Buku Panduan Penulisan Tesis dan Jurnal Ilmiah
PENDAHULUAN Tesis adalah Karya Ilmiah yang ditulis peserta program pada akhir masa studinya sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar Magister. Karya ilmiah tersebut menunjukkan kemampuan peserta dalam segi metodologi maupun
substansi
kesehatan
masyarakat
pada
berbagai
peminatan/kekhususuan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif dalam memahami fenomena kesehatan atau dalam upaya mengatasi suatu masalah kesehatan. Naskah Tesis merupakan karya tulis mahasiswa yang ditulis berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Naskah tesis ditulis berdasarkan acuan dalam Buku Pedoman Penulisan Tesis. Tesis dan Publikasi berbobot 38 SKS, Tesis minimal 20.000 kata, peserta didik tidak diizinkan untuk diuji tesisnya bila belum memperoleh minimal 34 SKS dan telah lulus semua mata kuliah (tidak ada nilai yang bermasalah), sehingga total SKS yang harus ditempuh sebanyak 72 SKS. KETENTUAN PEMBIMBINGAN DAN PEMBUATAN TESIS (PENTING): 1) Syarat mutlak bagi mahasiswa untuk dapat mengikuti ujian Proposal dan Tesis adalah mahasiswa yang tidak mempunyai permasalahan akademik (nilai Mata kuliah) sampai dengan semester
II (Dua) dan sudah
menyelesaikan administrasi keuangan semester 1-2 serta minimal 50% biaya semester 3. 2) Mahasiswa dapat mengikuti ujian proposal setelah min 6 kali bimbingan dan mengikuti ujian Tesis setelah min 6 kali bimbingan (total persiapan proposal dan tesis 12 kali bimbingan) 3) Prosedur sebelum memulai bimbingan, diawali dengan pengajuan judul tesis, dengan meminta form “Pengajuan Judul Tesis” ke Program Studi S2 Kesmas, di cek ke bank data, apabila judul di ACC pembimbing tesis kemudian ditandangani oleh Kepala Prodi S2 Kesmas. Apabila judul tidak di ACC oleh program studi, maka mahasiswa harus mengganti judul dan menempuh alur yang sama. 4) Sebelum mahasiswa melaksanakan ujian Proposal dan Tesis, mahasiswa wajib mengisi form daftar ujian Proposal dan Tesis, serta harus sudah mendapatkan ACC/tanda tangan dari pembimbing, kemudian form tersebut
diserahkan
kepada
sekretariat
selambat-lambatnya
pada
periode
pendaftaran sidang yang sudah ditentukan dalam kalender akademik 5) Pada saat melakukan pendaftaran sidang, selain membawa form daftar ujian, mahasiswa juga harus membawa bukti form pernah menjadi Opponent, dan membawa check list isi/materi tesis yang sudah ditandatangani oleh pembimbing 6) Setelah mengisi form pendaftaran sidang (Proposal/Tesis) mahasiswa wajib menyetorkan berkas Tesis ke akademik untuk dilakukan verifikasi penulisan ilmiah secara sistematika dan substansi isi (content) 7) Setiap keterlambatan pendaftaran sidang (Proposal dan Tesis), akan ada konsekuensi keterlambatan berupa pemunduran dan daftar tunggu (waiting list) jadwal plg lambat 1 minggu dari jadwal yang ditentukan 8) Rentang waktu pelaksanaan sidang, dari proposal menuju ujian tesis, minimal 30 hari terhitung dari waktu ujian proposal 9) Setiap bimbingan, mahasiswa wajib membawa hasil koreksi sebelumnya yang telah dikoreksi oleh pembimbing. 10) Sesudah mengajukan surat permohonan sidang, berkas tesis harus diserahkan kepada sekretariat prodi S2 untuk dikoreksi penulisan ilmiahnya, apabila masih terdapat kesalahan, maka harus dilakukan revisi terlebih dahulu, baru akan dijadwalkan sidang proposal/tesis 11) Dalam Proposal penelitian wajib menyertakan instrumen penelitian (kuesioner, panduan wawancara,dll), jika belum maka mahasiswa tersebut dianggap belum memenuhi persyaratan untuk melaksanakan sidang proposal 12) Membawa buku konsultasi Tesis, setiap kali melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing (tercantum dalam lampiran buku panduan Tesis) 13) Mahasiswa yang akan mengikuti ujian proposal, minimal sudah pernah 2 kali menjadi opponent, dan harus dilampirkan dalam berkas opponent dan DNS semester 1 dan 2 (DNS bisa diprint dari website STIKIM). 14) Laporan Tesis harus di print bolak – balik (yang sudah ditandangani pa Hafiz) 15) Daftar Riwayat Hidup disimpan di bagian belakang.
Ketentuan Opponent dan pemilihan Opponent 1)
Opponent adalah mahasiswa yang memberikan pertanyaan dan sanggahan kepada penyaji dengan ketetapan yang sudah ditentukan.
2)
Opponent hanya boleh memberikan pertanyaan terkait dengan isi/substansi penelitian, tidak diperbolehkan memberikan pertanyaan tentang tehnik penulisan
3)
Pemilihan oponent dilakukan oleh mahasiswa yang akan melaksanakan ujian
4)
Oponent harus sudah menerima berkas tesis 3 hari sebelum pelaksanaan ujian
5)
Opponent harus berasal dari peminatan yang sama dengan penyaji ujian
6)
Opponent boleh berasal dari adik tingkat/angkatan yang berbeda, asalkan peminatannya sama
7)
Lembar opponent diperoleh dari BAAK S2 Kesmas, dan diserahkan kembali ke BAAK prodi jika sudah memenuhi ketentuan dua kali mengikuti ujian
SISTEMATIKA PENULISAN TESIS Format dan Penataan Naskah karya ilmiah diketik di atas kertas HVS putih tanpa garis, Jenis kertas A4, dengan berat 80 gr. 1. Pengetikan Naskah diketik menggunakan komputer dengan program pengolah kata, seperti Microsoft Word, dengan pilihan huruf "Times New Roman", ukuran font/huruf: Naskah
: 12
Judul bab
: 14
Judul karya ilmiah/Tesis
: 14
2. Judul karya ilmiah dan bab diketik dengan huruf besar dan tebal (bold). Judul sub-bab dan sub-sub-bab tetap diketik dengan font 12. Semua judul diketik dengan huruf tebal, jumlah kata untuk judul maksimal 14 kata. 3. Pengetikan naskah dilakukan pada dua sisi halaman. Jarak pengetikan adalah 2 spasi, kecuali abstrak jarak pengetikannya adalah 1 spasi.
4. Batas Tepi/margin Batas pengetikan ditinjau dari tepi kertas sebagai berikut: Tepi atas
: 4 cm
Tepi bawah
: 3 cm
Tepi Kiri
: 4 cm
Tepi Kanan
: 3 cm
Bagian persiapan/pendahuluan a. Halaman Judul 1) Dalam halaman sampul semua huruf dicetak dengan huruf besar. 2) Logo STIKIM dicetak dibagian paling atas. Di bawah logo, dicantumkan jenis karya ilmiah (tesis), kemudian diikuti nama judul. Di bawah cetakan judul diketik: Nama penyusun dan NPM. Di bagian bawah ketik asal Peminatan, Program Studi Pascasarjana Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju, tempat dan tahun pembuatan. 3) Jumlah kata dalam judul maksimal sebanyak 16 kata. b. Halaman Persetujuan 1. Halaman persetujuan pembimbing, tulisan "Pernyataan Persetujuan" diketik dengan huruf besar ditempatkan ditengah-tengah, diikuti keterangan: a) Judul tesis b) Tesis ini telah disetujui, diperiksa dan diajukan c) dalam Sidang Tesis Program Studi Pascasarjana Kesehatan Masyarakat d) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju 2. Halaman Pengesahan, pada halaman ini dituliskan: a) Panitia Sidang Ujian Tesis Program Studi Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) b) Judul tesis c) Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai
d) Bagian persyaratan yang diperlukan dalam memperoleh gelar Magister e) Tempat dan tanggal ujian f) Nama Ketua dan anggota serta tempat untuk tanda tangan masingmasing. 3. Untuk kedua halaman diatas (point A dan B), tanda tangan dilakukan setelah tesis diperbaiki, diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan penguji
dan
hanya
berisikan
nama
dan
tanda
tangan
pembimbing/penguji yang hadir dalam ujian. c. Surat Pernyataan: Seluruh bentuk karya ilmiah terutama karya ilmiah resmi akademis, seperti skripsi, tesis, disertasi wajib melampirkan SURAT PERNYATAAN yang berisi pernyataan bebas plagiat dalam penulisan karya tersebut dilengkapi dengan meterai Rp. 6.000,d. Riwayat hidup penulis: mencakup nama, tempat dan tanggal lahir, riwayat pendidikan dan pekerjaan penulis. Hindari data yang bersifat pribadi, karena karya ini merupakan karya tulis ilmiah (Disimpan dihalaman belakang, sesudah daftar pustaka dan sebelum lampiran) e. Halaman khusus: bila ada, ditujukan yang ingin memperuntukkan karyanya kepada orang tertentu atau dapat diisi dengan semboyan, kata-kata mutiara, cuplikan doa atau motto yang ingin disampaikan f. Abstrak Merupakan ringkasan atau ulasan singkat isi karya, tanpa tambahan penafsiran, kritik maupun tanggapan penulis. Setiap karya ilmiah harus mencantumkan abstrak yang mencakup: Introduction berasal dari latar belakang dan masalah utama yang diteliti, tujuan penelitian dan ruang lingkupnya; Methode yaitu berisi metode yang digunakan, Populasi dan Sampel, cara pengambilan sampel, pengolahan data dan analisa data serta penyajian datanya; Result yaitu hasil yang diperoleh; Disscusion yaitu kesimpulan utama serta saran yang diajukan. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Masing-masing abstrak ditulis tidak boleh lebih 200 kata/1 halaman (tanpa menghitung kata sambung) atau dapat dicari melalui menu Format kemudian pilih Word Count (Tools Word Count): dalam Microsoft Word), hanya satu paragraf
dan kalimat pertama diberi indent 5 ketuk (5 huruf kata). Cara pengetikan abstrak tesis adalah sebagai berikut: 1. Di sebelah kiri atas disebutkan: a. Nama Program Studi (huruf besar) b. Peminatan / Kekhususan (huruf besar) c. Jenis karya tulis (Tesis) d. Tanggal ujian: setelah keterangan jenis karya tulis e. Nama penulis f. Judul karya tulis g. Jumlah halaman (dari halaman persiapan, halaman naskah) h. Jumlah tabel, grafik, lampiran (sebaris dengan jumlah halaman) 2. Kata "Abstrak" diketik di tengah sebelum ringkasan dimulai 3. Naskah dalam abstrak diketik dengan jarak 1 spasi. Pada akhir naskah dicantumkan data acuan atau jumlah daftar pustaka yang
digunakan dalam menulis karya tulis serta kisaran tahun acuan
tersebut
beserta kata kunci yang terdiri dari 3-5 kata.
g. Halaman kata pengantar atau ucapan terima kasih: Pada umumnya halaman ini memuat ucapan terima kasih kepada pihak-pihak tertentu yang telah membantu penulisan ataupun pendidikan penulis. Judul "Kata Pengantar" diketik simetris tanpa garis bawah dan titik di akhir kalimat. Pada akhir naskah di sebelah kanan bawah diketik tempat, tanggal penulisan dan kata "Penulis". h. Halaman daftar isi: Semua judul bab, sub bab disusun dalam suatu daftar. Judul bab diketik dengan huruf besar, sedangkan sub bab, sub sub bab dan rinciannya hanya huruf awal yang diketik dengan huruf besar. Dalam daftar isi dimasukkan nomor halaman KATA PENGANTAR, DAFTAR ISI, DAFTAR TABEL, DAFTAR GAMBAR, DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN, dengan angka Romawi kecil, diikuti dengan susunan bab bagian utama dengan angka Arab. Susunan daftar isi diakhiri dengan DAFTAR PUSTAKA dan LAMPIRAN yang diketik tanpa nomor halaman. Abstrak dicantumkan dalam daftar isi sebelum kata pengantar juga tanpa nomor halaman. i.
Halaman daftar tabel, daftar gambar, daftar istilah/singkatan, dan daftar lampiran: memberikan petunjuk kepada pembaca untuk dapat dengan
cepat mencari tabel, gambar, singkatan dan lampiran yang terdapat dalam karya ilmiah tersebut berikut letak halamannya. Penomoran tabel dan gambar, maupun grafik disesuaikan dengan letaknya di dalam bab. Misalkan tabel ke 2 dari bab 3 dituliskan tabel 3.2. dilanjutkan dengan judul tabel atau gambar. Bila dikutip dari sumber lain harus dicantumkan sumber asli secara lengkap di bawah tabel atau gambar yang bersangkutan. Bagian Utama Bagian ini merupakan pokok dari suatu penulisan karya ilmiah yang dipaparkan secara ilmiah. Pada umumnya karya ilmiah dapat berupa laporan penelitian dan laporan kegiatan ilmiah untuk mengembangkan suatu model atau prototipe mengenai suatu masalah tertentu. Apabila karya ilmiah berupa laporan penelitian, maka harus dijelaskan mengenai mengapa penelitian itu dilaksanakan, tujuan, tinjauan pustaka yang relevan dengan topik, pemikiran dasar penelitian, bagaimana penelitian dilakukan, metodologi, hasil yang diperoleh, pembahasan serta kesimpulan dan saran yang diajukan. Penyajian disampaikan dengan lugas, sistematis ditulis menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah tata bahasa yang berlaku, yaitu "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan", sedangkan ragam bahasa baku mengikuti "Kamus Umum Bahasa Indonesia". I.
Pendahuluan Dalam bab Pendahuluan dikemukakan antara lain dengan singkat dan jelas: 1. Latar belakang masalah: harus berisi data terkait dengan masalah penelitian, akar masalah, ramifikasi masalah, teori pendukung tentang hubungan antar variabel yang diangkat, dan berbentuk piramida terbalik 2. Alasan mengapa penelitian perlu dilakukan dan rumusan masalah 3. Masalah penelitian dan pertanyaan penelitian 4. Tujuan penelitian yang terdiri dari tujuan umum dan khusus yang bersifat dapat diukur 5. Manfaat yang diharapkan diperoleh setelah analisis dilakukan 6. Ruang
lingkup
bahasan
yang
mencakup
tingkat
pembahasan
(makro/mikro) dari tema dan variable yang dilibatkan dalam penelitian
7. Isi dari pendahuluan minimal 14 halaman
II. Tinjauan pustaka 1. Dalam Tinjauan Pustaka yang merupakan bab II, diulas berbagai publikasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti 2. Unsur dalam tinjauan pustaka mencakup definisi dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Berisi semua aspek yang berkaitan dengan penelitian, mulai dari pendahuluan sampai dengan kesimpulan (sehingga materi ini dapat bertambah atau berkurang sesuai dengan kebutuhan). 3. Disusun secara berurutan untuk setiap variabel dari variabel ujung (dependen) berurut ke variabel independen, artinya variabel dapat dijadikan subheading dan keterkaitannya dengan variabel lainnya 4. Tinjauan
Pustaka
harus
dapat
menyampaikan
teori
tentang
permasalahan, cara mengukur, indikator dan cara penanggulangannya. Penulis harus dapat mendeskripsikan batasan teori/apa yang dilakukan sekitar masalah tersebut. 5. Untuk tinjauan pustaka, yang terbaik adalah memilih bahan pustaka mutakhir dan asli, sedapat mungkin sumber informasi berupa abstrak dihindari. Minimal 30 buku teks (bahan pustaka primer) dan 45 artikel dari jurnal ilmiah terkemuka yang relevan dengan topik karya ilmiah Sehingga dapat digunakan untuk mengulas yang dapat memberi arahan kepada analisis seperti tersebut di atas Tidak diperkenankan menggunakan Koran 6. Untuk setiap variabel, literaturnya minimal 16-24 halaman. Paparan yang harus ada dalam setiap variable adalah definisi, cara pengukuran, factor yang mempengaruhi dan dipengaruhi, dan indikatornya. 7. Dalam bab Tinjuauan Pustaka ini, penulis harus membuat sintesis dari setiap variable yang akan dilibatkan dalam penelitiannya. Sintesis ini merupakan gabungan dari definisi-definisi yang diambil dari beberapa sumber bacaan (terkait setiap variable), yang dibuat ringkasan menyeluruhnya oleh peneliti. 8. Penulis tidak hanya menyampaikan kutipan-kutipan dari rujukan yang dibacanya, tetapi juga mengulasnya. Pada umumnya kurun waktu
masing-masing publikasi yang digunakan tidak lebih dari 5 tahun terakhir, kecuali teori-teori dasar/klasik. 9. Setelah menjelaskan pendekatan desain penelitian dengan kelebihan masing-masing, tinjauan pustaka diakhiri dengan landasan teori untuk penelitian ini, dilengkapi dengan sintesis untuk selanjutnya kerangka teoritis. Kerangka teori yang diadopsi menjadi sebuah kerangka konsep penelitian yang harus disertai dengan alasannya dan dituangkan dalam landasan berfikir menuju konsep. Sintesa merupakan intisari dari beberapa teori tanpa dibubuhi sebuah kesimpulan, dicantumkan diakhir dari setiap paparan variable 10. Meta Analisis penelitian Terdahulu, harus dipaparkan di dalam bagian Tinjauan Pustaka ini. 11. Landasan Berpikir Menuju Konsep: merupakan konsep berpikir dan justifikasi dari perubahan kerangka teori menjadi konsep. Pada bagian ini, dipaparkan alasan dilibatkan dan tidaknya setiap variable dalam kerangka konsep III. Kerangka Teori, Kerangka Konsep, Kerangka Analisis, Definisi Konsep dan Definisi Operasional Dalam Kerangka Konsep dijelaskan secara rinci pendekatan pemecahan masalah dan atau model yang digunakan dalam karya ilmiah ini. Dari analisis yang diperoleh dari tinjauan pustaka, maka minat penulis kemudian
dapat
terbentuk.
Penulis
diminta
untuk
melakukan
pengkerucutan hasil dari induksi hingga sampai pada topik penelitian yang sesuai dengan minat dan kelayakan untuk dilakukan. Bab ini terdiri dari: 1. Visualisasi hubungan berbagai konsep dan atau model matematis dengan penjelasannya. 2. Kerangka Teori merupakan skema dari teori yang akan digunakan sebagai dasar atas kerangka konsep dalam penelitian 3. Kerangka
Analisis
merupakan
skema/kerangka
penjelasan
dari
proses/tahapan pengolahan dan pengujian kerangka konsep dan variabel yang akan diteliti 4. Penjelasan secara rinci konsep dan atau variabel serta definisi operasional setiap konsep/variable.
5. Definisi Konsep adalah pendefinisian konseptual oleh pakar (arti) dari setiap variabel yang ditulis pada kerangka konsep. Dapat lebih dari 1 arti – disampaikan sesuai dengan sintesis yang telah dibuat pada tinjauan pustaka. 6. Untuk Definisi Operasional ditulis dalam format Matriks dan Dilengkapi dengan rencana pengukurannya dan skala pengukuran tersebut (NOIR) 7. Hubungan antara berbagai konsep dan atau variabel dalam model pemecahan masalah yang dijelaskan secara rinci 8. Setiap variabel diberikan indikator, dimana indikator tersebut akan dijadikan acuan untuk pembuatan kuesioner 9. Adanya penjelasan hubungan antar variabel yang menyebabkan terjadinya fenomena topik penelitian 10. Adanya hipotesis penelitian: Berisi kalimat dekratif atas jawaban sementara dari tujuan penelitian 11. Dapat lebih dari satu hipotesis – karena mengikuti jawaban tujuan khusus 12. Penelitian-penelitian diskriptif (yang meminta diskripsi dari suatu populasi dalam hal variabel-variabel tertentu) tidak memerlukan hipotesis. 13. Penelitian Kualitatif menggunakan definisi istilah dengan komponen metode pengumpulan data dan sumber informasi
IV. Metode Penelitian 1. Untuk karya ilmiah yang berdasarkan penelitian kuantitatif dalam bab METODE PENELITIAN, dijelaskan beberapa hal pokok, yaitu terdiri dari: a) Desain penelitian yang digunakan b) Lokasi penelitian atau latar penelitian c) Populasi, sampel dan unit analisis serta cara pengambilan dan perlakuan sampel, serta jumlahnya disertai dengan cara rumus perhitungannya. d) Penentuan Kriteria inklusi dan ekslusi (jika ada) e) Validitas dan reliabilitas instrument f) Langkah-langkah dalam pengumpulan dan manajemen penelitian di lapangan g) Teknik dan analisis data yang digunakan h) Penyajian Data Semua hal tersebut di atas dijelaskan dengan cermat dan jelas, agar bila diulang dalam kondisi yang sama akan memberikan hasil yang sama pula. 2. Untuk karya ilmiah yang berdasarkan penelitian kualitatif dalam bab METODE PENELITIAN, dijelaskan beberapa hal pokok, yaitu terdiri dari (Kresno, 2000) : a) Desain Penelitian b) Lokasi penelitian atau latar penelitian, c) Sampling dan cara pemilihan sampling d) Pengumpulan data yang mendeskripsikan teknik pengumpulan data, data yang dikumpulkan, tahap-tahap pengumpulan data, peneliti sebagai alat pengumpul data, proses pencatatan, pengolahan dan analisis data. e) Validasi data dan informasi melalui triangulasi data/triangulasi sumber/triangulasi metode. Dalam hal ini jelaskan triangulasi yang digunakan dalam penelitian f) Analisa Data pada kualitatif
V. Area Penelitian Menjelaskan gambaran umum mengenai tempat penelitian yang diuraikan secara ringkas dan lengkap, namun disesuaikan dengan informasi yang terkait atau relevan dengan substansi penelitian. VI. Hasil Penelitian 1) Bab ini dapat diawali dengan menjelaskan mengenai keterbatasan penelitian yang ditemui peneliti di lapangan. Kemudian dilakukan penyajian hasil penelitian dalam bentuk Tabel/Grafik untuk dan narasi. 2) Analisis data kuantitatif dilakukan secara bertahap dari distribusi frekuensi, kemudian analisis bivariat dan terakhir analisis multivariate bila diperlukan dilakukan analisis multivariate lanjut. Pada tahap ini, analisis dilakukan dengan membaca dan menerjemahkan hasil penelitian secara obyektif dan belum menampilkan pendapat penulis. 3) Untuk validasi data kualitatif, pembuktian bahwa hasil lapangan tersebut diperoleh dengan cross check informasi baik dari wawancara, telaah dokumen dan observasi penelitian lapangan perlu ditekankan 4) Untuk analisa data kualitatif, dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu nya dengan cara analisa tematik ataupun analisa isi (content). 5) Untuk penelitian Kualitatif, deskripsikan hasil dan intepretasi data. Dukung hasil analisis dengan kutipan dari jawaban informan yang diambil dari transkrip. Dalam penulisan perlu disebutkan sumber informasi dan triangulasi informasi yang diperoleh dari beberapa sumber informasi 6) Untuk pembuatan model (hasil kegiatan lapangan), pada bab HASIL ini dipaparkan bagaimana model tersebut dioperasikan. 7) Pada hasil dengan menggunakan PLS, maka Penyajian hasilnya dan tahapannya adalah sebagai berikut: a. Menampilkan karakteristik responden b. Mengkategorikan karakteristik jawaban per variable misalnya 3 indikator (15 pertanyaan) gunakan Rumus Sturges (k = 1 + 3,3 log N) : Lihat penyebaran jawaban, tentukan standar deviasi,
prediktif relevannya rendah atau tidak, gambarkan dalam bentuk histogram, mean, median, mode,dsb (Nilai Tengah) c. Variasi Data: Uji variasi total jawaban responden per variable terhadap karakteristiknya dengan menggunakan chi-square, jika < 0,05 artinya sangat dipengaruhi oleh karakteristik responden, Seharusnya hasil pengujiannya > 0,05 d. Menampilkan Outer Model dengan melihat nilai convergen validity > 0,5, ditampilkan detail perubahannya sebelum dan sesudah di Run (dipertimbangkan jika < 0,5 tetapi secara teori mempengaruhi) e. Nilai AVE, Cross loading, dan Composite Reliability : nilai AVE yang baik jika nilai masing-masing konstruk nilainya > 0,50 disamping uji validitas konstruk, dilakukan juga uji reliabilitas konstruk yang diukur dengan composite reliability dan cronbach alpha dari blok indicator yang mengukur konstrak. Konstruk dinyatakan reliable jika nilai composite reliability maupun cronbach alpha > 0,70. f. Nilai T Statistik dan Reflesi Indikator terhadap variabelnya > 1,96 g. Goodness of fit inner model: ditampilkan data R Square h. Nilai Path Partial dengan T-Statistik pada hubungan antar Variabel pada inner model yang signifikan dan nilai Path total i.
Dihitung besarnya persentase langsung antara variable eksogen ke endogennya dengan cara mengalikan nilai parsial path x √R2 nya
j.
Hitung besaran persentase path langsung dan tidak langsung
k. Buat persamaan matematiknya untuk masing-masing variable endogen l.
Buatlah predictive relevance nya atau nilai Q, Contoh: Nilai Q square ( Q square predictive relevance )
VII. Pembahasan Bagian ini merupakan bab VI yang membahas hasil penelitian secara menyeluruh. Dalam bab ini dilakukan perbandingan hasil penelitian dengan teori dan hasil penelitian terdahulu seperti yang dituliskan dalam tinjauan pustaka, kemudian membuat pertimbangan
teoritisnya. Juga dikemukakan tentang kelemahan dan keterbatasan penelitian yang dilakukan. Pada saat penulis mengumpulkan data, mengolah serta menyusun dalam tabel, penulis telah mempunyai sejumlah gagasan yang dapat dikembangkan dalam bagian ini. Pengembangan
gagasan
yang
disebut
argumen
yang
harus
dipertahankan kesahihannya menurut pengetahuan yang diperoleh dari bidang yang diteliti. Pembahasan adalah tempat penulis menyampaikan pendapat dan argumen secara bebas, singkat dan logis. Namun demikian, bila argument tersebut adalah argument yang telah disampaikan oleh orang lain, maka materi tersebut perlu ditambahkan di tinjauan pustaka, bila hal ini belum ditulis pada tinjauan pustaka. VIII.
Kesimpulan dan saran Bagian ini merupakan bagian terakhir dari suatu karya ilmiah yang berisi kesimpulan karya ilmiah. Kesimpulan terdiri dari dua hal, pertama adalah berupa temuan penelitian terkait dengan hasil penelitian yang disampaikan secara sistimatis dan cermat terkait dengan upaya menjawab hipotesis dan atau tujuan penulisan/penelitian. Dalam menulis temuan, penulis harus kritis dengan menjaga agar tidak ditafsirkan secara lain oleh pembaca. Penulis juga harus dapat mengemukakan kesimpulan secara luas berdasarkan kesimpulan dari hasil dan teori yang ada. Kedua, buatlah kesimpulan dari temuan penelitian tersebut kemudian kemukakan pula hasil kesimpulan yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian, penemuan-penemuan penting (implikasi dari penemuan tersebut dan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut). Saran yang dikemukakan harus berasal dari halhal
yang
berkaitan
dengan
pelaksanaan
penelitian
maupun
model/prototipe yang dihasilkan. Saran-saran tersebut dapat berupa bentuk kebijakan serta upaya praktis pemecahan masalah yang dihadapi, dan bahan atau aspek yang dapat diteliti lebih lanjut. Saran harus dibuat seoperasional mungkin untuk dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh pihak penerima saran tersebut. Saran harus pula menjawab manfaat yang diungkapkan dalam bab pendahuluan suatu karya ilmiah.
IX. Bagian Akhir Bagian ini merupakan bagian akhir karya ilmiah yang tidak termasuk dalam penomoran bab. Penomoran halaman dengan angka Arab berakhir sampai dengan Daftar Pustaka. Bagian ini terdiri dari: Daftar pustaka Penyusunan Daftar Pustaka dapat dilihat pada bab khusus mengenai hal tersebut dalam Pedoman ini. Minimal kepustakaan yaitu 75 buah. Penulisan Daftar Pustaka menggunakan metode Harvard. Cantuman dalam Daftar Pustaka Umumnya adalah sebagai berikut: a. Nama penulis (Nama belakang mendahului nama depan): Universal b. Judul:
Buku, artikel dan karya tulis lainnya
Jurnal/ surat kabar
c. Keterangan edisi dan atau editor d. Data penerbit (kota, nama penerbit) e. Tahun terbit/ volume & nomor (issue) f. Nomor halaman yang digunakan (artikel jurnal) Lampiran Bagian ini dimulai dengan halaman dengan tulisan LAMPIRAN di tengah bidang pengetikan. Penomoran halaman ini terpisah dari naskah, tergantung urutan lampiran yang akan disajikan. Dalam LAMPIRAN disajikan informasi yang dianggap penting, tetapi akan mengganggu alur naskah bila dicantumkan dalam naskah utama (bagian isi materi). Lampiran dapat berisi data berkaitan dengan penelitian yang terlalu panjang untuk dimuat dibagian utama seperti: izin penelitian, kuesioner, transkrip, wawancara mendalam dan lain-lain Ralat Bila seluruh naskah telah selesai diketik dan kemudian terdapat beberapa ke'salahan ketik, maka kesalahan tersebut dapat diperbaiki dalam RALAT. Dalam ralat disebutkan halaman berapa dan kalimat yang salah diketik ulang diganti dengan kalimat yang benar. Bila pada satu halaman terdapat lebih dari 3 ralat, maka halaman tersebut sebaiknya
diganti seluruhnya. Ralat diketik pada halaman tersendiri tanpa nomor halaman dan diletakkan di bagian akhir, sebelum halaman kulit sampul belakang serta harus dijilid. PANDUAN JURNAL ILMIAH (lihat pedoman penulisan manuskrip dan jurnal ilmiah pada Lampiran)
Pembuatan Jurnal dibuat dengan format dan sistematika yang terdiri dari beberapa ketentuan yaitu: jumlah kata 2.000 – 10.000 kata, dibuat dalam bentuk kolom koran (dua kolom) dengan jarak antar baris 1 spasi, kertas A4 dan jumlah halaman maksimal 9-11 halaman. Judul Tesis maksimal 14 karakter, besar huruf 11. Jumlah tabel, gambar, grafik, dan foto maksimal 5 buah. Kepustakaan dibuat dengan sistem Vancouver. Sumber kepustakaan 60% berasal dari Jurnal Ilmiah dan 40% berasal buku sumber. Adapun format dan sistematikanya adalah sebagai berikut: a. Judul: bukan merupakan judul tesis, tidak terlalu panjang, padat makna, khas dan mampu menggambarkan keseluruhan isi naskah. maksimal terdiri dari 5-14 kata (boleh merubah judul tesis tanpa merubah makna). b. Batas Tepi/margin pada lembar kertas adalah:
Tepi kiri
: 3 cm
Tepi atas
: 2 cm
Tepi kanan
: 2 cm
Tepi bawah : 2 cm
c. Halaman Judul: formatnya sama seperti di 1.2.1 d. Abstrak: terdiri dari bahasa Indonesia dan Inggris. Abstrak berisi maksud/tujuan penelitian, metodologi, hasil penelitian, kesimpulan, kata kunci. Kata kunci yang digunakan 3-5 kata. Dalam Pendahuluan (Introduction) sebanyak 2 kalimat yang berisi Latar belakang, tujuan penelitian (atau bisa berisi tujuan penelitian saja); Metode (Methode) yaitu berisi desain yang digunakan, Populasi dan Sampel (kriteria inklusi dan ekslusi), cara pengambilan sampel, pengolahan data dan analisa data serta penyajian datanya; Hasil (Result) dicantumkan hasil yang paling nyata
(multivariat);
Diskusi (Discussion) berisi kesimpulan dari temuan
penelitian. e. Pendahuluan (Introduction): Yang diuraikan dalam bagian ini terdiri dari latar belakang yang menggambarkan masalah penlitian, hasil-hasil penelitian orang lain, tujuan penelitian, teori, dan kerangka konsep. Jumlah halaman maksimal 1,5-2,5 halaman (5-7 Paragraf). Pada paragraf terakhir dari pendahuluan, dicantumkan Tujuan penelitian (Umum). Penggunaan kepustakaan minimal 6-8 sumber. f. Metode (Methode): Yang diuraikan dalam bagian ini adalah tentang desain penelitian, populasi/sampel (segala hal tentang sampel, mulai dari cara pengambilan sampel, kriteria inklusi dan ekslusi, dsb), analisa data, indikator variabel dalam kuesioner, dan penyajian data. Jumlah halaman dalam bagian ini terdiri dari 0,5-1 halaman. Penggunaan kepustakaan minimal 1-2 sumber g. Hasil (Result): pada bagian ini, dicantumkan hasil penelitian secara naratif, tabel, dan gambar/grafik. Terdiri dari 2-4 halaman. Jumlah tabel dan gambar maksimal 5-7 buah. h. Kesimpulan (Conclusion): pada bagian ini yang diuraikan adalah kesimpulan peneliti terhadap temuan penelitian dan bukan merupakan hasil copy paste dari bagian hasil penelitian. Kesimpulan disampaikan secara naratif dan tidak dalam bentuk poin-poin. i. Saran: Merupakan pendapat penulis berupa tindakan praktis penerapan teori baru atau mungkin mafaat kelanjutan penelitiannya. Apabila terdapat keterbatasan penelitian maka harus ada kesinambungan dengan saran sebelumnya. j. Daftar Pustaka (Reference): minimal 15-25 kepustakaan (60% berasal dari Jurnal Ilmiah dan 40% berasal buku sumber). Pada bagian ini jumlah halaman sekitar 1-2 halaman.
PEMBIMBING TESIS Tugas Pembimbing Secara umum tugas pembimbing dalam penulisan karya ilmiah adalah mengarahkan peserta dalam mempersiapkan proposal, menentukan waktu untuk melakukan seminar proposal, dan ujian akhir. Secara rinci tugas pembimbing meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Membantu peserta program dalam memilih topik dan membuat proposal sesuai dengan minat peserta sejak penunjukkan pembimbing ditetapkan. Jangkauan topik hendaknya disesuaikan dengan kemampuan peserta, sumberdaya dan jangka waktu yang tersedia. 2) Membantu peserta dalam melihat alternatif-alternatif pendekatan masalah sehingga dapat menentukan kerangka konsep dan atau mengembangkan model teoritis sebelum ia memulai penulisan/penelitian. 3) Membantu peserta dalam melihat alternatif-alternatif metoda pengupasan analitik untuk menguji kerangka konsep, pemecahan masalah, dan atau model teoritis yang dikembangkan. 4) Memberi petunjuk kepada peserta dalam mencari bahan pustaka dan/atau pengumpulan data sekunder 5) Membantu peserta dalam kelancaran pelaksanaan penelitian/penulisan. Bila dianggap perlu pembimbing dapat meminta bantuan ahli lain sebagai nara sumber.Dalam memonitor tugas dan bimbingan digunakan Buku Bimbingan Tesis. Buku ini selalu dibawa mahasiswa pada saat berkonsultasi
dengan
pembimbing
dan
pembimbing
harus
menandatangani dan menulis catatan yang penting didalam buku tersebut. Mekanisme Bimbingan Buku bimbingan tesis adalah alat komunikasi antara peserta dan pembimbing, disamping sebagai alat monitoring bagi kepala program studi dalam memantau kemajuan proses penulisan karya ilmiah akhir peserta program. Diharapkan minimal pada akhir semester 2 setiap peserta program telah bertemu dan melaksanakan bimbingan dengan pembimbing minimal Enam kali, sebelum proposal diseminarkan. Proposal akan dan harus diuji oleh pembimbing dan penguji yang telah ditentukan oleh program studi. Hasil
analisis akan disajikan didalam ujian, yaitu ujian Tesis yang diuji oleh pembimbing dan penguji dalam, serta disanggah oleh dua orang peserta program lainnya. Masukan dalam ujian tersebut akan melengkapi hasil analisis tesis.
SEMINAR PROPOSAL DAN UJIAN TESIS Seminar Proposal Tesis Seminar proposal dapat dilaksanakan secepatnya pada akhir semester II dan pada awal semester III, dengan syarat: 1. Setelah peserta menyelesaikan sekurang-kurangnya 70% mata ajaran metodologi penelitian kesehatan, 2. Sekurang-kurangnya telah pernah menghadiri 2 (dua) kali seminar proposal/ hasil yang dibuktikan dengan menyerahkan formulir bukti menghadiri ujian seminar proposal dan ujian tesis, 3. Sekurang-kurangnya telah pernah menjadi penyanggah 1 (satu) kali dalam seminar proposal/hasil yang dibuktikan dengan menyerahkan formulir penyanggah dan hasil tulisan sanggahannya, 4. Usulan proposal dimasukkan 3 hari sebelum tanggal seminar dan peserta harus menyerahkan bundel proposal ke penguji 3 hari sebelum tanggal seminar, 5. Hasil masukan pada waktu seminar dicatat dan digunakan untuk menyempurnakan proposal sehingga layak .untuk dilaksanakan. Setelah pembimbing menyatakan proposal layak dilaksanakan di lapangan barulah pelaksanaan dilakukan. Ujian Tesis 1. Bobot tesis dihitung berdasarkan nilai kredit semester yang setara dengan 6 SKS atau kira-kira bobot kerja selama 3 bulan (72 hari), 6 - 8 jam sehari, baik di lapangan, di laboratorium maupun di perpustakaan. Bobot 6 SKS terbagi menjadi 3 kategori, yaitu: a) 2 SKS untuk beban kerja sampai dengan dilakukannya seminar proposal b) 4 SKS untuk beban kerja sampai dengan dilakukannya ujian Tesis
2. Apabila terdapat minimal 1 orang penguji menyatakan "tesis tidak layak uji" maka kepada mahasiswa diberikan waktu paling lambat 1 bulan memperbaiki tesisnya untuk dilakukan ujian kembali 3. Apabila pembatalan ujian disebabkan oleh kelalaian mahasiswa (misalnya hadir lebih dari 30 menit dari waktu yang telah ditentukan) maka ujian dapat saja dibatalkan dengan rIsiko dana penyelenggaraan ujian selanjutnya akan dibebankan kepada mahasiswa 4. Lama ujian berkisar antara 90 sampai 120 menit dengan pembagian kirakira sebagai berikut : Pembukaan oleh pemimpin sidang ujian
: ± 5 menit
Penyajian oleh peserta
: ± 20 menit
Tanya jawab
: ± 60-90 menit
Penutup
: ± 5 menit
PENILAIAN Penilaian untuk Seminar Proposal Nilai seminar proposal diperoleh dengan mempertimbangkan beberapa hal dan diberikan nilai antara A - D yang diterjemahkan dalam nilai 1 s/d 4. Mutu merupakan perkalian antara nilai dan bobot. Adapun ketentuan nilai yang berlaku adalah sebagai berikut: A = 4,00 C+ = 2,30 A= 3,70 C = 2,00 B+ = 3,30 C= 1,70 B = 3,00 D = 1,00 B= 2,70 Dalam memberikan penilaian, penguji akan memperhatikan materi penilaian sebagai berikut: 1) Konsep Pemikiran Kejelasan masalah dan latar belakang, tujuan penelitian, kerangka konsep, definisi operasional, dan hipotesa (bila ada), kejelasan hubungan antara komponenkomponen tersebut 2) Penggunaan Kepustakaan Relevansi kepustakaan, komprehensivitas, keterkinian bahan pustaka
3) Kerangka Konsep, Definisi Konsep, Definisi Operasional, dan Hipotesis (kalau ada) Apakah kerangka konsep yang diajukan masuk akal dan sesuai dengan kerangka teori. Apakah definisi konsep dan definisi operasional variabel jelas, serta kalau merupakan data kuantitatif skala dan cara ukur benar. Kalau ada hipotesis apakah benar cara rumusannya dan dapat di uji. 4) Metodologi Penelitian Desain penelitian, metode statistik dan / atau metode analisis data yang digunakan, alasan pemilihan metode, kelengkapan intrumen penelitian 5) Tanya Jawab
Penilaian untuk Ujian Tesis Nilai seminar hasil diperoleh dengan mempertimbangkan beberapa hal dan diberikan nilai antara A - D yang diterjemahkan dalam nitai 1 s/d 4. Mutu merupakan perkalian antara nilai dan bobot. Adapun ketentuan nilai yang berlaku adalah sebagai berikut: A AB+ B B-
= = = = =
4,00 3,70 3,30 3,00 2,70
C+ C CD
= = = =
2,30 2,00 1,70 1,00
Dalam memberikan penilaian, penguji akan memperhatikan materi penilaian sebagai berikut: 1) Konsep Pemikiran a) Kejelasan masalah dan latar belakang b) Tujuan penelitian c) Kerangka konsep d) Definisi Konsep e) Definisi operasional f) Hipotesis (bila ada) 2) Penggunaan Kepustakaan a) Relevansi
b) Komprehensivitas c) Keterkinian 3) Metodologi Penelitian a) Desain Penelitian b) Metode statistik dan/atau metode analisis data c) Alasan pemilihan metode d) Kelengkapan instrumen penelitian 4) Hasil Penelitian Pembahasan dan Saran a) Hasil penelitian b) Pembahasan dan penelitian c) Kesimpulan d) Saran teoritis dan aplikatif 5) Penulisan Tesis a) Cara penulisan tesis b) Sistematika penulisan c) Ketepatan penggunaan bahasa d) Susunan bahasa 6) Presentasi dan Tanya Jawab a) Kejelasan pengemukaan isi tesis b) Kemampuan penyajian c) Penguasaan materi d) Ketepatan menjawab pertanyaan e) Kemampuan berargumentasi
Segera setelah pemimpin sidang menyatakan ujian selesai, peserta ujian dipersilahkan untuk keluar ruang sidang sejenak. Hal ini dimaksudkan untuk memberi waktu kepada para penguji untuk menentukan apakah peserta lulus atau tidak. Nilai lulus adalah gabungan dari nilai yang diberikan oleh para penguji dengan batas untuk lulus adalah 3.00. Pemimpin sidang akan membacakan nilai-nilai yang masuk tanpa menyebut nama penguji. Jika terdapat perbedaan nilai yang sangat besar kira-kira 0,5 atau lebih maka tim penguji akan
membahas nilai-nilai tersebut, sampai didapatkan nilai yang wajar dan disepakati bersama. Hasil ujian akan diberitahukan kepada peserta setelah penguji selesai bersidang dengan cara memanggil kembali peserta ke ruang sidang. Pemimpin sidang akan memberitahukan hasil ujian tersebut dan selanjutnya langsung menutup sidang ujian. Sidang ujian tesis didokumentasikan dalam bentuk berita acara yang ditandatangani oleh pemimpin sidang yang berisikan antara lain hal apa saja yang hares diperbaiki pada tesis tersebut sebagai bahan untuk tesis akhir. Berita acara ini akan di fotocopy oleh departemen dan diberikan kepada mahasiswa yang bersangkutan. Terdapat dua kategori hasil ujian tesis yaitu, lulus dan tidak lulus: 1) Lulus a) Lulus tanpa syarat, peserta dengan hasil ujian tesis lulus dapat secara langsung mencetak dan menjilid tesis untuk diserahkan kepada para penguji dan perpustakaan. b) Lulus dengan syarat memperbaiki tesis Apabila hasil ujian meminta peserta memperbaiki tesisnya, maka peserta wajib memperbaiki tesisnya sesuai dengan usul-usul dan kritik yang diberikan pada saat ujian. Pemimpin sidang (pembimbing) akan memberikan catatan perbaikan tesis, yang sebelumnya sudah disepakati oleh tim penguji. Waktu untuk memperbaiki, mencetak, menjilid tesis hingga menyerahkannya ke perpustakaan tidak lebih dari 1 (satu) bulan sejak selesai ujian. 2) Tidak lulus Bila peserta dinyatakan tidak lulus, maka kepadanya akan diberikan kesempatan sekali lagi untuk mengulang ujian tesis, yang selambatlambatnya dilaksanakan 3 (tiga) bulan setelah ujian pertama.
SYARAT YUDISIUM Untuk dapat dinyatakan telah menyelesaikan studinya seorang peserta program diharuskan menyerahkan beberapa bahan yang merupakan persyaratan ke sekretariat akademik untuk dapat diikut sertakan dalam yudisium, yaitu (Mengacu pada Form Calon Wisudawan/15 point syarat yudisium): 1) Surat keterangan penyerahan tesis dan Manuskrip ke perpustakaan STIKIM dalam bentuk Hard Copy (tanpa jilid) dan Soft Copy 2) Surat keterangan Bebas Keuangan, Bebas Akademik, Bebas Perpustakaan dan Bebas Jurnal 3) Buku bimbingan yang telah ditandatangani oleh Pembimbing 4) Buku Sumbangan terkait dengan tema kesehatan masyarakat sebanyak 2 buah 5) CD/disket berisi keseluruhan isi tesis, manuskrip dan abstrak (Bahasa Indonesia/Inggris) 6)
FC surat pernyataan tidak plagiat (asli diserahkan ke perpustakaan)
LAMPIRAN LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN TESIS
Nama Mahasiswa: NPM:
……………………………
Nama Pembimbing:
………………………
………………………………….
Bulan:
Minggu ke:
Tahap Kegiatan:
Hari/Tgl: Catatan Pembimbing:
Paraf Pembimbing:
Bulan: Tahap Kegiatan:
Minggu ke:
Hari/Tgl: Catatan Pembimbing:
Paraf Pembimbing:
LAMPIRAN
Penggunaan logo STIKIM di atas halaman
TESIS
Jarak antara tulisan “Tesis” ke judul 1 spasi
PENGARUH MOTIVASI DAN KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PETUGAS PENGENDALIAN VEKTOR DI DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2015 Ukuran huruf judul 14pt, 1 spasi
Ukuran huruf 12pt, 1 spasi
OLEH BAMBANG SISWANTO NPM 20.12.000.378
Ukuran huruf 12pt, 1 spasi PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU JAKARTA 2015
LAMPIRAN HALAMAN PERSETUJUAN
Tesis dengan Judul
Pengaruh Motivasi dan Komunikasi Organisasi Terhadap Produktivitas Kerja Petugas Pengendalian Vektor Di Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015
Tesis ini telah disetujui, diperiksa dan diajukan dalam Sidang Tesis Program Studi Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Jakarta, 10 Januari 2015 Pembimbing
(Nama lengkap beserta gelar)
LAMPIRAN HALAMAN PENGESAHAN
Panitia Sidang Ujian Tesis Program Studi Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Menerangkan Tesis dengan judul Pengaruh Motivasi dan Komunikasi Organisasi Terhadap Produktivitas Kerja Petugas Pengendalian Vektor Di Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister.
Jakarta, 12 Maret 2015 Tim Penguji, Pembimbing
(Nama lengkap dengan gelar)
Penguji
(Nama lengkap dengan gelar)
LAMPIRAN SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Bambang Siswanto NPM : 20.12.000.378 Program Studi : Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan : Manajemen Pelayanan Kesehatan
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan tesis saya yang berjudul: Pengaruh Motivasi dan Komunikasi Organisasi Terhadap Produktivitas Kerja Petugas Pengendalian Vektor Di Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015 Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Jakarta, 12 Maret 2015
(Materai 6000)
Bambang Siswanto
LAMPIRAN PROGRAM STUDI PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN 1 spasi Tesis, 12 Maret 2015 1 spasi Bambang Siswanto NPM 20.12.000.378 1 spasi Pengaruh Motivasi dan Komunikasi Organisasi terhadap Produktivitas Kerja Petugas Pengendalian Vector Di Direktorat Pencegahan Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015 1 spasi
xii + 147 halaman, 20 tabel, 10 gambar, 5 lampiran 1 spasi 1 spasi
Abstrak
Produktivitas kerja tercipta jika variabel yang mempengaruhinya antara lain motivasi kerja, kepemimpinan dan komitmen organisasi/perusahaan dapat diakomodasikan dengan baik dan diterima oleh semua karyawan. Produktivitas kerja akan terwujud jika karyawan mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya motivasi dan komunikasi organisasi terhadap produktivitas kerja petugas pengendalian vektor di Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang menggunakan desain cross-sectional. Sampel yang digunakan 45 petugas pengendalian vektor sebagai responden. Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) menggunakan SmartPLS 2.0 dan SPSS 15.0. Hasil pengujian hipotesis menghasilkan persentase pengaruh semua variabel terhadap produktivitas kerja petugas pengendalian vektor dalam model ini sebesar 79,3%, yang terdiri dari pengaruh langsung sebesar 60,7% dan pengaruh tidak langsung sebesar 18,6%. Nilai Q Square (predictive relevance) sebesar 77,7%, artinya model secara representatif mampu menjelaskan keragaman serta mampu mengkaji fenomena yang ada di dalam penelitian ini. Peneliti menyarankan pegawai perlu menciptakan komunikasi kerja yang menyenangkan sehingga kreativitas petugas pengendalian vektor berkembang. Selain itu sebaiknya para pemimpin lebih tanggap terhadap apa yang menjadi keinginan petugas pengendalian vektor dengan memberikan insentif dan penghargaan prestasi. Kata Kunci: motivasi, komunikasi organisasi, produktivitas kerja Kepustakaan: 75 (1993-2012)
1 spasi
LAMPIRAN GRADUATE PROGRAM OF PUBLIC HEALTH INDONESIA MAJU SCHOOL OF HEALTH SCIENCE HEALTH SERVICE MANAGEMENT CONSENTRATION 1 spasi Thesis, 12 Maret 2015 1 spasi Bambang Siswanto NPM 20.12.000.378
1 spasi Pengaruh Motivasi dan Komunikasi Organisasi terhadap Produktivitas Kerja Petugas Pengendalian Vector Di Direktorat Pencegahan Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015 1 spasi xii + 147 halaman, 20 tabel, 10 gambar, 5 lampiran Abstract
1 spasi
1 spasi Work productivity arises when the variables that influence such as work motivation, leadership and commitment to the organization / company was well accommodated and accepted by all employees. Work productivity will be arise if the employee has the ability to finish their job or task. This study aims to determine the direct and indirect influence as well as the amount of motivation and communication organizations to work productivity of vector control officer in the Directorate General of Disease Prevention and Environmental Health of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia Year 2015. The method used a quantitative approach using cross-sectional design. The respondent was 45 officer of vector control. The analytical method used Structural Equation Model (SEM) using SmartPLS 2.0 and SPSS 15.0. Results of testing hypotheses generated is the percentage of all variable influence on the productivity of vector control officer in this model was 79.3%, consist of 60.7% of the direct effects and 18.6% of the indirect. Q-Square value (predictive relevance) amounted to 77.7%, which means that this model is able to explain the representation of diversity and be able to assess the phenomenon in this study. Researchers suggest employees need to make fun work communication that develop creativity of vector control officer. Moreover, leaders must be more responsive to the vector control officer's wish like providing incentives and awards. 1 spasi Key words: motivation, organizational communication, work productivity Reference: 75 (2993-2012)
LAMPIRAN PEDOMAN PENULISAN JURNAL ILMIAH
I.
PENDAHULUAN Pada pedoman penulisan jurnal ilmiah ini, setiap mahasiswa harus mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini karena editor tidak akan mengedit bagian substantif dan atau kesalahan format. Editor dan atau pembimbing akan melakukan proses editing hanya dalam keadaan dan kondisi tertentu jika diperlukan. Pedoman ini terdiri dari 2 (dua) bagian, ketentuan umum dan ketentuan khusus. Ketentuan umum memuat tata tulis baku keseluruhan naskah. Sedangkan ketentuan khusus memuat tata tulis setiap bagian yang terdapat dalam naskah.
II. KETENTUAN UMUM 1.
Jenis dan Ukuran Kertas Margin/batas tepi Format file Penggunaan Bahasa
:
HVS A4 (210x297mm)
:
5
Struktur Penulisan
:
6 7 8
Huruf Panjang Naskah Paragraf
: : :
9
Kolom
:
Atas 20 mm, Bawah 20 mm Kiri 30 mm, Kanan 20 mm rtf, doc., docx (tidak diperkenankan dalam bentuk .pdf) Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris Penulisan jurnal ilmiah harus dipilih salah satu, tidak bisa keduanya (Inggris dan Indonesia), kecuali pada abstrak harus dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia). Apabila penulis menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama, maka naskah yang dikirim harus menggunakan bahasa Inggris. Terdiri dari; a. Judul b. Abstrak (Inggris dan Indonesia) beserta kata kunci c. Pendahuluan d. Metode e. Hasil f. Pembahasan g. Kesimpulan h. Saran i. Daftar Pustaka Times New Roman, ukuran 11pt dengan spasi single (1 spasi) 11-13 halaman a. Rata kanan-kiri b. Awal paragraph diberikan indent 7mm c. Jarak antar paragraph 6pt (spacing after) d. Gutter (jarak antar kolom) dibiarkan secara default 2 kolom
2 3 4
: :
III. KETENTUAN KHUSUS A. Judul 1. Jurnal ilmiah bukan merupakan judul skripsi atau tesis (running text), tidak terlalu panjang, padat makna, khas, dan mampu menggambarkan keseluruhan isi naskah.
B.
C.
D.
E.
Ditulis dengan huruf Times New Roman, huruf besar pada setiap awal kata (Capitalize each word), cetak tebal (Bold), 14pt, rata tengah. (Lihat lampiran) 2. Terdiri dari 5-14 kata untuk Bahasa Indonesia dan 5-12 kata untuk Bahasa Inggris. 3. Tidak menggunakan kata klise seperti “Studi tentang….”,”Kajian tentang….”,”Pengaruh…” dan lainnya. 4. Untuk Mahasiswa Pascasarjana: Tulis nama lengkap tanpa gelar, asal instansi (bagi yang sudah bekerja), nomor telepon instansi (bukan telepon selular) dan alamat korespondensi serta email pada bagian baris kepemilikan/kredit. Untuk mahasiswa Diploma dan Sarjana: Tulis nama lengkap tanpa gelar, asal program studi dan alamat email pada bagian baris kepemilikan/kredit. 5. Nama penulis menggunakan font Times New Roman 11pt dengan spasi single cetak tebal (bold) sedangkan korespondensi menggunakan font yang sama ukuran huruf 10pt regular. Abstrak 1. Terdiri dari 1 paragraf untuk masing-masing Bahasa (Indonesia dan Inggris) 2. Memuat maksimal 200 kata (Indonesia dan Inggris) 3. Terdiri dari Pendahuluan, Metode (desain, populasi dan sampel), dan Hasil (apabila terdapat diskusi dan saran, tulis secara singkat) 4. Kata kunci terdiri dari 3-5 kata atau frase (Bahasa Indonesia dan Inggris) dan disusun secara alfabetis. 5. Awal paragraph rata kanan-kiri 6. Menggunakan font ukuran 10pt. Pendahuluan 1. Mengantar pembaca secara langsung pada inti pokok tulisan dengan membuat pernyataan masalah yang dihadapi secara jelas. 2. Memuat 1,5-2,5 halaman dari total panjang artikel 3. Tidak ada kata yang disingkat, kecuali akronim 4. Penulisan akronim harus disesuaikan dengan tata cara penulisan yang benar (EYD) 5. Pada paragraf terakhir dari pendahuluan, menuliskan tujuan penelitian secara umum. 6. Memakai spasi before dan after 6pt 7. Jumlah referensi 6-8 sumber. Metode 1. Bagi penelitian kuantitatif mencakup desain penelitian, populasi, sampel, sumber data, instrument dan prosedur analisa data. 2. Bagi penelitian kualitatif mencakup desain dan jenis penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data dan analisis data. 3. Memuat 0,5-1 halaman dari total panjang artikel 4. Tidak ada kata yang disingkat, kecuali akronim 5. Penulisan akronim harus disesuaikan dengan tata cara penulisan yang benar (EYD). 6. Memakai spasi before dan after 6pt. 7. Jumlah referensi 1-2 sumber. Hasil 1. Merupakan temuan penelitian yang disajikan tanpa pendapat. 2. Untuk penelitian yang bersifat kualitatif, maka hasil dan pembahasan digabungkan. 3. Untuk penelitian kuantitatif dan kuantitatif-kualitatif (mix method), maka hasil dan pembahasan dipisah.
4. Memakai spasi before dan after 6pt 5. Data disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan gambar dengan jumlah maksimal 5-7. 6. Untuk penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika, maksimal gambar yang diperbolehkan tidak lebih dari 10 gambar. 7. Memuat urutan tabel atau gambar sebelum judul, misalnya “Tabel 1. xxx”, “Tabel 2. xxx”, dst.. 8. Apabila terdapat sumber (bukan merupakan hasil karya penulis), cantumkan sumbernya. 9. Judul tabel atau gambar ditulis menggunakan huruf Times New Roman, 11pt 10. Isi tabel ditulis menggunakan huruf Times New Roman, 10pt, spasi 1 11. Judul tabel ditulis di atas tabel. 12. Penulisan tabel tidak boleh terbagi menjadi 2 (dua) halaman. 13. Sumber tabel harus dicantumkan jika berasal dari data sekunder atau data penelitian orang lain, dan dicantumkan di bawah tabel. 14. Penggunaan tabel dan grafik, dapat dilihat pada contoh: Tabel 1. Summary of physical parameters. No
Segments
1 2 3 4 5
A-B B-C C-D D-E E-F
Length (km) 25 75.15 44.75 72.5 21.25
Elevation (meter) 30 10 50 10 10
15. Penggunaan garis tebal pada tabel, hanya digunakan pada judul dan batas bawah tabel (lihat contoh). 16. Panjang maksimal 2-4 halaman. F. Pembahasan 1. Pembahasan menguraikan secara tepat dan argumentatif hasil penelitian dengan teori dan penelitian terdahulu yang relevan. 2. Panjang tulisan 3-5 halaman. 3. Penggunaan referensi 10-15 sumber. 4. Memakai spasi before dan after 6pt. G. Kesimpulan 1. Memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian (buah pemikiran peneliti), bukan merupakan copy paste dari hasil penelitian. 2. Paparan ditulis dengan jelas dan terarah. 3. Menggunakan Bahasa yang efektif, singkat dan jelas. 4. Penulisan kesimpulan tidak boleh menggunakan pointers (berupa poin-poin), tetapi harus dalam bentuk naratif 5. Panjang tulisan 0,5 halaman. 6. Memakai spasi before dan after 6pt H. Saran 1. Saran yang dikemukakan dapat berupa tindakan praktis penerapan teori baru atau mungkin manfaat kelanjutan penelitiannya. 2. Bila dinyatakan keterbatasan penelitian, maka sebaiknya terdapat kesinambungan dengan menyampaikan saran untuk penelitian selanjutnya. 3. Memakai spasi before dan after 6pt
I. Daftar Pustaka 1. Menggunakan gaya Vancouver, yaitu berdasar Author-Number. 2. Times New Roman 11 pt. 3. Minimal 15-25 kepustakaan (60% dari jurnal ilmiah dan 40% berasal dari buku sumber). 4. Batasan tahun referensi diterbitkan maksimal 5 tahun terakhir, kecuali bagi referensi yang terbatas. 5. Penggunaan nomor kutipan ditulis superskrip (contoh: …..kalimat1.) 6. Apabila kutipan lebih dari 2 nomor, maka ditulis berurutan (contoh: ….kalimat1,2,5.) 7. Pada penulisan bagian judul referensi, diawali dengan huruf besar saja (Capitalize Each Word) dan tidak per kata. Contoh: Pedoman pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan (benar), bukan Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan (salah). 8. Bila nama penulis kurang atau sama dengan 6 orang, maka nama penulis ditulis semua. Apabila >6 penulis, maka penulis selanjutnya ditulis “et al”. Contoh: Riski AG, Baron TH, Davilla NE, Eugene DH, Kawashi T, Kholdun TH, et al. Pedoman akreditasi rumah sakit kelas C. Jakarta: FK UNI; 2015. 9. Contoh daftar pustaka gaya Vancouver dapat dilihat di bawah ini pada lampiran 1.
LAMPIRAN: CONTOH PENULISAN JURNAL ILMIAH (S2)
Gaya Kepemimpinan, Motivasi dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Bidan di Puskesmas Wilayah III Kabupaten Lebak Huruf 14, capital pada setiap kata kecuali kata hubung
1.5 spasi 1
Alifah Rochmawati , HM Hafizurrachman
2
1,2
Huruf 14, penulis utama terlebih dahulu, kemudian dibawahnya alamat korespondensi
Program Studi Pascsarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jln. Harapan Nomor 50, Lenteng Agung – Jakarta Selatan 12610 Telp: (021) 78894045 Email:
[email protected] 1 spasi
Email korespondensi, hanya penulis utama saja
Abstrak Meningkatkan kinerja bidan adalah tidak mudah karena kinerja dapat tercipta jika variabel-variabel yang mempengaruhinya antara lain motivasi kerja, kepemimpinan dan komitemen organisasi dapat diakomodasikan dengan baik dan diterima oleh semua bidan di dalam puskesmas. Salah satu elemen yang bernilai penting dalam sistem manajemen organisasi selain kinerja dan motivasi kerjakepada para bidan adalah kepemimpinan (leadership). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya antara gaya kepemimpinan, motivasi kerja, dan komitmen organisasi terhadap peningkatan kinerja bidan di lingkungan Puskesmas Wilayah III Kabupaten Lebak Tahun 2013. Desain penelitian yang dilakukan secara cross-sectional dengan menggunakan pendekatan kuatitatif. Karena populasi pada penelitian ini terbatas yaitu sejumlah 90 orang dan seluruhnya akan diambil informasinya untuk memenuhi 12 indikator yang akan diukur dalam penelitian ini.Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) mengunakan SmartPLS 2.0 dan SPSS 15. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh langsung gaya kepemimpinan terhadap kinerja menunjukkan pengaruh langsung hanya sebesar 15%, pengaruh langsung motivasi terhadap kinerja sebesar 11.6% dan pengaruh langsung komitmen organisasi terhadap kinerja sebesar 10.7%. Sedangkan faktor lain yang tidak diteliti mempengaruhi variabel kinerja bidan dalam layanan kesehatan di puskesmas Wilayah III sebesar 62.7%. Disarankan kepala puskesmas di Wilayah III dan PKM khususnya serta bidan, dan karyawan lainnya sama-sama meningkatkan motivasi dan komitmenorganisasi dibidangnya masing-masing, agar keberhasilan pencapaian organisasi lebih cepat tercapai Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan, Komitmen, Kinerja, Motivasi Abstrak satu paragraph, maks. 200 kata
Masing-masing 1 spasi
Abstract Improving the performance of midwives is not easy because performance can be created if the variables that influence it, among others, work motivation, leadership and organizational commitment can be accommodated with good and accepted by all the midwives at the health center. One element of significant value in the management system and the performance of the organization in addition to the midwives work motivation is leadership (leadership). The purpose of this study was to determine the effect of direct and indirect as well as its magnitude between leadership style, motivation, and organizational commitment to the improvement of the environmental performance of midwives in health centers III Lebak Territory in 2013. Design research is conducted using a cross-sectional quantitative approach. Because the population in this study is limited to a total of 90 people and all of the information will be taken to meet the 12 indicators that will be measured in the study analysis is ini. Structural Equation Model (SEM) using SmartPLS 2.0 and SPSS 15. The results showed no direct effect of leadership style on the performance show the direct influence of only 15%, the direct effect of motivation on the performance of 11.6% and a direct influence on the performance of organizational commitment of 10.7%. While other factors not examined variables affect the performance of midwives in health centers health services in Region III at 62.7%. Suggested chief health centers in Region III and CRP in particular as well as midwives, and other employees are equally increase motivation and Organization commitment in their respective fields, so that the successful achievement of the organization more quickly achieved. Key words: Leadership Style, Commitment, Performance, Motivation Kata kunci maks. 3 kata, diurut sesuai abjad (lihat kata kunci versi Bahasa Indonesia
Pendahuluan
Alinea pertama diberi spasi 5 karakter, spasi before after masing-masing 6pt
Lingkungan pelayanan kesehatan dewasa ini yang tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang efektif dan efisien artinya dapat dengan mudah berubah atau menyesuaikan Penggunaan diri sitasidan dapat mengakomodasikan setiap perubahan baik superscript, kata asing yang sedang dancetak telah terjadi dengan cepat, miring tepat dan terarah serta biaya yang murah. Dengan demikian, organisasi sudah tidak lagi dipandang sebagai sistem tertutup (closedsystem) tetapi organisasi merupakan sistem terbuka (opened-system) yang harus dapat merespon dan mengakomodasikan berbagai perubahan eksternal dengan cepat dan efisien.1 Meningkatkan kinerja bidan adalah tidak mudah karena kinerja dapat tercipta jika Alinea pertama diberi spasi 5 variabel-variabel yang mempengaruhinya karakter, spasi before after antara lain motivasi kerja, kepemimpinan dan masing-masing 6pt komitemen organisasi/perusahaan dapat diakomodasikan dengan baik dan diterima oleh semua bidan di dalam suatu organisasi/perusahaan. Kinerja organisasi tergantung dari kinerja individu atau dengan kata lain kinerja individu akan memberikan kontribusi pada kinerja organisasi, artinya bahwa perilaku anggota organisasi baik secara individu maupun kelompok memberikan kekuatan atas kinerja organisasi sebab motivasinya akan mempengaruhi pada kinerja organisasi. Pemahaman motivasi, baik yang ada dalam diri bidan maupun yang berasal dari lingkungan akan dapat membantu dalam peningkatan kinerja. Dalam hal ini seorang pimpinan perlu mengarahkan motivasi dengan menciptakan kondisi (iklim) organisasi melalui pembentukan budaya kerja atau budaya organisasi sehingga parabidan merasa terpacu untuk bekerja lebih kerasagar kinerjayang dicapai juga tinggi. Pemberian motivasi harus diarahkan dengan baik menurut prioritas dan dapat diterima dengan baik oleh bidan, karena motivasi tidak dapat diberikan untuk setiap bidan dengan bentuk yang berbeda-beda.13 Salah satu elemen yang bernilai penting dalam sistem manajemen perusahaan selain motivasi kerja kepada para bidan adalah kepemimpinan (leadership). Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing perusahaan secara berkelanjutan. Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang dapat menjadi pemimpin (leader) melalui aktivitas yang terus
menerus sehingga dapat mempengaruhi yang dipimpinnya (followers) dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Banyak kajian tentang sumber daya manusia dan keorganisasian yang menyoroti masalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja. Faktor yang sangat umum dan hampir selalu dikaji dalam penilaian kinerja ini adalah faktor gaya kepemimpinan. Sebab sebagai faktor yang mengarahkan organisasi dan juga pemberian contoh perilaku terhadap para pengikut (bidan) gaya kepemimpinan sangat menentukan kemajuan dan kemunduran organisasi.2 Gaya kepemimpinan tidak hanya tentang arah suatu organisasi yang kuat di mana permasalahan dan solusi banyak diketahui, tetapi gaya kepemimpinan mengambil bagian dalam suatu konteks perubahan, dalam perubahan yang terus menerus dan tidak menentu tersebut.3 Hal ini membutuhkan suatu pendekatan yang tidak hanya tentang ”implementasi” kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya tetapi undangundang yang mengatur, bahwa Inovasi tidak dapat ditetapkan sebelumnya dan oleh karena itu gaya kepemimpinan adalah untuk memberikan suatu kerangka dalam mengamati, memelihara, membagi, menggambarkan dan juga mengimplementasikan. Penelitian pada perguruan tinggi di Amerika dalam beberapa dekade gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh di dalam membentuk dan mendukung perkembangan organisasi dan kepuasan kerja.4 Faktor motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan bidan terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi Situasi kerja mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. Hubungan motivasi terhadap kinerja bidan bahwa kinerja merupakan hasil sinergi dari sejumlah faktor, salah satunya faktor internal yaitu motivasi. Penilaian kinerja sangat membutuhkan standar yang jelas, dapat dijadikan sebagai tolak ukur terhadap kinerja yang akan diukur. Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam menyusun standar penilaian kinerja yaitu validity, agreement, realism, dan objectivity.5 Menurut faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang
dihubungkan dengan sifat – sifat seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya – upaya untuk memperbaiki kemampuannya.6 Faktor eksternal yaitu faktor – faktor yang memperngaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan seperti perilaku, sikap dan tindakan – tindakan rekan kerja, bawahan, pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi. Pelaksanaan kinerja juga akan sangat dipengaruhi oleh faktor yang bersumber dari pekerja sendiri maupun yang bersumber dari organisasi. Produktivitas dan kinerja yang tinggi akan tercapai oleh motivasi bekerja dan loyalitas petugas terhadap organisasi.7 Menurunnya kinerja bidan puskesmas Wilayah III dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, yang menjadi tanggung jawabnya, menunjukkan bahwa kemampuan bidan tersebut juga menurun, contohnya: pengumpulan data atau pengerjaan surat yang tidak tepat waktu (lewat dari tanggal yang ditentukan). Kurangnya motivasi kerja dan semangat bekerja pada bidan sehingga pada saat jam kerja ada beberapa bidan yang tidak memanfaatkan waktunya untuk menyelesaikan pekerjaannya, contohnya: tidak ada diruangan, pada saat jam kantor, mengerjakan hal-hal lain yang tidak ada hubungannnya dengan pekerjaan kantor. Dampak dari menurunnya tanggung jawab bidan terhadap tugas dan kinerja bidan menurut penelitian adalah: (a) Keberhasilan penanganan pasien oleh bidan sangat rendah. Sebanyak 63% pasien tidak lagi percaya jika ditangani oleh bidan yang bersangkutan. (b) Cakupan prestasi kerja bidan menurun. Sebanyak 72% bidan gagal mengikuti ujian kompetensi bidang manajemen ilmu kesehatan masyarakat. (c) Komitmen kerja bidan tidak sesuai dengan peraturan kerja di puskesmas. Sebanyak 68% bidan tidak disiplin waktu jam kerja. 8 Tingginya absensi dan sering bolos juga mengindikasikan adanya komitmen organisasi yang rendah dari bidan di lingkungan Puskesmas Wilayah III. Bila seorang bidan dibayar pada waktu tidak bekerja maka hal yang negatif ini sungguh berpengaruh terhadap produktivitas. Waktu absen yang terlampau banyak tidak saja memakan banyak biaya, tetapi juga berpengaruh negatif terhadap produktivitas jika orang-orang yang tidak terlatih harus menggantikan mereka yang
berpengalaman, waktu menunggu yang terlampau lama bisa menimbulkan kebutuhan akan tambahan waktu staff untuk membereskan masalah dan supervisi pun harus meningkat. Para supervisor (pimpinan) bahkan bisa memikul beberapa kewajiban dari para pekerja yang absen dan ketinggalan di hal-hal lainnya. Peningkatan jumlah absensi pada bulan Desember 2012 sebanyak 21% menjadi 26% pada bulan Januari 2013 dan kembali meningkat pada bulan Februari 2013 sebanyak 37%. Meskipun tidak ada standar yang menunjukkan tingkat absensi dikatakan tinggi atau rendah namun peningkatan absensi pada tabel diatas menunjukkan rendahnya tingkat motivasi yang berpengaruh terhadap prestasi kerja. Absennya bidan dapat menjadi dasar pengukuran motivasi, semakin banyak bidan yang absen berarti tingkat motivasi mereka untuk menyelesaikan pekerjaannya semakin rendah dan berdampak pada kinerja bidan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya tidak adanya reward (penghargaan) dan punishment (sanksi), lemahnya pengawasan, lingkungan kerja yang kurang kondusif, dan lain sebagainya. Hasil kinerja bidan dalam suatu organisasi tidak terlepas dari adanya motivasi yaitu keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Dorongan tersebut mempunyai kekuatan yang besar dalam penentuan sikap bidan dalam bekerja. Jika pengaruh yang ditimbulkannya besar, maka dorongan kerja besar pula. Dalam organisasi motivasi mempunyai peranan penting karena ia menyangkut langsung pada unsur manusia dalam organisasi. Motivasi yang tepat akan mampu memajukan dan mengembangkan organisasi. Bidan yang datang terlambat, dan pulang kerja lebih awal dari waktu yang telah ditentukan, contohnya: bidan yang tidak hadir tanpa alasan yang jelas atau tidak ada surat permisi, kehadiran bidan yang tidak memenuhi jam kantor (08.00 – 15.00 wib). Hal ini terjadi karena motivasi dan kemampuan kerja yang rendah di dalam diri bidan tersebut. Hasil studi penelitian pendahuluan melalui wawancara dengan 20 bidan di puskesmas wilayah III kabupaten Lebak, diketahui beberapa masalah yang berkaitan dengan rendahnya kinerja bidan, antara lain (a) Gaya kepemimpinan kepala puskesmas menurut bidan sebanyak 45% pemimpin tidak
jelas misi dan tujuan puskesmas, 35% pemimpin asal perintah dan tidak sesuai dengan standar SOP puskesmas dan 20% sisanya pemimpin tidak tegas terhadap permasalahan di lingkungan puskesmas. (b) Motivasi bidan lebih banyak karena insentif yang diperoleh tidak memuaskan (65%), tidak ada penghargaan bagi bidan yg berprestasi (30%) dan 5% sisanya menjawab tidak tahu. (c) Komitmen organisasi bidan terhadap puskesmas, lebih sedikit yang loyalitas (72%), pengorbanan atau kesetiaan untuk puskesmas belum maksimal (23%) dan 5% sisanya karena kepercayaan terhadap pemimpin atau kepala puskesmas masih rendah. Masalah rendahnya kinerja bidan di puskesmas Wilayah III lebih banyak disebabkan oleh ketidakmampuan mengelola kerjasama yang baik antara sesama bidan, rendahnya kemampuan bidan dibidang informasi dan teknologi, kurangnya motivasi berkarir dan tingkat ketidakdisiplinan masih tinggi. Masalah rendahnya kemampuan dibidang IT dapat diatasi melalui program pendidikan dan pelatihan dibidang IT dan pelatihan organisasi yang mencakup bidang kerjasama, SDM dan motivasi. Jika kemampuan bidan dapat ditingkatkan, maka motivasi bidan untuk berkarir juga semakin meningkat dan kinerja bidan secara bersamaan juga meningkat. Hasil survey awal dari 20 bidan di puskesmas wilayah III, Kabupaten Lebak tersebut, lebih dari 80% responden menyatakan tidak simpati terhadap gaya kepemimpinan kepala puskesmas karena visi dan misi yang tidak jelas. Kemudian ditinjau dari motivasi, sebanyak 65% lebih responden menyatakan tidak puas terhadap insentif yang diterima. Sedangkan dari segi komitmen organisasi, lebih dari 72% responden tidak loyal dan tidak setia terhadap kemajuan puskesmas. Namun yang lebih utama adalah perhatian pada cakupan kinerja bidan perlu lebih ditingkat kedisplinan, motivasi berkarir dan kemampuan bidan di puskesmas, karena semakin banyak bidan puskesmas yang tidak sesuai dengan kinerjanya akan berdampak terhadap perkembangan puskesmas dan pada akhirnya dapat menurunkan kinerja puskesmas itu sendiri. Oleh karena itu perlu disadari oleh semua bidan dan pimpinan puskesmas bahwa kedispilinan, motivasi berkarir dan kemampuan bidan sangat penting peranannya dalam membantu peningkatan kinerja bidan
dan sekaligus meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas Wilayah III. Dari uraian diatas dapat ditarik pemikiran bahwa gaya kepemimpinan atasan, motivasi kerja bidan dan komitmen organisasi dapat mempengaruhi kinerja bidan, dan hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor penentu motivasi bidan serta kompetensi bidan dibidang yang ditekuni. Hal ini membuat penulis berkeinginan mengkaji lebih lanjut dalam tesis yang diberi judul “Pengaruh kepemimpinan atasan, motivasi kerja bidan dan komitmen organisasi (puskesmas) terhadap kinerja bidan di Puskesmas wilayah III Kabupaten Lebak Tahun 2013” Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya antara gaya kepemimpinan, motivasi kerja, dan komitmen organisasi terhadap peningkatan kinerja bidan di lingkungan Puskesmas Wilayah III Kabupaten Lebak Tahun 2013. Menggunakan spasi before Metode
after 6pt
Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan desain cross sectional. Alasan menggunakan desain tersebut dalam penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu yang bersamaan untuk mengetahui pengaruh pengaruh gaya kepemimpinan, motivasi kerja, dan komitmen organisasi terhadap peningkatan kinerja bidan di lingkungan Puskesmas Wilayah III Kabupaten Lebak Tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan di lingkungan Puskesmas Wilayah III yang berjumlah 90 orang. Karena populasi pada penelitian ini terbatas yaitu sejumlah 90 orang dan seluruhnya akan diambil informasinya untuk memenuhi 12 indikator yang akan diukur dalam penelitian ini. Maka dalam penelitian ini sampel tidak digunakan atau dengan kata lain sampel penelitian sama dengan populasi penelitian. Dengan pertimbangan penelitian ini menggunakan SEM, jumlah sampel minimal untuk pengujian SEM setidaknya mencapai 5 10 kali indikator atau parameter yang akan diestimasi.9,10 Kriteria inklusi dan eklusi sampel dalam penelitian ini adalah: (1) Kriteria Inklusi yaitu, Bidan PNS dengan masa kerja minimal 2 tahun, Bidan yang berusia lebih dari 21 tahun pada saat bertugas, Berdomisili di lingkungan puskesmas terdekat. (2) Kriteria Eklusi adalah kriteria inklusi yang karena keadaan tertentu dikeluarkan dari kriteria
inklusi. Keadaan tersebut adalah: Responden tiba-tiba sakit, Responden pindah ke bagian lain. Jumlah sampel tersebut diambil sesuai dengan kaidah jumlah sampel pada pedoman PLS (Partial Least Squares) dimana besaran sampel yang diambil adalah 5 hingga 10 kelipatan dari jumlah indikator yang akan diteliti Sehingga dalam hal ini besaran sampel yang diambil masih berada dalam kisaran 45 hingga 90. 10 Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat, analisis bivariate dan analisis SEM (Structural Equation Modelling). Diagram jalur SEM berfungsi untuk menunjukkan pola hubungan antar variabel yang akan diteliti. Dalam SEM pola hubungan antar varaibel akan diisi dengan variabel yang diobservasi, variabel laten dan indikator. Sebelum digunakan dalam penelitian instrument berupa kuesioner yang dibagikan dan diisi oleh 90 calon responden untuk diujicobakan dengan maksud menjaga validitas dan realibilitas dari instrumen tersebut, sehingga maksud dari instrument menjadi jelas dan mudah dipahamin oleh responden yang akan mengisinya. Uji validitas dan reliabiltas diolah menggunakan program SPSS Statistics 19. Soal pertanyaan dalam instrumen yang dinyatakan tidak valid tidak boleh dituangkan dalam instrumen dari masing-masing variabel. Data penelitian ini akan disajikan dalam bentuk (1) penyajian komposisi dan frekuensi dari sampel. Data yang disajikan pada awal hasil analisa adalah berupa gambaran atau deskripsi mengenai sampel, dimana penjelsan juga disetai ringkasan berupa tabel dari deskripsi yang utama. Hal ini dilakukan untuk membantu pembaca lebih mengenal karakteristik dari responden dimana data penelitian tersebut diperoleh. (2) Penyajian analisa SEM. Data penyajian analisa SEM dari pengolahan data output yang menggunakan bantuan SPSS 17.0 dan SmatPLS 2.0, disajikan dalam diagram, tabel dan lain-lain. Penyajian
data yang lebih lengkap akan disajikan dalam lampiran termasuk tampilan kuesioner. Hasil Penyajian hasil penelitian disusun berdasarkan sistematika yang dimulai dengan gambaran analisis univariat yang bertujuan untuk melihat distribusi frekwensi variabel dependen dan independen. Sedangkan analisa bivariat untuk melihat pengaruh antara variabel eksogen dengan variabel endogen. Kemudian diakhir penelitian ini diberikan gambaran análisis SEM (Structural Equaton Modeling (SEM) untuk menjelaskan hubungan yang komplek dari beberapa variabel yang diuji dalam penelitian ini Jumlah sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 90 orang yang diambil dari puskesmas wilayah III yang ada di Kabupaten Lebak dimana masing-masing puskesmas terdiri 18 responden bidan yang menyebar di 5 puskesmas wilayah III Kabupaten lebak. Sehingga totalnya sebanyak 90 responden bidan. Pengiriman kuesioner langsung kepada bidan yang dimaksud. Kuesioner yang berisi variabel kinerja ditujukan kepada bidan koordinator dan bidan, sedangkan kuesioner yang berkaitan dengan variabel Gaya Kepemimpinan diisi oleh kepala puskesmas dan bidan. Untuk kuesioner yang berkaitan dengan variabel komitmen organisasi diisi oleh bidan koordinator dan bidan, sementara kuesioner tentang variabel motivasi diisi oleh bidan puskesmas wilayah III. Data penelitian dikumpulkan selama satu bulan yaitu pada bulan Mei 2013 Responden dalam kelompok usia < 45 tahun sebanyak 67 orang (72,33%) sementara yang berusia ≥ 45 tahun keatas hanya 23 orang saja (25,67%). Tingkat pendidikan terakhir responden, sebagian besar responden berpendidikan Akademi atau D3 sebanyak 52 orang atau 57.8%, terdapat 16 responden (17.8%), 14 responden (15.6%) yang berpendidikan Sarjana / setara S1, lainnya SPK atau sederajat sebanyak 8 orang atau 8.9%
Apabila gambar berukuran besar (tidak bisa diperkecil) maka sesuaikan seperti contoh, apabila dapat dijadikan 1 kolom lebih baik, judul gambar di bawah, hanya tulisan “Gambar x” yand dicetak tebal
Gambar 1. Output PLS (Loading Factors) Untuk masa kerja responden dalam penelitian ini sebagian besar melebihi dari 1 tahun masa kerja yaitu dengan masa kerja lebih dari 1 tahun tetapi kurang atau sama dengan 3 tahun sejumlah 58 responden atau 64.4%. Sedangkan untuk masa kerja lebih dari 3 tahun berjumlah 24 responden (26.7%) dan sisanya masa kerja kurang dari 1 tahun hanya 8 responden (8.9%).
dalam bentuk diagram jalur yang berdasarkan justifikasi teori. SEM adalah merupakan sekumpulan teknik-teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan secara simultan. Hubungan itu dibangun antara satu atau beberapa variabel independen. Beberapa pengujian Confirmatory factor analysis masing-masing variabel laten adalah sebagai berikut:
Structural Equation Modeling (SEM) merupakan salah satu analisis multivariate yang dapat menganalisis hubungan variabel secara kompleks. Analisis ini pada umumnya digunakan untuk penelitian-penelitian yang menggunakan banyak variabel. Teknik analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM), dilakukan untuk menjelaskan secara menyeluruh hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian.
Evaluasi Outer Model
SEM digunakan bukan untuk merancang suatu teori, tetapi lebih ditujukan untuk memeriksa dan membenarkan suatu model. Syarat utama menggunakan SEM adalah membangun suatu model hipotesis yang terdiri dari model struktural dan model pengukuran
Dari gambar 1, semua variabel bersifat refleksif, dimana indikator merupakan representasi dari masing-masing variabel, hal ini tercermin dari arah panah yang terbentuk. Untuk variabel kinerja terdiri dari indikator kreativitas, kemampuan dan tanggung jawab, sedangkan variabel gaya kepemimpinan terdiri dari indikator memberi inspirasi, menentukan tujann dan pengambilan keputusan. Untuk variabel komitmen organisasi terdiri dari indikator emosional, loyalitas dan kesdasarn diri. Sementara itu, untuk variabel motivasi terdiri dari indikator insentif, pengembangan dan prestasi kerja.
Gambar 2. Output uji T-Statistic Nilai faktor loading memberi inspirasi, menentukan tujuan dan pengambil resiko lebih tinggi untuk konstruk gaya kepemimpinan dibanding konstruk lainnya, sehingga konstruk gaya kepemimpinan mampu memprediksi nilai faktor loading indikator-indikatornya daripada konstruk lainnya. Demikian pula untuk faktor loading untuk konstruk variable motivasi, komitmen organisasi dan kinerja dibanding konstruk lainnya masih lebih tinggi nilai faktor loading indikatornya dibandingkan dengan konstruk yang lainnya. Nilai korelasi indikator (> 0.5) terhadap konstruknya semuanya lebih besar dari pada nilai korelasi antara indikator dengan konstruk lainnya, sehingga semua indikator dapat dinyatakan valid. Setelah data penelitian dimasukan kemudian di-run maka hasilnya dapat dilihat pada gambar diatas. Dari gambar 6.5 menunjukkan semua indikator memiliki loading factor> 0.5, berarti semua indikator merupakan indikator yang valid untuk mengukur kosntruknya. Dengan demikian semua indikator atas variabel laten lolos uji validitas. Standar suatu variabel teruji reliable adalah nilai, Composite Reliability harus diatas uji > 0.7. Terlihat bahwa composite reliability masing-masing konstruk > 0.80, berarti semua konstruk penelitian reliabel. dingkan prediksi terhadap indikator lainnya dengan melihat nilai cross loading. Nilai AVE untuk semua konstrak lebih besar dari 0,5 sehingga dapat
disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran model memiliki diskriminan validity yang baik atau valid dalam mengukur konstruk. Nilai Cronbach’s Alpha sebagian besar memiliki nilai lebih besar dari 0,7 sehingga dapat dikatakan bahwa konstrak memiliki reliabilitas yang baik, walaupun pada konstrak kinerja nilai Cronbach’s Alpha lebih kecil dari 0,7 (0.644267< 0,7) tetapi uji Composite reliability pada kinerja tetap menunjukan reliabilitas yang sangat baik, sehingga konstrak kinerja tetap teruji reliable. Nilai LV Correlation gaya kepemimpinan terhadap kinerja adalah 0.456964, motivasi terhadap kinerja 0.455404, komitmen organisasi terhada kinerja 0.399151, gaya kepemimpinan terhadap motivasi 0.352085, dan komitmen organisasi terhadap motivasi adalah 0.321026. Evaluasi Inner Model Dari gambar 2 diatas menyatakan bahwa nilai T statistik di refleksikan terhadap variabelnya sebagian besar > 1,96, sehingga menunjukkan blok indikator berpengaruh positif dan signifikan untuk merefleksikan variabelnya. Inner Model disebut juga dengan model struktural dapat dievaluasi dengan melihat Uji Nilai R Square, Uji Hopotesis TStatistik, Pengaruh variabel langsung dan tidak langsung dan Predictive Relavance (Nilai Q Square).
Berdasarkan output smartPLS nilai R square Kinerja adalah 0.372676, artinya bahwa 37.2% dari varians kinerja dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam variabel gaya kepemimpinan, motivasi dan komitmen organisasi. Sedangkan nilai R square Motivasi sebesar 0.197833 yang artinya bahwa 19.7% dari varians motivasi dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam variabel gaya kepemimpinan dan komitmen organisasi.
organisasi terhadap kinerja melalui motivasi didapat dengan mengalikan koefisien jalur (komitmen organisasi motivasi) dengan koefisien jalur (motivasikinerja) adalah 1%. Hal tersebut menunjukkan model hasil analisis dapat menjelaskan 37,3% keragaman data dan mampu mengkaji fenomena yang dipakai dalam penelitian, sedangkan 62,7% dijelaskan komponen lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
Ada lima hubungan variabel yang nilai t statistiknya lebih besar dari 1,96, yaitu variabel gaya kepemimpinan terhadap kinerja (2.376), variabel motivasi terhadap kinerja (2.835), variabel komitmen organisasi terhadap kinerja (3.257), variabel gaya kepemimpinan terhadap motivasi (3.735) dan variabel komitmen organisasi terhadap motivasi (2.718) sehingga H0 ditolak, dan H1diterima. Berarti lima pola hubungan variabel tersebut secara parsial berpengaruh positif dan signifikan, karena nilai T statistik lebih besar dari 1,96 sehingga signifikan pada α=5%. Kelima nilai T-statistik berada jauh lebih besar dari nilai kritis 1,96. Selanjutnya berdasarkan pola hubungan antarvariabel yang digambarkan dalam kerangka konsep, ada hubungan yang bersifat langsung dan tidak langsung. Berikut di bawah ini tabel hubungan langsung dan tidak langsung.
Pembahasan
Gaya kepemimpinan dan komitmen organisasi dapat berpengaruh baik secara langsung terhadap kinerja Bidan puskesmas. Hasil uji terhadap koefisien parameter antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja menunjukkan pengaruh langsung hanya sebesar 15%, pengaruh langsung motivasi terhadap kinerja sebesar 11.6% dan pengaruh langsung komitmen organisasi terhadap kinerja sebesar 10.7%. Sehingga nilai dari masing-masing pengaruh langsung variabel laten independent tersebut apabila secara bersama-sama menunjukkan kesesuaian dengan dengan Nilai R Square atau dengan kata lain hal ini menyatakan bahwa variabel gaya kepemimpinan, motivasi dan komitmen organisai mampu menjelaskan variabel kinerja sebesar (15% + 11.6% + 10.7) = 37.3% Pengaruh tidak langsung gaya kepemimpinan terhadap kinerja melalui motivasi didapat dengan mengalikan koefisien jalur (gaya kepemimpinanmotivasi) dengan koefisien jalur (motivasikinerja) adalah 1.3%. Pengaruh tidak langsung komitmen
Pengaruh antara variabel gaya kepemimpinan (memberi inspirasi, menentukan tujuan dan pengambilan keputusan) terhadap kinerja bidan di puskesmas wilayah III Kabupaten Lebak Hasil uji terhadap koefisien parameter antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja bidan Puskesmas wilayah III menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 15%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung gaya kepemimpinan terhadap kinerja bidan Puskesmas melalui motivasi sebesar 1.3%. Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap Kinerja bidan Puskesmas sebesar 0,328 dan nilai T-Statistik signifikan sebesar 2,376 pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96). Hasil penelitian menunjukkan, terdapat pengaruh yang positif dari gaya kepemimpinan atasan terhadap kinerja bidan. Sehingga apabila gaya kepemimpinan baik dan sesuai harapan maka dapat meningkatkan kinerja bidan dalam pelayanan kesehatan di puskesmas wilayah III secara langsung maupun secara tidak langsung melalui motivasi bidan, begitupun sebaliknya apabila gaya kepemimpinan tidak baik dapat menurunkan kinerja bidan dalam pelayanan kesehatan di puskesmas wilayah III secara langsung dan tidak langsung. Dari ketiga indikator ukur yang dimiliki variabel gaya kepemimpinan atasan, semua indikator mampu menjelaskan variabel gaya kepemimpinan yaitu memberi inspirasi, menentukan tujuan dan pengambilan keputusan, hal ini membuktikan teori yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang termasuk di dalam lingkungan organisasi merupakan faktor potensi dalam meningkatkan produktivitas kerja.9 Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh teori bahwa kinerja dalam manajemen sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan atasan.10 Hal yang sama juga dipertegas oleh teori lainnya bahwa tipe gaya
kepemimpinan yang berperan dalam meningkatka kinerja adalah pengambilan keputusan dan menentukan tujuan.10 Sama halnya dengan penelitian pada gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai (bidan).11 Menurut penelitian ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi secara simultan berpengaruh sebesar 25% terhadap kinerja pegawai, sisanya 75% dipengaruhi oleh faktor–faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.12 Hal yang sama pernah diteliti bahwa gaya kepemimpinan, motivasi kerja dan kepuasan kerja berpengaruh secara parsial terhadap kinerja pegawai sedangkan variabel kemampuan/pengetahuan dan keterampilan tidak berpengaruh.13 Gaya kepemimpinan dapat meningkatkan produktivitas kerja bidan, dimulai dari yang paling klasik yaitu teori sifat sampai kepada teori situasional. Dalam hal ini pimpinan atau pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah (two way communications), yaitu untuk membantu bawahan dalam meningkatkan motivasi kerjanya. Sebaliknya bawahan yang mampu tetapi tidak mau melaksanakan tugas atau tangung jawabnya. bawahan seperti ini sebenarnya memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan, akan tetapi kurang memiliki kemauan dalam melaksanakan tugas. Untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, dalam hal ini pemimpin harus aktif membuka komunikasi dua arah dan mendengarkan apa yang diinginkan oleh bawahan. Kepemimpinan pemimpin yang diperlihatkan dan diterapkan ke dalam suatu gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor dalam peningkatan kinerja bidan, karena pada dasarnya sebagai tulang punggung pengembangan organisasi dalam mendorong, dan mempengaruhi semangat kerja yang baik kepada bawahan. Untuk itu pemimpin perlu memikirkan dan memperlihatkan gaya kepemimpinan yang tepat dalam penerapannya. Indikator pengambilan keputusan memiliki tingkat signifikan yang paling tinggi dibandingkan indikator lainya pada gaya kepemimpinan atasan, sehingga patut mendapatkan intervensi sesuai harapan bawahannya (bidan) untuk meningkatkan doronganya terhadap kinerja bidan Sehingga penulis menganalisis dalam penelitian ini, bahwa pemimpin harus mampu mengambil keputusan yang baik, menentukan
tujuan dan memberikan inspirasi yang baik seperti keadilan kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja bidan. Kompensasi berdasarkan prestasi kerja ini ditentukan melalui system penilaian prestasi kerja yang fair. Tindakan tersebut akan mendorong persepsi bidan dari keadilan yang disebut dengan keadilan personal atau keadilan individual. Dengan keadilan kompensasi yang tinggi akan meningkatkan kepemimpinan dan komitmen organisasi dimana hal tersebut akan berdampak pada peningkatan kinerja bidannya. Penulis menganalisis bahwa peningkatan kinerja tidak lepas dari faktor gaya kepemimpinan atasan (kepala puskesmas), salah satunya adalah pemberi inspirasi yang baik bagi karyawanya dalam hal pemberian kompensasi yang fair (adil) sesuai prestasi kerjanya, sehingga secara langsung dapat meningkatkan kinerja bidan. Pengaruh antara variabel motivasi bidan (insentif, pengembangan, prestasi kerja) terhadap kinerja bidan di puskesmas wilayah III Kabupaten Lebak. Hasil uji terhadap koefisien parameter antara motivasi terhadap kinerja bidan Puskesmas menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 11.6%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung motivasi terhadap kinerja bidan Puskesmas melalui gaya kepemimpinan atasan dan komitemen organisasi tidak ada nilai yang mempengaruhinya. Motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja bidan Puskesmas. Hasil uji terhadap koefisien parameter antara motivasi terhadap kinerja bidan Puskesmas menunjukkan ada pengaruh positif 0,254, sdan nilai T-Statistik signifikan sebesar 4,835 pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96). Hasil penelitian menunjukkan, terdapat pengaruh yang positif dari motivasi terhadap kinerja bidan. Sehingga apabila motivasi bidan ditingkatkan maka dapat meningkatkan pula kinerja bidan dalam pelayanan kesehatan di puskesmas wilayah III secara langsung maupun secara tidak langsung melalui motivasi, begitupun sebaliknya apabila motivasi menurun dapat menurunkan kinerja bidan dalam pelayanan kesehatan secara langsung dan tidak langsung. Dari ketiga indikator ukur yang dimiliki variabel motivasi bidan, semua indikator mampu menjelaskan variabel motivasi bidan yaitu insentif, pengembangan, prestasi kerja,
hal ini membuktikan teori menyatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik (salah satunya dalah pencapaian) dan faktor ekstrinsik (salah satunya adalah kondisi kerja dan imbalan.13 Hasil ini juga membuktikan penelitian bahwa pencapaian, kondisi kerja, imbalan, prestasi kerja, pengaruh, pengendalian, ketergantungan, perluasan dan pengembangan merupakan dimensi pengukuran motivasi yang mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja bidan.14 Teori yang sama juga dijelaskan bahwa motivasi intrinsik (pengembangan) dan ektrinsik (insentif) sangat mempengaruhi kinerja seseorang. 15 Hal serupa juga dipertegas penelitian bahwa semakin tinggi faktor motivasi yang diberikan, maka semakin tinggi kinerja pegawai yang dapat diharapkan. Semakin tinggi motivasi berupa kompensasi yang didapatkan, semakin tinggi juga kinerja pegawai yang bisa diharapkan dan memberikan kepuasan kerja bagi individu. 16 Indikator insentif memiliki tingkat signifikan yang paling tinggi dibandingkan indikator lainya pada motivasi bidan, sehingga patut mendapatkan intervensi sesuai harapan bidan untuk meningkatkan doronganya terhadap kinerja bidan dalam pelayanan kesehatan. Sehingga penulis menganalisis dalam penelitian ini, seseorang berperilaku untuk mencapai kinerja yang baik karena ada dorongan dalam dirinya (internal) dan dorongan dari luar (eksternal). Dorongan dalam diri seperti timbulnya rasa percaya diri melakukan suatu kegiatan dikarenakan kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan dorongan dari luar dapat muncul akibat dari adanya pengaruh aspek pengetahuan seperti bidan yang selalu empati, terbuka dan lainya, atau dapat juga motivasi timbul karena kombinasi dua hal tersebut. Oleh karena itu tiga indikator (insentif, pengembangan, prestasi kerja) yang terdapat pada motivasi merupakan ukuran untuk pencapaian kinerja bidan yang lebih baik. Penulis menganalisis bahwa peningkatan kinerja tidak lepas dari faktor keinginan dan dorongan bidan, salah satunya adalah insentif dan pencapaian baik karir ataupun materi. Disisi lain dua faktor ekstrinsik (kondisi kerja dan imbalan) juga merupakan faktor penting untuk meningkatkan kinerja bidan dalam pelayanan kesehatan. Pengaruh antara variabel komitmen organisasi (emosional, kesadaran diri, dan loyalitas) terhadap kinerja bidan di puskesmas wilayah III Kabupaten Lebak.
Hasil uji terhadap koefisien parameter antara komitmen organisasi terhadap kinerja bidan Puskesmas wilayah III menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 10.7.%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung komitmen organisasi terhadap kinerja bidan Puskesmas melalui motivasi sebesar 1.0%. Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja bidan Puskesmas sebesar 0269 dan nilai T-Statistik signifikan sebesar 3.257 pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96). Hasil penelitian menunjukkan, terdapat pengaruh yang positif dari komitmen organisasi bidan terhadap kinerja bidan. Sehingga apabila komitmen organisasi bidan tidak dilanggar melalui kesadaran diri maka dapat meningkatkan pula kinerja bidan dalam pelayanan kesehatan di puskesmas wilayah III secara langsung maupun secara tidak langsung melalui loyalitas dan kesadaran diri, begitupun sebaliknya apabila komitmen organisasi dilanggar oleh bidan, maka secara langsung dapat menurunkan kinerja bidan dalam pelayanan kesehatan Dari ketiga indikator ukur yang dimiliki variabel komitmen organisasi bidan, semua indikator mampu menjelaskan variabel komitmen organisasi bidan bidan yaitu emosional, kesadaran diri, dan loyalitas, hal ini membuktikan bahwa orientasi nilai terhadap organisasi yang menunjukan bahwa individu sangat memikirkan dan mengutamakan pekerjaan dan organisasinya melalui enam dimensi yaitu: kecerdasan emosional, merasakan, kebutuhan dan keinginan, biaya (pengorbanan), percaya (setia) dan loyalitas.17 Hal yang sama juga dipertegas bahwa perilaku organisasi dapat membentuk kinerja individu menjadi lebih baik dari sebelumnya.18 Teori lain yang mendukung hasil peneltian ini adalah orientasi nilai organisasi harus memiliki komitmen da budaya organisasi yang kuat. Hal yang sama juga dipertegas bahwa selain faktor kepemimpinan yang dominan mempengaruhi kinerja, faktor komitmen organisisi juga memiliki korelasi yang kuat dan positif dengan kinerja sebesar r = 0,8. Artinya jika pegawai atau bidan memiliki komitmen organisasi yang baik, maka kinerja yang ditimbulkan juga baik. 19 Hal serupa juga diperkuat oleh penelitian lainnya, yaitu ada pengaruh positif antara komitmen organisasi terhadap kinerja pegawai.20 Indikator kesadaran diri memiliki tingkat signifikan yang paling tinggi dibandingkan
indikator lainya pada komitmen organisasi bidan, sehingga patut mendapatkan intervensi sesuai keinginan pimpinan (kepala puskesmas) untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas wilayah III. Komitmen organisasi didasarkan pada perilaku yang terutama berasal dari ketidakleluasaan menggunakan ketrampilan pekerja sehingga meninggalkan organisasi yang mengikatnya. Saat komitmen dicontohkan sebagai fungsi kepercayaan terhadap organisasi dan pengalaman kerja, karakteristrik organisasiharusnya menjadi faktor yang mempengaruhi kepercayaan bidan terhadap organisasi dan oleh karena itu pada level komitmen bidan; karakteristik kerja harusnya menjadi faktor utama yang mempengaruhi kepuasan kerja dan kinerja dari bidan. Sehingga penulis menganalisis dalam penelitian ini, bahwa komitmen organisasi dipandang sebagai suatu orientasi nilai terhadap organisasi yang menunjukan individu sangat memikirkan dan mengutamakan pekerja dan organisasinya. Individu akan berusaha memberikan segala usaha yang dimilikinya dalam rangka membantu organisasi mencapai tujuannya. Penulis menganalisis bahwa komitmen organisasi didasarkan pada perilaku yang terutama berasal dari ketidakleluasaan menggunakan ketrampilan pekerja sehingga meninggalkan organisasi yang mengikatnya. Saat komitmen dicontohkan sebagai fungsi kepercayaan terhadap organisasi dan pengalaman kerja, karakteristrik organisasiharusnya menjadi faktor yang mempengaruhi kepercayaan bidan terhadap organisasi dan oleh karena itu pada level komitmen bidan; karakteristik kerja harusnya menjadi faktor utama yang mempengaruhi Kesimpulan bukan motivasi dan kinerja dari bidan. merupakan copy paste Kesimpulan
hasil dan harus naratif
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara langsung antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja, motivasi terhadap kinerja, komitmen organisasi terhadap kinerja, gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja, dan komitmen organisasi terhadap motivasi kerja bidan di puskesmas wilayah III Kabupaten Lebak.
Saran Berdasarkan keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran-saran dalam penelitian selanjutnya yaiutu adanya pengaruh baik gaya kepemimpinan atasan dengan memberikan inspirasi kepada bawahannya terkait dengan peningkatan kinerja bidan, salah satunya adalah memberikan arahan mengenai pekerjaan kepada bawahan, mengajak ikut serta dalam pemecahan masalah puskemas dengan memberikan tugas-tugas yang berhubungan dengan pekerjaannya. Atasan juga tidak perlu mempertahankan standar yang baku performa kerja dan tidak meminta bawahannya mengikuti prosedur kerja. Daftar Pustaka 1. Kementerian Kesehatan RI. Sistem Penggunaan gaya kesehatan nasional. Jakarta: Kementerian Vancouver, sumber Kesehatan RI; 2012. diurutkan sesuai urutan 2. Mas’ud JF. Motivasi dan pemotivasian pada saat mensitasi pada dalam manajemen. Jakarta: Raja Grafindo naskah Persada; 2004. 3. Alison, Hartley. The match between motivation and performance of health sector workers in Mali. Human Resource for Health; 2010. 4. Heffes. Pengaruh motivasi kerja dan kinerja pegawai asing terhadap kepuasan kerja di perusahaan multinasional. Tesis. 2006. 5. Mangkunegara. Manajemen sumber daya manusia puskesmas. Jakarta: Rosda; 2010. 6. Makromin. Pengaruh kompetensi, motivasi dan pengalaman kerja terhadap kinerja pegawai pada RSU Tangerang. [Tesis]. Banten; 2011. 7. Mathis dan Jakson. Organizational behavior: human behavior at work. 9th Edition. New York: Mc Graw Hill Book Inc; 2006. 8. Hafizurrachman. Manajemen pendidikan dan kesehatan. Edisi pertama. Jakarta: CV Sagung Seto; 2009. 9. Hasibuan MSP. manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: CV Masagung; 2000. 10. Latan H. Structural equation modeling konsep dan aplikasi menggunakan program SmartPLS 2.0. Bandung: Alfabeta; 2012. 11. Martoyol. Kepemimpinan dalam manajemen. Jakarta: Rajawali; 2000. 12. Nawawi P. Pengaruh karakteristik dan peran bidan terhadap kinerja dalam memberikan pelayanan kebidanan di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2003.
13.
14. 15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
[Tesis]. Medan: Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara; 2003. Notoadmodjo S. Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2001. Pohan. Manajemen kinerja. Jakarta: Penerbit Bumi Agung Aksara; 2007. Retnaningsih. Gaya kepemimpinan terhadap komitmen organisasi dan kinerja pegawai pada RSU di Kota Makassar. [Tesis]. Makasar; 2007. Rivai V. Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE; 2003. Robbins SP. Organizational behavior. Nine Edition. San Diego State University: Prentice Hall International, Inc; 2003. Simamora. Manajemen sumber daya manusia. Edisi 3. Yogyakarta: STIE YKPN; 2004. Sinungan. Pengaruh motivasi kerja, gaya kepemimpinan dan kinerja pegawai terhadap kepuasan kerja di perusahaan XYZ. [Tesis]; 1997. Suliman. Pengaruh motivasi kerja dan kinerja pegawai timur tengah terhadap kepuasan kerja di perusahaan Multinasional. [Tesis]; 2002. Ermayanti. Perilaku organisasi. Jakarta: Salemba Empat; 2007.
CONTOH: JURNAL PENULISAN JURNAL ILMIAH (S1)
Hubungan Kadar Debu dan Kondisi Lingkungan Rumah terhadap Kejadian ISPA Budi Candra Kirana1, Ardiansyah2 1,2
Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jln. Harapan Nomor 50, Lenteng Agung – Jakarta Selatan 12610 Telp: (021) 78894045, Email:
[email protected]
Abstrak ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada masyarakat. ISPA masih menempati urutan teratas dari data 10 besar penyakit di wilayah kerja Puskesmas Klapanunggal. Emisi partikel debu ke udara oleh pabrik semen dalam proses semen ataupun tranportasi merupakan pencemaran terhadap lingkungan yang perlu diwaspadai, bahan pencemar ini bisa masuk kedalam rumah melalui ventilasi atau atap rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor kondisi lingkungan pemukiman yang memicu kejadian ISPA dan mengetahui ada tidaknya perbedaan kondisi lingkungan pemukiman pada masyarakat yang mengalami ISPA di wilayah Puskesmas Kecamatan Klapanunggal .Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Klapanunggal. Jenis penelitian dengan disain cross sectional, Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah dihitung dalam menggunakan rumus Lemeshow,S. Dimana ditentukan nilai n sebanyak 95 sampel. Data penelitian ini adalah kuesioner dan observasi. Penelitian ini dianalisis menggunakan analisis data secara univariat dilakukan. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara kadar debu (PM 10) dengan kejadian ISPA pada masyarakat di mana masyarakat yang tinggal dslam lingkunganpemukiman tidak memenuhi syarat (> 70 % µg/m3) beresiko 3,383 kali untuk mengalami ISPA dibanding dengan masyarakat yang tinggal dalam lingkungan pemukiman dengan kadar debu (PM10) memenuhi syarat (≤ 70% µg/m3). Kata kunci: Debu, Lingkungan Pemukiman, ISPA Abstract ARI (Acute Respiratory Infection) is a disease that often occurs in the community. In the area of health centers located around Klapanunggal cement plant X, ARI still tops the list of the top 10 diseases in the data Puskesmas Klapanunggal. Emissions of dust particles into the air by cement factories in the process of cement or tranfortasi is that environmental pollution is exacerbated, the contaminants can enter the home through roof vents or home. This study aims to identify factors that trigger the condition neighborhoods ARI incidence and determine whether there is a difference in the community residential environment that is experienced in the area of District Health Clinics ARI Klapanunggal.The population of this studyis that people who live in the village of Kembangkuning in District Klapanunggal. Type of research is the crosssectional design, number of samples in this study were calculate dusing the formula Lemeshow, S.Where thevalue ofnis determinedby 95samples.The data of thisstudywere questionnairesandobservation. This stud analyzed data using univariate analysi sperformed to describethe characteristics of eachi ndependent and dependent variables. The results showed that the variables significantl yassociated with the incidence of respiratory infectioninthe community’s dust (OR =3.383, 95% CI) andventilation (OR =2.900, 95% CI). Concluded that there isa significant relationship between the amount of dust (PM 10) with ARIincidence incommunities where people living not eligible (>70% μg/m3) are at risk for experiencing ARD3,383 times compared with people who live in neighborhoods with higher levels of dust(PM10) qualified(≤ 70% μg/m3). Key words: Dust, EnvironmentalSettlements, ARI
Pendahuluan Pencemaran udara merupakan faktor penting dalam pencemaran lingkungan, pencemaran udara yang terjadi meliputi pencemaran udara di luar ruangan (outdoor air pollution) dan pencemaran udara dalam ruangan (indoor air pollution). Pencemaran udara luar ruangan sumber utamanya adalah dari emisi kendaraan bermotor dan asap industri, sedangkan pencemaran udara dalam ruangan sumbernya antara lain dari kegiatan penghuni dan pencemar dari luar.1 Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara yaitu masuknya zat pencemar berbentuk gas-gas dan partikel kecil (aerosol) ke dalam udara, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia. Peningkatan pencemaran udara terutama terjadi di daerah perindustrian, perdagangan dan padat kendaraan. Konsentrasi pencemaran udara di beberapa kota besar dan daerah industri Indonesia dapat menyebabkan danya gangguan pernafasan, iritasi pada mata dan telinga, serta timbulnya penyakit tertentu.2 Partikel yang masuk aveoli akan menimbulkan reaksi radang sehingga menyebabkan daya kembang paru dibatasi Pembatasan daya kembang paru dapat dinilai dengan beberapa parameter fungsi paru yaitu FVC dan FEV1. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara Partikulat Melayang PM2,5 dengan dampak kesehatan lebih tinggi dari pada PM10, itu disebabkan karena pada PM 2,5 berisikan sebagian besar berbagai macam logam dan jenis asam berbahaya. Diperkuat dengan penelitian mengenai polusi udara dan fungsi paru diantara orang dewasa di Roma menunjukkan penurunan pada indikator fungsi paru (FVC dan FEV1) berhubungan dengan peningkatan konsentrasi partikulat.2 Pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahtraan dan tarap hidup masyarakat dengan sedikit mungkin memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sebagai akibat
penggunaan sumber daya alam dan pembangunan industri. Selain dampak penting pembangunan industri adalah perubahan kualitas lingkungan antara lain yang disebabkan oleh pencemaran udara.3 Baku mutu debu pada udara ambien di Indonesia diatur dalam keputusan menteri kesehatan tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Sesuai dengan Surat Keputusan tersebut, nilai baku mutu konsentrasi debu maksimal ditetapkan 10 mg/m3 untuk waktu pengukuran rata-rata 8 jam.4 Debu adalah partikel zat kimia padat yang disebabkan oleh kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari benda, baik organik maupun anorganik misalnya batu, kayu, bijih logam, batu bara, butir-butir zat, dan sebagainya.5 Mekanisme penimbunan debu dalam paru-paru dapat terjadi pada saat menarik nafas, dimana udara yang mengandung debu masuk kedalam paru-paru. Debu yang berukuran antara 5-10 mikron akan ditahan oleh saluran pernafasan bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian tengan jalan pernafasan. Partikelpartikel yang besarnya antara 1 dan 3 mikron akan ditempatkan langsung dipermukaan alveoli paru. Partikel-partikel yang berukuran 0,1 mikron tidak begitu mudah hinggap pada permukaan alveoli, oleh karena partikel dengan ukuran yang demikian tidak mengendap di permukaan. Debu yang yang partikel-partikelnya berukuran kurang dari 0,1 mikron bermassa terlalu kecil, sehingga tidak mengendap di permukaan alveoli atauselaput lendir, oleh karena gerakan brown yang menyebabkan debu demikian bergerak ke luar masuk ke alveoli.6 Desa Kembang Kuning Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor merupakan daerah letaknya berhadapan langsung dengan kawasan industri pabrik semen X yang ada di wilayah Kecamatan Klapanunggal. Kawasan industri pabrik semen merupakan industri pertambangan yang termasuk dalam kategori industri berat dengan kegiatan utama berupa pembuatan Semen industri pertambangan ini akan menghasilkan limbah ke lingkungan baik
dalam bentuk padat, cair maupun udara, terutama dalam prosesnya akan menyebabkan terjadi pencemaran udara berupa partikulat. Masyarakat Desa Kembang Kuning merupakan populasi yang merasakan akibat adanya pencemaran dari industri tersebut. Hal ini yang membuat mereka menjadi populasi yang beresiko tinggi terkena pajanan debu dari aktifitas industri tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain membahayakan kesehatan manusia, menurunkan kualitas lingkungan dan mempengaruhi kualitas material. Besarnya pengaruh-pengaruh ini merupakan fungsi dari distribusi ukuran partikel, konsentrasi dan komposisi fisik dan kimia partikulat. Pencemaran udara yang bersumber dari adanya aktifitas kegiatan industri dan kendaraan bermotor di Kabupaten Bogor kian lama kian terasa seiring dengan aktifitas lalu lintas dan pertambahan jumlah kendaraan.7 Salah satu gangguan yang mungkin disebabkan oleh pencemaran kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) adalah ISPA. ISPA dapat meliputi bagian atas saja dan bahkan bagian bawah seperti laringitis, tracheobronchitis, bronchitis dan pneumonia. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis, fharingitis, dan otitis serta saluran pernafasan bagian bawah seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis dan pneumonia, yang dapat berlangsung selama 14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit tersebut. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli beserta organ seperti sinus, ruang telinga tengah dan pleura.8 Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan.Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan dan mungkin meninggal.Bila sudah dalam kegagalan pernafasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernafasan.9
Faktor lingkungan memegang peranan yang penting dalam menentukan terjadinya proses interaksi antara host dengan agent dalam proses terjadinya penyakit. Secara garis besarnya lingkungan terdiri dari lingkungan fisik, biologis dan sosial.Keadaan fisik sekitar manusia berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung maupun tidak terhadap lingkungan–lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimia) meliputi udara, kelembaban, air dan pencemaran udara. Berkaitan dengan ISPA adalah termasuk air borne disease karena salah satu penularannya melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan.10 Kasus rawat jalan penyakit ISPA merupakan penyakit yang masih termasuk golongan 10 besar penyakit di Rumah Sakit. di lihat dari golongan umur 0-28 hr berjumlah 266 jiwa (23,52 %), golongan umur 28 hr - <1 thn berjumlah 1.769 jiwa (27,99 %), golongan umur 1-4 thn berjumlah 2.877 jiwa (14,52 %), golongan umur 5 – 44 tahun berjumlah 4.383 jiwa (14,52 %) golongan umur 45 – 69 th berjumlah 512 jiwa (4,66 %) dan > 70 thn berjumlah 70 (2,31%).11 Data pengukuran kualitas udara untuk parameter debu (TSP) yang diambil oleh9, pada wilayah pemukiman di kelurahan Pulau Buluh berhadapan langsung dengan kawasan industri Shipyard diketahui konsentrasi TSP sebesar 257 µg/m3. Kadar debu tersebut telah melampaui ambang batas baku mutu kadar debu sesuai PP No 41 Tahan 1999 yaitu sebesar 230 µg/m3. Sedangkan hasil rekapan tahunan data penyakit pada Puskesmas Klapanunggal menunjukkan gejala penyakit yang paling banyak dikeluhkan masyarakat Kecamatan Klapanunggal adalah penyakit ISPA, Pada tahun 2012 jumlah pasien ISPA yang tercatat adalah 505 orang, sedang untuk tahun 2013 tercatat 650 orang. Sebagian gejala-gejala mereka adalah batuk-batuk yang lama (lebih dari 1 bulan), batuk kering tidak berdahak, tapi kemudian berdahak, sesak nafas terutama pada aktifitas, sehingga mengurangi kemampuan kerja sehari hari kedua penyakit ini merupakan sebagian dari penyakit yang disebabkan adanya pencemaran udara.12 Dari hasil laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tahun 2011 berdasarkan pola penyakit penderita rawat
jalan di Puskesmas Kabupaten Bogor penyakit ISPA merupakan urutan no satu dari 10 bear penyakit. Berdasrkan golongan umur 0- 28 hr jumlah kasus ISPA sebanyak 1.304 jiwa (40,33%), golongan umur 29 hr - <1 th berjumlah 55.747 jiwa (46,65 %), golongan umur 1- 4 th berjumlah 114.546 jiwa (46,20%), golongan umur 5 – 44 th berjumlah 285,744 jiwa (32,17 %), golongan umur 45 – 69 th berjumlah 80,959 jiwa (19.31 %), dan >70 th berjumlah 9.629 Jiwa (17,71 %).13 Topik penelitian ini sebatas pada pengukuran kualitas udara di sekitar udara pabrik dengan konsentrasi pengukuran parameter debu serta pengamatan kejadian gejala penyakit saluran pernapasan dikalangan penduduk sekitar pabrik semen di Desa Kembang Kuning Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor.14 Definisi lain mengatakan debu merupakan salah satu polutan yang dapat mengganggu kenikmatan kerja. Debu juga dapat mengakibatkan gangguan pernafasan bagi pekerja pada industri-industri yang berhubungan dengan debu pada proses produksinya. Debu juga sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (suspended particulate metter/SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron. Polutan merupakan bahan-bahan yang ada di udara yang dapat membahayakan kehidupan manusia.15 Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui hubungan tingkat Kadar debu dan kondisi lingkungan rumah terhadap kejadian ISPA sekitar pabrik semen x KecamatanKlapanunggal Kabupaten Bogor Tahun 2014 Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang digunakan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran dengan menggunakan tekhnik penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya dikumpulkan dan disajikan dalam betuk angka-angka. Penelitian ini, menggunakan kuesioner sebagai alat untuk menggumpulkan data. Populasi dari penelitian ini adalah semua masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Klapanunggal sebanyak 87.564 Jiwa Tahun 2014. Penelitian ini akan meneliti
tingkat kadar debu dan kondisi lingkungan rumah terhadap kejadian ISPA di sekitar pabrik semen X. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian adalah masyarakat yang tinggal dalam jarak 1000 meter dari pabrik semen yaitu di Desa Kembang Kuning Kecamatan Klapanunggal. Dari laporan tahunan puskesmas klapanunggal di peroleh data sebagai berikut prevalensi ISPA adalah 45 % jadi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah jika peneliti presisi mutlak sebesar 10 % dengan derajat kepercayaan 95 % sebanyak 95 Orang. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan mempergunakan data primer berupa kuesioner. Kuisioner yang dipergunakan sebelumnya diuji coba dulu. Uji coba dilakukan dengan cara mengambil 10 responden yang mengalami penyakit ISPA untuk mengisi kuisioner dilakukan di Puskesmas Klapanunggal. Cara pengumpulan data alat pengukur data yang dipakai dalam penelitian ini adalah: 1. Kadar debu ambien (PM10) di ukur dengan menggunakan Elektonik Presipitator/EP1 Type 424). Dengan Sistim Online yang sudah di tanfer melalui komputer, sehingga penulis tinggal melihat data di komputer. Baru kemudian peneliti bergerak menuju masyarakat yang menjadi sampel tersebut 2. Pengukuran suhu dengan menggunakan thermometer 3. Pengukuran hygrometer
Kelembaban
dengan
4. Untuk ventilasi dan kepadatan hunian dengan menggunakan meteran. Pengolahan data dilakukan melalui proses editing data, koding, cleaning data dan prosecing. Hasil Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (62,1%) mengalami ISPA. Dari variabel yang diteliti menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak memenuhi syarat dalam hal kadar debu rumah,
kepadatan hunian rumah, ventilasi rumah, suhu rumah, dan kelembaban rumah (Tabel 1). Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan variabel yang diteliti Variabel ISPA
Kategori Ya Tidak Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat
Debu
Kepadatan Hunian
Ventilasi
Suhu
Kelembaban
ventilasi rumah setelah diuji statistik menghasilkan pvalue = 0,034 yang berarti ada hubungan antara ventilasi dengan kejadian ISPA. Hasil analisis lebih lanjut didapatkan OR= 2,900 artinya responden yang ventilasi rumahnya tidak memenuhi syarat beresiko 2,900 kali menderita ISPA dibandingkan responden yang ventilasi rumahnya memenuhi syarat.
n 36 59 58
% 37,9 62,1 61,1
37
38,9
23
24,2
72
75,8
Sedangkan variabel kepadatan hunian, suhu, dan kelembaban tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian ISPA. Hal ini berdasarkan nilai Pvalue yang lebih dari 0,05 (Tabel 2).
57
60
Pembahasan
38
40
Hubungan Debu Dengan Kejadian ISPA
54
56,8
41
43,2
59
62,1
36
57,9
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel kadar debu rumah berhubungan secara signifikan dengan kejadian ISPA. Dibuktikan secara statistik dengan pvalue = 0,017. Variabel ini dapat memperbesar risiko untuk kejadian ISPA lebih dari 3 kali (OR = 3,383) dibandingkan responden yang kadar debu rumahnya memenuhi syarat. Begitu pun dengan variabel
Dari hasil penelitian ini, diketahui 37 responden dengan kadar debu yang memenuhi syarat yang tidak menderita penyakit ISPA adalah sebesar 8 (21,6%) responden dan dari 58 responden dengan kadar debu yang tidak memenuhi syarat yang “ya” menderita penyakit ISPA adalah sebesar 30 (51,7%) responden. Dan berdasarkan hasil uji statistic didapat p-value (p = 0,017), bahwa “Ada hubungan antara debu dengan kejadian ISPA”. Dalam kasus pencemaran udara baik dalam maupun di luar gedung (indoor and out door pollution) debu merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda-beda dan sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
Tabel 2. Kejadian ISPA berdasarkan debu, kepadatan hunian, ventilasi, suhu, dan kelembaban ISPA Variabel Debu Kepadatan Hunian Ventilasi Suhu Kelembaban
Kategori Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Tidak n 28 8 8 28 27 9 24 12 26 10
% 48.3 21.6 34.8 38.9 47.7 23.7 44.4 29.3 44.1 27.8
Ya n 30 29 15 44 30 29 30 29 33 26
% 51.7 78.4 65.2 61.1 52.6 76.3 55.6 70.7 55.9 72.2
OR
Pv
3,383
0.017
-
0.915
2.900
0.034
-
0.195
-
0.171
Pengaruh debu terhadap kesehatan itu sendiri sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat yang berada di lingkungan industri tersebut. Hal ini perlu adanya pencegahan terhadap pengaruh debu itu agar tidak dapat menimbulkan penyakit ISPA lebih banyak lagi.
tidur dalam satu kamar tidur. Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya akan mempunyai dampak kurangnya oksigen di dalam ruangan sehingga daya tahan penghuninya menurun, kemudian cepat timbulnya penyakit saluran pernafasan seperti ISPA.1
Partikel debu yang berdiameter > 10 μ yang disebut coarse particle merupakan indikator yang baik tentang adanya kelainan saluran pernafasan, karena adanya hubungan yang kuat antara gejala penyakit saluran pernafasan dengan kadar partikel debu di udara.
Tingkat kepadatan hunian tempat tinggal yang tinggi dapat menyebabkan tingginya tingkat pencemaran lingkungan.Sehingga angka kesakitan semakin meningkat. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi angka kesakitan di daerah perkotaan lebih tinggi daripada angka kesakitan di pedesaan karena tingkat kepadatan penduduk dan pencemaran lingkungan di kota lebih tinggi daripada di desa. Kepadatan hunian dalam suatu rumah sangat rentan terhadap suatu penyakit terutama bagi masyarakat yang memiliki luas ruangan yang sempit atau tidak sesuai dengan persyaratan rumah sehat.
Menurut peneliti, salah satu faktor predisposisi yang dapat memnyebabkan menderita penyakit ISPA adalah kadardebu. Kadar debu yang berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayanglayang di udara, kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Hubungan Kepadatan Kejadian ISPA
Hunian
dengan
Dari hasil penelitian ini, diketahui 72 responden yang kepadatan hunian rumahnya memenuhi syarat yang tidak menderita penyakit ISPA adalah sebesar 28 (38,9%) responden dan dari 23 responden yang kepadatan hunian rumahnya tidak memenuhi syarat yang ya menderita penyakit ISPA adalah sebesar 15 (65,2%) responden. Dan berdasarkan hasil uji statistic didapat p-value (p = 0,915), bahwa “Tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA”. Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Diana Maryani tentang hubungan antara kondisi lingkungan dengan kejadian ISPA di Kelurahan Bandarharjo Semarang 2012 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA dengan p value =0,137 (p value> 0,05) Rumah yang tidak sehat dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan pemukiman). Timbulnya permasalahan kesehatan dilingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi yang rendah, karena rumah dibangun berdasarkan kemampuan penghuninya.7 Luas ruang tidur minimal 8 M2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang
Hubungan Ventilasi dengan Kejadian ISPA Dari hasil penelitian ini, diketahui 38 responden yang ventilasi rumahnya memenuhi syarat yang tidak menderita penyakit ISPA adalah sebesar 9 (23,7%) responden dan dari 57 responden yang ventilasi rumahnya tidak memenuhi syarat yang ya menderita penyakit ISPA adalah sebesar 30 (52,6%) responden. Dan berdasarkan hasil uji statistic didapat pvalue (p = 0,030), bahwa “Ada hubungan antara ventilasi dengan kejadian ISPA”. Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Safitri Liana Rahyuni yang menunjukkan adanya hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Jekulo Kudus dengan p value =0,001 (p value< 0,05). Luas ventilasi merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat menjadi faktor risiko penyakit ISPA mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu sebagai sarana untuk menjamin kualitas dan kecukupan sirkulasi udara yang keluar dan masuk dalam ruangan. Ventilasi adalah proses udara segar ke dalam dan mengeluarkan udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun buatan.10 Luas ventilasi alamiah yang permanen minimal adalah 10% dari luas lantai.Ventilasi yang memenuhi syarat dapat menghasilkan udara yang nyaman dengan temperatur 220C dan kelembaban 50-70%.8
Secara umum penilaian ventilasi rumah dapat dilakukan dengan cara melihat indikator penghawaan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah lebih dari sama dengan 10% dari luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah kurang dari 10% dari luas lantai rumah.10 Semakin kecilnya ventilasi dalam rumah maka sirkulasi udara dalam ruangan tidak baik.Begitu juga dengan pentilasi yang tidak menggunakan skrin atau penangkap debu maka debu dari luar rumah dapat masuk kedalam kamar ini juga menjadi faktor penyebab timbulnya penyakit ISPA. Hubungan Suhu Dengan Kejadian ISPA Dari hasil penelitian ini, diketahui 41 responden yang suhu rumahnya memenuhi syarat yang tidak menderita penyakit ISPA adalah sebesar 12 (29,3%) responden dan dari 54 responden yang suhu rumahnya tidak memenuhi syarat yang ya menderita penyakit ISPA adalah sebesar 30 (55,6%) responden. Dan berdasarkan hasil uji statistic didapat pvalue (p = 0,195), bahwa “Tidak ada hubungan antara suhu dengan kejadian ISPA”. Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18-30°C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumahdibawah 18°C atau di atas 30°C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor resiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali. Suhu dalam ruangan berperan untuk menjaga rumah dalam kelembaban optimal untuk membebaskan bakteri dan virus.11 Kualitas udara yang kurang baik dapat memicu berbagai penyakit yang berhubungan dengan saluran pernapasan, termasuk ISPA. Kualitas udara yang baik dalam rumah diantaranya harus memenuhi beberapa ketentuan diantaranya kelembaban udara dalam rumah berkisar antara 40-70%, suhu udara yang nyaman berkisar antara 180-300 Celcius, dan pertukaran udara = 5 kaki.
Hubungan Kelembaban Dengan Kejadian ISPA Dari hasil penelitian ini, diketahui 36 responden yang kelembaban rumahnya memenuhi syarat yang tidak menderita penyakit ISPA adalah sebesar 10 (27,8%) responden dan dari 59 responden yang
kelembaban rumahnya tidak memenuhi syarat yang ya menderita penyakit ISPA adalah sebesar 33 (55,9%) responden. Dan berdasarkan hasil uji statistic didapat p-value (p = 0,171), bahwa “Tidak ada hubungan antara kelembaban dengan kejadian ISPA”. Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Diana Maryani tentang hubungan antara kondisi lingkungan dengan kejadian ISPA di Kelurahan Bandarharjo Semarang 2012 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara kelembaban dengan kejadian ISPA dengan p value =0,064 (p value> 0,05). Kelembaban rumah yang tinggi dapat mempengaruhi penurunanan daya tahan tubuh seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan hidup bakteri. Kelembaban dianggap baik jika memenuhi 40-70% dan buruk jika kurang dari 40% atau lebih dari 70%.8 Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi udara yang tidak lancar akanmempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi rendah sehingga kelembaban udaranya tinggi.Sebuah rumah yang memiliki kelembaban udara tinggi memungkinkan adanya tikus, kecoa dan jamur yang semuanya memiliki peran besar dalam pathogenesis penyakit pernafasan.9 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai diperoleh kesimpulan bahwa ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum ditangani dengan baik. Faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA adalah kadar debu rumah dan ventilasi rumah. Sedangkan faktor faktor kepadatan hunian, suhu, dan kelembaban rumah tidak menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik. Daftar Pustaka 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2005 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Jakarta; 2005. 2. Mukono HJ. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernafasan. Surabaya: Airlangga University Press; 2008. 3. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Pengertian Pencemaran Udara. Jakarta; 2006.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2008 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Jakarta; 2008. 5. Suma‟mur PK. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung; 1996. 6. Balai Tekhnik kesehatan lingkungan dan P2M kelas 1 Batam 2007 pengukuran kualitas Udara dan Pemngukuran Debu. 2007. 7. Sumantri A. Kesehatan Lingkungan. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Jakarta; 2007. 8. Departemen Kesehatan, Direktorat Jendral PPM & PL. Rencana Kerja Jangka menengah Nasional penanggulangan pneumonia Balitatahun 2005 – 2009. Jakarta; 2005. 9. Dinas Kesehatan kabupaten Bogor. Profil Kesehatan Kabupaten Bogor tahun 2013. Bogor; 2013.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Jakarta; 2004. 11. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta; 2006. 12. Notoatmodjo S. Pendidikan Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. 13. Lubis I, Sumantri A, Lubis ZS. dan Moechlas. Pola Pengobatan dan Faktor Resiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Bayi dan Balita SKRT 2002. Jakarta; 2002. 14. Departemen Kesehatan. Direktorat Jendral PPM & PL. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Jakarta.Kepmenkes RI No 829 tahun 1999. Tentang kesehatan perumahan tahun 1999. Jakarta; 2006. 15. Buston. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
VANCOUVER Reference Style Guide Notes: Your reference list should appear at the end of your assignment/report with the entries listed numerically and in the same order that they were cited in the text. It is very important that you use the right punctuation and that the order of details in the reference is also correct. No use of & between author names Book and journal titles are not italicised or placed in quotation marks. Abbreviate page numbers to p., for example p. 12–25. Only first words of the article title and words that normally begin with a capital letter are capitalised. Journal titles are abbreviated. A list of abbreviations for the titles is available online at either List of Journals in MEDLINE with abbreviations (NB: Use the binoculars in the toolbar to search for a title) or Medical Journal Abbreviations (Internationally recognised abbreviations for journal titles). Other sources: Caltech Library Services and Bioscience In reference list: more than 6 authors, first 3 authors are listed; thereafter add et al. after the third author. In text: only the first authors name then et al. If the journal has continuous page numbering, you may omit month/issue number Place superscript reference number after commas and full stops and before colons and semi-colons – unless the superscript is attached to authors name or title of book/database – then always before punctuation. If the reference number is connected to a year or number, place a space between the number and the reference number for clarity. 35 [example: back as 1915 …] Italicise the title of artwork (painting, photograph, sculpture etc.) in the text. The title should be written in title case. For example, The Alchemist. Place single inverted commas around the title of an art exhibition, which should be written in sentence case. For example, Fossil icons of South Africa’.
Books Single author
2 – 6 authors
More than 6 authors No author Multiple works by same author
In-Text Example The theory was first propounded 1 in 1993 by Comfort that … OR 1 Comfort claimed that ‘…’ 2 ‘… new definition of disability’ OR Madden et al. have stated that 2 ‘…’ 3 Numerous academic librarians ‘ …the most-accepted 4 definition.’ 5,6 University research has indicated that… [if not previously cited]
Reference List Example 1. Comfort A. A good age. London: Mitchell Beazley; 1997.
2. Madden R, Hogan T. The definition of disability in Australia: Moving towards national consistency. Canberra: Australian Institute of Health and Welfare; 1997.
3. Rodgers P, Smith K, Williams D, et al. The way forward for Australian libraries. Perth: Wombat Press; 2002. 4. Advertising in the Western Cape. Cape Town: ABC Publishers; 1990. 5. Brown P. Corals in the Capricorn group. Rockhampton: Central Queensland University; 1982. 6. Brown P. The effects of anchor on corals. Rockhampton: Central Queensland University; 1988. -1–
Editor Different editions
The most comprehensive work 7 on the Subject … 8 The latest preferred style
Encyclopedia or Dictionary
‘is defined as …’
Article or chapter in a book
As discussed by Blaxter …
Article or chapter in a book – no author
Achieving a life of its own …
Conference proceeding (the whole conference)
This was discussed at the 15 conference ….
Conference paper
This was discussed at the 15 conference ….
Conference poster/workshop
This was discussed at the 15 conference ….
Image in a book
The poster ‘Buy Australian 16 Apples’ In-Text Example 17 As mentioned by Wharton ,…
Print Journals Article Article – no author Newspaper article – with or without author Newspaper article – no author Press release Electronic Journals Full text from an electronic database
9
10
11
It’s a growing problem in the 18 U.K. … 19 ‘… not responsible’. 20
‘…not responsible.’ 21 As stated by the company In-Text Example The economic policy issues raised by the Internet are
7. Kastenbaum R, editor. Encyclopedia of adult development. Phoenix: Oryx Press; 1993. 8. Renton N. Compendium of good writing. 3rd ed. Milton: John Wiley & Sons; 2004. An edition number is placed after the title of the work - this is not necessary for a first edition. 9. Oxford dictionary for scientific writers and editors. Oxford: Clarendon; 1991. Parabola; p. 89. [include the definition looked up – in this case ‘Parabola’. 10. Blaxter M. Social class and health inequalities. In: Carter C, Peel J, editors. Equalities and inequalities in health. London: Academic Press, 1976; p. 369–380. 11. Solving the Y2K problem. In: Bowd D, editor Technology today and tomorrow. New York: Van Nostrand Reinhold, 1997; p. 27–40. 15. Harnden P, Joffe JK, Jones WG, editors. Germ cell tumours V. Proceedings of the 5th Germ Cell Tumour Conference; 2001 Sep 13–15; Leeds, UK. New York:Springer; 2002. 15. Anderson JC. Current status of chorion villus biopsy. Paper presented at: APSB 1986. Proceedings of the 4th Congress of the Australian Perinatal Society, Mothers and Babies; 1986 Sep 8–10; Queensland, Australian. Berlin: Springer; 1986. p. 182–191. 15. Chasman J, Kaplan RF. The effects of occupation on preserved cognitive functioning in dementia. Poster session presented at: Excellence in clinical practice, 4th Annual Conference of the American Academy of Clinical Neuropsychology; 2006 Jun 15–17; Philadelphia, PA. 16. Cowle C, Walker D. The art of apple branding. Hobart:Apples from Oz; 2005. Reference List Example 17. Wharton N. Health and safety in outdoor activity centres. J Adventure Ed Outdoor Lead. 1996;12(4):8–9. 18. Anorexia nervosa. Br Med J. 1969;2(1):529–530. 19. Towers K. Doctor not at fault: coroner. The Australian 2000 Jan 18;3. 20. Doctor cleared by coroner. Sydney Morning Herald 2000 Jan 24;12. 21. Watersmith C. BHP enters new era [press release].Melbourne: BHP Limited; 2000 Mar 1. Reference List Example 22. Reid DB. Australasian association of doctors’ health advisory services. Med J Australia [serial online]. 2005 [cited 2006 Mar 28];182(5):255. Available from: -2–
22
Full text from an electronic database – no Full text newspaper, newswire or magazine from an electronic database – no author Full text from the internet
Article from Curtin E-Reserve
Article from a CD-ROM (BPO)
Newspaper article from online database Cochrane Review
World Wide Web Document on WWW
Document on WWW – no article title Document on WWW – No author Document on WWW – No date
discussed in detail by Madden The internet has had a huge impact on the Australian 23 economy … 24 Promoted as a ‘frontier state’ , Western Australia is seen by overseas tourists as … Recreational venues of a seasonal nature can still be 25 profitable … ‘ …tips on speaking to groups of 26 health care professionals.
Marketing is money well spent, even in hard times, according to 27 La Rosa . Marketing is money well spent, even in hard times, according to 60 Dearne . This is debated by Iyer, 28 Farquhar and Jepson In-Text Example A good example of how students can learn online about referencing at their own pace 29 can found at Curtin University. … Curtin University Library launched an improved version 30 of their homepage Both Leafy Seadragons and Weedy Seadragons are 31 protected species. A link between these conditions 32 has been noted by McCook.
Image on the web
The image of the bleached 33 coral
Government Publications
In-Text Example
Health and Medical Complete. 23. Cell tropism of Salmonella enterica. Int J Med Microbiol [serial online]. 2004 [cited 2006 Mar 28]; 294(4):225–33. Available from: Health and Medical Complete. 24. WA packed with overseas appeal. The West Australian [serial online]. 2003 [cited 2004 Nov 13] Nov 12; 47. Available from: Factiva. 25. Sopensky E. Ice rink becomes hot business. Austin Business Journal [serial on the Internet]. 2002 [cited 2002 Oct 16]; 10(4). Available from: http://www.bizjournals.com/austin/stories/2002/10/14/smallb1.html. 26. Bodeker G, Kronenberg F. A public health agenda for traditional, complimentary, and alternative medicine. Am. J. Public Health [serial online]. 2002 [cited 2006 Mar 29] 92(10):1582–91. Available from: Curtin Library and Information Service E-Reserve. 27. La Rosa SM. Marketing slays the downsizing dragon. Information Today [serial on CD-ROM] 1992 [cited 2002 Oct 16]; 9(3):58–9. Available from: UMI Business Periodicals Ondisc. 60. Dearne K. Dispensing with the chemist. The Australian [newspaper online]. 2005 Jun 14 [cited 2005 Jun 30];[about 8 screens]. Available from: Factiva. http://global.factiva.com. 28. Iyer V, Farquhar C, Jepson R. The effectiveness of oral contraceptive pills versus placebo or any other medical treatment for menorrhagia. [Cochrane review] In: The Cochrane Library, Issue 4, 1998. Oxford: Update Software. Reference List Example 29. Department of Health. Creutzfeldt Jakob disease: Guidance for healthcare workers [homepage on the Internet]. c2003 [updated 2003 Mar 23; cited 2003 Nov 9]. Available from http://www.doh.gov.uk/pdfs/cjdguidance.pdf 30. Curtin University of Technology [homepage on the Internet]. Perth: Curtin University; c2004 [updated 2004 May 21; cited 2004 Dec 10] Available from: http://www.curtin.edu.au/ 31. Leafy seadragons and weedy seadragons [homepage on the Internet]. c2001 [updated 2001 Aug 1; cited 2004 Dec 10]. Available from: http://www.windspeed.net.au/~jenny/seadragons/. 32. McCook A. Pre-diabetic condition linked to memory loss [homepage on the Internet]. No date [cited 2003 Feb 7]. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/news_11531.html 33. Great Barrier Reef Marine Park Authority [image on the Internet]. c2002 [updated 2006 Jan 28; cited 2006 Feb 15]. Available from: http://www.gbrmpa.gov.au/corp_site/info_services/science/bleaching/ Reference List Example -3–
Acts of parliament Cases
Australian Bureau of Statistics Bulletin Australian Bureau of Statistics from ABS website
The Environmental Protection 34 Act 1986 ... State-federal relations in this issue were tested in court as far 35 back as 1915 … … change from the figures 36 published in 1999 by the ABS. … change from the figures 37 published in 1999 by the ABS.
Census information
… information from the 2001 38 census now becoming dated.
Government reports
… a new approach to resource assessment on the macro 39 level.
34. Environmental Protection Act of 1986, WA [statute on the Internet]. c2002 [cited 2004 Dec 21]. Available from: State Law Publisher. 35. The State of New South Wales v. The Commonwealth (1915) 20 CLR 5.
36. Australian Bureau of Statistics. Disability, ageing and carers: summary of findings. Canberra: ABS; 1999. ABS publication 4430.0. 37. Australian Bureau of Statistics. Disability, ageing and carers: Summary of findings [serial online]. c1999 [cited 2004 Oct 14]; ABS publication 4430.0. Available from: http://www.abs.gov.au. 38. Australian Bureau of Statistics. Census of population and housing: 2001 Census Basic Community Profiles and Snapshots: Postal Areas: postal area 6050: B01 selected characteristics. First release processing [data table online]. c2001 [cited 2002 Nov 20]. Available from: http://www.abs.gov.au. 39. Resource Assessment Commission. Forest and timber enquiry. Volume 1. Draft report. Canberra: Australian Government Publishing Service; 1991. Also:
Patent
US Patent 20020103498
40
Online Standard
from Standards Australia
41
Secondary Sources Book
In-Text Example Higgins discusses Newman’s 42 research in his work…
39. Childrens Institure, UCT. Child rights in focus. Annual report 2004/2005 [document on the Internet]. University of Cape Town; no date [cited 2009 Feb 21]. Available from: xxxx. 40. Pagedas AC, inventor; Ancel Surgical R&D Inc., assignee. Flexible endoscopic grasping and cutting device and positioning tool assembly. United States patent 20020103498. 2002 Aug 1. 41. Standards Australia. Size clothing scheme for infants’ and children’s clothing – underwear and outerwear [standard online]. c1997 [cited 2006 Feb 22]; AS 1182–1997. Available from: Standards Australia Online. Reference List Example 42. Higgins D. Horizons: The poetics and theory of the intermedia. Illinois: Southern Illinois University Press: 1984
Journal article
Clements quoted Chandler in 43 his article…
Record the book that you actually used. 43.Clements C. The facts about cocaine (drugs), Science and Children [serial online]. 2007 [cited 2007 Apr 13]; 44(7): 44. Available from: ProQuest.
Other Sources Personal communication, email, discussion lists (no web archive)
In-Text Example This was later confirmed (Savieri S 1999, personal communication, April 24) that an
Record the journal that you actually used. Reference List Example Not included in reference list as they cannot be traced by the reader.
-4–
outbreak occurred in London at this time. Citing unpublished numbered references:
work
using
Matthews C, Van Rensburg A, Schierhout G, Coetzee N. The potential of syndromic management to improve the care of patients at an STD clinic in Cape Town. Medical Research Council and Department of Community Health, University of Cape Town; 1997 (Unpublished report).
Give ‘(Unpublished)’ at the end of a reference if the information is not readily available or obvious.
Films and video recordings Television and radio programmes
Thapisa A. Co-operation with the University of Botswana. [Personal interview, 10 March] Cape Town; 1998 (Unpublished). … as seen in the Lonergan film, 44 You Can Count on Me . …then AMA chief, in a television 45 interview.
Email discussion list – web archive
….in The Wings of a Butterfly – Children, Teenagers and 46 Anxiety …in Anderson’s Electronic Atlas 47 of Haematology 49 … as discussed by Little .
Government publication
Examples
Association/organisation as author
Examples
Podcast
CD-ROM
Foreign/Translated works
Examples
Scientific / Technical report
Examples
44. Scorsese M, producer; Lonergan K, director. You can count on me [motion picture]. United States: Paramount Pictures; 2000. 45. The medical profession in the 1990s [television broadcast]. The MacNeil/Lehrer news hour. New York, Washington D.C.: Public Broadcasting Service; 1993 Oct 11. 46. The wings of a butterfly – children, teenagers and anxiety [podcast on the Internet]. Sydney: ABC Radio National; c2005 [updated 2005 Sep 10; cited 2005 Sep 16]. Available from: http://www.abc.net.au/podcast/default.htm#mind. 47. Anderson SC, Poulsen KB. Anderson’s electronic atlas of haematology [CDROM]. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2002. 49. Little L. Two new policy briefs. ECPOLICY [discussion list on the Internet]. 2002 Apr 16 [cited 2002 Nov 13]. Available from: http://www.askeric.org/Virtual_Listserv_Archives/ECP OLICY/2002/Apr_2002/Msg0003.html Australia. Commonwealth Department of Veterans' Affairs and Defence. Australian Gulf War veterans' health study 2003. Canberra: Commonwealth of Australia; 2003. Australian Bureau of Statistics. Disability, ageing and carers: summary of findings. Canberra: ABS; 1999. ABS publication 4430.0. Name of organisation. Title of book. Place of publication: Publisher; year. Page(s). Diabetes Prevention Program Research Group. Hypertension, insulin, and proinsulin in participants with impaired glucose tolerance. Hypertension. 2002;40(5):679–86. Ellingsen AE, Wilhelmsen I. [Disease anxiety among medical students and law students]. Tidsskr Nor Laegeforen. 2002 Mar 20;122(8):785–7. Norwegian. Lugg DJ. Physiological adaptation and health of an expedition in Antarctica: with comment on behavioural adaptation. Canberra: A.G.P.S.; 1977. Australian Government Department of Science, Antarctic Division. ANARE scientific reports. Series B(4), Medical science No. 0126. -5–
Unpublished dissertation/thesis
Example
In Press
Example
Referencing Vancouver
software
packages
in
Format: Title (1 space) medium in square brackets [e.g. computer program, computer file](full-stop, 1 space) Version (full-stop, 1 space) Place of production (colon, 1 space) Producer (semi-colon, 1 space) Year (full-stop)
Abbreviations: These are commonly used abbreviations: c. = circa (about, approximately) ch. = Chapter ed. = edition et al. = and others fig; figs = figure(s) ill; ills = illustrator(s) p. = page(s) para; paras = paragraph(s) pt; pts = part(s) rev = revised suppl = Supplement
Borkowski MM. Infant sleep and feeding: a telephone survey of Hispanic Americans [unpublished dissertation]. Mount Pleasant (MI): Central Michigan University; 2002. Tian D, Araki H, Stahl E, Bergelson J, Kreitman M. Signature of balancing selection in Arabidopsis. Proc Natl Acad Sci U S A. In press 2002. Epi Info [computer program]. Version 6. Atlanta (GA): Centers for Disease Control and Prevention; 1994.
Acknowledgements University of Queensland and Library, ‘How to’ guide National Library of Medicine Monash University Library Curtin University of Technology Other resources: http://www.nlm.nih.gov/bsd/uniform_requirements.html http://www.lib.monash.edu.au/tutorials/citing/vancouver.html http://wwwlib.murdoch.edu.au/find/citation/vancouver.html#World%20Wide%20Web%20Documents http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?call=bv.View..ShowTOC&rid=citmed.TOC&depth=2 http://library.curtin.edu.au
Other Sources of Information Note: This list of examples is in no way exhaustive. Only the most often-used types of references are listed here. Refer to the following publications for more information on citing references: International Committee of Medical Journal Editors (ICMJE). Uniform Requirements for Manuscripts Submitted to Biomedical Journals: Writing and editing for biomedical publication [document on the Internet]. ICMJE;2003 [updated 2004 Oct; cited 2005 Apr 14]. Available from: http://www.icmje.org/. Iverson C, Flanagin A, Fontanarosa PB, Glass RM, Glitman P, Lantz JC, et al. American Medical Association manual of style: a guide for authors and editors. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 1998.
-6–