C
PENGALAMAN
PENGAWAS DALAM MENDAMPINGI GURU DI KELAS
B
agian ini berisi pengalaman pengawas dalam membantu guru meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui pendampingan, pengembangan kolegialitas, dan kemitraan yang setara dengan guru, tugas kepengawasan menjadi sangat efektif. Guru merasa terbantu dengan model pendampingan yang dilakukan pengawas.
Manajemen untuk Keberhasilan Pembelajaran
B. Pengalaman Guru dalam Memfasilitasi Pembelajaran Aktif
Ada Pengawas,
Siapa Takut? Pengalaman Para Pengawas Sekolah di JawaTengah Guru seringkali gugup, jika harus berhadapan dengan seorang pengawas. Kehadiran Pengawas saat melakukan supervisi di sekolah kadang dianggap “bencana”. Bagaimana mau melakukan perubahan di kelas jika kehadiran pengawas menjadi begitu menakutkan? Akan tetapi, ada yang berubah sejak Pengawas terlibat dalam Program DBE3. Sebut saja pegalaman Hj. Endang Ratnawati, M.Pd., pengawas asal kabupaten Grobogan. Ia membina sejumlah sekolah dan dua di antaranya adalah sekolah mitra DBE3. “Kalau dulu, pengawas ditakuti untuk Bu Nuning saat mendiskusikan hasil pembelajaran yang dilakukan dimintai pendapat, kini pengawas secara team teaching dengan guru. sudah dekat dengan guru. Bahkan guruguru sudah proaktif meminta Dr. Nuning Hidayah Sunani M.Hum, pengawas sekolah pengawas seperti kami untuk mengunjungi dan Kabupaten Karanganyar juga memiliki kesan yang sama. mengamati pembelajaran mereka," katanya. Untuk itu, ia akan memperluas program pelatihan Menurut Ibu Endang ada empat hal penting yang perlu dilakukan pengawas dalam pendampingan program DBE3. “Pertama, melakukan pendampingan ke guru dan kepala sekolah. Kedua, memberi motivasi kepada guru dan kepala sekolah agara mereka tetap semangat meski Program DBE3 sudah berakhir. Ketiga, melakukan penguatan materi yang sudah dilatihkan oleh DBE3. Keempat, mengontrol pelaksanaan atau implementasi Program DBE3. Pengawas memiliki peran yang strategis untuk menindaklanjuti peningkatan kualitas pendidikan seperti yang dilakukan DBE3. Usai mendapatkan pelatihan dari DBE3, pengawas melakukan penguatan materi kepada guru dan kepala sekolah. Hal ini dialami Dra. Dwi Dayaning Rahayu, Pengawas asal Kabupaten Grobogan. “Kuncinya, saya membangun kolegialitas dalam pelaksanaan supervisi sehingga guru tidak merasa digurui,” paparnya.
82
Praktik yang Baik: Mendorong Perubahan di Kelas
pengawas kepada pengawas lain di daerahnya.“Bersama dengan Kepala Disdikpora Kabupaten Karanganyar, kami menggagas upaya peningkatan peran dan kapasitas pengawas di tingkat, TK, SD, SMA dan SMK. Untuk Pengawas tingkat SMP, hal ini sudah dilakukan dan hasilnya sangat efektif dalam membantu peningkatan kualitas pembelajaran di kelas,” katanya. Menurut Bu Nuning, pengawas tidak sebatas mengawasi perubahan di kelas dan mengunjungi sekolah. Lebih dari itu pengawas turut pula melakukan penguatan dan menggagas replikasi bagi sekolah-sekolah yang memerlukan pendampingan. Ada pengawas, siapa takut...
B. Pengalaman Guru dalam Memfasilitasi Pembelajaran Aktif
Menjadi Pendamping dan Mitra yang Sejajar Drs. Abdul Latif, M.Si, Pengawas Sekolah, Sidrap, Sulawesi Selatan
S
ebagai seorang pengawas yang juga aktif menjadi fasilitator daerah DBE 3, Drs. Abdul Latif, M.Si menemukan metode pengawasan yang efektif bagi seorang pengawas. ”Pengalaman melaksanakan pendampingan dalam program DBE3 telah membantu saya sebagai pengawas menemukan bentuk supervisi yang tepat. Pendampingan merupakan cara yang efektif membantu guru meningkatkan kualitas pembelajaran,” tukas Pak Latif. Saat di sekolah pengawas terkadang menampilkan aksi pamer otoritas strukturalnya di depan guru dan kepala sekolah. Menurutnya hal itu harus diubah karena dapat menimbulkan situasi yang kaku saat pengawas melaksanakan tugasnya. Pengawas harus menjadi fasilitator, menjadi mitra sejajar guru dalam membangun pembelajaran berkualitas. STRATEGI DAN INISIATIF YANG DILAKUKAN l Membantu guru dalam menyiapkan perencanaan pembelajaran. l Terlibat aktif sebagai team teaching dengan guru saat melakukan pengawasan. l Belajar bersama guru untuk mempraktikkan inovasi baru dalam pembelajaran di kelas. l Menjadi motivator, pendengar dan penanya yang baik, serta pemberi solusi yang arif dalam membantu guru menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran. l Tidak menyalahkan guru secara langsung, tetapi meminta guru merefleksikan kelebihan dan kekurangannya dalam memfasilitasi pembelajaran.
HASIL DAN DAMPAK PRAKTIK YANG BAIK Pak Latif menggarisbawahi bahwa peran pengawas sebagai pendamping sangat membantu kepala sekolah dan guru dalam mewujudkan pengajaran profesional dan pembelajaran bermakna. Pada akhirnya hal ini akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Dampak yng dapat dilihat dari model pendampingan yang dilakukannya di antaranya: l mendapat tempat di hati guru karena merasa dibantu dan tidak mencari kesalahan. l pembelajaran dapat dijaga standar kualitasnya bersama guru. l guru berani menerapkan inovasi dengan pendampingan pengawas.
Pendampingan pengawas dalam pembelajaran, sangat efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Manajemen untuk Keberhasilan Pembelajaran
83
Menciptakan Kolegialitas mulai Awal sampai Akhir
P
engawas sekolah merupakan mitra strategis sekolah dalam peningkatan mutu, terutama dalam mendampingi guru agar mampu menerapkan hasil pelatihan di kelas. Pelatihan pengajaran profesional dan pembelajaran bermakna (BTL) untuk pengawas yang dilaksanakan DBE3 berhasil membangun komitmen para pengawas dalam membangun kolegialitas dengan guru. Pelatihan ini sekaligus memadukan kemampuan pengawas dan guru dalam menerapkan BTL. Dalam melaksanakan tugas pendampingannya, pengawas berkolaborasi secara kolegial dengan guru untuk memaksimalkan keberhasilan pembelajaran di kelas. Pada kegiatan supervisi kelas, tampak hubungan yang harmonis antara pengawas dan guru. Dalam kegiatan persiapan pembelajaran, pengawas menjadi teman diskusi guru untuk menguatkan perencanaan. Pengawas juga terlibat aktif dalam memfasilitasi proses pembelajaran, tanpa mengurangi peran guru atau menurunkan wibawa pengawas. Pasca pembelajaran, secara bersama mereka mengavaluasi keberhasilan dan kelemahan yang terjadi untuk ditindaklanjuti. ”Model supervisi dengan pendampingan yang dilakukan secara kolegial membuat pengawas dan guru memiliki tanggungjawab yang sama untuk membimbing siswa berhasil dalam pembelajaran,” urai pak Ulil Azmi pengawas dari Tebing Pengawas juga terlbat dalam proses pembelajaran di kelas, mendampingi guru dan siswa dalam supervisi pembelajaran. Drs. Ulil Azmi pengawas dari Kota Tebing Tinggi ikut bersama siswa mencari binatang dalam praktik IPA di MTs N Lubuk Pakam.
Kehadiran pengawas kini sangat dinantikan oleh guru. Pada kegiatan supervisi, para pengawas mulai kegiatan persiapan, pelaksanaan pembelajaran, sampai pasca pembelajaran, mereka berkolabolasi untuk mencapai keberhasilan dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
84
Praktik yang Baik:Mendorong Perubahan di Kelas
B. Pengalaman Guru dalam Memfasilitasi Pembelajaran Aktif
Mitra Guru dalam Melakukan Inovasi Drs. Zainal Fuad, Pengawas Sekolah, Kota Binjai, Sumatera Utara
S
elama ini kehadiran pengawas di sekolah, terkadang masih menjadi momok di antara para guru. Pendekatan yang dilakukan DBE3 terbukti cukup efektif membuat keberadaan pengawas di sekolah dinantikan oleh para guru. Berikut ini adalah fakta yang ditemukan oleh Drs. Zainal Fuad, pengawas sekolah Kota Binjai Sumatera Utara. Sebelumnya l Pengawas hanya menyupervisi guru di dalam kelas dan kinerja kepala sekolah. l Pengawas sering menganggap dirinya sebagai suvervisor (atasan) bukan sebagai mentoring (pendamping/pembimbing). Setelah Mendapatkan Pelatihan DBE3 Pengawas menempatkan dirinya sebagai mitra bukan sebagai atasan atau bos dalam melakukan bimbingan dan supervisi di sekolah l Melakukan pembinaan dalam pengelolaan dan administrasi sekolah. l Menjadi mitra guru dan kepala sekolah dalam melakukan inovasi dan merefleksikan hasil-hasil yang dicapai. l Mendampingi guru dalam menyusun dan mengembangkan perangkat pembelajaran: Pemetaan KD, Program semester, RPP, LK, Media Pembelajaran, Rubrik penilaian, dan refleksi guru yang dapat mendorong siswa aktif dalam belajar. Selain itu, pengawas mendampingi guru dalam proses pembelajaran dan mengevaluasi kelebihan dan kelemahan pembelajaran secara bersama. l
Perpustakaan Kelas dimenjadi MTSN Kudus. Pengawas mitra guru
untuk berani melakukan inovasi.
Manajemen untuk Keberhasilan Pembelajaran
85
D
M
uara proses pembelajaran adalah keberhasilan siswa. Bagian ini berisi paparan siswa yang menyuarakan berbagai komentar, kesan, dan pesan mengikuti proses pembelajaran. Paparan ini murni disuarakan oleh siswa. Mulai suara kepuasan, pandangan tentang pembelajaran terbaik, sampai kritik yang menantikan perubahan pembelajaran juga disuarakan oleh siswa
SUARA ANAK
D. Suara Anak
Belajar Bioteknologi untuk Bekal Hidup Ku Angga Subastian, Siswa Kelas IX MTsN Tlasih, Sidoarjo, Jawa Timur gula pasir dan satu sendok makan urea. Lalu tambahkan juga satu sendok makan asam cuka. Sampai pH nya mencapai 3 atau 4. Kemudian ditambah satu sendok teh asam sitrat dan satu ujung sendok teh mineral. Hasil tersebut kemudian ditunggu sampai mendidih, dan akan diperoleh medium. Medium tersebut dimasukkan ke dalam nampan steril dan dibiarkan sampai dingin lalu ditutup kertas yang sudah disterilkan. Bila medium sudah dingin, maka bibit Acotobacter xylinum dimasukkan ke dalam medium tadi dan ditutup dengan kertas. Lalu dibiarkan hingga 7-8 hari untuk dipanen.
Alat dan bahan untuk pembuatan Nata de Coco.
S
ejak Ibu Endang Mujiati, guru IPA di sekolahku menerapkan metode pembelajaran yang penuh variasi, suasana belajar di kelas tidak lagi membosankan. Salah satu yang paling berkesan adalah saat materi tentang bioteknologi. Saat itu guru mengajak kami untuk memproduksi Nata de Coco. Kami tertantang untuk terlibat aktif dalamproses pembuatan Nata de Coco yang ternyata mudah untuk dipraktikkan dan tidak rumit.
Tahap pengolahan merupakan kelanjutan dari tahap pembiakan. Nata de Coco hasil panen dicuci dan direndam dengan air bersih selama dua sampai tiga hari. Dalam proses ini air rendaman harus sering diganti. Kemudian Nata de coco dipotong-sesuai ukuran yang dikehendaki, lalu direbus dan dibuang airnya. Nah, jadilah sekarang Nata de Coco yang siap dikonsumsi. Sekarang pembelajaran IPA menjadi menyenangkan untuk kami.
Dalam kegiatan praktikum, kami berbagi tugas. Ada yang membawa air kelapa, mempersiapkan nampan steril, botol steril, dan kertas koran. Alat dan bahan seperti: kompor, panci, saringan, sendok, gula, urea, asam cuka, asam sitrat, mineral dan bibit bakteri acetobacter xilynum telah tersedia di laboratorium IPA. Setelah semua bahan dan perlengkapan siap, kami memulai proses produksi. Proses produksi terbagi dalam dua tahap yaitu tahap pembiakan medium dan tahap pengolahan. Tahap pembiakan medium dimulai dengan merebus 5 liter air kelapa sampai mendidih, kemudian ditambahkan 250 gram
88
Praktik yang Baik: Mendorong Perubahan di Kelas
Para tamu yang berkunjung ke sekolah, sering disuguhi Nata de Coco buatan siswa.
D. Suara Anak
Guru menjadi sahabat siswa dalam pembelajaran.
Guruku adalah Temanku Rama Arisandi Udhin, Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Pangkajene, Sulawesi Selatan
M
erenda cita-cita di atas titian juara seakan menjadi pilihannya. Meski usianya masih sangat belia, Rama Arisandi Udhin sangat getol menjajal kemampuannya di bidang Sains dan Matematika. Berbagai kompetisi Sains dan Matematika diikutinya, mulai dari tingkat sekolah, kabupaten, provinsi, hingga nasional. Beberapa gelar telah diraih siswa kelas IX SMP Negeri 2 Pangkajene ini, seperti juara kompetisi Matematika antar SMP se-Sulsel, Sulbar, dan Sulteng (2008), juara I Olimpiade Sains Matematika Kabupaten Pangkep, dan juara I Olimpiade Sains Matematika SMP tingkat Provinsi Sulsel (2009). Putra sulung pasangan Udhin dan Rosmini yang lahir 1 Maret 1995 ini tak pernah menyangka bisa jatuh cinta pada Matematika. Pada masa sekolah dasar ia sama sekali tidak suka bidang studi ini. Selain susah dan bikin pusing, Matematika juga membosankan. Namun hal ini sudah berubah 180 derajat. Sekarang Matematika menjadi pelajaran favoritnya. Tiap hari sepulang sekolah ia meluangkan waktu selama 2 jam untuk belajar Matematika. Tidak cukup dengan itu, ia pun ikut bergabung dan aktif dalam kegiatan komunitas Siswa Cinta Matematika Sepada (SCAMS), sebuah kelompok belajar yang dirintis tujuh tahun silam oleh guru Matematikanya, Pak Mansyur Eppe. Menilik sebab kenapa ia senang Matematika, tidak lepas dari lingkungan belajar di sekolahnya. Guru Matematikanya selalu menciptakan suasana menyenangkan dalam belajar: diskusi kelompok dan belajar di luar kelas. Latihan dan praktik menjawab soal-soal banyak dilakukan di luar kelas. “Saya senang dengan suasana belajar di sekolah. Guru Matematika mengajar kami dengan santai. Kami bisa bertanya kapan dan di mana saja. Saya lebih merasakan bahwa guruku adalah temanku.” Menukil ungkapan hikmah dari Imam Syafi’i, sebuah proses belajarmengajar akan berhasil jika guru dan murid sama-sama ikhlas. Guru ikhlas mengajar dan siswa ikhlas diajar. Semoga “guruku adalah temanku” yang dirasakan Sandi adalah keikhlasan yang menyebar ke guru lain di sekolah kita.
Rama Arisandi Udhin
Manajemen untuk Keberhasilan Pembelajaran
89
D. Suara Anak
Guru Favoritku
U
ngkapan kata hati siswa tentang guru yang paling disenangi sepantasnya jadi bahan refleksi guru. Ekspresi itu tentu jadi bahan renungan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan diri guru. Tidakkah guru arif dan bijaksana berempati dengan menyimak feedback siswanya? Bukankah guru profesional dan visioner sepatutnya punya JURNAL REFLEKSI? Saat siswa punya alasan memilih guru favorit, hal itu merupakan kearifan siswa yang memperkaya isi JURNAL REFLEKSI seorang guru. Dalam pandangan siswa, metode mengajar, sikap-mental, motivasi dan empati pada siswa terpaut satu dalam wujud cinta mapel, hormat dan santun terhadap guru. Tipe guru seperti apa yang paling disenangi? Kenapa disukai? Mereka punya alasan. Seperti kata mereka di bawah ini.
S
itti Maghfirah Adnan, Kelas IXBilingual, SMPN 1 Pangkajene, Sidrap. Hobbi: baca buku. Cita-cita: Jadi Astronot. Prestasi: Juara 1 umum sejak kelas 1 hingga kelas 3. Mapel Favorit: fisika, bahasa Inggris, dan sejarah. Guru favorit: "Saya paling suka guru yang punya metode mengajar yang bervariasi, seperti belajar kelompok, membimbing, bekerjasama dalam mengembangkan ide-ide dan karya. Selain itu saya suka guru yang selalu menyenangkan, berteman dan akrab dengan kami, membantu kami jika ada masalah," katanya.
Vivi Feromida, Kelas VIII.1, SMPN 4 Dua Pitue. Prestasi: Juara 1 umum sekolah. Mapel favorit: Matematika dan IPS. Guru favorit: "Saya suka guru yang bersahabat dengan siswa, cara mengajarnya santai tapi bisa saya pahami. Penjelasannya mudah dimengerti, dan suka memberi tugas kelompok serta membuat belajar sambil bermain dan berkreasi." Syamsiah Syamuddin, Kelas IX SMPN 1 Lilirilau, Soppeng. Prestasi: Juara 1 Umum sekolah. Mapel favorit: IPA. Guru favorit: "Saya suka guru yang suka memberi motivasi,
90
Praktik yang Baik: Mendorong Perubahan di Kelas
membimbing, santai saat mengajar tapi mudah dimengerti. Guru yang memberi kami kesempatan berdiskusi dan juga menghargai karya siswa." Ia mencontohkan metode pelajaran yang diterapkan guru PKN-nya.
Muh. Ardiman, Kelas VIII SMPN 1 Lilirilau, Soppeng. Prestasi: Juara III Umum sekolah. Mapel favorit: matematika. Guru favorit: "Saya suka guru yang peduli dan selalu mendorong siswa berkarya, dan yang cara mengajarnya sangat baik, menyenangkan dan cepat dimengerti, seperti berdiskusi kelompok, memberi teka-teki pelajaran."
Saptani Ramdhani. Kelas VIIl-2 SMP Negeri 4 Baranti, Sidrap. Prestasi: Juara 3 umum sekolah. Mapel favorit: Bahasa Inggris. Guru favorit: "I like English. I like my English teacher." Cara mengajarnya selalu membuat kami aktif. Ada lembar kerja, media menarik, diskusi kelompok, ada penilaian hasil karya siswa.”
D. Suara Anak
Belajar Menyenangkan di SMPN 11 Binjai
S
ay a P i n d i S e p r i l l a . Bersekolah di SMP Negeri 11 Binjai dan duduk di kelas IX-1. Lewat tulisan ini saya hendak membagi proses belajar yang terjadi di sekolah kami. Sudah 3 tahun saya mengenyam pendidikan di SMPN 11 Binjai. Setahun belakangan banyak perubahan tejadi di sini. Salah satunya adalah proses belajar mengajar. Di sekolah kami, belajar sekarang menjadi menyenangkan. Dulu tidak seperti itu. Sewaktu saya duduk di kelas VII, kami belajar dengan cara umum. Duduk berbaris. Namun sekarang seiring waktu, cara kami belajar berubah.Sekarang kami duduk berkelompok, lebih sering berdiskusi dan kami merasa lebih bebas. Saya menyukai pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dari dulu saya sudah suka, tetapi sekarang saya makin keranjingan dengan pelajaran itu. Yang membuat saya bisa begitu, karena kami tidak lagi terus menerus belajar teori. Sekarang kami sudah mengadakan praktek di luar kelas. Jadi kami bisa mengetahui langsung apa yang ada di alam.
saat presentasi tiba, kami sukses melakukannya. Saya girang minta ampun. Itulah keuntungan dari belajar berkelompok. Belajar berkelompok juga tidak mudah. Kadang dua atau tiga orang saja yang berkontribusi dalam kelompok.Tapi ini tantangan, kami harus kreatif untuk mengatasinya.
Bagi saya, mengerjakan soal-soal latihan dari guru secara individu, itu agak susah. Susahnya karena kita bekerja sendiri. Tapi sekarang, karena kami duduk berkelompok, kami bisa menjawab soal bersama-sama. Jadi latihan yang diberikan guru terasa lebih ringan. Sekali ketika, kami diminta mempresentasikan hasil diskusi tentang bioteknologi. Kami bekerja keras membuat presentasi itu sebaik mungkin. Kami membagi-bagi tugas agar gampang. Ketika
Manajemen untuk Keberhasilan Pembelajaran
91
D. Suara Anak
Pembelajaran Menyenangkan di Mata Siswa
S
iswa dapat merasakan penampilan guru yang nyaman ketika mereka mengajara. Bahkan mereka mampu menilai guru yang berhasil membawakan materi pelajaran. Ukurannya mudah, seperti yang mereka ungkapkan di bawah. Para siswa ini mengomentari cara mengajara guru-gurunya yang telah mengikuti pelatihan BTL2.
Saiful Ardi, Kelas VII MTsN Takalala, Soppeng “Belajar dan bekerja sama dalam kelompok membuat saya akrab dengan temant e m a n k u . S ay a b i s a mengkritik mereka dan mereka juga bisa mengkritik saya,” kata Saiful Ardi
Megawati, Kelas VIII, SMPN 2 Baranti, Sidrap Ok! Saya merasa tidak seperti belajar, tapi bermain! Tapi, saya paham pelajaranku. Saya sangat senang kalau guruku membawa kami untuk belajar di luar kelas,. karena hal itu bisa membuat saya cepat paham pelajaran,” ungkap Megawati.
92
Praktik yang Baik: Mendorong Perubahan di Kelas
Umi Nikmatus Salamah, Kelas VIII MTs N Bener, Purworejo “Saya senang belajar dengan bapak dan ibu guru sekarang ini, karena terkadang mereka suka mengajak kami belajar di luar kelas. Selain itu saya dapat membuat media sendiri dan dipajang di dalam kelas.”
Irma Dwi Maulina, Kelas VIII SMPN 3 Colomadu, Karanganyar “Model belajar yang diterapkan guru kami saat ini cukup menarik, yaitu siswa aktif. Dengan cara seperti ini, siswa lebih aktif mengikuti pembelajaran dari guru. Tidak seperti dahulu. Pola duduk di kelas juga diterapkan lebih variatif dan tidak membosankan, seperti bis berderet. Satu lagi, di kelas sudah ada papan pajang. Kami dapat memajangkan hasil karya di papan pajang tersebut. Sebagai siswa, kami juga merasa dihargai karena dapat menampilkan karya-karya kami. Hal ini membuat kami tertarik mengikuti pelajaran. Saat belajar IPA tentang batu-batuan, kami tidak hanya mendapatkan gambar batu dari buku, tetapi kita bisa mencari dan menemukan batu-batu tersebut di lapangan. Setelah mengumpulkan jadi satu, batu disusun berdasarkan jenisnya. Saat mengerjakan soal, kami masih ingat jenis-jenis batu telah kami kumpulkan dari lapangan. Cara ini membuat kami bersemangat dan memudahkan kami dalam menjawab soal.”
D. Suara Anak
Dengan Diskusi, Masalah Mudah Dipecahkan R. Nia Romdona, siswi MTsN Kota Bogor, Jawa Barat
B
anyak perubahan di madrasah yang sangat bermanfaat bagi saya. Salah satunya adalah kegiatan diskusi. Dengan diskusi, masalah menjadi lebih mudah dipecahkan. Diskusi menjembatani berbagai pendapat yang dapat memperkaya jawaban atas masalah yang dibahas. Demikian cuplikan testimoni R. Nia Romdona, siswi MTsN Kota Bogor, pada acara District Showcase di Kota Bogor. Dalam presentasi di hadapan para guru, pengawas, pejabat dari dinas pendidikan dan kementerian agama itu, Nia tampak penuh percaya diri dalam memberikan uraian ihwal perubahan di madrasahnya sebagai dampak program DBE3. Menurutnya, perubahan nyata meliputi, antara lain: seting tempat duduk, kerja berkelompok, cara mengajar guru yang bervariasi, pemajangan hasil
karya siswa, dan media/ sumber belajar yang lebih kaya. Khusus tentang kerja kelompok, Nia menuturkan, “Kerja kelompok itu menumbuhkan kekompakan dan menguji keberanian dalam menyampaikan hasil kerja kelompok. Kami tidak hanya paham, tapi juga bisa menjelaskan kembali. Dengan kerja kelompok, mengerjakan tugas jadi lebih efisien juga.” Nia mengaku senang dengan proses belajar yang dapat menggali potensi dan berharap pendidikan di Indonesia meningkat dan diakui di mata dunia internasional.
Manajemen untuk Keberhasilan Pembelajaran
93
D. Suara Anak
Aku lebih Berani
I
na Zulia Alfi Jannah Nama lengkapku. Aku adalah siswa SMPN 1 Tahunan, Jepara, Jawa Tengah. Itulah perkenalan Ina di hadapan peserta Lokakarya Best Practices dan Diseminasi. Ia menjadi salah satu narasumber DBE3 dengan mengangkat tema perpustakaan kelas. Peserta tampak terpukau dengan penuturan awalnya itu. Gadis manis yang oleh teman-temannya dijuluki gadis pendiam dan manja itu tidak lagi menunjukkan sifat pendiam dan manjanya di depan para peserta. “Aku sekarang lebih berani,” kata anak kelas IX itu membandingkan dirinnya dengan waktu di SD. Apa yang dikatakannya itu memang benar. Hal itu tampak ketika Ina mengemukakan pendapatnya di acara pelatihan Toolkit Not One Less di Kabupaten Jepara. Bukti lain adalah keberhasilannya dalam mengelola perpustakaan kelas di sekolahnya. Di samping itu, Ina juga kerap didaulat menjadi MC dalam setiap acara yang diadakan di sekolahnya. Sebelumnya, seperti diakuinya, ia masih ragu untuk berkreasi dan mengembangkan ide di sekolahnya. Ia merasa kurang diberi kesempatan untuk itu. “Pas masuk di SMPN 1 Tahunan ketika pembelajaran anak-anak selalu didorong untuk
Ina ketika mengemukakan pendapat di acara pelatihan toolkit Not One Less di Kabupaten Jepara berpendapat dan berkreasi, lama-lama aku jadi lebih PD deh,” tutur Ina. Bukan hanya itu, menurutnya ketika sekolah memberi kepercayaan penuh kepada siswa kelas VIIa untuk mengelola perpustakaan kelas, jiwa kemandiriannya mulai terbangun. “Bekal yang sudah sekolahku berikan sangat berguna bagiku untuk melangkah lebih maju,” kata Ina bangga.
Senang Memecahkan Masalah Cerita lain berasal dari seorang siswa MTsN Kudus, Jawa Tengah. Gadis manis pemberani ini menyebut dirinya Iza. “Namaku Iza, lengkapnya Ibriza,” kata dia memperkenalkan diri di depan para peserta lokakarya dan desiminasi DBE 3. Perkenalan yang dilanjutkan dengan penuturan pengalamannya itu membuat para peserta terpukau. Problembased teaching yang diterapkan oleh gurunya mengubah dirinya menjadi siswa yang cerdas dan berani. Kesiapannya untuk berbicara di depan peserta lokakarya merupakan bukti konkret dampak positif pembelajaran yang mendorong siswa aktif, kreatif dan berani.
Ibriza saat tampil dalam showcase sekolah di Kudus.
94
Praktik yang Baik: Mendorong Perubahan di Kelas
D. Suara Anak
“Aku punya keberanian karena guru – guruku memberikan banyak kesempatan,” tuturnya kepada staf DBE3 yang sempat menanyainya. Gadis kelahiran Kudus ini juga tak kalah dalam bidang akademis. Di samping menjadi juara kelas, ia pernah menjadi juara dalam Lomba Fisika. Bahkan, dalam lomba kader kesehatan yang diadakan oleh Kabupaten Kudus, ia menyabet gelar Juara I. Iza dan Ina adalah contoh potret siswa di sekolah mitra DBE3. Masih ada ribuan siswa lainya yang mempunyai cerita senada tentang bagaimana sekolah selalu mendorong dan mengasah mereka untuk menjadi anak yang kreatif dan berani.
Menang Lomba Pidato karena Sering Presentasi Angga Wiranda, Siswa SMPN 1 Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara, berhasil menjuarai lomba Pidato Bahasa Indonesia Tingkat Provinsi Sumatera Utara tahun 2010. “Semua ini karena saya terbiasa berbicara di depan kelas. Di sekolah, cara belajar kami agak berbeda. Kami belajar berkelompok dan banyak berdiskusi. Hasil diskusi selalu dipresentasikan di depan kelas. Berbicara di depan kelas itu tidak mudah. Saya harus mampu menjelaskan hasil diskusi dengan baik. Cara menyampaikan juga harus jelas dan percaya diri,” katanya bercerita. Angga Wiranda,
Angga mengaku bahwa gurunya sering mengajak berkompetesi dan melemparkan pertanyaan, kemudian mereka berlomba mengangkat tangan. Jawaban yang benar akan menambah nilai. “Kami senang dengan itu. Dulu kami duduk berbaris. Kami lebih banyak mendengarkan penjelasan guru. Kami jarang berdiskusi. Kami jarang pula mempresentasikan hasil belajar kami. Sekarang kami sudah sering berbicara di depan kelas,” katanya lagi. Ia sering mewakili kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi. Karena sering berbicara di depan kelas, ia jadi lebih percaya diri. Ketika ikut lomba pidato, ia sama sekali tidak merasa takut.
Manajemen untuk Keberhasilan Pembelajaran
95
D. Suara Anak
Risma Reskana Gunawan:
Pameran Hasil Karya Siswa Jadi Kegiatan Tahunan Dinas Pendidikan
T
idak puas district showcase berlangsung sehari saja, Risma siswa kelas VIII SMPN 1 Tellulimpoe Sidrap, Sulawesi Selatan, meminta agar kegiatan seperti ini dilaksanakan oleh dinas pendidikan setiap tahunnya. “Saya senang seandainya pameran ini bisa berlangsung dua atau tiga hari. Tapi saya lebih senang lagi kalau pameran ini dilaksanakan setiap tahun, khususnya pada saat memperingati hari Pendidikan Nasional. Ini saya usulkan ke dinas pendidikan atau DBE3,” katanya saat diminta pendapatnya tentang kegiatan ini. Ia menjelaskan manfaat showcase hasil pembelajaran, antara lain: menjadi arena unjuk kompetensi kami, memberikan penghargaan terhadap hasil karya belajar kami, dan sangat memotivasi kami untuk berkarya. “Di kegiatan ini, saya merasa dibuatkan panggung pementasan hasil karya. Lebih enjoy rasanya di sekolah,” imbuhnya. Risma Reskana Gunawan
Bebas Berpendapat
S
aya adalah pelajar di SMP Sayur Matinggi, Tapanuli Selatan. Saya masih baru di sekolah ini, tapi izinkan saya menceritakan pengalaman baru saya di sini.
Ketika saya pindah ke sekolah ini, proses belajar yang berlangsung seperti sekolah umumnya. Namun beberapa minggu kemudian setelah guru kami dilatih DBE3, cara belajar kami berubah. Perubahan pertama yang terasa adalah sistem belajar dari individual menjadi belajar bersama (kelompok). Menurut guru dan kepala sekolah, perubahan itu karena sekolah kami akan menjadi Sekolah Standart Nasional (SSN). Berdasarkan perubahan itu, saya belajar bahwa belajar secara individual dan kelompok sangat jauh berbeda. Ketika belajar secara individual kami merasa sulit untuk mengutarakan dan menjelaskan pendapat; kami tidak bebas berkata-kata. Tapi setelah sistem berubah, kami bebas mengutarakan pendapat tanpa harus takut dengan penolakan atau perbedaan pendapat. S.Yuliana
96
Praktik yang Baik: Mendorong Perubahan di Kelas
D. Suara Anak
Imam Aifruq Imam Aifruq dan teman-temannya saat tampil dalam kegiatan showcase sekolah di daerahnya. Kegiatan praktik membuatnya dapat menikmati proses pembelajaran.
Menikmati karena Banyak Praktik
I
mam Aifruq punya punya kesan tersendiri dengan SMPN 1 Batang Angkola, Sumatera Utara. Remaja pemuja Argentina di World Cup 2010 ini, begitu menikmati praktik pembelajaran di sekolahnya. “Aku lebih suka suasana belajar sejak guru-guru di sekolah lebih banyak mengajari siswa dengan praktik,” ungkap Imam. “Dulu guru banyak bicara, sangat membosankan, sekarang tidak lagi!” tambah pelajar pencinta matematika ini. Sejak menjadi mitra DBE3, SMPN 1 Batangkola banyak berbenah. Guru aktif mempraktikan contextual teaching learning (CTL) dalam mengampuh pembelajaran. Siswa lebih sering belajar di luar kelas; memanfaatkan lingkungan sekolah. Siswa juga didorong berdiskusi dan menemukan sendiri konsep pembelajaran. "Guru di sekolah kami telah banyak berubah," ujar Imam yang lahir 22 November 1996. SMPN 1 Batang Angkola rajin berinovasi. Demi mendongkrak kemampuan berbahasa Inggris, siswa diperkenalkan dengan konsep “English Session” (ES). ES adalah siswa berpidato bahasa Inggris secara rutin. Kegiatan itu dilaksanakan setiap jadwal upacara. Menurut Imam, ES bisa membantu siswa untuk lebih baik. Selain membutuhkan keberanian, ES juga menuntut persiapan. Karena relatif baru, banyak siswa yang masih ragu mengajukan diri untuk berpidato. Selama ini masih ditunjuk oleh guru. “Seharusnya siswa lebih terampil dan berani melatih diri,” ujar pria berbintang Sagitarius ini.
Manajemen untuk Keberhasilan Pembelajaran
97
D. Suara Anak
Untuk Kepala Sekolahku
Tercinta
U
ntuk matahari kami, bapak-ibu kepala sekolah. Selaksa amanat mulia bertumpu di pundak bapak-ibu. Ingin sekali kami ukirkan prestasi karena kerja keras, ketulusan dan cinta bapak-ibu kepada kami. Juga, ingin sekali kami maju karena bapak-ibu menghargai pendapat dan kesaksian kami. Karena itu, inilah perhargaan kami. Setahu kami, bapak-ibu sebagai pendidik bertanggung jawab memberi pembelajaran yang baik dan terus melaksanakan program perbaikan pembelajaran. Sebagai inovator, bapak-ibu melakukan pembaharuan di bidang pembelajaran. Sebagai penyelia, bapak-ibu mengerjakan supervisi di kelas. Sebagai motivator, bapak-ibu memberikan penghargaan dan hukuman kepada kami. Sebagai pemimpin, bapak-ibu mengutamakan kebutuhan siswa. Harapan-harapan siswa ini terangkum dari diskusi kelompok terarah (focused group discussion) siswa sekolah mitra DBE3. Bahkan mereka mendesak kepala sekolahnya menjawab usulan-usulan mereka. Dwi Ulfa Junianti, Kelas IXA, SMPN 2 Pangkep
Ahmad Suyudi, Kelas IXD, SMPN 1 Ma’rang, Pangkep
Buat kepala sekolahku: Ajak semua guru kami menerapkan pelajaran aktif dan kontekstual. l Kami usul, agar guru kami tidak hanya berpatokan pada buku teksnya saja sebagai sumber belajar. Akan tetapi, lingkungan dan masyarakat juga digunakan dalam pembelajaran.
Buat Kepala Sekolahku: Kiranya tidak ada lagi guru yang suka korupsi waktu. l Kiranya membuat tata tertib untuk guru. Kalau siswa dihukum, guru juga harus dihukum. l Kiranya guru menarik cara mengajarnya l Tidak suka marah-marah kalau ditanya, apalagi kalau dikritik.
l
Ina Wahyuni, Kelas IXA, MTsN Biringkanaya, Makasar Buat Kepala Sekolahku: Kiranya mengajak semua guru disiplin mengajar. l Meminta guru menerapkan pembelajaran aktif, rileks, dan menantang. l Kami lebih senang belajar dengan praktik dan kerja kelompok. l
98
Praktik yang Baik: Mendorong Perubahan di Kelas
l
Miftahul, Kelas VIII-D, SMPN 11 Makasar Buat Kepala Sekolahku: l Motivasi guru kami agar memperbaiki cara mengajar l Ingatkan guru kami agar saat mengajar tidak banyak berceramah, tapi lebih banyak praktik.
D. Suara Anak
Lebih Mudah Mengerjakan Soal Liana Zahara (13) itu nama saya. Sekarang saya belajar di SMP Negeri 2 Binjai. Saat menulis cerita ini, saya tengah mempersiapkan diri menghadapi final kompetisi matematika PASIAD se-Indonesia.
M
engikuti kompetisi bukan perkara gampang bagi saya. Selain banyak pesaing, soal-soal yang disajikan juga beragam, tidak mudah untuk mengerjakannya. Ini benar-benar kompetisi yang ketat. Saya cukup tertolong dalam persiapan karena metode pembelajaran yang dijalankan di sekolah. Di sekolah kami belajar secara berkelompok. Dalam kelompok kami dibiasakan untuk bertukar pendapat. Perbedaan pendapat hal yang biasa. Kami bisa menerima itu dengan baik. Hal yang menyenangkan dalam belajar berkolompok, kami bisa berbagi pengetahuan. Soal-soal matematika yang rumit misalnya, bisa kami selesaikan bersamasama. Jika saya kurang mengerti cara menyelesaikan salah satu soal, saya bisa tertanya kepada kawan saya yang lebih paham. Dia akan membantu saya untuk mengerjakannya. Cara dia menjelaskan juga lebih sederhana dan lebih cepat saya mengerti. Begitu pula sebaliknya, jika saya yang lebih mengerti maka saya akan
membantunya. Cara belajar di sekolah kami memang berbeda. Hubungan kami dengan guru terasa lebih dekat. Kami diizinkan untuk menyampaikan pendapat. Ruang kelas kami juga tampak berbeda. Banyak karya kami yang menempel di sekujur dinding kelas. Situasi belajar kami itu membuat saya lebih nyaman mempersiapkan diri. Saya pun lebih percaya diri untuk menghadapi kompetisi.
Siswa SMPN 2 Binjai membacakan hasil uji coba IPA tentang pesawat sederhana. Lewat presentasi, siswa semakin percaya diri untuk menyatakan pendapatnya. SMPN 2 Binjai juga memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Halaman sekolah yang tidak begitu luas, tidak menjadi halangan bagi sekolah ini untuk mempraktikkan pembelajaran aktif.
Manajemen untuk Keberhasilan Pembelajaran
99