dengan pos lainnya dengan menunjukkan keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dalam rangka mengukur kinerja keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan digunakan perusahaan untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profabilitas yang nantinya digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan masih mempunyai kelemahan-kelemahan, salah satu kelemahan dari rasio keuangan adalah kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan stakeholder.Pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan rasio keuangan hanya berorientasi pada profit oriented, akan tetapi pada saat ini perusahaan dituntut untuk tidak hanya berorientasi pada profit namun juga harus berorientasi pada value.Untuk mengatasi kelemahan tersebut analisis rasio keuangan dibantu dengan Economic Value Added (EVA). Economic Value Added (EVA) pertama kali dikembangkan oleh Stern dan Steward, seorang analisis keuangan dari
perusahaan konsultan Stern and Steward Company pada tahun 1993. Menurut Sundjaja,dkk (2003:68), Economic Value Added (EVA) merupakan “ukuran yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan untuk menentukan apakah suatu investasi yang diusulkan atau yang ada,dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kekayaan pemegang saham”. Berdasarkan pengertian tersebut Economic Value Added (EVA) adalah pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang mempertimbangkan harapan-harapan pemegang saham dan kreditur dengan cara mengurangkan laba operasi setelah pajak dengan biaya tahunan dari semua modal yang digunakan perusahaan. Penerapan Economic Value Addde(EVA) dalam suatu perusahaan akan lebih memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai perusahaan, hal ini merupakan salah satu keunggulan Economic Value Added. Dalam beberapa dekade ini PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di toko para pedagang eceran. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan dikenal sebagai perusahaan yang mapan dan terkemuka di setiap kategori bisnisnya. PT. Indofod Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Food and Beverage dan masuk dalam Top 10 Value Creator untuk kategori perusahaan publik Indonesia dengan aset lebih dari Rp 1 trilyun pada tahun 2007 berdasarkan rangking EVA (Economic Value Added) terbaik dan menurut majalah Fortune PT. Indofood Sukses Makmur meraih penghargaan sebagai perusahaan “Indonesia Most Admired Company" yang merupakan hasil survei, penelitian, serta penilaian masyarakat terhadap perusahaan -perusahaan di Indonesia yang Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
203
meliputi aspek leadership, sistem manajemen, inovasi, kinerja finansial, pengembangan SDM, dan Corporate Social Responsibilties (www.markplusnco.com). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaanperiode 2009-2011 berdasarkan analisis rasio keuangan dan untuk mendeskripsikan kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan periode 2009-2011 diukur dengan menggunakan Economic Value Added (EVA). 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengukuran Kinerja Keuangan Rivai (2004:309) mendefinisikan bahwa “ Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”. Menurut Wibowo(2011:7) “Kinerja berasal dari pengertian performance, ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja, namun sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung”. Wirnani dan Sugiyarso (2005:111), kinerja dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut kinerja merupakan prestasi kinerja yang dicapai oleh perusahaan atas hasil kerja yang telah dilakukan. Munawir (2002:50) mendefinisikan kinerja keuangan adalah kemampuan dari suatu perusahaan dalam menggunakan modal yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mendapatkan hasil yang maksimal. Dari pengertian tersebut kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari bermacam-macam keputusan yang dibuat secara terus menerus untuk mencapai tujuan tertentu dalam hal keuangan dimana
perusahaan perlu melibatkan analisa dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. 2.2. Analisis Rasio Keuangan Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:128), rasio keuangan adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan.Kasmir (2012:104) mendefinisikan “Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan.Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angkaangka dalam satu periode maupun beberapa periode”.Ross, Westerfield dan Jordan, (2008:78) memjelaskan bahwa “Rasio keuangan (Financial Ratio) merupakan hubungan yang dihitung dari informasi keuangan sebuah perusahaan dan digunakan untuk tujuan perbandingan. Sedangkan menurut Harahap (2007:297), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). 2.3. Economic Value Added (EVA) Tujuan perusahaan untuk meningkatkan EVA karena EVA merupakan satu-satunya pedoman penilaian yang berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan dengan nilai pasar sebuah perusahaan dan kinerja manajemen.Menurut Bringham dan Houston (2001:52), menyatakan EVA adalah “Suatu alat yang digunakan untuk mengukur profitabilitas tahun operasi suatu perusahaan secara nyata juga mengukur kinerja manajemen berdasarkan kecilnya nilai tambah yang diciptakan Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
204
dalam periode tertentu”.Sawir (2001:48), EVA merupakan indikator tentang adanya penambahan nilai dari suatu investasi, EVA yang positif menunjukkan bahwa manajemen perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan memaksimalkan nilai perusahaan, sebaliknya EVA yang negatif menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modalnya”. Menurut Tunggal(2008:1) “ Economic value added(EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengatur laba ekonomi dalam suatu perusahaa yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital)”. EVA yang positif menunjukkan bahwa manajemen perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan memaksimumkan nilai perusahaan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, pada dasarnya EVA adalah pengukuran kinerja perusahaan yang mempertimbangkan harapan-harapan pemegang saham dan kreditur.Cara yang digunakan adalah dengan mengurangkan laba operasi pajak sesudah pajak dengan biaya tahunan dari semua modal yang digunakan perusahaan.EVA berpedoman pada harapan pemegang saham dan kreditur dalam menentukan pengukuran kinerja keuangan perusahaan. 2.4. Struktur Modal Menurut Brigham dan Houston (2001:608), struktur modal merupakan kombinasi atau bauran seluruh sumber pembiayaan jangka panjang dan merupakan bagian dari struktur keuangan yang tercermin pada sisi kanan neraca.Sedangkan menurut Riyanto (2003:22), struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang
mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Berdasarkan pendapat tersebut, pada dasarnya struktur modal adalah bagian dari struktur keuangan yang merupakan sumber pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri dari hutang jangka panjang dan modal pemegang saham.Struktur modal merupakan unsur yang sangat penting dalam pengambilan keputusan sumber pembelanjaan perusahaan. 2.5. Biaya Modal EVA merupakan pengukuran kinerja yang bermula dari konsep yang telah lama ada yaitu biaya modal, ini merupakan metode untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai akibat dari penggunaan dana. Ditinjau dari segi pemilik modal, biaya ini merupakan suatu pendapatan yang diharapkan sebagai imbalan atas dana yang telah diinvestasikan pada tingkat risiko tertentu. Menurut Yusgiantoro (2004:155) pemahaman mengenai biaya modal ini sangat penting, karena : a. Manajemen perusahaan kemudian mampu memahami secara rinci masalah biaya modal, terutama rincian pembahasan biaya modal sendiri dan biaya pinjaman, untuk kemudian mencapai optimasi struktur modal yang diinginkan. b. Sangat menentukan keputusan investasi jangka panjang. Dengan tingkat biaya modal yang optimal, yaitu dapat menghasilkan keuntungan maksimal, maka investasi dapat dipertanggungjawabkan c. Pemakaian yang luas dari konsep ini, tidak hanya sebatas untuk pengambilan keputusanjangka panjang. “Biaya modal (cost of capital), pada dasarnya merupakan rata-rata tertimbang dari biaya modal utang (debt capital) perusahaan (terutama pinjaman bank dan obligasi) dan modal ekuitas (equity capital) yang berupa saham biasa, saham preferen, dan saldo laba. Biaya modal merupaka tolok ukur yang dipakai oleh Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
205
organisasi untuk mengevaluasi usulan investasi. Biaya modal menunjukkan jumlah dan biaya utang dan ekuitas dalam struktur keuangan organisasi, dan persepsi pasar uang terhadap risiko keuangan aktivitas organisasi. Biaya modal acapkali disebut dengan tarif rintangan (hurdle rate), tarif pisah batas (cutoff rate), atau tingkat imbalan yang disarankan (required rate of return).” Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan konsep EVA melibatkan WACC (Weight Average Cost of Capital). WACC adalah rata-rata tertimbang komponen biaya hutang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa (Brigham dan Houston, 2001:418). Sundjaja dan Barlian(2003:251),“Biaya modal rata-rata tertimbang diperoleh dengan menimbang biaya dari setiap jenis modal tertentu sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal”. Menurut Riyanto (2010:246), biaya modal rata-rata biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi, yaitu dengan membandingkan “rate of return” dari usulan investasi tersebut dengan “cost of capital”nya.Perhitungan WACC ini penting karena keputusan investasi suatu perusahaan tidak terlepas dari besarnya kompensasi atas dana yang digunakan untu membiayai investasi itu sendiri. WACC adalah biaya modal yang merupakan perimbangan setiap komponen modal dalam struktur modal secara keseluruhan, maka biaya modal individual masingmasing sumber dana tersebut perlu dihitung secara rata-rata. Persamaan untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang yang didasarkan pada struktur modal dan biasanya dinyatakan dalam presentase.
dilanjutkan dengan perhitungan Economic Value Added (EVA). Keduanya akan diolah dan dipaparkan dalam bentuk angka-angka kemudian dijelaskan dalam suatu uraian. Proses analisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban yang akan diperoleh selama melakukan penelitian. Analisis dilakukan memecahkan masalah penelitian. Menurut Azwar (2001;123), tujuan analisis data adalah “Menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan, hal tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran jelas dari kegiatan yang diteliti”. Langkah-langkah analisis data yang dilakukan peneliti sebagai berikut: 1. Perhitungan dan analisis rasio keuangan dengan metode time series analysis (pada tahun 2009 sampai tahun 2011) untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dan perkembangan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio-rasio yang dapat mewakili keempat rasio yang ada dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan yang merupakan indikator untuk penilaian kesehatan perusahaan meliputi : a. Rasio Likuiditas
3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan jenis penelitian kuantitatif. Peneliti mendeskripsikan pengukuran kinerja keuangan perusahaan berdasarkan analisis rasio keuangan dan
Modal sendiri
1) Current Ratio= Aktiva Lancar x100% Hutang Lancar 2) Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan x 100% Hutang Lancar
b. Rasio Solvabilitas 1) Debt Ratio = Total Hutang x 100% Total Aktiva 2) Debt EquityRatio = Hutang jangka panjang x 100%
c. Rasio Aktivitas 1) Inventory Turn Over = Penjualan x 1 kali Persediaan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
206
2) Total Asser Turn Over (TATO) =
Penjualan Total Aktiva
x 1 kali
d. Rasio Profitabilitas 1) Gross Profit Margin (GPM) = Laba Kotor x 100% Penjualan 2) Operating Profit Margin = Laba Operasi x 100% Penjualan 3) NetProfit Margin (NPM) = Laba bersih setelah pajak x100% Penjualan 4) Returnon Investment (ROI) = Laba bersih setelah pajak x100% Total Aktiva 5) Returnon Equity (ROE) = Laba bersih setelah pajak x100% Modal sendiri 2. Perhitungan EVA (Economic Value Added) periode 2009-2011 dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menghitung biaya modal hutang Biaya hutang akan menunjukkan seberapa besar biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat penggunaan dana yang berasal dari hutang (pinjaman). Dalam menghitung biaya modal relevan adalah biaya hutang setelah rumus yang digunakan adalah pendekatan after tax basis, dimana variabel yang diperlukan dalam perhitungan ini antara lain tarif pajak, beban bunga, dan hutang jangka panjang. Biaya modal utang dibagi menjadi : 1) Before Tax Basis Kb= Beban bunga Total utang yang dikenai bunga
2) AfterTaxBasis Kd* = Kb (1-t) Keterangan: Kd* : biaya modal setelah pajak Kb : biaya hutang sebelum pajak t : tarif pajak b. Menghitung biaya modal saham biasa dengan menggunakan metode
pertumbuhan dividen, karena model pertumbuhan ini dianggap sebagai cara perhitungan biaya dana internal karena perhitungan tersebut mengandung biaya laba ditahan akan mengakibatkan pertumbuhan laba yang berdampak pada pertumbuhan dividen. 1) Menghitung tingkat pertumbuhan dividen dengan menggunakan rumus sebagai berikut : g = ROE x b Keterangan : ROE : Return on Equity b : Plow Back Ratio ROE diperoleh dari laba setelah pajak dibagi dengan modal sendiri. Sedangkan rumus Plow Back Ratio adalah: Plow Back Ratio = 1 – Dividend per Share
2) Memasukkan nilai dari perhitungan tingkat pertumbuhan dividen diatas ke dalam persamaan pendekatan model pertumbuhan model untuk menghitung biaya modal saham, dengan menggunakan rumus : Ke= Di + g Po Keterangan : Ke: biaya modal ekuitas Di : tingkat pengembalian yang diharapkan Po : harga pasar saham g : tingkat pertumbuhan dividen c. Menghitung struktur modal d. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang dengan rumus: WACC= (Kd x Pd) + (Ke x Pe) Keterangan : Kd: biaya hutang setelah pajak Pd: proporsi hutang Ke: biaya modal sendiri Pe: proporsi modal sendiri e. Menghitung besarnya EVA dan menganalisis bagaimana EVA digunakan sebagai alat alternatif Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
207
pendukung untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, EVA diperoleh dari laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perhitungan dan Analisis Rasio Keuangan Perhitungan rasio keuangan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan menggunakan laporan keuangan konsolidasi yang berupa neraca dan laporan laba rugi periode 2009-2011. Perhitungan rasio keuangan ini meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dengan menggunakan pendekatan time series yang bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan.
mempertahankan kemampuannya dalam menggunakan aktiva lancar yang likuid untuk membayar hutang jangka pendek. b. Rasio Solvabilitas Tabel 2. Debt Ratio dan Debt Equity Ratio PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan Tahun 2009-2011 Tahun
Debt Ratio
2009 2010 2011
61.63% 47.43% 41.01%
Perubahan
-14.2% -6.42%
Debt Equity Ratio 104.07% 55.13% 29.26%
Perubahan
-48.94% -25.87%
Sumber: Data diolah, 2012
Debt ratio perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2011 yaitu sebesar 6.42%. Pada umumnya para pemegang saham atau stakeholder lebih memilih tingkat debt ratio yang rendah, hal ini dikarenakan dengan debt ratio yang rendah akan menguntungkan sehingga para stakeholder mendapatkan dividen yang lebih besar.Debt equity ratio tertinggi a. Rasio Likuiditas terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar Tabel 1. Current Ratio dan Quick Ratio PT. 104.7% sedangkan debt equityratio Indofood Sukses Makmur, Tbk terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu dan Anak Perusahaan Tahun sebesar 29.26%. Hal ini menunjukkan 2009-2011 peningkatan jumlah tiap rupiah modal Current Quick Tahun Perubahan Perubahan sendiri menurun, serta kecilnya risiko Ratio Ratio keuangan yang akan ditanggung. 2009 116,31% 70.41% 2010 2011
203,65% 190,95%
+87.34% -12.7%
146.40% 140.01%
+75.99% -6.39%
Sumber: Data diolah, 2012
Hasil perhitungan keuangan perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan selama tiga tahun, current ratio perusahaan cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 87.34% akan tetapi padatahun 2011 terjadi penurunan sebesar 12.7%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan likuiditas perusahaan menurun pada tahun 2011. Quick ratio perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2011 yaitu sebesar 6.39%, namun pada tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 75.99%.Quick ratio yang menurun menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu
c. Rasio Aktivitas Tabel 3.
Tahun 2009 2010 2011
ITO dan TATO PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan Tahun 2009-2011 ITO 7.70x 6.80x 6.94x
Perubahan -0.9x +0.14x
TATO 0.93 x 0.81 x 0.85 x
Perubahan -0.12 x +0.04 x
Sumber: Data diolah, 2012
ITO tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 7.70x dan ITO menurun pada tahun 2010 namun terjadi kenaikan kembali pada tahun 2011, hal ini menunjukkan bahwa ITO perusahaan kurang efisien.TATO tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 0.93x. sedangkan TATO terendah terjadi pada tahun 2010 yatu sebesar 0.81x dan meningkat kembali pad atahun 2011 yaitu sebesar 0.85x. Hal Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
208
ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk mengefesiensikan keseluruhan aktiva perusahaan kurang dalam menghasilkan volume penjualan. d. Rasio Profitabilitas Tabel 4.
Tahun 2009 2010 2011
GPM dan OPM PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan Tahun 2009-2011 GPM 27.96% 32.51% 27.76%
OPM 12.36% 16.39% 15.11%
NPM 7.64% 10.25% 10.79%
ROI 7.07% 8.32% 9.13%
dihitung secara ekonomis. Adapun rumus untuk menghitung EVA laba operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal yang digunakan untuk menghasilkan laba. Laba operasi setelah pajak (NOPAT) diperoleh dari mengurangkan EBIT dengan beban pajak, setelah WACC dan biaya modal diketahui, berikut perhitungan EVA dalam tabel :
ROE Tabel 28.13% 23.44% 25.22%
Sumber: Data diolah, 2012
GPM perusahaan mengalami fluktuasi,pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 4.55%, namun mengalami penurunan pada tahun 2011 yaitu sebesar 4.75%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai GPM perusahaan kurang baik.Semakin kecil nilai perusahaan maka kinerja keuangan perusahaan menurun, dan laba kotor yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan semakin kecil.OPM terbesar pada tahun 2010 yaitu sebesar 16.39% dan mengalami penurunan pada tahun 2011 yaitu sebesar 15.11%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan kurang baik.Peningkatan NPM terbesar terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 10.79%.Hal ini menunjukkan bahwa laba bersih yang dihasilkan dari penjualan semakin bertambah, sehingga kinerja keuangan perusahaan perlu ditingkatkan agar mencapai laba maksimum.Peningkatan ROE terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 1.78% sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 4.69% .Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen perusahaan kurang baik. Hal ini terbukti dengan adanya penurunan pada tahun 2010 sehingga manajemen perusahaan perlu meningkatkan kinerja perusahaan. 4.2. Analisis Economic Value Added (EVA) EVA tidak hanya berdasarkan perhitungan akuntansi, namun juga mempertimbangkan biaya modal yang
5. Perhitungan Economic Value Added PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan Tahun 2009-2011 (Dalam Jutaan Rupiah)
Keterangan
2009
2010
2011
EBIT
4.623.707
6.296.063
6.851.019
Beban Pajak
(1.207.032)
(1.497.567)
(1.460.716)
NOPAT
3.416.675
4.798.496
5.390.303
Biaya Modal Tertimbang
(3.378.575,83)
(3.806.522,50)
(4.021.455,22)
EVA
38.099,17
99.197,35
1.368.847,78
Sumber : Data diolah, 2012
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui nilai EVA untuk masing-masing tahun,selanjutnya adalah melakukan interpretasi untuk mengetahui sejauh mana kinerja operasi perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan EVA pada tabel 5 tersebut, maka dapat diperoleh informasi bahwa kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan Anak Perusahaan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 38.099,17, tahun 2010 sebesar Rp 99.197,35 dan pada tahun 2011 sebesar Rp 1.368.847,78. Hasil EVA meningkat setiap tahunnya hal ini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin meningkat. Posisi EVA dari tahun 2009 sampai tahun 2011 berada diatas 0 atau bernilai positif (EVA>0). Hasil perhitungan EVA ini akan menjadi pertimbangan bagi manajer perusahaan sebagai dasar untuk memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan menjadi maksimum.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
209
Perhitungan biaya modal saham menggunakan metode pertumbuhan dividen karena perhitungannya haya menggunakan laba ditahan. Diasumsikan bahwa reinvestasi laba ditahan akan berhasil sehingga akan berdampak pada pertumbuhan laba sehingga dividen juga akan mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan dividen mencerminkan tingkat pengembalian atau return saham yang diinginkan oleh para investor. Hasil positif yang ditunjukkan EVA selama tiga tahun tersebut dipengaruhi oleh jumlah NOPAT yang lebih tinggi dari pada nilai biaya modal. Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk memberikan nilai tambah ekonomis kepada perusahaan dan para investor. Dengan adanya peningkatan nilai EVA akan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. EVA mempunyai pengaruh yang signifkan terhadap perusahaan, karena apabila hanya dengan menggunakan rasio keuangan maka manajer perusahaan tidak dapat melihat adanya nilai tambah ekonomis. Hal ini dikarenakan rasio keuangan tidak melakukan perhitungan terhadap biaya modal, sedangkan EVA menganggap bahwa tidak ada modal yang gratis. Perusahaan yang memperoleh peningkatan laba bersih setiap tahun belum tentu mendapatkan nilai tambah ekonomis dari kegiatan operasional yang dijalankannya. Namun, apabila perusahaan yang melakukan perhitungan EVA dan mendapatkan nilai EVA diatas 0, maka dapat dipastikan laba bersih perusahaannya dalam kategori baik. Selain meningkatkan EVA, perusahaan juga dituntut untuk menjaga kestabilan nilai EVA yang positif dan meningkatkan kinerja perusahaan agar EVA yang dihasilkan juga mengalami peningkatan. Efisiensi dalam penggunaan aset yang dimiliki serta mengurangi utang uasha merupakan cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan EVA
4.3. Perbandingan Kinerja Keuangan Berdasarkan Metode Rasio Keuangan Dan Metode EVA (Economic Value Added) Hasil pengukuran dari kinerja keuangan menggunakan metode rasio keuangan meliputi tingkat pengembalian asset (ROI) dan pengembalian modal (ROE), harus dinilai ketercapainya dengan cara membandingkan dengan harapan investor (WACC). Perbadndingan ini diharapkan mampu menunjukkan tidak hanya dari segi operasional dan keuangan intern saja. Tapi juga perlu menerapkan EVA (Economic Value Added) sebagai pendukung analisis kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat memberikan perhitungan yang mengarah kepada laba riil perusahaan yang diukur dari kemapuan suatu perusahaan untuk menciptakan nilai tambah dan memberikan tingkat pengembalian sesuai dengan harapan investor. Perbandingan kinerja keuangan berdasarkan analisi ROI, ROE dan EVA disajikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 6. Perbandingan Kinerja Keuangan ROI, ROE dan EVA Pengukuran Kinerja Keuangan ROI ROE WACC EVA
Tahun 2009
2010
2011
7,07% 28,13% 18,48% 38.099,17
8,32% 23,44% 19,24% 99.197,35
9,13% 25,22% 12,38% 1.368.847,78
Sumber: Data diolah ,2012
Peningkatan Return on Investment dikarenakan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan aset dari tahun sebelumnya yang mengakibatkan kenaikan pada tingkat laba bersih sesudah pajak.Keadaan ini memperlihatkan semakin besar tingkat penghasilan atau laba bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan sehingga dapat diketahui bahwa perusahaan menunjukkan prestasi yang cukup baik.Kondisi tersebut perlu dipertahankan guna menunjukkan efisiensi penggunaan aktiva yang dimiliki perusahaan..Nilai Return on Equity turun apabila laba bersih sesudah pajak turun sedangkan modal sendirinya naik, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
210
demikian pula sebaliknya.Penurunan Return on Equitydisebabkan karena pendapatan dan modal yang dimiliki perusahaan turun sehingga laba perusahaan juga mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan semakin kecil laba bersih yang akan dibagikan kepada pemilik perusahaan. Kondisi tersebut menggambarkan inefisiensi modal yang diinvestasikan oleh pemegang saham biasa dalam perusahaan. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan perhitungan rasio keuangan. Rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio aktivitas. Secara keseluruhan dengan menggunakan perhitungan rasio keuangan dapat diperoleh informasi bahwa kinerja keuangan perusahaan mengalami fluktuasi selama tiga tahun. Hal ini disebabkan karena jumlah hutang lancar lebih besar dibandingkan jumlah dari aktiva lancar. Dari perhitungan EVA dapat diperoleh informasi bahwa perusahaan mempunyai nilai tambah ekonomis yang dapat dikatakan cukup baik, hal ini menjadi nilai plus bagi perusahaan, karena belum tentu perusahaan dengan laba yang tinggi memiliki nilai tambah ekonomis sehingga tujuan perusahaan kurang maksimal. Nilai EVA cenderung fluktuatif karena terjadi penurunan pada tahun 2011. EVA membantu perusahaan dalam menghitung nilai tambah ekonomis, dimana nilai tambah ini ditujukan pada stakeholder. Dengan adanya nilai tambah, maka perusahaan dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai reputasi yang bagus. Hal ini tentunya akan menjadi factor penunjang bagi perusahaan untuk menarik minat stakeholder dalam berinvestasi. Tantangan bagi perusahaan adalah upaya apa yang harus dilakukan agar nilai EVA meningkat setiap tahunnya.
5.2. Saran Dalam pengukuran kinerja keuangan sebaiknya perusahaan tidak hanya berpatok pada rasio keuangan namun juga melakukan perhitungan EVA agar perusahaan dapat menghitung hasil dari biaya modal perusahaan. Dengan adanya nilai tambah ekonomis perusahaan, maka hendaknya manajemen perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya, agar EVA perusahaan tidak menurun dan cenderung fluktuatif. 6. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta. Atmaja, Lukas Setia. 2002. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Andi. Anwar Saifuddin. 2001. Penelitian. Yogyakarta: Pelajar.
Metode Pustaka
Brealey,Myers, dan Marcus. 2006. Dasardasar Manajemen Keuangan Perusahaan Jilid 2. Jakarta. Erlangga. Brigham, Eugene dan Joel F. Houston. 2001. Management Finance. Diterjemahkan oleh Suharto, Dodo, Wibowo, dan Herman. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga. Hanafi, Mamduh. 2008. Manajemen Keuangan Edisi 1. Yogyakarta: BPFE. Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.. Husnan, S. 2000.Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang) edisi 4. Yogyakarta: BPFE. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2001. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
211
Indriyantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE Iramani, Rr dan Erie Febrian. 2005. Financial Value Added: Suatu Paradigma dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 7, No. 1, Mei: 1-10. Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. Martono dan Harjito. 2003. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia. Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan. Malang: Bayu Media. Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 2. Yogyakarta: Liberty. Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan. 2004. Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasional Terhadap Return yang Diterima oleh Pemegang Saham, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6, No. 2, November: 140-166. Prastowo, Dwi dan Julianty, Rika. 2008. Analisis Laporan Keuangan, Konsep dan Aplikasi, Edisi Kedua. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Rivai.Vastural & Mulyadi, Deddy. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers. “Riwayat Singkat, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk”. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2012 dari http://www.indofood.com Riyanto, Bambang. 2003. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Bahasa Indonesia. Jilid II. Irwin Megrawhill. Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen. Edisi ke-2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Sugiri, Slamet dan Sulastin Ingsih. 2002. Akuntansi Manajemen: Sebuah Pengantar. Jakarta: YKPN. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sundajaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan 2. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Syamsuddin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Baru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Malang: Bayumedia Publishing. Weston, J. Fred dan Eugene Briggham F. 1993.Financial Management.Diterjemahkan oleh Sirait, Alfonsus. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlangga Winarni F. Dan Sugiyarso G. 2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Media Pressindo. Young S. David dan Stephen F. O`Byrne. 2001. EVA and Value Based Management.Diterjemahkan oleh Lusy Widjaja. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat. Yusgiantoro, Purnomo. 2004. Manajemen Keuangan Internasional : Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Robert, Anthony dan Govindarajan. 2004. Management Control System. Edisi Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 1 No. 2 April 2013| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
212