BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Material Akustik Material akustik adalah material teknik yang fungsi utamanya adalah untuk menyerap suara/bising. Tiap-tiap material akustik memiliki nilai kemampuan penyerapan bunyi yang berbeda-beda, seperti pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Koefisien penyerapan bunyi dari material akustik. Frekuensi (Hz) Material
150
250
500
1000
2000
4000
Gypsum board (13 mm)
0.29
0.10
0.05
0.04
0.07
0.09
Kayu
0.15
0.11
0.10
0.07
0.06
0.07
Gelas
0.18
0.06
0.04
0.03
0.02
0.02
Tegel geocoustic (81 mm)
0.13
0.74
2.35
2.53
2.03
1.73
Beton yang dituang
0.01
0.01
0.02
0.02
0.02
0.03
Bata tidak dihaluskan
0.03
0.03
0.03
0.04
0.05
0.07
Steel deck (150 mm)
0.58
0.64
0.71
0.63
0.47
0.40
Sumber : (Doelle, Leslie L, 1993) 2.2. Bunyi dan Kebisingan Bunyi, secara psikologis, didefinisikan sebagai hasil dari variasi-variasi tekanan disuatu medium baik udara maupun air yang berlaku pada permukaan telinga yang mengubah variasi tekanan menjadi sinyal-sinyal elektrik dan diterima otak sebagai bunyi. Bunyi juga dapat didefinisikan sebagai gangguan fisik dalam media
Universitas Sumatera Utara
yang memiliki tekanan dan sebagai medium pemindah gelombang bunyi. Medium ini dapat berupa udara, gas dan benda padat. Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam sebuah kepuusannya (No. Kep 48 /MENLH/11/1996 ; tentang baku tingkat kebisingan) mengistilahkan “ Kebisingan adalah bunyi yag tidak diinginkan dari usaha/kegiatan manusia dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan “. Tingkat kebisingan dari beberapa sumber dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Tingkat kebisingan rata-rata diukur pada beberapa jarak. Sumber Kebisingan Detik arloji Halaman tenang Kantor Pembicaraan normal, 1m Mobil di lalu lintas kota, 7m Industri Ruang teletype surat kabar Motor tempel 10 HP, 17m Jet lepas landas, 1100m Motor sport, 10m Mesin potong rumput, 3m Sirine, 50 HP, 30m Roket ruang angkasa Sumber : (Hemond Jr, Conrad J, 1983)
2.2.1
Tingkat Kebisingan, dB 20 30 60 32 70 80 80 88 90 94 105 138 175
Pengaruh Kebisingan Kebisingan yang cukup tinggi, di atas 70 dB dapat menyebabkan
kegelisahan, kurang enak badan, kejenuhan mendengar, sakit lambung dan masalah peredaran darah. Kebisingan di atas 85 dB dapat menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
kemunduran serius pada kondisi kesehatan seseorang. Bila hal ini berkepanjangan dapat merusak pendengaran yang bersifat sementara maupun
permanen.
Tingkat
kebisingan
yang
cukup
tinggi
untuk
menyebabkan ketulian sementara atau permanen terjadi di industri. Berbagai kriteria telah ditetapkan dan menyatakan tingkat kebisingan maksimum yang tidak boleh dilampaui. Bila tingkat kebisingan melampaui tingkat kebisingan yang membahayakan maka harus diambil suatu tindakan pencegahan untuk mereduksinya. Tabel 2.3 memperlihatkan batasan tingkat kebisingan pada industri yang dizinkan oleh Walsh-Healey Public Contracts, yang jika dilampaui harus dilakukan tindakan proteksi terhadap pekerja. Tabel 2.3. Tingkat kebisingan yang dizinkan oleh Walsh-Healey Public Contracts. Durasi, perhari (Jam) 8 6 4 3 2 1.5 1 0.5 0.25 atau kurang Sumber : (Hemond Jr, Conrad J, 1983)
Tingkat Bunyi (dB) 90 92 95 97 100 102 105 110 115
2.2.2. Teknik Pengendalian Kebisingan Pengendalian
kebisingan
merupakan
tindakan
penurunan/pengurangan
kebisingan di sumber-sumber kebisingan, mengontrol jalannya kebisingan dan perlindungan terhadap pendengar, jika tingkat kebisingan sudah melewati batas yang
Universitas Sumatera Utara
diizinkan. Penurunan kebisingan dengan metoda aplikasi akustik pada permesinan sejak tahap desain merupakan hal yang paling efektif mengingat besarnya biaya yang harus
dikeluarkan
dan
persoalan
pengendalian
kebisingan
bersifat
multi
dimensi atau lintas ilmu. Untuk mendapatkan suatu rancangan material akustik, komponen mesin maupun ruangan yang bersifat low noise design, ada hal-hal tertentu yang harus dilakukan, salah satunya adalah identifikasi. Source atau Noise Generation Mechanism (NGM) harus diketahui, bersifat apakah NGM-nya, apakah air borne, solid borne, ataupun fluid borne. Identifikasi ini mencakup sumber, propagasi dan radiasi dan berdasarkan data-data kualitatif, eksperimen dan pengalaman.Dalam mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan suatu sistem haruslah diketahui komponen-komponen mana saja yang bersifat aktif maupun pasif. Dalam arti mana saja yang memiliki NGM dan yang tidak memiliki NGM. Indentifikasi propagasi atau jalannya rambatan bunyi mencakup komponen mana saja yang berpotensial meneruskan dan yang merefleksikan kembali dalam satu material. Dengan demikian, dapat diketahui karakteristik atau perilaku rambatan. Identifikasi radiasi sangat tergantung dari bentuk geometri dari stuktur mesin atau komponen. Bagian/area mana saja yang berpotensial dan bersfat dominan. Radiasi juga dipengaruhi oleh situasi sekitar objek yang menjadi permasalahan, seperti tipe medan bunyi, ruang terbuka atau tertutup dan emisi dari mesin-mesin yang berdekatan. (Ikhwansyah, 2002).
2.3. Frekuensi
Universitas Sumatera Utara
Harga dari sebuah objek yang bergerak balik dan terus (back and forth) dapat digunakan sebagai definisi dari frekuensinya, oleh karena itu frekuensi adalah jumlah dari getaran-getaran yang terjadi dalam sebuah satuan waktu. Frekuensi juga adalah jumlah dari waktu sebuah perulangan gelombang sempurna dengan waktu, atau juga jumlah siklus yang terjadi dalam sebuah satuan waktu. Pada waktu lampau satuan dari ukuran sebuah frekuensi didefinisikan sebagai banyaknya siklus perdetik (cps). Sekarang, frekuensi ditentukan dalam satuan yang disebut Hertz (Hz). Satu Hertz sama dengan satu siklus perdetik. Frekuensi yang dapat didengar oleh manusia berkisar 20 sampai 20.000 Hz. Perbandingan terbalik dari frekuensi adalah waktu untuk sebuah siklus getaran yang sempurna yang diukur dalam perbandingan dari waktu seperdetik, dan dikenal sebagai periode. Karena itu sebuah frekuensi dari 20 Hz akan memiliki sebuah Periode 0,05 detik, dan dapat kita tulis dalam persamaan berikut: f=
1 (Hz) T
(2.1)
Frekuensi dari sebuah gelombang suara menunjukan jumlah dari waktu pembagian tekanan (compression portion) dari gelombang yang melalui suatu poin dalam sebuah waktu, biasanya satu detik. Bagian tekanan dari gelombang diikuti dengan penyertaan penipisan yang disebabkan ketika tekanan bunyi bergerak melalui sebuah elastis medium dan menyebabkan partikel dari medium bergerak bersamaan menjadi lebih rapat atau dekat, setelah melalui dari regangan dan rapatan (Pulse), partikel dari medium berusaha mencari persamaan posisi mereka. Perilaku partikel
Universitas Sumatera Utara
adalah seperti sebuah massa yang digantungkan pada ujung pegas. Ketika massa ditekan dari posisi diamnya, massa cenderung kepada gerak osilasi dengan sebuah periodik atau gerak berulang hingga energi dari pegas mencapai sebuah kondisi yang stabil. Beberapa batasan frekuensi yang dapat dihasilkan dari beberapa sumber dapat dilihat pada tabel 2.4. Tabel 2.4 Batasan dari frekuensi.
Sumber : (Hemond Jr, Conrad J, 1983) 2.4. Periode
Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu pergerakan gelombang siklus
adalah definisi dari periode. Hubungan frekuensi dengan periode adalah
kebalikan dari frekuensi dan dapat ditulis dengan persamaan berikut: Tp
=
1 f
(s)
(2.2)
Universitas Sumatera Utara
2.5. Gerak Gelombang Bunyi
Perjalanan dari energi melalui sebuah medium menghasilkan sebuah gerak gelombang yang mana berkembang dengan jenis-jenis yang berbeda, tergantung dari gerak partikel dalam suatu medium. Aliran listrik, panas, atau energi cahaya adalah karakteristik
sebuah
gelombang transversal yang tercipta ketika partikel bergerak pindah tegak lurus ke arah dari gerak gelombang seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Gelombang transversal Gerak gelombang longitudinal adalah hasil gerak partikel yang bergantiganti dari perapatan dan perenggangan (alternate compression and rarefaction) dari medium sebagai gelombang suara seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Gelombang longitudinal
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kecepatan Gelombang Bunyi
Kecepatan dari gelombang suara tergantung dari sifat-sifat fisik (physical properties) dari medium yang dilalui oleh gelombang bunyi tersebut. Untuk udara dan kebanyakan gas, kecepatan suara pada medium ini dapat ditentukan dengan penerapan persamaan hukum thermodinamika gas sebagai berikut: c=
.G.T 0 M
(2.3)
dimana: c
= Kecepatan gelombang suara
γ
= Rasio dari panas spesifik pada tekanan konstan kepada panas spesifik pada volume konstan
G
= Konstanta gas = 8317 m2 / s2 K
T
= Temperatur 0K
M
= Berat molekul gas Untuk udara pada tekanan atmosfer, persamaan 2.3 dapat direduksi dari satu
kepada dua bentuk persamaan, tergantung pada pemilihan sistem pengukuran, yaitu U.K (English) atau Metrik. Untuk Sistem U.K persamaan kecepatan gelombang bunyinya adalah: c = 49.03
T0
(2.3.a)
dimana: c
= kecepatan gelombang bunyi (ft/s)
T
= Temperatur dalam Rankine (0R)
Universitas Sumatera Utara
Untuk sistem Metrik persamaanya adalah: c = 20,05
T0
(2.3.b)
dimana: c
= kecepatan gelombang bunyi (m/s) Untuk kecepatan rambat gelombang pada benda padat sangat tergantung dari
dimensi dan properties material tersebut. kecepatan rambat gelombang pada media padat dapat dinyatakan sebagai berikut: c=
E
(m/s)
(2.4)
Dimana: E
= modulus young (MPa)
ρ
= massa jenis (Kg/m3) Beberapa kecepatan rambat gelombang pada berbagai jenis material dapat
dilihat pada tabel 2.5. Tabel 2.5 Kecepatan gelombang suara.
Sumber : (Hemond Jr, Conrad J, 1983)
Universitas Sumatera Utara
Hubungan karakteristik kecepatan suara terhadap frekuensi dari gelombang serta panjang gelombang dapat ditunjukan melalui persamaan berikut: c=f.λ
(2.5)
dimana λ adalah panjang gelombang (m).
2.7. Intensitas Suara
Intensitas bunyi adalah aliran energi yang dibawa gelombang suara dalam suatu daerah per satuan luas, intensitas bunyi sangat penting difahami untuk mengetahui radiasi total dari suatu sumber bunyi dan juga tekanannya. Untuk sebuah gelombang datar yang semakin menyebar (Plane Progrssive Wave) dapat kita ketahui intensitasnya dengan persamaan berikut: I=
p 2 Joule ( J ) ( ) .c m2s
(2.6)
Umumnya refrensi intensitas bunyi menggunakan refrensi intensitas yang berdasarkan tekanan bunyi 10-12 W/m2 atau 10-16 W/cm2. Illustrasi keadaan intensitas bunyi dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Intensitas bunyi
Universitas Sumatera Utara
Analogi intensitas bunyi antara satuan W/m2 dengan dB dapat kita lihat seperti gambar 2.4.
Gambar 2.4 Analogi thermometer dengan intensitas bunyi Karena intensitas (I) adalah sebuah fungsi dari tekanan persegi (p2), kita dapat mengembangkan sebuah persamaan untuk tingkat tekanan bunyi (Sound pressure Level)/SPL sebagai berikut: SPL = 10 Log
p12 (dB) p02
(2.7)
p1 (dB) p0
(2.8)
atau : SPL = 20 Log Dimana: P0
= tekanan refrensi sebagai tekanan bunyi yang mampu didengar pada sebuah frekuensi 1000 Hz. Untuk sistim Internasional (SI) P o 10-12 W/m2 atau 10-16 W/cm2.
P1
= tekanan kerja
Universitas Sumatera Utara
Selama daya bunyi (Sound Power Level)/PWL adalah sebuah ukuran total radiasi energi suara dari sebuah sumber dan SPL adalah tekanan pada sebuah jarak radial x r dari sumber suara, hubungan antara dua parameter ini dapat dilihat menjadi suatu persamaan berikut: PWL
=
SPL
+
10
Log
2π
xr2
(2.9) PWL = SPL + 20 Log x r + 10 Log 2π
(2.9.a)
atau dalam pengukuran toleransi: PWL = SPL + 20 x r + 8 (metric) (2.9.b)
2.8. Absorpsivitas dan Refleksitas Bunyi
Konsep dari penyerapan Bunyi (Acoustic Absorption) merujuk kepada kehilangan energi yang terjadi ketika sebuah gelombang bunyi menabrak dan dipantulkan dari suatu permukaan benda. Kata “Absorpsi” sering digunakan oleh orang-orang dengan mengakaitkan aksi dari sebuah bunga karang ketika terendam air. Proses pemindahan daya bunyi dari suatu ruang tertentu, dalam mengurangi tingkat tekanan bunyi dalam volume tertentu, dikenal sebagai penyerapan bunyi. Proses ini berkaitan dengan penurunan jumlah energi bunyi dari udara yang menjalar hingga ia mengenai suatu media berpori atau fleksibel. Bagian energi terserap ketika gelombang bunyi dipantulkan darinya disebut dengan koefisien serapan bunyi dari material. Harga koefisien ini bergantung dari sifat material, frekuensi bunyi, dan
Universitas Sumatera Utara
sudut gelombang bunyi ketika mengenai permukaan material tersebut. Secara matematis dapat ditulis seperti rumus berikut:
Absorbed Energy
Z 1c1 1 R 1 2 1c1 Z 2 2
yang mana:
Z 2 2 c2
(2.10)
Incident Energy
Applied Force Particle Velocity
2
(2.11)
(2.12)
2.9. Metode tabung impedansi (Resonator)
Dalam mengukur koefisien serapan material salah satu metode standard yang sering digunakan adalah metode tabung impedansi (resonator). Dengan metode ini, koefisien serapan ditentukan langsung dari amplitudo tekanan dalam pola gelombang tegak yang disusun di tabung. Tabung ini dapat digambarkan seperti gambar 2.5.
Keterangan : B = Tabung utama L = Troli untuk mengatur jarak sumber bunyi P = Probe tube G = Pengukur jarak sumber J = neck K = Mikropon
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5. Tabung impedansi (resonator).(SNI-Resonator) Cepat rambat bunyi dalam tabung ditentukan dengan persamaan: 0.76 1 c ' c 1 2r f
(2.13)
dimana: c’ = cepat rambat bunyi dalam tabung c = cepat rambat bunyi diudara bebas r = jari-jari tabung f = frekuensi Metode ini hanya mengukur koefisien serapan normal yang terjadi, penggunaan metode ini untuk menunjukkan macam-macam sifat dari pada serapan yangmana dimiliki oleh sebuah bahan. Jika nada-nada murni yang dihasilkan oleh sebuah oscillator yang digunakan untuk menggetarkan loudspeaker yang menghasilkan gelombang, dan jika perpindahan dari gelombang terjadi pada sembarang waktu, maka dapat dinyatakan sebagai berikut: d1
= A sin (ωt – kx)
k
= 2 π/λ
(2.14)
dan perpindahan gelombang pantulan dapat dinyatakan sebagai berikut: d2
= A’ sin (ωt + kx)
A
= amplitudo maksimum gelombang datang
(2.15)
Universitas Sumatera Utara
A’
= amplitudo maksimum dari gelombang pantulan
d=0
d 1 = A sin (ωt-kx) d 2 = A’ sin (ωt+kx) Gambar 2.6 Dua gelombang yang merambat dengan arah berlawanan Jadi sebagai akibat perpindahan pada setiap titik seperti pada gambar 2.6, besar d dapat diberikan dengan rumus: d = d1 + d2 = A sin (ωt – kx) + A’ sin (ωt + kx) = A sin ωt cos kx – A cos ωt sin kx + A’ sin ωt cos kx + A’ cos ωt sin kx = (A sin ωt cos kx + A’ sin ωt cos kx) + (A’ cos ωt sin kx – A cos ωt sin kx) = A (1 + A) sin ωt cos kx + A (1 - A) cos ωt sin kx
(2.16)
Dapat terlihat bahwa masing – masing nilai maksimum dan minimum adalah A (1 + A) dan A (1 – A) dan λ/4 terpisah, yang pertama menjadi 0, λ/2, 3 λ /2 dan lain-lain. Sedangkan yang kedua menjadi λ /4, 3 λ/4, 5 λ/4, 7 λ/4 dan sebagainya (Rochmah, 1992). Jika nilai maksimum dan minimum dari amplitudo pada tabung adalah A1 dan A2 maka: A1 A(1 A) A2 A(1 - A)
(2.17)
Universitas Sumatera Utara
atau: A Amplitudo
(A1 A2) (A1 A2)
(2.18)
R.T.Muehleisen dari Illinois Institute of Technology mengkonversikan energi gelombang
suara menjadi energi listrik melalui Condensor Microphone yang
diperkuat Amplifire dan mengout-putkannya pada Osciloscope yang mampu menunjukkaan kepada kita bentuk dari sinyal listrik dengan menunjukkan grafik tegangan terhadap waktu pada layarnya, tergambar oleh pancaran electron yang menumbuk lapisan phosphor dari layar menimbulkan pancaran cahaya, biasanya berwarna hijau atau biru, ini sama dengan pengambaran pada layar Televisi. Oscilloscope terdiri dari tabung vacum dengan sebuah Cathode (electrode negative) pada satu sisi yang menghasilkan pancaran electron dan sebuah Anode (electrode positive) untuk mempercepat gerakannya, sehingga jatuh tertuju pada layar tabung. Susunan ini disebut dengan electron gun. Sebuah tabung juga mempunyai elektroda
yang
menyimpangkan
pancaran
elektron
keatas/kebawah
dan
kekiri/kekanan. Elektron-elektron disebut pancaran sinar katoda sebab mereka dibangkitkan oleh cathode dan ini menyebabkan Oscilloscope disebut secara lengkap dengan Cathode Ray Oscilloscope atau CRO.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penerapan teori diatas dalam penelitian aAbsorpsivitas suara pada tabung impedance Tube R.T.Muehleisen mengilustrasikan gambar gelombang sinus dan Baseline sebagai pengukuran energi suara maksimal (tegangan maksimal) dan energi suara minimal (tegangan minimal) yang terjadi di dalam tabung impedance sebagai respon dari energi suara yang dipancarkan oleh Signal Generator pada Speaker, energi maksimal (A1) yang terjadi di dalam tabung impedance tube adalah tegangan maksimal pengukuran (A) ditambah tegangan minimal pengukuran (B) pada tabung impedance sewaktu diberi energi suara dan energi minimal pada tabung impedance tube (A2) adalah tegangan maksimal pengukuran (A) dikurang tegangan minimal pengukuran (B). (www. Iit.com). Illustrasi tersebut dapat dilihat pada gambar 2.7.
Gambar 2.7. Ilustrasi pengukuran gelombang Sekali lagi perlu diingat bahwa gambar gelombang sinus seperti pada gambar 2.7 bukanlah gelombang suara sesungguhnya, gelombang suara tidak dapat dilihat oleh mata, tetapi energi gelombang suara dapat dikonversikan menjadi gelombang
Universitas Sumatera Utara
listrik dalam bentuk sinus, segitiga, dan segi empat yang menumbuk lapisan phospor pada layar osciloscope. Baseline pada gambar 2.7 adalah suatu teknik dalam mengillustrasikan batas Pengukuran tegangan yang terjadi pada tabung impedance tube. Contoh aplikasi terdapat pada Bab 3 sub Bab teknik pengambilan data. Tetapi energi dapat ditunjukan sebagai berbanding langsung terhadap amplitudo kuadran yaitu: Energi A'
(A1 - A2)2 (A1 A2)2
(2.19)
A’= sebagian dari energi pantulan α = koefisien serapan = 1- A’ = 1
(A1 - A2) 2 (A1 A2) 2
(A1 - A2) 2 (A1 - A2) 2 = (A1 A2) 2 (A1 A2) 2 =
(A12 2 A1xA2 A2 2 ) - (A12 2 A1xA2 A2 2 ) (A1 A2) 2
A12 2 A1xA2 A2 2 - A12 2 A1xA2 A2 2 = (A1 A2) 2 =
2A1xA2 2A1xA2 (A1 A2) 2
Universitas Sumatera Utara
=
2 A1 2 A2 (A1 A2) 2
=
4 A1 x A2 (A1 A2) 2
(2.20)
Jika perbandingan maksimum dan minimum, A1/A2 diukur maka rumus yang sesuai dapat dituliskan sebagai berikut:
4
=
=
=
( A1 / A2) (1 A1 / A2) 2 4 A2 (1 A1 A2) 2 A1 4 A1 A12 A2 ) (1 2 A2 A2 2 A1 4 A2 2 xA1xA2 A12 xA2 ( ) A1 A1xA2 A2 2 xA1
4 (2 A1 / A2 A2/A1)
(2.21)
2.10. Penyerapan dan Pemantulan Akustik
Bila suatu gelombang bunyi datang pada suatu permukaan batas yang memisahkan dua daerah dengan laju gelombang berbeda, maka kemungkinan yang terjadi adalah: 1. Dipantulkan semua.
Universitas Sumatera Utara
2. Ditransmisikan semua. 3. Sebagian gelombang akan dipantulkan dan sebagian lagi akan ditransmisikan. Pemantulan dan penyerapan bunyi pada suatu muka dataran dari dua media akustik dapat dilihat pada gambar 2.8.
Gelombang datang Gelombang datang
ρ1 c1
ρ2 c2 Gelombang diserap/ditransmis ikan
Gelombang pantul Gelombang pantul
Gambar 2.8 Pemantulan dan penyerapan bunyi pada suatu muka dataran dari dua media akustik. (Doelle, Leslie L, 1993). Misalkan dua media akustik dengan sifat impedansi ρ 1 c 1 dan ρ 2 c 2 , dimana datang gelombang dari arah kiri merambat tegak terhadap antar muka. Jika ρ 1 c 1 lebih kecil dari ρ 2 c 2 , kemudian energi dari gelombang datang tak dapat ditransmisikan melewati dataran antar muka, setiap energi yang tersisa akan menjadi gelombang pantul. Pemantulan bunyi adalah fenomena dimana gelombang bunyi dibalikkan dari suatu permukaan yang memisahkan dua media. Pemantulan bunyi ini juga mengikuti
Universitas Sumatera Utara
kaidah pemantulan, dimana sudut datangnya bunyi selalu sama dengan sudut pantulan bunyi. Penyerapan gelombang bunyi sangat bervariasi dari setiap material, kemampuan serap material sangat tegantung pada struktur dan massa jenis material tersebut. Koefisien beberapa material dapat dilihat pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Koefisien absorpsi dari material akustik.
Sumber : (Hemond Jr, Conrad J, 1983) 2.11. Gypsum
Gypsum adalah sebuah mineral yang kebanyakan umumnya di temukan di lapisan sediment yang mengendap dan bersatu dengan halite, anhydrite, sulfur,
calcite dan dolomite, jadi gypsum adalah mineral yang bahan utamanya terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
hydrated calcium sulfate. Gypsum akan menjadi lebih kuat apabila mengalami penekanan. (Gypsum Association, 2007). Gypsum terbuat dari kalsium sulfat (CaSO 4 2 H 2 O). gypsum memiliki criteria antara lain untuk dibentuk memiliki kestabilan kimia dan fisik yang tinggi, memiliki kemampuan untuk menyerap air dengan baik, mudah untuk didapat. Material gypsum tidak membahayakan bagi kesehatan manusia, sebagai faktanya banyak pengobatan modern dengan gypsum sudah dimulai sejak dulu dimana gypsum digunakan sebagai pengisi pencetakan gigi dalam bidang kedokteran. Gypsum juga digunakan sebagai plafon dimana gypsum mempunyai kelendutan paling minimal, fleksibel dan memiliki kemampuan konduktivitas suhu yang rendah. Berdasarkan sifat diatas gypsum sebagai plafon dengan mudah dapat di modifikasi sesuai dengan kebutuhan. Papan gypsum adalah nama generik untuk keluarga produk lembaran yang terdiri dari inti utama yang tidak terbakar dan dilapisi dengan kertas pada permukaannya. Selain untuk plafon, gypsum biasa dipakai dinding partisi seperti skat kamar dan lining wall (penutup tembok), hanya saja gypsum tidak biasa diaplikasikan untuk eksterior, kolom dinding atau penahan beban. Rumus kimia gypsum adalah CaSO4·2(H2O), berat molekul = 172,17 gm dan komposisinya seperti tabel 2.7. Tabel 2.7 Komposisi kimia gypsum. Nama Komposisi Calcium Hydrogen Sulfur
Persentasi 23,28 % 2,34 % 18,62 %
Oxide 32,57 % CaO 20,93 % H 2 O 46,50 % SO 3
Universitas Sumatera Utara
Oxygen Total
55,76 % 100 %
100 %
2.11.1. Papan Gypsum Papan gypsum adalah nama generik untuk keluarga produk lembaran yang terdiri dari inti utama yang tidak dapat terbakar dan dilapisi dengan kertas pada permukaannya.(Gypsum Association, 2007). Papan gypsum bersifat tahan api, awet dan tidak menimbulkan emisi gas formaldehida. Salah satu penggunaan papan gypsum cocok untuk pemakaian di bawah atap dan tidak selalu berhubungan dengan kelembaban tinggi. Spesifikasi papan gypsum dapat dilihat pada tabel 2.8, 2.9 dan 2.10. Tabel 2.8 Koefisien absorpsi gypsum. Frekuensi
150 Hz
250 Hz
500 Hz
Koef. Serap 0.29 0.10 Bunyi Sumber : (Doelle, Leslie L, 1993)
0.05
1000 Hz 0.04
2000 Hz 0.07
4000 Hz 0.09
Tabel 2.9 Kuat tekan papan gypsum.
Sumber : (www. Gypsum Association, 2007)
i
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.10 Kuat impak papan gypsum.
Sumber : (www. Gypsum Association, 2007) 2.12. Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Hasil penelitian mencatat volume batang kelapa sawit rata-rata 1,72 m3/pohon, apabila diambil 75% dari populasi akan diperoleh 128 pohon/ha, maka akan tersedia volume batang kayu sebesar 165,12 m3/ha. Secara teknis setelah mencapai umur tertentu (25 tahun), produktivitasnya menurun secara nyata, Karena tuntutan persyaratan proses produksi, pengolahan dan pemasaran, infrastruktur harus cukup mendukung, sehingga mempunyai kelayakan teknis dan ekonomis yang lebih layak dibanding karet dan kelapa. Karakteristik kayu kelapa sawit adalah sebagai berikut: 1. Tanaman kelapa sawit hanya memiliki sedikit bagian kayu yang cukup keras. 2. Batang kelapa sawit memiliki komponen struktural dengan banyak poros yang menjadikan rapuh.
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik detail sifat fisik dan mekanis batang kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2.11. Tabel 2.11. Karakteristik detail sifat fisik dan mekanis batang kelapa sawit. Bagian
Kerapatan Jumlah serat Modulus patah (g/cm3) per cm2 (kg/cm2) Kulit 0,53 67 217 Tengah 0,42 52 194 Inti 0,39 39 127 Sumber : (Guritno, Purboyo & Basuki Wirjo Sentono, 2000)
Modulus elastisitas (kg/cm2) 15685 9473 780
Universitas Sumatera Utara