MEMBANGUN I(EKUATAN NASIONAL UNTUK KEMANDIRTAN
BANGSA
Oleh Kwik Kian Gie Dalam rangka memperingati 100 tahun Bung Hatta Tanggal 1.9Agasfits 2002
o
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Panitia Nasiona-l Peringatan 1OO tahun Bung Hatta, dan merasa sari.gat terhormat dijadikan pembicara utama dalam kesempatan ini. Kepada Keluarga Besar Bung Hatta selamat atas ulang tahunnya yang ke 1O0. Tidak saya mengucapkan berlebihan rasanya kalau dikatakan bahwa bangsa Indonesia beruntung dikaruniai oleh T\rhan salah seorar.g putera terbaiknya yang memenuhi yang Indonesia, bangsa panggilan zafiIarrrrya d.engan memerdekakan memainkan peran penting dalam meletakkan landasan dan dasar-dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa mengurangl ruang iingkup kiprah Bung Hatta dalam pembentukan negara bangsa, perannya terbesar adalah dalam bidang ekonomi dengan pikiran-pikirannya tentantg bagaimana mengisi kemerdekaan dengan pembangunan ekonomi yang mewujudkan kemakrnuran dan keadilan dalam pembagian manfaatnya. Secara pribadi saya merasa bersyu.kur dan merasa bangga bahwa saya memperoleh kesempatan beberapa kali berdiskusi dengal. Bung Hatta tenta.ng yaitu Nederlandscle berbagai hal, antara lain tentang almamater Hh, menjadi' diri yang meningkatkan Hand"elstwogesclwol !{eQerlandse.. Economkch.e Hogeschool dan kemud.ian memperluas dirinya menjadi Ergrsytus Uniu erstteit Rotterda.m sampai sekarang. Kesemuanya ini membuat saya iebih-lebih iagi merasa bahagia dapat bersumbang saran pad.a rangkaian diskusi hari ini. Para Hadirin Yth., Aneh rasanya bahwa 57 tatrun setelah kita merdeka dan berhasil membentuk negara bangsa yang berbentuk kesatuan dalam kem4jemukan, kita merasa perlu berbicara tentang "Membangun Kekuatan Nasional untuk Kemandirian Bangsa.' Bukankah kita sudah lama merdeka dan berdaulat yarlg dengan sendirinya juga mandiri?
DOi{,Utv1El.i-iASi & ARStp
BAPPENAS Acc. No. : Cla$s :
checkcd,iy';.9.,':..arn .-
ar,r.r\-
Marilah kita lihat kenyataan dewasa ini. Negara kita yang kaya akan minyak telah menjadi importir netto minyak untuk kebutuhan bangsa kita. Negara yang dikaruniai dengan hutan yang demikian h:as dan lebatnya sehingga menjadikannya negara produsen eksportir kayu terbesar di dunia dihadapkan pada hutan-hutan yang gfrndul dan dana reboisasi yang praktis nihil karena dikorup. Walaupurl telah gundul, masih saja terjadi penebangan liar yalg diselundupkan ke luar negeri dengan nilai sekitar 2 milyar dollar AS. Sumber daya mineral. kita dieksploitasi seca-ra tidak bertanggung jawab denga:e manfaat terbesar jatuh pada kontra-ktor asing dan kroni Indonesianya secara individual. Rakyat yang adalah pemiiik dari bumi, air dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya memperoleh manfaat yang salgat minima1. Ikan kita dicuri oleh kapal-kapal asing yang nilainya diperkirakan antara 3 sampai 4 milyar dollar AS. Hampir semua produk pertanian diimpor. Pasir kita dicuri d.engan nilai yang minimal sekitar 3 milyar dollar AS. Republik Indonesi a yang demikian besarnya dan sudah 57 tahun merdeka dibuat lima kali bertekuk lutut harus membebaskan pr:lau Batam dad nilai setiap kali batas wa-ktu untuk pengenaan pajak pertambahan diberlakukannya pengenaan PPr: sudah mendekat. Semua orang menjadikan tidak datangnya investor asing menjadi ancaman untuk semua sikap yang sedikit s4ja rriencerminkan
pikiran yang mandiri.
yang kita banggakan hanyalah industri manufakh:r Industri-industri yang sifatnya ind.ustri tukang jahit dan perakitan yang bekeda atas upah kerja dari para m4jikan asing dengan iaba yang berlipat-lipat ganda dari upah atau maakloon yang membuat pemilik industri perakitan dan industri penjahitan itu cukup kaya atas penderitaan kaum buruh Indonesia seper[i yang dapat kita saksikan di film "Ne7a Rulers of the WorI& buatan John Pilger. Pembangunan dibiayai dengan utang luar negeri melalui organisasi yang bernama IGGI/CGI yang penggunaannya diawasi oleh lembaga-lembaga internasional. Sejak tahun Lg67 setiap tatrunnya pemerintatr mengemis utang dari IGGI/CGI sambil dimintai pertanggungjawaban tentang bagaimana dirinya mengurus Indonesia? Anehnya, setiap tahun mereka bangga kalau utang yang diperoleh bertambah. Mereka. merasa bangga dapat memberikan pertanggungan jawab kepada IGGI ketimbang kepada parlemennya sendiri. Utang dipicu terus tanpa kenda,li sehingga sudah lama pemerintah hanya mampu membayar cicilan utang pokok yang jatuh tempo dengan utang baru atau dengan cara gali lubang tutup lubang. Sementara ini dilakukan terus, sejak tahun 1999 kita sudah tidak mampu membayar cicilan pokok yang
h-
jatuh tempo. Maka dimintalah penjadwalan kembali. Hal yang sama diutangi di tahun 2OOOdan lagi di tahun 2OO2. Kali ini pembayalan bunganya juga sudah tidak sanggup dibayar sehingga juga harus ditunda pembayarannya. Jumlahnya ditambahkan pada utang pokok yang dengqn sendirinya juga kewqjiban pembaygran bunga oleh menggeiembung yang mengandung e pemerintah.
o
Bank-bank kita digerogoti oleh para pemililceya sendiri. Bank yang kalah clearing dan harus diskors diselamatkan oleh Bank Indonesia dengan monciptakan apa yang dinamakan fasilitas diskonto. Setelah itu masih kalah cleari.ng lagl, d.an diselamatkan lagi d.engan fasilitas diskonto ke II. Uang masyarakat yang dipercayakan kepada bank-bank dalarn negeri dipakai sendiri oleh para pemilik bank untuk mendanai pemben$1kan konglomerat sambil melakukan mark-up. Pglanggaran Legal Lending Limit dilanggar selama yang menghancurlcan' dengan bertahun-tatrun. banknya dalam . jumlah perlindungan otetr Bank Indonesia send.iri. Maka ketika krisis ekonomi melanda Ledonesia di aktrir hancur lebur.
tatrun
L997, terkuaklatr
betapa bank
sudah
Kepercayaan masyarakat menurun drastis. Rupiah melematr aari np. '2.4OO per dollar meqjadi Rp. 16.0O0 per dollar. Dalam kondisi yang seperti ini Ledonesia yang anggota IMF dan patuh membayar iurannya menggunakan hatrorya untuk minta bantrran. Kita mengetahui batrwa paket 'bantuan dari IMF disertai dengan eonditionalities'yartg'hams dipenuhi oleh pemerihtatr Indonesia. Namun tidak kita perkirakan bemula. batrwa isinya d'bmikian tidak masuk akal dan pada demikian menekan serta merugikannya. Juga tidak kita perkirakan awalnya bahwa kehadiran IMF di Indonesia meqjadikan semua lembaga internasional seperti CGI, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia bersatu padu dalam sikap'dan persyaratan di bawatr komando IMF. IMF mensyaratkan bahwa pemerintah melaksanakan kebijalcan dan program yang ditentukan olehnya, yang dituangkan dalam Memorqndum of Economic and Financial Policies (MEFP) atau lebih memasyarakat dengan nama Letter of Intent atau LOI. Bank Dunia setiap tahunnya juga menJrusun apa yang dinamakan Country Strategg Report tentang Indonesia yang harus dilaksanakan kalau tidak mau diisolasi oleh negara-negara CGI yang sarnpai sekarang setiap tahun memberikan pinjaman kepada Indonesia. Justru kargna jumlah utang
'1"
batas-batas kepantasan dan prinsip kese|.rruhannya sudah kesinambungan, untuk sementara.dan entah.sampai kapan kita tidak dapat hidup tanpa berutang terus setiap tahunnya kalau kita tidak mall bahwa melampaui
puluhan juta anak miskin keln-rrangan gtrzi dan putus sekolahKalau kita baca setiap LOI dan setiap Country Strategg Report serta da-lam perumusan lembaga-lembaga internasional setiap keikutsertaan kebijakan pemerintah, kita tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan bahwa yang memerinta-h Indonesia sudah bukan pemerintah Indonesia sendiri. Jelas sekali bahwa kita sudah lama merdeka secara politik, tetapi sudah kehilangan kedaulatan dan kemandirian dalam mengatur diri sendiri. Para Hadirin yang terhormat, . . Kond.isi ini sudah merp.pakgn lingkalan setan yang disebabkan karena terjerumusnya pemerintah kita ke'dalarii lub'ang yang disebut jebakan utang adalah yang secara populer dapat atau d.ebt trap. Karal
F!l
Kalau selama penjajahan yang tiga setengah abad lamanya itu:,,kita dihadapkan pada kekuatan senjata kaum penjqjah , yang kita hadapi sekarang yang membuat kita tidak dapat bukanlah senjata, melainkan pikiran-pikiran bergerak secara merdeka. Mengapa? Bukankah kita negara yang sudah merdeka dan berd.aulat penuh?'Memang, tetapi kalau kita berani meianggar yang dominan atau mnin stream thoughts dari masyarakat dianggap pelanggaran kontrak, kita dianggap melakukan internasional, melakukart contract breukyarrg harus d.ihukum dengan diisolasinya Indonesia d.ari r":arsyarakat internasional. Beranikatr kita menghadapi isolasi dengan segala konsekuensinya? Musuh kita untuk meraih kembali kemandirian oleh lembaga-lembaga bangsa bukal hanya aturan main yang ditentukan internasional, tetapi di dalam Ind.onesia diperkuat oleh sekelompok elit intelektual bangsa Ind.onesia yang besar pengaruhnya dalam pembentukan . main'stream opini publik, betapapun tidak masuk. akalnya pikiran-pikilan yang menjelma menjadi aturan, konvensi, dogma dan doktri+ yilng bagaikan pikiran-pikiran
o
sabda Tuhan yang mutlak. Kita tidak mungkin memperoleh kembali kemandirian kalau kita tidak berani melakukan terobosan yang inovatif dan kreatif. Inovasi dan lcreativitas memang selalu harus menerobos penghalaqg yalg sudah menjadi aturan main,-konvensi, dogma dan dolrtrin. Namun untuk melakukan itu semuanya ada biayanya, ada resikonya dalam bentuk kesengsaraan sementara. Ketika itu nanti terjadi, adalah para komprador dan kroni bangsa kita sendiri yang melatui penguasaan dan pengendalian menghujat 6an menakut-nakuti pembbntukan opini publik. Ini tidak mengherankan. Dalam setiap TarrLan' selalu ada saja pengi
nasional mau.pun internasional.
Maka untuk meraih kemandirian, kita harus menggalang kekuatan nasional untuk melibas atau paling tidak . mengkerdilkan pengaruh Mafia Ekonom Ord,e Baru itu. Mereka tidak punya pendirian. Mereka sudah muiai KOTOB. Mereka menjadi berpengaruh ketika Bung Karno mendirikan pemegang kendali mutlak selama zar{LarLOrde Barr. Dalam era Gus Dur, mereka melekatkan diri melalui pembentukan berbagai dewan penasihat, tim asistensi dan sebagainya yang disponsori dan dipaksakan kepada Gus Dur 5
oleh kekuatan-kekuatan
internasional.
Dalam era Megawati sekarang ini, mereka bahkan mengendalikan banyak Eselon I dan II dari semua departemen dengan Organisasi Tanpa Bentuk (OTB) yang rapi bagaikan kabinet. Para patuh angggotanya ltidak kepada Presiden Megawati, tetapi kepada Presidennya sbndiri yang dilengkapi dengan para Menteri tanpa bentuk pula, tetapi de factolyang berkr:asa aths bagian-bagran penting dari birokrasi resmi. Bagaimana caranya? Slogan para komprador itu adalah bahwa nasionalisme sudah mati dan tidak relevan lagi dengan arus globalisasi yang semakin hari semakin deras. Dolctrin mereka adalah bahwa Indonesia harls menjadi bagian dari borderless taorld, tidak boleh memasang pagar apapun juga untuk melindungi dirinya sendiri. Sistem lalu lintas devisa haruslah bebas mengambang tota7, BUMN harus dijual kepada swasta, sebaikr:ya swasta asing, karena hanya merekalah yang mampu mengurus perusahaan. Pendelmya liberalisasi total, globatisasi. total, dan asingisasi..total. Sloganpropaganda mereka adalah 'Apakah A Seng lebih baik daripada Asing?', dan "BUMN minta diinjeksi uang oleh pemerintah, tetapi perusahaan asing membayar pdak kepada pemerintah.' Maka dalam rangka membangun kekuatan nasiona-l, yang pertama harus kita lakukan adalah menumbangkan doktrin-doktrin anti nasionalisme yang terus menerus tanpa bosannya harus kita ulangl tagt dan ulangr lagr. Cara inilah yang diterapkan oleh Bung Karno dalam menggalang kekuatan nasional. Mafia Ekonom Orde Baru pal-am betul tentang hal ini. Itulah sebabnya mereka mencemooh yaxg ingin menggalang kekuatan nasional mela-lui kampanye atau pengulangan tentang y{rg sa-lah dan perbaikannya akan diperjuangkan sebagai membosankan, tidak mempunyai pokok pembicaraan lain, sudah lil.no, dal seterusnya. Mariiah kita bahas apakah benar bahwa nasiona-lisme memang sudah mati dan tidak releval lagi? Tidak dapat dipungkiri bahwa tatanan dunia telah berubah banyak, dan globalisasi ada-lah hal yang riil. Namun kalau dikatakan bahwa nasionalisme suda-h mati dan tidak relevan lagi adalah kesa-lahan besar. Lagi-lagi adalah kelompok Mafia Ekonom Orde Baru yang sangat glgrh menJrua-ra-kan bahwa nasionalisme adalah bagaikan katak da-lam tempurung, hanya dianut oleh orang-orang kuno yang tidak berpendidikan dan sudah san gat ketinggal at1 zarr'an tentan g bagaimana dunia bekerj a. Presiden George W. Bush, baik dalam tutur katanya maupun dalam simbolisme-nya jelas seorang nasionalis sejati. setiap hari dia menyematkan
o
para founding fathers kita yang sangat luas dan jauh monumen daiam pemil[iran kedepan. Bung Hatta sendiri merupakan pembangunan ekonomi. Tetapi karena perjuangan kemerdekaan itu sendiri adalah perjuangan yang panjang dan sangat berat, fokus segala pemikiran
jangkauan
pemikiran
dan upaya memang seoiah-olah hanya terpusat pada kemerdekaan poiitik belaka. Kemudian setelah kit?r. merdeka, kita langsung dihadapkan pada masalah bagaimana mempertahankan kemerdekaan sebagaa,nation state yang dan upaya disedot oleh kokoh dan bersatu padu. Segala pemikiran pemahaman dan penghayatan negara bangsa, atau oleh nation and character building. Yang saya rasakan, betapa sedikitnya generasi saya (apalagr generasi muda sekarang) yang memahami dan menghayati betapa suiitnya menempa penduduk
o
negara kepulauan kita menjadi satu bangsa kesatuan, terutama seteiah dfiqiah dengan politik deuide et impera selama 3,5 abad. Kurangnya penghayatan inilah yang membuat banyak di kalangan elit kita mencemooh . Bgng Karno sebagai diktator demngoog yang hanya pandai mengombang ambingkan sentimen massa d.engan retorikanya yang kosong dan keblinger, tetapi tidak becus mengurus perekonomian negaranya. Namun banyak juga yaifu panggilan yang bisa melihat sisi lain dari period.e kepemimpinannya, sejarah untuk memimpin di dalam sebuah periode pembentukan persatuan dan kesatuan negara bangsa yang baru s4ja merdeka, tetapi bangsa yang sangat pluralistik dengan kepulauannya, yang selama 3,5 abad dijajah dengan cara deuide et impera tadi. Maka bagi saya, periode antara L945 sampai L966 adalah periode perjuangan keras dan sulit, melalui segala trtal and errors-raya untuk tiba pada pembentrrkan nation dan karakter bangsa dengan negara kesatuan yang mengenal sistem kabinet presidensiil, yang terobsesi terhadap pengambilan
tetapi tidak keputusan secara musyawaratr dan mufakaf, pemungutan tanpa' . mengharamkan suara kalau alternatifnya I adalah keputusan atau kekalutan. Dan karena itu, menjadi negara bangsa yarlg demokrasinya bisa menghindari diktator mayoritas dan tirani minoritas. Bangsa yang tidak menganut faham batrwa konsensus nasional adalah 50 persen ditambah 1. Bangsa yang secara moril melalui obesesi musyawarah mufakat selalu mendengarkan dan mencoba meyakinkan minoritas sampai habis-habisan sebelum mengambil jalan pintas melalui pemungutan suara. Bangsa, yang partai mayoritasnya tidak meninggalkan ruang sidang untuk ke WC atau minum kopi selama partai minoritas berbicara, dan hanya masuk untuk menolak segala usulannya. Tetapi bangsa yang mayoritasnya terobsesi untuk mencapai keputusan secara musyawarah dan mufakat, sehingga mendengarkan minoritas dan menanggapi seca-ra sungguh-sungguh, walaupun hanya 1O persen saja. Pembentrrkan bangsa minoritasnya bercirikan pluralistik yang mempunyai satu bahasa nasional. Bangsa dengan
\ . I.-,
toleransi beragdma yang sulit dicari duanya. Masih segar di dalam ingatan kita keingtnan Quebec di Kanada untuk memisahkan diri karena kesatuan bahasa mereka yang lain dengan bagian-bagran lain dari Kanada, yaitu perancis versustlnggeris. Masih kita saksikan sampai sekarang betapa bangsa Irlandia yang letaknya di Eropa Barat itu masih saling membunuh karena perbedaan agama. Masih segarlrrg di ingatan kita betapa bangsa Belgia yang sekecil itu dan juga terletak di Eropa Barat masih saling membunuh karena perbedaan bahasa di kalangan mereka. Kalau kita tempatkan kondisi kita dalam perspektif ini, sia-siakah periode' antara 1945 dan 1966 yang diwarnai oleh pergulatan keras dan tampak semerawut itu untuk pembentukart nation dan kara-kter? Dan apakah ihr bukan nasionalisme yang masih besar dampak positifnya sampai hari ini? Bung Karno juga dicemooh sebagai orang yang suka gemerlapan, suka terhadap proyeklproyek mercu suar. Yang dijadikan pembangunan Hotel Indonesia, T\:gu Monr:men ,aj26tg ejekan ketika itu adalah .. Nasional dan jalan-jalAn .raya Thamrin, Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot 'Subroto, bgpass ke Tanjun! eriot dan sebagainya. Tetapi begitu berkuasa, para pengejek itu iangsung saja membangun proyek-proyek yang jauh lebih banyak dan jauh lebih megah daripada era Bung Karno. Kantor-kantor pemerintah dibangun sebagai gedung-gedung pencakar langit yang sangat kita dapatkah Sebaliknya, dengan utang. dibiayai mewa-h, walaupun membayangkan apa jadinya Jakarta sekarang tanpa jalan-jalan tersObut? Dalam walctu singkat, jalan-jalan yang dinamakan mercu sua-rnya Bung Karno itu menjadi macet, dan para telmokrat Malia Ekonom Orde Baru merasa wajar-wajar dan sah-sah saja membangun jalan tol yang dimonopoli oleh Ibu Tutut Soeharto. Bisakah kita membayangkan bagaimana Jakarta tanpa Hotel Ind.onesia sebelum munculnya hotel-hotel berbintang lainnya? Hotel Indonesia juga menjadi kerdil da-lam waktu singkat, dan para tekrrokrat Mafia Ekonom Orde Baru itu merasa wajar-wqjar dan sa-h-sah saja bahwa kredit dalam jumlah raksasa dipakai untuk mendanai pembangunan hotel-hotel mentereng, terutama Hotel Grand Hyatt dengan serarnpangan yang ald:irnya menjadi macet semuanya. Setelah semlla bank rusak, para teknokrat MaJia Ekonom Orde Baru juga merasa normal-normal saja bahwa pemerintah menginjeksi dengan surat utang yaurlgberpotensi membengkak sampai menjadi kewajiban membayar dengan jumlah ribuan trilyun rupiah. Mengapa? karena IMF menganggap wajar. Dengan mengemukakan ini semuanya, saya halya ingin mengingatkan betapa tipisnya apresiasi dan penghayatan kita terhadap perspektif sejarah dari nasionalisme, yang dari periode ke periode mempunyai panggilan zarnatlrrya sendiri-sendiri, yang membutuhkan gaya kepemimpinan yang sendiri-sendiri pula, dan yang mempunyai prioritasnya sendiri-sendiri
o
pula, karena
keterbatasan
kita sebagai manusia
untuk
melakukan
seketika. Bagr
segalanya 't:..'..
1966 adalah periode 1945 sarnpai saya, periode antara dan telah menghasilkan negara bangsa yang produktif pembentukan kehidupan bernegara dan berbangsa seperti yang saya gambarkan tadi. Eksesnya ada, tetapi zarrLarr Apa yang tidak membawa ekses? Periode ini adalah tahap akhir dari nasionalisme lama.
o I
:
l
Dengan nation seperti itu sebagai land.asan, Hh memulai periode baru di tahun Lg66 dibawah kepemimpinan Pak Harto. Periode ini bercirikan pembangunan ekonomi secara pragmatik dan teknokratik. Stabilitas sebagai yang berkesinambungan pembangunan ekonomi bag mutlak syarat diserahkan kepada ABRI. Strategi pembangunan diseratrkan kepada kaum Indonesia. teknokrat yang berintikan para cendekiawan dari Univelsitas Kekalutan moneter dilanggulangr dengcn terobosan-terobosan sanering uang panas. Inflasi yang 600 persen diturunlran sampai pada propgrsi yang wqjar melalui penarikan uang d.engan insentif pemutihan modal dan bunga deposito dengan lembaga-lembaga yang sampai 60 persen seta,trun. Hubungan dan dengan negara-negara Barat yang membeku dibuka internasional kembali, yang memungkinkan mengalirnya bantrran luar negeri dan investasi modal asing. Berbagai insentif bagi penanarnan modal, baik asing maupun PMA dalam negeri diberikan, seperti yang tertuang di dalam undang-undang mengenai statistik angka-angka menta\iubkan, dan PMDN. Hasilnya perEumbuhan meyakinkan, sedangkan secara fisik dapat kita saksikan, bahwa Sandang dan pangan pralctis tidak ada lagi jalan yang berlubang-lubang. serba cukup katau dibandingkan d.engarr situasi tahirn 1965-1966. Di kotakota kecil dan pedesaan kita'saksikan kemalcrnuran dan kesejatrteraan yang dengan tahun 1965-L966. Di perkotaan, mencolok ka-lau dibandingkan terutama di Jakarta, asalkan kita tidak memasuki daerah-daerah kumuh, kita tidak merasa berada di negara yang sedang berkembang. Jalan-jalan macet dengan mobil yang harganya ratusan juta sampai miliaran rupiah. Para entrepreneur dan eksekutif berlalu lalang di restoran-restoran dan hotel-hotei mahal termahal yang harganya dicantumkan dalam US $, dan tidak'kalah dengan negara-negara maju. Ind.onesia yang mengena-l sistem lafu Untas devisa bebas dan membuka pintu lebar-lebar terhadap modal asing memang terkait erat dengan intensifnya sebuah gejala yang kita kenal dengan globalisasi. Seorang eksekutif dari perusahaan garmen di New York yang transnasional mengendalikan perusahaannya di seluruh dunia melalui telpon, faksimili, lt
komputer, dan modemnya, lebih tergantung pada para perancangnya yang ada di Itali, para ahli marketingnya yang ada di Paris, para pemasok mesin yaa1gada di Jepang dal para konglomerat eksportir tukang jahit yang ada di yang ada di tetangganya di New Jakarta, daripada perusahaan-perusahaan York. Banyak dari wiraswasta kita yang lebih tergantung pada sumber dana dan pasar internasiona-l daripdda sumber dana dan pasar domestik. Banyak atau para usahawan kita yang bermitra dengan perusahaan-perusahaan hartawan in.ternasional, yang beraneka ragam tingkat kemandiriannya di da-larn perusahaan patungan itu. Perusahaan transnasionalnya merasa dia lihai karena bisa menggunakan orang sangat ternama menjadi kompradornya. Sebalilcrya orang Indonesia yang bersangkutan sangat bangga, bahwa dia bisa menSadi kaya tanpa modal dan tanpa konsep, asalkan nurut saja dengan keinginan mitra asingnya. Mereka berpendidikan Barat, bisa bergaul dan berbahasa Inggris dengan fasih. Perilaku dan tata nilainya mengenai apa yang sopan dan apa.yang tidak sopan.sudah Barirt. Basa basi dan hr,rmornya sudah. Barat. Dia adalah kosmopolit yang universal. Di luar negeri, teruiama al negara-negara maju dan kaya, dia mempunyai villayang mentereng dan mobil yang mahal. Dalam suasana seperti ini lalu muncul kelompok cukup berpengaruh yang mulai beranggapan bahwa nasionalisme sudah mati. Nasionalisme politik. mempertahankan Urusan kemerdekaa:r adalah mencapai kemerdekaan supaya tidak di aneksasi oleh negara lain adalah urusan ABRI yang mereka gaji melalui pembayaran pajak. Unrsan keamanan dan polisi yang juga mereka gaji melalui adalah urusan kententeraman pembayaran pajak. Demikian juga dengan para birokrat yang menjaga, supaya kehidupan ini menjadi nyaman, tenteram dan damai, supaya mereka bisa berkiprah secbra kontinyu. Ya, itu semuanya diakui. Tetapi terkadang dirasakan menjengkelkan karena memeras. Maka kalau perlu, digantilah fungsi d.ouane dengan SGS. Tetapi mereka ada-lah kelompok kosmopoiit yang universal. Mereka yang mengendalikan arus barang, arus jasa dan arus uang yang tidak mengena-l pendapatan dengan batas-batas negara. Mereka-lah yang membangkitkan jaringan nasional maupun jaringan internasionalnya. Mereka yang mengalami setiap menit, bahwa uang tidak mengenal batas-batas negara. Negara bangsa adaiah mesti, karena biasanya memang harus ada, walaupun nyatanya batasbatas politiknya pun bisa berubah-ubah seperti yang sedang terjadi di Eropa, baik Barat maupun Timur. Negara bangsa atau nati.on states mempunyai kehidupannya sendiri, sedangkan satuan-satuan produksi, distribusi dengan
t2
a
internasionainya adalah corporate states yang batasan-batasannya tidak sarna dengan batasan-batasan wilayah geografis dan politik. Karena",itu, bagi mereka nati"on states haruslah berfungsi dan bersifat melayani corporate states, harr.rs ondergeschikt pada corporate states.
jaringan
Mereka heran apabila dalam zarrLaf,Lseperti ini masih ada orang yang berteriak nasionalisme dan patriotisme. Apa yang mau dijadikan sasaran patriotisme-nya? Walaupun ada, dan bahkan cukup banyak dan cukup besar lobi dan pengaruhnya dari kelompok yang baru saya gambarkan tadi, tetapi di tengahtengatr bangsa kita toh masih ada yang berpendapat dan berkeyakinan batrwa nasionalisme dan patriotisme masih relevan. Saya termasuk kelompok ini. Maka menjadi menarik apa argumentasinya? Punyakah kita argumentasi yang sekuat argumentasi mereka? Bukankah kaum nasionalis di z*rrnan sekarang Periukah orang-orang kerdil, sempit seperLi katak di dalam tempurung? manusia merasa mempunyai ikatan sebagai bangsa, kalau dunia ini sudah yang demikian intens-nya? dan transparansi terkait dengan komunikasi Memang manusia selalu membutuhkan kelompok. Tetapi bukqnkah kelompok ini diikat dengan kepentingan materi melalui uang yang konvertibel di seiuruh kesetiaan kita yang relevan adalatr kesetiaan kepada dunia? Bukankah corporate state-nya masing-masing y{Lg bisa mempunyai markas besar di mana sqja atas dasar pehitungan untung rugi materialistik dan pragmatik? Kalau memang ada ikatan dalam rangka negara bangsa atau nati.on dengan pertanyaan-perlarryaan tersebut state yang menjawab bisa meyakinkan, itulah nasionalisme baru yang bisa menjawab tantangan zarrLarL apa bentuknya dan apa sekarang. Adakah itu? Bagaimana gambarannya, argumenta.sinya? Marilah kita telusuri. . lzinkanlah saya memulai dengan dialog dalam kampanye pemilu yang untuk pertama kalinya saya alami di dalam hidup saya, yaitu di bulan Maret tahun L9BT di Petak Sinkiang, Jakarta. Ketika kepada massa saya tanyakan, kalau saya hidup di dalam keluarga yang sangat rukun dan harmonis, apakah berarti kita memusuhi keluarga tetangga kita? Massa menjawab serentak dengan "tid.aaak". LaIu saya tanyakan 1agi, kaiau satu RT sangat rukun, saling membantu dan harmonis, apakah RT itu mesti bermusuhan dengan RT lainnya? Dijawab lagi "tidaaak". Karena dalam rangka kampanye, lalu seya tanyakan
lagi, apakah kalau warga PDI bersatu padu, memperkuat diri, memperbaiki diri, saling asah, asih dan asuh, apakah dengan sendirinya ta IJ
)-
i
bermusuhan ciengan PPP dan GOLKAR? Dijawab lagi dengan "tidaaak". Saya bertanya lagi,l bagaimana kalau partai politik, RT, RW dan keluarga kita bubarkan saja, karena toh tidak relevan? Dengan serentak dijawab lagi: "tidaaak". Setibanya di rumah saya merenung, mengapa saya tanyakan yang saja kalau tidak terakhir, yaitu apakah tidak lebih baik dibubarkan berhadapan dengan musuh bbisama? Saya tiba pada kesimpulan, bahwa di I
bawah sadar,r saya ternyata kerdil, karena saya hanya melihat manfaat pembentukan kelompok kalau menghadapi musuh. Saya tidak melihat bahwa pembentukan kelompok yang mempunyai kesamaan, apapun kesamaan itu, ternyata mempunyai daya sinergi untuk membangkitkan hal-hal yang baik dan berguna bagi umat manusia. Tetapi massa yang "bodoh" ifu, secara naluriah ternyata pandai. Maka mereka berpendapat, bahwa walaupun tidak pembentukan tetap perlu, tetap tidak perlu kelompok ada musuh, dibubarkan.
Berlakukah
opini yang demikian itu bagi negara bangsa?
Maka yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, apakah negarabangsa yarig sud.ah tidak mempunyai musuh penjajah lagi masih berguna? Apakah negara bangsa yang kecuali tidak dijajah, juga semakin lama semakin tidak mempunyai perbedaa-r: ideologi lagi dengan bangsa-bangsa lainnya, masih relevan dipertahankan? Beberapa entrepreneur dart eksekutif tadi mengatakan masih perlu, tetapi hanya untuk menjaga keterliban, menjaga keamanan dan keselamatan bagi dirinya, serta membangun infrastruktur yang dibutuhkan oleh corporate state-nya. Maka baginya, nation state hanrslah tunduk dan hanya melayani corporate state yang mereka miliki dan kendalikan. Tadi telah saya katakan bahwa saya bukan penganu.t faham yang demikian. Saya tetap yakin, bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang selalu membutuhkan identifrkasi dengan kelompok yang mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu. Kesamaan yang paling mend.asar adalah kesamaan senasib sepenanggungan dan atas dasar ini mempunyai kehendak membentuk negara bangsa. Kelompok sebagai bangsa selalu mempunyai na-luri mengarnbil nilai tambah dari bangsa lainnya. Caranya yang paling primitif adaLah peperangan fisik, saling memusnahkan dan sa-ling menghalau, supaya memperbesar lahan Peperangan-pepera-ngan yang nafkahnya. demikian ada-lah peperangan-peperangan kecil dari suku-suku primitif atau tibes usar. DaJam bentuknya yang sudah lebih modern lagi, negara bangsa yang lebih kuat menaklukkan dan menjajah bangsa lainnya dengan senjata. Tujuan akhirnya adalah melakukan penghisapan nilai tambah dari negara yang terjajah. trltatca kolonialisme menjadi mode di mana-mana di seluruh penjuru dunia, dan kita menjadi korban Belanda selama 3,5 abad. Dengan t4
dimensi yang lebih modern dan lebih besar lagi, Jerman Nazi di belahan Ei'opa dan Jepang di belahan Asia Timur ingin menundukkan bgngsa-bangsa di sekitarnya untuk mengambil nilai tambah dari seluruh Eropa bagi Jerman dan di seluruh Asia Timur Raya bagr Jepang. Jepang, bahkan ingin melebarkan sayapnya lagt ke Pasifik dengan menggempur Pear Harbour. Berkecamuklah Perang Dunia'ke II yang diaktriri dengan bom atom yang dahsyat. Setelah itu, terbentuk pengelompokan-pengelompokan antar negara dengan biok-blok super power, NATO, dan Pakta Warsawa, masing-masing dibawah pimpinan Amerika Serikat dan Uni Soryet. Mereka mulai melakukan perlombaan persenjataan. Tetapi senjatanya sudah bukan tbom atom lagi, melainkan yang lebih dahsyat lagi, yaitu bom dan rudal nuklir. Kalau sampai senjata itu dipakai di dalam pertempuran dengan skala global, akan musnahlah semua kehidupan di bumi ini. Jepang dan Jerman yang dikatahkan dalam perang dunia ke II narnpaknya yang paling jeli mengenali, bahwa pengambilan nilai tambah dari bangsa lain tidak bisa.lagi dilakukan dengan senjata. Karena senjatanya sudatr nuldir dengan daya musnatr yang sangat dahsyat, pengambilan nilai tambah melalui penjqiaha4 dengan senjata yang mengundang peperangan nuklir tidak akan terjadi. Tidak akan terjadi, karena manusia juga mempunyai naluri mempertahankan diri. Maka {.p"ttg dan Jerman, tetapi tenrtama Jepang yang paling mengerti dan segera mempraktekl
)
eksekutif sesuai kemampuannya. Tetapi selalu didasarkan atas perhitungan y^ng tajam.. Senjatanya, sekali lagi, adalah manajemen dan teknologi. Maka tidak tertr-rtup kemungkinan bahwa nilai tambah yang diraih dari negara-negara terbelakang oleh negara-negara maju sangat besar. Mungkin sekali jauh lebih besar daripada ketika menjajah model ln-rno zarrl:an kolonial ' abad ke 18. Tetapi di dalam penampilannya ada perbedaan yang sangat besar. Kalau dulu yang terjajah merasa sangat dihina, merasa sakit dan juga secara materi merasa sengsara. Sekararr.g.lain lagi. Yang dijajah adalah negara yang sudah merdeka dan iberdaulat. Elit yang berkuasa tidak merasa dihina. Mereka menjadi kaya' dan mentereng karena korupsi, walaupun pada hakekatnya ada-lah komprador suruhannya belaka. Tetapi kalau yang menjadi suruhan .didukung oleh pemerintah dari negara yang merdeka, dan toh bisa menjadi dengan kekayaannya ini lalu bisa sangat bergaya di negaranya l*y",.dqq sendiri maupun di mana saja di seluruh penjuru dunia, penggaitan nilai tambah yang demikian bisa dirasakan sangat nyaman oleh yang sedang di
. kaya
eksploitasi. Dari uraian tadi jelas, bahwa percaturan dunia diwarnai oleh hubungan antar negara yang semua-nya sudatr merdeka secara politik, menyempitnya perbedaan ideologi antar negara, sedareg berlangsungnya proses regionalisasi negara bangsa di mana-mana, menciptakan pengelompokan-pengelompokan baru atas pertimbangan yang lebih banyak di dominasi oleh pertimbangan ekonomis, tetapi di motori oleh semangat nasionalisme baru dengan daerah geogra{is yang lebih luas. Nasionalisme baru adalah nasionalisme yang mengenali dengan tajam interaksi antar bangsa zarnarL sekarang dan mampu mengantisipasi perkembangannya. Maksudnya tidak hanya memantau sambil menutup dirinya, tetapi ikut bermain di dalam percaturan dan interaksi antar bangsa di dunia. Namun orientasi dari pengenalan dan kewaspadaan ini bukan untuk kemakmuran orang seorang, melainkan untuk seluruh bangsanya seadil mungkin. Semangat nasionalisme barr dalam menciptakan dan merebut nilai tambah tidak mau kalah dengan bangsa lain, tetapi tidak melalui penutupan diri, melainkan melalui semangat saling mengunggrrli. Dengan demikian, seorang nasionalis baru adalah orang yang menghitung dengan tajam dan enggan menerima tawaran menjadi komprador mitra dagang asing, kalau dari perhitungannya dia tahu bahwa nitai tambah l6
secara tidak adil dan tidak seimbang lebih menguntungkan mitra asingnya daripada bangsanya. Seorang nasionalis baru adalah orang yang merasa sangat terganggu ketika di luar negeri menyaksikan alangkah kalahnya negaranya sendiri dalam sega-la bidang, dalam kemakmttran, dalam penguasaan teknologi dan manqjemen, dalam kebersihan, dalam keadilan sosialnya, dan menterjemahkafe rasa malu itu ke dalam sem?ngat tidak mau ka-lah dan ingin mengejar ketinggalannya. Orang yang bukan jnasionalis baru ada-lah orang yang ketika menyaksikan semuanya itu lalu berkeinginan menetap saja di luar negeri, atau tidak menetap, tetapi membeli rumah, mobil, minta izin tinggal, supaya dari waktu ke walctu bisa menikmati kemakmuran negara lain itu, dan memikirkan bagaimana dia bisa, meningkatkan kemalcrrrurannya di luar negeri yang sudah nyarnan dengan, menggaet nilai tambah dari negaranya sendiri, kalau perlu hanya sebagai komprador s4ja. Seorang nasionalis. baru ketika mengunjungr pabrik langsung melakukan catatan-catatan dan pemotf:ten-pemotretan dengan semangat ingin meniru barang. Orang yang 6utcan nasionalis barrr hanya berkeinginan memiliki produk untuk konsumsinya sendiri supaya bisa lebih bergaya. Seorang yang bukan nasionalis barr tanpa perasaan terganggu memakai barang mewah buatan luar negeri dengan bangganya, sedangkan nasionalis baru juga memakainya, tetapi selalu diliputi perasaan penasaran mengapa bangsanya tidak bisa membuat barang yang sama. Seorang yang bukan nasionalis banl mau saja bermitra dengan pemsahaan asing untuk menggait nilai tambah bagi si asing tanpa perasaan terganggu. Seorang nasionalis baru mungkin juga melakukan dan berbuat yang sarna, tetapi selalu diganggu oleh perasaan penasaran, mengapa dia tidak bermitra juga dengan perusahaan asing di negara si asing juga, supaya sama der4jatnya. Seorang nasionalis membuat
baru berusaha keras supaya memperlakukan para ahli Indonesia sama dan sederajat dalam perlakuan, dalam kepercayan dan dalam penggajian dengan para atrli asing, asalkan pendidikannya di sekolah yang sarna di luar negeri, dan pengetahuan yang dimilikinya maupun kepandaiannya lsama. Seorang yang bukan nasionalis baru cenderung masih dilekati oleh jiwa yang terjajah, yang selalu lebih menghargai para ahli asing, terutama yang byle, walaupun pilihan yang dihadapinya, yang bangsanya sendiri juga tamatan dari sekolah yang sama, dan bisa menu4juld
tahapan kemampuan sesuatu bangsa dalam ekspor, bisa kita bedakan sebagai berikut: 1. Mengekspor barang buatannya sebagai "tukang jahit". Design, spesifikasi, caxa membuatnya, mesin-mesinnya, prosedur produksi dan administrasinya, bahan bakunya, semuanya ditentukan oleh perusahaan asing yang akan menalrrpung produlcrya untuk dipasarkan di luar negeri. Merek juga harus memakai merek dari prinsipal. Untuk jasanya, mitra Indonesia yang "tukang jahit" ini memperoleh imbalan sekedarnya. Biasanya sangat kecil. 'tukang jahit' ini, dia menguasai pengetahuan dan Tetapi dari bekerja sebagai ketrarnpilan untuk membuat produk yang eksak sarna. Maka dia mulai meningkatkan dirinya ke da-lam tahap.an yang berikutnya, yaitg 2. Membuat barang yarrg eksak sa-lna, tetapi memakai merelcrya sendiri. Dengan demikian ternyata bahwa harga pokoknya. Sauh lebih rendah dari harga yang dijual di luar negeri dengan merek prinsipalnya. Jadi dia sekarang sudah bisa membuat barang yang kualitasnya eksak sama, tetapi dengan memakai merelceya sendiri. ini adalah tindakan yang sangat prinsipil dan krusial, karena dia sekarang dipal<sa untuk bisa meyakinkan konslrmen di luar negeri, bahwa produknya tidak kalah dalam kualitas, tetapi sangat menang muratr dalam harga. Hanya merelcr.ya yang masih belum terkenal. Dia harrs melakukan promosi dan ad^vertensi supaya mereknya dikenal dan diakui sebagai sarna bailoeya dengan merek lain yang ditiru. Tahap berikutnya ada-lah: tambahan dari 3. Dia mulai memasu.kkan features, kemampuan-kemampuan produk yang tadinya ditiru 1OOpersen. Contohnya adalah PC buatan Taiwan, yang meniru IBM, tetapi ditambah kemampuannya, sedangkan harganya jauh lebih murah. Tindakan ini memperkuat kedudukannya di pasar. Tahapan selanjutnya adalah: 4. Dia sudah berani merubah design produknya supaya tampak lebih indah dan lebih cantik. Dia sudah mulai berani beradu dalam bidang estetika. 5. Dia melakukan penelitan dan pengembangan sendiri, sehingga untuk barang yang fungsinya sama, yaitu memenuhi kebutuhan manusia akan barang yang dihasilkannya, dia sudah mendasarkan diri pada penemuan dan terobosan teknologi sendiri. Misalnya, TV yang sama-sama TV-nya sudah t() l6
meningkat dari sistem analog menjadi sistem digitaf. Musik yang tadinya atas dasar pita diganti menjadi piringan laser, dan sekarang compqct discl; Jelas bahwa untuk meningkatkan kemampuan dari tahapan ke tahapan seperti yang digambarkan tadi, orang membutuhkan dedikasi semangat yang luar biasa besarnya. Juga mernbutuhkan berani mempertaruhkan modalnya untuk penelitian dan untuk merugi kalau gagal. Pertanyaannya adalah kekuatan apa yang bisa membuatnya d.emikian, kalau dia sebagai komprador, sebagai tukang jahit saja sudah bisa menjadi sangat kaya? Kekuatan penggerak atau driutng force ini bagi bangsa Jepang dan Jermal jelas adalatr obsesi unttrk unggul, obsesi sr.rpaya seluruh bangsanya disegani dan dihargai di mana-mana diseluruh jnenjuru dunia. Mereka adalah nasionalis modern. Orang yang bukan nasionalis baru sudaLr Kebanggaannya akan sangat puas dengan menjadi kaya sebagai kgpprador. adalah kebanggaan karena dia kaya, dan karena itrr bisa hidup di luar dengaii di luar negeri yang sudatr maju. Dia cenderung dirinya dengan bangsa yang sudah mqiu di negaranya. mengindentikl
tidak mempunyai kebutuhan supaya dengan pengalam?nnYa dan kontaknya meningkatkan kemampuan selumh bangsanya supaya bisa menjadi bangsa yang lebih disegani oleh bangsa-bangsa lain. : Sampai sekarang saya hanya berbicara mengenai nasionalisme baru dengan percaturan ekonomi dan bisnis dunia, karena dalam kaitannya dengan telah lama merdekanya hrdonesia, dan dengan semakin tiadanya perbedaan ideologi antar bangsa, kegiatan bangsa-bangsa lebih terpusat pada perolehan nilai tambah dari mana saja. Namun dapatkah nasionalisme dan patriotisme ada kaiau tidak ada demokrasi dan keadilan? Kadar besar kecilnya demokrasi sange.t berpengaruh terhadap nasionalisme baru. Bagr mereka yang merasa tidak cukup mempunyai hak-hak demokrasi, adalah lumratr apabila mereka ini lambat laun tergelincir pada suasana batin yang apatis, yang masarbodoh. Mereka dalam bentuknya yang ekstrim bisa merasa warga negara kelas dua atau lebih rendah lagi. Mereka tidak lagi atau kurang merasa merupakan bagian dari bangsanya, sehingga semua naluri yang masih ada untuk membeia bangsanya l9
secara keseluruhan semakin lama semakin pudar. Karena itu, demokrasi adalah .syarat mutlak bagi nasionalisme. Demokrasi memberikan perasaan bahwa dia ikut memiliki negara bangsanya. Karena itu demokrasi ada-lah syarat mutlak bagi nasionaLisme baru yang begitu gamblang, sehingga tidak banyak y^ng bisa di analisa kecuali menyebutnya. Bagr saya, kalau kita berbicara mengenai nasionalidme baru, sebenarnya sudah termasuk di dalamnya sebagai satu nafas adalah juga patriotisme, demokrasi dan keadiian sosiaL ekonomi. Hanya dengan itu semuanya sebagai satu paket, semuanya menjadi bisa ada. Kalau salah satrr daripadanya tidak ada, keseluruhannya menjadi kabur. KESIMPULAN Istilah nasionalisme baru memang pada tempatnya, karena dengan telah lamanya kita merdeka, dan dengan berubahnya dunia d.engan segala dinamiicanya, folnrs nasionalisme yang ingin kemerdekaan bagi bangsa kita secara politik sudah lama kita peroleh. Setelah itu kita dihadapkan pada masalah sangat mendasar, yaitu masalalr nation dan character building bagr bangsa yang wilayahnya dan berbhinneka. Dengan sumpah pemuda, di berkepular1a:l, pluralistik, talrun L928 kita sudah bertekad untuk membentuk negara bangsa yang berbentuk negara kesatuan, negara yang tunggal ika. Dapat kita bayangkan betapa beratnya periode antara tahun 1945 dan 1966. Seperti tadi telah saya kemukakan,
kita telah berhasil dengan cukup gemilang.
Dalam mengisi kemerdekaan dengan pembangunan ekonomi secara nyata yang telcrokratik d.an pragmatik, negara kita terbuka bagi dunia luar. Sektor swasta secara sistematis diberi kesempatan yang lebih besar. Semua orang berkiprah dalam bidang pembangunan ekonomi, dalam bidang produksi dan distribusi, Semuanya berlangsung di dalam suasana interaksi antar bangsa yang semakin intens, di dalam dunia yang semakin mengecil dengan melalui satelit. Dalam revolusi micro) chips dan revolusi telekomunikasi suasana seperti ini kita berkiprah secara intens pu1a, sehingga kurang sempat memikirkan, rnasihkah nasionalisme relevan? Pendangkalan intelektualisme terjadi karena terdesak oleh intens-nya dunia produksi, distribusi dan konsumsi, dan intens-nya interaksi antar bangsa, dimana Indonesia termasuk di dalamnva.
o
.\
Setelah penelusuran dalam bidang ekonomi, bisnis, produksi, distribusi, konsumsi, regionalisasi dan internasionalisasi, saya tiba pada kesimpulan bahwa lebih d.aripada yang sudah-sudah ternyata nasionalisme, patriotisme, demokrasi dan keadilan sosial ekonomi masih sangat relevan. Pertarungan berubah. bentuknya ualid, tetapi masih tambah memperoleh nilai penghisapan nilai tambatr melalui senjata dan pendudukan berganti menjadi menjadi berubah militernya Divisi-divisi 6a3 manajemen. teknologi melalui Proses penghisapannya transnasional. perusahaan-perusahaan kemitraan 6a1 investasi langsung, lebih beraneka ragarn, lebih luwes dan lebih sophisticated sehingga sangat sulit dikenali' apakatr di dalam interaksi antar bangsa ini kita d.iuntungkan atau dirugikan membutrrhkan kalkulasi yang konkret. Benarkah oleh modal asing bahwa di dalam kenyataannya kita lebih diuntungkan karena adarrya lapangan kerja, karena adanya tranvsfer of knoule.dge dan tral.sfer of tectlnotogA. Benarkah batrwa kita diunhrngkan secara fair dan adll karena pendapatan pajak. Bukankah keuntungan mereka jauh lebih besar Untuk
pengenalan
dari kita dan kita akan bisa mendapatkan lebih seandainya kita mau bekerja kgras dan mau membebaskan diri d.ari konvensi, dogma, dolc[rin serta mitosmitos yang oleh negara-negara maju dipaksakan kepada kita. melalui para Kesemuanya ini hanya dapat komprad.ornya yang sangat berpenganrh. diketahui kalau kita. melakukan kalkulasi yang eksak dan konkret. Bukan secara garis besar. Nasionalisme baru menuntut seked.ar merumuskalnya baru dan dimensi pemikiran milrro yang bagi kita kemampuan-kemampuan relatif baru ini. Tidak ada negara yang bangknrt seperti halnya perupahaan, karena negara dapat berutang. Tetapi yang d.emikian itu bisa kita peroieh sebagai komprad.or dengal nilai tambah yang tidak sebanding kecilr,wa. Maka yang ataB tidak secara akan bangkrut menjadi masalatr bagr kita bukannya ekonomis, tetapi akal menjadi bangsa kelas terkemuka atau kelas belakang. Apakah kita akan menjadi bangsa yang diremehkan atam menjadi bangsa yang disegani.
Modal kita hanya semangat, yaitu nasionalisme baru, patriotisme baru, demokrasi dan keadilan sosial ekonomi. Akhir kata, apakah yang menjadi driuing force terbetuknya Eropa materi sematakah ataukah Eropa Barat sebagai bersatu? Keuntungan
2l
negara yang demikian nasionalisme barunYa juga?
tuanya,
kelompok
akhirnya
menemukan
kembali
Kita seing mendengarkan bahwa Jepang " maju karena mempr:nyai sistem life time emplogment, mempunyai TQC dan QCC, mempunyai MITI, mempunyai sistem pendidikan'yAng terseleksi sejak'SD dengan jalur elit yang berkesinambungan. Tetapi jarang yang menanyakan, mengapa justm Jepang mempunyai segalanya ini dan bangsa lain tidak punya? Bisakah jawabnya bangsa Jepang tidak pernah pudar nasiona-lisme dan yang paling awal mampll dan bangsa Jepang-lah menterjemahkannya ke dalam nasionalisme baru, yang arena pertempurannya adalah perolehan niiai tambah dari bangsa-bangsa yang telah merdeka. Dan karena ifu senjatanya harus berubah menjadi penguasaan telotologi dan ada1al. karena patriotisme-nya,
ryranajemen? Relevansi mengenai pentingnya keterkaitan dengan negara bangsanya mungkin bisa lebih ditonjolkan dengan contoh, bahwa apabila negara melalui pemerintahnya membela kepentingannya dengan memberikan subsidi seperti sertifikat ekspor, dia justru terkena sanksi penutupan negara penerima barangnya, seperti halnya dengan AS belum lama berselang dalam hal ekspor tekstil. Da-lam keadaan sulit dia berteriak minta perlindungan dan subsidi. Apabila subsidi diberikan, dia akan terkena sanksi oleh negara pengimpor relevan dalam
barangnya. Apakah negara bangsanya masih dirasa tidak kaitannya corporate states versus nation states ? nasionalisme
Kalau yang
paIing
tepat
kekayaan
dirugikari
interaksi
defrnisi,
diberi yang
negaranya,
selalu tetapi
saya kira
dan
tidak
merugikan
negara
lain.
bersedia Sifat
definisi
meningkatkan
ingin
sama
bekeda
lain, dengan syarat bahwa di dalam kerjasama
dengan bangsa-bangsa tidak
harus
toh
semangat
adalah
penciptaan
kemampuan
baru
ini kita
kerjasama
dan
mencapai sinergi dan tidak saling menghisap.
adalah untuk
Para Hadirin Yth.. Ketidakmandirian membahayakan. diperdebatkan Kita uang
kita sekarang
Saya dan diliput
sedang dalam
ribuan
triliun
tidak
sudah
perlu
memasuki
berpanjang
tahapan lebar
yang sangat
karena
sudah
secara panjang lebar. proses dipaksa
rupiah
membayar
22
untuk obligasi
benar-benar
mengeluarkan
rekapitalisasi
perbankan
o
\
beserta bunganya. Perkiraan yang dihitung dengan cermat oleh BPPN menunjukkan bahwa kewajiban pemerintah untuk membayar obligasi rekap beserta bunganya bervariasi antara 1OOOsampai 14.000 triliun rupiah. Maka kalau kita ingin mengenakkan diri sendiri, tidak mungkin pemerintah harus membayar kurang dari 3O0O triliun rupiah. Obligasi atau surat utang yang semula dimaksud. sekedar sebalai instrumen sekarang dipaksakan oleh IMF untuk dibayar betul. Obligasi yang tadinya harus ditarik kembali sebelum bank dijuat, sekarang dipaksakan harus tetap melekat pada bank yang dijual seperti hainya dengan BCA. Dalam LOI terbaru, tidak lebih lambat dari bulan September Bank Niaga harus dijual dengan pola yang salna, dan Bank Danamon serta Bank Mandiri juga harus dijual dengan pola yang sama. Telah dibuktikan pula batrwa utang pokok obligasi yang jatuh tempo memang tidak mampu. dibayar dan ditunda pembayararl'nya. Batr.kan, sudah dan akan diterbitkan obiigasi baru,. yang kesemuanya akan menjadikan APBN kita di mendat€.ng pasti tidak sustainable. Tetapi IMF tidak mau tahu, talun-tahun mengajukan ber6agai perhitungan yang sarna sekali tidak masuk akal, dan lagi-lagi, dibela oleh Mafia Ekonom Orde Baru. Bukankatr mengtrerankan dan mengejutkan batrwa selama 32 tahun Ord.e Baru pemerintah tidak pernah berutang dalam negeri, karena takut terjadi crowding out. Tetapi sekarang merasa tidak .apa-apa menerbitkan surat utang yang bersama-sama dengan bungalya mengakibatkan ribuan triliun rupiah?
kewajiban
pembayaran
oleh pemerintah
sebesar
r:ntuk tekanan pad.a Tim Ekonomi pemerintah melakukan semuanya yang jelas karena sudah kehilangan kemandiriannya, dan d.ampak ketiad.aan kemandirian ini sudatr membawa kita pada arnbang kehancuran. Maka sebagai tindak lanjut dari diskusi hari ini kita memang sud.ah harus membasgun kekuatan nasional untuk memperoleh kemandirian kita sendiri demi menyelematkan kemerdekaan, kedaulatan dan kemandirian dari diri dapat menghindarkan bangsa, sehingga dengan demikian IMF
melakukan
ketergantungan yang pefinanen dari masyarakat internasional'
23
nstw