urusan sedikit tidak beres, dia tidak berteriak memanggil lagi sebaliknya menahan napas dan segera berbaring ketanah untuk mendengar gerak-gerik disana dengan amat telitinya. Ditengah suasana yang amat sunyi itu walaupun sedikit suarapun segera bisa didengar olehnya dengan jelas. Beberapa saat kemudian Tong Hauw sudah bisa mendengar secara samar2 ada suara hembusan napas yang amat berat sekali. Sudah tentu suara hembusan napas itu berasal dan sang lelaki yang terluka itu. Kalau adanya sudah tentu mereka masih ada didalam jalan rahasia ini ! bahkan jika didengar dari suara mereka sedang berada dibalik batu halangan yang pertama, saat ini seharusnya mereka mendengar suara teriakan yang amat keras, tetapi kenapa tidak memberikan sahutannya ? Per-lahan2 Tong Hauw terik napas panjang2, teringat kembali bagaimana mengenaskannya keadaan kedua orang itu sewaktu melarikan diri kedalam gubuknya, seumpama ia tidak turun tangan menolong mereka berdua, niscaya rahasia yang dipegang teguh selama dua puluh tahun ini tak akan konangan, benarkah sedemikian cepatnya orang itu melupakan budi terhadap dirinya, atau mungkin mereka sudah tahu asal usulnya maka mulai saat itu menaruh sikap permusuhan kepadanya ? Sambil berpikir selangkah demi selangkah Tong Hauw merangkak kedepan, tapi tingkah lakunya semakin ber-hati2 Ketika itu rangkakannya kedepan sangat lambat, bahkan boleh dikata sedikit suarapun tak ada, justeru karena hal itu maka dengusan napas yang bergema datang dari depan bisa kedengaran amat jelas sekali. Sampai akhirnya Tong Hauw berani yakin kalau dengusan napas itu berada kurang lebih satu tombak
dihadapannya, ingin sekali ia menghardik sekali lagi, atau secara tiba2 di hadapannya muncul suara teguran seorang gadis yang mencerminkan betapa gelisah hatinya: "Engkoh Hauw Sang, bagaimana perasaanmu ?" Pertanyaan itu tidak peroleh jawaban, hanya rintihan semakin kedengaran nyata. Ditinjau dari rintihan itu, bisa ditarik kesimpulan apabila orang itu sedang berusaha keras menahan rasa sakit dalam tubuhnya, karena itu kendari suaranya lirih tetapi kedengaran amat memilukan. Terdengar suara gadis tadi kembali bergema datang: "Ditinjau dari ucapan Tan Loo-ya ... aah tidak, bukan Tong Hauw, agaknya ia sedang memanggil kita, tapi mengapa lama sekali tak kedengaran suaranya ? apakah ia mengira kita tak ada dilorong bawah tanah, maka ia lantas mengundurkan diri." Erangan serta rintihan tadi kembali terdengar, kemudian meluncurlah jawaban dari seorang lelaki: "Tiii... tidak mungkin". "Kaaa ... kalau begitu bukankah kita habis sudah ?" Seru gadis itu sambit menahan isak tangisnya. "Bee ... benar ... kita ... kita habis sudah, kau Adik Giok Jien aa... apakah kau menyesal?" Ditengah isak tangis yang sedih, gadis itu tertawa. "Engkoh Hauw Seng, kalau aku menyesal tak akan kuikuti dirimu melarikan diri dari dalam benteng". Lelaki itu menarik napas panjang2, rintihan kembali berkumandang, Lama sekali baru kedengaran ia berteriak lantang. "Tong Hauw, kau... kau ada dimana?" Dari pembicaraan mereka berdua, Tong Hauw sudah tahu akan asal-usul mereka yang sebetulnya, terhadap perkataan itu ia tidak kaget atau tercengang.
"Aku berada dihadapan kalian." segera jawabnya berat. Agaknya muda mudi itu tidak menyangka kalau Tong Hauw berada dihadapannya, karena itu begitu sitelapak berdarah buka suara, tanpa terasa kedua orang itu berseru tertahan. "Kau... kau... siap .. . siap apakah kami berdua ??" tanya lelaki itu beberapa saat kemudian. "Mengapa kalian begitu takut kepadaku ?" tegur Tong Hauw samoil tertawa. " Apakah namaku sudah pernah kalian dengar ?" Dalam pada itu dihati kecilnya ia merasa heran bercampur girang, sebab sudah ada dua puluh tahun lamanya ia tak berkelana dalam dunia persilatan, tak disangka masih ada orang yang tahu akan namanya. Disamping girang iapun keheranan, buat para jago angkatan tua tentu saja tahu akan nama besarnya, tetapi secara bagai mana seorang angkatan muda dari benteng Thian It Poo pun tahu akan nama sitelapak berdarah Tong Hauw ? Terutama sekali benteng Thian It Poo letaknya terpencil, peraturanpun sangat ketat, kecuali buat mereka yang ditugaskan mencari bahan makanan setiap tahunnya, tidak pernah ada orang yang keluar benteng, apalagi dari angkatan mudanya. Jikalau dikatakan poocu mereka Sie Liong yang mengungkap hal ini semakin tak mungkin lagi, poocu mereka Sie Liong... teringat akan Sie Liong Poocu dari benteng Thian It Poo, sepasang gigi sitelapak berdarah mulai berdetak ia menggertak bibirnya kencang2. "Tentu... tentu saja... nama besarmu se... sering diungkap oleh orang2 benteng Thian It Poo" jawab gadis gemetar. "Hemm ! siapa yang sering mengungkap nama ku, apakah Sie Liong keparat tua itu ?" "Bukan, bukan Sie Poocu, sebaliknya Sie Poocu yang
melarang semua orang membicarakan tentang dirimu, suatu kali ada dua orang membicarakan namamu dan kebetulan didengar oleh Poocu, tanpa banyak bicara beliau segera memerseni sebuah tamparan diatas pipi setiap orang. Ada satu kali lagi, aku dengar siocia bertanya kepada Poocu, siapakah manusia yang bernama si telapak berdarah Tong Houw, Poocu yang dihari biasa menyayangi siocia kali ini naik pitam dan memaki nona kami habis2an !!!" Ketika gadis itu sedang bercerita, sang pemuda meronta bangun sambil berseru: "Adik Giok Jien, jangan mengungkat soal... soal siocia lagi". "Engkoh Hauw Seng, kau boleh berlega hati" Buru2 gadis itu menghibur dengan suara yang lembut, "Siocia tidak bakal berhasil menemukan kita sekarang !!!" "Lalu siapa yang sering mengungkap namaku?" Karena makin curiga, Tong Hauw mendesak lebih jauh. Tiba2 suara gadis itu berubah lirih dan penuh nada ketakutan, seakan2 ia pernah menjumpai sesuatu yang mengerikan "Bukan... bukan manusia, dia adalah..." "Aaai Giok Jien, jangan bicara sembarangan !" sela pemuda itu. "Tidak, cepat katakan ?" hardik Tong Hauw. "Baik, baik, akan kukatakan dia adalah se... seorang... setan yang ada dalam benteng kami suaranya amat mengerikan dia... dia berada dipuncak pagoda hitam dalam benteng kita, tempat itu merupakan daerah terlarang bagi siapapun, seringkali kami dengar suara yang tak sedap didengar muncul dari balik pagoda, ia berteriak tiada hentinya: "Tong Hauw ! Tong Hauw ! si telapak berdarah Tong Hauw... karena itu setiap anggota benteng Thian It Poo tahu semua aa... akan nama besarmu, jago2 yang datang dari Tionggoanpun mengatakan... anda... anda adalah seorang..."
"Seorang gembong iblis yang membunuh orang tak berkedip? bukan begitu ?" sambung Tong Hauw sambil tertawa kering. "Benar." jawab gadis itu semakin ketakutan "Tapi kau telah menyelamatkan kami." Kembali Tong Hauw tertawa kering. "Apakah tak seorang manusiapun dalam benteng Thian It Poo yang mencurigai orang yang ada diatas pagoda adalah manusia bukan setan ?" “Tidak... tidak..." buru2 gadis itu membantah "Dia benar2 adalah setan, beberapa kali aku melayani siocia yang ada disisi poocu, setiap kali mendengar suara itu, sampai Poocu sendiripun berubah air mukanya, coba bayangkan ilmu silat yang dimiliki Poocu sangat lihay. hampir boleh dikata tiada seorangpun yang bisa menandinginya, tetapi sampai diapun ketakutan hal ini bisa ditarik kesimpulan kalau dia... pasti... pasti setan" Mendengar perkataan ini si telapak berdarah Tong Hauw tarik napas panjang2, saat ini kecurigaannya makin nyata, keinginannya untuk mengunjungi benteng Thian It Poo pun semakin membara, Setelah tertegun beberapa saat lamanya, ia baru berkata: "Kalian berdua mengatakan baru saja melarikan diri dari benteng Thian It Poo bahkan salah seorang diantara menderita luka parah ditangan Sie Soat Ang putri kesayangan Poocu benteng Thian It Poo, sebenarnya siapakah kalian? demi kalian berdua aku sudah mengundang bencana besar buat diriku, kalian harus bicara terus terang kepadaku?"
"Aku... aku bernama Giok Jien semua orang memanggil aku demikian, sedang aku sendiri sama sekali tak tahu apa kan she ku, tapi kebanyakan aku adalah seorang anak yatim piatu, karena sejak kecil dipelihara dalam benteng maka sering kali aku dibentak dan dimaki, semua orang menganiaya diriku". Beberapa patah kata ini diutarakan dengan suara mengenaskan sampai Tong Hauw gembong iblis pembunuh tak berkedippun itu menghela napas panjang. "Setelah aku menginjak dewasa..." sambung gadis itu lebih jauh. "Aku melayani siocia, hitung2 aku hanya seorang bawahan, seorang pelayan, seorang manusia yang tiap hari kena dimaki, di aniaya" Bicara sampai disitu tak tahan lagi ia menangis terisak. Tapi dengan cepat ia berhenti menangis, jelas sudah terbiasa baginya untuk menahan isak tangis disetiap keadaan. "Ditinjau dari gerakanmu melayang diatas salju sambil membopong pemuda tersebut, dapat kuduga kalau ilmu silatmu sempurna" kata Tong Hauw dengan nada berat. "Dan siapa kau belajar ilmu silat kalau benar semua orang menganiaya dirimu lalu siapa yang beri pelajaran ilmu silat kepadamu?" Dari suara penuh kesedihan, muncul nada terharu dan berterima kasih. "Dalam benteng Thian It Hauw hanya ada seorang yang sangat baik kepadaku, dia adalah engkoh Hauw Seng !" "Oooouw..! sekarang aku paham sudah, lalu siapakah dia ?" "Engkoh Hauw Seng adalah keponakan Poocu kami..." "Hmmm ! jadi dia adalah putra dari Liem Teng si makhluk tua itu ?" tukas Tong Hauw cepat. Nyonya Sie Liong adalah adik perempuan dari Liem Teng siansu aneh dari Ong Tie, soal ini sudah diketahui
oleh seantero jago Bu-lim, Sie Hujien sudah lama meninggal, sedangkan Liem Teng yang berkepandaian tinggi dikarenakan harus mempertahankan sebuah teratai salju yang berbunga setiap lima ratus tahun akhirnya mati di tangan para pendekar pedang dan partai Bu-tong, kini putra diri Liem Teng dititipkan dalam benteng Thian It Poo, kalau dibicarakan pada umumnya bukanlah suatu peristiwa yang aneh. Baru saja Tong Hauw bertanya, pemuda itu sudah menjawab: "Perkataanmu tii. . . tidak salah." "Kau adalah putra Liem Loo-koay, tidak aneh kalau ilmu silatnya lihay, tetapi secara bagaimana kau bisa terluka sedemikian parah dibawah cambuk Sie Soat Ang ?" Liem Hauw Seng menarik napas panjang, berhubung lukanya parah maka helaan napas itupun kedengaran terputus. "Engkoh Hauw Seng orangnya baik ," buru2 Giok Jien berkata: "Ia bilang sejak masih orok sampai sekarang selalu dibesarkan dalam benteng Thian It Poo, budi kebaikan ini tak boleh dilupakan, maka dari itu dia... dia tidak mau membalas." "Hmmm ! tolol..." Lama sekali ia membungkam, setelah pikirannya berputar ujarnya kembali: "Kalian berdua sama2 dibesarkan dalam benteng Thian It Poo, tentang keadaan dalam benteng tentu tahu jelas bukan ?" "Be... benar..." "Aku punya ikatan dendam sedalam lautan dengan keparat tua she Sie itu, terus terang saja kuberitahukan kepadamu untuk membuat lorong rahasia ini aku sudah mengorbankan waktu selama dua puluh tahun, ujung sebelah sana tepat merupakan tanah dibawah benteng Thian It Poo!"
"Aaah ! ! !" Baik Liem Hauw Seng maupun Giok Jien sama2 berseru kaget. "Sebenarnya rencanaku setelah lorong ini tembus sampai disana, secara diam2 aku hendak memasuki benteng Thian It Poo dan turun tangan membinasakan keparat tua itu, tapi aku sadar ilmu silat keparat tua itu sangat lihay, aku takut seranganku gagal dan kehilangan kesempatan baik, karena itu sampai kini belum kulaksanakan" Setelah merandek sejenak, tambahnya: "Dan kebetulan sekali aku bertemu dengan kalian, urusanpun lebih gampang lagi penyelesaiannya". Suasana hening beberapa saat lamanya, tiba2 Liem Hauw Seng bertanya: "Apa maksudmu ber... berkata demikian ?" "Kalian berdua dibesarkan dalam benteng Thian It Poo, tentu saja tahu dirumah manakah pada hari2 biasa keparat tua she-Sie itu berdiam, aku hendak membawa kalian memasuki benteng Thian It Poo kemudian mencari suatu tempat yang baik untuk bersembunyi setelah itu cari kesempatan untuk membinasakan keparat tua she-Sie guna menuntut batas sakit hatiku selama banyak tahun ini !!" Semua perkataan Tong Hauw lambat tapi lama kelamaan keras, terutama ucapan terakhir. "Setelah kubunuh keparat tua she-Sie, maka aku akan angkat kaki jauh2" ujar Tong Hauw lagi, "Dengan sendirinya benteng Thian It Poo akan jadi milikmu." Tentu saja perkataan ini ditujukan kepada Liem Hauw Seng. Tetapi tak ada jawaban dari Liem Hauw Seng, saat itulah Tong Hauw baru merasa keadaan tidak beres. Lama sekali ia tertegun, kemudian baru berkata: "Bagaimana ? apakah kau tidak ingin menduduki kursi Poocu dari benteng Thian It Poo ?" "Engkoh Hauw Seng, dia... dia sedang bertanya
kepadamu !" "Giok Jien, menurut perkiraanmu dapatkah aku menyanggupi permintaannya ?". "Aku tahu. kau tidak akan menerima permintaannya", "Giok Jien" Seru Liem Hauw Seng dengan nada kegirangan "Tidak kecewa kita... bagus sekali, akhirnya kau bisa menebak isi hatiku juga." Sebaliknya si telapak berdarah Tong Hauw jadi amat gusar, teriaknya penuh kegusaran: "Apa ? kau tidak menerima permintaanku ?". Ucapan ini kedengaran amat mengerikan terutama ditengah kegelapan namun Liem Hauw Seng serta Giok Jien sama sekali tidak dibikin ketakutan hampir bersamaan waktunya mereka menjawab, suaranya tenang, seakan sedang menjawab suatu pertanyaan yang sangat biasa. "Benar !" Si telapak berdarah Tong Hauw mendongak tertawa terkekeh-kekeh. "Kalau begitu aku tidak ingin memaksa kalian, tetapi lorong bawah tanah ini merupakan rahasia yang paling besar, aku tak dapat membiarkan kalian berdua tetap hidup dikolong langit!" Sambil tertawa dingin telapak tangannya perlahan diayun keatas, Ketika itu Tong Hauw berdiri empat-lima depa di hadapan Giok Jien dan Liem Hauw Seng, tetapi berhubung ruangan bawah tanah sangat gelap maka jarak mereka sangat dekat namun tidak kelihatan. Setelah telapak tangan Tong Hauw diayun ke atas, seluruh lorong penuh dengan bau amis darah yang sangat menusuk hidung. Sementara Giok Jien dan Liem Hauw Seng ber sembunyi
diujung lorong, mereka merupakan sebuah pintu besi yang menghadang jalan perginya, sedang didepan ada Tong Hau yang siap mencabut nyawa mereka. suatu keadaan yang amat kritis sekali. "Apakah kalian sudah pikirkan masak ?" kembali Tong Hauw menegur sambil ayunkan tangannya. "Kau tak usah bertanya lagi, persoalan ini tak usah kupikirkan lagi didalam hati, sejak kecil aku kehilangan cinta kasih orang tua dan dibesarkan dalam benteng Thian It Hoo, dipelihara oleh paman dan kini kau adalah musuh besarnya, aku cuma bisa menyesal mengapa lukaku amat parah sehingga tak bisa mewakili dirinya menyambut kedatangan musuh tangguh, tidak sudi aku membantu kau melakukan kejahatan !" Setelah mengutarakan kata2 sebanyak itu, napasnya mulai kempas kempis dan ter-engah2. "He he he cuma kalian jangan lupa" jengek Tong Hauw sambil tertawa dingin, "Siapakah yang menghantam kau sampai terluka parah dan siapa pula yang hendak membasmi kalian berdua ?" "Aaaai !" orang lain boleh tak kenal budi dengan diriku, namun aku tak ingin melupakan budi orang lain" jawab Liem Hauw Seng sambil bersikap menghela napas panjang "Bagaimanapun juga paman terhadap diriku sangat baik, kalau kau mau membunuh silahkan bunuh, tak usah kita banyak bicara lagi Giok Jien, kau tak usah takut, kita bisa mati bersama, kejadian ini... sudah diluar dugaan." "Benar engkoh Hauw Seng, aku sangat gembira sekali sebab akhirnya kita selalu bersama, bukankah begitu ?" Kata Giok Jien sambil bersenggukan, "Akhirnya kita selalu bersama, mati bersama jauh lebih baik dari pada berpisah, aku tidak sedih." Sebenarnya telapak Tong Hauw sudah diangkat siap melancarkan hantaman, namun sekarang telapaknya berhenti ditengah udara, se akan2 ada suatu tenaga tak
berujud telah menahan gerakan selanjutnya. Seandainya pada saat itu Liem Hauw Seng serta Giok Jien dapat melihat keadaan Tong Hauw yang sebenarnya, muda mudi ini bakal keheranan. Sebab dari sepasang mata si telapak berdarah yang tersohor akan kekejiannya ini air mata jatuh bercucuran, disisi telinga orang she Tong ketika itu hanya berkumandang terus menerus kata2: "Mati bersama jauh lebih baik daripada berpisah." Tong Hauw merasa pernah seorang perempuan lain mengutarakan kata2 yang sama, namun orang itu bukan Giok Jien, peristiwa ini sudah berlangsung lama sekali, Tong Hauw tidak ingin teringat kembali, sebab setiap kali ia mendengar, rasa sedih susah ditahan dan air mata jatuh bercucuran. Siapa nyana kali ini ucapan itu terdengar kembali, bahkan bukan cuma sekali muncul dari bibir seorang pemuda serta seorang pemudi yang berada dalam situasi kritis, saat ini jiwa orang lain berada ditangannya, Suasana jadi sunyi-senyap tak kedengaran sedikit suarapun, lama... lama sekali, akhirnya Liem Hauw Seng berkata: "Mengapa... mengapa kau tidak lanjutkan seranganmu ?" "Begitu kukuh kalian menampik perintahku seandainya aku memaksa dan karena peristiwa ini sampai mencabut jiwamu, bukankah aku akan jadi seorang pengecut?" kali ini suara Tong Hauw halus dan lembut. "sekalipun begitu, aku harus menotok jalan darah kalian agar rahasia ini tidak sampai bocor ke tangan orang lain" Tangannya bergerak cepat, dari serangan telapak kini ia melancarkan serangan totokan merobohkan kedua orang itu, kemudian merandek ke depan, menekan tombol rohasia, membuka pintu penghadang dan teruskan rangkakannya kedepan. Belum jauh ia pergi, tiba2 ia berpaling kembali, ujarnya: "Lebih baik untuk sementara waktu kalian berdiam
dalam lorong rahasia ini, menanti aku sudah kembali, jalan darah kalian berdua pasti akan kubebaskan !" Demikianlah, sambil membopong Si Soat Ang, ia merangkak dalam lorong rahasia tersebut. Tidak lama kemudian tibalah kedua orang itu di depan pintu penghalang kedua, ia meneruskan rangkakannya ke depan sekalipun hati terasa semakin menegang. "Dua jam lamanya ia merangkak dalam lorong tersebut, akhirnya ia berhenti. mengatur napas dan mulai menimbang waktu, dalam dugaannya saat itu sudah kentongan keempat sedang tiga depa di hadapannva sudah merupakan ujung dari lorong tersebut, dimana pada pintu masuk gua tadi tertutup oleh selembar papan batu. Asalkan papan tadi tersingkap, mereka akan berada didalam benteng Thian It Poo. Tong Hauw ragu2 sejenak, kemudian ia tarik napas panjang2. telapak diputar dan papan batu lambat2 tersingkap. Menanti papan tadi sudah terbuka tiga, empat coen tingginya. ia baru berhenti dan mengintip ke luar, tampak olehnya tempat itu berupa sebuah halaman kecil yang sunyi dan terpencil. Tong Hauw belum pernah mendatangi benteng Thian It Poo, ia tak tahu tempat itu benarkah benteng yang dituju atau bukan. Sepasang telinganya dipentang lebar2, setelah di dengarnya tak ada sesuatu gerakan apapun disekitar sana papan penutup tadi didorong semakin ke atas hingga akhirnya terbuka lebar. Jantungnya berdetak makin keras, sambil membopong Si Soat Ang ia meloncat keluar dari lorong rahasia dan merangkak naik keatas permukaan. Suasana sepi, hening
dan tak kedengaran sedikit suarapun, empat penjuru tertutup oleh tembok tinggi dengan beberapa buah ruangan yang gelap gulita beberapa tombak dihadapannya. Tong Hauw menutup kembali papan batu tadi, kemudian sambil membopong Si Soat Ang langsung menuju kerumah tadi. Bangunan tersebut amat kotor, pintu tertutup rapat dan dikunci dengan sebuah gembokan berkarat, mungkin waktu yang sudah berlangsung lama membuat gembokan tadi sudah lapuk, dalam sekali sentakan gembokan tersebut patah jadi dua dan pintu segera terpentang lebar. Setibanya didalam ruangan, ia baru menghembuskan napas lega, sebab paling sedikit untuk sementara waktu jejaknya belum konangan. Ia cengkeram bahu Si Soat Ang sementara tangan lain membebaskan gadis itu dari pengaruh totokan, bentaknya berat. "Tempat apakah ini ? ayoh cepat katakan!" oooo dw oooo BAB 2 SI SOAT ANG tidak menjawab, secara tiba2 ia menjerit lengking dengan suara yang aneh sekali. Waktu itu suasana disekitar sana sepi, hening dan tak kedengaran sedikit suara pun. Tong Hauw sendiripun tidak menyangka Si Soat Ang bisa menjerit lengking begitu jalan darahnya bebas, karena terperanjat cengkeramannya tanpa sadarpun rada mengendor.
Ambil kesempatan itu Si Soat Ang meronta kemudian menggelinding keluar dari pintu, meloncat bangun dan lari kearah depan. Melihat kejadian itu Tong Hauw sangat terperanjat, ujung kakinya segera menutul permukaan tanah dan meluncur kedepan, tangannya bergerak cepat mencengkeram kembali urat nadi pada pergelangan gadis itu. Si Soat Ang meronta keras, namun gagal, ia lantas menjerit lengking. Tong Hauw kaget tangannya bergerak cepat menotok kembali beberapa buah jalan darah ditubuh gadis itu. Walaupun Tong Hauw berhasil menguasai keadaan, tetapi rasa gugup dan takutnya pada saat ini sukar dilukiskan dengan kata2, sebab jeritan gadis tersebut betul2 kedengaran mengerikan sekali ditengah malam buta, ia takut para jago benteng Thian It Poo mendengar jeritan tadi dan pada memburu datang. Makin dipikir Tong Hauw semakin gelisah, ia berputar beberapa kali didalam ruangan yang gelap, akhirnya ia merasa kembali dulu kedalam lorong rahasianya sambil menanti saat yang lebih tepat lagi untuk bekerja lagi. Ia tarik tangan Si Soat Ang dan diajak lari ke depan, namun pada saat yang bersamaan tidak jauh dari ruangan tadi berkumandang suara jeritan aneh. Tong Hauw terperanjat buru2 ia berkelebat ke ujung ruangan, saking cemasnya sampai2 Si Soat at Ang pun sudah ketinggalan didepan pintu. Punggungnya
menempel diatas dinding, telapak disilangkan didepan dada. ketegangan yang meliputi benaknya semakin memuncak. sebab pada saat itulah dari balik dinding muncul sesosok bayangan manusia yang tinggi dan lembut. Waktu itu salju telah berhenti, awan hitam buyar dan sinar rembulan kembali memancarkan cahayanya, bayangan manusia itu semakin nyata dan bisa ditegaskan, dia adalah seorang perempuan berambut panjang. Tong Hauw tarik napas panjang2, ia berdiri menanti disana dengan tenangnya. Tidak lama kemudian terdengar suara gelak tertawa yang aneh sekali berkumandang datang, gelak tertawa itu sangat mengerikan membuat bulu kuduk siapapun pada bangun berdiri. Sementara Tong Hauw masih tegang, mendadak perempuan itu berhenti tertawa, suasana kembali pulih ditengah keheningan Lambat2 Tong Hauw tarik napas panjang2. badannya sedikit bergeser ingin melihat macam apakah perempuan yang berada di hadapannya, tiba2.. "Tong Hauw, telapak berdarah Tong Hauw !" Perempuan itu menyebut namanya, bahkan nama tadi diucapkan sangat jelas sekali. Tetapi Tong Hauw tetap tak berkutik, ia merasa dirinya
pun tak bisa melihat jelas gadis tersebut, tentu saja perempuan itupun tidak seharusnya menemukan dirinya, tetapi secara bagaimana perempuan itu dapat menyebutkan namanya ? Walaupun sudah setengah umur Tong Hauw berkelana didalam dunia persilatan, dalam keadaan seperti ini tak urung dibikin merinding juga, pikirnya: "Namaku sudah diketahui oleh pihak lawan. percuma saja aku tetap bersembunyi ... untung Si Soat Ang gadis sial ini masih berada ditanganku, sekalipun gagal aku masih bisa mengundurkan diri dengan andalkan sandera ini." Karena berpikir demikian ia lantas mendongak tertawa terbahak2. "Haa... haa haa.. kiranya kedatangan aku orang sheTong sudah kalian ketahui !" Sembari bicara ia melangkah keluar dari tempat persembunyian, sebelah tangan mencengkeram tubuh gadis itu sementara telapak lain ditempelkan di atas batok kepalanya siap menghadapi segala kemungkinan. Dalam pada itu ia sudah berada di luar pintu, pemandangan disekelilingnya dapat terlihat amat jelas sekali, mendadak ia bergidik dan menyusut mundur kembali beberapa langkah kebelakang. Kiranya keadaan dari gadis berambut panjang itu mengerikan sekali, separuh rambutnya sudah beruban, dan wajahnya kurus kering sedikitpun tiada daging keadaannya lebih mirip dengan sekerat tengkorak hidup yang baru bangun dari liang kubur sepasang matanya jauh didalam memancarkan cahaya tajam, se-olah2 sepasang biji mutiara yang setiap saat kemungkinan bisa terlepas dari tempatnya. "Tong Hauw ! telapak berdarah Tong-Hauw!" kembali perempuan aneh itu berseru, badannya lambat2 berputar dan melototi lelaki tersebut tak berkedip.
"Siapakah anda ?" tegur Tong Hauw setelah tertegun beberapa saat Iamanya, selama hidup belum pernah ia jumpai kejadian seperti ini hari "Tong Hauw . . ." "Apakah kau anggota benteng Thian Poo ?" tukas Tong Hauw kemudian setelah tertegun beberapa saat, Kali ini perempuan aneh itu tidak berteriak lagi, ia mendongak tertawa aneh. Tong Hauw benar2 dibikin kebingungan oleh peristiwa yang terbentang didepan mata, dengan sangat ber hati2 ia maju dua langkah kedepan. Mendadak. . dari tempat kejauhan berkumandang datang suara hiruk pikuk yang ramai sekali, diikuti ada orang berteriak: "Aaaa disini . . ia datang kemari, tidak bakal salah lagi, coba kalian lihat bekas te!lapak kaki yang ada diatas permukaan salju !" Kehadiran orang2 itu sangat cepat sekali, dalam sekejap mata mereka sudah berada diluar dinding tembok yang tinggi. Terdengar seseorang diantaranya berseru: "Dia pasti sudah meloncat masuk kebalik dinding tembok yang tinggi ini !" "Lalu apa yang harus kita lakukan ?" tanya yang lain. "Kita tunggu dulu disini, dinding ini kita kurung rapat2. tunggu saja keputusan dari Poocu sendiri" Suara seseorang yang tua serak menyambung "Aaaai keadaan malam ini sungguh tidak menguntungkan benteng Thian It Poo kita, satu persoalan belum terselesaikan persoalan lain kembali terjadi ?" "Aku lihat terpaksa kita kurung saja tempat ini, sebab cara ini jauh lebih baik dari pada kita harus beramai2 menangkapnya kembali, kalau kita tidak berbuat demikian, seandainya Poocu datang kita tak bisa menanggung resikonya !" "Hmm ! enak sekali kau ngomong, nyalimu sungguh
kecil sekali!" Beberapa saat kemudian suasana jadi sunyi senyap kecuali obor2 yang mulai berdatangan mengurung seluruh dinding tembok itu rapat2, berapa orang yang telah datang susah diramalkan hanya yang jelas tak seorangpun diantara mereka berani meloncat masuk kebalik dinding. Melihat kejadian itu, Tong Hauw jadi lega hati. Bagaimanapun juga dia adalah seorang jagoan kangouw yang berpengalaman luas, walaupun belum diketahui apa sebenarnya yang telah terjadi namun ia dapat memastikan kalau orang2 benteng Thian It Poo sedang menghadapi perempuan siluman tersebut. Kembali Tong Hauw mundur kebelakang, telapak tangannya masih tetap ditekan diatas batok kepala Si Soat Ang. selangkah demi selangkah ia mundur kembali ke dalam ruangan gelap tersebut Suasana diluar tembok tinggi sunyi beberapa saat lamanya, mendadak terdengar salah seorang berteriak: "Sudah. . . bagus, bagus sekali Kan Jie ya telah datang I" Ditengah teriakan tersebut, salah seorang diantaranya berseru pula: "Kan Jie-ya dalam persoalan ini terpaksa kita harus minta bantuanmu !" "Apa yang terjadi ?" suara seseorang yang nyaring dan lantang menggema datang. "Aku hanya datang seorang tamu, tidak seharusnya banyak mencampuri urusan ini." "Kan Jieya, kau jangan terlalu merendah, kau adalah sahabat karib dari Poocu kami, tentu saja terhitung seorang pembantu setia, Seorang perempuan gila yang terkurung dalam pagoda entah apa sebabnya telah lolos dari kurungan, sembilan bagian ia pasti berada didalam tembok tersebut".
"Ooow, siapakah orang itu?" "Kami sendiripun tidak tahu cuma ilmu silatnya... sangat lihay" "Baik, akan kuperiksa keadaan disana" Mendengar perkataan itu Tong Hauw buru2 mundur kebelakang dan bersembunyi dibalik ruangan. Ketika itulah seorang lelaki berusia empat puluh tahunan dengan dandanan siucay melayang turun dari atas tembok pekarangan. Menjumpai orang itu, Tong Hauw segera berseru dalam hatinya: "Aaah kiranya Thian-Ti-Ceng-Ngo Auw atau seruling Besi yang menggetarkan lima telaga Kan Tek Lim adanya." Walaupun selama dua puluh tahun lamanya Tong Hauw mengasingkan diri didaerah luar perbatasan, namun kebanyakan ia kenal dengan jago tersohor dalam dunia persilatan, siseruling besi yang menggemparkan lima telaga Kan Tek Lim merupakan Cay cu dari benteng ditepi telaga Tong-Ting, wataknya jujur, jantan dan berjiwa besar. Gerak gerik Kan Tek Lim sangat ber-hati2 sekali, setelah melayang turun dari atas dinding, punggungnya segera menempel diatas dinding, setelah merasakan suasana tetap tenang saja dan melihat perempuan itu sama sekali tidak menyadari akan kehadirannya ia mendekati perempuan itu semakin dekat. Tiba2 .. "Tong Hauw !" sambil putar badan perempuan itu menjerit lengking. "Tong Hauw ?" seru Kan Tek Lim dengan alis berkerut. "Yang kau maksudkan apakah Si-telapak berdarah Tong Hauw yang tersohor disekitar Kanglam tempo dulu ? ? ?" Perempuan itu tidak menjawab, sebaliknya malah berteriak semakin keras:
"Telapak berdarah Tong Hauw ! telapak berdarah Tong Hauw !" Mendengar jeritan itu Tong Hauw semakin keheranan, ia merasa seandainya dahulu perempuan ini pernah menjumpainya muka sepanjang masa tak akan dilupakan, tapi ia merasa belum pernah menjumpai orang ini, tetapi bagaimana mungkin ia bisa mengucapkan kata2 tersebut? mungkinkah ia ada sangkut paut atau hubungan dengan dirinya ? Pikiran Tong Hiuw segera bergerak, tak kuasa ia bersin beberapa kali buru2 pikirnya: "Tidak tidak, tidak mungkin, aku tidak boleh berpikir sembarangan pasti tak mungkin demikian . ." Sementara itu perempuan tadi sudah berhenti menjerit selangkah demi selangkah ia mendekati Kan Tek Lim. Para jago Thian It poo yang bersandar diatas dinding, segera pada berdetak keras sewaktu dilihatnya perempuan itu mendekati diri Kan Tek Lim. "Kan Ji ya, hati2, ia akan turun tangan,” Belum selesai peringatan itu diutarakan mendadak kelima jari perempuan itu bagaikan jepitan telah meluncur kedepan. serangan perempuan itu cepat, namun Kan Tek Lim pun menghindar dua langkah ke samping. Serangan tadi mengenai sasaran kosong dan langsung menghajar tembok dinding yang ada di hadapannya. "Braaak. . ." tembok tebal terbuat dari beton tersebut seketika hancur berkeping2 dan meninggalkan lima buah bekas cengkeraman yang dalam sekali, ditinjau dari hal ini, bisa membuktikan betapa sempurna tenaga Iweekang yang dimiliki perempuan itu. Ambil kesempatan bagus itu, Kan Tek Lin segera putar
badan balas melancarkan sebuah cengkeraman mengancam pergelangan lawan. Terhadap datangnya serangan ini perempuan tersebut tidak menghindar, melihat peristiwa itu Kan Tek Lin girang sekali, kelima jarinya dengan cepat mencengkeram pergelangan lawan. Siapa sangka ketika itulah ujung telapak tangan perempuan itu bergetar, diantara sambaran ujung bajunya segulung angin pukulan yang maha dahsyat mengancam dada orang she-Kan tersebut. Segulung tenaga lunak yang besar dan dahsyat bagaikan gulungan ombak ditengah samudra meluncur tiada hentinya menekan dada lelaki tersebut. "Bruukk !" Kan Tek Lin tergetar keras, tak berdaya badannya mundur selangkah kebelakang sementara dadanya jadi sesak, kepala pusing tujuh keliling dan mata ber-kunang2, rasa kaget yang dialami Kan Tek Lin saat ini susah dilukiskan dengan kata2. Lengannya segera bergetar cepat, sebatang seruling besi yang hitam pekat sepanjang dua depa segera diambil keluar, "Criit, criit, criit" beruntun tiga jurus serangan berantai telah dilepaskan, serangan itu kelihatan cepat bagaikan kilat namun dalam kenyataan merupakan jurus pertahanan yang kuat, sembari melepaskan ketiga jurus tadi iapun mundur tiga langkah kebelakang. Menanti ia sudah lolos dari mara bahaya, para jago yang berada disekeliling dindingpun menghembuskan napas lega, terdengar diantara mereka ada yang berseru keras: "Kan Jie hiap, aku lihat lebih baik tunggu saja kehadiran Pocu kita !" Tentu saja orang itu berkata demikian karena bermaksud
baik, tapi justru karena perkataan ini pula Kan Tek Lin membatalkan maksudnya untuk mengundurkan diri, sebab ia merasa seandainya dia mengundurkan diri maka nama besarnya akan kecundang. Ia mendengus dingin dan berseru: "Hmm! ternyata ilmu silat perempuan ini benar2 sangat lihay !" "Benar." jawab seseorang, "Bahkan Poocu sendiripun. . ." "Jangan bicara sembarang !" belum habis orang itu berkata, salah seorang rekannya telah menukas. Kan Tek Lim tertawa lebar, ujarnya kembali: "Karena tak kusangka ia memiliki ilmu silat selihay itu, hampir2 saja aku menderita kerugian besar agaknya ia tidak benar2 gila !" Sembari berkata selangkah demi selangkah ia berjalan mendekat, hanya saja gerakannya kali ini semakin hati2, ia berhenti kurang lebih tiga-empat depa dihadapan lawan. Badannya mendadak merendah, serulingnya laksana kilat meluncur kedepan menotok jalan darah lemas dipinggang perempuan itu. Serangan ini ganas, telengas dan cepatnya luar biasa, pada hari2 biasa serangan ini akan bersarang ditubuh lawan sebelum pihak musuh merasakan apa sebenarnya yang telah terjadi. Senjata seruling ditangan Kan Tek Lin dalam sekejap mata telah tiba ditempat sasaran sebentar lagi serangan itu pasti akan menemui sasarannya, tiba2 perempuan itu putar badan menyambar ke arah seruling besi tersebut. Sejak Kan Tek Lin berhasil merebut gelar seruling besi yang menggemparkan lima telaga, entah sudah berapa banyak jago yang roboh ditangannya namun belum pernah ia jumpai kejadian seperti ini, Buru2 serangannya dibuyarkan dan senjata seruling
besinya ditarik kembali kebelakang. Ia cepat, perempuan itu jauh lebih cepat, sebelum dia sempat menyelamatkan senjatanya, seruling besi itu sudah kena dicengkeram oleh perempuan tadi. Setelah berhasil mencekal senjata tersebut, kembali ia berdiri termangu. disana, kejadian ini makin membuat Kan Tek Lin malu, sudah beberapa kali ia coba menarik kembali senjatanya, tetapi tiap kali maksudnya gagal total. Kan Tek Lin tahu, bila ia tidak lepas tangan pada saat ini maka kerugian besar akan diterimanya, sebaliknya kalau ia lepas tangan berarti nama besarnya jatuh kecundang ditangan orang lain. Setelah ragu2 beberapa waktu, ia segera ambil keputusan dengan menggunakan tenaga sembilan bagian ia menarik serulingnya kuat2. Tarikan ini tetap gagal merampas senjata tersebut, namun cukup membuat perempuan itu bergoyang keras. Terdengar perempuan itu menjerit, tangan kanannya ditarik kebelakang keras2 membuat badan Kan Tek Lim tak kuasa lagi terseret kedepan. Rasa kaget yang dialami Kan Tek Lim bukan alang kepalang, berada dalam keadaan seperti ini kalau ia tidak lepas tangan maka keadaan semakin konyol, terpaksa ia lepas senjata andalannya dan mundur kebelakang, akhirnya berhenti didepan bangunan gelap. Pada saat ini asalkan ia berpaling maka sitelapak berdarah Tong Hauw serta Si Soat Ang yang bersembunyi ditempat kegelapan bakal ketahuan jejaknya. Tetapi saat ini jantungnya sedang berdetak keras, tak ada waktu baginya untuk mengurusi persoalan lain, apalagi Tong Hauw sudah tutup semua pernapasannya. Sementara itu bukan saja Kan Tek Lin bungkam, bahkan
Tong Hauw serta semua anggota Thian It Poo pun tertegun dibuatnya, Kan Tek Lin bukan jagoan sembarangan, siapa nyana dalam satu jurus saja senjatanya berhasil dirampas orang ini, betapa lihaynya ilmu silat yang dimiliki orang ini. Setelah berhasil merampas senjata tersebut seruling tadi dibolak balik berulang kali seakan tidak tahu benda apakah itu, kemudian dibuangnya benda tersebut kesamping. "Criing . . ." dengan diiringi desiran tajam seruling tersebut meluncur kedepan dan menancap didalam tembok sehingga lima coen dalamnya. Begitu melihat senjatanya dibuang, Kan Tek Lio segera meloncat kesisi tembok dan dicabut nya sekuat tenaga, kemudian tanpa memperdulikan gengsinya lagi, ia meloncat naik keatas tembok dinding. "Poocu menerima tanda bahaya, saat ini sudah meninggalkan benteng karena takut siocia menjumpai peristiwa diluar dugaan." "Siapakah perempuan ini ? apakah diantara kalian tak seorangpun yang tahu ?" kembali Kan Tek Lim bertanya. Orang2 itu pada membungkam, mereka saling berpandangan tanpa seorangpun yang bisa menjawab, lama sekali . . seorang yang berusia rada lanjut baru buka suara berkata: "Jian Jie-ya, perempuan ini misterius sekali, hampir boleh dikata semua anggota dalam benteng Thian It Poo mengetahui akan perempuan gila ini, tapi tak tahu asal usulnya, aku dengar aku dengar... sejak ia datang kemari. Poocu lantas mengusir semua orang yang semula tinggal dalam benteng Thian It Poo ini, peristiwa tersebut terjadi
setahun setelah Poocu berpesiar keselatan." Buat Kao Tek Lin yang mendengar kisah ini hanya mangut2 belaka, tanpa ada perasaan lain. Tetapi sitelapak berdarah Tong Hauw yang bersembunyi ditempat kegelapan hampir2 saja berseru tertahan setelah selesai mendengar kisah tersebut untung dia adalah seorang jago kangouw kawakan, walaupun terperanjat ia tidak sampai melampiaskan emosinya, per-lahan2 ia menghembuskan napas panjang sementara sepasang matanya dengan ber-kaca2 memperhatikan perempuan gila yang lebih mirip siluman itu. Kan Tek Lin setelah berada diatas tembok dengan wajah ter-sipu2 tertawa kering lalu berkata: "Ilmu silat yang ia miliki sangat lihay sekali, aku bukan tandingannya, tetapi kedudukan serta asal usulnya amat misterius, kemungkinan besar ia ada hubungan dengan Poocu. . . aku lihat- -aku. . " bicara sampai disitu ia tertawa kering dan tambahnya: "Aku lihat lebih baik kita bicarakan lagi setelah Poocu kalian pulang !" Sejak Kan Tek Lin menderita kekalahan total, para jago Thian It Poo sudah pada ketakutan setengah mati, mereka kepingin sekali mengundurkan diri dari sana. Kini mendengar ajakan orang she Kan itu, tidak menanti perkataan kedua diutarakan dalam sekejap mata sudah pada mengundurkan diri semua. Dalam pada itu suara dari Kan Tek Lin masih terdengar berkumandang datang dari balik dinding tembok. "Merepotkan kalian harus ber jaga2 disini, sekalipun ia meloncat keluar dari dinding ini, kalianpun tak usah terlalu gugup, aku lihat asalkan tak ada orang yang turun tangan
lebih dahulu, ia tak akan melukai orang !" "Kalau begitu Kan Jie-hiap, kau . ." "Aku akan panggil pulang poocu kalian, kalau ia tinggalkan halaman ini kuntitlah terus dari belakangnya, coba kalian lihat perempuan gila itu pergi kemana saja, dengan demikian kalau Poocu pulang, dengan gampang bisa ditemukan !" Walaupun orang2 itu sangat takut namun terpaksa disetujuinya perintah tersebut, suasana jadi tenang kembali kecuali suara2 menggerutu dari beberapa orang. Menanti suasana jadi tenang kembali Tong Hauw baru alihkan sinar matanya kembali kearah perempuan itu. Ia berusaha untuk menemukan tanda2 persamaan dari orang yang dibayangkan dalam benaknya saat ini, namun ia jelas mengerti hal ini tak mungkin terjadi, sebab orang yang dibayangkan adalah seorang perempuan cantik sedang perempuan yang berada dihadapannya jelek sekali. Sekalipun begitu Tong Houw masih ragu2. . . . Akhirnya ia lepaskan cekalannya pada Si Soat Ang dan per lahan2 maju kedepan, selangkah demi selangkah tanpa mengeluarkan sedikit suara pun mendekati perempuan itu, pendengaran perempuan itu benar2 tajam mendadak ia berpaling. Tong Hauw tetap membungkam, ia maju terus kedepan, semakin mendekati raut wajah perempuan tersebut yang jelek seperti tengkorak, perasaan aneh semakin menebal, bahkan seluruh tubuhnya mulai gemetar keras menahan emosi. Akhirnya dia berhenti dihadapan perempuan itu sementara perempuan itupun melototi dirinya tak berkedip, sepasang biji matanya tak bersinar, sayu dan mendatangkan rasa ngeri bagi setiap orang. Tong
Hauw berhenti, mengatur napas dan menghembuskan napas panjang, lalu tegurnya lambatlambat: "Kau . . kau adalah Ciang Oh ?" Suara itu rendah dan lirih, sebab ia takut suaranya kedengaran para jago Thian It Poo yang ada diluar tembok dinding. Walaupun suara itu lirih, namun perempuan tersebut memberi reaksi, tiba2 ia putar badan, dalam sekejap mata raut wajahnya yang kurus seperti tengkorak menampilkan suatu perasaan yang susah dilukiskan dengan kata2. Diikuti terdengar ia menjerit lengking, suara nya tinggi keras dan memekikkan telinga . . . Jeritan ini membuat Tong Hauw terperanjat buru2 ia mundur dua langkah kebelakang sementara suaranya diluar dinding tembok jadi amat gaduh. Setelah menjerit perempuan itu tertawa aneh. Sambil tertawa bibirnya bergetar mengucapkan puluhan patah kata, namun disebabkan gelak tertawanya amat memekikkan telinga maka apa yang diucapkan sepatah katapun tak bisa ditangkap jelas. Buru2 Tong Hauw bergerak mundur kembali kedalam bangunan kecil tersebut, pikirannya terasa makin kacau. Apa sebabnya perempuan itu menjerit lengking kemudian tertawa aneh setelah mendapat pertanyaan itu, mungkinkah dia adalah Cang Ooh ? mungkinkah dia adalah Ciang Ooh yang dianggap sudah mati sejak dua puluh tahun berselang ?
Tidak mungkin ! hal ini tidak mungkin terjadi, Ciang Ooh adalah wanita tercantik didaerah Biauw, waktu pertama kali ia berjumpa dengan gadis tersebut tepat merupakan malam bulan purnama, gadis itu bagaikan bidadari yang turun dari kahyangan, kecantikan wajahnya amat mempersonakan karena itulah ia memberi nama Ciang Ooh kepadanya. Sedang perempuan yang berada dihadapannya ? Jelek. menakutkan, bahkan lebih seram dari siluman, mana mungkin dia adalah Ciang Ooh? Lagi pula Ciang Ooh hanya seorang gadis suku Biauw biasa. ia tidak memiliki ilmu silat, sedangkan perempuan gila yang ada dihadapannya memiliki ilmu silat yang sangat lihay, tentu saja dia bukan Ciang Ooh yang di-idam2kan dan dirindukan selama ini. Kalau benar dia bukan Ciang Ooh, mengapa perempuan ini menunjukkan sikap terperanjat sewaktu mendengar nama tersebut ? dan mengapa pula ia selalu memanggil namanya ? Timbul suatu perasaan dalam benak Tong Hauw, ia merasa sekalipun perempuan itu bukan Ciang Ooh tentu punya hubungan yang sangat erat dengan gadis biauw tersebut atau mungkin...dari nada ucapannya bisa ditarik kesimpulan tempo dulu Ciang Ooh telah sangat menderita..ia mati karena tersiksa. Teringat sampai disitu Tong Hauw gertak gigi kerat2, seluruh tubuhnya gemetar hebat. Seperminum teh lamanya perempuan itu menjerit, kemudian suasana hening kembali kecuali bibirnya masih
bergerak seperti lagi mengucapkan sesuatu namun tak kedengaran sedikitpun Melihat suasana tenang kembali, Tong Hauw ingin sekali berjalan keluar lagi, se-konyong2 . . suara bentakan keras berkumandang dari tempat kejauhan makin lama semakin mendekat dan cepatnya luar biasa. Bentakan itu mula2 ditempat jauh tapi dalam sekejap mata sudah berada didepan mata bahkan laksana be-ribu2 ekor kuda berlari berbareng seluruh kalangan tergetar keras. Tong Hauw berdiri tertegun, ia tertegun bukan karena kaget oleh bentakan tersebut melainkan ia dapat mendengar suara itu dipancarkan oleh Si Liong. Poocu dari benteng Thian It Poo yang didendam dan dibencinya selama dua puluh tahun. Sementara ia masih berdiri tertegun, Kan Tek Lim yang ada diluar tembok sedang berkata: "Toako, kau telah kembali ? apakah keponakan Soat An tidak menemui kejadian apa2 ?" "Hemm !" Si Liong mendengus dingin "Budak itu belum kutemukan, namun aku telah menjumpai suatu peristiwa diluar dugaan." Tong Hauw terkesiap sehabis mendengar ucapan itu, ia tahu yang dimaksud "peristiwa diluar dugaan" oleh Si Liong tentu menunjukkan dirinya. Segera pikirnya didalam hati: "Walaupun aku punya Si Soat Ang sebagai sandera, namun tidak mempunyai keyakinan untuk menang, paling sedikit aku harus cari kesempatan untuk mengundurkan diri dari sini..." Karena itu ia segera masuk kembali kedalam kamar gelap itu dan mencengkeram Si Soat Ang kencang2. Terdengar Si Liong yang ada diluar tembok bertanya kembali:
"Apakah ia melarikan diri dari kurungan ?". "Benar." seseorang menjawab, "Kan Jie-ya pergi menghadapinya... namun... namun menderita kerugian.” Kan Tek Lin menghela napas panjang. "Aaaai...Toako. walaupun benteng Thian It Poo terletak jauh diluar perbatasan, namun nama besarnya benar2 bukan nama kosong belaka didalam sejurus perempuan gila itu berhasil merebut senjata seruling besiku !". "Jie-te jangan menggoda. bahkan aku sendiri . . . aku sendiripun..." Si Liong cuma bicara sampai setengah jalan untuk kemudian menghela napas beberapa kali dan membungkam. "Toako, siapakah perempuan itu ?" "Kalau dibicarakan amat panjang sekali, persoalan ini tentu akan kuberitahukan kepadamu, ia bisa melarikan diri dari kurungan berarti jeriji besi setebal satu coen yang mengurung dirinya berhasil dipatahkan atau dengan perkataan lain ilmu silatnya memperoleh kemajuan pesat, belum tentu aku bisa menangkap dia. Jie-te, mari bantu diriku !" "Baik !" Dua sosok bayangan manusia laksana kilat meloncat melewati tembok dan melayang turun keatas permukaan. Tong Hauw yang bersembunyi ditempat kegelapan dapat melihat jelas sekali, orang pertama bukan lain adalah si seruling Besi yang menggetarkan lima telaga Kan Tek Lin, sedang orang kedua punya perawakan tinggi besar, bercambang warna emas serta wajah yang keren terutama sekali sepasang matanya memancarkan cahaya. Sudah dua puluh tahun lamanya Tong Hauw tidak berjumpa dengan orang ini, dia bukan lain adalah Si Liong. Tong Hauw harus
mengerahkan segenap kemampuannya untuk menahan diri, lambat2 ia tarik napas dan mengerem langkah kakinya yang hendak melangkah keluar sementara itu Si Liong telah melayang turun kedalam halaman, ia menghela napas dan ulapkan tangannya memberi tanda kepada Kan Tek Lin agar jangan terlalu mendekati perempuan itu, sedang ia sendiri berhenti kurang lebih lima enam depa dihadapan perempuan tersebut. Setelah itu kembali ia menghela napas panjang dengan suara yang serius dan keren tegurnya: "Kau . . . kembali kau melarikan diri, Aaai buat apa kau menyusahkan diriku terus menerus ?" Perempuan itu tetap berdiri tak berkutik ditempat semula. "Mari. ikut aku pulang kekamarmu !" seru Si Liong kembali sambil angsurkan tangannya ke-depan. Gerakannya lambat sekali, siapapun dapat melihat kalau ia bertindak sangat hati2 dan tak berani gegabah. Namun perempuan itu tetap berdiri tak berkutik. Makin lama tangan si Liong semakin mendekati pergelangannya, ketika itulah gerakan orang itu semakin cepat, laksana kilat kelima jarinya mencengkeram pergelangan perempuan itu. Gerakan ini betul2 cepat laksana kilat, tahu2 kelima jari tangannya berhasil mencengkeram urat nadi perempuan itu erat2, wajahnya terlintas rasa girang bukan main. "Kita . . ." serunya.
Mendadak situasi berubah diluar dugaan. Laksana kilat perempuan itu putar badan memandang sekejap kearah Si Liong, diikuti telapak tangannya diayun menggaplok pipi lelaki tua itu. Buru2 Si Liong berkelit, namun gerakannya terlambat selangkah. "Plaaak!" dengan telak serangan itu bersarang diatas pipi Si Liong membuat lelaki tua ini mundur tiga langkah kebelakang. cengkeramannyapun jadi mengendor. Menanti ia dapat berdiri tegak, terdengar Kan Tek Lin berseru tertahan: "Toako, pipimu . ." Si Liong meraba pipinya, bukan saja terasa panas, linu dan sakit bahkan bekas gaplokan lima jarinya dapat teraba nyata. Air muka Si Liong kontan berubah hebat, ia tarik napas panjang2 kemudian ambil keluar suatu senjata tajam yang aneh sekali bentuknya. Senjata itu berupa cakar naga yang panjangnya tiga depa dan terbuat dari baja murni, lima sisik cakar memancarkan cahaya ke-emas2an yang berkilauan. Setelah senjata ini dikeluarkan maka Kan Tek Lin makin tegang, senjata serulingnya disiapkan mengarah jalan darah penting di depan dada perempuan itu. Kali ini ia tak berani bertindak gegabah. Tong Hauw yang mengintip kejadian itu dari tempat persembunyiannya jadi terkesiap, keringat dingin serasa mengucur keluar dengan derasnya. Waktu itu Si Liong telah mempersiapkan senjatanya, selangkah demi selangkah ia mendesak kedepan, wajahnya penuh diliputi ketegangan.. ia mendesak kedepan dari sebelah kiri perempuan itu, sementara Kan Tek Lin dengan senjata terhunus dan mengarah kebawah selangkah demi selangkah maju kedepan. Akhirnya Si Liong tiba di hadapan perempuan itu, ia
merandek sejenak dan menegur dengan suara berat: "Kau jangan mengaco belo lagi, ayoh cepat ikut aku pulang !". Tenaga lweekangnya amat sempurna. bentakan ini bagaikan guntur membelah bumi disiang hari bolong. Seluruh tubuh perempuan itu tergetar keras, mendadak ia jerit melengking dan tertawa ter-kekeh2. "Apa yang kau tertawakan"!" bentak Si Liong teramat gusar. Sembari menegur, senjata cakar naganya dengan disertai sekilas cahaya tajam dari atas kearah bawah menghantam batok kepala perempuan itu, gerakannya cepat laksana sambaran kilat. Tong Hauw yang melihat kejadian itu dari tempat persembunyian jadi tercelos hatinya, sebab dari jarak sejauh tiga-empat tombak ia masih kedengaran desiran tajam dari serangan itu. "Kau ingin membinasakan diriku ?" mendadak perempuan itu berteriak aneh. Bersamaan teriakan itu badannya merendah ke bawah, gerakan ini aneh dan tidak masuk dalam akal. Sebab serangan Si Liong mengancam batok kepalanya, sekalipun ia telah merendah kebawah paling banter hanya memperlambat beberapa saat serangan tersebut, untuk menghindar boleh dikata percuma. Melihat hal tersebut diatas, Si Liong memperbesar tenaga serangannya, senjata cakar naganya bergetar semakin cepat. Terdengar perempuan itu menjerit aneh, mendadak
badannya makin merendah kebawa untuk kemudian melejit keatas. Serangan Si Liong yang menggunakan tenaga amat besar ini tak sempat ditarik kembali lagi, begitu sasarannya lenyap senjata cakar naganya tidak ampun menghantam permukaan tanah keras. Bunga2 salju beterbangan memenuhi angkasa diiringi suara bentrokan keras permukaan salju yang tebal beberapa coen itu hancur ber-keping2. Perempuan itu setelah melejit ketengah udara sebenarnya ia punya peluang baik untuk merebut kemenangan namun perempuan gila itu tidak berbuat demikian ia melayang turun ke atas permukaan dan berdiri mematung. Si Liong segera mundur kebelakang, wajahnya berubah hijau membesi dengan ter-sipu2 ia tertawa apa boleh buat. "ilmu ... ilmu silatmu benar2 tambah lihay." serunya. Perempuan itu gelak tertawa. suaranya tinggi melengking. Karena gagal menggunakan kekerasan, kali ini Si Liong menggunakan kelunakan, dengan suara halus ujarnya: "Kau. . . Aaaai . . padahal kalau tidak gila, akupun tidak akan mengurung dirimu dalam pagoda tersebut seorang diri !" Perempuan tadi tetap membungkam se-olah2 terhadap apa yang diucapkan Si Liong sama sekali tidak mendengar.
Lambat2 Si Liong berjalan makin mendekati lagi. "Toako, hati2..." melihat tindakan tersebut Kan Tek Lim segera berseru. Dengan cepat Si Liong goyangkan tangannya mencegah ia bersuara lebih jauh. ia berjalan sampai kesisi perempuan tadi kemudian dengan suara halus sapanya: "Ciang Ooh. . ." Tentu saja setelah menyebut namanya, ia masih mengucapkan perkataan lain, hanya si telapak berdarah Tong Hauw yang bersembunyi ditempat kegelapan tak mendengar sedikitpun apa yang diucapkan. Ketika Tong Hauw mendengar kata2 "Ciang Ooh" tersebut benaknya seperti digodam dengan martil berat, dalam sekejap pandangan jadi gelap dan telinga serasa mendengung keras. Tentu saja kejadian ini hanya berlangsung sedetik, diikuti jeritan perempuan itu menyadarkan dirinya, ia mulai dapat menguasai diri dan melihat kejadian didepan matanya semakin nyata. Tampak olehnya Si Liong sedang mundur ke belakang dalam keadaan mengenaskan, sementara sepasang mata perempuan itu melototi dirinya tak berkedip. Sepasang biji mata perempuan itu yang benar bukan mata manusia hidup, biji matanya hampir boleh dikata berwarna abu2 semua itu kelihatan amat mengerikan sekali. "Ciang Ooh ? benarkah perempuan seram ini adalah Ciang Ooh ? tidak mungkin !" Tapi bukankah dengan jelas sekali Si Liong memanggil perempuan itu sebagai Ciang Ooh? Ciang Ooh, adalah nama yang diberikan olehnya kepada seorang gadis suku Biauw pada dua puluh lima tahun berselang, sebetulnya gadis itu punya sebuah nama yang jelek dan susah dibaca, beberapa kali Tong Hauw tidak bisa
menghapalnya, kemudian ia panggil gadis ini sebagai Ciang Ooh. Tong Hauw bukan seorang penyair atau pujangga pandai, ia hanya tahu Ciang Ooh adalah bidadari paling cantik dirembulan. sedang Ciang Oh nya adalah perempuan yang paling cantik pula di kolong langit. Sewaktu Tong Hauw berkenalan dengan gadis tersebut. ia sudah berusia tiga puluh tahunan, nama besarnya sudah tersohor didalam dunia persilatan. Ilmu telapak berdarah yang ia yakini sebenarnya ilmu beracun, dan iapun bukan seorang lelaki sejati, maka dari itu namanya tidak sedap di dengar, setiap orang akan membayangkan dia sebagai seorang manusia paling sadis, paling menakutkan, semua orang tahu akan hal ini kecuali seorang yakni Ciang Ooh yang ada di daerah Biauw. Ciang Ooh hanya tahu ia bernama Tong Houw si telapak berdarah Tong Hauw. Dalam bayangan Ciang Ooh, lelaki yang bernama Tong Hauw sama halnya malaikat dari langit, orang yang paling dicintainya, paling dihormatinya sebab kalau bukan ada Tong Hauw ia sudah mati ditelan harimau, dan dengan mata kepala sendiri pula ia melihat bagaimana caranya Tong Hauw membinasakan harimau tersebut dengan mudah. Bagi Tong Hauw sendiripun tidak pernah menyangka, perjalanan yang bermaksud mencari kitab ilmu silat warisan seorang tokoh silat dari aliran Thiam-cong pay berakhir dengan perjumpaan tersebut. Demikianlah mengikuti adat istiadat suku Biauw, ia kawin dengan Ciang Ooh dan berdiam selama tiga tahun disana. Selama tiga tahun ini boleh dikata merupakan masa
paling bahagia baginya, kalau dibandingkan dengan dua puluh tahun kemudian maka perbedaannya bagaikan disurga dan dineraka. Tiga tahun kemudian, tiba2 Tong Hauw teringat dengan sahabat2 karibnya yang tinggal di Tionggoan, ia ingin memboyong istrinya pulang negeri leluhur dan dipamerkan di hadapan rekan2 nya, namun Ciang Ooh tidak mau meninggalkan desa kelahirannya, karena itu Tong Hauw lantas berjanji setahun kemudian dia akan kembali lagi ke daerah Biauw dan sejak itu tidak akan pergi2 lagi. Seumpamanya waktu itu Tong Hauw tidak meninggalkan dirinya, mungkin keadaannya akan jauh berbeda. Tetapi Tong Hauw telah meninggalkan daerah Biauw, ia bermaksud melakukan beberapa peristiwa yang menggemparkan dunia persilatan. Demikianlah setahun kemudian, dengan penuh kegembiraan Tong Hauw kembali ke daerah Biauw tapi apa yang ditemukan?
Pondokannya sudah rata dengan tanah, yang terlihat hanya puing2 yang berserakan.. berapa jam lamanya ia berteriak dan mencari namun gagal sehingga akhirnya beberapa orang Biauw yang masih tersisa muncul dari tempat persembunyian dan menceritakan apa sebetulnya yang telah terjadi. Kiranya tidak lama setelah ia pergi, ditempat itu muncul serombongan orang2 Han yang memiliki ilmu silat tinggi, katanya mereka sedang mencari kitab ilmu silat warisan seorang tokoh sakti. Namun sejak mereka berjumpa dengan Ciang Ooh, soal kitab ilmu silat sudah terlupakan sama sekali. Demi mendapatkan perempuan cantik ini beberapa orang bangsa Han itu mulai gontok2an sendiri sehingga akhirnya dimenangkan oleh seorang lelaki tinggi besar yang berhasil memboyong pulang Ciang Ooh. Sebelum gadis itu diboyong, beberapa orang suku Biauw melihat dengan mata kepala sendiri betapa Ciang Ooh mencabut sebilah pisau dan menusuk dada sendiri, banyak orang menyangsikan mungkin ia sudah lama menemui ajalnya. Waktu itu Tong Hauw merasakan badannya seperti kaku, ia berdiri mendelong beberapa saat lamanya sehingga beberapa orang berteriak keras, barulah ia mendusin dan menangis tersedu2. Tangisannya ini betul2 luar biasa, tiga hari tiga malam tidak berhenti, makan tidak minum tidak bahkan tidurpun tidak, beberapa orang suku Biauw yang bersedia menolong dirinya. Beberapa hari kemudian ia berangkat meninggalkan daerah Biauw. Sejak
ia kehilangan Ciang Ooh, dalam dunia persilatanpun kehilangan seorang tokoh silat yang bernama sitelapak berdarah Tong Houw. Untuk memperoleh bagaimanakah bentuk wajah bentuk badan manusia yang merampas Ciang Oh tersebut, Tong Hauw telah mengorbankan waktu setengah tahun lamanya, ia menyusun lukisan itu berdasarkan gambaran beberapa orang suku Biauw yang menyaksikan sendiri jalannya peristiwa tadi. Kemudian dengan membuang banyak tenaga dan pikiran pula ia berkelana didalam dunia persilatan untuk mencari orang yang dimaksud. Setelah selidiki sana selidiki sini, ia ambil kesimpulan kemungkinan besar Si Liong seorang pemimpin benteng Thian It Poo lah merupakan manusia yang dicari. Begitulah ia lantas berangkat keluar perbatasan dan tanpa mengucapkan banyak kata2 ia bertarung melawan Si Liong. Waktu itu Tong Hauw tidak langsung melaporkan asalusulnya, ia cuma bergebrak sebanyak tiga jurus dengan orang itu, dari sana ia bisa menarik kesimpulan bahwasanya ilmu silat yang ia miliki masih ketinggalan jauh, untuk membalas dendam bukan suatu pekerjaan yang ringan. Disamping itu iapun tahu, penjagaan didalam benteng Thian It Poo amat ketat, jago lihay banyak terdapat disana, untuk menyelonong kedalam bentengnya merupakan suatu pekerjaan yang lebih sukar dari pada terbang kelangit. Pelbagai kesulitan menimbulkan kebulatan tekadnya untuk berjuang mati2an. ia lantas menyaru sebagai seorang pelarian yang kemudian bersemayan diluar benteng Thian It Poo, disana ia mendirikan sebuah rumah gubuk dan
melewatkan hidupnya dengan susah payah dan mengenaskan. Selama banyak tahun ini, orang2 benteng Thian It Poo hanya tahu kakek tua itu bernama Tan Loo-ya, tak seorangpun yang tahu asal-usul sebenarnya, selama dua puluh tahun ini setiap ada kesempatan Tong Hauw segera bekerja keras membuat terowongan dibawah tanah yang akhirnya berhasil ia tembusi sampai kedalam benteng Thian It Poo. Kebulatan tekad serta kekukuhan hatinya ini timbul karena ia hendak membalaskan dendam kematian Ciang Ooh, sebab didalam pandangannya Ciang Ooh, istri tercintanya sudah mati ditangan orang lain. Namun sekarang apa yang terjadi ? Dengan jelas sekali ia mendengar Si Liong menyebut perempuan itu sebagai "Ciang Ooh" . . . Mungkinkah perempuan jelek yang lebih mirip siluman ini adalah Ciang Ooh ? ? istrinya yang tercinta ? seorang gadis Biauw yang paling cantik dikolong langit. . . Usia berlalu dengan amat cepatnya laksana sambaran kilat, hanya sebentar saja dua puluh tahun sudah berlalu didalam waktu yang sangat lama ini ia sendiri dari seorang pemuda yang gagah dan tampan kini sudah berubah menjadi seorang kakek yang kurus kering dan berkeriput, apalagi diri Ciang Ooh ia berubah jadi begitu sebenarnya sama sekali tidak mengherankan. Tetapi . . . pada masa yang lalu Ciang Ooh adalah
seorang gadis cantik yang lemah lembut hanya terkena tiupan angin saja sudah ber-goyang2, bagaimanapun sesudah berpisah selama dua puluh tahun ia bisa berubah setengah gila bahkan memiliki kepandaian silat yang demikian tinggi nya ?? Pikiran si telapak berdarah Tong Hauw pada waktu ini amat kacau sekali, berbagai persoalan yang menimbulkan rasa curiga dihatinya mulai memenuhi seluruh benaknya akhirnya saking bingungnya tak kuasa lagi tubuhnya rubah beberapa langkah kesamping, menanti tangannya berhasil memegang tembok tubuhnya baru bisa berdiri kembali. Sepasang matanya dipentangkan lebar2 memandang kearah luar, dimana pada waktu itu Si Liong sedang mundur kebelakang dengan kecepatan bagaikan kilat. Kiranya Si Liong kena didesak mundur terus kebelakang oleh tudingan perempuan itu yang semakin lama semakin mendekati kearah badannya. "Kaukah yang memanggil aku ?" teriak perempuan itu setengah menjerit. Sesudah mendengar ucapan dari perempuan tersebut, dalam hati Tong Hauw sudah berani memastikan kalau perempuan jelek yang ada dihadapinya ini benar2 adalah Ciang Ooh. . Karena ..kendati mereka sudah berpisah selama dua-puluh tahun lamanya, sehingga nada suaranya boleh dikata sama sekali berubah. . . berubah semakin melengking, semakin mengerikan dan membuat bulu kuduk setiap orang pada berdiri tapi nada keras dalam bahasa Han yang masih di campuri dengan bahasa suku Biauwnya belum hilang sama sekali. -oooo0de-wi0oooo-
Jilid 3
“CIANG OOH ! memang aku yang memanggil dirimu" sahut Si Liong keras. "Kau jangan mengacau lagi, ayoh ikut aku pulang dan berpikirlah secara tenang seorang diri." "Siapa yang aku pikirkan ?" mendadak Ciang Ooh berteriak sambil melototkan matanya kearah siorang tua itu, "Heee. . . heeh..." Si Liong tertawa dingin tiada hentinya "Sudah tentu memikirkan orang yang selama ini kau pikirkan terus!" Dari bagian tenggorokan Ciang Ooh mendadak memperdengarkan suatu suara yang amat serak dan aneh sekali. "Tong Hauw... sitelapak berdarah TongHauw" teriaknya. Tong Hauw yang ada didalam ruangan sewaktu melihat dan mendengar apa yang diucapkan oleh perempuan tersebut, bahkan menjerit dan menyebutkan namanya dengan suara yang begitu menyeramkan, dalam hatinya semakin mantap bila dia benar2 adalah Ciang Ooh yang sudah berpisah selama dua puluh tahun lamanya dengan dirinya. Hatinya benar2 merasa tidak tahan lagi, ia merasakan suara sesunggukan isak tangis mulai berbunyi dari tenggorokannya, karena tertahan dengan paksa maka suara tersebut pada saat ini kedengarannya jadi sangat aneh sekali. Pada waktu itu Si Liong sedang pusatkan seluruh perhatiannya untuk menghadapi Ciang Ooh sehingga dia orang sama sekali tidak mendengar adanya suara aneh yang berkumandang keluar dari balik ruangan disampingnya. Lain halnya dengan Kan Tek Lin yang berdiri disisinya, sewaktu mendengar dari dalam ruangan bergema keluar suara yang sangat aneh, ia jadi rada tertegun. "Toako, siapa yang ada didalam ruangan itu?" serunya tak tertahan, Si Liong jadi
melengak, "Aaakh ! tidak ada orang..." Tetapi belum habis ia mengucapkan kata2nya pada waktu itu iapun bisa menangkap datangnya suara aneh dari dalam ruangan tersebut. Tubuhnya buru2 meloncat kesamping kemudian laksana sambaran kilat berkelebat maju dua tiga langkah kedepan. "Siapa ?" bentaknya sambil mengayunkan senjata cakar naga saktinya kedepan. Pada waktu itu, sekalipun Si Liong tidak membentak, Tong Hauw dengan sendiripun akan ke luar dan tempat persembunyiannya. Menurut pikiran Tong Hauw, kepingin sekali ia menerjang keluar dan langsung menerjang kehadapan Ciang Ooh untuk menuturkan seluruh kisah sedihnya selama perpisahan ini. Tetapi...penghidupan selama dua puluh tahun yang terasing membuat sifatnya jauh lebih tenang, ia tahu berada dalam keadaan seperti ini bilamana ia bertindak secara gegabah maka nyawanya kemungkinan sekali bakal terancam bahaya. Oleh karena itu sewaktu mendengar suara bentakan dari Thian It Poocu, ini tangannya mencengkeram pergelangan tangan Si Soat Ang jauh lebih mengencang lagi sedang telapak kanannya ditempelkan rapat2 diatas batok kepala gadis tersebut. Setelah itu dengan langkah yang amat perlahan ia munculkan dirinya dari balik ruangan ter sebut. "Si Poocu ! aku adanya !" Halaman tersebut sudah sangat lama dikosongkan, Si Liong sebagai Thian It Poocu sudah tentu tidak mungkin tidak tahu kalau tempat itu sebenarnya adalah kosong. Sewaktu mendengar timbulnya suara aneh tadi dalam hati ia merasa keheranan apalagi pada saat ini mendengar suara jawaban rasa terperana dari Si Liong kali ini benar2
luar biasa sekali. Selama satu malaman ber-turut2 sudah terjadi dua buah peristiwa yang ada diluar dugaan. Ditengah suasana yang sunyi dan curahan salju yang lebat ber-turut2 Si Liong harus mendapatkan dua kali pukulan keras, apalagi jejak dari putrinya tidak diketahui, ditambah lagi pada saat ini didalam bentengnya secara mendadak muncul seorang asing bagaimana mungkin hal ini tidak membuat hatinya terasa sangat terperanjat ? ? Haruslah diketahui, penjagaan disekeliling Benteng Thian It Poo amat ketat sekali, jangan harap ada seorang manusiapun bisa memasuki benteng tersebut tanpa diketahui oleh para penjaga. Tetapi kini, didalam Benteng Thian It Poo ternyata sudah muncul seorang asing tanpa berhasil diketahui oleh para penjaga, jelas hal ini menunjukkan kalau kepandaian silat dari orang itu sangat luar biasa sekali. Oleh karena itu dalam keadaan sangat terperanjat buru2 ia memberi tanda kepada Kan Tek Lin untuk bersiap siaga sedang ia sendiri dengan pandangan yang tajam memperhatikan orang itu. Tong Hauw sesudah buka bicara, tubuhnyapun dengan cepat munculkan dirinya dari balik pintu. Per tama2 yang dapat dilihat oleh Si Liong adalah munculnya Si Soat Ang dibawah cengkeraman Tong Hauw . . Sewaktu melihat putri kesayangannya secara tiba-tiba munculkan dirinya disana, Si Liong jadi terkejut. "Ang-jie!" teriaknya keras. Tubuhnya dengan cepat berkelebat menubruk kearah
depan ! Tetapi sebentar kemudian ia sudah melihat bila nyawa putrinya pada saat itu sudah ada di tangan orang lain, dengan cepat ia menghentikan langkahnya dan memandang tajam keatas wajah sitelapak berdarah yang ada dibelakang putrinya itu. sepasang mata dari Thian It Poocu yang sangat tajam dengan tiada berkedip memandang wajah Tong Hauw terus menerus, lama sekali mereka berdua tak mengucapkan sepatah katapun. "Toako ! siapakah dia orang?" akhirnya Kan Tek Lim ada di sisinya tak bisa menahan sabar lagi dan bertanya. "Aku rasa kawan ini tentunya bukan lain adalah si telapak berdarah Tong Hauw yang sudah lama lenyap dari kalangan Bulim. bukan begitu ?" "Heee... heeee... sedikitpun tidak salah, aku orang memang she Tong !" teriak Tong Hauw sambil memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang amat menyeramkan. "Heee... haaaa... haaa... ternyata saudara bisa menandingi benteng Thian It Poo seorang diri, peristiwa ini benar2 sangat mustahil sekali!" "Hmmm, dikolong langit tak ada urusan yang sukar, asal dalam hati ada niat !" Per-lahan2 Si Liong maju satu langkah kedepan. "Tadi sewaktu aku keluar dari Benteng Thian It Poo dan berbicara dengan para anggota Benteng serta Teh Hoo Siang Sah, cayhe baru tahu bila kau sudah menyaru sebagai seorang kakek tua yang sedang menyingkir dari bahaya dan
berdiam selama dua puluh tahun lamanya diluar benteng Thian It Poo, agaknya tujuanmu hendak memasuki ke dalam benteng kami !" Dalam hati Tong Hauw benar2 merasa amat gusar, tetapi bagaimanapun dia adalah seorang jagoan yang sudah lama berkelana didalam dunia persilatan dia tahu setelah dirinya berhasil mencengkeram Si Soat Ang maka keadaan situasi sangat menguntungkan terhadap dirinya. Tetapi sesudah dilihatnya sampai pada saat ini keadaan masih tidak juga menguntungkan dirinya, dan memerlukan waktu yang lebih lama lagi untuk bersabar maka dengan paksakan diri menahan rasa gusar yang berkecamuk dihatinya ia menjawab: "Sedikitpun tidak salah !" Si Liong dongakkan kepalanya tertawa terbahak2, suara tertawanya ini sangat aneh sekali dan memanjang tiada henti2nya. Kurang lebih seperminum teh kemudian ia baru berhenti tertawa. teriaknya keras: "Lalu apakah saudara ada ikatan dendam dengan aku orang she Si ?" "Benar ! dendam atas perbuatanmu merebut istriku ?" Teriak Tong Hauw sambil menggertak giginya kencang2. Didalam anggapan Sitelapak berdarah, setelah perkataan tersebut diucapkan keluar maka diatas paras muka Si Liong tentu akan memperlihatkan perubahan yang sangat hebat, karenanya dengan penuh perhatian gerak gerik musuhnya sambil diam2 mengambil persiapan untuk menghadapi perubahan mendadak. Siapa sangka, peristiwa yang telah terjadi jauh berada diluar dugaannya, Si Liong hanya melengak saja sesudah mendengar perkataan tersebut "Apa maksud dari perkataan saudara ini?" tanyanya kebingungan.
"Apakah kau masih tidak paham ataunya memang pura2 berlagak pilon ?" Bentak Tong Hauw dengan murka, "Siapa yang pernah kau rebut pulang dari daerah Biauw Ciang pada dua puluh tahun yang lalu ?" Air muka Si Liong mendadak berubah menghebat, "Ciang Ooh ?" serunya tak tertahan. Sembari berkata ia melangkah mundur satu langkah kebelakang lalu memandang sekejap kearah Ciong Ooh dan memandang pula kearah Tong Hauw, agaknya ia menjadi paham kembali dan mengangguk perlahan. "Ehmmm...! tidak aneh kalau dia menyebut kan nama Tang Hauw terus menerus, kiranya dia adalah..." Tidak menunggu Thian It Poocu menyelesaikan perkataannya, dengan jantung hampir meledak saking tidak kuatnya Tong Hauw menggembor keras: "Benar! dia adalah istriku !" Teriakannya kali ini benar2 sangat keras laksana halilintar yang membela bumi, membuat semua orang merasa sangat terperanjat ! Bersamaan dengan suara gemborannya itu mendadak tampaklah telapak tangan kirinya mencengkeram kencang2 urat nadi Si Soat Ang sedang tangan kanannya yang semula ditekan ke atas batok kepala gadis tersebut pada saat ini perlahan2 diayunkan keatas. Telapaknya per-lahan2 berubah jadi memerah laksana darah, sambil menarik tubuh Si Soat Ang maju kedepan telapak tangannya langsung melancarkan satu pukulan dahsyat menghantam dada Si Liong. Datangnya serangan tersebut benar2 luar biasa cepatnya, Si Liong yang melihat telapak tangannya sudah berubah jadi merah padam laksana darah dan sangat menyeramkan sekali, apabila angin pukulan yang menyambar datang diselingi dengan bau darah yang amis buru2 meloncat
mundur kebelakang. Senjata cengkeraman naga saktinya dengan gerakan dari atas menuju kebawah menghajar pergelangan tangan kanan Tong Hauw. Tong Hauw begitu dapat melihat wajah Si Liong yang ada dihadapannya, dalam benak pun segera teringat kembali akan pahit getirnya yang diderita selama dua puluh tahun ini. Hawa amarah yang memuncak tak dapat di tahan lagi, dengan penuh rasa dendam dan benci ia mengirim satu pukulan yang maha dahsyat kearah musuhnya. Tampak sepasang matanya berubah jadi merah ber-api2, dari mulutnya memperdengarkan suara jeritan yang sangat aneh. Melihat serangannya gagal mendadak ia menarik kembali tangannya kebelakang kemudian tanpa berpikir panjang lagi kembali ia mengirim satu hajaran keatas batok kepala Si Soat Ang. Urat nadi dari Si Soat Ang sudah kena dicengkeram hal ini membuat dirinya pada saat ini boleh dikata tak memiliki tenaga lagi untuk me lawan, ditambah pula datangnya serangan tersebut cepat laksana kilat. Kelihatannya sebentar lagi batok kepala dari Si Soat Ang sang gadis tersebut akan hancur di bawah hajaran serangan telapak berdarahnya itu ! Tetapi pada saat2 vang amat kritis itulah, situasi kembali berubah. Si Liong Hauw melihat putri kesayangannya bakal menemui ajalnya ditangan Tong Hauw,
saking terperanjatnya ia jadi berdiri mematung dengan mata terbelalak dan mulut melongo lebar2 kendari tak ada maksud untuk berteriak tetapi tak sepatah katapun berhasil meloncat keluar dari mulutnya. Kan Tek Lin yang melihat putri kawan karibnya terancam bahaya segera membentak keras, seruling besinya dengan disertai suara desiran yang tajam membabat kedepan memaksa Tong Hauw mau tak mau harus menarik kembali serangannya kebelakang. Ketika itu Tong Hauw sudah mengumbar rasa dendam serta gusarnya yang terpendam selama dua puluh tahun lamanya ini. bagaikan kalap ia menerjang dan menubruk kesana kemari bermaksud hendak membinasakan musuhnya. Melihat Kan Tek Lim menggagalkan usahanya untuk membinasakan gadis tersebut ia semakin gusar lagi, sambil berteriak keras laksana kilat menyambar kembali dia orang mengirim satu pukulan laksana ombak dahsyat ditengah tengah samudra. Kontan saja tubuh Kan Tek Lin kena terhantam sehingga tak kuasa lagi kena terdesak mundur satu langkah lebar kebelakang. Tetapi justru karena ia mundur kebelakang tubuhnya jadi terbentur dengan Ciang Ooh yang ada disana. Kan Tek Lin pernah merasakan pahit getir-nya ditangan Ciang Ooh, begitu ia merasakan tubuhnya menubruk perempuan tersebut dalam hati lantas mengerti kalau
keadaan sangat tidak menguntungkan bagi dirinya. Belum sempat ia meloloskan diri dari sana, Tiba2 terdengar Ciang Ooh menjerit aneh, pundaknya terasa sakit tahu2 ia sudah kena dicengkeram oleh perempuan tersebut. Kan Tek Lim jadi amat terperanjat, tetapi perubahan situasi sudah berlangsung dengan cepatnya, belum sempat ia menjerit kaget telapak tangan Ciang Ooh sudah digetarkan. Tanpa ampun lagi tubuhnya melempar keatas udara kemudian melayang turun menekan ke-arah Tong Hauw. Seluruh kejadian ini berlangsung dalam waktu yang amat singkat, bahkan boleh dikata berlangsung dalam saat yang bersamaan ! Telapak tangan Tong Hauw belum sampai mampir diatas balok kepala Si Soat Ang, tubuh Kan Tek Lin yang tinggi besar itu sudah jatuh menindih tubuhnya. Terhadap Tong Hauw, peristiwa ini merupakan suatu kejadian yang berlangsung diluar dugaannya, ia ingin menghindarkan diri tetapi tidak sempat lagi. Dalam keadaan gugup dan gelagapan buru2 hawa murninya ditarik mengelilingi seluruh tubuh, pergelangan tangannya mendadak membalikkan serangannya yang semula ditujukan keatas batok kepala Si Soat Ang, kini berbalik menghantam keatas pundak Kan Tek Lin. "Braak.... aduuuh !" suara benturan serta jeritan berkumandang ber-sama2 memenuhi angkasa. Pukulan telapak berdarah dari Tong Hauw benar2 luar biasa lihaynya sekalipun Kan Tek Lin adalah seorang jagoan lihay yang memiliki kepandaian silat tinggi tak urung tubuhnya kena terhajar pula sehingga kembali terpental ketengah udara. Diiringi suara jeritan ngeri yang menyeramkan tubuh orang itu melayang ketengah udara bagaikan layang2 putus
dan terlempar jauh keluar dari kalangan. Dan bersamaan waktu itu pula Si Liong berhasil menenangkan pikirannya. Bagaimanapun Si Liong adalah seorang jagoan Bu lim yang mempunyai pengetahuan luas, pada saat itulah ia dapat melihat telapak kanan Tong Hauw mengayun keatas sedang tangan kirinya mencengkeram urat nadi Si Soat Ang membuat bagian dadanya jadi terbuka, inilah suatu kesempatan yang bagus untuk melancarkan serangan. Tanpa ragu2 lagi, kakinya menginjak kedudukan "Tiong Kiong" menuju kepintu "Cong Bun", senjata cengkeraman naga saktinya laksana serentetan cahaya pelangi langsung menerjang kearah dada Tong Hauw. Baru saja sitelapak berdarah berhasil memukul pantai tubuh Kan Tek Lin, untuk membalikkan lengan menangkis datangnya serangan tersebut tidak mungkin lagi . . . ia jadi bingung setengah mati ! ! Didalam keadaan yang sangat kritis ia merasa jauh lebih penting mempertahankan nyawanya, mendadak terdengar Tong Hauw berteriak aneh, kelima jari tangan kirinya yang mencengkeram Si Soat Ang dilepaskan, lalu melemparkan tubuh gadis tersebut jauh2 dari tengah kalangan. Tangan kirinya langsung menerjang kedepan menyambut datangnya serangan senjata cengkeraman naga sakti tersebut dengan gerakan menyambar. Walaupun sambarannya ini dilakukan dalam keadaan ter-gesa2, tetapi gerakannya sangat tepat dan ganas, tahu2 kelima jarinya sudah mengejang dan mencekal senjata musuhnya erat2. Mereka berdua ber-sama2 kerahkan tenaga untuk menarik kearah belakang. Bila membicarakan soal tenaga dalam maka hawa Iweekang yang dimiliki Si Liong jauh lebih tinggi satu tingkat dari sitelapak berdarah, oleh karena itu sewaktu
mereka berdua ber-sama2 menarik senjata itu sekuat tenaga. tubuh Tong Hauw tidak bisa berdiri tegak lagi, tak kuasa tubuhnya tersentak maju setengah langkah kedepan. Ketika itu mereka berdua sama2 mencekal senjata cengkeraman naga saktinya setiap orang satu ujung yang berlawanan dengan jarak cuma tiga depa saja, justru keadaan yang sangat dekat inilah membuat situasi semakin menegangkan karena pertempuran jarak dekat lebih mengerikan dari pada pertempuran biasa. Suara tertawa terbahak2 dari Si Liong tadi sebenarnya merupakan pertanda bagi jago2 lihay dari benteng Thian It Poo, pada waktu ini mereka dengan membawa obor segera berlarian mendatang dan mengurung halaman tersebut rapat2. BoIeh dikata hampir seluruh pekarangan sudah dipenuhi dengan jago2 lihay, hanya saja Tong Hauw serta Si Liong yang sedang melakukan pertempuran sengit tak ada waktu lagi untuk memperhatikan hal2 tersebut. Sebaliknya para jago yang keburu tiba disana ketika melihat si seruling besi yang menggetarkan lima telaga Kan Tek Lin kena terpukul pental oleh hantaman musuh dan melihat pula Pocu mereka sedang melangsungkan pertempuran jarak dekat dengan pihak musuh, saking kagetnya mereka pada membelalakkan matanya dan mulut melongo! Tong Hauw segera melancarkan satu pukulan menghajar tubuh Si Liong yang berada sangat dekat dengan dirinya
itu. Dalam hati Si Liong mengerti bila tenaga dalam yang dimilikinya jauh lebih tinggi dari tenaga lwekang pihak musuh, kenda