, Juni-Agustus 2012
6 Edisi
W
ra buletin
n PESTA FARADJE n FILM THE LADY n MENJAGA LISAN
ai
PUDARNYA MAKNA SYUKURI PANGAN
Wai
buletin
ra
merupakan media informasi sosialisasi demokrasi yang diterbitkan setiap 3 bulan oleh Elpagar (Lembaga Pemberdayaan Pergerakan Rakyat), bekerjasama dengan Komunitas Indonesia untuk Demokrasi (KID) dan Kemitraan.
SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab : Furbertus Ipur (Direktur Elpagar) Pemimpin Redaksi : Muhammad Isa Redaktur Pelaksana : Ar Irham Sidang Redaksi : Furbertus Ipur, Muhammad Isa, Ar Irham Tim Liputan : Sri Pujiani, Yooce Febrina Tutkey Kontributor : Peserta Sekolah Demokrasi Desain Visual : Rudy Fransiskus Alamat Redaksi : Jl. Abdurrahman Saleh 3 No. 7 Pontianak 78124 Telepon: (0561) 735155 Email:
[email protected] Situsweb: sekolahdemokrasi.elpagar.org Redaksi menerima kiriman artikel/opini dan pemasangan iklan layanan masyarakat.
Editorial Menanam Padi, Jaga Keseimbangan Hidup
K
etahanan pangan menjadi laporan utama Rawai edisi enam yang tengah Anda baca. Nilai-nilai tradisional Gawai Dayak sebagai wujud syukur kepada Tuhan terhadap keberhasilan panen, sejatinya berkaitan erat dengan ketahanan pangan. Berkat limpahan kekayaan alam dan kerja keras petani, banyak orang tak kelaparan. Itulah bentuk syukur mendasar dari rakyat negara agraris. Pada edisi ini, rubrik vox populi (suara rakyat) di halaman enam mengangkat tema yang sekilas terdengar sederhana, tapi sangat menarik untuk digali lebih dalam. “Seandainya Anda diberi kesempatan menanam pohon, jenis pohon apa yang ingin Anda tanam?”Pertanyaan ini menggiring alur imajinasi tentang sosok tanaman favorit yang ada di benak kita masing-masing. Nyatanya, dari tujuh peserta Sekolah Demokrasi Sanggau Angkatan II yang menyampaikan opini, ternyata hanya satu orang menyatakan keinginan menanam pisang sebagai pohon serbaguna untuk memenuhi kebutuhan pangan. Kondisi ini bisa menjadi sampel kecil pergeseran kerangka berpikir masyarakat. Sekarang tanaman ko mersial sebagai penyuplai kebutuhan industri, telah menjadi tanaman favorit. Tanaman bukan lagi dipandang sekadar untuk memenuhi kebutuhan perut, melainkan komoditas agar bisa mendatangkan pundi-pundi uang sebagai alat beli keinginan dan kebutuhan yang kian beragam. Sudah jauh berbeda dibanding era petani menanam padi agar keluarganya tak kelaparan. Di sisi lain, bisa jadi padi dan umbi-umbian mulai tidak dilirik karena harganya tak mampu mendatangkan uang lebih banyak ketimbang tanaman keras untuk industri. Kendala menanam padi pun semakin banyak, se perti musim tak menentu yang katanya sebagai dampak efek pemanasan global, ditambah lagi mahalnya pupuk yang seringkali menyebabkan panen tak berimbang dengan biaya produksi. Kita telah belajar dari sejarah sepanjang peradaban manusia, bahwa konsep perimbangan adalah kunci utama agar hidup terasa nyaman. Bisa kita bayangkan jika nanti semakin tak seimbang antara jumlah petani yang menanam padi dan karet atau sawit, maka negara kita akan krisis pangan. Sangat penting untuk menjaga keseimbangan itu sejak sekarang. Konsep hidup nyaman pula yang disampaikan di “Ruang Publik” oleh Rufinus. Dia berbagi pengalamannya mengunjungi Halmahera. Rufinus melihat langsung bagaimana situasi Halmahera kini kembali damai. Adat telah menjadi perekat nurani warga yang masing-masing merindukan kedamaian. Sekian lama bertikai antarkelompok, mereka lelah hidup di tengah padang gersang kebencian, dan sangat mendambakan oase kedamaian. Bahkan uang nyatanya tak mampu membeli perdamaian, justru nilai-nilai keluhuran adat menjadi oase perdamaian sesungguhnya. Sayangnya nurani untuk hidup damai dan mesra berdampingan, belum bisa terwujud di Myanmar. Konflik berkepanjangan sejak tahun 2007 yang dialami kaum Rohingya, masih menemui jalan buntu. Ribuan warga Rohingya masih harus meratapi ketertindasan yang mereka alami. Dengan berbagai alasan, mereka dianiaya dan diusir dari tanah tempat mereka mencari penghidupan. Belum tersentuh nurani para pemilik kekuasaan di Myanmar, atas ratapan orang-orang yang tertindas. Semoga para pemilik kekuasaan mampu mendengarkan nurani tiap manusia mendambakan hidup nyaman, damai, dan tenteram.
Redaksi
Daftar Isi ISTIMEWA
9
CERITE KITE
Rohingya Tangisi Nurani Kemanusiaan 9
SINOPSIS FILM
Jalan Panjang Pejuang Demokrasi 10
RUANG PUBLIK
Pentingnya Menjaga Lisan Berbuah Berkah 11
KABAR KITA
Sekjen KID Ingin Virus Demokrasi Menyebar 3
7
LAPORAN UTAMA
KAMPUNG KITA
6
8
Pohon Apa yang Ingin Anda Tanam?
Adat Pulihkan Kedamaian Halmahera
Pudarnya Makna Mensyukuri Pangan
VOX POPULI 2
Wai
ra
Festival Faradje, Upaya Sucikan Negeri
RUANG PUBLIK
12
GALERI FOTO
Kala Kapuas Mengering
Laporan Utama
Pudarnya Makna Mensyukuri Pangan
NET
Pergeseran pola pikir masyarakat agraris
T
radisi menumbuk padi selalu mewarnai Pekan Gawai Dayak. Ibu-ibu berpakaian tradisional, sambil bersenda gurau di antara tangan-tangan terampil memainkan irama dari penumbuk padi hingga bulir padi berubah bentuk menjadi beras. Tahun ini, Gawai Dayak Kabupaten Sanggau ke-8 telah digelar pada 7-9 Juli di Rumah Betang Raya Dori’ Mpulor, Jl Raya Sanggau. Masyarakat dari berbagai penjuru berkumpul di Rumah Adat Betang, bersuka cita dalam perayaan. Gawai Dayak merupakan wujud syukur atas panen padi. Persembahan berbagai makanan dipersembahkan kepada dewa padi untuk hasil yang baik. Penyair akan membaca mantera yang khusus untuk upacara ini dan melumur darah ayam jantan pada bahan persembahan. Padi, panen, syukur, adalah tiga unsur utama Gawai. Sayangnya, tiga unsur ini mulai pudar maknanya. Berdasarkan pengakuan seorang warga Sanggau, di Sungai Mawang aca ra gawai sebagai bentuk ucapan syukur mulai menghilang. Beberapa rumah tangga tidak lagi memeriahkan ritual ucapan syukur dari hasil panen, melainkan membeli hasil panen untuk membuat tuak dan makanan untuk merayakan bersama orang- orang sekitar. Gawai Dayak berada dalam perubahan era industrialisasi, yang dengan atas nama ke sejahteraan rakyat pada saat yang sama juga mengikis akar-akar tradisi, sebagai pilar dan
Beberapa rumah tangga tidak lagi memeriahkan ritual ucapan syukur dari hasil panen, melainkan membeli hasil panen untuk membuat tuak dan makanan untuk merayakan bersama orang- orang sekitar. identitas penting bagi masyarakat adat. Lamakelamaan acara gawai sebagai ritual ucapan syukur hasil panen pun bisa menghilang. Tanah adalah vital, hidup dan sebagai sumber lahirnya keseluruhan sistem pemikiran budaya adat masyarakat Dayak. Ketika tanah hilang, maka Gawai berada dalam bayangan industri raksasa demi kepentingan global, yaitu pasar global. Masyarakat tercerabut dari akar budaya akibat efek industrialisasi modern. Jika ekstensifikasi lahan terjadi secara besar-besaran dari investor maka kemungkinan besar masyarakat akan kehilangan budaya juga besar. Tidak dapat dipungkiri bahwa industrialisasi mengacu kepada globalisasi negara yang terkait pada dunia pasar internasional dan globalisasi berakar pada modernisme, yaitu keterarahan kepada kemajuan fisik pembangunan hingga pengetahuan. Pertautan pengetahuan dan kepentingan
dalam konteks industrialisasi global bahkan “mengintip” kehidupan ibu rumah tangga, mencaplok hak-hak orang kecil, mengkotakkotakkan manusia ke dalam strukur pekerjaan, mengklasifikasikan manusia ke dalam tingkattingkat sosial menurut prestis pekerjaan mi salnya. Secara teknis tentu ini adalah bentuk pola manajemen untuk mempermudah pekerjaan secara efektif dan efisien tetapi di lain sisi klasi fikasi ini juga telah membentuk pranata sosial yang baru tentang tingkat nilai kemanusiaan berdasarkan derajat kehormatan. Siapa yang kaya, dia dihormati, yang miskin dipandang sebelah mata. Direktur adalah kehormatan, dan pekerja kasar adalah rendahan. Industrialisasi mendo rong materialisme, yaitu konsumerisme yang diciptakan ketika kebutuhan sekunder menjadi primer, ketika kebutuhan tarsier menjadi tujuan hidup. Ataukah Gawai masih dapat diperjuangkan sehingga masih menyimpan keaslian arti sebenarnya dari kearifan lokal, yaitu ucapan syukur kepada Tuhan? Kitalah yang menentukan nasib kita sendiri. Pada titik ini arus balik yang dapat diperjuangkan adalah gawai harus menjadi katalisator dalam meningkatkan keadilan dalam isu pembangunan yang memerdekakan dan menyejahterakan rakyat tanpa kehilangan identitas lokalnya.
Wai
ra
3
G
awai adalah ucapan syukur atas panen padi, acara tradisional yang sarat simbol-simbol kemakmuran dari hasil bumi. Padi sebagai makanan pokok kebanyakan rakyat Indonesia ditempatkan sebagai komoditas utama. Ketersediaan padi merupakan satu di antara indikator ketahanan pangan. Ketahanan pangan adalah suatu kondisi ketersediaan pangan cukup bagi setiap orang, pada setiap saat dan setiap individu mempunyai akses untuk memperolehnya baik secara fisik maupun ekonomi. Ketahanan pangan dikaitkan dengan tiga faktor utama, yakni kecukupan atau ketersediaan pangan, stabilitas ekonomi pangan, dan akses fisik maupun ekonomi bagi individu untuk mendapatkan pangan. Di Indonesia sesuai dengan Undangundang nomor 7 tahun 1996, pengertian ke tahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Mewujudkan ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohi drat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kese hatan manusia, serta aman dari kaidah agama. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau. Profesor Riset pada Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor, Budiman Hutabarat, menyatakan bahwa konsepsi ketahanan nasional secara terukur digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pembangunan nasional dan pembangunan daerah, mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Bila intensitas pembagunan nasional meningkat akan memperkuat ketahanan nasional, sebaliknya dengan kokohnya ketahanan nasional akan mendorong intensitas pembangunan nasional. Adapun kriteria implementasi konsepsi
“Lemahnya faktor kepemilikan lahan pertanian (entlitement) yang menyebabkan ketidakmampuan melakukan kontrol terhadap pangan.” BUDIMAN HUTABARAT (Profesor Riset pada Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor)
4
Wai
ra
Lomba menumbuk padi di Gawai Dayak. ketahanan nasional yaitu pemberdayaan (empowerment) seluruh komponen bangsa, baik individu, keluarga, masyarakat, bangsa, peme rintah dan negara dalam kerangka proses pembangunan secara terpadu, menyeluruh, ulet dan tangguh, dinamis, mandiri dan parsitipatif sebagai tanggung jawab bersama secara berkesinambungan, sehingga mampu menjaga keseimbangan antara kepentingan kesejahteraan dengan keamanan. Mengenai pelibatan dan tanggung jawab bersama ini, meskipun Indonesia menganut prinsip keadilan sosial (sila kelima Pancasila), secara eksplisit pasal 27 dan 34 UUD 1945 mengamanatkan bahwa tanggungjawab pemenuhan kebutuhan kesejahteraan merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa. Ketahanan pangan merupakan fenomena yang kompleks, yang mencakup banyak aspek dan faktor terkait dari berbagai segi. Berdasarkan catatan sejarah, isu ketahanan pangan nasional sebenarnya telah mengemuka pada tahun 1970-an, seiring dengan terjadinya krisis pangan global, sehingga negara yang penduduknya mengalami kelaparan akibat krisis pangan dianggap tidak mempunyai ketahanan pangan. Menyikapi krisis tersebut, pada saat itu konsep ketahanan pangan ditekankan pada pembahasan ketersediaan pangan pada tingkat nasional yang cukup untuk seluruh penduduk (Suryana, 2009:3). Pada era 1980-an, ketika krisis pangan mereda, ternyata masih terjadi kasus kelaparan di beberapa daerah. Kelaparan yang masih terjadi tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di tingkat nasional tidak dapat menjamin kecukupan pangan di tingkat regional, rumah tangga atau individu, terutama bagi kalangan penduduk miskin. Dari fenomena tersebut para pakar terus menganalisis dan fokus bahasan mengalami perkembangan dari perhatian terhadap ke tersediaan pangan secara nasional menjadi
perhatian kepada kelompok penduduk dan individu yang mengalami kelaparan. Setelah dikaji dengan seksama, akhirnya diketahui bahwa terdapat faktor internal yang menghambat akses perolehan pangan di tingkat rumah tangga atau individu, yaitu lemahnya faktor kepemilikan lahan pertanian (entlitement) yang menyebabkan ketidakmampuan melakukan kontrol terhadap pangan. Derajat kepemilikan tersebut berhubungan dengan stabilitas akses rumah tangga atau individu terhadap pangan, yang mencakup dimensi fisik dan ekonomi. Akses fisik terkait dengan faktor penguasaan produksi pangan di tingkat rumah tangga dan akses ekonomi tercermin dari kemampuan daya beli yang umumnya rendah (Handewi P.S. dkk, 2009:74). Selanjutnya masalah kelancaran distribusi pangan di daerah pedesaan yang mengalami kendala transportasi juga menjadi bahasan serius, agar kedepan tidak mengalami masalah berat dalam operasional di lapangan sehingga bahan pangan tersedia dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat, kelompok, rumah tangga dan individu. Masalah keamanan pangan di Indonesia dapat terjadi di sepanjang rantai pangan yang disebabkan oleh gangguan alam seperti iklim yang buruk, bencana alam, serangan hama serta faktor internal pertanian yang tidak lagi
Humor Politik
NET
Multi Faktor Ketahanan Pangan
NET
Laporan Utama
Laporan Utama yakni 30,04 persen, sedangkan Kalimantan Selatan di posisi pertama dengan peranan sebesar 43,82 persen. “Adapun sentra-sentra produksi padi di Kalbar, di antaranya Kabupaten Sambas, Kabupaten Pontianak, Kubu Raya atau menyebar di 14 kabupaten dan kota,” ujar Yomin. Produksi jagung berdasarkan Aram I pada 2012 di Kalbar juga mengalami kenaikan sebesar 5,57 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dari 160.819 ton diperkirakan meningkat menjadi sebesar 169.775 ton. Peningkatan produksi jagung juga disebabkan perkiraan luas panen naik 5,00 persen, dari 45.593 hektar menjadi 47.873 hektar, serta peningkatan produktivitas sebesar 0,54 persen dari 35,27 kuintal per hektar menjadi 35,46 kuintal per hektare. “Kalbar masih menjadi sentra ja gung di Kalimantan, yakni sebesar 57,23 persen, sementara tiga provinsi lainnya sebesar 42,77 persen,” ujarnya. Sentra produksi jagung di Kalbar dipusatkan di Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang, karena lahan di lokasi tersebut cocok untuk pengembangan jagung. Berdasarkan data, Kalbar memiliki 244.985 hektar lahan yang potensial untuk pengembangan jagung, tersebar di Kabupaten Bengkayang, Pontianak, dan Landak. Pemprov Kalbar telah menetapkan jagung sebagai salah satu komoditas unggulan dengan program Gentaton (Gerakan Satu Juta Ton). Harga Melambung
L
antas apa kenyataan pangan yang dirasakan masyarakat? Nyatanya harga berbagai kebutuhan pokok di Kalimantan Barat, terutama wilayah pedalaman makin melambung ketika jelang Ramadan maupun kemarau. Penyebabnya, ongkos kirim barang ke wilayah hulu Kalbar meningkat sejak kapal pengangkut barang hanya bisa sampai ke Kabupaten Sanggau.
“Visi realisasi pembangunan di Kalimantan adalah Kalimantan menjadi koridor lumbung energi dan pangan.” RUDY ARIFFIN (Ketua Forum Percepatan Revitalisasi Pembangunan Kalimantan) Sehari-hari kapal pengangkut kebutuhan pokok menggunakan Sungai Kapuas untuk membawa muatan ke wilayah hulu Kalbar se perti di Kabupaten Sekadau, Sintang, Melawi, dan Kapuas Hulu. Sudah sekitar dua pekan ini, Sungai Kapuas dangkal karena kemarau. Harga beras, minyak goreng, dan gula terus naik. Pada 2 Juli 2012, harga beras naik dari Rp 7.000 menjadi Rp 10 ribu per kilogram, minyak goreng naik dari Rp 12 ribu menjadi Rp 14 ribu per kilogram, dan gula naik dari Rp 10 ribu menjadi Rp 14 ribu per kilogram. Sementara harga solar dan premium eceran juga naik dari Rp 7.000 menjadi Rp 10 ribu per liter. Ketua Gabungan Forwarder dan Eksepedisi Indonesia (Gafeksi) Kalbar Retno Pramudya mengatakan, ongkos kirim barang memang naik antara Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu per ton untuk wilayah hulu. Itu terjadi karena barang masih harus diangkut menggunakan kendaraan dari Kabupaten Sanggau menuju beberapa kabupaten di hulu Kalbar. Ini berarti upaya negara untuk menjamin ketahanan pangan dari sisi terjangkau bagi masyarakat, belum mampu terealisasi dengan baik. Ketahanan pangan yang dipengaruhi berbagai faktor, memerlukan “kebijakan cerdas” untuk menjaga keseimbangan multisektor. (dian lestari/hance edwin talumepa/net) F. IPUR
memperhatikan keseimbangan ekosistem, memelihara keanekaragaman hayati, dan berbagi kesempatan kerja di antara sesama. Pada perempatan terakhir abad 20, hampir tidak ada lagi upaya pertanian yang ramah lingkungan, karena secara teknis kegiatan pertanian merujuk dari luar negeri yang tidak beriklim tropika, bukan negara kepulauan, berbeda sumber keanekaragamannya, dan terpengaruh oleh pertimbangan ekonomi yang ekspansif. Pertanian yang didominasi dengan upaya irigasi buatan, penggunaan bibit tanaman bu atan, pupuk dan bahan kimia buatan menyebabkan ketergantungan pertanian sangat tinggi dan dampak negatif yang serius. Seluruh upaya buatan tersebut akhirnya menghancurkan siklus ruang dan siklus kehidupan dalam tanah, menurunkan keanekaragaman hayati dan menghambat peningkatan produktivitas pertanian selama waktu yang panjang. Akibatnya berdampak pada hilangnya semua peluang ekonomi pertanian di Indonesia dan runtuhnya kesejahteraan petani karena upaya tani di sawah tidak dapat diandalkan. Bahkan ancaman kegagalan panen bisa datang setiap saat, karena serangan hama dan penyimpangan iklim. Dominasi pertanian yang tidak ramah lingkungan dan pertimbangan ekonomi yang ekspansif yang diwarnai dengan mafia impor pangan tersebut akhirnya mengancam kondisi swasembada pangan. Mencermati perkembangan dan kendala akses tersebut, Handewi (yang merujuk pada konsep dan peran ketahanan pangan V.J. Braun, et al.), menyatakan bahwa ketersediaan pangan dan akses terhadap pangan merupakan dua determinan penting dalam mengupayakan ketahanan pangan. Namun perlu disadari bahwa ketersediaan pangan tidak semata-mata dapat menjamin akses terhadap pangan, terutama beban hidup yang harus dipikul oleh masyarakat miskin. Kalimantan Lumbung Pangan
N
egara wajib menjamin ketersediaan pangan bagi warganya. Penyelenggara negara sejak dulu telah melakukan berbagai upaya untuk hal tersebut. Ketua Forum Percepatan Revitalisasi Pembangunan Kalimantan Rudy Ariffin, yang juga Gubernur Kalsel, di Banjarmasin pada 5 September 2012 menyatakan visi realisasi pembangunan di Kalimantan dan persiapan Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, adalah Kalimantan menjadi koridor lumbung energi dan pangan. Mari kita lihat kondisi pangan di Kalimantan Barat. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat, Yomin Tofri, menyatakan produksi padi dan jagung di provinsi itu berdasarkan angka ramalan I (Aram I) pada 2012 mengalami peningkatan, masing-masing 3,12 persen dan 5,57 persen. “Peningkatan produksi padi disebabkan adanya kenaikan luas panen sebesar 2,65 persen, dari 444,353 hektar menjadi 456,114 hektare, serta kenaikan produktivitas sebesar 0,45 persen, dari 30,90 kuintal per hektar menjadi 31,04 kuintal per hektare,” katanya di Pontianak. Yomin menuturkan, Kalbar berdasarkan Aram I 2012 merupakan provinsi dengan produksi padi terbesar kedua di Kalimantan,
Hamparan tanaman padi di tanah subur Sanggau.
Wai
ra
5
Vox Populi Populi Vox
S
aya ingin banyak menanam pohon karet. Saya ingin mengganti sawit dengan karet, karena saya melihat karet ini lebih banyak gunanya. Semua bagian dari pohon karet bisa dipakai, dan yang paling penting tidak mencemari lingkungan. REGINA ROCHYANI, POLITISI, ANGGOTA GOW SANGGAU
Seandainya Anda diberi kesempatan menanam pohon,
Pohon Apa yang Ingin Anda Tanam? M
au tanam pohon karet, karena bisa untuk melindungi dan lebih menghasilkan. Pertama, tumbuhan itu dapat menghasilkan dalam waktu 6 tahun terus pohon itu selain getahnya, batangnya bisa dijadikan bahan mebel dan bangunan. Masyarakat Dayak biasa menggunakan pohon karet untuk kayu bakar. ERIK BARTASAR, PETANI SAWIT/WIRASWASTA
Saya kepingin menanam pohon buah lengkeng impor, karena saya suka buah itu. Dagingnya lebih enak karena lebih tebal dibanding lengkeng lokal. Kalau kita beli terlalu mahal. Namun tantangannya karena bibitnya dari luar. Saya sudah menanam buah itu setahun, belum terlalu berkembang. IMELDA NALAPRANA, AKTIVIS ORGANISASI PEREMPUAN Saya memilih pisang, karena setelah beberapa bulan ditanam pohon pisang banyak anakannya. Buah, daun, dan batangnya bisa dipakai untuk memasak. Di bongkol tengah bagian batang itu ada air yang bisa digunakan untuk mengatasi rambut yang gugur dan beruban. DIANA, GURU SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BONTI Tanam tengkawang, kalau sudah berumur lima tahun buahnya cepat laku dijual karena bisa dibuat minyak. Di kampung, satu kilogram tengkawang harganya Rp 5.000. Tapi di Sanggau sulit menanam tengkawang. HELIMIATI, IBU RUMAH TANGGA
K
aret, karena secara ekonomi dia masuk tumbuhan produktif. Begitu juga dengan tengkawang dan durian. Durian sampai saat ini sudah banyak ditebang. Para pemilik pohon durian sudah banyak yang menebang untuk dijual kayunya. Nah jika ini tidak diantisipasi maka ke depannya pohon durian bisa punah. Jika disuruh memilih salah satunya saya pilih karet karena bermanfaat secara ekonomi. HERI PRIYANTO, GURU SMA NEGERI 2 SANGGAU
P
ohon durian, karena baru-baru ini sudah banyak pohon durian kita yang ditebang. Penebang diberi surat izin berisi rekomendasi menebang gratis dari Kepala Desa Kerakas. Pohon yang boleh ditebang hanya pohon durian ukuran 6x12 dan 12x12 meter. Selain itu buah durian unggul atau lokal bisa kita jual ke luar negeri, ke Malaysia misalnya. YULIANUS MARIYONO, PETANI/WIRASWASTA/SEKRETARIS KUD/KETUA GAPOKTAN RALAT: Pada Rawai Edisi tertulis Lindawati M.A.S, Politisi Partai Nasdem. Seharusnya Lindawati M.A.S, Anggota Ormas Nasdem. Demikian kesalahan kami perbaiki. Redaksi.
6
Wai
ra
Kampung Kita
F
TRIBUNNEWS.COM
Festival Faradje, Upaya Sucikan Negeri Imelda Nalaprana (Peserta Sekolah Demokrasi Sanggau)
estival Faradje yang diselenggarakan oleh Kraton Surya Negara Sanggau, merupakan upaya keraton Surya Negara menjaga budaya yang ada di Sanggau. Selain itu Faradje itu sendiri merupakan upaya mensucikan negeri Sanggau dari marabahaya, atau istilah lainnya adalah acara tolak bala untuk menghindari negeri ini, dari berbagai penyakit atau dosa-dosa yang selama ini telah dilakukan. Demikian dikatakan guru TIK dan Kesenian di Sanggau, Sunaryo Adema, mengenai pelaksanaan Festival Faradje. Pawai Faradje dilakukan dengan mengarak benda-benda pusaka Kerajaan Sanggau, serta simbol kerajaan yang diikuti pasukan kerajaan yang didominasi warna kuning dan hitam, ibu-ibu Majelis Taklim, perkumpulan Silat dan masyarakat. “Ketika pawai itu berlangsung tahmid dan tahlil, zikir dilantunkan oleh para peserta, terutama empat penjuru yang dilalui dilafalkan shalawat,” katanya saat ditemui pada 27 Juli 2012. Faradje ini dilakukan setahun sekali dan selama ini selalu dilakukan pada Juni. Selain itu dilakukan juga malam gelar seni budaya, yang tentu dalam upaya menggali budaya, melestarikan, mempertahankan budaya-budaya
Pawai pada Festival Faradje III tahun 2011. yang ada di Sanggau dan berharap budaya ini tidak hilang begitu saja di tengah terpaan budaya asing. Untuk memeriahkannya diadakanlah berbagai perlombaan yang me rupakan khazanah budaya Melayu. Adapun perlombaan yang ada pada tahun ini adalah lomba perahu, festival dendang Melayu, festival jepin, festival hadrah, festival busana muslim beregu, lomba syair, lomba gambus, lomba kue tradisional, pangka gasing, lomba speed boat. Diharapkan kegiatan ini bisa menjadi salah satu legenda wisata budaya Sanggau.
Humor Politik Buang Barang Bawaan Di suatu pesawat terdapat tiga orang. Masing-masing orang tersebut berasal dari Arab, Australia, dan Indonesia. Ternyata pesawat itu overload, maka pilot pun berbicara. Pilot: “Kepada seluruh penumpang diharapkan membuang sebagian barang bawaan Anda!” Maka orang Arab pun membuang 80 ribu liter minyak bumi. Orang Australia dan Indonesia berkata: “Itu tidak apa-apa dibuang?” Orang Arab pun menjawab: “Ah, tidak apa-apa kok! Di negara saya mah, masih banyak!” Orang Australia pun membuang 50 ribu kilogram intan. Orang Indonesia bertanya: “Itu tidak apa-apa dibuang?” Orang Australia menjawab: “Ah, tidak apa-apa. Di negara saya masih banyak.” Orang Indonesia membuang 100 orang Indonesia. Orang Arab dan Australia cemas : “Itu tidak apa-apa? Tragis amat!” “Ah, tidak apa-apa. Negara saya masih banyak koruptor,” jawab orang Indonesia. Orang Arab dan Australia : ?????
FBI Larang Obama ke Indonesia Barack Obama setelah resmi terpilih menjadi Presiden AS diperingatkan untuk tidak berkunjung ke Indonesia. Ini berkaitan dengan keamanan Presiden terpilih itu yang sudah mulai mendapatkan ancaman pembunuhan. Anjuran ini diberikan oleh penasihat keamanan dan pihak FBI. Menurut hasil penyelidikan pihak keamanan kepresidenan, di Indonesia masih banyak berkeliaran secara bebas para penembak tersem-
bunyi yang dikhawatirkan mengancam keselamatan Obama. Pemerintah Indonesia merasa heran dan tersinggung akan ada nya warning terhadap Obama ini. Melalui Badan Intelejen Nasional (BIN) pemerintah Indonesia menanyakan kepada pihak FBI, bagaimana FBI bisa menyimpulkan bahwa di Indonesia masih banyak berkeliaran secara bebas para penembak tersembunyi alias sniper? Atas pertanyaan ini pihak FBI lalu mengirimkan daftar berisi ribuan nama orang yang dicurigai sebagai penembak tersembunyi di Indonesia. Anehnya, kebanyakan pemilik nama itu ada di Jakarta dan Sumatera Utara. Setelah diteliti oleh pihak BIN, ternyata nama yang disodorkan oleh FBI itu semuanya nama-nama suku Batak. Lho, kok bisa? Semua nama yang dicurigai sebagai penembak tersembunyi itu tak lain adalah nama-nama dengan nama belakang marga “Sianipar”. FBI membaca nama mereka sebagai “Sniper”.
Presiden Ketujuh Seorang guru bertanya kepada muridnya: “Anak-anak, Presiden Habiebie adalah presiden kita ke berapa ?” Semua menjawab: “Ketiga bu guruuuuuu…” Kecuali seorang anak bernama Deden Bolot, dia menjawab: “Ketujuh bu guruuuuuu…” Semua memandang Deden Bolot dengan heran. Kemudian Bu gurunya bertanya lagi: “Coba Deden Bolot sebutkan satu persatu.” Deden Bolot: “Pertama Soekarno, Bu Guru.” Bu Guru: “Lalu?“ Deden Bolot: “Soeharto bu guru.” Bu Guru: “Lalu ? “ Deden Bolot: “Soeharto, Soeharto, Soeharto, Soeharto, baru Habibie, Bu Guru”. Bu Guru : “???” (mikir…) (net)
Wai
ra
7
Ruang Publik Adat Pulihkan Kedamaian Halmahera
K
KONGRES4.AMAN.OR.ID
ongres Aliansi Masyarakat Adat Nusantara IV (KMAN IV) di Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara, pada 1925 April 2012 mengajarkan kita untuk hidup penuh toleransi. Di bumi kaya akan sumber daya alam ini, berdiri megah menara-menara rumah ibadah. Tapi menara-menara itu tidak bisa membangun kehidupan rukun damai. Rekonsiliasi merupakan harga mati untuk menata kehidupan yang porak poranda setelah dilanda perang atas nama suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Penderitaan yang tak mampu diungkap de ngan kata-kata. Kepedihan sangat memilukan hati. Harta benda dan ribuan jiwa melayang menjadikan kehidupan kehilangan harga diri menjadi suatu bangsa yang berbuat demi kebenaran. Kebenaran apa? Tak ada jawaban di sana. Semua sia belaka. Tahun 1999-2001 adalah masa paling menyakitkan bagi kehidupan di Kepulauan Halmahera. Kebencian dan intimidasi serta hilangnya nilainilai kemanusiaan, nyawa manusia sama dengan binatang. Negeri Kepulauan Halmahera menangis menjerit, bagai diguncang gempa dahsyat. Kehidupan bagai fenomena gunung es itu akhirnya mencair, toleransi tercerabut dari akar budaya sehingga hilang kerukunan sejak adat budaya menjadi filosofi. Nilai-nilai magis adat budaya sebagai perekat persatuan dan kesatuan dianggap kuno di era modernisasi. Siapapun dan di manapun berada, masyarakat adat harus menjaga dan bangga melestarikan budaya warisan nenek moyang. Di sana terpahat nilai-nilai luhur menopang kehidupan suatu suku bangsa. Kita bahagia dibesarkan dalam adat, dengan memelihara adat budaya menjaga relasi
Hein Namotemo
8
Wai
ra
KONGRES4.AMAN.OR.ID
Rufinus (Anggota Komite Komunitas Demokrasi Sanggau / KKDS)
Suasana Kongres Aliansi Masyarakat Adat Nusantara IV di Tobelo, Maluku Utara. manusia secara komplit, baik kepada pencipta, sesama manusia dan alam semesta. Peristiwa memalukan itu telah mengoyak sanubari, hilangnya tokoh panutan dan krisis kepercayaan. Tak ada kekuatan manapun mampu memulihkan kehidupan aman damai. Penguasa darurat sipil yang dibantu militer dan kepolisian daerah tidak mampu meredam gejolak atau riakriak perpecahan diantara mereka yang bertikai. Adalah masa sulit bagi siapapun. Kepedihan, kebencian, luka mendalam dan dendam berkecamuk memperlebar jurang kehancuran. Mungkin kita berharap Tuhan mengirimkan malaikat-malaikat-Nya untuk mendamaikan kedua kelompok bertikai bernuansa SARA. Jati diri sebagai suku bangsa bermartabat hilang ditelan kehancuran. Orang Halmahera Utara merindukan figur pemersatu yang dapat menga yomi dan menjamin perdamaian di Bumi Hibua Lamo. Atas inisiatif Ibu Ribka Banari, beberapa tetua adat dari Pulau Kakara menghadap Camat Tobelo, Hein Namotemo, agar bersedia menjadi pemimpin adat dan atas restu roh para leluhur boleh menjadi tokoh pemersatu di Tobelo Halmahera Utara. Peradaban baru dimulai dengan dikukuhkannya Hein Namotemo, menjadi Pemangku Adat tertinggi pada 9 September 2000 di Pulau Kakara. Berita pengukuhan cepat tersebar di penjuru Halmahera. Masyarakat menyambut peristiwa itu dengan suka cita. Rekonsiliasipun dicanangkan, bernuansa kearifan lokal atau berdasarkan nilainilai yang telah ada sejak dahulu kala. Kerinduan akan hidup rukun damai akan menjadi milik me reka setelah lama hilang, sudah porak poranda dengan berdasarkan budaya, adat istiadat orang Tobelo. Akhirnya konflik yang terjadi sejak tahun 1999 mengisahkan luka yang dalam serta kehilangan harga diri, berakhir pada 19 April 2001. Setelah
kedua belah pihak bersedia untuk mengakhiri perbedaan yang ada, serta menyadari bahwa mereka semua bersaudara. Akhirnya mereka bersumpah untuk berdamai. Dalam ritual damai semua senjata berupa parang, tombak, dan salawak dimandikan. Ritual ini diyakini mampu menghapus kepedihan, kebencian serta dendam diantara mereka. Berdiri seorang tokoh Christian Huragana mengucapkan kata-kata keramat sebagai kunci pemersatu menuju kehidupan lebih baik. “ Mari kita satu hati bagai gula dan minyak, kita berjalan seiring dilandaskan dengan cinta kasih sayang”. Demikian upacara penyiraman senjata perang sekaligus menyirami hati menjadi sejuk penuh kasih, memulai menapaki hidup baru. Jiko Malakano adalah gelar yang diberikan kepada Hein Namotemo sebagai gelar tertinggi Pemangku Adat di Tobelo. Di bawah kepemimpinan beliau, Halmahera Utara disebut dengan Bumi Hibua Lamo atau rumah besar. Hibua Lamo berdiri megah di tengah Kota Tobelo sebagai simbol pemersatu. Di sini kearifan lokal serta adat budaya mendapat tempat kembali untuk menata kehidupan, memelihara nilai-nilai luhur sebagai suku bangsa beradab menjunjung tinggi adat budaya warisan nenek moyang mereka. Sang Jiko Malakano tokoh sentral di Bumi Hibua Lamo kini dipercayai sebagai pemimpin, sebagai Pemangku Adat Tertinggi, sebagai Pemimpin Agama dan sebagai Kepala Pemerintahan di Halmahera Utara. Tokoh sederhana penuh wibawa, yang patut dicontoh oleh pemimpin-pemimpin di tanah air Indonesia. Sebagai tuan rumah KMAN IV, beliau juga dipilih peserta kongres sebagai Ketua Dewan Nasional Aliansi Masyarakat Adat Nusantara untuk periode 2012-2017. Kini beliau menjadi salah satu kandidat gubernur Maluku Utara. Semoga mendapat mendapat dukungan masyarakat luas. Selamat berjuang sang Jiko.
Cerita Kita Rohingya Tangisi Nurani Kemanusiaan NET
S
ekitar sebulan ini ramai pemberitaan di media massa, tentang tragedi kemanusiaan muslim Rohingya. Padahal menurut Project Director Imparsial, Bhatara Ibnu Reza, kekerasan yang dialami Rohingya bukanlah isu baru. Isu itu sudah muncul pada 2007 silam, di mana warga minoritas Myanmar itu mulai melakukan eksodus ke negara lain, laporannya sudah masuk Mahkamah Kriminal Internasional (ICC). Kasus itu diungkapkan pada 2009, namun Myanmar sendiri bukan parties (anggota) di ICC. Kalau Rohingya jadi isu utama saat ini, itu karena eskalasi kekerasannya meningkat. Mereka (Rohingya) juga tidak dianggap “manusia” di Myanmar karena mereka berbeda dengan etnis Myanmar lainnya yang wajahnya seperti etnis China. Tapi persoalannya, mereka hidup di Myanmar. Mereka itu warga Myanmar, sama saja dengan mempertanyakan, apakah perlu memberikan kewarganegaraan ke warga Papua yang jelas-jelas WNI. Kewarganegaraan itu hak dan itu juga bisa ditukar. Adalah kewajiban Myanmar untuk melindungi, namun mereka justru menyangkal. Myanmar memang anggota ASEAN, tetapi prinsip non-intervensi yang ada di Piagam ASEAN membuat isu tersebut menjadi berlarut-larut dan tidak kunjung usai. Negara-negara seperti Vietnam dan Singapura juga pasti menolak intervensi terhadap Myanmar.
Mereka akan menganggap hal-hal seperti itu adalah urusan dalam negeri Myanmar. Sebenarnya, isu ini tidak bisa disepelekan, karena ASEAN juga memiliki kewajiban untuk melindungi “masyarakat sipil ASEAN.” Indonesia pun ikut dikritik ketika mereka membicarakan Rohingya, tapi mereka tidak pernah membahas Ahmadiyah. Persoalan Rohingya adalah persoalan kemanusiaan. Sekretaris Eksekutif Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Benny Susetyo, berpendapat bahwa Indonesia harus kembali kepada amanat konstitusi yang mengatakan, bahwa Indonesia ikut menciptakan perdamaian dunia. Maka harus aktif menjalan kannya, termasuk mendamaikan tragedi Rohingya. Indonesia harus menunjuk orang yang memiliki kemampuan diplomasi di tingkat ASEAN maupun ting-
kat Internasional. Benny berpendapat, Kemenlu saja tidak cukup, kita membutuhkan diplomat-diplomat seperti zaman Adam Malik dan Agus Salim. Mereka adalah tokoh yang memiliki kemampuan diplomasi yang luar biasa di dalam perdamaian. Berdasarkan hasil pertemuan Organisasi Kerja sama Negara-negara Islam (OKI) dengan pemerintah Myanmar yang dipelopori Ketua Palang Merah Indonesia (PMI), Jusuf Kalla. Sekarang ini sudah ada kesepakatan untuk melakukan solidaritas kemanusiaan itu. Hal itu tidak cukup. Pengungsi dalam kasus Rohingya ini kita harus melakukan kerja sama dengan PBB dan UNDP untuk memberikan tempat yang layak. Paling tidak dengan langkah yang ditempuh JK dan OKI kita berharap para pengungsi bisa kembali ke tempat mereka semula, kan sudah ada usaha titik temu. Tetap diharapkan koordinasi dengan PBB dan UNDP sampai negara yang bersangkutan menerima atau ada negara lainnya yang menerima pengungsi ini. Selain itu, bantuan kemanusiaan dari ASEAN sangat dibutuhkan. ASEAN harus berperan memberikan perlindungan untuk menyelesaikan konflik dan kepastian hukum. Artinya martabat manusia harus diselamatkan dan pengungsi ini harus mendapatkan penghidupan yang layak. (dian lestari/okz/rmol)
NET
Sinopsis Film:
Jalan Panjang Pejuang Demokrasi
K
Genre Tanggal Rilis Sutradara Pemain Naskah Produser Durasi
: Drama : 13 April 2012 : Luc Besson : Michelle Yeoh, David Thewlis, Jonathan Raggett : Rebecca Frayn : Virginie Besson-Silla, Andy Harries, Jean Todt : 135 menit
ehidupan Aung San Suu Kyi (Michelle Yeoh) pejuang demokrasi Myanmar tidak pernah jauh dari kata perjuangan. Ayah Suu Kyi, Jenderal Aung San, adalah pahlawan perjuangan kemerdekaan Myanmar, seorang nasionalis yang berkomitmen. Namun dia dibunuh oleh sekutu yang berubah menjadi saingan ketika Suu Kyi masih kecil. Saat dewasa, takdir Aung San Suu Kyi pun tak jauh berbeda. Ia sempat jadi tawanan selama satu dasawarsa di negeri kelahirannya sendiri, namun itu semua tak menyurutkan langkah Aung San Suu Kyi. pemimpin alami bagi gerakan untuk mengembangkan demokrasi di Myanmar. Aung San Suu Kyi sempat meninggalkan Burma dan tinggal di Inggris untuk beberapa waktu. Di sana pula ia mengenal Michael Aris (David Thewlis), pria yang kemudian menjadi suaminya. Suatu ketika, Aung San Suu Kyi harus pulang ke Burma karena ibunya yang sedang sakit. Saat pulang inilah Aung San Suu Kyi melihat nasib bangsanya yang tak bisa menikmati indahnya demokrasi. The Lady secara gamblang menyampaikan realitas kesepian dari kehidupan Suu Kyi dalam “penjara”-nya, serta tragedi kehidupannya yang memilukan. Dengan menolak visa suami dan anaknya, rezim militer memaksa Suu Kyi untuk memilih antara keluarga atau negaranya. Akhirnya, dia tidak sempat bertemu kembali dengan keluarganya bahkan ketika sang suami, Aris berjuang dengan penyakit kankernya, hingga akhirnya meninggal. Meskipun film ini jelas dimaksudkan sebagai sebuah film advokasi atas nama koalisi demokrasi Suu Kyi, namun The Lady mampu mengemasnya secara efektif dengan bumbu asmara yang cerdas, dengan menyorot kepada hubungan Aris dan Suu Kyi yang memang merupakan salah satu cerita besar dalam dunia cinta. Memang, itu juga merupakan anggapan salah satu kelemahan rezim militer Myanmar yang tidak berhasil berusaha mengeksploitasi kisah ini untuk meredam perlawanan Suu Kyi. Mantan Miss Malaysia dan aktris legendaris Hong Kong, Michelle Yeoh memberikan kinerja yang luar biasa sebagai Suu Kyi. Masih sebagai salah satu bintang film terbesar sepanjang masa, ia memancarkan kehangatan dan martabat yang terasa sangat kuat di sepanjang film. Ia mampu menampilkan semangat dan daging darah perempuan yang mengalami penderitaan akut karena tidak adanya sang suami tercinta dan anak di sisinya. Demikian juga, David Thewlis (pemeran Aris, suami Suu Kyi) mampu menyelamkan dirinya menjadi seorang Tibetologis mumpuni, yang mampu mengembangkan beberapa drama pedih yang menyentuh bersama Yeoh. Meskipun penampilan sang aktris tampak jauh lebih elegan daripada tokoh Suu Kyi asli yang tampak lebih kurus akibat penderitaannya, namun pemirsa akan benar-benar percaya bahwa mereka adalah pasangan yang setia. Thewlis juga amat meyakinkan ketika menggambarkan kesehatan Aris yang menurun. Benedict Wong (State of Play) juga memberikan bantuan yang bagus sebagai karakter Karma Phuntsho, mantan mahasiswa Aris dan penasihat spiritual dekatnya. Memang, bagaimanapun The Lady juga masih memiliki sisi ketidaksempurnaan. Skenario Rebecca Frayn hanya menampilkan seputar kejadian yang “begitu-begitu saja” seputar pembentukan konteks politik dan sejarah per juangan Suu Kyi, dan penggambaran sutaradara Besson tentang rezim junta militer terkesan terlalu elit layaknya sebuah pasukan dalam cerita kartun.
Wai
ra
9
Ruang Publik Pentingnya Menjaga Lisan Berbuah Berkah Burhanuddin (Peserta Sekolah Demokrasi Sanggau)
S
ebagaimana kita ketahui bahwa lisan lebih tajam dari pedang atau samurai . jika pedang atau samurai mampu membunuh 100 atau 1.000 orang, namun dengan lisan kita mampu membunuh jutaan hingga ratusan juta orang, hanya dengan kata-kata yang keluar dari lisan kita yang tak terjaga. Lisan (lidah) memang tak bertulang, sekali engkau gerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula. Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menggunakannya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6092) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6091 dan Muslim no. 6988 dari Abu Hurairah Rad. ) Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi mengatakan: “Ketahuilah, setiap orang yang telah mendapatkan beban syariat, seha rusnya menjaga lisannya dari semua pembicaraan, kecuali pembicaraan yang sudah jelas maslahatnya. Bila keadaan berbicara dan diam sama maslahatnya, maka sunnahnya adalah menahan lisan untuk tidak berbicara. Karena pembicaraan yang mubah bisa menarik kepada pembicaraan yang haram atau dibenci, dan hal seperti ini banyak terjadi. Keselamatan itu tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Keutamaan Menjaga Lisan Memang lisan tidak bertulang. Apabila keliru menggerakkannya akan mencampakkan kita dalam murka Allah yang berakhir dengan nerakaNya. Lisan akan memberikan gambaran tentang baik-buruk pemiliknya. Inilah ucapan salah satu ulama tentang bahaya lisan. Abu Hatim : “Lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya.
Bila dia ingin berbicara, dia mengembalikan ke hatinya terlebih dulu, jika terdapat (maslahat) baginya maka dia akan berbicara. Dan bila tidak ada (maslahat) dia tidak (berbicara). Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya sehingga apa saja yang menyentuh lisannya dia akan (cepat) berbicara. Seseorang tidak (dianggap) mengetahui agamanya hingga dia mengetahui lisannya.” Buah menjaga lisan: 1. Akan mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. 2. Akan menjadi orang yang memiliki kedudukan dalam agamanya. 3. Mendapat jaminan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam untuk masuk ke surga 4. Allah akan mengangkat derajat-Nya dan memberikan ridha-Nya kepadanya. 5. Kita akan selalu dipercaya orang lain, karena kejujuran kita. 6. Kita akan menjadi manusia-manusia yang profesional, berintegritas dan memiliki karakter kepribadian yang menjadi panutan (suri tauladan). Hendaknya sebagai hamba Tuhan yang berpegang teguh pada ajaranNya dilakukan selalu setiap saat sebelum nafas berhenti di tenggorokan (meninggal) dan berpindah ke tempat tidur yang kekal yakni liang lahat. Jika manusia selalu berpegang teguh terhadap ajaran agama yang dianutnya, terutama umat muslim yang secara gamblang telah dijelaskan dalam firman Allah mungkin negeri ini tidak akan ada koruptor Yang selalu berdusta tentang anggaran baik APBD maupun APBN, tidak akan ada penggelembungan- penggelembungan dana, tidak akan ada suap menyuap, tidak akan ada dusta-dusta, tidak akan ada saling ber-ghibah antar saudaranya sesama umat manusia, dan tidak akan ada namimah (adu domba), serta fitnah. Negeri ini kian mendilema akibat perbuatan manusia yang selalu mengingkari nilai-nilai ketuhanan demi kepentingan duniawi semata. Atas keserakahan kita banyak saudara-saudara kita yang telah dirugikan, baik segi pembangunan, proyek abal-abalan, hingga kesejahteraan masyarakat, terlebih mereka berani bersumpah dengan atas nama Tuhannya. Sudahkah para umat manusia itu menjaga lisannya, sudahkah para koruptor atau kaum birokrasi itu jujur kepada masyarakat, sudahkan visi misi yang mereka (kaum elit) ucapkan berjalan sempurna, dan apakah kita sudah jujur pada diri kita sendiri selama kita hidup.
Humor Politik Diskusi Gaji Pegawai Saat ‘ngerumpi’ di luar tugas antara orang Indonesia dan orang Eropa saling menanya perihal penghasilan masing-masing. “Berapa gaji Anda dan untuk apa saja uang sejumlah itu?,” tanya orang Indonesia mengawali pembicaraan. Orang Eropa menjawab, “Gaji saya 3.000 Euro, 1.000 Euro untuk tempat tinggal, 1.000 Euro untuk makan, 500 Euro untuk hiburan.” ”Lalu sisa 500 Euro untuk apa?” tanya orang Indonesia. Orang Eropa menjawab secara ketus, “Oh, itu urusan saya, Anda tidak perlu bertanya!” Kemudian orang Eropa balik bertanya, “Kalau penghasilan Anda?”
10
Wai
ra
“Gaji saya Rp 950 ribu, Rp 450 ribu untuk tempat tinggal, Rp 350 ribu untuk makan, Rp 250 ribu untuk transport, Rp 200 ribu untuk sekolah anak, Rp 200 ribu, bayar cicilan pinjaman, ... Rp 100 ribu untuk....”. Saat orang Indonesia ‘nyrocos’ menjelaskan, orang Eropa menyetop penjelasan itu dan langsung bertanya. “Uang itu jumlahnya sudah melampui gaji Anda. Sisanya dari mana?” kata orang Eropa itu keheranan. Kemudian, orang Indonesia itu menjawab dengan enteng,”Begini Mister, uang yang kurang, itu urusan saya. Anda tidak berhak bertanya-tanya.”
Kabar Kita
DOK. SEKOLAH DEMOKRASI SANGGAU
Sekjen KID Ingin Virus Demokrasi Menyebar
harap ketika Anda lulus zona perubahan harus ada walau dalam skala kecil. Makanya Sekolah Demokrasi penting karena yang basic seperti global compact disampaikan langsung oleh
board sekolah demokrasi. Tugas Anda harus menjadi virus demokrasi yang menular,” ucap Ratih Hardjono. (yooce tutkey) DOK. SEKOLAH DEMOKRASI SANGGAU
I
n class Sekolah Demokrasi ke enam bertemakan “Negara, Pasar, dan Praktek Demokrasi” di sampaikan oleh Ratih Hardjono, yang juga Sekjen Komunitas Indonesia untuk Demokrasi (KID). In class pada 30 Juli 2012 tersebut, dihadiri oleh 23 orang peserta Sekolah Demokrasi Sanggau di ruang pertemuan YPBSK Kabupaten Sanggau, berlangsung dari pukul 08.00 hingga pukul 17.00 WIB. Ratih Hardjono menyampaikan materi in class beserta harapannya untuk Sekolah Demokrasi. “Yang kita inginkan ada 15 sekolah demokrasi untuk menciptakan virus demokrasi yang menyebar ke mana-mana,” ujarnya. Sebagai seorang mantan wartawan, Ratih Hardjono berbagi pengalamannya tentang praktik demokrasi di Indonesia. Global compact menjadi pembahasan penting yang berkaitan dengan kondisi dunia saat ini, karena unsurunsur global compact di antaranya adalah hak asasi manusia (human rights), perburuhan (labour), lingkungan (environment), dan anti korupsi (anti-corruption). Unsur-unsur global compact tersebut, me rupakan masalah-masalah yang banyak dihadapi berbagai negara di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Untuk itu menurut Ratna, negara harus keras pada industri sehingga tidak terjadi kasus rumit seperti contoh kasus blow up di Teluk Meksiko dan lumpur Lapindo. Peserta Sekolah Demokrasi berpartisipasi secara aktif dalam in class melalui diskusi, kritik, pendapat, dan pertanyaan. “Kami sangat ber-
Wai
ra
11
Galeri Foto
FOTO-FOTO: YOOCE TUTKEY
Kala Kapuas Mengering
12
Wai
ra