Hubungan Antara Kondisi Sosial Ekonomi, Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Tentang Pengelolaan Lingkungan Dengan Perilaku Hidup Sehat Masyarakat Di Kota Surakarta Budhiati
Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Abstract The aims of this research were to ind out: 1) the correlation between the social economic condition and the healthy life behaviors of the community in Surakarta city; 2) the correlation between the educational level and the healthy life behaviors of the community in Surakarta city; 3) the correlation between the knowledge of environmental management and the healthy life behaviors of the community in Surakarta city; and 4) the simultaneous correlation of the social condition, education level and knowledge of environmental management towards the healthy life behaviors of the community in Surakarta City.This research was a descriptive quantitative with descriptive, qualitative, and correlational approach. Data were gathered through ones.The former were obtained from the ield directly through both physical observation and in-depth data gathering towards the respondents. The number of samples of the research was 120. The samples were taken by using a cluster random sampling technique.Conclusion of the research were: 1) there was a signiicant correlation between the social economic condition and the healthy life behaviors of the community in Surakarta city as indicated by the result of the regression equation of Y = 104.88 + 1.956X1. The estimation value of the social economic condition toward the healthy life behavioris 1.26%. 2) there was a signiicant correlation the educational level and the healthylife behaviors of the community in Surakarta city between as indicated by the result of the regression equation of Y = 103.36 + 2.142X2.The estimation value of the educational level toward the healthy life 2.25%. 3) there was a signiicant correlation the knowledge of environmental management and the healthy life behaviors of the community in Surakarta city between as indicated by the result of the regression equation of Y = 71.63 + 2.142X3.The estimation value of the environmental management towards the healthy life 2.25%. 4) there was simultaneously signiicant correlation of the social condition, education level and knowledge of environmental management toward the healthy life behaviors of the community in Surakarta city between as indicated by the result of the regression equation of Y = 71.15 + 1.674X1 + 0.209X2 + 0.319X3. Key words: Social economic condition, education level, environmental, healthy behavior.
Pendahuluan Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kes52
ehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa mem-
Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 2 | Juli 2011
Hubungan Antara Kondisi Sosial Ekonomi
bedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Sejalan dengan hal tersebut maka gerakan perilaku hidup sehat untuk segala lapisan masyarakat perlu ditingkatkan. Perilaku hidup sehat mestinya diawali dari masing-masing pribadi, sehingga dengan terbentuknya perilaku hidup sehat pada tiap-tiap pribadi diharapkan akan segera terwujud perilaku hidup sehat secara luas. Hal tersebut berkaitan dengan visi Indonesia sehat 2010 yang telah ditetapkan sebagai gambaran prediksi atau harapan tentang keadaan masyarakat pada tahun 2010, yaitu kondisi masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Hasil SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1995 menunjukkan bahwa 83 per 1000 penduduk menderita hipertensi, 3 per 1000 penduduk mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke, 1,2% penduduk mengalami diabetes, 6,8% mengalami kelebihan berat badan dan 1,1% obesitas. Penyakit kanker merupakan 6% penyebab kematian di Indonesia. Penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab kematian telah turun dari urutan ke 11 (SKRT 1972) menjadi urutan 3 (SKRT 1986) dan menjadi penyebab kematian utama (SKRT 1992 dan 1995). Organisasi Kesehatan dunia (WHO) memperkirakan penyakit tidak menular telah menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% seluruh kesakitan di dunia. Angka kematiaan dan kesakitan tersebut sebagian besar terjadi pada penduduk dengan sosial ekonomi menengah ke bawah. Problematika sosial ekonomi masyarakat khususnya di perkotaan memiliki kompleksitas yang sangat tinggi. Masyarakat perkotaan dengan kemajemukan yang tinggi dari sisi tingkat pendidikan, strata sosial, dan ekonomi berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan, termasuk
Budhiati
perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang dicerminkan dari lamanya seseorang menempuh jalur pendidikan formal telah memberikan sumbangan terhadap penguasaan atas ilmu pengetahuan teknologi. Dengan demikian tingkat pendidikan secara tidak langsung akan membentuk watak dan perilaku masyarakat. Karena dukungan pengetahuan yang memadai, seseorang mampu menghindarkan diri dari perilakuperilaku yang kontra produktif terhadap kesehatan pribadi dan lingkungannya. Kondisi tersebut juga berlaku pada tingkat sosial ekonomi masyakarat, seperti laporan WHO bahwa angka kesakitan (morbidity rate) dan angka kematian (death rate) terbesar terjadi pada kelompok masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah. Apabila dikaitkan dengan teori kebutuhan Maslow, maka kelompok masyarakat ini umumnya hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar, sehingga belum ada kemampuan untuk memenuhi ketubuhan yang sifatnya lebih tinggi seperti pemeliharaan kesehatan dan sebagainya (Moeslihoen Rosjdan, 1990: 32). Lingkungan terdiri atas komponen isik, biotik dan budaya (UU No. 32 Tahun 2009). Ketiga komponen tersebut saling terkait menciptakan suatu sistem biosfer. Keberadaan manusia sebagai bagian utuh dari lingkungan belum sepenuhnya dipahami oleh setiap warga masyarakat. Mengingat adanya keragaman pemahaman tersebut, menyebabkan sikap, persepsi dan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan juga beragam. Pengelolaan lingkungan merupakan salah satu isu penting dalam pembangunan yang sedang diprogramkan bangsa ini, sehingga kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang tetap terjamin. Dengan demikian pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan memiliki peranan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan. Secara sederhana, pengetahuan masyarakat
Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 2 | Juli 2011
53
Hubungan Antara Kondisi Sosial Ekonomi
Budhiati
tentang pengelolaan lingkungan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan seharihari antara lain; pengelolaan sampah rumah tangga, pemeliharan kebersihan dan kesehatan lingkungan, penggunaan sumber daya air. Kerusakan lingkungan atau kelangkaan sumber daya alam ternyata disebakan oleh ulah atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Misalnya pengeksploitasian sumber daya alam yang melebihi kapasitas pemulihannya sehingga terjadi penurunan jumlah dan kualitasnya, pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, akses terhadap lingkungan dan sumber daya alam yang tidak seimbang. Kegiatan-kegiatan manusia tersebut dapat menyebabkan kelangkaan atau penurunan sumber daya alam yang kemudian akan memicu banyak akibat lagi. Perkembangan yang sangat pesat di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, pertumbuhan ekonomi di berbagai negara, mengakibatkan pemborosan sumber daya alam yang juga mengakibatkan kemerosotan kualitas lingkungan. Bahwa materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman merupakan kategori sumber daya alam (asas ketiga) maka diperlukan upaya pengelolaan agar kondisinya tetap lestari dari generasi ke generasi (Prabang, 2008: 8) Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Adakah hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan perilaku hidup sehat masyarakat kota Surakarta? Adakah hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku hidup sehat masyarakat kota Surakarta? Adakah hubungan antara pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan dengan perilaku hidup sehat masyarakat kota Surakarta. 54
Adakah hubungan secara bersamasama antara tingkat pendidikan, kondisi sosial ekonomi dan pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan dengan perilaku hidup sehat masyarakat kota Surakarta?
Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui adanya : Hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan perilaku hidup sehat masyarakat kota Surakarta. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku hidup sehat masyarakat kota Surakarta. Hubungan antara pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan dengan perilaku hidup sehat masyarakat kota Surakarta. Hubungan secara bersama-sama antara tingkat pendidikan, kondisi sosial ekonomi dan pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan dengan perilaku hidup sehat masyarakat kota Surakarta. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah di kelurahan Semanggi kecamatan Pasar Kliwon kota Surakarta. Dengan alasan: daerah penelitian dekat dengan bekas resos Silir; di daerah penelitian masih banyak dijumpai permukiman kumuh (slump area); dilihat dari sisi lingkungan, daerah tersebut dekat dengan sungai Bengawan Solo. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Juni 2008. Adapun jadwal penelitian terlampir. Metode Penelitian Berkaitan dengan masalah yang di-
Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 2 | Juli 2011
Hubungan Antara Kondisi Sosial Ekonomi
hadapi penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dekskriptif kuantitatif korelasional yang berarti pendeskripsian sifat dan karakter data yang berupa angka-angka dan sudah terdapat di dalam populasi. Winarno Surakhmad (1989) menyatakan bahwa penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa metode penelitian deskriptif digunakan untuk menjawab atau memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang dengan cara mengumpulkan menyusun menganalisis dan menginterpretasikan data yang yang telah diperoleh. Metode deskriptif ada sifat-sifat tertentu yang dapat dipandang sebagai ciri metode ini, yaitu: Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah yang actual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis. Karena itu metode ini sering disebut pula dengan metode analitik. Analisis data menggunakan statistik dilanjutkan dengan metode korelasi regresi untuk mencari bentuk hubungan dan derajat hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel penelitian dalam penelitian ini meluputi variable bebas dan variable terkait. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kondisi sosial ekonomi (X1), tingkat pendidikan orang tua (X2) dan pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan (X3) serta variabel terikat adalah perilaku hidup sehat (Y). HASIL DAN PEMBAHASAN Melihat segala kondisi tersebut di atas, perlu diadakan penelitian tentang hubungan antara kondisi sosial ekonomi tingkat pendidikan, dan pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan dengan perlilaku hidup sehat masyarakat kota Surakarta
Budhiati
Kondisi Sosial Ekonomi Menurut Conyers (1991: 5) kata sosial ekonomi mengandung pengertian sebagai sesuatu yang non moneter sifatnya yang bertalian dengan kualitas kehidupan insani. Sedangkan ekonomi dijelaskan sebagai lawan dari pengertian sosial yaitu dilibatkan kaitannya dengan uang. Dengan demikian kondisi sosial ekonomi berdasarkan pengertian di atas merupakan suatu kondisi yang terkait secara moneter dan non moneter.Kondisi sosial ekonomi keluarga didasarkan pada pendapatan keluarga, tingkat pendidikan orang tua, pendapatan orang orang tua dan status sosial di dalam masyarakat seperti, hubungan dengan masyarakat, asosiasi dalam kelompok masyarakat, dan persepsi masyarakat atas keluarga (Demarest et all, 1993). 2. Kondisi Sosial Ekonomi Kondisi sosial ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini tingkat pendapatan keluarga dan tingkat kesejahteraan keluarga.Tingkat pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga beserta anggota keluarganya yang bersumber dari sektor formal, sektor informal dan sektor subsistem dalam waktu satu bulan yang diukur berdasarkan rupiah (Soemardi dan Hans Dieter Evers, 1982: 8). Pendapatannya yang nampaknya lebih berat ke arah indikator ekonomi daripada indikator sosial, ternyata mempunyai berbagai macam implikasi sosial yang teramat penting karena income tersebut merupakan faktor pokok untuk menentukan keterlibatan masyarakat dalam pelayanan sosial serta berbagai jenis pelayanan dan barang produksi lainnya yang ternyata sangat menentukan tingkat rata-rata, dalam arti golongan menengah dan (5) golongan berpenghasilan tinggi, maksudnya mereka yang berpendapatan di atas rata-rata. kehidupan seseorang atau masyarakat itu sendiri. Berdasarkan jumlah pendapatan yang diperoleh oleh suatu rumah tangga
Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 2 | Juli 2011
55
Hubungan Antara Kondisi Sosial Ekonomi
Budhiati
yang bersumber dari pendapatan formal, informal dan subsistem, rumah tangga dapat dikelompokkan menjadi empat jenjang yaitu; (1) golongan keluarga berpendapatan sangat rendah, (2) golongan berpenghasilan rendah, (3) golongan berpenghasilan sedang, (4) golongan berpenghasilan. Aspek ekonomi yang sering disebut dengan faktor utama tidak dinyatakan secara tegas. Artinya tidak diutamakan dalam bentuk nominal. Pengertian keluarga sejahtera dalam arti ekonomi dijelaskan ukuran yang dipergunakan bersifat abstrak, maksudnya ukuran cukup sangat ditentukan oleh tingkat kebutuhan setiap keluarga. Aspek psikologi memberikan pengertian keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dapat berbahagia lahir dan batin. Ukuran kebahagiaan ini tentunya tidak tercermin dalam angka, namun dilihat melalui kondisi isik, ekspresi tindakan dan perilaku setiap anggota keluarganya. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang sangat berperan meningkatkan kualitas hidup. Secara umum semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, maka akan semakin baik kualitas sumber dayanya. Dalam pengertian sehari-hari pendidikan adalah upaya sadar seseorang untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, serta memperluas wawasan. Pada dasarnya pendidikan yang diupayakan bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah saja tetapi terlebih juga masyarakat dan tentunya dari pihak keluarga. Pembangunan dalam bidang pendidikan diarahkan untuk menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesuai dengan tuntutan jaman. Selain itu juga memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan. Pendidikan mempunyai peran penting bagi suatu bangsa karena pendidikan memiliki andil yang besar terhadap kemajuan bangsa, baik secara ekonomi maupun 56
sosial. Pertama dan paling penting adalah pendidikan harus dapat mengembangkan, menjawab rasa ingin tahu intelektual manusia, sehingga pendidikan dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperdayakan manusia dalam mengembangkan semua masalah sosial dan lingkungan. Oleh karenanya, pendidikan merupakan proses untuk mempengaruhi sejumlah aspek perlilaku individu (Mar’at, 1984: 12 ) Kualitas pendidikan sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia karena pendidikan merupakan salah satu sarana meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Menurut Simanjuntak (1985 : 60), investasi dengan meningkatkan pendidikan dan keterampilan sumber daya manusia keuntungannya tidak hanya dinikmati oleh orang yang meningkatkan pendidikan tersebut (private rate to return) melainkan juga dinikmati oleh masyarakat luas (social rate return). Status pendidikan penduduk dibagi menjadi tiga komponen yaitu tidak/belum pernah sekolah, masih sekolah dan tidak sekolah lagi (Agustinus Timisela 2007: 12). Sedangkan Muchsin (2004: 14) menyatakan bahwa tingkat pendidikan dihitung dari lamanya mengikuti pendidikan formal. Pendidikan formal terbagi dalam beberapa jenjang yaitu: Pendidikan Dasar menengah yang mencakup program Merupakan jenjang pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki dasar-dasar karakter, kecakapan, ketrampilan, dan pengetahuan yang kuat dan memadai untuk mengembangkan potensi diri peserta didik secara optimal sehingga memiliki ketahanan dan keberhasilan dalam pendidikan lanjutan atau dalam kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Materi pada jenjang pendidikan dasar ini merupakan landasan bagi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan Menengah Pendidikan menengah sebagai lan-
Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 2 | Juli 2011
Hubungan Antara Kondisi Sosial Ekonomi
jutan dari jenjang pendidikan dasar, penyelenggaraan pendidikan menengah bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, ketrampilan, dan pengetahuan yang kuat untuk kemudian digunakan dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor. Adapun tujuan dari penyelenggaraan pendidikan tinggi adalah meningkatkan karakter, kecakapan, ketrampilan, dan pengetahuan para peserta didik agar setelah lulus dapat memainkan peran intelektual, sosial, budaya dan profesional yang bermakna dalam pembangunan bangsa. Jika masyarakat telah mengenyam paling rendah pendidikan dasar maka akan meningkatkan angka melek huruf. Angka melek huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Jenjang pendidikan masyarakat dalam hal ini lebih dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan menerapkan informasi di bidang lingkungan serta kemampuan untuk berperan dalam pembangunan berwawasan lingkungan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi pada umumnya memiliki pengetahuan yang lebih luas sehingga dapat lebih mudah dalam menyearp dan menerima informasi dengan demikian dapat diharapkan informasi yang diterima oleh manusia melalui pendidikan dapat menjawab masalah lingkungan hidup serta aktif berperan serta dalam pengelolaan lingkungan. Pengetahuan Masyarakat tentang
Budhiati
Pengelolaan Lingkungan Pengetahuan masyarakat adalah pengetahuan, pada hakikatnya adalah segenap apa yang diketahui tentang obyek tertentu termasuk di dalamnya adalah ilmu yang dimiliki oleh masyarkat. Pada hakikatnya pengetahuan menurut Suriasumantri (1996: 104) bahwa pengetahuan merupakan segenap apa yang diketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu. Dengan demikian ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Pengetahuan secara umum diperoleh dari proses belajar. Belajar merupakan usaha sadar manusia untuk merubah dari suatu keadaan tidak tahu menjadi tahu. Usaha belajar tidak dibatasi oleh usia, dalam arti proses belajar berlangsung seumur hidup. Demikian pula yang terjadi di dalam lingkungan masyarkat bahwa usaha belajar tidak terbatas di bangku sekolah. Pengetahuan yang diperoleh dari luar bangku sekolah biasanya akan lebih berkesan karena itu merupakan pengalaman. Lebih lanjut Suriasumantri (1996: 154) menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari kegiatan penemuan (pikiran) yang mengkombinasikan sensasisensasi pokok. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang secara empiris sesuai dengan obyeknya. Manusia mencari pengetahuan dengan harapan bahwa pengetahuan tadi dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya pengetahuan akan memudahkan manusia untuk mengatasi dan memecahkan masalah. Pengetahuan yang telah diperoleh merupakan suatu pengalaman sehingga dengan semakin banyak pengalaman yang diperoleh maka kemampuan manusia untuk mengahadapi dan mengatasi masalah semakin mudah. Pengelolaan Lingkungan Hidup
Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 2 | Juli 2011
57
Hubungan Antara Kondisi Sosial Ekonomi
Budhiati
Lingkungan hidup berdasarkan pasal 1 butir 1 UU No 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahkluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya. Istilah lingkungan mengandung ciri, yaitu : selalu dikaitkan dengan unsur-unsur atau kesatua-kesatuan yang hidup dan kekompakan dari unsurunsur yang berkaitan satu sama lain secara timbal balik atau searah, sehingga terjadi jaringan hubungan atau relasi antara unsurunsur baik yang mati maupun yang hidup yang terdapat dalam lingkungan manusia. Lingkungan manusia yang nyatanyata terdiri atas benda mati (abiotik) dan jasad-jasad hidup dan mahkluk hidup (biotik) pada mulanya dibentuk secara alami artinya manusia tidak ikut serta dalam pembentukan lingkungan. Lingkungan yang dibentuk secara alami lazim disebut dengan lingkungan alami atau natural environment. Dan sejak manusia muncul di bumi lingkungan alami mengalami perubahanperubahan, karena perilaku manusia dalam usahanya untuk melestarikan dan meningkatkan kehidupannya baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Khairudin1995:4). penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemu-lihan, dan pengembangan lingkungan hidup. Perilaku Hidup Sehat Perilaku seseorang merupakan suatu bentuk proses yang berkelanjutan yaitu proses: Tahu - Mengerti - Setuju - Melakukan. Namun perlu diwaspadai bahwa perilaku yang berubah tidak menjamin kelangsungan proses tersebut. Perilaku yang berubah perlu senantiasa di dukung agar perubahan tersebut menjadi pranata baru dalam kehidupan. Caranya bisa macammacam, antara lain memperbanyak sarana pendukung, membahas masalah baru yang muncul serta pencarian alternatif baru. 58
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. (Sianipar, 2002: 2) Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dekskriptif kuantitatif korelasional yang berarti pendeskripsian sifat dan karakter data yang berupa angka-angka dan sudah terdapat di dalam populasi. Kemudian data dianalisis dengan statistik dilanjutkan dengan metode korelasi regresi untuk mencari bentuk hubungan dan derajat hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan orang tua (X1), kondisi sosial ekonomi (X2) dan pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan (X3) serta variabel terikat adalah perilaku hidup sehat (Y). Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan perilaku hidup sehat masyarakat kota Surakarta, dengan persamaan garis regresi Y = 104,881 + 1,965 X1. Estimasi kondisi sosial ekonomi terhadap perilaku hidup sehat sebesar 1,26%. 2. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku hidup sehat
Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 2 | Juli 2011
Hubungan Antara Kondisi Sosial Ekonomi
masyarakat kota Surakarta, dengan persamaan garis regresi Y = 103,360 + 2,142 X2. Estimasi tingkat pendidikan terhadap perilaku hidup sehat sebesar 2,25%. 3. Ada hubungan antara pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan dengan perilaku hidup sehat masyarakat kota Surakarta, dengan persamaan garis regresi Y = 71,63 + 0,369 X3. Estimasi pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan terhadap perilaku hidup sehat sebesar 8,04%. 4. Ada hubungan antara kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan dengan perilaku hidup sehat masyarakat kota Surakarta, dengan persamaan garis regresi Y = 71,15 + 1,674 X1 + 0,209 X2 +0,319 X3. Estimasi ketiga variabel tersebut terhadap perilaku hidup sehat sebesar 7,91%. Daftar Pustaka Agustinus Timisela. 2007. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Karyawan Dinas Kesehatan Propinsi Papua. Tesis. Yogyakarta. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Anwar, Saifuddin Ali. 2004. Kampanye Hidup Sehat, Artikel Seminar Kesehatan. Magelang: Bapelkes. Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Conyers, Diana. 1991. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga. Suatu Pengantar (terj. Susetiawan). Yogyakarta : UGM Pers Demarest, E.J., Reisner, E.R., Anderson, L.M., Humphrey, D.C., Farquhar, E., & Stein, S.E. 1993. Review of research on achieving the nation’s readiness goal. Washington, DC: U.S. Department of Education.
Budhiati
Khairuddin. 1995. Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Usaha Nasional. Mar’at. 1984. Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Muchsin, 2004. Psikologi Sosial. Bandung: STKS. Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Robert S. McNamara. 1984. The Population Problem. Washington DC: Time Bomb Rosjdan, Moslihoen, 1990, Manajemen Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan Setyono Prabang. 2008. Cakrawala Memahami Lingkungan. Surakarta: UNS Press Sianipar, Dunanty. 2002. Indikator Perilaku Sehat Skala Nasional. dalam http://www.depkes.go.id. Slamet, Juli Soemirat. 2000. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press. Sudjana. 1992. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Suriasumantri, Jujun S.. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Sutrisno Hadi. 1997. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. ---------, 2006. PHBS Clinical Review. The NCAL KP Pediatric Inpatient Experience. Vol. 2 Number 4. Winter 2006 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009. Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Jurnal EKOSAINS | Vol. III | No. 2 | Juli 2011
59