PENGARUH PEMBERIAN KURKUMIN TERHADAP DERAJAT INFLAMASI USUS PADA MENCIT Balb/C MODEL SEPSIS PAPARAN CECAL INOCULUM
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
FITRIANI WIDHIASTUTI G.0006009
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Kurkumin Terhadap Derajat Inflamasi Usus Pada Mencit Balb/C Model Sepsis Paparan Cecal Inoculum Fitriani Widhiastuti, G0006009, Tahun : 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Kamis , Tanggal 6 Mei 2010
Pembimbing Utama Nama : Ipop Syarifah, Dra., M. Si NIP : 19560328 198503 2 001
....................................
Pembimbing Pendamping Nama : Sri Hartati, Dra., Apt., SU. NIP : 19490709 197903 2 001
....................................
Penguji Utama Nama : Sri Sutati, Dra., Apt., SU NIP : 19450113 198003 2 001
....................................
Anggota Penguji Nama : Sarsono, Drs., M. Si NIP : 19581127 198601 1 001
....................................
Surakarta, Ketua Tim Skripsi
Dekan FK UNS
Sri Wahjono, dr., M. Kes.,DAFK NIP : 19450824197310100
Prof. Dr. H. A. A. Subijanto, dr., MS NIP : 194811071973101003
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, ……………………
Fitriani Widhiastuti NIM G.0006009
ABSTRAK
Fitriani
Widhiastuti,
G0006009,
2010,
PENGARUH
PEMBERIAN
KURKUMIN TERHADAP DERAJAT INFLAMASI USUS PADA MENCIT BALB/C MODEL SEPSIS
PAPARAN CECAL INOCULUM, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kurkumin terhadap derajat inflamasi usus pada mencit Balb/C model sepsis paparan cecal inoculum (c.i.). Metode : Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorik dengan post test only control groups design. Hewan uji yang digunakan adalah 27 ekor mencit Balb/C jantan yang dibagi dalam tiga kelompok, masing-masing 9 ekor. Kelompok K sebagai kontrol, K1 (Kelompok Sepsis) diberi material c.i. 0,1 ml/mencit/hari/i.p. dan K2 (Kelompok Sepsis+Kurkumin) diberi material c.i. dan kurkumin dosis 0,1 ml/mencit/hari/oral. Pada hari ke-8 semua mencit dikorbankan, diambil ususnya, kemudian dibuat preparat histologisnya dengan menggunakan pewarnaan Hematosiklin Eosin untuk menentukan derajat inflamasinya. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik Krusskal-Wallis dan dilanjutkan dengan Mann-Whitney, menggunakan program SPSS for Windows Release 16. Perbedaan dikatakan signifikan bila p<0,05. Hasil : Penelitian menunjukkan derajat inflamasi usus pada kelompok K yaitu grade 0 (44,44%), grade 1 (33,33%), dan grade 2 (22,22%). Kelompok K1 yaitu grade 3 (33,33%), dan grade 4 (66,67%), sedangkan kelompok K2 yaitu grade 2 (33,33%), grade 3 (55,56%) dan grade 4 (11,11%). Terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok K1 dan K2 (p= 0,010), kelompok K dan K1 (p=0,000), dan kelompok K dan K2 (p=0,001). Simpulan : Kurkumin dapat menurunkan derajat inflamasi usus pada mencit Balb/C model sepsis paparan cecal inoculum.
Kata kunci : Kurkumin, inflamasi, sepsis
ABSTRACT
Fitriani Widhiastuti, G0006009, 2010, EFFECT OF
KURKUMIN WITH
GRADING INFLAMMATION OF INTESTINAL IN BALB/C MICE SEPSIS MODEL CECAL INOCULATION, School of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta
Objective : This experiment was aimed to know the effect of curcumin with inflammation grade of intestinal in Balb/C mice sepsis model cecal inoculation. Methods: This research is experimental laboratoric with post test only control group design. The subject is 27 male Balb/C that were divided three groups of mice with 9 mice each group. K Group as control. K1 Group (Sepsis) was given cecal inoculum material 0,1 ml/mice/day/i.p. and K2 Group (Sepsis+Curcumin) was given cecal inoculum material 0,1 ml/mice/day/i.p. and Curcumin with doses 0,1 ml/mice/day/oral. On day 8, subject were sacrified to take their intestine, were made histology slide by Hematosiklin Eosin staining for determining grading inflammation. Statistical analysis was performed with SPSS for Windows Release 16. The data was analyzed with Krusskal-Wallis methode continued by MannWhitney methode to determine significant differences, values of p<0,05 were considered statistically significant. Results: The study showed that K Group were grade 0 (44,44%), grade 1 (33,33%),and grade 2 (22,22%). K1 Group were grade 3 (33,33%), and grade 4 (66,67%). While K2 Group were grade 1 grade 2 (33,33%), grade 3 (55,56%) and grade 4 (11,11%). There was significant difference among K1 group and K2 group (p=0,010), among K group and K1 group (p=0,000), and among K group and K2 group (p=0,001). Conclusion: This study concluded that curcumin can decrease the inflammation grade of intestinal in Balb/C mice sepsis model cecal inoculation.
Keywords: curcumin, inflammation, sepsis
PRAKATA
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT karena atas karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Pemberian Kurkumin Terhadap Derajat Inflamasi Usus Pada Mencit Balb/C Model Sepsis Paparan Cecal Inoculum. Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan, bimbingan, dan petunjuk dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2. Sri Wahjono, dr., M.Kes.,DAFK, selaku Ketua Tim Skripsi FK UNS 3. Diding Heri Prasetyo, dr., M.Si selaku Pembimbing Penelitian atas bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ipop Syarifah, Dra., M.Si selaku Pembimbing Utama atas bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Sri Hartati, Dra., Apt., S.U selaku Pembimbing Pendamping atas bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Sri Sutati, Dra.,Apt., S.U. selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 7. Sarsono, Drs., M.Si selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan, kririk dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 8. Seluruh dosen dan staf Bagian Biokimia FK UNS 9. Bagian skripsi FK UNS, yang turut memberi kelancaran pembuatan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kebaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia kedokteran umumnya dan pembaca khususnya. Surakarta, 30 April 2010
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Perumusan Masalah ....................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
4
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................
5
A. Tinjauan Pustaka .........................................................................
5
1. Sepsis ....................................................................................
5
2. Histologi Usus .......................................................................
7
3. Curcumin ..............................................................................
12
B. Kerangka Pemikiran ....................................................................
14
1. Kerangka Pemikiran Konseptual ..........................................
14
2. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................
15
3. Hipotesis ...............................................................................
15
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... ..........
16
A. Jenis Penelitian ............................................................................
16
B. Lokasi Penelitian .........................................................................
16
C. Subjek Penelitian .........................................................................
16
D. Teknik Sampling .........................................................................
16
E. Variabel Penelitian ......................................................................
17
F. Skala Variabel .............................................................................
17
G. Definisi Operasional ....................................................................
17
H. Pembuatan Mencit Model Sepsis ................................................
22
I. Rancangan Penelitian ..................................................................
21
J. Instrumental Penelitian ................................................................
23
K. Cara Kerja ...................................................................................
24
L. Teknik Analisis Data....................................................................
26
BABIV HASIL PENELITIAN .....................................................................
27
A. Hasil Penelitian ...........................................................................
27
B. Analisis Data ...............................................................................
32
BAB V PEMBAHASAN ..............................................................................
34
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ...........................................................
37
A. Simpulan .....................................................................................
37
B. Saran ...........................................................................................
37
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
38
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Gambaran Normal Histologis Usus ....................................11 Gambar 2.2. Struktur Kimia Kurkumin....................................................13 Gambar 2.3. Skema Kerangka Pemikiran ...............................................14 Gambar 3.1. Gambar Netrofil..................... .............................................19 Gambar 3.2. Gambar Eosinofil ................................................................20 Gambar 3.3. Gambar Basofil....................................................................20 Gambar 3.4. Gambar Limfosit.................................................................21 Gambar 3.5. Gambar Monosit..................................................................21 Gambar 3.6. Skema Rancangan Penelitian..............................................22 Gambar 3.7. Diagram Alur Penelitian......................................................25 Gambar 4.1. Gambaran Histologis Usus Mencit Balb/C Kelompok K dengan Pengecatan HE .................................29 Gambar 4.2. Gambaran Histologis Usus Mencit Balb/C Kelompok K1 dengan Pengecatan HE ……....................... 30 Gambar 4.3. Gambaran Histologis Usus Mencit Balb/C Kelompok K2 dengan Pengecatan HE ...............................31 Gambar 4.4. Histogram Prosentase Derajat Inflamasi Usus ................... 32
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Jumlah dan Prosentase Derajat Inflamasi Usus pada Masing-Masing Kelompok Perlakuan ......................... 27 Tabel 4.2. Ringkasan uji statistik Mann-Whitney antar kelompok ....... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance Lampiran 2. Jadwal Penelitian Lampiran 3.Tabel Hasil Derajat Inflamasi Usus pada Masing-Masing Kelompok Lampiran 4. Hasil Uji Analisis Kruskall-Wallis dan Mann-Whitney dengan Program SPSS For Windows Release 16. Lampiran 5. Foto Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian Lampiran 6. Foto Kegiatan Penelitian Lampiran 7.Tabel Konversi Dosis Manusia dan Hewan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sepsis adalah suatu sindroma klinis yang dicetuskan oleh infeksi. Sepsis dapat didefinisikan sebagai respon sistemik terhadap infeksi yang insidennya terus meningkat di dunia (Yildiz et al. ,2002). Sedangkan di Indonesia, sepsis mempunyai angka mortalitas tinggi antara lain di Yogyakarta (56.83%), Palembang (54,17%), bahkan di Solo tahun 2004 (83,1%) (Budianto, 2008). Morbiditas dan mortalitas sepsis di Indonesia masih sangat tinggi. Dari hasil penelitian yang dilakukan selama Januari 2006 – Desember 2007 di bagian PICU/NICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta-Indonesia, terdapat angka kejadian sepsis 33,5% dengan tingkat mortalitas sebesar 50,2% (Pudjiastuti, 2008). Berdasarkan data tersebut di atas, terlihat bahwa penanggulangan sepsis yang berkembang menjadi syok septik dan kegagalan multi organ (MODS, multiple-organ dysfunctions) masih belum berhasil secara baik karena pasien sepsis parah masih cendrung berakhir dengan kematian. Sepsis
dan
Systemic
Inflamatory
Respon
Syndrome
(SIRS)
berhubungan dengan perusakan dan disfungsi mukosa saluran pencernaan. Disfungsi saluran pencernaan adalah suatu masalah umum yang sering terjadi selama sepsis, yang akan mengakibatkan hilangnya pertahanan mukosa, peningkatan permeabilitas mukosa dan translokasi dari produk-produk bakteri
ke dalam sirkulasi darah, yang kemudian lebih lanjut akan meningkatkan respon inflamasi pada organ-organ yang lebih jauh, sehingga akan terjadi MOD serta kematian. Salah satu mekanisme yang mendukung perusakan mukosa saluran cerna yang diinduksi endotoksin adalah apoptosis yang meningkat. Peningkatan apoptosis saluran pencernaan yang sering terjadi pada sepsis dan kematian sel mukosa yang berlebihan akan mendukung adanya atrofi, perusakan dan gangguan fungsi pertahanan mukosa saluran pencernaan (Alscher et al., 2001). Penyebab dari sepsis yang terbesar adalah bakteri gram negatif dengan persentase 60 sampai 70% kasus. Produk yang berperan penting terhadap sepsis adalah Lipopolisakarida (LPS). LPS atau endotoksin glikoprotein kompleks merupakan komponen utama membran terluar dari bakteri gram negatif. LPS dapat langsung mengaktifkan sistem imun seluler maupun humoral yang dapat menimbulkan perkembangan septikemia. LPS memicu sitokin proinflamasi, melalui aktivasi gen nuclear factor κ-B
(NF- kB).
Sitokin proinflamasi tersebut antara lain Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α), Interleukin-1 (IL-1), IL-6, IL-8 yang merupakan mediator kunci dan sering meningkat sangat tinggi pada penderita Immunocompromise (IC) yang mengalami sepsis (Guntur, 2006). Infeksi intra-abdomen merupakan salah satu sumber terjadinya sepsis. Cecal inoculum adalah suatu model yang mampu menggambarkan dengan baik keadaan sepsis mirip dengan keadaan klinis peritonitis yang disebabkan infeksi polimikroba. Infeksi tersebut akan menghasilkan respon inflamasi
peritoneum terhadap organisme polimikroba yang berasal dari saluran pencernaan. Peritonitis secara klinis dimulai dari adanya kerusakan dari organ abdomen, seperti perforasi intestinal akut, yang akan berkembang menjadi sepsis dan akan mengakibatkan tingginya morbiditas dan mortalitas baik pada hewan coba ataupun pasien (Remick et al., 2002). Kurkumin merupakan komponen penting dari Curcuma longa Linn. yang memiliki efek antiinflamasi, aktivitas terhadap ulkus peptik, antitoksik, antihiperlipidemi, dan aktivitas antikanker. Kurkumin dapat mencegah kerusakan hati yang diinduksi alkohol pada tikus yang mekanisme kerjanya melalui inhibisi gen NF-kB. Kurkumin memblok gen NF-kB yang merupakan hasil dari aktivasi endotoksin (Aggarwal et al., 2005, Poylin et al., 2007) dan menekan cytokin, chemokin, Cyclooxygenase-2 (COX-2) (Kohli et al.,2004). Penghambatan gen NF-kB oleh kurkumin juga dapat digunakan sebagai terapi adjuvant pada MOD pada kasus sepsis ( Memis et al., 2007). Dengan kemampuannya menghambat NF-kB dan sebagai antiinflamasi, diharapkan kurkumin mampu menurunkan SIRS yang akan mengakibatkan inflamasi mukosa selanjutnya akan menurunkan terjadinya sepsis. B. Perumusan Masalah Adakah pengaruh pemberian kurkumin terhadap derajat inflamasi mukosa usus pada mencit Balb/C model sepsis paparan cecal inoculum ?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kurkumin terhadap derajat inflamasi usus pada mencit Balb/C model sepsis paparan cecal inoculum. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis : Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan tentang pengaruh kurkumin terhadap derajat inflamasi usus pada mencit Balb/C model sepsis paparan cecal inoculum. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Sepsis Sepsis adalah suatu sindroma klinik sebagai manifestasi proses inflamasi imunologik yang terjadi karena adanya respon tubuh (imunitas) yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme. Sindroma klinis sepsis tersebut ditandai dengan takipneu (frekuensi respirasi lebih dari 20 kali/menit), takikardi (frekuensi jantung lebih dari 100 kali/menit), hiperthermia atau hipothermia (temperature aksilar tubuh lebih dari 101 ºF / 38.3 ºC atau 96.1 ºF/35.6 ºC), leukositosis (>12.000/mm), leukopenia (<4000/mm) dengan atau tanpa ditemukannya bakteri dalam darah (Guntur, 2006). Sepsis disebabkan oleh bakteri gram negatif, bakteri gram positif, jamur, virus, dan parasit (Edwin et al., 2003; James et al., 2005). Proporsi infeksi yang disebabkan bakteri gram negatif antara 30-80% dan bakteri gram positif antara 6-24% dari jumlah kasus sepsis. (Kristine et al., 2007). Stimulus dari sepsis adalah mikroorganisme atau substansi (zat) yang dikeluarkannya (seperti eksotoksin, yaitu TSS toksin I, enterotoksin) atau komponen mikroorganisme (seperti endotoksin terutama Lipid A dari bakteri gram negatif, peptidoglikan dari bakteri gram positif dan antigen jamur atau virus) (Munford, 2005).
Produk yang berperan penting terhadap sepsis adalah LPS terutama kandungan lipid A dalam LPS tersebut. LPS atau endotoksin glikoprotein kompleks merupakan komponen utama membran terluar dari bakteri gram negatif (Guntur, 2006). Patofisiologi sepsis sangat kompleks akibat dari interaksi antara proses infeksi kuman patogen, inflamasi dan jalur koagulasi (Kristine et al., 2007) yang dikarakteristikan sebagai ketidakseimbangan antara sitokin proinflamasi (TNF-α, IFNγ, IL-1β, dan IL-6) dengan sitokin anti-inflamasi (seperti IL-1ra, IL-4 dan IL-10) (Elena et al., 2006). Overproduksi sitokin proinflamasi akan mengakibatkan aktivasi respon sistemik berupa SIRS terutama pada paruparu, ginjal, usus, dan organ lainnya (Arul, 2001) yang mempengaruhi permeabilitas vaskuler, fungsi jantung, dan menginduksi perubahan metabolik sehingga terjadi apoptosis, maupun nekrosis jaringan, multi organ failure (MOF), syok septik, serta kematian (Elena et al., 2006; Javier et al., 2005). Endotoksin dapat secara langsung dengan LPS dan bersama-sama dengan antibodi dalam serum darah membentuk LPSab (Lipopolisakarida Antibodi). Dengan perantara reseptor CD14, LPSab yang berada dalam darah akan bereaksi dengan makrofag dan kemudian ditampilkan sebagai Antigen Presenting Cell (APC). Ikatan LPS-LBP (Lipopolysaccharide Binding Protein) kompleks menuju CD14 reseptor di permukaan seluler dan berinteraksi dengan toll-like receptor 4 (TLR4) untuk menginduksi nuclear factor κ-B (NFκ-B) sebagai
sinyal dan transkripsi sitokin proinflamasi,
khemokin, adhesion dan faktor koagulasi.
Sebagai usaha tubuh untuk
bereaksi terhadap sepsis, limfosit T akan mengeluarkan substansi dari Th1 yang berfungsi sebagai imunomodulator yaitu: IFNγ, IL-2, dan M-CSF (Macrophage
Colony
Stimulating
Factor).
Limfosit
Th2
akan
mengekspresikan IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10. IFNγ merangsang makrofag mengeluarkan IL-1β dan TNFα yang merupakan sitokin proinflamasi. IL-1β juga mempunyai efek pada sel endotel untuk terjadinya adhesi dengan neutrofil. Akibatnya akan terjadi gangguan vaskuler sehingga menyebabkan MOD (Guntur, 2006; Kristine et al., 2007). Sejumlah penelitian menyatakan bahwa disregulasi apoptosis terhadap kematian sel-sel imun berperan penting dalam menimbulkan disfungsi imun serta MOF selama sepsis (Chung et al.,2003). Pengobatan sepsis gram negatif didasarkan pada pemberian antimikroba yang adekuat dan support disfungsi organ (Oscar et al., 2006). Pengobatan supportive standard untuk sepsis terdiri dari support ventilasi, resusitasi volume darah yang adekuat dan aplikasi obat vasoaktif, dengan tujuan memelihara pengiriman oksigen yang adekuat ke seluruh organ dan usus (Jurgen et al., 2006).
2. Histologis Usus Dinding usus halus terdiri dari 4 lapisan utama yaitu mukosa, submukosa, muskularis eksterna dan serosa. a. Mukosa Usus Mukosa usus halus terdiri atas 3 lapisan yaitu : epitelium, lamina propria dan muskularis mukosa.
1) Epitelium Terdiri dari epitelium kolumner simpleks. Sel-sel yang terdapat di bagian epitelium ialah : a) Sel-sel absorbtif Bentuknya silindris tinggi, pada permukaan apeks terdapat striated border, tidak menghasilkan mukus, hanya berfungsi absorbtif. b) Sel-sel goblet Menghasilkan mukus, mengandung glikoprotein asam, sebagai pelindung asam dan pelumas. Berbentuk seperti piala dan mengandung butir-butir zymogen. c) Sel paneth Sel paneth hanya terdapat pada bagian basal crypte usus halus, bentuk pyramid, basal melebar dan puncak menyempit. Berperan sebagai penghasil lisosom yaitu suatu enzim yang mencerna dinding bakteri dan dapat memfagosit bakteri-bakteri tertentu. d) Sel stem Sel stem terletak pada bagian basal glandula intestinal, sebagai sumber sel-sel yang lain, baik dalam crypte maupun dalam vili. e) Diantara sel-sel yang melapisi villi dan crypte terdapat Argentaffine cel atau Enterochromaffine cel. Sitoplasmanya
bersifat mudah mengambil Ag dan garam-garam chromium sehingga berwarna coklat kekuningan 2) Lamina propria Terdiri dari jaringan pengikat longgar dengan banyak serabut retikuler, kelenjar-kelenjar, dan kelompok limfosit. Lamina propia ikut membentuk plika semisirkularis Kerkringi dan vili. 3) Muskularis mukosa Tersusun oleh lapisan dalam berbentuk sirkuler atau spiral dan bagian luar berbentuk longitudinal. Muskularis mukosa merupakan otot-otot polos yang membentuk plika semisirkularis yang berfungsi mendekatkan mukosa dengan makanan sehingga absorbsi lebih sempurna. ( Nugroho, 1998) b. Submukosa Terdiri dari jaringan pengikat longgar yang lebih padat dengan banyak serabut elastis dan sedikit jaringan lemak ( Nugroho, 1998). Terdapat persarafan parasimpatis yaitu pleksus meissner ( Gartner and Hiatt, 2007). c. Muskularis eksterna Terdiri dari dua lapisan yaitu sirkular pada bagian dalam dan longitudinal pada bagian luar. Diantara kedua lapisan terdapat pleksus myentericus aurbach ( Nugroho, 1998).
d. Serosa Merupakan lapisan terluar dinding usus yang terdiri jaringan pengikat longgar (Gartner and Hiatt, 2007). Terdiri dari jaringan pengikat longgar dan tertutup oleh peritoneum (Nugroho, 1998).
Gambar 2.1. Gambaran Normal Histologis Usus (Victor, 2003)
3. Curcumin Taksonomi kunyit: Divisi
: Spermatophyta
Anak Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Bangsa
: Zingiberales
Suku
: Zingiberaceae
Marga
: Curcuma
Spesies
: Curcuma longa Linn.
Sinonim
: Curcuma domestica Val (Shoba et al,. 1998)
Kurkumin merupakan komponen penting dari Curcuma longa Linn. (kunyit) yang memberikan warna kuning yang khas kurkumin termasuk golongan senyawa polifenol dengan struktur kimia mirip asam ferulat yang banyak digunakan sebagai penguat rasa pada industri makanan. Serbuk kering rhizome (turmerik) mengandung (75%) kurkumin dan dua senyawa derivatnya dalam jumlah yang kecil yaitu desmetoksikurkumin (23%) dan bisdesmetoksikurkumin, (2%) yang ketiganya sering disebut sebagai curcuminoid ( Vareed et al, 2008).
Gambar 2.2. Struktur kimia kurkumin
[1,7-bis-(4'-hidroksi-3'-metoksifenil)hepta-1,6-diena-3,5-dion]
(Aggarwal et al,. 2003)
Kurkumin memiliki efek memblok NF-kB yang merupakan hasil dari aktivasi endotoksin
(Aggarwal et al., 2005, Poylin et al., 2007) dan
menekan cytokin, chemokin, Cyclooxygenase-2 (COX-2) (Kohli et al.,2004). Menurut penelitian kurkumin, melalui penghambatan gen NF-kB juga dapat digunakan sebagai terapi adjuvant pada MOD pada kasus sepsis ( Memis et al., 2007). Pada penelitian yang lain disebutkan juga bahwa kurkumin selain berfungsi sebagai antioksidan dan antiinflamasi, berperan juga dalam penurunan apoptosis sel-sel hati tikus yang diinduksi ethanol (Samuhasaneeto et al., 2009)
B. Kerangka Pemikiran 1. Kerangka Berpikir Konseptual Cecal inoculum
Polimikroba
NF – к B
kurkumin
Produksi sitokin proinflamasi berlebihan
SIRS
kerusakan ephithelial intestinal(barrier disfunction)
Inflamasi usus
Keterangan : Merangsang
: Menghambat
Gambar 2.3. Skema Kerangka Pemikiran
2. Kerangka Berpikir Teoritis Masuknya polimikroba yang berasal dari material cecal inoculum ke dalam tubuh akan menginduksi pembentukan sitokin proinflamasi, (seperti tumor necrosis factor-α (TNF-α), Interferon-γ (IFNγ), interleukin-1β (IL1β), dan IL-6) sehingga terjadi ketidakseimbangan antara sitokin proinflamasi dengan sitokin anti-inflamasi (seperti IL-1ra, IL-4 dan IL-10) (Elena et al., 2006). Produksi sitokin proinflamasi yang berlebihan menyebabkan hiperinflamasi seperti aktivasi SIRS pada organ terutama pada paru, ginjal, hati, usus, dan organ lainnya. Proses patologik yang utama adalah apoptosis sel limfosit dan sel saluran pencernaan (usus). Respon sistemik ini akan menekan sistem imun serta mengakibatkan kerusakan epitel (barrier dysfunction). Disfungsi saluran pencernaan (usus) ini mengakibatkan hilangnya pertahanan mukosa, peningkatan permeabilitas yang kemudian lebih lanjut akan meningkatkan inflamasi usus. Kurkumin berperan
sebagai
perangsang anti
inflamasi
yang
memungkinkan terjadinya keseimbangan antara sitokin proinflamasi dengan anti inflamasi. Mekanisme kerjanya adalah kurkumin berfungsi sebagai penghambat gen NF-kB, (Poylin et al., 2007) yang kalau tidak dihambat gen tersebut akan berperan sebagai aktivator sitokin proinflamasi C. Hipotesis Kurkumin menurunkan derajat inflamasi usus pada mencit Balb/C model sepsis paparan Cecal Inoculum.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only control group design. B. Lokasi Penelitian Penelitian
ini dilakukan di
Laboratorium Histologi
Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. C. Subjek Penelitian Subjek penelitian berupa 27 ekor mencit Balb/C jantan dengan berat badan ± 20-30 gram, dan berumur 2-3 bulan. Mencit Balb/C diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Bahan makanan Mencit Balb/C berupa pakan mencit BR I. D. Teknik Sampling Untuk pengambilan sampel digunakan teknik random sampling sederhana. Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus Federer, (Arkeman dan David, 2006) yaitu: (k-1)(n-1) ≥ 15 Keterangan : k : jumlah kelompok n : jumlah sampel dalam tiap kelompok
Dalam penelitian ini subjek dibagi menjadi 3 kelompok, sehingga berdasarkan rumus Federer didapatkan jumlah subjek masing-masing kelompok sebagai berikut: (k-1)(n-1) ≥ 15 (3-1)(n-1)≥ 15 2(n-1) ≥ 15 2n ≥ 17 n ≥ 8,5 Jadi tiap kelompok sampel terdiri dari 9 ekor mencit Balb/C. E. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas
: kurkumin
2. Variabel Terikat
: Derajat inflamasi usus
3. Variabel Perancu
:
a. Dapat dikendalikan
: Genetik, umur, berat badan, makanan
b. Tidak dapat dikendalikan : Variasi kepekaan mencit terhadap suatu zat F. Skala Variabel 1. Kurkumin
: skala nominal
2. Derajat inflamasi usus : skala ordinal G. Definisi Operasional Variabel 1. Kurkumin Kurkumin yang digunakan adalah Biocurliv® 500 mg. Tablet Biocurliv® mengandung
ekstrak Curcuma longa rhizome (Curcuminoid complex
95% I Bio-Curcumin / BCM-95™) 150 mg, Sylimarin phytosome 35 mg,
ekstrak Schizandrae Fructus 135 mg, Liquiritae Radix 135 mg, Choline Bitartrate 150 mg, dan vitamin B6 2 mg. Faktor konversi manusia (dengan berat badan ± 70 kg) ke mencit (dengan berat badan ± 20 gr) adalah 0,0026 (Suhardjono, 1995), sehingga dosis yang diberikan pada mencit adalah 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg Kurkumin diberikan per oral pada mencit dengan dosis 1,3 mg/20 grBB/mencit/hari. Dilarutkan dalam (500x0,1)/1,3 = 38,5 ml aquadest. Dosis yang diberikan peroral adalah 0,1 ml/mencit/hari. 2. Derajat inflamasi usus Derajat inflamasi usus ditentukan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang, yaitu neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit, dan monosit ke dalam lapisan dinding usus halus yang dinyatakan dengan derajat inflamasi. Penentuan tingkatan inflamasi usus: Grade 0
: tidak ada infiltrasi sel radang (jaringan normal)
Grade 1
: infiltrasi sel radang sampai ke lapisan epithel dari mukosa usus.
Grade 2
: infiltrasi sel radang sampai ke lapisan epithel mukosa dan sedikit infiltrasi ke lapisan submukosa.
Grade 3
: infiltrasi sel radang sampai ke lapisan submukosa.
Grade 4
: infiltrasi sel radang sampai ke lapisan muskularis/ transmural (Chang et al., 2006)
Derajat inflamasi usus dilihat setelah jaringan usus mencit diambil kemudian dibuat preparat sehingga dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 100x dan 400x. Sel-sel radang yang diamati antara lain : a. Neutrofil Neutrofil merupakan garis pertahanan yang pertama bila ada kerusakan jaringan atau bila ada benda asing yang masuk. Granula yang terdapat dalam sitoplasma neutrofil bereaksi baik dengan zat warna asam maupun
basa.
Pada
pewarnaan
wright
granula
tersebut
membentuk warna netral atau biru. Pada sel yang matang, kromatin inti memadat membentuk gumpalan atau lobus, yang dihubungkan satu dengan lain oleh benang-benang halus. Sel ini disebut leukosit polimorfonuklear karena bentuk intinya bermacam-macam (Widmann, 1995)
Gambar 3.1. Neutrofil (Widmann, 1995) b. Eosinofil Eosinofil merupakan granulosit dengan inti yang terbagi 2 lobus dan sitoplasma bergranula kasar, refraktil dan berwarna merah tua oleh zat
warna yang bereaksi asam yaitu eosin (Widmann, 1995). Eosinofil dipandang sebagai tanda penyakit alergi (Bellanti, 1993). Pada kedaaan normal jumlahnya hanya 2-4% dari leukosit darah (Victor, 2003).
Gambar 3.2. Eosinofil (Widmann, 1995) c. Basofil Jumlah basofil dalam sirkulasi hanya 1 % dari jumlah leukosit. Pada pewarnaan yang bereaksi basa, granula sel ini tampak kasar dan berwarna biru sedangkan pada pewarnaan berwarna terang
metakromatik
(Widmann, 1995).
Gambar 3.3. Basofil (Widmann, 1995)
akan
d. Limfosit Limfosit merupakan leukosit mononuklear. Ukurannya bervariasi. Pada pewarnaan wright tidak memiliki granula sitoplasma. Inti limfosit berbentuk bulat atau oval sampai berbentuk tapal kuda ( Victor, 2003). Bentuk kromatin inti sarat dengan jala-jala yang berhubungan di dalam (Sylvia and Wilson, 1995).
Gambar 3.4. Limfosit (Widmann, 1995) e. Monosit Jumlah monosit dalam sirkulasi 5-8 % dari jumlah leukosit. Sel ini berukuran besar (16-20 µm), kromatin inti jelas, inti memanjang berlekuk atau terlipat dan sitoplasmanya banyak, berwarna biru keabuabuan dan tembus pandang (Widmann, 1995).
Gambar 3.5. Monosit (Widmann, 1995).
H. Pembuatan Mencit Model Sepsis Untuk membuat model sepsis pada hewan coba digunakan injeksi cecal inoculum (4 mg/mencit) secara i.p. ( Chopra and Sharma, 2007). Cecal inoculum dibuat dengan mensuspensikan 200 mg material dari cecal yang masih baru pada 5 ml dextrose water 5% (D5W) steril. Material cecal diperoleh dari mencit donor yang sehat yang dikorbankan dengan cervical dislocation. Masing-masing hewan coba model sepsis diinjeksi D5W (0,1 ml/mencit) steril secara i.p.Cecal inoculum dibuat baru setiap hari dan diberikan dalam waktu 2 jam pada mencit.
I. Rancangan Penelitian
S
K
G
K1
G1
K2
G2
Grading inflamasi semua kelompok dibandingkan dengan Uji Krusskal-Wallis dilanjutkan dengan Mann Whitney antar kelompok
Gambar 3.6. Skema Rancangan Penelitian Keterangan : S K K1 K2 G G1 G2
: : : : : : :
Jumlah mencit yang digunakan Kelompok kontrol Kelompok sepsis Kelompok sepsis + kurkumin (dosis 0,1 ml/mencit/per oral) Grading inflamasi kelompok kontrol Grading inflamasi kelompok sepsis Grading inflamasi kelompok sepsis + kurkumin
J. Instrumental Penelitian 1. Alat Penelitian a. kandang hewan penelitian usuran 20x30x15 cm b. timbangan Mettler Toledo c.
beaker glass Pyrex® 100 ml
d. pipet ukur e.
sonde
f.
spuit injeksi Terumo® 1 ml
g. labu takar h.
minor set Tajimco®
i.
mikroskop cahaya Olympus®
j.
alat-alat pembuatan preparat histologis
2. Bahan Penelitian a. bahan perlakuan : Hewan uji (27 ekor mencit Balb/C), Curcuma, aquades, material cecal mencit Balb/C, dextrose water 5% (D5W) steril, alkohol, makanan hewan uji b. bahan pembuatan preparat : Organ usus halus mencit setelah perlakuan dan kontrol, formalin 10%, alkohol 96%, toluol, xylol, parafin, pewarna Hematosiklin dan Eosin, aquades
K. Cara Kerja 1. Sebelum Perlakuan Hewan coba diadaptasikan dengan kondisi laboratorium selama satu minggu kemudian hewan coba dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok masing-masing terdiri dari 9 ekor mencit. 2. Pemberian Perlakuan Mencit kelompok K1 diberikan injeksi intra peritonium material cecal inoculum sebanyak 0,1 ml setiap hari selama 2 jam sampai hari ke 7. Sedangkan
pada mencit K2 selain diberikan injeksi intra peritonium
material cecal inoculum sebanyak 0,1 ml setiap hari selama 2 jam diberikan pula kurkumin 0,1 ml per oral sampai hari ke 7. 3. Setelah Perlakuan Pada hari ke 8, mencit dikorbankan dan usus halus mencit diambil, kemudian dibuat preparat histologisnya dengan menggunakan pewarnaan Hematosiklin Eosin untuk menentukan grading inflamasinya.
Berikut ini adalah diagram alur penelitian mulai dari penimbangan mencit, pemberian perlakuan sampai tahap setelah perlakuan yaitu menganalisis hasil dengan menggunakan uji statistik Krusskal-Wallis dilanjutkan dengan uji statistik Mann Whithney
Mencit Balb/C jantan umur 2-3 bulan berat badan + 20-30 gr
Adaptasi 7 hari
Simple random sampling
Kelompok K Mencit Balb / C 9 ekor
Kelompok K1 Mencit Balb / C 9 ekor
Kelompok K2 Mencit Balb / C 9 ekor
Hari ke 1-7 + Cecal inoculum 0,1 ml/ip/mencit
Hari ke 1-7 + Cecal inoculum 0,1 ml/ip/mencit
Hari ke 1-7 + kurkumin 0,1 ml/peroral/mencit Hari ke 8 mencit dikorbankan
Hari ke 8 mencit dikorbankan
Penentuan grading inflamasi usus dengan melihat sel-sel radang
Penentuan grading inflamasi usus dengan melihat sel-sel radang
Hari ke 8 mencit dikorbankan
Penentuan grading inflamasi usus dengan melihat sel-sel radang
Hasil analisis dengan uji statistik KrusskalWallis dilanjutkan dengan uji statistik Mann Whithney Gambar 3.7. Diagram Alur Penelitian
L.Teknik Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji statistik nonparametrik, yaitu uji Krusskall- Wallis kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Uji Krusskall-Wallis merupakan analisis varian satu arah berdasarkan peringkat pada data skala ordinal. Adapun syaratnya adalah : sampel diambil secara random, populasi asal sampel independen terhadap pengamatan lain, dan skala yang dipakai adalah skala ordinal. Uji ini untuk mengetahui adanya perbedaan dalam seluruh kelompok populasi. Hasil yang diharapkan adalah adanya perbedaan yang bermakna gambaran histologi usus kelompok kontrol positif (K) dengan kelompok sepsis (K1) atau dengan kelompok sepsis + kurkumin (K2). Uji Mann-Whitney merupakan uji nonparametrik untuk menilai dua sampel independen pada distribusi yang sama. Adapun syaratnya adalah : distribusi bersifat kontinu, populasi asal sampel independen, skala pengukuran sebaiknya ordinal, interval, atau rasio. Uji ini untuk mengetahui letak adanya perbedaan dalam populasi. Uji dilakukan antara
kelompok K dengan
kelompok K1, kelompok K dengan kelompok K2, dan kelompok K1 dengan kelompok K2. Hasil yang diharapkan adalah mengetahui antara kelompok mana yang mempunyai perbedaan bermakna. Data akan diolah dengan menggunakan software program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for Windows sehingga akan diperoleh nilai dari uji KrusskallWallis dan uji Mann-Whitney
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian Pada penelitian ini, tiap kelompok dibuat sembilan gambaran histologis usus. Setelah dilakukan pengamatan mikroskopis diperoleh berbagai tingkatan derajat inflamasi pada masing-masing kelompok. Data hasil pengamatan mikroskopis terhadap derajat inflamasi usus pada kelompok kontrol (K), kelompok sepsis (K1), dan kelompok sepsis+kurkumin (K2) dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Jumlah dan prosentase derajat inflamasi usus pada masing-masing kelompok perlakuan
Grade
K
K1
K2
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
0
4
44,44
0
0
0
0
1
3
33,33
0
0
0
0
2
2
22,22
0
0
3
33,33
3
0
0
3
33,33
5
55,56
4
0
0
6
66,67
1
11,11
Keterangan : K : Kelompok kontrol K1 : Kelompok sepsis (pemberian material Cecal inoculum) K2 : Kelompok sepsis+ kurkumin (pemberian material Cecal inoculum dan tablet Curcuma )
Tabel 4.1 memperlihatkan kelompok kontrol memiliki grade inflamasi 0 ( 44,44%), grade 1 ada (33,33%), dan grade 2 sebanyak (22,22%). Pada paparan CI terlihat penigkatan grade inflamasi yaitu sebesar (66,67%) grade 4 dan sisanya sebanyak (33,33%) adalah grade 3. Sebaliknya pada penambahan kurkumin dalam paparan CI, terjadi penurunan grade inflamasi yaitu, sebanyak (33,33%) grade 2, (55,56%) dengan grade 3 dan hanya (11,11%) dengan grade 4. Gambaran hasil pengamatan mikroskopis derajat inflamasi usus pada kelompok (K), kelompok(K1), dan (K2) dapat dilihat pada gambar 4.1, gambar 4.2, serta gambar 4.3.
a
b
c1
c2
d1 Gambar
4.1.
Gambaran histologis usus mencit Balb/C kelompok K dengan Pengecatan HE a. grade 0 (perbesaran 400x) c2. grade 1 (perbesaran 1000x) b. grade 0 (perbesaran 400x) d1. grade 1 (perbesaran 400x) c1. grade 1 (perbesaran 400x) d2. grade 1 (perbesaran 1000x) Keterangan : sel-sel inflamasi ditunjuk dengan arah panah
a1
a2
b1
b2
c1
c2
Gambar 4.2. Gambaran histologis usus mencit Balb/C kelompok K1 dengan Pengecatan HE a1. grade 3 (perbesaran 400 x) a2. grade 3 (perbesaran 1000x) b1. grade 4 (perbesaran 400 x) b2. grade 4 (perbasaran 1000x) c1. grade 4 (perbesaran 400 x) c2. grade 4 (perbesaran 1000x)
a1
a2
b1
b2
c c1
c2
Gambar 4.3. Gambaran histologis usus mencit Balb/C kelompok K2 dengan Pengecatan HE a1. grade 2 (perbesaran 400 x) a2. grade 2 (perbesaran 1000x) b1. grade 2 (perbesaran 400 x) b2. grade 2 (perbesaran 1000x) c1. grade 3 (perbesaran 400 x) c2. grade 3 (perbesaran 1000x)
jumlah sampel dalam %
80 70 60 50 40 30 20 10 0
grade 0 grade 1 grade 2 grade 3 grade 4
K
K1
K2
kelompok perlakuan
Gambar 4.4 Histogram prosentase derajat inflamasi usus
B. Analisis Data Data hasil penelitian dilakukan analisis Kruskal-Wallis dilanjutkan MannWhitney (α=0.05) menggunakan program SPSS for Windows Release 16. Dari perhitungan statistik secara Kruskal-Wallis, diperoleh perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok sampel, yaitu kelompok K, kelompok K1, dan kelompok K2. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Sig. 0,000 (p<0,05) . Untuk mengetahui perbedaan antara 2 kelompok dilakukan analisis MannWhitney. Diperoleh perbedaan yang signifikan antara kelompok K dengan K1, K dengan K2, dan K1 dengan K2. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p<0,05 (tabel 4.2). Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran .
Tabel 4.2. Ringkasan hasil uji statistik Mann-Whitney antar kelompok Kelompok perlakuan
p
keterangan
K dengan K1
0.000
Sangat bermakna
K dengan K2
0.001
Sangat bermakna
K1 dengan K2
0.010
bermakna
BAB V
PEMBAHASAN
Sepsis adalah suatu sindroma klinik sebagai manifestasi proses inflamasi imunologik yang terjadi karena adanya respon tubuh (imunitas) yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme. Sindroma klinis sepsis tersebut ditandai dengan takipneu, takikardi, hiperthermia atau hipothermia, leukositosis, leukopenia dengan atau tanpa ditemukannya bakteri dalam darah (Guntur, 2006). Pembuatan model sepsis, dengan cara injeksi cecal inoculum (0,1 ml/ mencit) secara intraperitoneal (i.p.) (Chopra and Sharma, 2007) Sedangkan pemberian kurkumin berguna untuk memblok NF-kB yang merupakan hasil dari aktivasi endotoksin (Aggarwal et al., 2005), sehingga terjadinya sepsis pada sebagian besar hewan coba dapat dicegah. Pada penelitian ini, kelompok kontrol menunjukkan gambaran histologis usus yang normal (grade 0). Beberapa diantaranya menunjukkan gambaran histologis usus dengan grade 2. Hal ini kemungkinan karena adanya variabel luar yang tidak dapat dikendalikan seperti kepekaan mencit terhadap suatu zat, kondisi psikologis mencit, maupun kondisi awal usus mencit. Pemberian material cecal inoculum pada kelompok sepsis menyebabkan meningkatnya derajat inflamasi usus mencit secara bermakna (Tabel 4.2). Sebagian besar menunjukkan grade 4 . (Tabel 4.1). Hal ini sesuai dengan protokol pembuatan model sepsis oleh Chopra dan Sharma, 2007. Injeksi c.i. menggambarkan keadaan klinis peritonitis yang disebabkan infeksi polimikroba, adanya infeksi kuman patogen tersebut pada subjek penelitian merupakan
penyebab terjadinya sepsis (Kristine et al., 2007). Menurut Alscher et al., 2001 bahwa proses patologik yang utama pada sepsis adalah apoptosis dari saluran pencernaan, termasuk intestinal. Proses ini menyebabkan hipoperfusi intestinal berupa gangguan mikrosirkulasi mukosa intestinal, disfungsi barrier intestinal dengan peningkatan permeabilitas usus, invasi bakteri patogen dan translokasi toksinnya ke dalam sirkulasi darah serta pelepasan sitokin inflamasi yang berlebihan seperi TNF-α, IFN-γ, IL-1β dan IL-6 yang merupakan tanda reaksi inflamasi (Jurgen et al., 2006). Pemberian kurkumin pada keadaan sepsis (kelompok K2) dapat menurunkan derajat inflamasi usus secara bermakna (Tabel 4.2). Kelompok ini memperlihatkan grade 2 dan grade 3, tetapi terdapat satu hewan coba yang hasilnya grade 4. Hasil ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Santel et al. (2008) yang menyatakan bahwa kurkumin mampu menghambat produksi sitokin melalui mekanisme penghambatan terhadap TNF-α, yang akan menginduksi ekspresi molekul-molekul adhesi (ICAM-1, VCAM-1) dan Kurkumin juga menghambat produksi sitokin proinflamasi lain seperti IL-1β, IL-6 melalui mekanisme penghambatan NF-κB. Kurkumin merupakan komponen penting dari Curcuma longa Linn. yang memiliki efek antiinflamasi, aktivitas terhadap ulkus peptik, antitoksik, antihiperlipidemi, dan aktivitas antikanker. Kurkumin memiliki efek memblok NF-kB yang merupakan hasil dari aktivasi endotoksin (Aggarwal et al., 2005, Poylin et al., 2007). Selain itu, kurkumin dapat digunakan sebagai terapi adjuvant pada MOD pada kasus sepsis (Memis et al., 2007). Kurkumin melalui perubahan
keseimbangan sitokin proinflamasi dengan sitokin antiinflamasi berfungsi sebagai antiinflamator, yaitu dengan menghambat translokasi NF-κB pada inti sel (Poylin et al., 2007). NF-κB merupakan faktor transkripsi untuk sintesis sitokin (Abbas and Lichman., 2005) yaitu mengatur ekspresi gen untuk memproduksi mediator proinflamasi seperti TNF-α, IFNγ, IL-1β dan IL-6 (Elena et al., 2006). Selain itu kurkumin juga berperan sebagai perangsang anti inflamasi seperti IL-1ra, IL-4, dan IL-10 yang memungkinkan terjadinya keseimbangan antara sitokin proinflamasi dengan anti inflamasi. Mekanisme-mekanisme tersebut menurunkan kerusakan ephitelial intesinal yang berpengaruh pada menurunnya inflamasi usus. Kelemahan pada penelitian ini yang pertama adalah tidak dilakukannya tes pada beberapa marker sepsis yaitu C-reactive protein (CRP) sebagai marker pada infeksi, Procalcitonin (PCT) dan Lipo Binding Protein (LBP) merupakan marker yang sensitif dan spesifik pada sepsis (Shahin et al., 2006). Yang kedua adalah mengenai dosis pemberian kurkumin, karena kurkumin tidak larut dalam air sehingga absorbsinya kurang baik dan kurkumin yang digunakan sebanyak 5% mengandung zat-zat lain seperti
Sylimarin phytosome, ekstrak Schizandrae
Fructus, Liquiritae Radix, Choline Bitartrate, dan vitamin B6, oleh karena itu perlu dilakukan variasi dosis untuk mengetahui dosis yang paling efektif pada hewan coba.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kurkumin dapat menurunkan derajat inflamasi usus mencit Balb/C model sepsis paparan cecal inoculum. B. SARAN 1. Sebagai pertimbangan dalam penentuan dosis kurkumin yang lebih tepat pada penelitian selanjutnya sehingga didapatkan hasil yang memuaskan. 2. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kurkumin pada sepsis menggunakan parameter lain misalnya biomarker sepsis (CRP, PCT, dan LBP).
DAFTAR PUSTAKA
Abbas A.K and Lichtman A.H., 2005. Cellular and Molecular Immunology. 5thed. Philadelphia:Elsevier Saunders, pp : 295-343.
Aggarwal BB, Kumar A, Bharti AC. 2003. Anticancer potential of curcumin: preclinical and clinical studies. PubMed. Anticancer Res. 2003 JanFeb;23(1A):363-98.
Aggarwal BB, Shishir S, Yasunari T, Sanjeev B, Robert A. Newman, Charlos E, and Janet E. Price. 2005. Curcumin Supresses the PaclitaxelInduced Nuclear Factor-kB Pathway in Breast Cancer Cells and Inhibits Lung Metastasis of Human Breast Cancer in Nude Mice. American Asociation for Cancer Research. Clin Cancer Res October;11(20): 7490-7498.
Alscher KT, Phang P, Mc-Donald TE, and Walley KR. 2001. Enteral feeding deceases gut apoptosis, permeability, and lung inflammation during murine endotoxemia. Am J Physiol Gastrointest LiverPhysiol 281: G569-G576
Arkeman H. dan David. 2006. Efek vitamin C dan E Terhadap Sel Goblet Saluran Nafas Pada Tikus Akibat Pajanan Asap Rokok. UNIVERSA Vol. 25, No.2.
Budianto dan Sya'roni. 2008. Pengaruh Penambahan Deksametason Dosis Tinggi Pada Sepsis. KOPAPDI XIII Palembang 2006. http://papdiplg.muitiply.com/jurnal/item/6.
Chang C. and Miller JF. 2006. Campylobacter jejuni Colonization of Mice with Limited Enteric Flora. Infect Immun. September; 74 (9) : 52615271.
Chopra M. and Sharma A.C. 2007. Distinct Cardiodynamic and molecular characteristics during early and late stages of sepsis-induced myocardial dysfunction. PubMed Central. 81(4): 306-316.
Chung CS, Song GY, Lomas J, Simms HH., Chaudry IH, Ayala A. 2003. Inhibition of Fas/Fas ligand signaling improves septic survival: differential effects on macrophage apoptotic and functional capacity. J Leukoc Biol.74:344–351.
Edwin SVA, Theo JCVB, and Johan K. 2003. Receptors, Mediators, and Mechanisms Involved in Bacterial Sepsis and Septic Shock. Clin Microbiol Rev. July. 16(3): 379–414.
Elena GR, Alejo C, Gema R, and Mario D. 2006. Corstatin, a new antiinflammatory peptide with therapeutic effect on lethal endotoxemia. J Exp Med. March. 203(2): 563-571.
Gartner LP. and Hiatt JL. 2007. Color textbook of histology. Philadelphia: Elsevier Saunder, pp:398-406
Guntur H, A.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi IV..Penyakit Tropik Dan Infeksi:Sepsis.Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,pp:1840-1843
James MJ, Naeem AA, and Edward A. 2005. Year in review in Critical Care, 2004: sepsis and multi-organ failure. Crit Care. 9(4): 409–413.
Javier C, José Y, David HE, Yolanda M, Ruben M, Isabel A, Antonia M, Pascual P, and Vicente V. 2005. Role of Lipopolysaccharide and Cecal Ligation and Puncture on Blood Coagulation and Inflammation in Sensitive and Resistant Mice Models. Am J Pathol. April; 166(4): 1089–1098.
Jürgen B, Edda K, Claudia DS, Björn L, Patrick S, Ortrud VH, Matthias G, Dragan P, Michael W, Wolfgang JK, and Christian L. 2006. Effects of dopexamine on the intestinal microvascular blood flow and leucocyte activation in a sepsis model in rats. Crit Care.10(4): R117.
Kohli K, Ali J, Ansari M.J, Raheman Z. 2004. Curcumin : a natural antiinflammatory agent. Indian J Pharmachol Vol 37 (3):141-147.
Kristine M J, Sarah B.L, Anncatrine LP, Jesper EO, and Thomas B. 2007. Common TNF-α, IL-1β, PAI-1, uPA, CD14 and TRL4 polymorphism are not associated with disease severity or outcome from Gram negative sepsis. BMC Infect Dis. 7: 108.
Memis D, Hekimoglu S, Sezer A, Altaner S, Sut N, Usta U. 2007. Curcumin attenuates the organ dysfunction caused by endotoxemia in the rat. Nutrition, Volume 24, Issue 11, Pages 1133-1138.
Munford RS. Severe sepsis and septic shock, in: Kasper DL, editor: Harrison’s Principles of Internal Medicine 16 th. Edition. McGraw-Hill Company Inc.2005. Page:1606-1612.
Nugroho R. 1998. Histologi II Traktus Digestivus. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, pp:23-6.
Oscar C, Andrea G, Roberto G, Cristina B, Fiorenza O, Carmela S, Federico M, Alberto L, Barbara S, Marco R, Vittorio S, Margherita Z, and Giorgio S. 2006. LL-37 Protects Rats against Lethal Sepsis Caused by Gram-Negative Bacteria. Antimicrob Agents Chemother. May; 50(5): 1672–1679.
Poylin V, Moin UF, Patrick O, Nima A, Natasha R, Michael M, and Per-Olof H. 2007. The NF-kB Inhibitor Curcumin Blocks Sepsis Induced Muscle Proteolysis. Hindawi Publishing Corporation. Mediators Inflamation vol 2008; doi:10.1155/2008/317851.
Pudjiastuti. 2008. Imunoglobulin Intravena pada Anak dan Bayi dengan Sepsis. Kumpulan Makalah. National Symposium: The 2nd Indonesian Sepsis Forum. Surakarta, March 7th-9th. p:100.
Remick DG, Bolgos GR, Siddiqui J, Shin J, and Nemzek JA. 2002. Six at six:interleukin-6 measured 6 h after the initiation of sepsis predicts mortality over 3 days. Shock 17:463-467.
Samuhasaneeto S, Duangporn TN, Onanong K, Doungsamon S, and Naruemon K. 2009. Curcumin Decreased Oxidative Stress, Inhibited NF-κB Activation, and Improved Liver Pathology in Ethanol-Induced Liver Injury in Rats. J Biomed Biotechnol. 2009;July 6. doi: 10.
Santel T, Pflug G, Hemdan N, Schäfer A, Hollenbach M, Buchold M, Hintersdorf A, Lindner I, Otto A, Bigl M, Oerlecke I, Hutschenreuter A, Sack U, Huse K, Groth M, Birkemeyer C, Schellenberger W, Gebhardt R, Platzer M, Weiss T, Vijayalakshmi MA, Krüger M, Birkenmeier G. 2008. Curcumin inhibits glyoxalase 1—A possible link to its antiinflammatory and antitumor activity. PubMed Central. 3(10): e3508.
Shahin G, Ole GK, Court P, and Svend SP. 2006. Procalcitonin, lipopolysaccharide-binding protein, interleukin-6 and C-reactive protein in community-acquired infections and sepsis: a prospective study. Critical care, 10:R53
Shoba G, Joy D, Joseph T, Majeed M, Rajendran R, Srinivas PS. Influence of Piperine on the Pharmacokinetics of Curcumin in Animals and Human Volunteers. Planta Med. 1998 May; 64(4):353-6.
Suhardjono, D., 1995. Percobaan Hewan Laboratorium. Gajah Mada University Press, Yogyakarta, hal:207.
Sylvia AP. dan Lorraine MW. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit edisi keempat. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal:62-9;133-5
Vareed SK, Madhuri K, Mack TR, James AC, Daniel PN, Zora D, and Dean EB. 2008. Pharmacokinetics of Curcumin Conjugates Metabolites in Healthy Human Subjects. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev June; 17 (6): 1411-1417.
Victor PE. 2003. Atlas Histologi di fiore dengan korelasi fungsional Ed.9. Jakarta: EGC. Hal: 62-65.
Wesche-Soldato DE, Ryan Z, Chun-Shiang Chung, and Alfred A. 2007. The Apoptopic Pathway as a Therapeutic Target in Sepsis. Curr Drug Targets. April; 8(4): 493-500.
Widmann, Frances K, 1995. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium edisi sembilan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, p :25.
Yildiz O, Mehmet D, Bilgehan A, Muhammet G, Fahrettin K, and Ahmet T. 2002. Physiological-dose steroid terapy in sepsis [ISRCTN36253388]. Crit Care; 6(3): 251-259.