BISNIS MAYA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Iwannudin IAIM Ma’arif NU Metro Email :
[email protected]
Abstrak Dengan teknologi yang semakin canggih pada tiap-tiap bidang kehidupan manusia sekarang, segala usaha dan kegiatan manusia akan semakin terasa mudah, jika dibandingkan ketika teknologi yang digunakan hanya mengandalkan faktor keramahan alam. Melalui teknologi tersebut apa yang dulunya tidak mungkin, kini dapat terjadi dengan logis, seperti manusia sekarang dapat terbang, masuk ke dasar laut yang terdalam sekalipun, atau dapat menghancurkan suatu kota dengan hanya hitungan menit. Perkembangan teknologi elektronik yang berlangsung sangat pesat akhir-akhir ini telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan dan kegiatan masyarakat. Canggihnya teknologi modern saat ini dan terbukanya jaringan informasi global yang serba transparan, yang menurut Toffler adalah gejala masyarakat gelombang ketiga, telah ditandai dengan munculnya internet, yakni sebuah teknologi yang memungkinkan adanya transformasi secara cepat ke seluruh jaringan dunia melalui dunia maya. Dengan teknologi internet, human action (perilaku manusia), human interaction (interaksi antar manusia), human relation (hubungan kemanusiaan) mengalami perubahan yang cukup signifikan. Jaringan komunikasi global telah menciptakan tantangan-tantangan terhadap cara pengaturan transaksitransaksi sosial dan ekonomi. Internet yang merupakan implementasi Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) telah memberikan kemudahan dalam berkomunikasi secara global tanpa batasan geografis antar negara. Internet merupakan suatu penemuan yang pada awalnya berfungsi sebagai alat pertukaran data ilmiah dan akademik, kini telah berubah
menjadi perlengkapan hidup sehari-hari dan dapat diakses dari berbagai belahan dunia. Teknologi internet mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perekonomian dunia. Internet membawa perekonomian dunia memasuki babak baru yang lebih populer dengan istilah digital economics atau ekonomi digital. Keberadaannya ditandai dengan semakin maraknya kegiatan perekonomian yang memanfaatkan internet sebagai media komunikasi, kolaborasi, dan kooperasi. Perdagangan misalnya, semakin banyak mengandalkan perdagangan elektronik/electronic commerce (e-commerce) sebagai media transaksi, dan diperkirakan, lebih dari 95 persen dari seluruh kegiatan di internet merupakan kegiatan perdagangan. Berdasarkan fenomena tersebut diatas penulis mencoba membongkar identitas bisnis Maya dan setatus hukumnya dalam perspektif Islam. Mengigat makna Maya itu sangat luas, untuk memperjelas pembahasan ini penulis akan menekankan pada salah satu bentuk atau contoh /kasus praktek bisnis maya, yaitu E-commerce. Kata Kunci: Bisnis Maya, Hukum Islam, Bisnis Online Abstract
Technological development which is advanced in Indonesian society helps them in doing anything as the facility in all fields, especially buying and selling. The benefit of the technological development is all of the things can be possible with logical. Nowadays, the development of electronic technology has affected almost every aspect of life and activity in community. The sophistication of modern technology and the opening of a global information network that is completely transparent, which is assumed by Toffler that the symptoms of society in the third wave has been marked by the advent of the internet, which is a technology that enables the rapid transformation to a whole network of the world through cyberspace. By using internet technology, human action (human behavior), human interaction (interaction between people), human relations (human relations) undergo significant changes. Global
communications network has created challenges to the way transactions arrangement of social and economic. Internet which is an implementation of the Transmission Control Protocol / Internet Protocol (TCP/IP) have made it easier to communicate globally without geographical boundaries between countries. At the first time, internet is found as a means of exchange of scientific data and academic, and now, it has changed to be complement in daily activities and can be accessed from various parts of the world, especially for business in buying and selling. The purpose of this study is to know the problems on how Islamic law perspective in virtual business? In this paper will be described on how Islamic law addressing the issue on the basis of the phenomena occurring lately. The writer tries to dismantle the virtual business identity and legal status in the Islamic law perspective. Because the virtual has very broad meaning, then the discussion will focus on one form or examples cases of virtual business practices in e-commerce. Keywords: Virtual Business, Islamic Law, e-commerce
Pendahuluan Fenomena Business tidak dapat disangkal telah menjadi trend yang mewarnai aktivitas bisnis di negara-negara maju maupun berkembang. Konsep baru yang berkembang karena kemajuan teknologi informasi dan berbagai paradigma bisnis baru ini dianggap sebagai kunci sukses perusahaan-perusahaan di era informasi dan di masa-masa mendatang. Hughes dan Kopor memberikan dalam bukunya Business yang di kutip Buchori memberikan pengertian bahwa yang dikatakan bisnis adalah; suatu kegiatan usaha indifidu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang /jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.1
1 Buchori Alma, Ajaran Islam Dalam Bisnis, (Bandung: Alfabeth:1998), Cet ke-3,h. 18.
Sedangkan Maya dalam bahasa indonesia artinya, “yang sebenarnya tidak ada, (hanya gambar angan-angan belaka atau hanya tampaknya saja sebagai ada, sebenarnya tidak ada): khayal / = Tidak Nyata = Tidak Jelas.2 Seperti dalam perdagangan uang misalnya, Maya adalah sesuatu yang tidak rill/nyata tidak bersifat/tidak dapat dilihat seperti dalam jual beli. dalam transaksi Maya, tidak ada sektor riil (barang dan jasa) yang diperjualbelikan. Mereka hanya memperjualbelikan kertas berharga dan mata uang untuk tujuan spekulasi3. Arti tidak nyata disini bukan berarti bisnis dalam mimpi , akan tetapi pelaksanaan bisnis, yang mana dalam transaksi tidak bertemunya secara langsung antara penjual dan pembeli dan juga bentuk nyata barangnya. Berangkat dari teori diatas jika di gabungkan anta kata “Bisnis” dan “Maya”, maka dapat diambil pengertian bahwa Bisnis Maya adalah; aktifitas bisnis yang objeknya tidak jelas secara sifat, akan tetapi dapat dirasakan / digunakan, bisnis ini biasanya dilakukan lantara elektronik atau identik dengan internet.
Pembahasan Perkembangan e-commerce tidak terlepas dari laju pertumbuhan internet karena e-commerce berjalan di atas jaringan internet. Pertumbuhan pengguna internet yang sangat pesat merupakan suatu kenyataan yang membuat internet menjadi salah satu media yang efektif bagi perusahaan maupun perorangan untuk memperkenalkan dan menjual produk/jasa mereka ke calon konsumen dari seluruh dunia. Untuk negara Asia, pengguna jasa internet pada tahun 1999 berjumlah 66 juta, dengan Jepang sebagai pengguna terbesar yakni sebanyak 20 juta. The Boston Consulting Group memperkirakan pada tahun 2005 jumlahnya akan menjadi
Arti Uang Maya, http://uang-maya.blogspot.com/2008/10/artiuang-maya.html , 7/2/09, lihat W.J.S.Purwa Darminta, Kamus Umum Hahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2006) Edisi ke-3, Cet ke- 3, h. 755 2
3
Telaah
Terhadap
http://www.niriah.com, 3/2/2014
Akar
Krisis
Keuangan
Global-3,
375 juta dengan Tiongkok sebagai pengguna jasa internet terbesar.4 Hadirnya e-commerce memungkinkan terciptanya persaingan yang sehat antara perusahaan kecil, menengah dan besar dalam merebut pangsa pasar. Sebagai suatu perdagangan yang berbasis teknologi canggih, e-commerce telah mereformasi perdagangan konvensional di mana interaksi antara konsumen dan perusahaan yang sebelumnya dilakukan secara langsung menjadi interaksi yang tidak langsung5.E-commerce telah merubah paradigma bisnis klasik dengan menumbuhkan model-model interaksi antara produsen dan konsumen di dunia virtual. Prinsip perdagangan dengan sistem pembayaran klasik yang kita kenal adalah perdagangan di mana penjual dan pembeli bertemu secara fisik atau secara langsung kini berubah menjadi konsep telemarketing yakni perdagangan jarak jauh dengan menggunakan media internet yang tidak lagi membutuhkan pertemuan antar para pelaku bisnis. Sistem perdagangan yang dipakai dalam e-commerce dirancang untuk menandatangani secara elektronik. Penandatanganan elektronik ini dibuat mulai dari saat pembelian, pemeriksaan dan pengiriman6. Perkembangan teknologi informasi, sadar atau tidak telah memberikan dampak terhadap perkembangan hukum, ekonomi, sosial, budaya dan politik. Hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang yang harus dihadapi pada awal abad ke 21. Khususnya di bidang perekonomian, perkembangan teknologi informasi telah melahirkan model transaksi baru dalam dunia perdagangan.
A. Pengertian, Ruang Lingkup dan Proses E-Comerce Sebagai salah satu Bentuk Bisnis Maya. E-commerce seringkali diartikan sebagai jual beli barang dan jasa melalui media elektronik, khususnya melalui internet. Salah satu contoh adalah penjualan produk secara online melalui internet seperti yang dilakukan WebStore Kompas Cyber Media. 4 Farizal F. Kamal, Cyberbusiness, cet. 3 (Jakarta: Elex Media Komputindo, 1999), h. 1 5 Atip Latifulhayat, “Perlindungan Data Pribadi dalam Perdagangan Secara Elektronik (e-Commerce)”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 18 (Maret, 2002), h. 23 6 Freddy Haris, Aspek Hukum Transaksi Secara Elektronik Di Pasar Modal, (Jakarta: tnp, 2000), h. 7
Dalam bisnis ini, dukungan dan pelayanan terhadap konsumen menggunakan e-mail sebagai alat bantu, mengirimkan kontrak melalui mail dan sebagainya. Sebenarnya ada banyak definisi mengenai e-commerce. Tetapi yang pasti, setiap kali masyarakat berbicara tentang e-commerce, mereka biasanya memahaminya sebagai bisnis yang berhubungan dengan internet.7 Dari berbagai definisi yang ditawarkan dan dipergunakan oleh berbagai kalangan, terdapat kesamaan dari setiap definisi tersebut. Kesamaan ini menunjukkan bahwa e-commerce memiliki karakteristik: 1) Terjadinya transaksi antara dua belah pihak; 2) Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi; dan 3) Internet merupakan medium utama dalam proses atau mekanisme perdagangan tersebut.8 Dari karakteristik tersebut terlihat jelas bahwa pada dasarnya e-commerce merupakan dampak dari perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi. Secara signifikan mengubah cara manusia melakukan interaksi dengan lingkungannya, yang dalam hal ini terkait dengan mekanisme dagang. E-commerce sebagai suatu cara untuk melakukan aktivitas perekonomian dengan infrastruktur internet memiliki jangkauan penerapan yang sangat luas. Seperti halnya internet, siapapun dapat melakukan aktivitas apapun termasuk aktivitas ekonomi, ecommerce juga memiliki segmentasi penerapan yang luas. Secara garis besar, e-commerce diterapkan untuk melaksanakan aktivitas ekonomi business-to-business, business-to-consumer, dan consumer-toconsumer.9 Ada dua hal utama yang biasa dilakukan oleh customers di dunia. 7 http://www.kompas.com/kcm/news/0002/17/artikel%5F1.htm accessed , 06/02/2014 8 Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif Islam ,
http://msiuii.net/baca.asp?katagori=rubrik&menu=ekonomi&baca=artikel&id=383 . 3/2/2014 9 Panggih P. Dwi Atmojo, Internet Bisnis I, (Jogjakarta: Dirkomnet Training, 2002), h. 6
Pertama : melihat produk-produk atau jasa-jasa yang diiklankan oleh perusahaan terkait melalui website-nya (online ads). Kedua : adalah mencari data atau informasi tertentu yang dibutuhkan sehubungan dengan proses transaksi jual beli yang akan dilakukan.10 Jika tertarik dengan produk atau jasa yang ditawarkan, konsumen dapat melakukan transaksi perdagangan dengan cara melakukan pemesanan secara elektronik (online orders), yaitu dengan menggunakan perangkat komputer dan jaringan internet. merchant Berdasarkan pesanan tersebut, akan mendistribusikan barangnya kepada customer melalui dua jalur. 1) Bagi perusahaan yang melibatkan barang secara fisik, perusahaan akan mengirimkannya melalui kurir ke tempat pemesan berada. 2) Yang kedua ini adalah jalur yang menarik karena disediakan bagi produk atau jasa yang dapat digitalisasi (diubah menjadi sinyal digital). Produk-produk yang semacam teks, gambar, video dan audio secara fisik tidak perlu lagi dikirimkan, namun dapat disampaikan melalui jalur internet, contohnya electronic newspapers, digital library, virtual school dan sebagainya. Selanjutnya, melalui internet dapat pula dilakukan aktivitas pasca pembelian, yaitu pelayanan purnajual (electronic customer support). Proses ini dapat dilakukan melalui jalur konvensional, seperti telepon, ataupun jalur internet, seperti e-mail, teleconference, chatting, dan lain-lain. Dari interaksi tersebut diharapkan customers dapat datang kembali dan melakukan pembelian produk atau jasa di kemudian hari (follow-on sales).
B. Trassaksi E-Comerce Perspektif Hukum Islam Transaksi (akad) merupakan unsur penting dalam suatu perikatan. Dalam Islam persoalan transaksi sangat tegas dalam penerapannya, dan ini membuktikan bahwa keberadaan transaksi tidak boleh dikesampingkan begitu saja dalam setiap bidang
10
Haris Faulidi Asnawi, h. 10
kehidupan manusia (umat Islam), karena begitu pentingnya transaksi suatu suatu perjanjian11. Secara umum dapat dilihat bahwa dalam perdagangan secara Islam menjelaskan adanya transaksi yang bersifat fisik, dengan menghadirkan benda tersebut sewaktu transaksi, atau tanpa menghadirkan benda yang dipesan, tetapi dengan ketentuan harus dinyatakan sifat benda secara konkret, baik diserahkan langsung atau diserahkan kemudian sampai batas waktu tertentu, seperti dalam transaksi as-salam dan transaksi al-istisnā„12. Transaksi as-salam merupakan bentuk transaksi dengan sistem pembayaran secara tunai/disegerakan tetapi penyerahan barang ditangguhkan. Firman Allah SWT, dalam Surat Al-Baqoroh: 282 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu‟amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar…(QS;AlBaqoroh:282) Yang dimaksud kata dain dalam ayat ini (bukan hutang), tetapi muamalah tidak secara tunai untuk barang yang terkandung dalam jaminan. Selama kriteria barang diketahui jelas dan berada dalam tanggungan (penjual, red.) dan si pembeli meyakini akan dipenuhi oleh si penjual pada saatnya nanti seperti yang terkandung dalam ayat ini, sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas, selama itu pula ia tidak termasuk larangan Nabi saw., tentang tidak bolehnya seseorang menjual sesuatu yang tidak ada padanya sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan dari Al Hakim, Ibnu Hazam yang berbunyi:
Fathurrahman Djamil, “Hukum Perjanjian Syariah”, Dalam Mariam Darus Badrulzaman dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, cet. 1 (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), h. 252 12 Haris Faulidi Asnawi, h. 18 11
“jangaanlah kamu menjual barang yang tidak ada pada mu. “ (Dikeluarkan olch Ahmad dan Ashhabus Sunan dan dishahihkan oleh At Tinnidzi dan Ibnu Ilinnan) 13. Sedang transaksi al-istisnā„ merupakan bentuk transaksi dengan sistem pembayaran secara disegerakan atau secara ditangguhkan sesuai kesepakatan dan penyerahan barang ditangguhkan.14 1. 3. Penyerahan Barang di Kemudian hari Penjual
Pembeli 1.Akad Bai’ As-Salam
(Muslam Illaih)
(Muslam)
2. Pembayaran di Muka
2. 2. Pembayaran secara tangguh atau cicilan Penjual
1.Akad +
(Muslam Illaih) Kualifikasi pesanan
Pembeli (Muslam)
2. Penyerahan mashnu’ dikemudian hari
Skema transaksi bai‟ As-Salam (2) Skema transaksi alistisnā. 15 Transaksi as-salam - disebut juga as-salaf - seperti halnya model transaksi jual beli lainnya, telah ada bahkan sebelum 13 Sayid
Sabiq, Fiqh Sunah 12, (Bandung PT. Alma’arif: 1987) Cet Ke-12, h.
119-120 14 Haris
Faulidi Asnawi, h. 18 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi erbankkan Syari‟ah, (Jakarta, Zikrul Hakim: 2003) h. 41 15
kedatangan Nabi Muhammad Saw.16 Hal ini merupakan suatu bentuk keringanan dalam bermuamalah dan memberikan kemudahan kepada manusia dalam berinteraksi dengan sesama, khususnya pada masalah pertukaran harta, seperti halnya jual beli dengan hutang. Transaksi as-salam tercermin adanya saling tolong menolong yang dapat menguntungkan kedua belah pihak. Pihak pembeli dapat membeli barang dengan harga lebih murah, begitu pula pihak penjual memperoleh keuntungan dari penerimaan uang lebih cepat dari penyerahan barang. Dengan pembayaran itu berarti didapat tambahan modal yang berguna untuk mengelola dan mengembangkan usahanya. Ketika Rasulullah Saw tiba di Madinah, orang-orang sudah biasa melakukan pembayaran lebih dahulu (salaf) buat buahbuahan untuk jangka waktu setahun atau dua tahun. Kemudian beliau bersabda: Artinya: Dari Ibnu Abbas r.a., is berkata : Nabi saw. datang di Madinah padahal mereka biasa membeli buah-buahan secara ijon, setahun dan dua tahun, maka is bersabda : “Barangsiapa membeli buah-buahan secara ijon maka tentukanlah dengan takaran terten tu, timbangan tertentu, buat satu masa tertentu”. (HR Jama‟ah)17 Hadits ini menjadi dasar bagi Salam (jual beli dengan sis tim ijon) dengan menentukan jenisnya ketika akad. Sedangkan dalam pelaksanaan transaksi Bisnis e-commerce, secara sekilas hampir serupa dengan transaksi as-salam dalam hal pembayaran dan penyerahan komoditi yang dijadikan sebagai obyek transaksi. Oleh karena itu, untuk menganalisis dengan jelas apakah transaksi dalam e-commerce melalui internet tersebut dapat disejajarkan dengan prinsip-prinsip transaksi yang ada dalam transaksi as-salam maka masing-masing dapat dicermati melalui pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi, proses pernyataan kesepakatan transaksi dan melalui obyek transaksi.
16 S. M. Hasanuz Zaman, “Bay?Salam: Principles and Their Practical Applications”, Dalam Sheikh Ghazali Sheikh Abod dkk (Ed.), An Introduction to Islamic Finance, (Kuala Lumpur: Quill Publishers, 1992), h. 225. 17 Bustanul Ahbar, Nailul Authar, Penerjemah, .qodir Hasan, dkk, (Surabaya: PT. Bintang Ilmu: 2001) Jilid. 4, h.1773.
Dalam transaksi e-commerce melalui internet perintah pembayaran (payment instruction) melibatkan beberapa pihak selain dari pembeli (cardholder) dan penjual (merchant).18 Para pihak itu adalah payment gateway, acquirer dan issuer. Dalam transaksi online merupakan suatu keharusan adanya pihak-pihak lain yang terlibat. Karena transaksi e-commerce melalui media internet merupakan bentuk transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang dalam bertransaksi tidak saling bertemu face-to-face atau bahkan tidak saling mengenal, sebab mereka bertransaksi dalam dunia atau virtual. Oleh karena itu, untuk menjamin adanya kehandalan, kepercayaan, kerahasiaan, validitas dan keamanan, transaksi e-commerce dalam pelaksanaannya memerlukan layananlayanan pendukung. Dalam hal ini payment gateway dapat dianggap seperti saksi dalam transaksi yang melakukan otorisasi terhadap instruksi pembayaran dan memonitor proses transaksi online. Payment gateway ini diperlukan oleh acquirer untuk mendukung berlangsungnya proses otorisasi dan memonitor proses transaksi yang berlangsung. Payment gateway biasanya dioperasikan oleh acquirer atau bisa juga oleh pihak ketiga lain yang berfungsi untuk memproses instruksi pembayaran. Payment gateway dalam hal ini telah memperoleh sertifikat digital yang dikeluarkan dan dikelola oleh pihak ketiga yang terpercaya, yang dikenal dengan nama Certification Authority (CA), seperti VeriSign, Mountain View, Thawte, i-Trust dan sebagainya. Sertifikat digital ini dimiliki sebagai tanda bukti bahwa dia memiliki hak atau izin atas pelayanan transaksi elektronik. Selain payment gateway, adanya acquirer dan issuer juga merupakan suatu keharusan. Acquirer adalah sebuah institusi finansial dalam hal ini bank yang dipercaya oleh merchant untuk memproses dan menerima pembayaran secara online dari pihak consumer. Dan issuer merupakan suatu institusi finansial atau bank yang mengeluarkan kartu bank (kartu kredit maupun kartu debit) yang dipercaya oleh consumer untuk melakukan pembayaran Lihat Muhammad Aulia Adnan, Aspek Hukum Protokol Pembayaran Visa/MasterCard Secure Electronic Transaction (SET), Skripsi, (Depok: Universitas Indonesia, 1999), h. 54. Dan http://www.geocities.com/amwibowo/resource.html accessed Mei 30, 2003. 18
dalam transaksi online. Masing-masing dari acquirer dan issuer merupakan wakil dari merchant dan consumer dalam melakukan pembayaran secara online. Pada transaksi as-salam keberadaan saksi dan wakil bukan suatu keharusan tapi apabila diperlukan hal itu tidak akan merusak atau membatalkan transaksi, bahkan untuk keberadaan saksi sangat dianjurkan dalam transaksi as-salam. Karena dikhawatirkan adanya perselisihan dikemudian hari, baik disengaja oleh salah satu pihak maupun karena lupa. Dan juga setiap transaksi akan selalu terkait dengan keadaan dan kondisi yang melingkupinya. Pada transaksi yang dilakukan dalam bentuk yang lebih formal terikat dan mengandung risiko tinggi, demi kemaslahatan (kebaikan) diantara pihak-pihak yang terlibat sangat dianjurkan adanya administrasi dan saksi apabila melakukan suatu transaksi. Dalam melakukan transaksi, consumer diminta untuk mengisi informasi pembayaran (yang biasanya disertai dengan memasukkan kode rahasia) pada form slip pembelian yang telah disediakan website merchant yang kemudian dilakukan otorisasi melalui payment gateway. Dari otorisasi tersebut dapat diketahui bahwa ia benar-benar pemilik yang sah dan berwenang menggunakannya. Pada pihak penjual, merchant memiliki sertifikat digital dari CA yang menjamin identitas pihak tersebut bahwa ia benar-benar ada dan memiliki wewenang untuk melakukan transaksi online. Dan yang paling penting dalam melaksanakan transaksi online adalah kedua pihak harus mengerti (paling tidak mengetahui) tentang pengoperasian komputer dan internet, dan hal ini tidak mungkin dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kecakapan yang sempurna, seperti dilakukan oleh anak-anak yang belum berakal atau orang gila. Seperti halnya transaksi as-salam, masing-masing pihak yang terlibat dalam transaksi harus memenuhi ketentuanketentuan untuk validitas transaksi itu sendiri. Pembeli dan penjual harus memenuhi ketentuan memiliki kecakapan yang sempurna dan mempunyai wewenang untuk melakukan transaksi. Consumer dan merchant bertemu dalam dunia maya yaitu internet melalui server yang disewa dari ISP. Biasanya akan didahului oleh penawaran dari pihak merchant. Kemudian, melalui
sebuah website yang dimiliki merchant, consumer dapat melihat daftar atau katalog barang yang dijual yang disertai dengan deskripsi produk yang dijual. Pernyataan kesepakatan dapat dilakukan melalui chatting, video conference, e-mail atau langsung melalui website merchant.19 Pernyataan kesepakatan dalam transaksi e-commerce pada prinsipnya sama dengan pernyataan kesepakatan pada transaksi assalam. Namun, dalam transaksi online pernyataan kesepakatan dinyatakan melalui media elektronik dan internet. Meski pernyataan kesepakatan dilakukan dengan berbagai cara, yang terpenting adalah pernyataan dapat dipahami maksudnya oleh kedua pihak yang melakukan transaksi, sehingga dapat dijadikan manifestasi dari kerelaan kedua pihak. Dan sebelum pernyataan kesepakatan terjadi harus dilakukan berbagai pertimbangan yang berdasarkan informasi yang akurat dan dikelola secara baik dan benar, karena hal tersebut mengandung unsur risiko tinggi walaupun bisa diminimalisir dengan infrastruktur-infrastruktur pendukung yang ada.20 Sesuatu yang dijadikan pembayaran/harga pada transaksi e-commerce adalah uang yang telah diketahui jumlah dan mata uang yang digunakan. Uang yang dijadikan pembayaran/harga diserahkan melalui wakil/perantara dari masing-masing pihak yang bertransaksi yang dalam hal ini adalah issuer dan acquirer. Pembayaran segera dilakukan sesuai dengan jumlah dan mata uang yang telah disepakati setelah proses otorisasi berhasil dilaksanakan. Berbagai cara biasanya dilakukan oleh perusahaan maupun bank untuk membuktikan kepada consumer bahwa proses pembayaran telah dilakukan dengan baik, seperti pemberitahuan melalui e-mail, pengiriman dokumen elektronik melalui e-mail atau situs terkait yang berisi “berita acara” jual beli dan kuitansi pembelian yang merinci jenis produk atau jasa yang dibeli berikut detail mengenai metode pembayaran yang telah dilakukan atau pencatatan transaksi pembayaran oleh bank yang laporannya akan diberikan secara periodik pada akhir bulan. Harga dalam hal ini merupakan harta yang memiliki nilai dan manfaat menurut syara, M. Sanusi Arsyad, “Transaksi Bisnis Dalam Electronic Commerce (eCommerce): Studi Tentang Permasalahan-Permasalahan Hukum dan Solusinya”, Tesis Magister, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2000, h. 53 20 Haris Faulidi Asnawi, h. 35 19
bagi pihak-pihak yang mengadakan transaksi dan pembayaran dibayarkan segera/didahulukan serta dapat ditentukan dan diketahui oleh pihak-pihak yang terlibat dalm transaksi sesuai dengan ketentuan dalam transaksi as-salam. Mengenai komoditi yang dijadikan sebagai salah satu obyek transaksi dalam transaksi e-commerce dapat berupa apa saja (baik itu komoditi yang legal maupun illegal untuk diperdagangkan menurut hukum Islam). Hal ini disebabkan selama ini internet diasosiasikan sebagai media tanpa batas,21 Dimensi ruang, birokrasi, waktu, kemapanan dan tembok struktural yang selama ini ada di dunia nyata dengan mudah ditembus oleh teknologi informasi. Oleh karena itu, disamping komoditi yang memang legal juga terdapat komoditi yang illegal menurut Islam untuk diperdagangkan, misalnya minuman keras dan barang lain yang mengandung maksist, seperti hadis nabi SAW: Artinya: “Rahwasan}‟a Jabir r.a. mendengar Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya Allah telah rnengharamkan penjualan arak, bangkai, babi dan patung-patung. Seorang berkata: Ya Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang gentukgemuk (lemak) yang diambil dari bangkai, karena gemukgemuk itu digunakan untuk mengecat kapal-kapal, meminyaki kulit dan dijadikan minyak lampu?” Nabi berkata: dia itu haram. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Mudah-mudahan Allah membinasakan orang-orang Yahudi, karena manakala Allah mengharamkan gemuk-gemuk bangkai, mereka mencairkannya, kmudian mereka menjualnya dan memakan harganya “. (H.R. AlJamaah, Al-Muntaga II: 315-316). Berdasarkan kerangan hadis tersebut menyatakan bahwa syara’ tidak membenarkan kita memperdagangkan arak, bangkai, 21 Walaupun internet diasosiasikan sebagai media tanpa batas, tapi secara logika, seperti yang dikemukakan oleh Onno W. Purbo, hati nurani kita menjawab pasti ada sesuatu yang akan membatasi interaksi dalam duniamaya ini. Kemudian Onno mengemukakan 4 hal utama yang menjadi komponen utama dari pembatas dunia maya, yaitu: pertama, hukum/perundangan; kedua, norma; ketiga, kondisi pasar; keempat, arsitektur dari platform tempat masyarakat berinteraksi. Lebih lanjut lihat Onno W. Purbo, “Cyberlaw: Filosofi “Hukum” di Dunia Maya”, makalah disampaikan pada Seminar Nasional Cyberlaw, diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Hukum Bandung, Bandung, 9 April 2001, h. 1
babi, patung serta gemuk bangkai22. Akan tetapi berkaitan hal ini tergantung kepada consumer sendiri dalam mencermati jenis komoditi apa dan bagaimana yang akan dibeli. Sedang ketentuan dalam transaksi as-salam mengharuskan komoditi yang dijadikan sebagai obyek transaksi merupakan sesuatu yang legal diperdagangkan menurut Islam. Sejauh ini dapat dicermati bahwa apabila komoditi dalam e-commerce merupakan komoditi yang legal menurut Islam untuk diperdagangkan berarti telah sesuai dengan salah satu ketentuan transaksi as-salam. Adapun komoditi yang diperdagangkan dalam e-commerce dapat berupa komoditi digital dan komoditi non-digital. Untuk komoditi digital seperti electronic newspapers, e-books, digital library, virtual school, software program aplikasi komputer dan sebagainya, dapat langsung diserahkan melalui media internet kepada consumer, seperti dengan melakukan download terhadap produk tersebut. Berbeda halnya dengan komoditi non-digital, komoditi tidak dapat diserahkan langsung melalui media internet namun dikirimkan melalui jasa kurir sesuai dengan kesepakatan spesifikasi komoditi, waktu dan tempat penyerahan.23 Dengan demikian, apabila komoditi yang diperdagangkan merupakan komoditi digital maka tidak dapat dikategorikan/disamakan dengan transaksi as-salam. Karena dalam transaksi as-salam komoditi diserahkan kemudian/ditangguhkan penyerahannya. Sedang pada komoditi digital, komoditi diserahkan langsung kepada consumer melalui media internet dan diterima langsung pada waktu transaksi. Lain halnya pada komoditi non-digital, komoditi tidak dapat diserahkan langsung kepada consumer melalui internet tapi harus dikirimkan melalui jasa kurir yang dalam hal ini berarti penyerahan komoditi tidak diserahkan pada saat transaksi atau dengan kata lain komoditi ditangguhkan sampai pada batas waktu yang telah disepakati. Hal ini berarti bahwa untuk komoditi non-digital telah memenuhi salah satu ketentuan yang ada dalam transaksi as-salam, yaitu mengenai penangguhan penyerahan komoditi. 22 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqieqy, Koleksi Hadis-Hadis Hukum, 7, (Jakarta: PT. Pustaka Rizki Putra:2001) Edisi Ke-2, Cet. Ke- 3, h.6 23 Haris Faulidi Asnawi, h. 36
Sebelum melakukan pemesanan, pada transaksi e-commerce, consumer terlebih dahulu dapat melihat dan mengetahui tentang informasi komoditi yang ditawarkan oleh pihak merchant dengan melakukan browsing pada website yang telah disediakan merchant. Setelah memilih jenis barang tertentu yang diinginkan, maka akan dijumpai keterangan lebih jelas mengenai barang yang dipilih itu, antara lain terdiri dari informasi penting tentang produk tersebut (seperti harga dan gambar barang tersebut), nilai rating barang itu yang diperoleh dari poll otomatis tentang barang itu yang diisi oleh para pembeli sebelumnya (apakah barang tersebut baik, cukup baik, atau bahkan mengecewakan), spesifikasi (product review) tentang barang tersebut, dan menu produk-produk lain yang berhubungan. Hal tersebuti menjelaskan komoditi yang dijadikan sebagai obyek transaksi dalam transaksi e-commerce sesuai dengan ketentuan transaksi as-salam bahwa komoditi dapat diketahui dan bisa diidentifikasi secara jelas. Selanjutnya dalam ketentuan transaksi as-salam, komoditi yang dijadikan sebagai salah satu obyek transaksi harus berada dalam tanggungan dan diakui sebagai utang, walaupun tidak harus berada pada penjual pada saat transaksi berlangsung, tetapi harus ada pada waktu yang ditentukan. Pada transaksi e-commerce, walaupun tidak dapat diidentifikasi secara pasti tapi paling tidak, sertifikat digital yang diberikan oleh CA kepada merchant website dapat dijadikan jaminan bahwa ia telah diakui sebagai “pedagang” di dunia Maya dan memiliki komoditi untuk diperdagangkan/mampu melakukan pemenuhan prestasi sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak yang bertransaksi. Disamping itu juga pihak merchant menyediakan pelayanan kepada setiap consumer untuk menyampaikan keluhan ataupun pertanyaan melalui consumer support yang dapat diakses setiap saat baik melalui e-mail, telepon dan sebagainya. Untuk komoditi non-digital sebelum transaksi berlangsung telah disepakati mengenai batas waktu untuk penyerahan komoditi. Consumer dapat menentukan batas waktu pengiriman yang diinginkan seperti yang telah disediakan oleh merchant dalam bentuk form yang harus diisi oleh consumer. Setelah mengisi form tersebut pihak merchant akan mengkalkulasikan jumlah komoditi
sekaligus harga dan biaya pengiriman yang harus dibayar oleh consumer. Dari sini terlihat bahwa penangguhan penyerahan komoditi dalam transaksi e-commerce dapat diketahui dan jelas serta ditentukan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak yang bertransaksi sesuai dengan ketentuan dalamtransaksi assalam.
C. Studi Pelaksanaan Bisnis Maya Transaksi e-Comerce di Indonesia
dalam
Bentuk
Internet telah tumbuh dengan sangat cepat tidak hanya di negara-negara maju tapi juga di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2002 pengguna jasa internet di Indonesia mencapai angka 4,5 juta dan diperkirakan akan terus meningkat.24 Hal ini secara filosofis membuka potensi dan peluang untuk mengembangkan bisnis melalui internet khususnya ecommerce yang telah diprediksikan sebagai “Bisnis besar masa depan” (the next big thing)25. Perkembangan internet yang kemudian memunculkan e-commerce merupakan alternatif bisnis yang cukup menjanjikan, karena e-commerce dipandang memiliki banyak kemudahan bagi kedua belah pihak, baik merchant maupun buyer. Berdasarkan perkembangan di negara-negara besar, e-commerce ini menjadi basis menuju bisnis era baru termasuk di Indonesia. Keberadaan e-commerce di Indonesia dipelopori oleh sebuah toko buku online yaitu Sanur26.Ide pertama kali munculnya bisnis e-commerce berupa toko buku online ini, diilhami adanya jenis bisnis serupa, yaitu Amazon27. Sanur merupakan toko buku
24http://www.apjii.or.id/dokumentasi/statistik.php?lang=ind accessed, 06/02/2014
Jay MS, “Peranan e-Commerce Dalam Sektor Ekonomi & Industrya, makalah disampaikan pada Seminar Sehari Aplikasi Internet di Era Millenium Ketiga, Jakarta, 2000, h. 3. 26 http://www.sanur.co.id , 06/02/2014 27 http://www.amazon.com, 06/02/2014 25
pertama di Indonesia yang menjual buku melalui internet. Kemudian disusul berikutnya Indonesia Interactive.28 Akan tetapi perkembangan e-commerce di Indonesia masih terhambat oleh beberapa faktor yang ada. Diantaranya adalah faktor jaminan keamanan. Sebuah survey mendapatkan hasil terhadap user Indonesia menunjukkan bahwa pikiran utama yang masih tertanam dibenak mereka untuk melakukan transaksi di internet adalah mengenai masalah keamanan dalam pembayaran. Dan juga di Indonesia budaya penggunaan kartu kredit masih sedikit dan masih merupakan barang langka dan simbol status, karena itu banyak situs e-commerce di Indonesia yang selain menawarkan cara pembayaran online dengan kartu kredit/debit juga menawarkan cara pembayaran lain, seperti cash on delivery. Atau dapat juga halaman website hanya menawarkan jenis produk yang akan dijual sedangkan transaksi dan pembayaran dilakukan secara offline atau kontak via telepon seperti dalam transaksi jual beli biasa.29 Secara umum mekanisme transaksi e-commerce yang ada di Indonesia dapat dikategorikan kepada transaksi dan pembayaran dilakukan secara online, transaksi secara online dan pembayaran dilakukan setelah barang diterima, dan transaksi dan pembayaran dilakukan di dunia nyata. Dengan demikian, pada e-commerce di Indonesia transaksi yang diterapkan bukan hanya transaksi as-salam tapi juga diterapkan transaksi jual beli biasa dan transaksi al-istisnā„. Jika transaksi dan pembayaran dilakukan segera secara online dan melibatkan komoditi non-digital yang legal diperdagangkan menurut Islam , olek karenanya pada dasarnya sama dengan transaksi as-salam. Namun jika komoditi yang diperdagangkan adalah komoditi digital pada dasarnya sama dengan jual beli biasa karena komoditi dapat langsung diterima melalui internet oleh consumer. Pada mekanisme transaksi dan pembayaran dilakukan secara offline di dunia nyata, yaitu dengan menjadikan halaman website hanya untuk menawarkan jenis dan katalog produk yang akan dijual, hal ini sama seperti pada jual beli biasa. Sedangkan 28
http://www.i-2.co.id. 06/02/2014
29 Tim
Litbang Wahana Komputer, Apa dan Bagaimana e-Commerce., h. 20.
dalam mekanisme transaksi online dengan sistem pembayaran cash on delivery dapat dikategorikan ke dalam transaksi al-istisnā„.30
Simpulan Bisnis Maya adalah; aktifitas bisnis yang objeknya tidak jelas secara sifat, akan tetapi dapat dirasakan / digunakan, bisnis ini biasanya dilakukan lantara elektronik atau identik dengan internet. Salah satu contoh dari kegiatan tersebut adalah berupa Ecommerce yaitu; jual beli barang dan jasa melalui media elektronik, khususnya melalui internet. Salah satu contoh adalah penjualan produk secara online melalui internet seperti yang dilakukan WebStore Kompas Cyber Media. Yang didukung / pelayanan terhadap konsumen menggunakan e-mail sebagai alat bantu, mengirimkan kontrak melalui mail dan sebagainya. Sebenarnya ada banyak definisi mengenai e-commerce. Tetapi yang pasti, setiap kali masyarakat berbicara tentang e-commerce, mereka biasanya memahaminya sebagai bisnis yang berhubungan dengan internet Aktifitas dalam dunia maya seperti transaksi e-commerce melalui internet pada dasarnya tidak memiliki perbedaan dengan transaksi secara Islam karena dapat dipraktekkan dengan mengunakan konsep as-salam kecuali pada komoditi yang dijadikan sebagai obyek transaksi. Dan juga transaksi e-commerce dapat dibolehkan menurut Islam berdasarkan prinsip-prinsip yang ada dalam perdagangan menurut Islam, khususnya dianalogikan dengan prinsip transaksi as-salam, kecuali pada komoditi yang tidak dibenarkan untuk diperdagangkan secara Islam. Dalam bisnis maya seperti transaksi e-commerce, komoditi yang dijadikan sebagai obyek transaksi dapat berupa apa saja, baik itu komoditi yang legal diperjualbelikan menurut Islam ataupun komoditi yang illegal. Artinya bisnis maya diperkenankan oleh Islam selagi dalam tataran prakteknya tidak melanggar ketentuan dari konsep muamalah dalam islam. Karena dalam bisnis maya objek bisnis dapat berupa komoditi digital / non-digital. 30 Haris
Faulidi Asnawi, h. 38
Dalam Bisnis Maya seperti transaksi e-commerce melalui internet peranan infrastruktur pendukung sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan di antara pihak-pihak yang bertransaksi. Karena itu bagi para pelaku bisnis maya hendaknya memperhatikan keamanan dalam melaksanakannya, teknologi yang digunakan harus selalu diperbaharui dengan mengikuti perkembangan teknologi, memberikan pelayanan sebaik mungkin pada konsumen dan memperhatikan aspek hukum dan aspek moral dalam masalah transaksi. Bagi para consumer sebelum melakukan transaksi e-commerce melalui internet hendaknya berhati-hati dalam melakukan transaksi, seperti dengan mengecek sistem keamanan yang dimiliki oleh merchant, memiliki wawasan dan pengetahuan tentang komoditi yang dijadikan obyek transaksi agar tidak membeli komoditi yang tidak sesuai dengan normanorma yang ada, dan juga mengecek dengan jelas mengenai tanggal pengiriman dan tempat penyerahan komoditi agar perselisihan dapat dihindari. Akhirnya, dengan ini diharapkan dapat memberikan peluang baru dalam kegiatan bisnis modern yang Islami.
Daftar Pustaka Alvin Toffler, The Third Wave, (Toronto: Bantam Books), 1982. Arti Uang Maya, http://uang-maya.blogspot.com/2008/10/arti-uangmaya.html , 7/2/2014, Atip Latifulhayat, “Perlindungan Data Pribadi dalam Perdagangan Secara Elektronik (e-Commerce)”, (Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 18, Maret), 2002. Buchori Alma, Ajaran Islam Dalam Bisnis, (Bandung: Alfabeth), 1998, Cet ke-3 Budi Sutedjo Dharma Oetomo, Perspektif e-Business: Tinjauan Teknis, Manajerial dan Strategi, (Yogyakarta: Andi), 2001. Bustanul Ahbar, Nailul Authar, Penerjemah, Qodir Hasan, dkk, (Surabaya: PT. Bintang Ilmu): 2001, Jilid. 4. Farizal F. Kamal, Cyberbusiness, cet. 3, (Jakarta: Elex Media Komputindo), 1999.
Fathurrahman Djamil, “Hukum Perjanjian Syariah”, Dalam Mariam Darus Badrulzaman dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, cet. 1, (Bandung: Citra Aditya Bakti), 2001. Freddy Haris, Aspek Hukum Transaksi Secara Elektronik Di Pasar Modal, (Jakarta: Kaukaba), 2000. Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif Islam, http://msiuii.net/baca.asp?katagori=rubrik&menu=ekonomi&baca=artikel &id=383. 3/2/2014
Hata, “Beberapa Aspek Pengaturan International e-Commerce serta Dampaknya Bagi Hukum Nasional”, makalah disampaikan pada Seminar Nasional Cyberlaw, diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Hukum Bandung, (Bandung, 9 April 2001). http://www.amazon.com, 06/02/2014 http://www.apjii.or.id/dokumentasi/statistik.php?lang=ind accessed, 06/02/2014 http://www.geocities.com/amwibowo/resource.html accessed Mei 30, 2003. http://www.i-2.co.id. 06/02/2014 http://www.kompas.com/kcm/news/0002/17/artikel%5F1.htm accessed , 06/02/2014 http://www.kompas.com/kompascetak/0007/05/ekonomi/volu28.htm accessed Juni 16, 2003. http://www.sanur.co.id, 06/02/2014 Jay MS, “Peranan e-Commerce Dalam Sektor Ekonomi & Industrya, makalah disampaikan pada Seminar Sehari Aplikasi Internet di Era Millenium Ketiga, (Jakarta, 2000). M. Sanusi Arsyad, “Transaksi Bisnis Dalam Electronic Commerce (eCommerce): Studi Tentang Permasalahan-Permasalahan Hukum dan Solusinya”, Tesis Magister, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2000. Muhammad Aulia Adnan, Aspek Hukum Protokol Pembayaran Visa/MasterCard Secure Electronic Transaction (SET), Skripsi, (Depok: Universitas Indonesia), 1999. Onno W. Purbo, “Cyberlaw: Filosofi “Hukum” di Dunia Maya”, makalah disampaikan pada Seminar Nasional Cyberlaw,
diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Hukum Bandung, Bandung, 9 April 2001. Panggih P. Dwi Atmojo, Internet Bisnis I, (Jogjakarta: Dirkomnet Training), 2002. Richardus Eko Indrajit, E-Commerce: Kiat dan Strategi Bisnis di Dunia Maya, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2001. S. M. Hasanuz Zaman, “Bay?Salam: Principles and Their Practical Applications”, Dalam Sheikh Ghazali Sheikh Abod dkk (Ed.), An Introduction to Islamic Finance, Kuala Lumpur: Quill Publishers, 1992. Sayid Sabiq, Fiqh Sunah 12, (Bandung PT. Alma’arif) 1987, Cet Ke12. Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi erbankkan Syari‟ah, (Jakarta, Zikrul Hakim), 2003. Telaah Terhadap Akar Krisis Keuangan Global-3, http://www.niriah.com, 3/2/2014 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqieqy, Koleksi Hadis-Hadis Hukum, 7, (Jakarta: PT. Pustaka Rizki Putra:2001, Edisi Ke-2, Cet. Ke- 3) The Liang Gie, Pengantar Filsafat Teknologi, (Yogyakarta: Andi, 1996, Cet Ke-. 1), Tim Litbang Wahana Komputer, Apa dan Bagaimana e-Commerce. Tri Kuntoro Priyambodo, “Menjadi Entrepreneur dari e-Commerce”, makalah disampaikan pada Road Show Seminar Sukses Bisnis Melalui e-Commerce, diselenggarakan oleh Kanwil Deperindag DIY, Yogyakarta, 23 Maret 2000. W.J.S.Purwa Darminta, Kamus Umum Hahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2006, Edisi ke-3, Cet ke- 3)