Cara Cepat Mencapai Shalat Khusyuk dengan Metode 3T (Tuma’ninah, Tafakkur, Tadabbur)
oleh: Ustz. Drs. H. Lukman Hakim
Tulisan ini merupakan judul buku yang saya tulis tentang shalat khusyuk yang telah beredar di toko-toko buku diseluruh Indonesia. Cara Cepat dalam judul buku itu menjelaskan bahwa khusyuk bisa diperoleh secara cepat. Setiap orang mudah mencapai khusyuk, hanya dalam waktu 20 menit khusyuk dapat dicapai untuk satu ayat dalam surat Al-Faatihah. Dengan demikian mencapai khusyuk saat membaca surat AlFaatihah yang terdiri dari 7 ayat hanya memerlukan waktu 7 X 20 menit = 140 menit. Tetapi ketika saya tanyakan kepada setiap orang “Apakah mencapai khusyuk dalam shalat itu mudah atau sulit?”. Hampir setiap orang menjawab sulit, bahkan ketika ditanyakan kepada orang yang telah malaksanakan shalat 60 tahun lamanya menjawab hal yang sama. Padahal bacaan yang wajib dibaca dalam shalat adalah Al-Faatihah, bila mengikuti metode 3T (Tuma’ninah, Tafakkur, Tadabbur) dalam membaca surat Al-Faatihah hanya memerlukan waktu 140 menit saja untuk khusyuk, tidak perlu puluhan tahun. Penjelasan selengkapnya dapat anda baca dalam buku tersebut. Selain itu Cara Cepat yang saya maksud adalah waktu yang diperlukan untuk menjelaskan kepada jamaah atau perserta seminar hanya memerlukan waktu 2 hari saja, sedangkan saya mempelajari dan mencari rumusannya yang tepat perlu waktu hampir 40 tahun. Pencairan khusyuk dalam shalat ini saya awali sejak usia 18 tahun, pada saat tulisan ini dibuat usia saya menjelang 58 tahun. Berikut ini saya jelaskan sekilas perjalanan mencari khusyuk yang saya alami. Ketika usia saya 18 tahun, saya merasa hambar dalam melaksanakan shalat, pikiran saya kemana-mana. Keadaan ini membuat saya frustasi karena saya merasa berbohong dalam shalat. Berbohong kepada diri sendiri dan kepada Allah. Kata ustaz shalat itu berdialog dengan Allah Tuhan Pencipta alam, tetapi saya tidak merasakannya. Bahkan dalam shalat saya tidak menghiraukan keberadaan Allah yang Maha Besar, Maha Mulia, Maha Agung. Saya tak mungkin berbohong terus menerus seperti ini. Akhirnya sayapun merasa lebih baik keluar dari islam kemudian menjadi seorang ateis (tidak berTuhan). Alhamdulillah dengan pertolongan Allah keadaan ini tidak berlangsung lama akhirnya saya kembali mengimani ajaran islam. Anehnya saya merasakan kebenaran islam itu pada saat menjadi seorang ateis. Kebenaran islam yang saya rasakan itu disebabkan oleh keadaan saya ketika menjadi seorang ateis hidup saya terasa gelap gulita, saya cenderung melakukan maksiat dan kejahatan karena tidak ada yang ditakuti lagi. Saya merasakan perbedaan yang jelas antara hidup seorang ateis dan seorang muslim. Ketika saya menjadi seorang muslim hidup saya terasa lebih tenteram, damai karena setiap hari mencurahkan isi hati kepada Allah dan berwudhu yang membuat diri saya lebih segar. Selama menjadi ateis saya tidak merasakan keadaan seperti ini. Setelah kembali mengimani agama islam saya mulai lagi mencari bagaimana mencapai khsuyuk dalam shalat. Bermacam-macam pelajaran khusyuk saya terima dari para guru, ustaz dan buku-buku, termasuk mengikuti aliran tarikat dan latihan-latihan meditasi selama puluhan tahun. Sekalipun demikian saya masih belum puas dan saya terus berusaha dan berdo’a agar Allah memberikan bimbingan kepada saya untuk mencapai khusyuk yang sebenarnya. Dalam perjalanan saya mencari khusyuk dalam shalat ini saya menemukan bermacam-macam pandangan diantaranya ada orang yang hanya berteori membahas ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang khusyuk tetapi tidak bisa mempraktekkannya. Saya baru memahami setelah rekan-rekan saya yang fasih bahasa arabnya yang belajar di Arab Saudi, Kairo bertahun-tahun mengeluh karena kesulitannya mencapai khusyuk. Berikut ini saya uraikan pelajaran khusyuk yang saya terima selama puluhan tahun dari para ustaz, guru-guru, buku-buku dan berbagai sumber sebagai berikut:
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
1
Allah adalah cahaya sesuai Al-Qur’an surat An-Nur (24) : 35 artinya Allah itu cahaya langit dan bumi. Bila kita berzikir dengan memejamkan mata maka kemudian akan terlihat cahaya kuning, putih, dipelupuk mata itulah Allah. Setelah saya memahami lebih jauh bisa jadi ini perbuatan syirik karena mempersamakan Allah dengan benda, tetapi mengambil dalil Al-Qur’an.
2
1. Saya diminta untuk berkonsentrasi atau fokus kepada Allah, saya berusaha mencobanya bertahun-tahun tetapi saya mengalami kesulitan karena timbul pertanyaan dalam pikiran saya, konsentrasi atau fokusnya seperti apa. Kadang-kadang saya memaksakan diri dan membayang-bayangkan sesuatu seolah-olah Allah ada dihadapan saya. Kemudian saya menyadari boleh jadi secara tidak sengaja saya berbuat syirik, karena Allah tidak bisa dibayangkan. 2. Saya diminta untuk membayangkan seolah-olah shalat berada didepan Ka’bah, sayapun melakukannya, tetapi setelah berlangsung lama bahwa Allah itu bukan Ka’bah. Menghadap Allah bukan menghadap Ka’bah, Allah tidak sama dengan Ka’bah. Bagaimana dengan orang yang tidak pernah melihat Ka’bah apakah mereka tidak bisa menghadap Allah?. Orang yang shalat didepan Ka’bah belum tentu khusyuk apalagi hanya membayangkan. Saya khawatir syirik. 3. Saya diminta untuk menghafal arti bacaan dan mengulang artinya ketika saya shalat. Saya mencoba fokus pada arti bacaan shalat tetapi saya tidak merasakan khusyuk, masih terasa hambar. 4. Saya diajarkan agar tidak fokus kepada artinya karena bila fokus kepada artinya tidak akan fokus kepada Allah. Bagaimana mungkin saya bisa fokus kepada Allah sedangkan Allah tidak bisa dilihat atau dibayangkan. Fokus kepada benda sangat mudah tapi fokus kepada Allah bagaimana?. 5. Saya diajarkan meditasi, ada yang menyebut meditasi tingkat tinggi, belajar tentang cakra-cakra, menghentikan kegiatan pikiran dan sebagainya sambil menyebut Allah dalam hati. Setelah saya melakukannya bertahun-tahun, memang ada ketenangan tetapi tidak ada hubungannya dengan bacaan shalat, tidak ada hubungannya dengan makna-makna yang diajarkan dalam shalat. Yang ada adalah hubungannya dengan pelajaran meditasi itu sendiri. Ini tidak sesuai dengan yang diajarkan nabi Muhammad. 6. Pada usia 22 tahun atau 35 tahun yang lalu saya diajari zikir sekaligus bermeditasi. Saya melakukannya beberapa jam sampai merasakan keluarnya sesuatu dari dalam tubuh saya. Katanya yang keluar itu adalah ruh atau korin, saya melihat diri saya sendiri tetapi orang lain tidak melihatnya. Kata guru saya inilah
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
khusyuk yang sebenarnya sesuai ajaran islam. Banyak orang yang berzikir mencari keadaan seperti ini, bahkan ada yang memaksakan diri agar ruhnya keluar dari tubuhnya. Banyak orang yang merasa bangga dengan keadaan seperti ini. Setelah saya pelajari lebih jauh ternyata keadaan ini bukan khusyuk karena bisa dialami oleh orang musyrik atau orang kafir. Mereka bisa mencapai keadaan ini dengan cara berlatih meditasi dalam waktu yang lama. Ini gejala alami biasa, bahwa setiap orang bisa melakukan ini termasuk yang ateis, musyrik, munafik dan kafir. Khusyuk itu hanya dapat dirasakan oleh orang beriman saja. Sedangkan orang kafir, musyrik tidak mungkin bisa khusyuk dalam shalatnya, karena khusyuk menyangkut keyakinan yang paling dalam pada diri manusia. 7. Saya diajari menyebut nama Allah didalam hati dengan memaksakan diri untuk menundukkan jiwa dan badan, katanya nanti Allah akan membimbing kita secara langsung. Sayapun melakukannya tetapi saya merasa hampa karena memaksa-maksa diri untuk tunduk, saya tidak memahami tunduk seperti apa?, tunduk bagaimana?, tunduk kepada siapa?. Padahal Allah tidak bisa dilihat, kesadaran tidak ada, keyakinan tidak ada. Ada kejadian yang kurang baik, banyak kawan saya yang mengalami sakit jiwa karena memaksakan diri, dia merasa sudah memiliki ilmu yang tinggi dan mencapai puncaknya, mikrajul mukminin, dia selalu mendengar bisikan-bisikan halus dalam dirinya. Dia sulit dinasehati karena dia merasa bisikan ini adalah bisikan dari Allah. Dia terus berhalusinasi, dia tidak menyadari bahwa dia telah terkena penyakit jiwa. 8. Saya diajari untuk menyebut Allah dalam hati kemudian bermeditasi, kemudian timbul getaran halus dalam diri, kulit bergetar. Setelah itu saya disuruh merasakan ada gerakan kecil, kemudian badan, tangan, kaki bisa bergerak sendiri dan terus diikuti. Katanya ini gerakan dari Allah. Suatu saat ada kawan saya mengeluh karena badannya sering bergerak sendiri diluar kontrol, dan akhirnya dia kebingungan dan bertanya apakah gerakan ini dari Allah atau dari syaitan. Diapun bingung bagaimana membedakan gerakan dari Allah dan dari syaitan. 9. Saya diajari bahwa Allah adalah cahaya sesuai Al-Qur’an surat An-Nur (24) : 35 artinya Allah itu cahaya langit dan bumi. Bila kita berzikir dengan memejamkan mata maka kemudian akan terlihat cahaya kuning, putih, dipelupuk mata itulah Allah. Setelah saya memahami lebih jauh bisa jadi ini perbuatan syirik karena mempersamakan Allah dengan benda, tetapi mengambil dalil Al-Qur’an. 10. Saya diajari membayangkan huruf Allah supaya khusyuk, sayapun melakukannya. Tetapi akhirnya saya menyadari saya sedang menyembah bayangan huruf. Boleh jadi ini juga musyrik. 11. Saya diajari untuk membayangkan bahwa Allah itu tinggi diatas langit, bersemayam diatas arsy. Ajaran ini berpedoman kepada Al-Qur’an surat Al-Maarij (70) : 3–4 dan Al-A’la (87) : 1. Setelah lama saya berfikir, Allah itu terlalu jauh sedangkan Allah memahami isi hati, ini bagaimana?. 12. Saya diajari untuk menghadirkan Allah dalam hati, seolah-olah Allah itu sebelumnya tidak hadir, sekarang dihadirkan. Padahal itu Allah itu selalu hadir yang mengurus diri kita dan alam semesta selama-lamanya. Sayapun bertanya hadirnya seperti apa?.
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
3
13. Saya diminta untuk menyebut Allah dalam hati terus menerus sambil menundukkan kepala, ketika saya tanya mengapa menundukkan kepala?, dijawab karena khusyuk artinya ketundukan. Saat melakukannya saya tidak merasakan apa-apa. Tetapi katanya sudah tersambung dengan Allah sambil dirasarasakan sudah connect atau ada hubungan. Rasanya seperti apa, saat itu saya menduga bahwa saya diajari untuk berhalusinasi seolah-olah merasakan hubungan dengan Allah. Padahal tak ada satu manusiapun bisa merasakan hubungan dengan Allah, karena Allah Maha Esa tidak bisa dirasakan. 14. Ada juga yang mengajarkan untuk tidak mempelajari khusyuk secara mendalam karena islam itu mudah tidak perlu sulit-sulit. Orang bodohpun bisa ingat Allah dengan khsuyuk, karena Allah sudah memberikan keimanan dalam diri setiap orang saat diciptakan-Nya ruh. Bila pendapat ini yang saya anut maka selamanya saya menjadi orang bodoh dan kemungkinan pada suatu saat akan tersesat. 15. Banyak lagi pelajaran yang saya peroleh dari pencarian khusyuk selama puluhan tahun. Saya merasakan kebingungan, semakin saya belajar makrifatullah, filsafat ketuhanan, mikrajul mukminin menurut literatur buku-buku dan pandangan para pakar saya semakin bingung. Inilah perjalanan panjang mencari khsuyuk yang saya alami. Boleh jadi masih banyak orang yang melakukan pencarian khusyuk seperti yang saya lakukan. Tetapi tidak semua orang memiliki tekad yang kuat untuk belajar terus menerus dalam jangka panjang, saya kira banyak yang berhenti kemudian mengikuti saja ajaran seseorang dan merasa sampai dipuncaknya mikrajul mukminin sehingga tidak mau lagi belajar yang lain. Ada juga yang merasa sudah sempurna khusyuknya padahal sesungguhnya dia terjebak dalam kekeliruan tapi tidak menyadari. Saya khawatir banyak orang yang terjebak karena hal-hal instan misalnya ingin cepat khusyuk tetapi hanya belajar sedikit sudah merasa sempurna. Belajar hanya teori merasa sudah pandai. Mungkin hasil yang diketahuinya hanya khusyuk yang bersifat instan. Karena itu saya menggolongkan khusyuk instan ini dalam empat jenis yaitu khusyuk terpaksa, khusyuk rakayasa, khusyuk menduga-duga dan khusyuk memaksa diri. Setelah puluhan tahun saya berkelana mencari khusyuk akhirnya saya kembali kepada Al-Qur’an surat Thaha (20) : 14
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah (mengabdilah kepada) Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”
4
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
Praktek shalat adalah usaha mengingat kembali dengan melakukan Tafakkur dan Tadabbur yang terbimbing oleh bacaan shalat yang diucapkan. Salah satu fungsi shalat adalah untuk mengingatingat kembali yang telah dipahami dan diyakini karena manusia memiliki sifat lupa
Salah satu bentuk pengabdian kepada Allah adalah shalat. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa hakikat shalat adalah untuk mengingat Allah. Apanya yang diingat tentang Allah. Bila kita mengingat Zat-Nya mustahil bisa diingat karena Allah bukan benda, tetapi Allah Maha Esa yang berarti tidak bisa dilihat, didengar, dirasakan, dibayangkan, tak terbatas, tak terhingga, tak bisa dibandingkan dengan apapun, hanya satu-satunya Allah yang seperti ini. QS. Al-Ikhlas (112) Kalau begitu yang diingat bukan Zat Allah tetapi peran Allah dan sifat Allah yang bisa dipelajari malalui tanda-tandanya dalam kehidupan karena Allah berperan penuh di alam semesta ini dan pada diri kita secara terus-menerus. Allah mengurus makhluk-Nya siang dan malam tanpa henti, tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur. QS. Al-Baqarah (2) : 255. Kemudian apalagi yang diingat? Kemudian yang diingat adalah sifat-sifat-Nya dalam Asma’ul Husna, seperti Maha Kasih Sayang, Pemurah, Pengampun, Adil, Penolong, Dermawan, Menghukum yang bersalah, Mulia, Baik, Agung, Berilmu, Perkasa dan sebagainya. Untuk memahaminya kita perlu berpikir, merenung dan menghayati secara mendalam. Misalnya memahami Kesaan Allah, Ingat Allah Maha Besar, Maha Besar Kekuasaan-Nya, Maha Besar Kemulyaan-Nya, Maha Besar Keperkasaan-Nya, Maha Besar Kasih Sayang-Nya, Maha Besar KeagunganNya, Maha Besar Keilmuan-Nya, Maha Besar dan sebagainya. Peranan dan sifat Allah inilah yang kita ingat saat mendirikan shalat, melalui bacaan shalat yang sudah ditentukan. Misalnya kata Allahu Akbar, Sami Allah, Surat Al-Faatihah, dan sebagainya. Melalui bacaan ayat-ayat inilah kita mengingat peran Allah dengan khusyuk. Semua bacaan shalat harus dimengerti dan difahami, inilah yang disebut Tafakkur. Perintah untuk Tafakkur ini dijelaskan dalam banyak ayat dalam Al-Qur’an diantaranya QS. Ar-Rum (30) : 21. Orang yang tidak mengerti yang diucapkannya dalam shalatnya oleh AlQur’an disebut mabuk shalatnya QS. An-Nisa (4) : 43. Selanjutnya menghayati secara mendalam maknanya yang lebih luas yang disebut Tadabbur. Perintah Tadabbur ini ada dalam Al-Qur’an diantarnya QS. Muhammad (47) : 24. Khusyuk artinya ketundukan, maknanya kita menyadari, menginsyafi, meyakini, karena memahami (Tafakkur), menghayati (Tadabbur) siapa Allah Yang Maha Besar itu dan siapa diri kita yang laahaula walaa quwwata illa billah, tak punya daya dihadapan-Nya (bukan dalam arti berhadap-hadapan) tetapi memahami keadaan makhluk manusia tidak ada apa-apanya karena memahami keadaan Allah Yang Maha Besar. Menyadari dua keadaan ini
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
5
maka kita merasa tunduk sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Besar. Kita menjadi hamba dan mengabdi kepada-Nya karena memahami peran Allah pada diri. Hidup, mati kita dan segalanya tergantung penuh pada-Nya. (QS. Al-Ikhlas : 2) Praktek shalat adalah usaha mengingat kembali dengan melakukan Tafakkur dan Tadabbur yang terbimbing oleh bacaan shalat yang diucapkan. Praktek ini adalah cara yang dilakukan dalam rangka meningkatkan keyakinan (Ilmul Yakin, Ainul Yakin dan Haqul Yakin) sekaligus memelihara ingatan agar tidak mudah lupa. Salah satu fungsi shalat adalah untuk mengingat-ingat kembali yang telah dipahami dan diyakini karena manusia memiliki sifat lupa. Misalnya ketika shalat shubuh kita mengingat Allah melalui bacaan shalat yang dipahami dan dihayati hingga meresap kedalam jiwa. Setelah shalat kita disibukkan kembali dengan urusan duniawi yang menyebabkan kita lupa. Kemudian Allah memerintahkan shalat zuhur untuk mengulang, mengingat dan memperbaharui penghayatan bacaan shalatnya agar ingat kembali, demikian seterusnya. Pelaksanaan shalat dilakukan dengan tenang secara lahiriah dan bathiniah, tenang pikirannya, perasaannya dan hatinya inilah yang disebut Tuma’ninah. Tuma’ninah menjadi syarat memperoleh khusyuk karena menurut hadis HR Bukhari disebutkan bahwa orang yang tidak tuma’ninah shalatnya dianggap belum shalat. Secara keseluruhan dijelaskan terperinci dalam buku yang saya tulis berjudul “CARA CEPAT MENCAPAI SHALAT KHUSYUK DENGAN METODE 3T (TUMA’NINAH, TAFAKKUR, TADABBUR)”. Melaksanakan shalat khusyuk dalam ajaran islam harus sesuai dengan ketentuan syariat yang diatur bacaannya dan gerakannya. Berbeda dengan meditasi yang diserahkan sepenuhnya kepada cara masingmasing. Karena itu shalat khusyuk tidak sama dengan meditasi. Ada sebagian orang tergesa-gesa ingin mencapai khuysuk akhirnya terjebak dalam khusyuk instan dan berhalusinasi seolah-olah sudah mencapai puncaknya perjumpaan dengan Allah, mikrajul mukminin, merasa sudah sempurna, tidak memperdulikan arti dan makna yang dibacanya, karena dia menganggap shalat khusyuk sama dengan meditasi. Mencapai khusyuk dengan methode 3T (Tuma’ninah, Tafakkur, Tadabbur) merupakan cara cepat tetapi bukan instan.
Kata menemui Tuhan bukan menemui dalam arti kebendaan seperti melihat-Nya. Karena Allah Maha Esa yang berarti tidak bisa dilihat, didengar, dirasakan, dibayangkan, dibandingkan, tak terbatas, tak terhingga.
6
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
Khusyuk dan Menemui Allah Ada sebagian orang yang merasa sudah bertemu dengan Allah hanya dengan menyebut kata Allah. Untuk mengetahui kebenarannya, kita perlu memahami apa hakikat pertemuan dengan Allah itu. Didalam AlQur’an surat Al-Baqarah (2) : 45 – 46 Allah berfirman:
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” Menurut ayat ini orang yang khusyuk adalah orang yang memiliki keyakinan yang kuat kepada Allah. Tingkat keyakinannya mencapai haqqul yakin bahwa Allah ada, berperan, mengurus alam semesta dan mahkluk-Nya serta dirinya secara terus menerus tanpa henti. Karena itu dia meyakini betul peranan dan kehadiran Allah sehingga bagi dia Allah itu nyata keberadaan-Nya dan pekerjaan-Nya di dunia ini. Dia haqqul yakin keberadaan dan peranan Allah ada dimanapun, di dunia maupun di akhirat. Keyakinan yang haqqul yakin seperti inilah yang dikatakan menemui Tuhannya. Kata menemui Tuhan bukan menemui dalam arti kebendaan seperti melihat-Nya. Karena Allah Maha Esa yang berarti tidak bisa dilihat, didengar, dirasakan, dibayangkan, dibandingkan, tak terbatas, tak terhingga. Keesaan Allah ini berlaku hingga diakhirat. Karena itu dengan Haqqul Yakin setiap orang akan menemui Tuhannya bukan hanya diakhirat tetapi didunia pun akan menemui-Nya. Untuk mencapai tingkat haqul yakin harus belajar secara bertahap melalui proses yaitu Ilmul Yakin artinya mencari informasi melalui kitab Al-Qur’an dan sumber yang dipercaya, kemudian Ainul Yakin artinya melakukan tadabbur, perenungan, melihat kenyataan kekuasaan Allah dalam kehidupan dan akhirnya tahap Haqul Yakin yaitu keyakinan yang tak tergoyahkan karena mengalami, merasakan, melakukan riset ilmiah. Proses belajar biasanya dimulai dengan berfikir untuk memahami (Tafakkur) kemudian pendalaman dan penghayatannya melalui Tadabbur. Dengan cara itulah keyakinan ditingkatkan hingga mantap sampai haqqul yakin. Kata khusyuk harus dipahami secara utuh, menyeluruh dan holistik seperti kita memahami kata rumah. Rumah merupakan satu bentuk menyeluruh yang terdiri dari tiang, dinding, pintu, jendela, genting dsb. Bila genting kita pisahkan dari rumah maka genting tidak bisa dikatakan sebagai rumah karena genting bukan rumah. Bila genting kita samakan sebagai rumah tentu salah besar. Genting adalah bagian dari rumah. Demikian juga dengan khsuyuk, kata khusyuk harus difahami secara menyeluruh yang didalamnya ada konsentrasi, fokus, kesadaran, keinsyafan, keyakinan, bacaan yang diucapkan, pemahaman, penghayatan, penjiwaan, pengenalan kepada Allah, pengenalan terhadap diri, ada proses belajar, ada proses berlatih, dst. Secara garis besarnya ada beberapa hal prinsip untuk mencapai keadaan khusyuk yaitu: • Memiliki kesadaran, keinsyafan dan keyakinan. • Yang dipikirkan (difahami) sama dengan yang dibaca dalam shalat (Tafakkur). • Yang dirasakan (dihayati) sama dengan yang dibaca dalam shalat (Tadabbur) • Yang diyakini (Keyakinan di hati) sama dengan yang dibaca dalam shalat. Ada sebagian orang ingin mengikuti tata cara shalat nabi, tetapi hanya mempelajarinya dari hadis dan Al-Qur’an yang menyangkut bacaan dan gerakan shalat saja. Sedangkan yang dipikirkan, yang dirasakan, yang diyakini oleh nabi ketika melaksanakan shalat tidak dipelajari. Karena itu pada saat shalat pikiran dan perasaannya kemana-mana, tidak sesuai dengan yang dibaca dalam shalat. Bila ingin mencontoh shalat nabi seharusnya yang dibaca dalam shalat sama, yang dipikirkan sama, yang dirasakan sama, yang diyakini sama dengan nabi. Karena itu wilayah yang dipelajari dalam khusyuk adalah pikiran, perasaan dan hati (Jiwa). Sedangkan pelajaran diwilayah fiqih menyangkut gerakan dan bacaan shalat. Semoga Allah membimbingkan kita untuk mencapai khusyuk yang sebenarnya bukan khusyuk yang instan.
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA
7
10
keadaan dan keyakinan jiwa saat melaksanakan shalat khusyuk
1. Saya sangat yakin ada kekuatan yang Maha Besar yang menciptakan, mengurus, memelihara, berperan, menguasai penuh alam semesta ini. 2. Saya sangat yakin ada kekuatan yang Maha Besar yang menciptakan, mengurus, memelihara, berperan dan menguasai penuh diri saya. 3. Saya sangat yakin Dia Maha Esa: tidak bisa dilihat, didengar, dirasakan, dibayangkan, diserupakan, dibandingkan dengan apapun, tak terhingga, tak terbatas. 4. Saya sangat yakin Dia hidup, menyayangi, terus menerus mengurus makhluk-Nya siang dan malam, tidak pernah mengantuk dan tidak tidur. 5. Saya sangat yakin Dia Maha Besar yang dapat dipelajari dan dipahami lebih dalam dengan Asmaul Husna. 6. Saya sangat yakin semua makhluk-Nya bergantung penuh pada-Nya, berada dalam genggaman-Nya secara mutlak termasuk diri saya (laahaula walaa quwwata illa billah). 7. Saat saya shalat, saya sangat yakin sedang disaksikan oleh Penguasa alam, Dia memahami isi hati, perasaan, pikiran dan keadaan saya. Dia melihat dan menyaksikan saya. Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. 8. Saat saya shalat saya sedang mengingat peranan dan sifat-sifatNya bukan Zat-Nya, dengan pemahaman menyeluruh, holistik tentang Dia, memuja, memuliakan, memuji dan mengagungkan-Nya, memohon ampunan dan pertolongan kepada-Nya dengan berendah diri sebagai mahkhluk yang tak berdaya kepada Yang Maha Besar Keperkasaan-Nya, Kemulyaan-Nya, Keagungan-Nya. 9. Saya berusaha sekuat tenaga menyesuaikan diri dengan shalat Nabi Muhammad s.a.w dan para shalihin yang khusyuk dalam shalatnya dengan cara mengerti, memahami, menghayati setiap bacaan shalat sehingga sesuai antara yang diucapkan, dipikirkan, dirasakan dan diyakini dalam shalat. 10. Setelah shalat, saya mengabdikan diri sebagai hamba kepada-Nya dan berusaha sekuat tenaga menyesuaikan diri dengan kehendak-Nya yaitu mengikuti semua perintah-Nya dan menjauhi laranganNya. Hal-hal tersebut diatas merupakan penerapan beberapa ayat berikut dibawah ini: QS. Thaha (20): 14, Al-Baqarah (2): 255, Al-Hasyr (59): 22 – 24, Al-Ikhlash (112): 1- 3, Al-Faatihah (1): 1-7, Al-Baqarah (2): 45 – 46, Qaaf (50): 16 Jakarta, 29 Juli 2013 Lukman Hakim Pelatihan: Pelatihan Shalat Khusyuk dengan Methode 3T Pelatihan Terapi Qur’ani Pelatihan Spiritual Based Management web: www.shalatkhusyuk3T.com | email:
[email protected] Telp. 081296789063, 021-8850914, 0189328080521 Alamat: Perumahan Harapan Jaya Blok B 276 Jl. Gn. Slamet, RT 003/012, Bekasi Utara, Indonesia Malaysia 60-193351944, 198614415
8
MOHON TULISAN INI DISEBARLUASKAN KEPADA KAWAN, KELUARGA DAN SEMUA UMAT ISLAM SEBAGAI AMAL ANDA, SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN PAHALA BERLIPAT GANDA